SOSIAL EKONOMI KEHIDUPAN MASYARAKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SOSIAL EKONOMI KEHIDUPAN MASYARAKAT"

Transkripsi

1 6 SOSIAL EKONOMI KEHIDUPAN MASYARAKAT Sosio-economic Concerning The Community Life Fajri dan Agussabti Program Studi Magister Agribisnis, Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh (Indonesia) I. LATAR BELAKANG E kosistem Hutan Rawa Gambut Tripa (TPSF) yang terdapat di Provinsi Aceh atau tepatnya di Kecamatan Darul Makmur dan Kecamatan Tripa Timur (Kabupaten Nagan Raya) dan Kecamatan Babah Rot Kabupaten Aceh Barat Daya merupakan hutan rawa gambut yang mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi dan juga mempunyai kandungan karbon yang cukup besar yang mencapai juta ton (YEL, 2008). Di lihat dari sudut pandang agroekologi, areal hutan rawa gambut ini disamping sebagai daerah penyangga dan tempat penyimpan air bagi masyarakat dan juga sebagai pengatur untuk iklim lokal. Beberapa kajian sebelumnya telah dilaporkan bahwa di ekosistem Hutan Rawa Gambut Tripa juga terdapat aneka satwa yang unik dan dilindungi yaitu tempat hidup satwa liar orang utan Sumatera yang sudah masuk dalam kategori endemik. Rawa gambut ini juga merupakan suatu ekosistem air yang sangat penting dalam menyangga perubahan iklim dan menjadi sumberdaya air hayati yang di dalamnya terdapat aneka kehidupan akuatik yang selain berfungsi sebagai sumber pencaharian penduduk (ikan Lele lokal atau ikan Limbek) juga bisa menjadi plasma nutfah aneka organisme khususnya organisme perairan (akuatik). Berdasarkan uraian singkat ini, maka dapat disimpulkan bahwa wilayah ini menjadi sangat penting bagi ekosistem hutan rawa gambut dan sumber ekonomi bagi masyarakat di sekitar hutan. Namun, dalam satu dekade terakhir ini, ternyata ekosistem ini dilaporkan telah mengalami degradasi yang dikhawatirkan akan berdampak pada perubahan lingkungan lokal dan global. Salah satu yang diduga menjadi penyebab degradasi adalah adanya kegiatan konversi areal hutan rawa menjadi lahan pertanian atau lahan perkebunan Kelapa Sawit yang dilakukan oleh pihak swasta maupun oleh masyarakat perorangan/kelompok. Beberapa indikasi telah menunjukkan bahwa hampir dua per tiga areal hutan ini telah dikonversi menjadi lahan perkebunan/pertanian. Adanya konversi hutan ini maka akan terjadi perubahan pola 179

2 180 SCIENTIFIC STUDIESFOR THE REHABILITATION AND MANAGEMENT OF THE TRIPA PEAT-SWAMP FOREST penggunaan lahan yang memberikan implikasi luas pada perubahan tata lingkungan dan perubahan pola kehidupan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat yang ada di sekitarnya. Di satu sisi, berdasarkan perhitungan ekonomi, konversi areal hutan menjadi lahan pertanian mungkin akan mendatangkan manfaat ekonomi tertinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, keuntungan bagi pengelola perusahaan, dan pendapatan asli daerah (PAD). Namun di sisi lain, secara ekologis dalam jangka panjang, konversi ini akan menjadi ancaman terhadap kelestarian alam yang pada akhirnya juga akan berdampak pada kerugian secara materil bagi masyarakat setempat. Untuk itu perlu dilakukan kajian sosial-ekonomi yang mendasar dan komprehensif terhadap dinamika perubahan ekologis pada ekosistem TPSF ini dan menemukan solusi-solusi untuk melakukan upaya-upaya konservasi atau merehabilitasinya. II. TUJUAN DAN RUANG LINGKUP STUDI Kajian aspek sosial ekonomi masyarakat bertujuan untuk : (1) Mengumpulkan dokumen dan data berkaitan dengan aspek kedidupan sosial, ekonomi dan budaya di ekosistemhutan Rawa Gambut Tripa (TPSF), (2) Mendeskripsikan penghidupan masyarakat di ekosistem TPSF dengan fokus ketergantungan pada sumberdaya alam. (3) Mengkaji pola hubungan sosial, persepsi, harapan dan masukan dari masyarakat TPSF untuk mengelola dan merestorasi ekosistem TPSF. (4) Mengembangkan beberapa skenario restorasi ekosistem TPSF berdasarkan hasil perbandingan analisis sosial-ekonomi. Ruang lingkup kegiatan studi Rawa Tipa ini adalah sebagai berikut : (1) Menganalisis tata guna dan HGU yang didasarkan pada beberapa sumber, termasuk pemetaan partisipasi masyarakat yang digabung dengan tata guna lahan melalui keterlibatan mayarakat. (2) Mengkaji-ulang beberapa potensi bencana terhadap ekosistem TPSF, termasuk menganalisis beberapa kegiatan yang membahayakan kelangsungan restorasi, dan merekomendasikan mitigasi bencana dan kegiatan. (3) Menganalisis keterlibatan dan interaksi berbagai pihak di ekosistem TPSF, dan memastikan kapasitas dan kemauan para pihak untuk berpartisipasi dalam program restorasi TPSF, khususnya dalam hal: - Perencanaan dan implementasi, dan - Monitoring dan evaluasi (4) Menentukan para pihak yang terkena pengaruh restorasi (5) Menghimpun dan mengkaji ulang program/proyek yang telah dilaksanakan di ekosistem TPSF, termasuk milik pemerintah kabupaten, dan menentukan suatu kemungkinan sinergi antara program/proyek dengan kegiatan restorasi yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di ekosistem TPSF LAPORAN UTAMA

3 SOSIAL EKONOMI KEHIIDUPAN MASYARAKAT 181 (6) Mendeskripsikan secara rinci berbagai jenis mata pencaharian masyarakat yang hidup di ekosistem TPSF. (7) Mengkaji dan mencatat pemahaman dan persepsi masyarakat tentang pengelolaan ekosistem TPSF, antara lain hak terhadap lahan, dampak kerusakan lingkungan, mata pencaharian yang berkelanjutan, kelembagaan, dan potensi bencana terhadap lingkungan dan masyarakat. (8) Melakukan analisis biaya sosial masyarakat (opportunity-cost analysis), termasuk analisis ekonomi terhadap pengelolaan lahan gambut, misalnya, dari sisi perkebunan sawit versus konservasi dan skenario lainnya. (9) Membuat penaksiran kelangsungan program pengelolaan TPSF, termasuk simulasi ouput/outcome kegiatan restorasi dalam 100 tahun dari sekarang berdasarkan perhitungan analisis biaya sosial. Output dari kegiatan ini adalah kajian sosial-ekonomi kehidupan masyarakat di ekosistem TPSF. III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Kegiatan kajian dilakukan di areal yang menjadi ekosistem Hutan Rawa Gambut Tripa (TPSF) Provinsi Aceh yang luasnya ,29 hektar yang mencakup wilayah Kecamatan Darul Makmur dan Tripa Makmur Kabupaten Nagan dan Kecamatan Babah Rot Kabupaten Aceh Barat Daya. Kecamatan Darul Makmur dipilih 9 gampong yang sangat berdekatan dengan ekosistem Hutan Rawa Gambut Tripa, yaitu: (1) Alue Kuyun, (2) Pulo Kruet, (3) Sumber Makmur, (4) Makarti Jaya, (5) Kuala Seumayam, (6) Blang Luah, (7) Alue Bateung Brok (8) Ladang Baro, dan (9) Ujong Tanjong, Dalam Kecamatan Tripa Makmur dipilih 9 gampong yang sangat berdekatan dengan Ekosistem Hutan Rawa Gambut Tripa, yaitu: (1) Babah Lueng dan (2) Kuala Tripa. Dalam Kecamatan Babah Rot dipilih 3 gampong yang sangat berdekatan dengan Ekosistem Hutan Rawa Gambut Tripa, yaitu: (1) Cot Simantok, (2) Pante Cermin dan (3) Ie Mirah. Kegiatan kajian ini dilaksanakan mulai Maret sampai dengan Oktober B. Objek Penelitian Objek penelitian adalah masyarakat dan tokoh masyarakat yang berdomisili di 11 gampong lokasi penelitian, dan 5 perusahaan perkebunan Kelapa Sawit, yaitu: (1) PT. Cemerlang Abadi, (2) PT. Patriot Guna Sakti Abadi-2, (3) PT. Surya Panen Subur-2, (4) PT. Kalista Alam, dan (5) PT. Gelora Sawita Makmur. Masing-masing perusahaan dipilih 1 orang karyawan yang ditunjuk oleh perusahaan untuk diwawancara/mengisi kuesioner. C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah masyarakat yang bertempat tinggal dan kehidupan mereka tergantung pada ekosistem Hutan Rawa Gambut Tripa. Populasi ini distrata menjadi 3 kelompok sampel, yaitu anggota masyarakat biasa, tokoh masyarakat dan karyawan perusahaan. Sampel anggota masyarakat biasa dipilih 10 orang setiap gampong, Tokoh masyarakat adalah Project Implementation Unit - Studi Ekosistem Rawa Tripa Universitas Syiah Kuala

4 182 SCIENTIFIC STUDIESFOR THE REHABILITATION AND MANAGEMENT OF THE TRIPA PEAT-SWAMP FOREST geuchik dan Ketua Sineubok/Ketua Kelompok dari masing-masing gampong penelitian. Sampel karyawan dari 5 perusahaan perkebunan besar masing-masing dipilih 1 orang. Jumlah responden masing-masing kelompok disajikan pada Tabel 1 berikut. Metode pengambilan data yang dilakukan adalah melalui tiga cara yaitu : (a) melakukan wawancara terhadap responden anggota masyarakat dan karyawan dengan menggunakan kuesioner. (b) melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan tokoh-tokoh masyarakat, (c) melalui pengumpulan data sekunder dari dokumen yang tersedia di Lembaga-lembaga Pemerintah Kabupaten dan dari berbagai sumber lainnya. No Tabel 1. Jumlah Responden masing-masing Kelompok Kelompok Responden # Gampong/ perusahaan Responden per gampong atau per perusahaan # Responden 1 Anggota masyarakat Tokoh masyarakat Karyawan Perkebunan Jumlah 78 Adapun data/parameter keadaan sosial ekonomi dan budaya yang dibutuhkan adalah: (1) Jumlah dan Nama Perusahaan pemegang Hak Guna Usaha (HGU) yang terdapat dalam Ekosistem TPSF yang telah dan/atau akan melakukan konversi lahan untuk Perkebunan/Kelapa Sawit (2) Data keadaan masyarakat yang berada dalam dan sekitar Ekosistem TPSF yang meliputi : Jumlah dan luas Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Kepala Keluarga, Jumlah Tanggungan, Tingkat Pendidikan, Mata Pencaharian, Status Lahan, dan Tingkat pendapatan per kapita, (3) Pola interaksi masyarakat dengan perkebunan perkebunan besar sawit dan sawit rakyat (4) Persepsi masyarakat tentang perkebunan besar dan sawit rakyat; (5) Kelembagaan masyarakat lokal sekitar rawa tripa; (6) Budaya/tata nilai masyarakat setempat terkait pemanfaatan dan pelestarian hutan; (7) Pola pemanfaatan lahan serta pola mata pencaharian sektor kayu dan non-kayu; (8) Harapan masyarakat terhadap restorasi hutan gambut dan manajemen restorasinya; (9) Partisipasi apa yang dapat dilakukan masyarakat untuk restorasi hutan gambut (tingkat partsipasi, faktor yg mempengaruhinya); (10) Penggunaan dan kepemilikan lahan masyarakat dalam Ekosistem TPSF; (11) Stakeholder yang terkena areal restorasi; (12) Jenis produk, jumlah dan harga dari Ekosistem TPSF; (13) Pembangunan masyarakat melalui penguatan kelembagaan lokal dan partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan dan pelestarian gambut tripa dalam upaya LAPORAN UTAMA

5 SOSIAL EKONOMI KEHIIDUPAN MASYARAKAT 183 peningkatan peluang usaha, jaringan pasar dan pemasaran, pendapatan dan kesejahteraan masyarakat lokal. (14) Analisis biaya sosial antara sawit dan non sawit (15) Nama-nama tokoh sentral dalam masyarakat yang mungkin terlibat atau dapat dilibatkan dalam kegiatan rehabilitasi lahan di areal TPSF. (16) Data Luas Areal yang telah dikonversi menjadi Kelapa Sawit oleh Perusahaan HGU dan Masyarakat (17) Produk-produk yang mempunyai nilai pasar dan telah sangat berkurang atau hilang sehubungan dengan konversi lahan ke perkebunan sawit (18) Nilai konstribusi perusahaan HGU terhadap pendapatan masyarakat setempat dan konstribusi terhadap upaya-upaya rehabilitasi lahan yang telah dan akan dilakukan. (19) Keterlibatan pihak-pihak lain (NGO) yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pembinaan masyarakat setempat dan keterlibatan dalam usaha-usaha konservasi dan rehabilitasi lahan di areal TPSF. D. Tahap Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan kegiatan studi yang terkait dengan kajian-4 dibagi atas beberapa tahapan, yaitu persiapan, pra-survai, survai lapangan dan tabulasi data, analisis data, dan penyusunan laporan. Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap pertemuan dan diskusi Tim untuk memberikan gambaran rencana studi dan penyusunan Kerangka Acuan Kerja sesuai dengan bidang keahlian.pada tahap awal ini juga dilakukan sosialisasi dan pembahasan berbagai permasalahan yang mungkin dihadapi sebelum dilakukan studi ke lapangan oleh Koordinator Tim dan seluruh peneliti. Pada tahap ini, Tim juga menyusun draft kuesioner dan guideline untuk in-depth interview. Tahap Pra-survai Tahap pra-survai yaitu melakukan survai pendahuluan ke lokasi studi (TPSF) yang diikuti oleh seluruh Tim Ahli dan Ketua/Koordinator Tim untuk melakukan orientasi lapangan agar mendapatkan kepastian gampong sampel dan informasi untuk membuat kuesioner dan guideline in-depth interview. Kegiatan Pra-survai ini telah dilaksanakan selama 5 hari yaitu mulai tanggal 27 April sampai dengan 1 Mai 2013.Hasil kegiatan pra-survai ini telah didiskusikan kembali pada tanggal 3 Mai 2013 untuk perencanaan kegiatan selanjutnya terutama persiapan untuk survai lapangan.kuesioner dan petunjuk umum wawancara mendalam disempurnakan setelah menerima masukan dari bidang kajian lainnya. Survai Lapangan Survai lapangan dilaksanakan untuk mewawancarai responnden secara langsung di lokasi penelitian sesuai dengan rencana yang telah dibuat pada kegiatan pra-survai. Tim ahli dan enumerator yang telah dilatih secara khusus untuk melakukan wawancara dengan Project Implementation Unit - Studi Ekosistem Rawa Tripa Universitas Syiah Kuala

6 184 SCIENTIFIC STUDIESFOR THE REHABILITATION AND MANAGEMENT OF THE TRIPA PEAT-SWAMP FOREST responden yang akan dilaksanakan secara terpadu pada Minggu II bulan Mei Survai lapangan bidang sosial ekonomi dan budaya serta legal lingkungan akan melibatkan 3 bidang keahlian yaitu (1) bidang sosial ekonomi, (2) bidang sosial budaya, dan (3) bidang legal lingkungan. Dalam melaksanakan survai lapangan Tim Ahli dibantu oleh 5 orang enumerator lapangan. Analisis Data Kuesioner yang telah diisi melalui wawancara dengan responden di lokasi penelitian, kemudian dientri dan ditabulasi menjadi tabel-tabel.tabel-tabel yang dibuat didasarkan kepada indikator/parameter keadaan sosial ekonomi dan budaya yang yang telah ditetapkan dalam ruang lingkup kajian dan juga didasarkan pada metode yang digunakan. Penyusunan Laporan Tahap terakhir adalah penyusunan laporan studi sosial ekonomi dan budaya kehidupan masyarakat di ekosistem Hutan Rawa Gambut Tripa (TPSF). Dalam laporan, akan dideskripsikan aspek sosial ekonomi masyarakat lokal, kondisi sarana dan prasarana, potensi sumberdaya ekonomi lokal, analisis pengembangan komoditas ramah lingkungan, pendapatan masyarakat dan daerah, persepsi masyarakat terhadap alih fungsi lahan rawa gambut Tripa, evaluasi biayamanfaat komoditas Kelapa Sawit, lembaga lokal dan lembaga kemitraan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal Ekosistem Hutan Rawa Gambut Tripa secara administratif terletak di Kecamatan Darul Makmur, Kecamatan Tripa Makmur dalam Kabupaten Nagan Raya, dan Kecamatan Babah Rot dalam Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh. Masyarakat dalam 3 kecamatan ini memiliki interaksi sosial ekonomi cukup tinggi dengan ekosistem hutan rawa gambut Tripa. Robert Thomas Malthus mengemukakan bahwa perkembangan penduduk akan mengikuti deret ukur, sedangkan perkembangan subsisten (pangan) mengikuti deret hitung. Pendapat ini dikenal dengan Teori Kependudukan Malthus. Jumlah penduduk di Kecamatan Darul Makmur, Tripa Makmur dan Babah Rot pada Tahun 2011 adalah jiwa. Sebagian besar dari jumlah penduduk tersebut berada dalam kelompok usia produktif jiwa (64,85%), selebihnya usia tua jiwa (3,49 %), serta usia balita dan sekolah jiwa (31.66 %). Jumlah penduduk dan perkembangan penduduk di tiga kecamatan tersebut secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa distribusi penduduk di tiga kecamatan dalam ekosistem hutan rawa gambut Tripa sangat tidak merata. Kecamatan Tripa Makmur merupakan kecamatan pemekaran dari Kecamatan Darul Makmur, yang pemekarannya baru ditetapkan pada Tahun 2011, sehingga pada tahun sebelum 2011 jumlah penduduk sudah termasuk dalam Kecamatan Darul Makmur. Kecamatan Babah Rot yang terletak di Kabupaten Aceh Barat Daya baru terbentuk pada Tahun 2008 bersamaan dengan terbentuk kabupaten tersebut.pertumbuhan penduduk yang tinggi pertahun (3,28%) disebabkan oleh tingginya angka kelahiran dan lebih banyak penduduk yang masuk ke tiga kecamatan tersebut dibandingkan dengan penduduk yang keluar. LAPORAN UTAMA

7 SOSIAL EKONOMI KEHIIDUPAN MASYARAKAT 185 Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Perkembangan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kecamatan Penelitian dari Tahun Kecamatan Penduduk Tahun Darul Makmur Tripa Makmur Babah Rot Jumlah Tingkat pertumb. Penduduk - -2,79 7,14 5,49 Rerata tingkat pertumbuhan penduduk 3.28 % Sumber: Kecamatan Darul Makmur Dalam Angka Tahun 2012, Kecamatan Tripa Makmur Dalam Angka Tahun 2012, dan Kecamatan Babah Rot Dalam Angka Tahun 2012 Sehubungan dengan hal tersebut, maka kajian terhadap masalah kependudukan di daerah ini menjadi penting karena berkaitan kebutuhan dan permintaan lahan serta peluang kerja. Di satu pihak jumlah penduduk terus meningkat, namun di pihak lain jumlah lahan budidaya yang tersedia semakin sempit, sehingga ekosistem hutan rawa gambut, yang seharusnya dilindungi, terpaksa dikonversi baik untuk perkebunan rakyat maupun untuk perkebunan besar. Berdasarkan hasil penelitian Hayami dan Kikuchi (1987) menyatakan bahwa jika penduduk terus-menerus bertambah dalam suasana teknologi yang konstan (tanpa irigasi, bibit unggul, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit) maka batas-batas tanah yang ditanami masyarakat akan meluas ke daerah-daerah yang merupakan areal yang seharusnya dilindungi. Pendapat ini sesuai dengan kenyataan lapangan yang menunjukkan bahwa ada kecenderungan sudah semakin luasnya masyarakat membuka lahan-lahan garapan baru di Ekosistem TPSF. Hasil survai di daerah penelitian menunjukkan bahwa pendatang yang masuk ke desa-desa di ekosistem hutan rawa gambut Tripa sebagian besar berasal dari kecamatan di sekitar 3 kecamatan tersebut, dan sebagian kecil ada pendatang dari Sumatera Utara dan daerah Jawa. Umumnya mereka datang ke kecamatan dalam ekosistem hutan gambur rawa Tripa adalah untuk mencari pekerjaan, melakukan perdagangan atau melakukan hubungan perkawinan. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3. B. Kondisi Umum Kabupaten Nagan Raya Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu kabupaten yang terletak di sebelah Barat Propinsi Aceh.Secara geografis Kabupaten Nagan Raya terletak antara 3 o 40 Lintang Utara sampai dengan 4 o 38' Lintang Utara dan 96 o 11 Bujur Timur sampai dengan 96 o 48 Bujur Timur. Secara administratif, batas-batas wilayah Kabupaten Nagan Raya adalah sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Aceh Tengah : Samudera Indonesia : Kabupaten Aceh Barat : Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Barat Daya Project Implementation Unit - Studi Ekosistem Rawa Tripa Universitas Syiah Kuala

8 186 SCIENTIFIC STUDIESFOR THE REHABILITATION AND MANAGEMENT OF THE TRIPA PEAT-SWAMP FOREST Berdasarkan data yang terdapat di dalam Kabupaten Nagan Raya Dalam Angka Tahun 2012, Kabupaten Nagan Raya memiliki luas wilayah 3.544,90 Km 2. Kabupaten Nagan Raya terletak pada bagian Barat Provinsi Aceh. Kabupaten Nagan Raya beribukota di Suka Makmue dan memiliki 10 kecamatan.kecamatan Darul Makmur mempunyai luas wilayah terluas yaitu 1.027,93 Km 2 atau 29,00 persen dari luas wilayah kabupaten.kemudian diikuti oleh Kecamatan Beutong dengan luas wilayah 1.017,32 Km2 atau 28,70 persen. Sedangkan 8 kecamatan lainnya secara berurutan yaitu Beutong Ateuh Banggalang, Tadu Raya, Seunagan Timur, Tripa Makmur, Kuala, Kuala Pesisir, Seunagan dan Suka Makmue mempunyai luas wilayah masing-masing 11,45 persen, 9,79 persen, 7,10 persen, 5,34 persen, 3,41 persen, 2,15 persen, 1,60 persen dan 1,45 persen dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Nagan Raya. Dari 10 kecamatan tersebut hanya Kecamatan Darul Makmur dan Kecamatan Tripa Makmur yang terletak dalam Ekosistem TPSF. Secara topografis, sebagian besar desa-desa yang ada di Kabupaten Nagan Raya merupakan wilayah dataran. Sisanya merupakan desa yang memiliki topografi lembah/das dan lereng. Terdapat 17 desa yang berbatasan dengan laut tersebar di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Darul Makmur, Tripa Makmur, Kuala Pesisir dan Tadu Raya Tabel 3. Asal Daerah Pendatang di Ekosistem TPSF dan Tujuan Mereka Datang No Kecamatan Asal daerah Tujuan datang 1 Babah Rot Penduduk asli Krueng Batee 2 Darul Makmur 3 Tripa Makmur Sumber: Data Primer Blang Pidie Jeuram Manggeng Tapak Tuan Penduduk asli Alue Bilie Blang Pidie Jeuram Meulaboh Tapaktuan Subulussalam Lhokseumawe Medan Jawa Penduduk asli Blang Pidie Jeuram Manggeng Ikut orang tua, mencari kerja dan menuntut ilmu agama Menikah, dan mencari kerja Menikah, dan mencari kerja Mencari Kerja Menikah, dan mencari kerja Transmigrasi Mencari Kerja, menikah, ikut orang tua, transmigrasi Pergantian tanah oleh sofindo (transmigrasi), mencari kerja, berdagang dan berkebun Ikut orang tua, mencari kerja Mencari kerja Mencari kerja Mencari tempat kerja yang lebih aman Mencari kerja dan transmigrasi Ikut orang tua dan bertani Ikut saudara, mencari kerja Mencari kerja Ikut saudara, mencari kerja LAPORAN UTAMA

9 SOSIAL EKONOMI KEHIIDUPAN MASYARAKAT 187 Kependudukan Penduduk atau masyarakat mempunyai peran besar di dalam menjalankan kehidupan ekonomi dan pemerintahan. Berdasarkan Kabupaten Nagan Raya Dalam Angka Tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2011 sebesar jiwa yang tersebar di 10 kecamatan. Kepadatan penduduk di Kabupaten Nagan Raya adalah 40 jiwa per Km 2. Apabila dilihat berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa, sedangkan penduduk perempuan adalah sebanyak jiwa. Berdasarkan data tersebut dapat dihitung rasio jenis kelamin Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2011 adalah 102, angka ini berarti jika ada 102 penduduk laki-laki maka terdapat 100 penduduk perempuan. Tabel 4. Jumlah Penduduk Kabupaten Nagan Raya Menurut Kecamatan, Rumah Tangga, Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Kecamatan Rumah tangga Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin 1. Darul Makmur Tripa Makmur Kuala Kuala Pesisir Tadu Raya Beutong Beutong Ateuh Seunagan Suka Makmue Seunagan Timur Jumlah Sumber: Kabupaten Nagan Raya Dalam Angka Tahun 2012 Jika jumlah penduduk dirinci menurut kecamatan maka jumlah penduduk yang paling besar berada di Kecamatan Darul Makmur, sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kecamatan Beutong Ateuh. Namun demikian, dilihat dari kepadatan penduduknya, Kecamatan Seunagan memiliki tingkat kepadatan paling tinggi, yaitu sebesar 260 jiwa per kilometer persegi, sedangkan Kecamatan Beutong Ateuh memiliki tingkat kepadatan paling rendah, yaitu sebesar 4 jiwa per kilometer persegi. Penduduk Kabupaten Nagan Raya termasuk dalam kelompok usia muda. Hal ini dilihat dari masih banyaknya penduduk yang masuk dalam kelompok usia muda atau dewasa (dibawah 20 tahun) yaitu sebesar 38,87 persen. Dari pembagian penduduk berdasarkan kelompok umur, dapat diperoleh rasio beban ketergantungannya (Dependcy Ratio). Rasio beban ketergantungan di Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2011 adalah sebesar 35. Ini berarti Project Implementation Unit - Studi Ekosistem Rawa Tripa Universitas Syiah Kuala

10 188 SCIENTIFIC STUDIESFOR THE REHABILITATION AND MANAGEMENT OF THE TRIPA PEAT-SWAMP FOREST bahwa setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) harus menanggung sekitar 35 penduduk usia non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas). Pada tahun 2011, penduduk Kabupaten Nagan Raya menurut kelompok usia sekolah, sebagian besar masih pada kelompok usia sekolah dasar (38,87%). Presentase penduduk kelompok usia sekolah dasar dibandingkan dengan total penduduk adalah sebesar 30,11 persen, Selanjutnya, presentase penduduk untuk kelompok usia sekolah menengah pertama dan atas adalah sebesar 18,99 persen. No Tabel 5 Penduduk Kabupaten Nagan Raya Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok Umur Jenis Kelamin Lak-laki Perempuan Jumlah Jumlah Sumber: BPS, Kabupaten Nagan Raya Tahun 2012 Ketenagakerjaan Secara garis besar, penduduk dalam hubungannya dengan kegiatan ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu, penduduk usia di bawah 15 tahun dan penduduk usia 15 tahun ke atas. Penduduk yang berusia 15 tahun ke atas digolongkan menjadi penduduk angkatan kerja. Data persentase penduduk produktif menurut kegiatannya menggambarkan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Nagan Raya yang termasuk angkatan kerja berjumlah cukup banyak. Pada tahun 2011 presentase angkatan kerja sebesar 67,34%.Penduduk yang bukan angkatan kerja sebesar 32,6%. Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja sebesar 74,06 persen, mencari kerja sebesar 2,55 persen, sedangkan sekolah sebesar 7,42 persen, mengurus rumah tangga sebesar 13,11 persen, dan kegiatan lainnya sebesar 2,87 persen. Hal ini menunjukan bahwa persentase penduduk usia LAPORAN UTAMA

11 SOSIAL EKONOMI KEHIIDUPAN MASYARAKAT 189 kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi masih lebih besar dibanding dengan penduduk yang tidak aktif dalam kegiatan ekonomi. Tabel 6. Penduduk 15 Tahun ke atas di Kabupaten Nagan Raya Tahun 2011 No Kegiatan Seminggu Yang Lalu (Klasifikasi Kegiatan) % 1 Angkatan kerja a Bekerja b Mencari kerja Bukan angkatan kerja a Sekolah b Mengurus Rumah tangga c Lainnya 2.55 Sumber: BPS, Kabupaten Nagan Raya Tahun 2012 C. Kondisi Umum Kabupaten Aceh Barat Daya Kabupaten Aceh Barat Daya merupakan salah satu kabupaten yang terletak di sebelah Barat Propinsi Aceh. Secara geografis Kabupaten Aceh Barat Daya terletak pada 3 o o Lintang Utara dan 96 o o Bujur Timur. Secara administratif, batasbatas wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya adalah sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Kabupaten Gayo Lues : Samudera Indonesia : Kabupaten Nagan Raya : Kabupaten Aceh Selatan Berdasarkan data yang terdapat di dalam Kabupaten Aceh Barat Daya Dalam Angka Tahun 2012, Kabupaten Aceh Baratya memiliki luas wilayah 2.334,01 Km2. Kabupaten Aceh Barat Daya terletak pada bagian Barat Provinsi Aceh. Kabupaten Aceh Barat Daya beribukota di Blang Pidie dan memiliki 9 kecamatan, dan 134 desa.kecamatan Babah Rot merupakan kecamatan yang terluas ke-tiga (548,00 Km 2 ), setelah Kecamatan Kuala Bate (652,00 Km 2 ) dan Kecamatan Blang Pidie ( Km 2 ). Kemudian diikuti oleh Kecamatan Jeumpa (312,00 Km 2 ), Kecamatan Tangan Tangan (63,00 Km 2 ), Kecamatan Manggeng (55,00 Km 2 ), Kecamatan Lembah Sabil (49,4 Km 2 ), Kecamatan Setia (41,00 Km 2 ), dan Kecamatan Susoh (32,01 Km 2 ). Dari 9 kecamatan tersebut hanya Kecamatan Babah Rot yang terletak dalam Ekosistem TPSF.Secara topografis, sebagian besar desa-desa yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya merupakan wilayah dataran.sisanya merupakan desa yang memiliki topografi lembah/das dan lereng. Kependudukan Penduduk atau masyarakat mempunyai peran besar dalam menjalankan kehidupan ekonomi dan pemerintahan. Berdasarkan Kabupaten Aceh Barat Daya Dalam Angka Tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya pada tahun 2011 sebesar jiwa yang tersebar di 9 kecamatan. Kepadatan penduduk di Kabupaten Aceh Barat Daya adalah 62 jiwa per Km 2. Apabila dilihat berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa, sedangkan penduduk perempuan adalah sebanyak jiwa. Project Implementation Unit - Studi Ekosistem Rawa Tripa Universitas Syiah Kuala

12 190 SCIENTIFIC STUDIESFOR THE REHABILITATION AND MANAGEMENT OF THE TRIPA PEAT-SWAMP FOREST Berdasarkan data tersebut dapat dihitung rasio jenis kelamin Kabupaten Aceh Barat Daya pada tahun 2011 adalah 102, angka ini berarti jika ada 102 penduduk laki-laki maka terdapat 100 penduduk perempuan. Tabel 7. Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya Menurut Kecamatan, Rumah Tangga, Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Kecamatan Rumah tangga Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin 1. Manggeng 3,952 7,536 7,380 14, Lembah Sabil 2,980 5,517 5,612 11, Tangan-Tangan 3,491 6,577 6,537 13, Setia 2,406 4,428 4,176 8, Blangpidie 6,034 11,677 11,480 23, Jeumpa 2,870 5,361 5,345 10, Susoh 6,259 12,148 11,825 23, Kuala Batee 5,541 10,310 10,059 20, Babah Rot 4,963 9,667 9,152 18, Jumlah 38,496 73,221 71, , Sumber: Kabupaten Aceh Barat Daya Dalam Angka Tahun 2012 Jika jumlah penduduk dirinci menurut kecamatan maka jumlah penduduk yang paling banyak berada di Kecamatan Kuala Batee, sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kecamatan Setia. Namun demikian, dilihat dari kepadatan penduduknya, Kecamatan Susoh memiliki tingkat kepadatan paling tinggi, yaitu sebesar 749 jiwa per kilometer persegi, sedangkan Kecamatan Kuala Batee memiliki tingkat kepadatan paling rendah, yaitu sebesar 31 jiwa per kilometer persegi. Penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya termasuk dalam kelompok usia muda. Hal ini dilihat dari masih banyaknya penduduk yang masuk dalam kelompok usia muda atau dewasa (dibawah 20 tahun) yaitu sebesar 40,24 persen. Dari pembagian penduduk berdasarkan kelompok umur, dapat diperoleh rasio beban ketergantungannya (Dependcy Ratio).Rasio beban ketergantungan di Kabupaten Aceh Barat Daya pada tahun 2011 adalah sebesar 35. Ini berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) harus menanggung sekitar 35 penduduk usia non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas) Pada tahun 2011, penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya menurut kelompok usia sekolah, sebagian besar masih pada kelompok usia sekolah dasar (51,29%). Persentase penduduk kelompok usia sekolah dasar dibandingkan dengan total penduduk adalah sebesar 20,64 persen. Selanjutnya, persentase penduduk untuk kelompok usia sekolah menengah pertama dan atas adalah sebesar 11,72 persen. Ketenagakerjaan Secara garis besar, penduduk dalam hubungannya dengan kegiatan ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu, penduduk usia di bawah 15 tahun dan penduduk usia 15 tahun ke atas. Penduduk yang berusia 15 tahun ke atas digolongkan menjadi penduduk angkatan kerja. Data persentase penduduk produktif menurut kegiatannya menggambarkan persentase LAPORAN UTAMA

13 SOSIAL EKONOMI KEHIIDUPAN MASYARAKAT 191 penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Aceh Barat Daya yang termasuk angkatan kerja berjumlah cukup banyak. Pada tahun 2011 presentase angkatan kerja sebesar 57,86%.Penduduk yang bukan angkatan kerja sebesar 42,14%. Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang mencari kerja ada 148 orang, sebesar 0,17 persen. Hal ini menunjukan bahwa persentase penduduk usia kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi masih lebih besar dibanding dengan penduduk yang sedang mencari pekerjaan dalam kegiatan ekonomi. Tabel 8. Penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya Berdasarkan Kelompok Umur No Kelompok Umur Jenis Kelamin Lak-laki Perempuan Jumlah ,574 6,131 12, ,554 6,317 12, ,097 6,641 13, ,487 6,080 12, ,091 5,821 10, ,521 6,227 11, ,236 5,583 10, ,912 4,993 9, ,278 4,294 8, ,665 3,605 7, ,854 2,656 5, ,971 1,664 3, ,322 1,513 2, ,080 1,223 2, ,021 1, ,017 1,709 Jumlah ,136 64,786 Sumber: Kabupaten Aceh Barat Daya Dalam Angka Tahun 2012 D. Kondisi Sarana dan Prasarana Mosher (1987) mengemukakan bahwa pengangkutan merupakan salah satu dari lima syarat pokok pembangunan pertanian. Tanpa pengangkutan yang efisien dan murah, maka keempat syarat pokok lainnya (pasar untuk hasil usahatani, teknologi yang sennatiasa berubah, tersedianya sarana produksi secara lokal, dan perangsang produksi bagi petani) tidak dapat diadakan secara efektif. Pentingnya pengangkutan yang efisien dan murah karena dapat menekan harga input pertanian yang akan dibeli petani dan dapat meningkatkan harga output produk pertanian yang akan dijual petani sehingga pada akhirnya akan memperbesar keuntungan usaha tani yang akan diterima petani. Dengan demikian kondisi prasarana dan sarana angkutan akan dapat mempengaruhi semangat petani dalam upaya meningkatkan produksi dan mengembangkan usahataninya. Project Implementation Unit - Studi Ekosistem Rawa Tripa Universitas Syiah Kuala

14 192 SCIENTIFIC STUDIESFOR THE REHABILITATION AND MANAGEMENT OF THE TRIPA PEAT-SWAMP FOREST Ada tiga faktor yang ikut mempengaruhi biaya pengangkutan, yaitu: (1) jarak pengangkutan, (2) jumlah barang yang diangkut, dan (3) jenis alat pengangkutan yang dipergunakan (Mosher, 1987). Di samping jarak tempuh, biaya pengangkutan lokal juga dipengaruhi oleh kondisi jalan atau prasarana angkutan yang tersedia.semakin jelek kondisi jalan cenderung semakin mahal biaya pengangkutannya. Selain prasarana jalan dan sarana angkutan, prasarana publik lain juga akan mempengaruhi kenyamanan penduduk untuk tinggal dan bekerja baik di sektor pertanian maupun di sektor lainnya. Sarana dan prasarana publik tersebut antara lain, rumah sekolah, tempat pelayanan kesehatan, rumah ibadah, listrik dan air minum. Masing-masing prasaran akan diuraikan di setiap kecamatan penelitian. Kecamatan Darul Makmur Di lokasi penelitian kondisi prasarana dan sarana angkutan dari desa ke pusat pasar terdekat sebagian besar daerah sudah dapat dilalui dengan kenderaan roda 4, sungguhpun keadaan jalanya masih mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan oleh (1) letak lokasi yang relatif jauh dari pusat pasar dan (2) kondisi jalan yang masih relatif jelek, sehingga prasarana dan sarana yang ada dinilai masih kurang memadai dalam mendukung. Pada Tahun 2011, ada 8 desa yang telah memiliki jenis permukaan jalan aspal beton, yaitu Alue Waki, Krueng Alem, Alue Rambot, Krueng Seumayam, Pulo Teungoh, Alue Bili, Alue Jampak, dan Suka Mulia. Sementara, sebagian besar desa (32 desa lain) hanya memiliki jenis jalan tanah yang diperkeras. Desa terjauh dari Ibu Kota Kecamatan adalah Kuala Seumayam, yang jauhnya mencapai 41 Km, dan itupun melalui jalan perusahaan perkebunan besar sawit, yaitu Kalista Alam. Prasarana komunikasi di Kecamatan Darul Makmur sudah ada 2 warung telekomunikasi yang terletak di Ibu Kota kecamatan, yaitu Desa Alue Bili. Sementara itu, semua desa telah dapat dihubungi dengan HP, yang berbeda ada desa yang sinyal HP yang kuat dan ada desa yang mempunyai sinyal HP yang lemah. Pada tahun 2011, ada 27 desa yang mempunyai sinyal HP yang kuat, sementara sisanya memiliki sinyal HP yang lemah. Untuk penerangan, jaringan PLN telah tersambung ke semua desa. Untuk kepentingan kesehatan masyarakat dan sanitasi lingkungan, Kecamatan Darul Makmur telah memiliki 3 unit Puskesmas, 13 unit Puskesmas Pembantu, 1 unit Poliklinik, 1 unit Balai Pengobatan, 5 unit Praktek Dokter, dan 4 unit Bidan Praktek. Semua desa dalam Kecamatan Darul Makmur telah memiliki Posyandu dan aktif. Ada 13 desa yang memiliki perusahaan air minum/ air isi ulang, 26 desa yang sumber air minum berasa dari sumur dan 1 desa menggunakan sungai/mata air sebagai sumber air minum. Bahan bakar yang digunakan rumah tangga untuk memasak, ada 9 desa menggunakan gas, 5 desa menggunakan minyak tanah, dan 26 desa menggunakan kayu bakar. Sampah rumah tangga dibuang di tanah pekarangan rumah atau dengan menggali lubang tanah terdapat di 39 desa, dan hanya Desa Alue Bili sampah rumah tangga diangkut ke tempat pembuangan akhir. Ada 19 desa yang masyarakatnya telah memiliki jamban sendiri, dan 21 desa tidak memiliki jamban. Untuk kepentingan ibadah, semua desa memiliki mesjid atau meunasah. Untuk kepentingan pendidikan, ada 33 unit sekolah dasar yang terletak hampir setiap desa, ada 9 unit SMP sederajad, dan 5 unit SMA sederajad. LAPORAN UTAMA

15 SOSIAL EKONOMI KEHIIDUPAN MASYARAKAT 193 Kecamatan Tripa Makmur Di Kecamatan Tripa Makmur kondisi prasarana dan sarana angkutan dari desa ke pusat pasar terdekat sebagian besar daerah sudah dapat dilalui dengan kenderaan roda 4, sungguhpun keadaan jalanya masih mengalami kesulitan.hal ini disebabkan oleh (1) letak lokasi yang relatif jauh dari pusat pasar dan (2) kondisi jalan yang masih relatif jelek, sehingga prasarana dan sarana yang ada dinilai masih kurang memadai dalam mendukung kegiatan sosial dan ekonomi. Kecamatan Babah Rot Di Kecamatan Babah Rot kondisi prasarana dan sarana angkutan dari desa ke pusat pasar terdekat sebagian besar daerah sudah dapat dilalui dengan kenderaan roda 4, sungguhpun keadaan jalanya masih mengalami kesulitan.hal ini disebabkan oleh (1) letak lokasi yang relatif jauh dari pusat pasar dan (2) kondisi jalan yang masih relatif jelek, sehingga prasarana dan sarana yang ada dinilai masih kurang memadai dalam mendukung sosian dan ekonomi. E. Potensi Sumberdaya Ekonomi Lokal Pembangunan ekonomi lokal merupakan pembangunan dalam komunitas yang menitikberatkan pada penciptaan kesempatan kerja dan menghasilkan pendapatan nyata bagi penduduk pedesaan.untuk itu, pembangunan ekonomi lokal juga tidak terlepas dari potensi sumberdaya ekonomi lokal. Potensi sumber-daya lokal mencakup: lahan, tenaga kerja, dan modal. Luas Lahan dan Pemanfaatannya Lahan merupakan sumberdaya ekonomi yang paling dapat dikontrol oleh masyarakat.akses lahan pada penduduk miskin di pedesaan dapat mendorong rumah tangga miskin tersebut untuk bekerja secara produktif, memperbaiki status gizi, dan meningkatkan kesejahteraan. Di Kecamatan Darul Makmur, Kecmatan Tripa Makmur dan Kecamatan Babah Rot, lahan sebagian besar lahan merupakan lahan rawa/gambut dan dipergunakan untuk tanaman pertanian khususnya padi sawah, tanaman hortikultura, dan perkebunan rakyat (Tabel 4.8). Lahan tersebut ada yang dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan rakyat dan ada pula untuk perkebunan besar yang mengusahakan tanaman kelapa sawit.sementara tanaman perkebunan rakyat diusahkan pada lahan kering dalam bentuk tanaman campuran atau kebun campuran. Umumunya, pada perkebunan rakyat diusahakan kelapa sawit, karet, kakao, kelapa dalam, pala, kemiri dan tanaman buah-buahan. Sementara perkebunan besar hanya mengusahakan dalam sistem monokultur kelapa sawit. Di 3 kecamatan lokasi penelitian, penggunaan lahan terluas adalah lahan kering/tegalan, kemudian diikuti untuk penggunaan pemukiman dan sawah. Tinggi dan stabilnya harga sawit ditambah dengan masuknya perusahaan besar yang mengusakan tanaman kelapa sawit dapat mendesak penggunaan lahan sawit, yang sebenarnya sudah sangat sempit untuk mendukung ketahanan pangan khususnya beras.ada sebagian masyarakat yang sebelumnya mengusahakan padi rawa di Kecamatan Darul Makmur, terpaksa mengalihkan lahannya untuk menanam sawit, karena lahan itu sudah kering dan tidak dapat ditanam padi lagi. Keadaan pengalihan lahan ini terjadi di Desa Blang Project Implementation Unit - Studi Ekosistem Rawa Tripa Universitas Syiah Kuala

16 194 SCIENTIFIC STUDIESFOR THE REHABILITATION AND MANAGEMENT OF THE TRIPA PEAT-SWAMP FOREST Luah, Ladang Baro dan dengan luas 1-2 hektar. Ujong Tanjong. Rata-rata masyarakat mempunyai kebun sawit Desakan pengalihan penggunaan lahan tidak hanya terjadi pada sawah, pada tanaman kakao juga terjadi hal yang sama. Karena serangan busuk buah pada tanaman kakao, ada sebagian petani yang telah menggantikan tanaman kakao mereka dengan tanaman sawit.keadaan ini terjadi di Kecamatan Darul Makmur dan Kecamatan Tripa Makmur, sementara Kecamatan Babah Rot belum terjadi. Tabel 9. Penggunaan Lahan Kecamatan Darul Makmur dan Kecamatan Babah Rot (Ha) Kecamatan Pemukiman Lahan kering Sawah Lainnya Jumlah Darul Makmur 1) Babah Rot 2) Jumlah Keterangan: Penggunan lahan Kecamatan Tripa Makmur termasuk dalam Kecamatan Darul Makmur Sumber: 1) Kecamatan Darul Makmur Dalam Angka Tahun 2012 dan Kabupaten Nagan Raya Dalam Angka Tahun ) Kecamatan Babah Rot Dalam Angka Tahun 2012 dan Kabupaten Aceh Barat Daya Dalam Angka Tahun 2012 Tenaga Kerja Produktivitas tenaga kerja berhubungan erat dengan tingkat penghasilan yang mereka terima. Tenaga kerja yang produktif cenderung akan menerima dan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang kurang produktif. Dalam kaitan tersebut, tenaga kerja merupakan sumberdaya ekonomi lokal keterampilan mereka dapat ditingkatkan. Namun pengelompokan tenaga kerja terampil, semi terampil, dan tidak terampil di Kecamatan Darul Makmur, Tripa Makmur dan Babah Rot masih sulit dilakukan dan belum tersedia cukup informasi untuk itu. Namun karena sebagian besar tenaga kerja di lokasi penelitian bekerja di sektor pertanian dan mereka adalah petani, maka mereka dapat digolongkan pada tenaga kerja tidak terampil atau semi terampil. Mereka yang mempunyai ketrampilan, dapat diterima pada perusahaan besar sawit, seperti PT Kalista Alam, PT Surya Panen Subur, dan PT. Gelora Sawita Makmur, PT. Cemerlang Abadi dan PT. Dua Perkasa Lestari. Desa Ujong Tanjong Kecamatan Darul Makmur banyak tenaga kerjanya bekerja pada PT. Surya Panen Subur, seperti diungkapkan oleh seorang tokoh desa ini. Desa ini mempunyai hubungan yang paling dekat dengan perusahaan perkebunan sawit PT. Surya Panen Subur, di mana sekitar 50% penduduknya bekerja pada perusahaan. Ada 4 orang desa ini yang mempunyai jabatan asisten kebun, 8 orang mandor, 3 orang kerani buah, 12 orang pekerja pabrik dan sisanya merupakan buruh harian lepas. Modal Ekonomi dan Sosial Masyarakat Ahli Ekonomi menggunakan istilah modal untuk suatu sumberdaya yang tidak dihabiskan dalam proses produksi barang (Haviland, 1993). Konsep modal secara fungsional dapat LAPORAN UTAMA

17 SOSIAL EKONOMI KEHIIDUPAN MASYARAKAT 195 dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu: (1) modal sebagai asset produktif, (2) modal sebagai kontrol terhadap daya beli, dan (3) modal sebagai dana untuk investasi. Namun pada perkembangan akhir-akhir ini sudah dikenal suatu konsep baru yang diposisikan setara dengan modal alam dan modal ekonomi, yaitu modal sosial. Modal sosial merujuk pada seperangkat norma, jaringan, dan organisasi yang melaluinya orang memperoleh akses pada kekuasaan dan sumberdaya. Menurut Serageldin dan Grootaert dalam Dasgupta (2000), ada tiga tingkatan modal sosial, yaitu: (1) meliputi semua hubungan kerja sama informal dan asosiasi horizontal di tingkat lokal; (2) asosiasi-asosiasi yang bersifat hirarki, vertikal dan supra lokal; dan (3) pandangan atas modal sosial yang lebih luas mencakup lingkungan sosial dan politik yang memungkinkan norma-norma berkembang dan membentuk struktur sosial. Berkaitan dengan aliran modal yang masuk ke daerah, khusus ke lokasi penelitian Kecamatan Darul Makmur, Tripa Makmur dan Babah Rot, dapat dilihat melalui jumlah perusahaan dan organisasi ekonomi masyarakat. Menurut data yang diperoleh menunjukkan bahwa ada 5 perusahaan perkebunan besar swasta nasional yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit, yaitu PT. Surya Panen Subur, PT. Kalista Alam, PT. Gelora Sawita Makmur, PT Cemerlang Abadi dan PT. Dua Perkasa Lestari. Dua perusahaan perkebunan besar pertama telah dilengkapi dengan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS). Di samping itu, di lokasi penelitian juga terdapat perusahaan-perusahaan kecil dan koperasi yang bergerak di sektor perindustrian dan perdagangan yang telah memiliki SIUPP dan terdaftar maupun yang belum.di Kecamatan Babah Rot terdapat 62 perusahaan kecil yang bergerak pada jenis industri perabot, kilang padi, ketel nilam, dan anyaman rotan. Di samping itu, di kecamatan ini terdapat industri rumah tangga sebanyak 27 unit, yang bergerak pada jenis industri pandai besi, pembuatan kacang/kerupuk dan bordir/kasab. Di Kecamatan Darul Makmur dan Tripa Makmur terdapat 149 industri rumah tangga dan 86 industri kecil. Industri rumah tangga terdiri dari jenis krupuk, roti, tempe, tahu, bordir, tukang kaleng, dan pandai besi. Industri kecil bergerak pada jenis jasa reperasi sepeda, sepeda motor, mobil, elektronik, pengelasan, tukang mas, fotokopi, dan percetakan. Kondisi di atas menggambarkan bahwa kecamatan lokasi penelitian memiliki potensi sumberdaya modal yang sangat besar untuk berkembang pada masa yang akan datang. Namun pembangunan tersebut perlu dilakukan secara terpadu dan seimbang antar berbagai sektor: sektor pertanian dan sektor non-pertanian; sektor ekonomi dan sektor sosial kelembagaan, serta pembangunan sumberdaya manusia itu sendiri. Sebagai kecamatan yang terdapat dalam Ekosistem TPSF, pembangunan diberbagai sektor juga harus mempertimbangkan kesinambungan pembangunan dengan tidak merusak lingkungan yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerugian besar pada pembangunan yang telah dicapai. F. Pendapatan Daerah Secara umum sumberdaya potensi ekonomi suatu wilayah dapat juga dilihat berdasarkan nilai Produk Domestik Rgional Bruto (PDRB). PDRB Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Barat Daya menurut lapangan usaha atas dasar harga yang berlaku tahun (jutaan rupiah) secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11. Project Implementation Unit - Studi Ekosistem Rawa Tripa Universitas Syiah Kuala

18 196 SCIENTIFIC STUDIESFOR THE REHABILITATION AND MANAGEMENT OF THE TRIPA PEAT-SWAMP FOREST Tabel 10 dan 11 di atas menunjukkan bahwa PDRB Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Barat Daya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan PDRB terbesar disumbangkan dari sektor pertanian. Hal ini mengandung makna bahwa pembangunan di sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara menyeluruh di dua kabupaten tersebut untuk masa mendatang. Sehubungan dengan hal tersebut maka kesinambungan pembangunan sangat penting mempertimbangkan kelestaian lingkungan khususnya Ekosistem TPSF. Tabel 10. PDRB Kabupaten Nagan Raya Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga yang Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha Tahun Pertanian , , , ,68 Pertambangan , , , ,68 Industri Pengolahan , , , ,10 Listrik dan Air Minum 2 128, , , ,39 Bangunan , , , ,00 Perdagangan , , , ,02 Pengangkutan , , , ,70 Keuangan 8 242, , , ,96 Jasa-jasa , , , ,22 Jumlah , , , ,74 Sumber: Kabupaten Nagan Raya Dalam Angka Tahun 2012 Tabel 11. PDRB Kabupaten Aceh Barat Daya Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga yang Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha Tahun Pertanian 416, , , , Pertambangan 6, , , , Industri Pengolahan 39, , , , Listrik dan Air Minum 4, , , , Bangunan 165, , , , Perdagangan 223, , , , Pengangkutan 53, , , , Keuangan 25, , , , Jasa-jasa 212, , , , Jumlah 1,146, ,294, ,465, ,678, Sumber: Kabupaten Aceh Barat Daya Dalam Angka Tahun 2012 LAPORAN UTAMA

19 SOSIAL EKONOMI KEHIIDUPAN MASYARAKAT 197 G. Analisis Pengembangan Komoditas Unggulan Komoditas unggulan merupakan komoditas yang mempunyai prospek pasar yang bagus baik untuk memenuhi kebutuhan lokal maupun untuk memenuhi permintaan luar daerah. Oleh karena itu, komoditas unggulan dipilih sesuai dengan persyaratan agroklimat, kebiasaan dan keterampilan masyarakat lokal. Komoditas unggulan juga terlihat pada banyaknya kuantitas produksi yang diusahakan masyarakat. Ada 5 kelompok komoditas unggulan, yaitu tanaman pangan utama dan hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Tanaman Pangan dan Hortikultura Di 3 kecamatan lokasi penelitian, komoditas unggulan dari kelompok tanaman pangan adalah padi (Tabel 4.11). Dari 3 kecamatan tersebut, Kecamatan Babah Rot memiliki komoditas unggulan padi lebih bagus daripada dua kecamatan lainnya. Untuk memenuhi kebutahan pangan lokal, Kecamatan Babah Rot dapat menyediakan sendiri kebutuhan pangannya, sementara dua kecamtan lain untuk memenuhi kebutuhan lokal harus dipasok dari kecamatan lainnya di Kabupaten Nagan Raya. Untuk jenis tanaman sayur, komoditas unggulan di 3 kccamatan ini adalah kacang panjang yang umumnya diusahakan di lahan pekarangan. Di samping itu, dari jenis tanaman buah-buahan, komoditas unggulan adalah mangga dan durian. Tabel 12. Tanaman Pangan Utama yang diusahakan di Kecamatan Darul Makmur, Tripa Makmur dan Babah Rot Tahun 2011 Tanaman Darul Makmur Tripa Makmur Babah Rot Produksi Luas panen Produksi Luas panen (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Padi Kedele Jagung Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu 76 1, , Sumber: Kecamatan Darul Makmur Dalam Angka Tahun 2012, Kecamatan Tripa Makmur Dalam Angka Tahun 2012, dan Kecamatan Babah Rot Dalam Angka Tahun 2012 Tanaman Perkebunan Di 3 kecamatan lokasi penelitian, komoditas unggulan perkebunan adalah kelapa sawit, diikuti karet dan kakao (Tabel 13).Tidak seperti tanaman pangan yang seluruh pengusahaannya oleh rakyat, komoditas unggulan sawit juga diusahakan oleh perkebunan besar.keberadaan sawit pada posisi komoditas unggulan utama di daerah ini didukung oleh agroklimat, perkembangan harga pasar, teknologi dan masyarakat yang mulai memahami cara budidayanya. Luas lahan sawit petani rata-rata 2 hektar, dan ada 2-3 petani yang meliliki lahan sawit hektar, terutama petani yang telah memiliki modal besar. Di samping itu, lembaga keuangan juga mendukung pengembangan sawit dengan memberikan Project Implementation Unit - Studi Ekosistem Rawa Tripa Universitas Syiah Kuala

KABUPATEN NAGAN RAYA RINGKASAN PERUBAHAN APBK MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014

KABUPATEN NAGAN RAYA RINGKASAN PERUBAHAN APBK MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014 Lampiran II : QANUN KABUPATEN NAGAN RAYA Nomor : XXX Tahun 2009 Tanggal : 1 Oktober 2009 KABUPATEN NAGAN RAYA RINGKASAN APBK MENURUT DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014 Halaman: 1 KODE 1 WAJIB 896,344,195,698

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

KATALOG BPS BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN

KATALOG BPS BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN KATALOG BPS1101002.1103012 BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN TRUMON TENGAH 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TRUMON TENGAH 2015 ISSN : No. Publikasi : Katalog BPS : 1101002.1103012

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya

Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya Latar Belakang Tripa merupakan hutan rawa gambut yang luasnya sekitar 61.000 ha, terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

TAHUN PEMBANGUNAN DAERAH ASPEK/FUCUS/URUSAN/INDIKATOR KINERJA

TAHUN PEMBANGUNAN DAERAH ASPEK/FUCUS/URUSAN/INDIKATOR KINERJA NO ASPEK/FUCUS/URUSAN/INDIKATOR KINERJA TAHUN PEMBANGUNAN DAERAH 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 SATUAN 1 2 3 3 4 5 6 7 8 9 A Aspek Kesejahteraan Masyarakat 1 Indek Pembangunan Manusia 1,1 Indeks Pembangunan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Kondisi Geografis Desa Suka Damai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara. Ibu kota kecamatan ini berada

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH 5.1. Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi Daerah Aceh terletak di kawasan paling ujung dari bagian utara Pulau Sumatera dengan luas areal 58.357.63 km 2. Letak geografis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM DAN KONSESI LAHAN

TINJAUAN HUKUM DAN KONSESI LAHAN 5 TINJAUAN HUKUM DAN KONSESI LAHAN Legal Review and Land Base Concession Ilyas Ismail Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh Indonesia I. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana Gempa dan Tsunami yang terjadi di beberapa wilayah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada 26 Desember 2004 telah menimbulkan dampak yang sungguh luar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR

IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR 4.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Rokan Hilir merupakan hasil pemekaran Kabupaten Bengkalis dengan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

PROFIL DISTANNAK NAGAN RAYA

PROFIL DISTANNAK NAGAN RAYA PROFIL DISTANNAK NAGAN RAYA Kabupaten Nagan Raya secara historis dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 4 Tahun 2002 yang diresmikan pada tanggal 22 Juli 2002 beserta empat kabupaten

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. General Description of The Regions I. LETAK ADMINISTRASI DAN AKSESIBILITAS

KEADAAN UMUM WILAYAH. General Description of The Regions I. LETAK ADMINISTRASI DAN AKSESIBILITAS KEADAAN UMUM WILAYAH 5 2 KEADAAN UMUM WILAYAH General Description of The Regions I. LETAK ADMINISTRASI DAN AKSESIBILITAS A real Hutan Rawa Gambut Tripa (Tripa Peat Sweamp-Forest = TPSF) merupakan suatu

Lebih terperinci

KATALOG BPS BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN

KATALOG BPS BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN KATALOG BPS1101002.1103011 BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN TRUMON TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TRUMON TIMUR 2015 ISSN : No. Publikasi : Katalog BPS : 1101002.1103011

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN GAMPONG DALAM KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN GAMPONG DALAM KABUPATEN ACEH BARAT DAYA RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN GAMPONG DALAM KABUPATEN ACEH BARAT DAYA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH BARAT DAYA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi BAB III ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 3.1 Permasalahan Pembangunan 3.1.1 Permasalahan Kebutuhan Dasar Pemenuhan kebutuhan dasar khususnya pendidikan dan kesehatan masih diharapkan pada permasalahan. Adapun

Lebih terperinci

JUMLAH PNS MENURUT GOLONGAN DAN PEGAWAI HONOR PADA LEMBAGA/DINAS/INSTANSI DALAM KABUPATEN ACEH BARAT, JANUARI I II III IV Jumlah Honor

JUMLAH PNS MENURUT GOLONGAN DAN PEGAWAI HONOR PADA LEMBAGA/DINAS/INSTANSI DALAM KABUPATEN ACEH BARAT, JANUARI I II III IV Jumlah Honor JUMLAH PNS MENURUT GOLONGAN DAN PEGAWAI HONOR PADA LEMBAGA/DINAS/INSTANSI DALAM KABUPATEN ACEH BARAT, JANUARI 2008 Lembaga/Dinas/Instansi Golongan PNS Pegawai Honor 1 Sekretariat Daerah Kabupaten 5 83

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN KABUPATEN : PENAJAM PASER UTARA TAHUN : 2010 RENCANA KINERJA TAHUNAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET Persentase Angka Partisipasi Sekolah (APM) SD/ MI 92 Persen Dituntaskannya program wajib

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang di dapat dari alam dan merupakan barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA (3) 64,65 Persen. 53,87 Persen

PENGUKURAN KINERJA (3) 64,65 Persen. 53,87 Persen PENGUKURAN KINERJA KABUPATEN : PENAJAM PASER UTARA TAHUN : 2010 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Dituntaskannya program wajib belajar dua belas tahun pada seluruh siswa Persentase

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 13 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI I. KESIMPULAN M engakhiri laporan ini, maka berdasarkan hasil-hasil kajian yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu dapat ditarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan program pembangunan sanitasi yang menyeluruh dan terintegrasi dari tingkat pusat hingga daerah, dimana pembangunan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografis Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

STATISTIK KECAMATAN MAJE 2016 Statistik Daerah Kecamatan Maje 2016 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN MAJE 2016 Nomor ISSN : Nomor Publikasi : 17040.1619 Katalog BPS : 1101002.1704020 Ukuran Buku : 25,00

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci