SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume III : Jaringan Irigasi. Bagian 1 : Pekerjaan Perencanaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume III : Jaringan Irigasi. Bagian 1 : Pekerjaan Perencanaan"

Transkripsi

1 RPT0 RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume III : Jaringan Irigasi Bagian 1 : Pekerjaan Perencanaan ICS BIDANG SUMBER DAYA AIR SDA

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... PENDAHULUAN... i ii iii 1. RUANG LINGKUP ACUAN NORMATIF ISTILAH DAN DEFINISI Studi Awal Studi Identifikasi Studi Pengenalan Studi Kelayakan KETENTUAN DAN PERSYARATAN Penyediaan Data dan Fasilitas Penunjang Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung Persyaratan Pelaksanaan PELAKSANAAN PEKERJAAN Studi Awal Studi Identifikasi Studi Pengenalan Studi Kelayakan PENGENDALIAN MUTU PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN Pengukuran Dasar Pembayaran BIBLIOGRAFI FLOW CHART KERANGKA ACUAN KERJA i

3 KATA PENGANTAR Konsep pedoman ini merupakan hasil kajian dari berbagai pedoman spesifikasi teknik pekerjaan yang ada. Pembahasan dilakukan pada Kelompok Umum dari Gugus Kerja Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Sub-Panitia Teknis sumber Daya Air yang berada dibawah naungan Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil, Departemen Pekerjaan Umum. Proses pembahasan yang dimulai dari Rapat Kelompok Bidang Keahlian, Rapat Gugus Kerja, Rapat Teknis dan Konsensus pada tingkat Sub-Panitia Teknis Sumber Daya Air yang kemudian Rapat Penetapan pada Panitia Teknis sesuai dengan mekanisme proses pembuatan pedoman di Departemen Pekerjaan Umum. Pelaksanaan pembahasan untuk masing-masing tingkatan harus dihadiri oleh anggota panitia, nara sumber, konseptor dan tim editor dari perumusan pedoman ini. Komposisi anggota panitia dan nara sumber harus memperhatikan keterwakilan para pemangku kepentingan yaitu antara lain : pemerintah, pakar, konsumen dan produsen dengan komposisi yang seimbang satu sama lain. ii

4 PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No.7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana sumber daya air harus berdasarkan norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan, cara uji mutu pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air yang akan dibangun. Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari survey, investigasi dan desain dimana dalam pelaksanaannya mengacu dan berpedoman pada norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) yang tercantum pada Acuan Normatif. Pedoman ini menetapkan spesifikasi teknis pekerjaan pembangunan bendung untuk bagian pekerjaan perencanaan yang meliputi studi awal, studi identifikasi, studi pengenalan perencaaan pendahuluan dan studi kelayakan dalam kegiatan pembangunan jaringan irigasi. Pedoman ini mencakup kegiatan pengumpulan data sekunder yang berupa peta topografi, peta geologi regional, data hidrologi (curah hujan dan peta pos stasiun curah hujan), data kilmatologi (temperatur, kelembaban relatif, lama penyinaran dan kecepatan angin) dan data primer yang didapat dari hasil survey dan investigasi (survey topografi, penyelidikan geoteknik), analisis hidrologi, desain hidraulik, analisis ekonomi, analisis dampak lingkungan dan gambar desain yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan perencanaan jaringan irigasi. iii

5 Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume III : Jaringan Irigasi Bagian 1 : Perencanaan 1. RUANG LINGKUP Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran untuk kegiatan perencanaan jaringan irigasi dalam pekerjaan pembangunan irigasi. Pedoman ini membahas kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan perencanaan irigasi yang meliputi studi awal, studi identifikasi, studi pengenalan dan studi kelayakan. Pedoman ini mencakup kegiatan pengumpulan sekunder (topografi, geologi permukaan, hidroklimatologi), dan data primer meliputi pengukuran dan pemetaan, survey dan investigasi geoteknik, analisis hidrologi dan gambar desain, serta perhitungan volume pekerjaan untuk menghitung rencana anggaran biaya. 2. ACUAN NORMATIF Standar Nasional Indonesia (SNI) : SNI : Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik untuk Bangunan di Sungai SNI : Tata Cara Perencanaan Umum Daerah irigasi SNI : Metode Perhitungan Debit Banjir SNI : Metode Perhitungan Debit Andal Air Sungai Dengan Analisis Lengkung Kekerapan AB-K/RT-RE/TC/003/98 : Tata cara survai dan pengkajian hidrologi air permukaan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) : RSNI T : Perhitungan Evapotranspirasi Tanaman Acuan dengan Metode Penman Monteith Rancangan Pedoman Teknis : Pd T-xx-200x : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Pekerjaan yang bersifat Umum, Bagian-2, Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan. Pd T-xx-200x : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Pekerjaan yang bersifat Umum, Bagian-3, Pekerjaan Penyelidikan dan Analisa Laboratorium Geoteknik. Pedoman Teknis : Pd T A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-1: Penyelidikan Pendahuluan, Pengeboran dan Deskripsi Lubang Bor Pd T A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-2: Pengujian Lapangan dan Laboratorium Pd T A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-3: Interpretasi Hasil Uji dan Penyusunan Laporan Penyelidikan Geoteknik 1 dari 28

6 3. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1 Studi Awal adalah konsep atau rencana membuat suatu pengembangan irigasi pertanian dan perkiraan luas daerah irigasi yang terbentuk melalui studi meja berdasarkan potensi pengembangan sungai. 3.2 Studi Identifikasi adalah kegiatan dimana studi awal diperiksa di lapangan untuk menentukan nama dan luas; garis besar skema irigasi alternatif; pemberitahuan kepada instansi-instansi pemerintah yang berwenang serta pihak-pihak lain yang akan dilibatkan dalam lokasi kegiatan tersebut. 3.3 Studi Pengenalan adalah suatu proses untuk mempelajari kelayakan teknis dari lokasi kegiatan, merumuskan komponen dan aspek multisektor, menjelaskan aspek-aspek yang belum dapat dipecahkan selama identifikasi, menentukan lingkup studi yang akan dilakukan selanjutnya, melibatkan tenaga Akhli dari berbagai disiplin ilmu, membuat alternatif-alternatif lokasi kegiatan dilihat dari segi perkiraan biaya dan keuntungan yang akan diperoleh, menentukan pilihan dari alternatif-alternatif tersebut dan menentukan pengukuran dan penyelidikan yang diperlukan. 3.4 Studi Kelayakan adalah analisis kelayakan dari segi teknis dan ekonomis untuk lokasi kegiatan yang sedang dirumuskan, menentukan batasan/definisi lokasi kegiatan dan sekaligus menetapkan prasarana yang diperlukan, mengajukan program pelaksanaan, menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi sesuai dengan aspek-aspek teknis, melakukan survey pengukuran topografi, survey geoteknik dan kualitas tanah secara ekstensif. 4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN Ketentuan dan persyaratan yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan perencanaan daerah irigasi memuat : 4.1. Penyediaan Data dan Fasilitas Penunjang Penyediaan oleh Pengguna Jasa Data dan fasilitas yang disediakan oleh Pengguna Jasa yang dapat digunakan dan akan dipelihara oleh penyedia jasa : a) Laporan dan Data Berbagai laporan dan data sebagai hasil studi terdahulu. b) Akomodasi dan Ruangan Kantor (sesuai kesepakatan). c) Pengguna jasa akan menunjuk petugas atau wakilnya yang bertindak sebagai pengawas atau pendamping (countepart), atau project officer (PO) dalam rangka pelaksanaan jasa konsultansi Penyediaan oleh Penyedia Jasa Penyedia Jasa akan menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan peralatan yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan. a). Penyedia Jasa memfasilitasi pengadaan peralatan, fasilitas laboratorium dan bahan yang sesuai untuk mencapai ketelitian dan standar yang telah ditentukan dalam standar Perencanaan Irigasi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan, sesuai dengan keperluannya. b). Penyedia Jasa diharapkan dapat memberikan hasil yang berkualitas tinggi. Pekerjaan akan diperiksa sewaktu-waktu untuk menjamin terpenuhinya persyaratan teknis yang telah ditetapkan. Penyedia Jasa menanggung biaya pekerjaan tambahan/pengulangan bila ternyata hasil pekerjaannya tidak memenuhi persyaratan teknis menurut penilaian pihak Direksi Pekerjaan. c). Penyedia Jasa akan menyediakan semua peralatan bila diperlukan. 2 dari 28

7 4.2. Tenaga Akhli dan Tenaga Pendukung Tenaga Akhli Tenaga Akhli dan asisten yang diperlukan dalam rangka penyelesaian pekerjaan harus berkompeten dibidangnya masing-masing. Akhli Akhli tersebut harus menyerahkan kualifikasi dan curriculum vitae/daftar riwayat hidup. Tenaga Akhli dan asisten yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah Team Leader, Akhli Hidrologi, Akhli Irigasi, Akhli Geologi Teknik/Mekanika Tanah, Akhli Geologi, Akhli Geodesi, Akhli Pertanian, Akhli Lingkungan dan Akhli Sosial Ekonomi Tenaga Pendukung Tenaga pendukung diperlukan dalam penyelesaian pekerjaan baik dalam segi teknis, urusan administrasi serta kelancaran pelaksanaan pekerjaan Persyaratan Pelaksanaan Untuk keperluan evaluasi dan monitoring kinerja pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus mempersiapkan jadwal pelaksanaan kegiatan-kegiatan pekerjaan, sebagai berikut : Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Penyedia Jasa harus membuat Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan dalam bentuk Kurva- S yang menggambarkan seluruh kemajuan pekerjaan Jadwal Penugasan Personil Tenaga Akhli Penyedia Jasa harus membuat Jadwal Penugasan Personil Tenaga Akhli dalam bentuk diagram batang yang menggambarkan kegiatan dan masa aktif masingmasing personil tenaga Akhli. 5. PELAKSANAAN PEKERJAAN Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan perencanaan daerah irigasi harus memuat : 5.1. Studi Awal (1-2 bulan) Studi awal adalah konsep atau rencana membuat suatu pengembangan irigasi pertanian dan perkiraan luas daerah irigasi yang terbentuk melalui studi meja berdasarkan potensi pengembangan sungai. Ruang lingkup kegiatan studi awal adalah sebagai berikut : Pengumpulan Data a) Aspek Topografi Kegiatan topografi pada studi ini adalah melakukan pengumpulan data peta pada skala terbesar yang ada minimal Skala 1: atau yang lebih detail, data-data tersebut bisa didapat dari kantor Desa/Kelurahan, kantor Sumber Daya Air setempat, atau Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), yang beralamat di Jalan Raya Jakarta-Bogor KM. 46 Tlp: , Fax : , yang mengacu pada KP 01, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi. Keadaan topografi akan mempengaruhi bentuk dan ukuran suatu DAS yang mengacu pada SNI , tentang Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik untuk Bangunan di Sungai. 3 dari 28

8 b) Aspek Pertanian Melakukan pengumpulan data dan tinjauan peta tanah, peta tata guna lahan dan laporan-laporan pertanian yang ada, data-data tersebut bisa didapat dari kantor Desa/Kelurahan, Desa dalam Angka terbitan kantor Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat kecamatan, atau Kecamatan dalam Angka terbitan kantor BPS tingkat Kabupaten, atau dari kantor Sumber Daya Air setempat, yang mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi. c) Aspek Hidrologi Kegiatan hidrologi berupa pengumpulan data / peta stasiun curah hujan, nilai curah hujan, data klimatologi, data AWLR atau debit historis baik debit rendah dan debit banjir pada suatu daerah aliran sungai (DAS) yang akan dilakukan untuk keperluan kegiatan studi, data-data tersebut bisa didapat dari kantor Sumber Daya Air setempat, dan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), yang mengacu pada SNI tentang Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik untuk Bangunan di Sungai, dan AB-K/RT-RE/TC/003/98 : Tatacara survai dan pengkajian hidrologi air permukaan. d) Aspek Geologi Kegiatan geologi berupa pengumpulan Peta Geologi Regional untuk menilai kecocokan daerah untuk pelaksanaan pekerjaan, yang harus memuat jenis batuan, penyebaran jenis batuan, sifat fisik batuan dan tekstur dan struktur tanah dengan skala 1 : sampai dengan 1 : yang diterbitkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan, yang beralamat di Jalan Diponegoro, Bandung, mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi, dan Pd T A : Tata cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-1: Penyelidikan Pendahuluan, Pengeboran dan Deskripsi Lubang Bor. e) Aspek Multisektor Kegiatan aspek multisektor melakukan pengumpulan yang berupa informasi lingkungan yang bisa didapat di kantor desa/kelurahan setempat atau dari desa dalam angka tahun terakhir yang didapat dari kantor BPS Kecamatan, meliputi informasi tentang penduduk, makanan dan penggunaan air, rencana daerah mengenai bahan pangan, produksi, transmigrasi dan industri, yang mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi Analisis a) Analisis Topografi Kegiatan analisis topografi adalah melakukan kajian di atas meja dengan tujuan menetapkan lokasi daerah irigasi berdasarkan kondisi topografi DAS. b) Hidrologi Analisis hidrologi melakukan kajian tentang ketersediaan sumber air, dengan tahapan kegiatan sebagai berikut : (1) Analisis awal terhadap kondisi klimatologi pada lokasi pekerjaan yang berupa analisis evaporasi dan evapotranspirasi potensial. Untuk menghitung besarnya evapotranspirasi, terdapat beberapa metoda yang kerap digunakan, yaitu : 4 dari 28

9 Water budget, yaitu metoda perhitungan yang didasari perhitungan neraca volume air yang terukur di suatu tempat yang terdiri dari komponenkomponen aliran permukaan, tampungan air tanah dan hujan. Alat Ukur Lysimeter, yaitu suatu alat pengukuran evapotranspirasi yang dilakukan langsung di lapangan. Jika data klimatologi yang tersedia adalah suhu udara, kelembaban relatif, kecepatan angin, lama penyinaran matahari dan tekanan udara serta data topografi yang meliputi elevasi atau altitude stasiun pengamatan dan letak garis lintang maka perhitungan evapotranspirasi menggunakan metode Penman-Monteith sesuai dengan RSNI T , tentang Perhitungan Evapotranspirasi Tanaman Acuan dengan Metode Penman Monteith. Jika data klimatologi yang ada adalah suhu udara, kelembaban relatif, kecepatan angin dan lama penyinaran matahari maka perhitungan evapotranspirasi menggunakan metode Penman Modifikasi. Jika data klimatologi yang ada adalah suhu udara dan lama penyinaran matahari maka perhitungan evapotranspirasi menggunakan metode Radiasi dan Blaney-Criddle. Jika data klimatologi yang ada adalah suhu udara maka perhitungan evapotranspirasi menggunakan metode Thornthwaite. Jika data topografi berupa data digital map maka metode analisisnya digunakan Digital Elevation Modelling (DEM). Tabel 1 Keperluan Data terhadap Metode Analisis Evapotranspirasi No. Metode Suhu Udara Kelembaban Relatif Kecepatan Angin Lama Penyinaran Tekanan Udara 1. Penman-Monteith 2. Penman Modifikasi Blaney- Criddle Thornwaite (2) Analisis ketersediaan air yang termasuk besarnya debit aliran yang ada di sungai sebagai sumber pengambilan untuk pemenuhan kebutuhan yang meliputi debit andalan dengan berbagai probabilitas (probability). (a). Jika data debit yang tersedia 10 tahun dan berurutan maka metode yang digunakan adalah analisis lengkung kekerapan SNI tentang Metode Perhitungan Debit Andal Air Sungai Dengan Analisis Lengkung Kekerapan, dan jika data debit yang tercatat kurang lengkap karena hilang atau rusak maksimum 10 %, maka dapat dilakukan pengisian sesuai dengan Pd. T A. (b). Jika data debit yang tersedia 10 tahun, untuk memperpanjang data dapat digunakan Model Simulasi Hidrologi Hujan-Aliran sesuai dengan ketentuan yang berlaku, misalkan menggunakan Metode Mock, N-Reca, Scramento, Tank Model dan lain-lain. (c). Jika data debit dan data hujan tidak ada, maka perhitungan debit andal dapat dilakukan dengan : Cara Analisis Wilayah dari hasil penelitian yang sudah ada atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5 dari 28

10 Model simulasi yang melahirkan data debit simulasi dengan menggunakan parameter dari DAS sekitarnya yang mempunyai karakteristik basin yang sama (kondisi topografi, geologi dan tanaman penutup) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c) Analisis Geoteknik Analisis geoteknik berupa kajian di atas meja berdasarkan peta geologi regional untuk menilai kecocokan daerah terhadap usulan pembangunan daerah irigasi berdasarkan formasi geologinya Perekayasaan Hasil perekayasaan dari kegiatan ini adalah menguraikan tentang sumber air yang akan digunakan dan tanah yang bisa diairi, berdasarkan data sekunder yang ada., Kebutuhan Tenaga Akhli Tenaga Akhli yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah Team Leader, Akhli Hidrologi, Akhli Irigasi, Akhli Pertanian dan Akhli Lingkungan. Para tenaga Akhli masing-masing dibantu oleh seorang asisten sesuai dengan kebutuhan Produk yang dihasilkan a) Laporan Pendahuluan yang memuat usulan pengembangan daerah irigasi, apabila pengembangan dinilai cocok dari segi teknis, maka studi dapat dilanjutkan dengan studi identifikasi. Suatu daerah irigasi disebut cocok secara teknis, apabila: Tersedia cukup air untuk kebutuhan irigasi. Tersedia cukup lahan untuk dijadikan sawah pertanian beririgasi. Kondisi tanah yang cocok untuk dijadikan sawah. Adanya dukungan dari masyarakat, ada tenaga kerja dan ada petani penggarap. Laporan Pendahuluan akan diserahkan oleh Penyedia Jasa pada Pengguna Jasa selambat-lambatnya tanggal b) Laporan Akhir yang memuat rancangan langkah pengembangan. Laporan Akhir akan diserahkan oleh Penyedia Jasa pada Pengguna Jasa selambatlambatnya tanggal 5.2. Studi Identifikasi Studi identifikasi adalah kegiatan dimana studi awal diperiksa di lapangan untuk menentukan nama dan luas; garis besar skema irigasi alternatif; pemberitahuan kepada instansi-instansi pemerintah yang berwenang serta pihak-pihak lain yang akan dilibatkan dalam lokasi kegiatan tersebut. Ruang lingkup kegiatan studi identifikasi adalah : Survey a) Survey Topografi Melakukan kunjungan lapangan untuk melihat secara visual kondisi topografi sebenarnya di lapangan, yang mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi. b) Survey Pertanian Mengumpulkan informasi tentang tata guna lahan dan praktek pertanian yang ada, menilai pasaran untuk barang produksi pertanian dan menilai kemampuan tanah, yang mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi. 6 dari 28

11 c) Survey Hidrologi Kegiatan survey hidrologi berupa pengumpulan data lapangan mengenai banjir, penggenangan dan aliran rendah, kemudian mengunjungi dan memeriksa tempattempat pengukuran dan menilai kebutuhan air, yang mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi, dan AB-K/RT-RE/TC/003/98 : Tatacara survai dan pengkajian hidrologi air permukaan. d) Survey Geologi Melakukan klasifikasi jenis tanah di lapangan di lokasi yang sudah ditentukan dalam formasi geologi berdasarkan peta geologi regional wilayah yang mengacu pada KP- 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi, dan Pd T A : Tata cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-1: Penyelidikan Pendahuluan, Pengeboran dan Deskripsi Lubang Bor. e) Survey Aspek Multisektor Kegiatan survey aspek multisektor berupa melakukan hubungan dengan pemerintah setempat yang bertujuan untuk menginventarisir permasalahan jika terjadi hambatan dalam pengembangan dan menilai latar belakang sosial politik yang mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi Analisis Kegiatan analisis hidrologi untuk menghitung angka kebutuhan air irigasi untuk tanaman yang mengacu pada RSNI T , tentang Tata Cara Perhitungan Evapotranspirasi Tanaman Acuan dengan Metode Penman Monteith dan KP-01, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi Perekayasaan Melakukan identifikasi kegiatan lain yang mungkin akan dikembangkan disertai sketsa perencanaan secara garis besar beserta alternatifnya serta menentukan tipe jaringan irigasi Kebutuhan Tenaga Akhli Tenaga Akhli yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah Team Leader, Akhli Hidrologi, Akhli Irigasi, Akhli Pertanian dan Akhli Lingkungan, masing-masing tenaga Akhli dibantu oleh seorang asisten tenaga Akhli, bilamana diperlukan Produk yang dihasilkan a) Laporan Pendahuluan yang memuat tipe daerah irigasi dan alternatif sumber air. Laporan Pendahuluan akan diserahkan oleh Penyedia Jasa pada Pengguna Jasa selambat-lambatnya tanggal b) Laporan Antara yang memuat potensi daerah yang dapat dikembangkan serta daftar skala prioritas pengembangan Laporan Antara akan diserahkan oleh Penyedia Jasa pada Pengguna Jasa selambatlambatnya tanggal c) Laporan Akhir yang berisi program untuk taraf berikutnya. Laporan Akhir akan diserahkan oleh Penyedia Jasa pada Pengguna Jasa selambatlambatnya tanggal 7 dari 28

12 5.3. Studi Pengenalan Studi Pengenalan adalah suatu proses untuk mempelajari kelayakan teknis dari lokasi kegiatan, merumuskan komponen dan aspek multisektor, menjelaskan aspek-aspek yang belum dapat dipecahkan selama identifikasi, menentukan lingkup studi yang akan dilakukan selanjutnya, melibatkan tenaga Akhli dari berbagai disiplin ilmu, membuat alternatif-alternatif lokasi kegiatan dilihat dari segi perkiraan biaya dan keuntungan yang akan diperoleh, menentukan pilihan dari alternatif-alternatif tersebut dan menentukan pengukuran dan penyelidikan yang diperlukan. Ruang lingkup kegiatan pengenalan studi adalah : Survey a) Survey Topografi Melakukan pengukuran dan pemetaan topografi untuk mendapatkan peta skala 1:2.000 atau yang lebih detail, mengacu pada Pd T-xx-200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-2, Pengukuran dan Pemetaan. b) Survey Pertanian Menginventarisir tentang tata guna tanah dan praktek pertanian yang ada secara lebih detail, memastikan kecocokan tanah untuk pertanian irigasi, membuat garis besar rencana pertanian dan membuat peta kecocokan tanah berskala 1: atau yang lebih detail, yang mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi. c) Survey Hidrologi Membuat analisis frekuensi banjir dan kekeringan, memperkirakan besarnya limpasan air hujan dan membuat neraca air pendahuluan, yang mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi, dan AB-K/RT-RE/TC/003/98 : Tatacara survai dan pengkajian hidrologi air permukaan, dan SNI : Metode Perhitungan Debit Banjir. d) Survey Geologi Melakukan klasfikasi jenis tanah secara lebih detail, mengambil sampel tanah untuk mendapatkan parameter perencanaan geologi teknik pendahuluan untuk stabilitas pondasi dan lereng (tanpa pengeboran) dan menentukan lokasi yang menjamin tersedianya bahan bangunan, Kegiatan ini mengacu dan berpedoman pada Pd T-xx- 200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-3, Penyelidikan dan Analisa Laboratorium Geoteknik, dan Pd T A : Tata cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-1: Penyelidikan Pendahuluan, Pengeboran dan Deskripsi Lubang Bor, dan Pd T A : Tata cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-2: Pengujian Lapangan dan Laboratorium. e) Survey Aspek Multisektor Melakukan hubungan dengan pemerintah setempat secara lebih intens, mengidentifikasi komponen lokasi kegiatan multisektor dengan instansi-instansi yang berwenang, dan mengantisipasi dampak terhadap lingkungan, yang mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi. 8 dari 28

13 5.3.2 Analisis a) Pertanian (1) Melakukan klasifikasi lahan berdasarkan hasil kegiatan lapangan yang berupa SPT Dalam penetapan klasifikasi kesesuaian lahan ini, metoda yang dipergunakan adalah sistem klasifikasi kesesuaian lahan FAO (1976), yang memberikan penilaian kesesuaian lahan secara umum. (2) Klasifikasi pendahuluan didasarkan pada sistem parametrik yaitu dengan menilai sifat dari parameter-parameter yang telah ditetapkan secara kualitatif. Kerangka evaluasi lahan menurut FAO ini dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari data yang tersedia. Struktur dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini terdiri dari empat kategori yang merupakan tingkatan generalisasi yang bersifat menurun, yaitu : (a) Ordo Kesesuaian Lahan (Order) : menunjukan jenis/macam kesesuaian dan keadaan kesesuaian secara umum. (b) Kelas Kesesuaian Lahan (Class) : menunjukan tingkat kesesuaian dalam ordo. (c) Sub Kelas Kesesuaian (Sub Class) : menunjukan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan di dalam kelas. (d) Satuan Kesesuaian Lahan (Unit) : menunjukan perbedaan-perbedaan kecil yang diperlukan dalam pengelolaan di dalam sub kelas. (3) Membuat peta kecocokan lahan dengan skala 1 : atau yang lebih detail. b) Hidrologi (1) Analisis hidrologi pada kegiatan ini adalah melakukan analisis frekuensi banjir rancangan berdasarkan curah hujan dan luas DAS yang mengacu pada SNI tentang Metode Perhitungan Debit Banjir. Metode perhitungan adalah sebagai berikut : (a). Metode analisis probabilitas frekuensi debit banjir Jika data aliran sungai yang tersedia cukup panjang (> 20 tahun), sehingga analisisnya dapat langsung dilakukan dengan Metode Gumbel, Log Pearson atau Log Normal. (b). Metode analisis regional, jika data debit < 20 tahun dan > dari 10 tahun (c). Metode puncak banjir di atas ambang, apabila data debit yang tersedia antara 3 10 tahun (d). Metode empiris apabila perkiraan besarnya banjir berdasarkan parameter hujan dan karakteristik DPS antara lain : Metode Rasional, digunakan pada perencanaan sarana drainase dengan daerah tangkapan yang kecil (< 40 Ha) Der Weduwen, digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah DAS dengan luas < 100 km 2 Melchior, digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah DAS dengan luas > 100 km 2 Haspers dan Mononobe digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah DAS tanpa memperhatikan luas DAS Metode Hidrograf Satuan Metode US Soil Conservation Service 9 dari 28

14 (e). Model matematik digunakan apabila selang waktu pengamatan data hujan lebih panjang daripada pengamatan data debit selanjutnya yang selanjutnya digunakan untuk memperpanjang data aliran. (2) Analisis neraca air pendahuluan yang harus menggambarkan tentang hubungan antara ketersediaan sumber air dan penggunaan air, yang mengacu pada KP-01, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi Perekayasaan Buat garis besar perencanaan daerah irigasi yang mengacu pada SNI , tentang Tata Cara Perencanaan Umum Daerah irigasi dengan sketsa tata letak dan uraian pekerjaan dengan skala 1: atau lebih Penggambaran Penggambaran hasil kegiatan meliputi gambar hasil pengukuran dan pemetaan, layout daerah irigasi. Penggambaran mengacu dan berpedoman pada KP-07, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi, BI-01 dan BI-02 DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, Kebutuhan Tenaga Akhli Tenaga Akhli yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah Team Leader, Akhli Hidrologi, Akhli Irigasi Akhli Geologi Teknik/Mekanika Tanah, Akhli Geologi, Akhli Geodesi dan Akhli Pertanian Produk yang dihasilkan a) Laporan Pendahuluan yang memuat lokasi alternatif bangunan utama, trase saluran dan ketersediaan air. Laporan Pendahuluan akan diserahkan oleh Penyedia Jasa pada Pengguna Jasa selambat-lambatnya tanggal b) Laporan Antara yang memuat perhitungan kebutuhan air dan luas daerah irigasi. Laporan Antara akan diserahkan oleh Penyedia Jasa pada Pengguna Jasa selambatlambatnya tanggal c) Laporan Akhir yang berisi program survey/pengukuran topografi dan penyelidikan, skala prioritas dan perkiraan biaya. Laporan Akhir akan diserahkan oleh Penyedia Jasa pada Pengguna Jasa selambatlambatnya tanggal 5.4. Studi Kelayakan Studi Kelayakan adalah analisis dari segi teknis dan ekonomis untuk lokasi kegiatan yang sedang dirumuskan, menentukan batasan/definisi lokasi kegiatan dan sekaligus menetapkan prasarana yang diperlukan, mengajukan program pelaksanaan, menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi sesuai dengan aspek-aspek teknis, melakukan survey pengukuran topografi, survey geoteknik dan kualitas tanah secara ekstensif Survey a) Survey Topografi Melakukan kegiatan pengambilan foto udara skala 1: atau yang lebih detail, pengukuran dan pemetaan topografi untuk mendapatkan peta topografi skala 1: Membuat peta situasi skala 1:100 untuk bangunan-bangunan besar. 10 dari 28

15 Kegiatan pengukuran dan pemetaan ini mengacu dan berpedoman pada Pd T-xx- 200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-2, Pengukuran dan Pemetaan, dan pengadaan Peta Rupabumi Digital Indonesia terbaru skala 1 : dengan selang kontur 12.5 m, yang dicetak dan diterbitkan oleh: Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), yang beralamat di Jalan Raya Jakarta-Bogor KM. 46 Tlp: , Fax : b) Survey Pertanian Melakukan penelitian tanah semi detail dan kemampuan tanah dengan peta skala 1: atau yang lebih detail, membuat rencana pertanian dan studi tanah pertanian, yang mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi. c) Survey Hidrologi Kegiatan survey hidrologi berupa studi simulasi mengenai kebutuhan dan ketersediaan air pada lokasi pekerjaan, yang mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi. d) Survey Geologi Investigasi geoteknik pada lokasi bangunan-bangunan utama dengan melaksanakan pengeboran, pengambilan contoh tanah sepanjang trase saluran dan pada lokasi bangunan, survey bahan bangunan dan daerah sumber galian bahan, penyelidikan tempat galian bahan, uji laboratorium untuk contoh-contoh pilihan guna mengetahui sifat-sifat teknik tanah. Kegiatan ini mengacu pada Pd T-xx-200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-3, Penyelidikan dan Analisa Laboratorium Geoteknik, dan Pd T A : Tata cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-1: Penyelidikan Pendahuluan, Pengeboran dan Deskripsi Lubang Bor, dan Pd T A : Tata cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-2: Pengujian Lapangan dan Laboratorium. e) Survey Aspek Multisektor Melakukan hubungan yang berkesinambungan dengan pemerintah setempat, mengidentifikasi komponen lokasi kegiatan multisektor dengan instansi-instansi yang berwenang yang mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi Uji Laboratorium Analisis laboratorium geoteknik untuk keperluan Index Properties dan Engineering Properties mengacu pada Pd T-xx-200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-3, Penyelidikan dan Analisa Laboratorium Geoteknik, dan Pd T A : Tata cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-2: Pengujian Lapangan dan Laboratorium Analisis a) Hidrologi Simulasi kesetimbangan air yang harus menganalisa tentang hubungan antara ketersediaan sumber air dan penggunaan air, mengacu pada KP-01, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi. b) Analisis Kelayakan Ekonomi Analisis kelayakan ekonomi akan dilakukan dengan mengkaji tiga parameter ekonomi yaitu : (1) Economic Internal Rate of Return (EIRR) (2) Benefit/Cost ratio (B/C ratio) (3) Net present value (NPV), 11 dari 28

16 c) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Analisis Dampak Lingkungan harus mengacu pada Kep.Kepala BAPEDAL No.09 Tahun 2000, tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam proses Analisa Dampak Lingkungan. Kegiatan ini menguraikan tentang : Rencana usaha dan/atau kegiatan dengan berbagai kemungkinan dampak besar dan pentingnya pada tahap pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca konstruksi. Rona lingkungan hidup yang meliputi fisik kimia, biologi, sosial, dan kesehatan masyarakat. Prakiraan dampak besar dan penting. Evaluasi dampak besar dan penting Perekayasaan a) Rencana pendahuluan tata letak saluran dan bangunan. b) Tipe bangunan dengan tipe-tipe perencanaannya. c) Kapasitas saluran rencana, cek trase saluran dan elevasi saluran setiap 400m. d) Rincian volume dan perkiraan biaya Penggambaran Penggambaran hasil kegiatan meliputi gambar hasil pengukuran dan pemetaan, layout daerah irigasi. Penggambaran mengacu dan berpedoman pada KP-07, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Standar Penggambaran, BI-01 dan BI-02 DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, Kebutuhan Tenaga Akhli Tenaga Akhli yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah Team Leader, Akhli Hidrologi, Akhli Irigasi, Akhli Geologi Teknik/Mekanika Tanah, Akhli Geologi, Akhli Geodesi, Akhli Pertanian, Akhli Lingkungan, Akhli Dokumen Lelang/Cost Estimator dan Akhli Sosio Ekonomi. Masing-masing tenaga Akhli dibantu oleh seorang asisten tenaga Akhli bila diperlukan Produk yang dihasilkan a) Laporan Pendahuluan yang memuat perhitungan kebutuhan air irigasi untuk tanaman, luas areal yang bisa diairi dan tata letak jaringan irigasi Laporan Pendahuluan akan diserahkan oleh Penyedia Jasa pada Pengguna Jasa selambat-lambatnya tanggal b) Laporan Bulanan menginformasikan tentang pelaksanaan progres pekerjaan dan tahap pelaksanaan pekerjaan untuk bulan berikutnya. Laporan Bulanan akan diserahkan oleh Penyedia Jasa pada Pengguna Jasa selambat-lambatnya tiap seminggu sebelum akhir bulan. c) Laporan Antara yang memuat perencanaan pendahuluan saluran dan tipe bangunan. Laporan Antara akan diserahkan oleh Penyedia Jasa pada Pengguna Jasa selambatlambatnya tanggal d) Laporan Akhir yang berisi rincian volume dan biaya (BOQ), Analisis Dampak terhadap Lingkungan serta analisis Benefit/Cost Ratio dan Economic Internal Rate of Return. Laporan Akhir akan diserahkan oleh Penyedia Jasa pada Pengguna Jasa selambatlambatnya tanggal 12 dari 28

17 6. PENGENDALIAN MUTU Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan detail desain bangunan irigasi harus memuat : a) Diskusi Bulanan dilakukan dengan Pihak Pengguna Jasa untuk keperluan mengetahui sejauh mana progres pekerjaan dan pembahasan tentang kesulitan yang diperlukan. b) Diskusi Pendahuluan dilakukan dengan Pihak Pengguna Jasa untuk keperluan koordinasi awal pelaksanaan pekerjaan yang meliputi kegiatan survey, investigasi lapangan dan persetujuan produk yang berupa laporan pendahuluan. c) Diskusi Pertengahan dilakukan dengan Pihak Pengguna Jasa untuk menentukan arah pembahasan pemecahan masalah berdasarkan data kondisi lapangan dan proses persetujuan produk yang berupa laporan pertengahan. d) Diskusi Akhir dilakukan dengan Pihak Pengguna Jasa untuk keperluan pembahasan seluruh kegiatan pekerjaan. 7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan perencanaan daerah irigasi harus memuat : 7.1. Pengukuran Kuantitas untuk pekerjaan perencanaan harus diukur berdasarkan biaya langsung personil yang meliputi keterlibatan tenaga Akhli dan asisten tenaga Akhli serta biaya langsung non personil yang meliputi biaya tenaga penunjang, perjalanan dinas, survey dan investigasi, biaya operasional kantor dan diskusi dan pelaporan Dasar Pembayaran Kuantitas pekerjaan perencanaan yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana harga dan pembayaran tersebut. Nomor Pembayaran Uraian Biaya Langsung Personil Biaya Langsung Non Personil : 2.1. Biaya Perjalanan Dinas 2.2. Biaya Operasional Kantor 2.3. Pengukuran dan Pemetaan - Pemasangan Patok BM dan CP - Pengukuran poligon dan situasi - Pengukuran cross-section 2.4. Penyelidikan Geoteknik 2.5. Analisis Laboratorium Geoteknik 2.6. Biaya Pelaporan 2.7. Biaya Diskusi Satuan Pengukuran Orang Bulan Orang-hari Unit - Bulan Buah ha m atau km Buah Sampel Eksemplar Lump-sum 13 dari 28

18 Bibliografi 1. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan, 2002, KP-01, Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi, Jakarta. 2. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan, 2002, KP-02, Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama, Jakarta. 3. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan, 2002, KP-07, Kriteria Perencanaan Bagian Standar Penggambaran, Jakarta. 4. Sinaro, Radhi, dan A.Yusuf, Iskandar, HATHI, 1987, Perhitungan Simulasi Debit Sungai Cara Mock Untuk Menafsirkan Debit Andalan, Jakarta. 5. Keputusan Kepala BAPEDAL, No.09 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam proses Analisa Dampak Lingkungan. 6. Doorencos & Pruitt, FAO, 1977, Crop Water Requirement. 14 dari 28

19 LAMPIRAN A BAGAN ALIR PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI STUDI IDENTIFIKASI STUDI KELAYAKAN PERENCANAAN PENDAHULUAN STUDI PENGENALAN STUDI AWAL STUDI IDENTIFIKASI 15 dari 28

20 A PERENCANAAN PENDAHULUAN DESKRIPTIF RENCANA PETA PETAK EKONOMI DOMINAN YA TIDAK AIR CUKUP? TIDAK LUAS AREAL DIBATASI REVISI PETA PETAK ANALISA KELAYAKAN DATA NONTEKNIS YA LUAS AREAL IRIGASI LAYAK? TIDAK BATAL YA - TINJAU KEMBALI DATA - PENGUMPULAN DATA TAMBAHAN -SURVEI DAN PENYELIDIKAN TAMBAHAN - PENYELUSURAN BERSAMA AHLI SIPIL, GEOTEKNIK, GEODETIK - CEK LOKASI BANGUNAN DAN RENCANA PENYELIDIKAN PENYELUSURAN BERSAMA SIPIL GEOTEKNIK, GEODETIK UNTUK CHECKING ELEVASI, ARAH SALURAN DAN SITUASI - PENGUKURAN JARINGAN UTAMA, TRASE SALURAN, DAN SITUASI BANGUNAN - PENYELIDIKAN GEOTEKNIK PERMASALAHAN? MODIFIKASI RENCANA PETA PETAK B PETA PETAK AKHIR 16 dari 28

21 B Luas TIDAK YA PERLU PENYESUAIAN? YA PENYESUAIAN PERENCANAAN PENDAHULUAN DENGAN KEADAAAN LAPANGAN UJI MODEL HIDROLIS? YA MODIFIKASI PERENCANAAN TIDAK RENCANA ELEVASI MUKA AIR DI SALURAN TINJAU KEMBALI KELAYAKAN FINAL PERENCANAAN JARINGAN UTAMA TAMBAHAN PENGUKURAN DAN PENYELIDIKAN PERENCANAAN JARINGAN TERSIER PERENCANAAN AKHIR PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA PERENCANAAN SALURAN PERENCANAAN BANGUNAN PELENGKAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI OPERASI DAN PEMELIHARAAN 17 dari 28

22 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEKERJAAN STUDI KELAYAKAN JARINGAN IRIGASI DAERAH IRIGASI :... LUAS :... HA 1.1. LATAR BELAKANG a. Jelaskan secara garis besar maksud dan tujuan pelaksanaan pekerjaan studi kelayakan jaringan irigasi. b. Ceritakan kondisi daerah studi yang ada sekarang. c. Apa yang diharapkan dengan pelaksanaan pekerjaan ini. d. Ceritakan mengenai aspek politis, akselerasi, dan kendala yang perlu diantisipasi sehingga pelaksanaan pekerjaan ini tercapai sesuai rencana. e. Dasar Hukum No. Dasar Hukum Nomor Tentang 1. Undang-Undang RI 7 Tahun 2004 Sumber Daya Air 2. Undang-Undang RI 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah 3. Undang-Undang RI 25 Tahun 1999 Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah 4. Peraturan Pemerintah RI 22 Tahun 1982 Tata Pengaturan air 5. Peraturan Menteri P.U 48/PRT/ Keputusan Presiden 80 Tahun 2003 Pengelolaan atas Air dan Sumber Air pada Wilayah Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari KAK ini adalah membuat Studi Kelayakan Jaringan Irigasi (Nama daerah irigasi, luas, lokasi). Tujuan dari KAK ini adalah untuk meningkatkan areal irigasi teknis dan produksi pertanian di wilayah Kabupaten... Propinsi dari 28

23 1.3. SASARAN Melakukan pengumpulan data dan inventarisasi, menganalisa data, melakukan pengukuran topografi, gambar-gambar rencana dan perhitungan volume pekerjaan (BOQ), menghitung RAB, melakukan Analisis Dampak terhadap Lingkungan serta analisis Benefit/Cost Ratio dan Economic Internal Rate of Return NAMA DAN ORGANISASI PENGGUNA JASA Nama Pekerjaan : Pengguna Jasa : Studi kelayakan Jaringan Irigasi (Nama daerah irigasi, luas, lokasi) Bagian Pelaksana Kegiatan Pembinaan dan Studi kelayakan Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Irigasi Andalan Jawa Barat, Departemen Pekerjaan Umum SUMBER DANA Untuk pelaksanaan kegiatan pekerjaan Perencanaan Teknis Jaringan Irigasi, (Nama daerah irigasi, luas, lokasi) ini diperlukan biaya kurang lebih Rp...(...) termasuk PPN dibiayai APBN Tahun Anggaran LINGKUP PEKERJAAN Studi kelayakan Jaringan Irigasi meliputi kegiatan sebagai berikut: Pengumpulan Data f) Aspek Topografi Kegiatan topografi pada studi ini adalah melakukan pengumpulan data peta pada skala terbesar yang ada minimal Skala 1: atau yang lebih detail, data-data tersebut bisa didapat dari kantor Desa/Kelurahan, kantor Sumber Daya Air setempat, atau Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), yang beralamat di Jalan Raya Jakarta-Bogor KM. 46 Tlp: , Fax : , yang mengacu pada KP 01, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Studi kelayakan Bagian Studi kelayakan Jaringan Irigasi. Keadaan topografi akan mempengaruhi bentuk dan ukuran suatu DAS yang mengacu pada SNI , tentang Tata Cara Studi kelayakan Hidrologi dan Hidraulik untuk Bangunan di Sungai. g) Aspek Pertanian Melakukan pengumpulan data dan tinjauan peta tanah, peta tata guna lahan dan laporan-laporan pertanian yang ada, data-data tersebut bisa didapat dari kantor Desa/Kelurahan, Desa dalam Angka terbitan kantor Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat kecamatan, atau Kecamatan dalam Angka terbitan kantor BPS tingkat Kabupaten, atau dari kantor Sumber Daya Air setempat, yang mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Studi kelayakan Bagian Studi kelayakan Jaringan Irigasi. 19 dari 28

24 h) Aspek Hidrologi Kegiatan hidrologi berupa pengumpulan data / peta stasiun curah hujan, nilai curah hujan, data klimatologi, data AWLR atau debit historis baik debit rendah dan debit banjir pada suatu daerah aliran sungai (DAS) yang akan dilakukan untuk keperluan kegiatan studi, data-data tersebut bisa didapat dari kantor Sumber Daya Air setempat, dan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), yang mengacu pada SNI tentang Tata Cara Studi kelayakan Hidrologi dan Hidraulik untuk Bangunan di Sungai, dan AB-K/RT-RE/TC/003/98 : Tatacara survai dan pengkajian hidrologi air permukaan. i) Aspek Geologi Kegiatan geologi berupa pengumpulan Peta Geologi Regional untuk menilai kecocokan daerah untuk pelaksanaan pekerjaan, yang harus memuat jenis batuan, penyebaran jenis batuan, sifat fisik batuan dan tekstur dan struktur tanah dengan skala 1 : sampai dengan 1 : yang diterbitkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan, yang beralamat di Jalan Diponegoro, Bandung, mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Studi kelayakan Bagian Studi kelayakan Jaringan Irigasi, dan Pd T A : Tata cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-1: Penyelidikan Pendahuluan, Pengeboran dan Deskripsi Lubang Bor. j) Aspek Multisektor Kegiatan aspek multisektor melakukan pengumpulan yang berupa informasi lingkungan yang bisa didapat di kantor desa/kelurahan setempat atau dari desa dalam angka tahun terakhir yang didapat dari kantor BPS Kecamatan, meliputi informasi tentang penduduk, makanan dan penggunaan air, rencana daerah mengenai bahan pangan, produksi, transmigrasi dan industri, yang mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Studi kelayakan Bagian Studi kelayakan Jaringan Irigasi Analisis d) Analisis Topografi Kegiatan analisis topografi adalah melakukan kajian di atas meja dengan tujuan menetapkan lokasi daerah irigasi berdasarkan kondisi topografi DAS. e) Hidrologi Analisis hidrologi melakukan kajian tentang ketersediaan sumber air, dengan tahapan kegiatan sebagai berikut : (1) Analisis awal terhadap kondisi klimatologi pada lokasi pekerjaan yang berupa analisis evaporasi dan evapotranspirasi potensial. Untuk menghitung besarnya evapotranspirasi, terdapat beberapa metoda yang kerap digunakan, yaitu : Water budget, yaitu metoda perhitungan yang didasari perhitungan neraca volume air yang terukur di suatu tempat yang terdiri dari komponenkomponen aliran permukaan, tampungan air tanah dan hujan. Alat Ukur Lysimeter, yaitu suatu alat pengukuran evapotranspirasi yang dilakukan langsung di lapangan. Jika data klimatologi yang tersedia adalah suhu udara, kelembaban relatif, kecepatan angin, lama penyinaran matahari dan tekanan udara serta data topografi yang meliputi elevasi atau altitude stasiun pengamatan dan letak garis lintang maka perhitungan evapotranspirasi menggunakan metode Penman-Monteith sesuai dengan RSNI T , tentang Perhitungan Evapotranspirasi Tanaman Acuan dengan Metode Penman Monteith. 20 dari 28

25 Jika data klimatologi yang ada adalah suhu udara, kelembaban relatif, kecepatan angin dan lama penyinaran matahari maka perhitungan evapotranspirasi menggunakan metode Penman Modifikasi. Jika data klimatologi yang ada adalah suhu udara dan lama penyinaran matahari maka perhitungan evapotranspirasi menggunakan metode Radiasi dan Blaney-Criddle. Jika data klimatologi yang ada adalah suhu udara maka perhitungan evapotranspirasi menggunakan metode Thornthwaite. Jika data topografi berupa data digital map maka metode analisisnya digunakan Digital Elevation Modelling (DEM). Tabel 1 Keperluan Data terhadap Metode Analisis Evapotranspirasi No Metode Penman- Monteith Penman Modifikasi 3. Blaney- Criddle Suhu Udara Kelembab an Relatif Kecepat an Angin Lama Penyina ran Tekan an Udara Thornwaite (2) Analisis ketersediaan air yang termasuk besarnya debit aliran yang ada di sungai sebagai sumber pengambilan untuk pemenuhan kebutuhan yang meliputi debit andalan dengan berbagai probabilitas (probability). (d). Jika data debit yang tersedia 10 tahun dan berurutan maka metode yang digunakan adalah analisis lengkung kekerapan SNI tentang Metode Perhitungan Debit Andal Air Sungai Dengan Analisis Lengkung Kekerapan, dan jika data debit yang tercatat kurang lengkap karena hilang atau rusak maksimum 10 %, maka dapat dilakukan pengisian sesuai dengan Pd. T A. (e). Jika data debit yang tersedia 10 tahun, untuk memperpanjang data dapat digunakan Model Simulasi Hidrologi Hujan-Aliran sesuai dengan ketentuan yang berlaku, misalkan menggunakan Metode Mock, N-Reca, Scramento, Tank Model dan lain-lain. (f). Jika data debit dan data hujan tidak ada, maka perhitungan debit andal dapat dilakukan dengan : Cara Analisis Wilayah dari hasil penelitian yang sudah ada atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Model simulasi yang melahirkan data debit simulasi dengan menggunakan parameter dari DAS sekitarnya yang mempunyai karakteristik basin yang sama (kondisi topografi, geologi dan tanaman penutup) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. f) Analisis Geoteknik Analisis geoteknik berupa kajian di atas meja berdasarkan peta geologi regional untuk menilai kecocokan daerah terhadap usulan pembangunan daerah irigasi berdasarkan formasi geologinya dari 28

26 k) Survey Topografi Melakukan kegiatan pengambilan foto udara skala 1: atau yang lebih detail, pengukuran dan pemetaan topografi untuk mendapatkan peta topografi skala 1: Membuat peta situasi skala 1:100 untuk bangunan-bangunan besar. Kegiatan pengukuran dan pemetaan ini mengacu dan berpedoman pada Pd T-xx- 200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-2, Pengukuran dan Pemetaan, dan pengadaan Peta Rupabumi Digital Indonesia terbaru skala 1 : dengan selang kontur 12.5 m, yang dicetak dan diterbitkan oleh: Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), yang beralamat di Jalan Raya Jakarta-Bogor KM. 46 Tlp: , Fax : l) Survey Pertanian Melakukan penelitian tanah semi detail dan kemampuan tanah dengan peta skala 1: atau yang lebih detail, membuat rencana pertanian dan studi tanah pertanian, yang mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 tentang Kriteria Studi kelayakan Bagian Studi kelayakan Jaringan Irigasi. m) Survey Hidrologi Kegiatan survey hidrologi berupa studi simulasi mengenai kebutuhan dan ketersediaan air pada lokasi pekerjaan, yang mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 tentang Kriteria Studi kelayakan Bagian Studi kelayakan Jaringan Irigasi. n) Survey Geologi Investigasi geoteknik pada lokasi bangunan-bangunan utama dengan melaksanakan pengeboran, pengambilan contoh tanah sepanjang trase saluran dan pada lokasi bangunan, survey bahan bangunan dan daerah sumber galian bahan, penyelidikan tempat galian bahan, uji laboratorium untuk contoh-contoh pilihan guna mengetahui sifat-sifat teknik tanah. Kegiatan ini mengacu pada Pd T-xx-200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-3, Penyelidikan dan Analisa Laboratorium Geoteknik, dan Pd T A : Tata cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-1: Penyelidikan Pendahuluan, Pengeboran dan Deskripsi Lubang Bor, dan Pd T A : Tata cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-2: Pengujian Lapangan dan Laboratorium. o) Survey Aspek Multisektor Melakukan hubungan yang berkesinambungan dengan pemerintah setempat, mengidentifikasi komponen lokasi kegiatan multisektor dengan instansi-instansi yang berwenang yang mengacu pada KP 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Studi kelayakan Bagian Studi kelayakan Jaringan Irigasi Uji Laboratorium Analisis laboratorium geoteknik untuk keperluan Index Properties dan Engineering Properties mengacu pada Pd T-xx-200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-3, Penyelidikan dan Analisa Laboratorium Geoteknik, dan Pd T A : Tata cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-2: Pengujian Lapangan dan Laboratorium Analisis Kelayakan Ekonomi Analisis kelayakan ekonomi akan dilakukan dengan mengkaji tiga parameter ekonomi yaitu : (4) Economic Internal Rate of Return (EIRR) (5) Benefit/Cost ratio (B/C ratio) (6) Net present value (NPV), 22 dari 28

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume II : Bendung Bagian 1 : Pekerjaan Perencanaan

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume II : Bendung Bagian 1 : Pekerjaan Perencanaan BAHAN WORKSHOP PPST AHSP KELOMPOK KERJA BENDUNG RPT0 RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume II : Bendung Bagian 1 : Pekerjaan

Lebih terperinci

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume IV : Pengaman Sungai Bagian 1 : Krib

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume IV : Pengaman Sungai Bagian 1 : Krib RPT0 RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume IV : Pengaman Sungai Bagian 1 : Krib ICS 93.010 BIDANG SUMBER DAYA AIR SDA

Lebih terperinci

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume IV : Pengaman Sungai Bagian 2 : Pelindung Tebing dan Talud

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume IV : Pengaman Sungai Bagian 2 : Pelindung Tebing dan Talud RPT0 RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume IV : Pengaman Sungai Bagian 2 : Pelindung Tebing dan Talud ICS 93.010 BIDANG

Lebih terperinci

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume IV : Pengaman Sungai Bagian 4 : Tanggul

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume IV : Pengaman Sungai Bagian 4 : Tanggul RPT0 RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume IV : Pengaman Sungai Bagian 4 : Tanggul ICS 93.010 BIDANG SUMBER DAYA AIR

Lebih terperinci

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut :

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut : III-1 BAB III 3.1 URAIAN UMUM Sebagai langkah awal sebelum menyusun Tugas Akhir terlebih dahulu harus disusun metodologi pelaksanaannya, untuk mengatur urutan pelaksanaan penyusunan Tugas Akhir itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan, terlebih dahulu harus dilakukan survei dan investigasi dari daerah atau lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE. Mulai. Pekerjaan Lapangan

BAB III METODE. Mulai. Pekerjaan Lapangan BAB III METODE 3.1 Bagan Alir Tugas Akhir Keandalan hasil perencanaan erat kaitannya dengan alur kerja yang jelas, metoda analisis yang tepat dan kelengkapan data pendukung di dalam merencanakan bangunan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Rancangan Penulisan

BAB III METODOLOGI Rancangan Penulisan BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi penelitian adalah semacam latar belakang argumentatif yang dijadikan alasan mengapa suatu metode penelitian dipakai dalam suatu kegiatan penelitian. Metodologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM III 1 BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data

Lebih terperinci

A. KOMPETENSI Mahasiswa memahami tentang tahapan perencanaan Daerah Irigasi.

A. KOMPETENSI Mahasiswa memahami tentang tahapan perencanaan Daerah Irigasi. A. KOMPETENSI Mahasiswa memahami tentang tahapan perencanaan Daerah Irigasi. B. INDIKATOR Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa mampu menjelaskan dengan baik dan benar akan: 1. Syarat-syarat perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Uraian Umum

BAB III METODOLOGI Uraian Umum BAB III METODOLOGI 3.1. Uraian Umum Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data yang

Lebih terperinci

METODOLOGI BAB III III Tinjauan Umum

METODOLOGI BAB III III Tinjauan Umum III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan embung, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari derah atau lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN 1. PENDAHULUAN TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN Seiring dengan pertumbuhan perkotaan yang amat pesat di Indonesia, permasalahan drainase perkotaan semakin meningkat pula. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan

BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan Gambar 2.1. Gambar Bagan Alir Perencanaan 2.2 Penentuan Lokasi Embung Langkah awal yang harus dilaksanakan dalam merencanakan embung adalah menentukan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI III-1 BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Pekerjaan pembangunan embung teknis (waduk kecil), diawali dengan survei dan investigasi secara lengkap, teliti dan aktual di lapangan, sehingga diperoleh data - data

Lebih terperinci

Ada empat unsur fungsional pokok dalam suatu jaringan irigasi, yaitu :

Ada empat unsur fungsional pokok dalam suatu jaringan irigasi, yaitu : RANGKUMAN KP 01 BAGIAN PERENCANAAN Unsur dan Tingkatan Jaringan Irigasi Ada empat unsur fungsional pokok dalam suatu jaringan irigasi, yaitu : Bangunan-bangunan utama ( headworks ) di mana air diambil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Survey Lapangan 3.2 Metode Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder

BAB III METODOLOGI 3.1 Survey Lapangan 3.2 Metode Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder BAB III METODOLOGI 3.1 Survey Lapangan Sebelum memulai Perencanaan Bangunan Pengendali Sedimen terlebih dahulu dilakukan survey di lapangan untuk mendapatkan gambaran kualitatif mengenai kondisi topografi

Lebih terperinci

BAB VIII. KERANGKA ACUAN KERJA

BAB VIII. KERANGKA ACUAN KERJA 114 BAB VIII. KERANGKA ACUAN KERJA LATAR BELAKANG Sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang keberadaannya sering dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan, antara lain untuk penyediaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah adalah proses atau cara ilmiah untuk mendapatkan data yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI PEKERJAAN DETAIL ENGGINERING DESAIN (DED) JARINGAN IRIGASI LOKASI : IRIGASI DESA TUVA (Kec.Gumbasa),IRIGASI DESA PULU (Kec.Dolo

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan bendungan, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data perencanaan yang lengkap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain : BAB III METODOLOGI 45 3.1. URAIAN UMUM Di dalam melaksanakan suatu penyelidikan maka, diperlukan data-data lapangan yang cukup lengkap. Data tersebut diperoleh dari hasil survey dan investigasi dari daerah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-2 Metodologi dalam perencanaan

Lebih terperinci

Pertemuan 3. PSDA! Indradi Wijatmiko

Pertemuan 3. PSDA! Indradi Wijatmiko Pertemuan 3 PSDA! Indradi Wijatmiko Pola Pengelolaan SDA Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air! Data dan Informasi Penyusunan Pola! Rencana Induk Pengelolaan Sumber Daya Air! Disiplin Ilmu yang Terkait!

Lebih terperinci

3 BAB III METODOLOGI

3 BAB III METODOLOGI 3-1 3 BAB III METODOLOGI 3.1 PENGUMPULAN DATA Untuk pengumpulan data yang dipergunakan dalam Tugas Akhir ini didapatkan dari data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh langsung dari catatancatatan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Flow Chart Rencana Kerja Tugas Akhir

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Flow Chart Rencana Kerja Tugas Akhir BAB IV METODOLOGI 4.1 Tinjauan Umum Penulisan laporan Tugas Akhir ini memerlukan adanya suatu metode atau cara yaitu tahapan tahapan dalam memulai penulisan sampai selesai, sehingga penulisan Tugas Akhir

Lebih terperinci

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang 1.1. Latar Belakang yang terletak sekitar 120 km sebelah selatan Kota Surabaya merupakan dataran alluvial Kali Brantas. Penduduk di Kabupaten ini berjumlah sekitar 1.101.853 juta jiwa pada tahun 2001 yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi 2.1.1 Curah hujan rata-rata DAS Beberapa cara perhitungan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah aliran, yaitu : 1. Arithmatic Mean Method perhitungan curah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume II : Bendung Bagian 2 : Pekerjaan Detail Desain

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume II : Bendung Bagian 2 : Pekerjaan Detail Desain BAHAN WORKSHOP PPST AHSP KELOMPOK KERJA BENDUNG RPT0 RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume II : Bendung Bagian 2 : Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan nasional dan meminimalkan perbedaan distribusi pengembangan sumber daya air di daerahdaerah, maka Pemerintah Indonesia telah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR ix DAFTAR ISI Halaman JUDUL i PENGESAHAN iii MOTTO iv PERSEMBAHAN v ABSTRAK vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xvi DAFTAR LAMPIRAN xvii DAFTAR NOTASI xviii BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. UMUM

BAB III METODOLOGI 3.1. UMUM BAB III METODOLOGI 3.1. UMUM Dalam rangka perencanaan suatu konstruksi bendung, langkah awal yang perlu dilakukan adalah meliputi berbagai kegiatan antara lain survey lapangan. Pengumpulan data-data serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, dan perbaikan sarana irigasi. seluruhnya mencapai ± 3017 Ha di Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan P. Sei.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, dan perbaikan sarana irigasi. seluruhnya mencapai ± 3017 Ha di Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan P. Sei. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Sebagai negara agraria tidaklah heran jika pemerintah senantiasa memberikan perhatian serius pada pembangunan di sector pertanian. Dalam hal ini meningkatkan produksi pertanian

Lebih terperinci

BAB III III - 1METODOLOGI

BAB III III - 1METODOLOGI BAB III III - 1METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM Metodologi adalah cara atau langkah langkah yang dilakukan dalam menganalisa dan menyelesaikan suatu permasalahan. Langkah langkah atau metode yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Tinjauan Umum

BAB III METODOLOGI. 3.1 Tinjauan Umum 94 BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan embung, terlebih dahulu harus dilakukan survei dan investigasi dari daerah atau lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3 3. BAB 3 METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan konstruksi dan rencana pelaksanaan perlu adanya metodologi yang baik dan benar karena metodologi merupakan acuan untuk menentukan langkah

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3. 1 TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI 3. 1 TINJAUAN UMUM BAB III METODOLOGI 3. 1 TINJAUAN UMUM Di dalam pembangunan suatu jalan diperlukan perencanaan yang dimaksudkan untuk merencanakan fungsi struktur secara tepat, dan bentuk bentuk yang sesuai serta mempunyai

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG

KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG I. LATAR BELAKANG Transportasi merupakan pendukung perekonomian suatu daerah. Tersedianya suatu jaringan dan sistem transportasi

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER F-0653 Issue/Revisi : A0 Tanggal Berlaku : 1 Juli 2015 Untuk Tahun Akademik : 2015/2016 Masa Berlaku : 4 (empat) tahun Jml Halaman : 15 halaman Mata Kuliah : Hidrologi Kode

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Pekerjaan Persiapan dan pengumpulan Data 3.1.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan yang harus dipersiapkan guna memperlancar jalannya pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Teknis dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Sebelum memulai perencanaan suatu waduk diperlukan adanya metodologi sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah dalam perencanaan. Adapun metodelogi penyusunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Perencanaan embung diawali dengan melakukan survey dan investigasi di lokasi yang bersangkutan untuk memperoleh data perencanaan yang lengkap dan teliti. Metodologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer maupun data sekunder (Soedibyo, 1993).

BAB III METODOLOGI. Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer maupun data sekunder (Soedibyo, 1993). BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan embung, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan dengan perencanaan

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA Salmani (1), Fakhrurrazi (1), dan M. Wahyudi (2) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING Ivony Alamanda 1) Kartini 2)., Azwa Nirmala 2) Abstrak Daerah Irigasi Begasing terletak di desa Sedahan Jaya kecamatan Sukadana

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS AKHIR/SKRIPSI... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan air (dependable flow) suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) relatif konstan, sebaliknya kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat, sehingga

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN STUDI KELAYAKAN DRAINASE PERKOTAAN

TATA CARA PEMBUATAN STUDI KELAYAKAN DRAINASE PERKOTAAN TATA CARA PEMBUATAN STUDI KELAYAKAN DRAINASE PERKOTAAN 1. PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan perkotaan yang amat pesat di Indonesia, permasalahan drainase perkotaan semakin meningkat pula. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Perencanaan muara sungai diawali dengan melakukan survey dan investigasi di lokasi yang bersangkutan untuk memperoleh data perencanaan yang lengkap dan teliti. Metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau beton, yang terletak melintang pada sebuah sungai yang tentu saja bangunan ini

BAB I PENDAHULUAN. atau beton, yang terletak melintang pada sebuah sungai yang tentu saja bangunan ini BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bendung adalah suatu bangunan yang dibuat dari pasangan batu kali, bronjong atau beton, yang terletak melintang pada sebuah sungai yang tentu saja bangunan ini dapat

Lebih terperinci

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini KLIMATOLOGI; Pengukuran dan Pengolahan Data Curah Hujan, Contoh Aplikasi Hidrologi dalam Pengelolaan Sumber Daya Air (Seri Hidrologi), oleh Soewarno Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 2. Kerusakan DAS yang disebabkan karena erosi yang berlebihan serta berkurangnya lahan daerah tangkapan air.

BAB III METODOLOGI. 2. Kerusakan DAS yang disebabkan karena erosi yang berlebihan serta berkurangnya lahan daerah tangkapan air. III- 1 BAB III METODOLOGI 3.1. Survei Lapangan Perencanaan dam pengendali sedimen dimulai dengan melakukan survei dilapangan terlebih dahulu supaya dapat diketahui aspek-aspek penting yang melatarbelakangi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan April sampai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan April sampai III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan April sampai dengan bulan Juli 2011. Tempat penelitian adalah Rayon I Unit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 2. Mengumpulkan data, yaitu data primer dan data sekunder

BAB III METODOLOGI. 2. Mengumpulkan data, yaitu data primer dan data sekunder Metodologi III-1 BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Perencanaan suatu jaringan transmisi air bersih suatu kawasan perlu mempertimbangkan beberapa aspek yaitu sosial budaya, teknis, biaya dan lingkungan.

Lebih terperinci

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang No.771, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Bendungan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. 39 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. PETA LOKASI PENELITIAN Gambar 7. Lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Uraian Umum Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data

Lebih terperinci

RANCANGAN TEKNIS RINCI (DED) BANGUNAN UTAMA BENDUNG DAN JARINGAN IRIGASI D.I. SIDEY KABUPATEN MANOKWARI PAPUA TUGAS AKHIR

RANCANGAN TEKNIS RINCI (DED) BANGUNAN UTAMA BENDUNG DAN JARINGAN IRIGASI D.I. SIDEY KABUPATEN MANOKWARI PAPUA TUGAS AKHIR RANCANGAN TEKNIS RINCI (DED) BANGUNAN UTAMA BENDUNG DAN JARINGAN IRIGASI D.I. SIDEY KABUPATEN MANOKWARI PAPUA TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii MOTTO iv DEDIKASI v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III BAB III METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN 3.1 Uraian Umum Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Dalam suatu penelitian dibutuhkan pustaka yang dijadikan sebagai dasar penelitian agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam analisis penelitian yang

Lebih terperinci

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN M. Taufik Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purworejo abstrak Air sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERENCANAAN OPTIMALISASI WADUK GEDANG KULUD KABUPATEN CERME GRESIK ABSTRAK

PERENCANAAN OPTIMALISASI WADUK GEDANG KULUD KABUPATEN CERME GRESIK ABSTRAK PERENCANAAN OPTIMALISASI WADUK GEDANG KULUD KABUPATEN CERME GRESIK RACHMAT HARIONO NIM. 03111093 ABSTRAK Tujuan Perencanaan Optimalisasi Waduk Gedang Kulud ini dilakukan beberapa analisis untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN KERANGKA ACUAN KERJA STUDI PENATAAN DAN PERENCANAAN DED KOMPONEN PSU KAWASAN KUMUH KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENYIAPAN PRASARANA SARANA DAN UTILITAS KAWASAN KUMUH LOKASI : KABUPATEN BANGGAI LAUT TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Mulai. Identifikasi Masalah. Identifikasi kebutuhan Data

BAB III METODOLOGI. Mulai. Identifikasi Masalah. Identifikasi kebutuhan Data BAB III METODOLOGI 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan konstruksi dan rencana pelaksanaan perlu adanya metodologi yang baik dan benar karena metodologi merupakan acuan untuk menentukan langkah langkah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SUBSTANSI DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. 2.

DAFTAR ISI TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SUBSTANSI DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. 2. DAFTAR ISI Halaman: Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar LAMPIRAN I LAMPIRAN II LAMPIRAN III LAMPIRAN IV...... TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. Umum 2. Lampiran 1a: Wilayah

Lebih terperinci

3.1. METODOLOGI PENYUSUSNAN TUGAS AKHIR

3.1. METODOLOGI PENYUSUSNAN TUGAS AKHIR BAB III METODOLOGI 3.1. METODOLOGI PENYUSUSNAN TUGAS AKHIR Dalam penyusunan tugas akhir ini terdapat beberapa tahapan sampai selesainya tugas akhir ini, untuk dapat memahaminya lihat flowchart berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah drainase kota sudah menjadi permasalahan utama pada daerah perkotaan. Masalah tersebut sering terjadi terutama pada kota-kota yang sudah dan sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Dalam perencanaan penanganan genangan pada sistem drainase harus dilakukan beberapa tahap, mulai persiapan, survey serta investigasi dari suatu daerah atau

Lebih terperinci

TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 APRIL 2015 TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR BAB I TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kantor adalah tempat yang sangat berguna bagi seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan saat ini. Dengan adanya kantor kita dapat melakukan suatu pekerjaan dengan nyaman

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) OPTIMALISASI LAHAN KAMPUS STAIN ZAWIYAH COT KALA LANGSA TAHUN ANGGARAN 2013 1) DATA PROYEK Nama Pekerjaan : Optimalisasi Lahan Kampus STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa Lokasi Pekerjaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui :

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui : Bab 3 Metodologi 3.1 Metode Analisis dan Pengolahan Data Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah-langkah penulis dalam menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai.

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi III TINJAUAN UMUM

Bab 3 Metodologi III TINJAUAN UMUM Bab 3 Metodologi III-1 BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Pada hakekatnya eksistensi suatu waduk telah dimulai sejak diadakannya kegiatan-kegiatan survey, perancangan, perencanaan teknis, pembangunan,

Lebih terperinci

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir Pengendalian Banjir 1. Fenomena Banjir 1 2 3 4 5 6 7 8 Model koordinasi yang ada belum dapat menjadi jembatan di antara kelembagaan batas wilayah administrasi (kab/kota) dengan batas wilayah sungai/das

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer maupun data sekunder Pengumpulan Data Primer

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer maupun data sekunder Pengumpulan Data Primer BAB III METODOLOGI 3.1 Studi Pustaka dan Survey Lapangan Studi pustaka diperlukan sebelum atau bersamaan dengan survey lapangan dengan maksud ketika pengamat menemui kesulitan dilapangan, dapat mengacu

Lebih terperinci

BAB III METODA ANALISIS. Wilayah Sungai Dodokan memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan seluas

BAB III METODA ANALISIS. Wilayah Sungai Dodokan memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan seluas BAB III METODA ANALISIS 3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Wilayah Sungai Dodokan memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan seluas 273.657 km 2 dan memiliki sub DAS Dodokan seluas 36.288 km 2. Sungai

Lebih terperinci

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 APRIL 2015 TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR BAB I TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah maupun masyarakat mengandung pengertian yang mendalam, bukan hanya berarti penambahan pembangunan

Lebih terperinci

3.1 GARIS BESAR LANGKAH KERJA

3.1 GARIS BESAR LANGKAH KERJA BAB III METODOLOGI 3.1 GARIS BESAR LANGKAH KERJA Tahap kegiatan ini adalah sebelum kita memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan

Lebih terperinci

1. LATAR BELAKANG. a. Dasar Hukum

1. LATAR BELAKANG. a. Dasar Hukum KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) FASILITASI PENYUSUNAN MASTER PLAN SISTEM PERSAMPAHAN DAN REVITALISASI DED PERSAMPAHAN KOTA PANGKALPINANG 1. LATAR BELAKANG a. Dasar Hukum UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. LAPORAN AKHIR (Final Report) Masterplan Drainase Kota Genteng Kabupaten Banyuwangi I - 1

BAB I PENDAHULUAN. LAPORAN AKHIR (Final Report) Masterplan Drainase Kota Genteng Kabupaten Banyuwangi I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Banjir merupakan kata yang sangat populer di Indonesia, khususnya pada musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir. Peristiwa ini hampir setiap

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk dapat memenuhi tujuan penyusunan Tugas Akhir tentang Perencanaan Polder Sawah Besar dalam Sistem Drainase Kali Tenggang, maka terlebih dahulu disusun metodologi

Lebih terperinci

3.1 Metode Pengumpulan Data

3.1 Metode Pengumpulan Data BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada perencanaan drainase sistim Kali Tenggang dilakukan sebagai berikut : Untuk data-data yang berkaitan dengan perencanaan non teknis

Lebih terperinci

KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW. Abstrak

KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW. Abstrak KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW Muhamad Taufik Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak Analisa dan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap persiapan disusun hal hal yang harus dilakukan dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III.1 Persiapan III.2. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI III.1 Persiapan III.2. Pengumpulan Data BAB III METODOLOGI III.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan yang cukup luas dan banyaknya sungai-sungai yang cukup besar. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan untuk mencapai Lumbung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat dan peningkatan sektor pertanian yang menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah berupaya melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Air merupakan elemen yang sangat mempengaruhi kehidupan di alam. Semua makhluk hidup sangat memerlukan air dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Siklus hidrologi yang terjadi

Lebih terperinci