EVALUASI KEBERHASILAN INDIKATOR PROGRAM DESA SIAGA DI CIANGSANA, GUNUNG PUTRI, BOGOR, TAHUN 2013
|
|
- Yuliana Siska Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EVALUASI KEBERHASILAN INDIKATOR PROGRAM DESA SIAGA DI CIANGSANA, GUNUNG PUTRI, BOGOR, TAHUN 2013 Wiwit Wijayanti 1, Munawaroh 2 1 Program Studi Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas MH. Thamrin Alamat Korespondensi: Program studi kebidanan, Fikes MH.Thamrin, Jln. Raya Pondok Gede No Kramat Jati Jakarta Timur Telp : ext 1208 ABSTRAK Desa siaga merupakan upaya strategis dalam rangka percepatan pencapaian tujuan pembangunan milenium (Milenium Development Goals) dalam rangka peningkatan kualitas desa siaga guna mengakselerasi pencapaian target desa siaga aktif pada tahun Gerakan dan pembinaan desa siaga berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564/Menkes/SK/VIII/2006. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi indikator keberhasilan program desa siaga yang terdiri dari indikator input, indikator proses, indikator output dan indikator outcome di Ciangsana, Gunung Putri, Bogor tahun Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptive evaluative, dengan pengamatan observasional melalui wawancara mendalam dan Focus Group Discusion (FGD) untuk memberikan gambaran Evaluasi Indikator Keberhasilan Program Desa Siaga di Ciangsana, Gunung Putri, Bogor Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara non probability sampling yaitu dengan teknik purposif sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah kepala puskesmas, sekertaris desa, kepala bagian promosi kesehatan, ketua desa siaga, 2 orang bidan desa, 3 orang kader. Berdasarkan hasil evaluasi desa siaga di desa Ciangsana digolongkan pada strata desa siaga pratama hal ini dapat dilihat dari indicator input, proses, output dan outcome menunjukkan bahwa desa siaga di desa Ciangsana Kecamatan Gunung Putri belum berjalan dengan baik sehingga tidak ditemukan data di desa siaga meskipun sebenarnya semua kegiatan dilaksanakan, hanya saja masih dilakukan oleh masing-masing petugas tanpa adanya koordinasi yang baik. Untuk kedepan diharapkan perlu ditingkatkanya koordinasi antar institusi serta pemberdayaan masyarakat. Kata kunci : Desa Siaga, Ciangsana Pendahuluan Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan. Desa siaga lahir sebagai respon pemerintah terhadap masalah kesehatan di Indonesia yang tak kunjung selesai. Tingginya angka kematian ibu dan bayi, munculnya kembali berbagai penyakit lama seperti tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat pandemik seperti SARS, HIV/AIDS dan flu burung serta belum hilangnya penyakit endemis seperti diare dan demam berdarah merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia. Bencana alam yang sering menimpa bangsa Indonesia seperti gunung meletus, tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor dan kecelakaan massal menambah kompleksitas masalah kesehatan di Indonesia (Depkes, 2006). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/MENKES/SK/VI II/2006, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa siaga, desa siaga merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa siaga adalah suatu konsep peran serta dan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa, disertai dengan pengembangan kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara kesehatannya secara mandiri (Depkes, 2006). Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Desa siaga salah satu diantaranya yaitu diperlukan keikutsertaan masyarakat, baik secara kualitas maupun kuantitas. Keikutsertaan masyarakat dipengaruhi oleh sikap masyarakat yang berbeda-beda, yaitu sikap yang tidak mendukung dan sikap yang mendukung. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menghapus sikap yang tidak mendukung pada masyarakat antara lain melakukan musyawarah, seminar, lokakarya dan pelatihan-pelatihan pada masyarakat. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan apa itu desa siaga sehingga sikap masyarakat yang tidak mendukung bisa berubah menjadi mendukung terhadap pelaksanaan desa siaga. Jika masyarakat sudah mendukung desa siaga maka pelaksanaan desa siaga akan berjalan secara optimal (Aisyiah Ulfa, 2009). Prasetyo, 2008 dalam penelitiannya di desa Singosari untuk mendeskripsikan pelaksanaan desa siaga melalui 6 komponen desa siaga yaitu Poliklinik Kesehatan Desa (PKD), Forum Kesehatan Desa (FKD), Kegiatan Gotong Royong, Upaya Kesehatan, Pengamatan dan Pemantauan serta pembiayayaan kesehatan. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa Forum Kesehatan Desa (FKD) merupakan salah 40
2 satu faktor penghambat dikarenakan struktur organisasi yang tidak efektif terutama pengurus laki-laki. Desa Taubatan kecamatan Miomafo Tengah kabupaten Timor Tengah Utara Nusa tenggara Timur merupakan salah satu contoh Desa Siaga berbasis budaya. Sejak dicetuskan oleh Thomas Laka yang juga sebagai kepala Puskesmas Bijaupasu pada pertengahan tahun 2011 terdapat perubahan utama yang dirasakan yaitu masyarakat merasa nyaman dan berpartisipasi secara aktif dalam melakukan persalinan di fasilitas kesehatan yang sebelumnya masyarakat lebih banyak memilih untuk bersalin di rumah dengan bantuan dukun dan keluarga. Sejak itu pula semua persalinan tidak lagi dilakukan dirumah sehingga tidak ada kematian ibu dan bayi pada tahun 2012 di desa Taubatan. Dengan adanya desa Siaga ini pihak yang paling diuntungkan adalah ibu-ibu dan bayi ( Dodo, 2011). Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), kejadian bencana, kecelakaan, dan lainlain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong royong. Pengembangan Desa Siaga mencakup upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa, menyiapsiagakan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Sebuah desa telah menjadi desa Siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) yang dikelola oleh seorang bidan dan 2 orang kader. Untuk menuju Desa Siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumberdaya masyarakat yang ada dewasa ini seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dana Sehat, Desa Siap-Antar- Jaga dan lain-lain, sebagai embrio atau titik awal pengembangan menuju Desa Siaga. Dengan demikian, mengubah desa menjadi Desa Siaga akan lebih cepat bila di desa tersebut telah ada berbagai UKBM (Depkes RI, 2007). Menurut data dari Departemen Kesehatan RI, pada tahun 2008 jumlah Desa Siaga sudah mencapai 50% dari seluruh desa di Indonesia, sedangkan di Jawa Timur dari desa sudah (90,9%) desa yang di tetapkan menjadi Desa SiAGa (Depkes RI, 2008). Data dari Dinas Kesehatan tahun 2009 dari 467 desa di wilayah kabupaten sudah 467 (100%) desa yang di tetapkan sebagai Desa Siaga, 240 (51,39%) dalam tahap bina, 153 (32,76%) dalam tahap tumbuh dan 74 (15,85%) dalam tahap kembang. Di Kecamatan Kembangbahu semua desa yang berjumlah 18 desa sudah menjadi Desa Siaga, 3 (16,67%) dalam tahap tumbuh, dan 15 (83,33%) dalam tahap kembang. Salah satu upaya yang bisa dilakukan agar program Desa Siaga menjadi lebih efektif, perlu diadakan pelatihan pelaksanaan dan pengembangan Desa Siaga, serta bila memungkinkan diberikan bantuan dana dari pemerintah untuk pengadaan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan Desa Siaga. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Evaluasi terhadap Program Desa Siaga di Ciangsana, Gunung Putri, Bogor Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengevaluasi indikator keberhasilan desa siaga yang terdiri dari indikator input, indikator proses, indikator output dan indikator outcome di Ciangsana, Gunung Putri, Bogor tahun Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif evaluative ( Evaluation study) yang dilakukan menilai suatu program yang sedang dilakukan secara objektif. Variabel yang dinilai disesuikan menurut indikator keberhasilan proses desa siaga Depkes RI 2006 yaitu indikator input, indikator proses, indikator out put dan indikator outcome. Penelitian dilksanakan di desa Ciangsana, Gunung Putri,Bogor. Waktu penelitianya dari bulan September sampai dengan Desember Populasi penelitian ini adalah seluruh warga masyarakat desa Ciangsana, gunung putri,bogor. Sedangkan Sampel penelitian didapatkan dengan menggunakan teknik purposive sampling yakni pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu. Sampel penelitian didapatkan dengan menggunakan teknik purposive sampling yakni pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu. Pada penelitian ini, peneliti mengambil informasi 9 sampel dari Kepala Puskesmas Gunung Putri, Koordinator Program promosi kesehatan puskesmas Gunung Putri, sekertaris desa Ciangsana, Ketua desa siaga, 2 orang bidan desa dan 3 orang kader. Data dikumpulkan menggunakan teknik wawancara bebas terpimpin dibantu dengan instrument panduan interview. Panduan interview disesuaikan untuk masing masing sampel sesuai dengan kapasitas dan peran sampel terhadap program desa siaga. Selain itu data juga diperoleh melalui focus grup discussion. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan teknik analisis kualitatif menggunakan proses berpikir induktif. Hasil Desa Ciangsana merupakan salah satu desa di wilayah kecamatan Gunung Putri, kabupaten Bogor propinsi Jawa Barat dengan luas Ha, dengan batas batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan desa Bojongkulur, sebelah timur berbatasan dengan desa Limusnunggal, sebelah selatan berbatasan dengan desa nagrak dan sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Jati rangga kota bekasi/ kali Cikeas. Adapun jumlah penduduk Desa ciangsana sampai dengan Juli 2013 adalah jiwa dengan jumlah 41
3 penduduk laki laki jiwa dan jumlah penduduk perempuan Jiwa. Sedangkan jumlah kepala keluarganya adalah kepala keluarga. Indikator program desa siaga Pada penelitian ini informan utamanya adalah bapak tumpal SE, selaku ketua desa siaga karena informan ini sangat memahami tentang desa siaga di desa Ciangsana sedangkan informan yang lain melengkapi dan menguatkan hasil penelitian ini. a. Indikator Input Adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan yang telah diberikan dalam rangka pengembangan desa. Berdasarkan hasil penelitian dengan metode fokus disscusion group (FGD), dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1. Indikator keberhasilan desa siaga berdasarkan indikator input di desa Ciangsana, Gunung Putri,Bogor Indikator Masukan Hasil Observasi Kader desa Siaga Jumlah kader desa siaga di Ciangsana ada 5 orang namun tidak aktif dengan alasan kesibukan dan perekonomian, jadi untuk pelaksanaan kegiatan biasanya dibantu oleh kader posyandu yang tersebar di tiap RW (masing-masing 5 orang) Tenaga kesehatan di Desa ciangsana tidak memiliki poskesdes karena di desa tersebut sudah ada fasilitas poskesdes puskesmas pembantu yang fasilitasnya hampir sama dengan UPF sehingga tenaga kesehatan juga mencukupi mulai dari dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga analis kesehatan, ahli gizi semua tersedia. Sarana obat dan alat Obat dan alat tersedia dengan baik di puskesmas sederhana Posyandu Dana operasional desa siaga Pencatatan dan pemetaan masalah kesehatan Ada 32 posyandu yang aktif kecuali di perumahan kota wisata tidak berjalan karena kesibukan serta perekonomian dari masyarakat di sana sehingga lebih memilih ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih baik. Tidak ada bantuan dana operasional dari pemerintah maupun desa sehingga dana menggunakan swadaya murni masyarakat ( masyarakat tertentu) Belum memiliki pendokumentasian, kegiatan sudah dilaksanakan oleh masing-masing petugas namun tidak ada koordinasi sehingga pendokumentasian hanya ada di masingmasing petugas. b. Indikator Proses Indikator proses ini dinilai dari keaktifan masyarakat dalam rangka pengembangan desa siaga seperti pengadaan forum masyarakat desa, fungsi kader desa siaga, berfungsinya poskesdes, posyandu, penanggulangan penyakit, kunjungan rumah untuk kadarsi dan phbs serta rujukan penderita ke poskesdes. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 2. Tabel 2. Indikator keberhasilan desa siaga berdasarkan indicator proses di desa Ciangsana, Gunung Putri, Bogor Indikator proses Hasil observasi Forum masyarakat desa Frekuensi pertemuan untuk FMD 1 bulan 1 kali, masalah yang dibahas tidak hanya masalah kesehatan tetapi permasalahan yang terjadi di desa tersebut Kader desa siaga Meskipun kader desa siaga tidak aktif namun kegiatan dapat terlaksana karena bantuan dari kader posyandu Poskesdes Poskesdes digantikan dengan Puskesmas, kegiatan berfungsi sebagaimana mestinya, antara lain sebagai tempat melayani pengobatan umum, tempat persalinan, imunisasi, penyuluhan tentang PHBS dan tumbuh kembang anak yang baik serta pemeriksaan laboratorium. UKBM upaya kesehatan berbasis masyarakat yang sudah ada di desa Ciangsana adalah posyandu balita, posyandu lansia, penyuluhan tentang PHBS yang rutin diadakan setiap bulan. Kunjungan rumah kunjungan rumah rutin dilakukan oleh petugas kesehatan sebulan sekali untuk pemeriksaan kadarzi dan PHBS. Untuk meningkatkan hal tersebut maka diadakan penyuluhan oleh bidan desa serta kader kader yang aktif Rujukan System rujukan sudah dilaksanakan dengan baik, jika pasien yang tidak dapat ditangani oleh puskemas maka akan dirujuk ke rumah sakit pemerintah terdekat 42
4 c. Indikator output Adalah indicator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga yang meliputi cakupan pelayanan kesehatan di puskesmas, cakupan pelayanan kesehatan di UKBM, cakupan rumah tangga yang mendapat promosi kesehatan untuk Kadarzi dan PHBS, jumlah kasus kegawatdaruratan dan kejadian luar biasa yang dilaporkan dan diatasi. Untuk hasil penelitianya dapat dilihat pada tabel 3, yaitu : Tabel 3. Indikator keberhasilan desa siaga berdasarkan indicator output (keluaran) di desa Ciangsana, Gunung Putri, Bogor Indikator out put Hasil observasi Cakupan pelayanan kesehatan di puskesmas Cakupan pelayanan kesehatan di yang ada UKBM Cakupan rumah tangga yang mendapatkan promosi kesehatan untuk kadarzi dan PHBS Jumlah kasus kegawatdaruratan dan kejadian luar biasa yang dilaporkan dan diatasi Pelayanan yang diberikan di puskesmas antara lain untuk pertolongan persalinan, kunjungan neonatus (KN2), pemeriksaan ibu hamil K1 dan K4, ibu yang memeiliki faktor resiko, dan kunjungan KB aktif. Masing masing UKBM memberikan pelayanan sesuai dengan spesifikasinya masing-masing, misalnya posyandu lansia untuk melayani kesehatan pada lansia, posyandu balita untuk memberikan pelayanan kepada balita dan ibunya, sedangkan kader-kader memberikan penyuluhan yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan keluarga. Promosi kesehatan dilakukan oleh petugas kesehatan dibantu oleh kader-kader dalam memberikan informasi mengenai kadarzi dan PHBS misalnya seperti pentingnya penggunaan garam beryodium dan penggunaan serta kebersihan jamban Ditemukan kasus kegawatdaruratan dan klb yaitu banjir pada bulan Januari tahun 2013 di salah satu Rw di desa Ciangsana. d. Indikator Outcome/ dampak Adalah indicator yang mengukur seberapa besar dampak dari hasi kegiatan desa dalam rangka pengembangan desa siaga terdiri dari data jumlah penduduk yang sembuh/ membaik dari sakitnya, data jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS, data jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia, dan data balita dengan gizi buruk. Berdasarkan hasil penelitian diketahui keberhasilan desa siaga dapat dilihat pada tabel 4, yaitu : Tabel 4. Indikator keberhasilan desa siaga berdasarkan indicator outcome (dampak) di desa Ciangsana, Gunung Putri, Bogor Indikator outcome Hasil observasi Jumlah penduduk yang sembuh/ membaik dari sakitnya Penyakit yang sering terjadi di desa Ciangsana yaitu ISPA, hipertensi, rematik serta gastritis. Jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS, Kesadaran masyarakat tentang PHBS relative meningkat hal ini dapat dilihat dari masyarakat ciangsana seluruhnya menggunakan jamban Jumlah balita dengan gizi buruk Hasil diskusi dengan informan Ada 1 balita yang gizi buruk dengan komplikasi cerebral palsy di desa ciangsana tahun 2013 Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia Tidak ada kematian ibu yang melahirkan pada tahun 2013 Evaluasi merupakan bagian dari system managemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evalusi. Tanpa evalusi maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objekevaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Pada umumnya kegiatan evaluasi mencakup tiga pokok, yaitu kegiatan pada tahap persiapan, kegiatan pada tahap pelaksanaan dan hasilnya selain itu kita juga harus mengaetahui dampak dari kegiatan tersebut.kegiatan pada tahap penilaian adalah kegiatan akhir untuk mengevaluasi seluruh kegiatan dalam rangka pencapaian hasil program (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan dari hasil penelitian pembentukan desa siaga di desa Ciangsana masih masuk tahapan pratama karena indicator input belum semuanya tersedia, seperti forum desa sudah ada, kader sudah ada namun tidak aktif, adanya kemudahan akses kesehatan dasar, usaha kesehatan berbasis masyarakat yang aktif hanya posyandu lansia dan balita, tidak adanya dukungan dana dari pemerintah desa dan kelurahan serta belum adanya 43
5 sumber dana lain, belum adanya peraturan kepala desa/bupati/walikota sesuai dengan surat keputusan menteri kesehatan nomor 564/Menkes/SK/VII/1996 tentang pedoman pelaksanaan pengembangan desa siaga. Pencanangan desa siaga di desa ciangsana dilaksanakan pada tahun 2012 berarti masih dalam proses pembelajaran mengingat usianya yang masih relative muda apalagi pelatihan yang diberikan sangat terbatas (hanya 1 kali) tanpa adanya pembinaan lanjut yang harusnya dilaksanakan secara rutin dari dinas kesehatan sehingga kegiatan pendampingan ke desa siaga masih dinilai kurang oleh sebagian warga.untuk lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap program desa siaga ini pemerintah khususnya kementerian kesehatan harus membuat program yang berdasarkan usulan dan partisipasi masyarakat, karena masyarakat akan merasa memiliki dan menjaga program karena masyarakat menganggap bahwa program itu berasal dari mereka sendiri. Biasanya program yang langsung dari pusat itu memerlukan sosialisasi yang panjang untuk dapat diterima oleh masyarakat, karena kadang program itu tidak berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat, serta masyarakat menganggap bahwaprogram tesebut mempunyai penyediaan dana yang besar, sehingga masyarakat kadang tidakmau bekerja kalau tidakdigaji, beda dengan program yang berasal dari partisipasi masyarakat, masyarakat melaksanakan dengan sukarela tanpa dibayar karena memang program dari masyarakat tidak memerlukan dana yang banyak. Hal ini sesuai dengan penelitian misnaniarti dkk (2011) yang menyatakan tentang keterbatasan pelatihan kader dan tenaga kesehatan di kabupaten Ogan Ilir oleh dinas kesehatan setempat. Dalam upaya mencapai visi dan misi desa siaga, kementerian kesehatan menetapkan rencana strategis salah satunya adalah pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global dalam memantapkan peran serta masyarakat dan swasta sebagai subjek atau penyelengara dan pelaku pembangunan kesehatan, meningkatkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat dan mensinergikan system kesehatan modern dan asli Indonesia, menerapkan promosi yang efektif. Sejauh ini pelaksanaan desa siaga di desa Ciangsana belum menekankan pada aspek pemberdayaan masyarakat padahal seharusnya apek pemberdayaan masyarakat memegang peranan penting dalam keberhasilan pelaksanaan desa siaga, menurut Misnaniarti(2011) penggunaan masyarakat dalam konteks pelayanan kesehatan mengandung makna bahwa hakikat dan pendekatan dalam pemberian pelayanan kesehatan yang semua berakibat pada kepentingan birokrasi atau berorientasi pada produsen berubah menjadi berorientasi pada konsumen yaitu masyarakat. Desa siaga akan mendapatkan dana hibah (blok grant) setiap tahun dari DHS-2 guna mendukung kegiatanya, besarnya sesuai dengan proposal yang diajukan dan proposal tersebut sudah di review oleh dewan keesehatan desa, namun Dana operasional di desa ciangsana sampai dengan saat ini belum ada, kemudian biaya untuk kader yang bekerja setiap hari juga belum ada di alokasikan oleh Dinas kesehatan kota.itu pula yang menjadikan kader desasiaga tidak aktif, untuk itu kader harus mendapat perhatian khusus, dengan memberikan insentif agar motivasi kader tidak melemah, hal ini akan mengakibatkan turunya kinerja kader karena kader sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan desa siaga. Selain itu organisasi tidak akan berjalan dengan semestinya, begitu pula kegiatan- kegiatan akan terjadi kemunduran, hal ini terjadi karena belum terbentuknya organisasi desa siaga dengan maksimal sehingga tidak ada yang mengajukan proposal pengajuan bantuan dana ke pemerintah ataupun pihak swasta, hal ini juga disebabkan karena keterbatasan informasi dari masyarakat. Selain itu pembekalan untuk kader sangat diperlukan sehingga dalam penyampaian tidak mengalami hambatan atau kesalahan dalam memberikan informasi. Pengembangan yang diharapkan adalah bagaimana masyarakat mau dan mampu dalam mengatasi masalah kesehatan didesa ciangsana, kemauan masyarakat untuk berbuat hidup sehat sangat baik, namun hal ini sangat perlu bimbingan dan motivasi. Salah satu kegiatan pokok desa siaga adalah Surveilans dan pemetaan, setiap ada masalah kesehatan di rumah tangga akan dicatat dalam kartu sehat keluarga. Selanjutnya, semua informasi tersebut akan direkapitulasi dalam sebuah peta desa (spasial) dan peta tersebut dipaparkan di poskesdes. Sebenarnya kegiatan ini sudah kegiatan dilaksanakan secara baik di desa Ciangsana, hanya saja dilakukan oleh masingmasing petugas tanpa adanya koordinasi antar instansi sehingga pendokumentasian dalam program desa siaga di Ciangsana masih belum lengkap hal ini diakibatkan oleh koordinasi yang kurang dari berbagai pihak sehingga masing-masing data dipegang oleh petugasnya, tentu saja hal ini akan menjadi masalah dalam pengembangan desa siaga selanjutnya sehingga kita tidak dapat menilai seberapa besar dampak positif kegiatan ini bagi masyarakat sekitar. Kenyataan dilapangan selama ini bahwa ketua ataupun kader dari desa siaga tidak melaporkan tentang kegiatan program desa siaga. Hal ini juga dibenarkan dari pernyataan informan yang diwawancarai bahwa selama pencanangan desa siaga di desa ciangsana belum pernah mengirimkan laporan ke tingkat puskesmas. Kesimpulan Hasil penelitian di desa Ciangsana menunjukkan bahwa desa siaga yang ada pada tahapan pratama mengingat belum terbentuknya organisasi dengan 44
6 baik, tidak adanya pelatihan yang rutin dari pemerintah, dan tidak adanya sumber dana yang jelas untuk pembentukan desa siaga tersebut. Pembentukan desa siaga belum secara sepenuhnya memanfaatkan potensi dari berbagai kegiatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang ada, serta pemberdayaan masyarakat belum berjalan optimal dilihat dari belum adanya dana operasional. Berdasarkan hasil evaluasi indikator input pengadaan dana operasional, pendokumentasian serta pemetaan masalah belum dilaksanakan dengan baik, untuk itu perlu ditingkatkanya koordinasi antara petugas kesehatan dengan pengurus desa siaga. Hasil evaluasi indikator proses, output dan outcome menunjukkan bahwa desa siaga belum berjalan dengan baik sehingga tidak ditemukanya data di desa siaga meskipun sebenarnya semua kegiatan dilaksanakan hanya saja masih dilakukan oleh masing-masing petugas (petugas puskesmas dan petugas desa) tanpa adanya koordinasi yang baik. Daftar Pustaka Depkes RI Kebijakan Pengembangan Desa Siaga. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Depkes RI Pedoman pelaksanaan desa siaga. Jakarta. Depkes RI Kajian Kesiapan Petugas dan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Siaga. Pusat Kajian Pembangunan Kesehatan. Depkes RI Pedoman Pengembangan Model Operasional Desa Siaga. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Depkes RI Pedoman Pengembangan Model Operasional Desa Siaga. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Depkes RI Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan Republik Indonesia.. Dodo, Diminirsep Ovidius Implementasi Desa Siaga Berbasis Kearifan Budaya di Desa Taubatan Nusa Tenggara Timur Misniarti Kajian Pengembangan Desa Siaga di Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal manajemen kesehatan vol 2 Juni Abdus, Muhammad Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan desa siaga di desa Tumbukan banyu kecamatan daha selatan kabupaten Hulu sungai selatan propinsi Kalimantan selatan. Tesis. Noto atmodjo,soekidjo ilmu kesehatan masyarakat (prinsip-prinsip dasar). PT rineka. Jakarta Saran 1. Pemerintah dalam melaksanakan program, khususnya dibidang kesehatan jangan hanya berdasarkan SK(surat keputusan) saja tetapi kedepanya diharapkan berdasarkan keinginan masyarakat sendiri akan kebutuhan kesehatan didaerahnya. 2. Pemerintah dalah hal ini dinas kesehatan dan puskesmas hendaknya lebih meningkatkan sosialisasi desa siaga ke masyarakat, agar masyarakat lebih mengerti dan dapat berpartisipasi secara aktif 3. Pemerintah dalah hal ini dinas kesehatan dan puskesmas perlu mengadakan pelatihan rutin serta pembentukan organisasi sehingga masing-masing pengurus mengetahui tugasnya dengan baik agar desa siaga dapat berjalan. 4. Perlu diadakanya koordinasi antar institusi di desa Ciangsana sehingga semua kegiatan dan pelaporan dapat berjalan dengan baik. 5. Perlu diadakan Pengajuan bantuan dana ke pemerintah atau swasta untuk pembentukan desa siaga. Prasetya, Budi, Evaluasi Pelaksanaan Program Desa Siaga di Desa Singosari kecamatan Mojosongo kabupaten Boyolali, skripsi. Ridwan, Analisis Faktor Penghambat Tidak Berhasilnya Desa Siaga di Desa Tongko Kecamatan Lage Kabupaten Poso. Tesis, Universitas Hasanudin, Makasar. Surat keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564/ Menkes/SK/ VIII/2006 tentang pedoman pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Visi ini dicapai dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1.
VISI : Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bogor yang mandiri untuk hidup sehat MISI I : Meningkatkan Kemandirian dalam Jaminan Kesehatan Nasional Pelayanan Kesehatan. Meningkatkan Masyarakat Miskin Cakupan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun Desa atau kelurahan siaga aktif adalah desa atau kelurahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa siaga aktif adalah bentuk pengembangan dari desa siaga yang telah dimulai sejak tahun 2006. Desa atau kelurahan siaga aktif adalah desa atau kelurahan yang penduduknya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembukaan UUD 1945, mencantumkan tujuan nasional bangsa Indonesia yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2007 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 56 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN RW SIAGA KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya
Lebih terperinciFORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)
FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) Lampiran III Unit Eselon I Kementrian/Lembaga/SKPD : Dinas Kesehatan Tahun : 2016 SASARAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kesehatan Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkunagan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kualitas Pelayanan Kesehatan. menyediakan pengalaman jasa yang memuaskan selama periode
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian Kualitas Pelayanan Kesehatan Kualitas pelayanan kesehatan adalah persepsi pelanggan mengenai superioritas jasa pelayanan kesehatan
Lebih terperinciPERSEPSI KEPALA KELUARGA TERHADAP PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI DESA NGEMPLAK KECAMATAN KARTASURA
PERSEPSI KEPALA KELUARGA TERHADAP PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI DESA NGEMPLAK KECAMATAN KARTASURA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan Oleh : ANIS SARI LISTIANI
Lebih terperinciPendekatan Kemasyarakatan Bidang Kesehatan di Desa
Pendekatan Kemasyarakatan Bidang Kesehatan di Desa Heri Muchdiyono, dr, MKes Derajad Kesehatan. Status kesehatan masyarakat memiliki beberapa faktor pengaruh yaitu faktor perilaku masyarakat, faktor lingkungan
Lebih terperinciTUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas
Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015
UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Lebih terperinciVII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN
VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diupayakan, diperjuangkan dan tingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azasi (UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Status kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator keberhasilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan nasional. Kesehatan adalah investasi untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAKSANAAN KOORDINASI DESA SIAGA DAN PHBS
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAKSANAAN KOORDINASI DESA SIAGA DAN PHBS A. PENDAHULUAN Desa siaga kesehatan adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa yang memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan merupakan investasi sehingga perlu dijaga, dilindungi dan ditingkatkan kualitasnya. Kesehatan juga merupakan faktor penting untuk
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016
UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Lebih terperinciLAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013
LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Dalam Buku Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif (2014) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif diartikan sebagai bentuk pengembangan
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4
SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azazi manusia (UUD 1945, pasal 28 ayat 1 dan UU No.36 tahun 2009) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN
SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS KESEHATAN Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 KESEHATAN Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Sarana Kesehatan
Lebih terperinciBAB. III AKUNTABILITAS KINERJA
1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG
Lebih terperinciPoliklinik Kesehatan Desa
Poliklinik Kesehatan Desa Oleh : 1. Diyan Mayangsari (090949) 2. Retno (101065) 3. Ayu Andriani (111112) 4. Siti Marfuah (111113) 5. Ewi Susilaningsih (111140) 6. Ummu Halida (111171) 7. Titah Adista (111172)
Lebih terperinciStandar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini
Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH
KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH 1. PENDAHULUAN Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup kompleks, karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota atau kabupaten yang melaksanakan
Lebih terperinciOleh : Tarjuman, SKp.,MNS. Fakultas Ilmu Kesehatan, UNIBBA
Oleh : Tarjuman, SKp.,MNS. Fakultas Ilmu Kesehatan, UNIBBA Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014 Suhrawardi 1, Vonny Khresna Dewi 2, Hj. Norlena 3 123 Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
Lebih terperinciKAJIAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI KABUPATEN OGAN ILIR
KAJIAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI KABUPATEN OGAN ILIR Misnaniarti, Asmaripa Ainy, Nur Alam Fajar Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya, Indralaya ABSTRAK Latar belakang: Salah
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMBINAAN DESA SIAGA
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMBINAAN DESA SIAGA A. Pendahuluan Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi
Lebih terperinciJURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN KAJIAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI KABUPATEN OGAN ILIR
JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN VOLUME 14 No. 02 Juni 2011 Halaman 78-83 Misnaniarti, dkk.: Kajian Pengembangan Desa Siaga... Artikel Penelitian KAJIAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI KABUPATEN OGAN ILIR
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA MALANG DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS KESEHATAN Jalan Simpang L.A. Sucipto No. 45 Telp. (0341) 406878 M A L A N G KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG NOMOR : 188.47/ 95 / 35.73.306/ 2015 TENTANG PENETAPAN
Lebih terperinciBUKU PEDOMAN DESA SIAGA AKTIF
Seri Desa Siaga Aktif MENUJU MASYARAKAT BER-PHBS di Desa Membangun menuju Desa Peradaban BUKU PEDOMAN DESA SIAGA AKTIF Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dinas Kesehatan 2010 Gerakan Sadar PHBS cara murah
Lebih terperinciUNGGULAN UTAMA RW SIAGA KESEHATAN
UNGGULAN UTAMA RW SIAGA KESEHATAN Untuk meningkatkan derajat masyarakat, Pemerintah Kelurahan Kedungmundu bersama lembaga masyarakat telah mengupayakan kegiatan/gerakan menuju masyarakat sehat yang diikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat
Lebih terperinci1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.
Berdasarkan uraian mengenai visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah selama periode 2011-2015, maka telah ditetapkan target agregat untuk
Lebih terperinciA. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA MADIUN
EVALUASI PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA MADIUN Istikomah, Muhidin 1*, Sri Subekti 1, Agnes V. Sugiartiningsih 1, Nunung Handayani 1 1. Program D3 Akademi Keperawatan Dr. Soedono Madiun, Jawa Timur
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan
Lebih terperinciJuknis Operasional SPM
DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehatadalah hak azazi manusia, hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehatadalah hak azazi manusia, hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dimana Negara berkewajiban melindungi segenap tumpah darah Indonesia dan
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN KEPALA DINAS KESEHATAN
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang
Lebih terperinciTarget Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk
PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal
Lebih terperinciPERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016
PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel
Lebih terperinciMajalah INFO ISSN : Edisi XV, Nomor 2, Juni 2013
REFRESHING KADER KESEHATAN DALAM PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) DI DESA KANGKUNG, KECAMATAN MRANGGEN, KABUPATEN DEMAK Y. Dharmawan, Dharminto, S. Winarni, P. A. Wigati ABSTRAK
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita
Lebih terperinciMATRIKS WAWANCARA. Seruan Presiden untuk meningkatkan keunggulan kembali Posyandu. Belum dapat, tidak ada baik dari depkes maupun dari dinkes
MATRIKS WAWANCARA No Variabel P1 P2 P3 P4 P5 P6 1 Aspek Legal Peningkatan Strata Seruan Presiden untuk meningkatkan keunggulan kembali Pedoman Operasional Revitalisasi di Kabupaten Bekasi 2 Aspek Teknis
Lebih terperinciLAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN WALIKOTA PADANG TAHUN 2009
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN WALIKOTA PADANG TAHUN 2009 A. VISI DAN MISI VISI Gambaran masyarakat Kota Padang yang ingin dicapai melalui Pembangunan Kesehatan adalah sebagai berikut: Padang Sehat
Lebih terperinciB. MATRIKS RENCANA STRATEGIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN SINJAI TAHUN
B. MATRIKS RENCANA STRATEGIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN SINJAI TAHUN 2008-2013 Instansi : Dinas Kesehatan Visi : Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Sinjai dalam Rangka Mewujudkan Sinjai Religius,
Lebih terperinciEVALUASI DAN TINDAK LANJUT TERHADAP PELAKSANAAN KEGIATAN. No Program Indikator Kegiatan evaluasi Rencana Tindak lanjut 1 Kesehatan Ibu
EVALUASI DAN TINDAK LANJUT TERHADAP PELAKSANAAN KEGIATAN No Program Indikator Kegiatan evaluasi Rencana Tindak lanjut 1 Kesehatan Ibu 1. Akses Pelayanan Antenatal Pelaksanaan kegiatan yang belum sesuai
Lebih terperinciPemberantasan Flu Burung tanpa melibatkan peran serta masyarakat akan sia-sia Ari Fahrial Syam* Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Pemberantasan Flu Burung tanpa melibatkan peran serta masyarakat akan sia-sia Ari Fahrial Syam* Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Kasus-kasus baru Flu burung akhir-akhir ini membuat kita cemas Departemen
Lebih terperinciRetno Sri Wulandari. et al., Evaluasi Program Desa Siaga Di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa...
1 EVALUASI PROGRAM DESA SIAGA DI DESA KEMUNING LOR KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER TAHUN 2012 (The Evaluation Of Siaga Village Program In Kemuning Lor Village Arjasa Subdistrict Jember Regency At Year
Lebih terperinciVISI Menjadikan Bogor Sebagai Kota yang Nyaman, Beriman dan Transparan
EXPOSE KETUA POKJANAL POSYANDU Disampaikan pada Tim Evaluasi Pokjanal Tingkat Provinsi Jawa Barat Oleh : AZRIN SYAMSUDDIN Asisten Administrasi Kemasyarakatan & Pembangunan PEMERINTAH KOTA BOGOR Bogor,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah program Indonesia sehat dengan sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu meningkatkan status kesehatan dan
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt
jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya kesehatan melalui puskesmas
Lebih terperinciTabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data
Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR / 266 /KUM/2012 TENTANG
BUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 188.45/ 266 /KUM/2012 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA OPERASIONAL DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2012 BUPATI BARITO
Lebih terperinciMATA KULIAH. Asuhan Kebidanan Komunitas WAKTU DOSEN. Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan TOPIK
MATA KULIAH WAKTU DOSEN TOPIK Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan 1 SUB TOPIK 1. Posyandu 2. Polindes 3. KB KIA 4. Dasa Wisma 5. Tabulin 6. Donor darah berjalan 7. Ambulan desa OBJEKTIF
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT/ SASARAN PROGRAM No.
PUSKESMA IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT/ SASARAN PROGRAM Revisi Halaman 1. Pengertian Identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat / sasaran program adalah Kegiatan mencari, menemukan,
Lebih terperinciPEMERINTAH DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN DESA TANJUNGSARI NOMOR : 11 TAHUN 2016
PEMERINTAH DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN DESA TANJUNGSARI NOMOR : 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN DESA SIAGA AKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010-2014 mencantumkan empat sasaran pembangunan kesehatan, yaitu: 1) Menurunnya disparitas status kesehatan
Lebih terperincipenduduk 1 : dari target 1:2.637, Penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA mencapai 92,11 % dari target 82,00 %, Cakupan penemuan dan
RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah (LAKIP) merupakan amanat INPRES No. 7 tahun 1999 sebagai bentuk transparansi pemerintah kepada masyarakat. LAKIP disusun dalam rangka
Lebih terperinciWALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN
WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan
Lebih terperinciSTRUKTUR ORGANISASI DAN PROGRAM DI PUSKESMAS ANDALAS. SUKHVINDER SINGH PERSEPTOR : DR.dr.Rosfita Rasyid,MKes
STRUKTUR ORGANISASI DAN PROGRAM DI PUSKESMAS ANDALAS SUKHVINDER SINGH PERSEPTOR : DR.dr.Rosfita Rasyid,MKes LATAR BELAKANG Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung
Lebih terperinciPROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012
PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman tingkat persaingan di bidang kesehatan semakin meningkat demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana pelaksanaannya dilakukan di tiap kelurahan/rw.
Lebih terperinciKATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i
KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA
- 1- PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MURUNG RAYA SEHAT 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA
PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam bentuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak faktor. Salah satu penyebabnya adalah belum dimanfaatkannya sarana pelayanan kesehatan secara
Lebih terperinciBUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM
BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi Visi : DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR : Mewujudkan Masyarakat Jawa Timur Mandiri untuk Hidup Sehat Misi : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
Lebih terperinciURAIAN PROGRAM PUSKESMAS
URAIAN PROGRAM PUSKESMAS Program Puskesmas Uraian 1 Manajemen Pelayanan Kesehatan Sistem kesehatan Nasional (SKN) sebagai acuan pelayanan kesehatan Penerapan fungsi manajemen di puskesmas Upaya pelayanan
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI
Lebih terperinciRENCANA UMUM PENGADAAN. Melalui Swakelola. Sumber Dana 4 kantor Rp ,00 APBD (02/02/DPA/2014) 12 laporan bulanan dan 7 laporan tahunan. Rp.
RENCANA UMUM PENGADAAN Melalui Swakelola K/L/D/I TAHUN ANGGARAN : 2015 1 DINAS 2 DINAS 3 DINAS 4 DINAS 5 DINAS 6 DINAS 7 DINAS 8 DINAS 9 DINAS 10 DINAS 11 DINAS 12 DINAS Penyediaan Jasa Komunikasi, Daya
Lebih terperinciRESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013
A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI
Lebih terperinciKATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3
DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN
Lebih terperinci