Dr. Soni A. Nulhaqim, S.Sos., M.Si. Ramadhan Pancasilawan, S.Sos., M.Si. Nurliana Cipta Apsari, S.Sos., MSW.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dr. Soni A. Nulhaqim, S.Sos., M.Si. Ramadhan Pancasilawan, S.Sos., M.Si. Nurliana Cipta Apsari, S.Sos., MSW."

Transkripsi

1 PERANAN PEKERJA SOSIAL MEDIS DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KESELAMATAN PASIEN DI INDONESIA THE ROLE OF MEDICAL SOCIAL WORKER IN IMPROVING QUALITY OF PATIENT SAFETY IN INDONESIA MAKALAH YANG DISAMPAIKAN PADA KEGIATAN INTERNATIONAL NURSING CONFERENCE EXCELLENT QUALITY OF NURSING CARE THROUGH COMMITMENT ON PATIENT SAFETY 4-6 Oktober HORISON Hotel Bandung, Indonesia Dr. Soni A. Nulhaqim, S.Sos., M.Si. Ramadhan Pancasilawan, S.Sos., M.Si. Nurliana Cipta Apsari, S.Sos., MSW.

2 ABSTRAK Perkembangan isu keselamatan pasien terus berkembang terutama setelah sering terjadinya kesalahan praktik dalam melakukan pelayanan medis. Keselamatan pasien (patient safety) adalah disiplin ilmu baru dalam bidang ilmu kesehatan yang menekankan pelaporan, analisis, dan pencegahan medical error guna mencegah terjadinya efek medikasi yang tidak dikehendaki. Keselamatan pasien adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan (Kohn, Corrigan & Donaldson, 2000). Dengan demikian keselamatan pasien sebagai suatu sistem diharapkan memberikan asuhan kepada pasien lebih aman, mencegah cedera akibat kesalahan karena melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Saat ini dalam dunia internasional sendiri sudah mulai terfokus pada penanganan keselamatan pasien seperti organisasi kesehatan dunia (WHO) menegaskan pentingnya keselamatan dalam pelayanan kepada pasien (World Alliance for Patient Safety Forward Programme WHO, 2004), Isu keselamatan pasien di Indonesia masih relatif baru, bahkan masyarakat baru terhenyak dengan ditemukannya kasus-kasus kesalahan dalam praktik medis, seperti kasus belum lama ini yaitu kasus dua anak kembar Juliana, yang diduga menjadi korban mal praktik RS.Omni Internasional (rakyatmerdeka.co.id/news/2010/06/23/96821/pdip-dorong- Regulasi-Malpraktek-dan-Keselamatan-Pasien). Pemerintah sudah berupaya untuk menjamin keselamatan pasien dengan mengeluarkan UU kesehatan terbaru No 36 Tahun 2009 mengenai Kesehatan, namun peratuan khusus mengenai keselamatan pasien belum ada hanya terbatas peraturan yang dibuat oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI). Kurangnya kualitas keselamatan pasien seharusnya bisa dicegah pada saat proses pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Peran yang terlibat dalam menjaga keselamatan pasien tidak hanya pada peran medis tetapi peran non medis juga menjadi bagian penting dalam pelayanan rumah sakit untuk menjaga keselamatan pasien. Pekerjaan sosial medis adalah profesi penting di dalam lingkungan rumah sakit, terutama dengan dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan baru-baru ini bahwa rumah sakit dengan tipe-a wajib menyertakan pekerja sosial dalam penyediaan layannya. Peran yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial medis dalam setting rumah sakit adalah melakukan konseling individu dan keluarga, melakukan lawatan ke ruangan, melakukan home visit, melakukan evaluasi sosial, bekerjasama dengan dinas sosial, bekerja sama dengan panti sosial, melakukan bimbingan sosial, membantu tim rehabilitasi dan pelaksanaan terapi, melakukan persiapan pulang terhadap klien, melakukan after care. Melihat peran tersebut keselamatan pasien dapat tercapai dengan selalu termonitornya perkembangan si pasien itu sendiri. Peran pekerja sosial seharusnya mendapatkan tempat yang layak dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit. Selama ini peran pekerja sosial medis di Indonesia dalam perkembangannya hanya dalam penanganan bagi pasien yang kesulitan dalam pembayaran biaya rumah sakit. Maka peranannya sangat administratif. Seperti di beberapa rumah sakit besar di Bandung pekerja sosial medis berperan hanya pada kasuskasus sosial seperti HIV AIDS, pengguna narkoba dan mengurus administratif pasienpasien yang dianggap kurang mampu. Seharusnya pekerjaan sosial medis adalah pelayanan yang bercirikan pada bantuan sosial dan emosional yang mempengaruhi pasien dalam hubungannya dengan penyakit dan penyembuhannya. Keyword: Pekerja Sosial Medis, Keselamatan Pasien

3 Peranan Pekerja Sosial Medis Dalam Meningkatkan Kualitas Keselamatan Pasien di Indonesia Pendahuluan Pelayanan kesehatan menjadi sorotan dalam pembangunan sosial di Indonesia, seiring dengan anyaknya kasus-kasu yang terjadi dalam pelayanan kesehatan. Kesehatan merupakan indikator pengukuran dari IPM yang sangat penting bagi suatu negara, hingga pelayanan kesehatan menjadi fokus utama bagi negara Indonesia yang harus ditingkatkan. Pelayanan yang sangat terasa langsung adalah pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Pelayanan ini harus memberikan yang terbaik kepada pasien sebab pasien mengharapkan kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Dalam proses pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit, keselamatan pasien masih belum dianggap suatu kondisi yang diperhatikan. Terlihat begitu banyak kasus yang terjadi di Indonesia, akibat dari ketidakseriusan dalam menjaga keselamatan pasien itu sendiri, seperti yang terrjadi akhir-akhir ini di Indonesia, masih sering terjadi mal praktik yang justru merugikan pasien itu sendiri. Sedangkan dalam proses hukum kasus mal praktik, pihak rumah sakit atau bahkan pemberi pelayanan langsung kepada pasien (dokter) tidak terkena sanksi hukum. Permasalahan yang sangat merugikan pasien ini terus menjadi perbincangan dan dikaji agar pasien tidak dirugikan. Pasien yang mengharapkan keselamatannya dalam proses penyembuhan, justru menjadi tidak selamat setelah mendapatkan pelayanan dari rumah sakit. Perkembangan isu keselamatan pasien terus berkembang terutama setelah sering terjadinya kesalahan praktik dalam melakukan pelayanan medis. Keselamatan pasien (patient safety) adalah disiplin ilmu baru dalam bidang ilmu kesehatan yang menekankan pelaporan, analisis, dan pencegahan medical error guna mencegah terjadinya efek medikasi yang tidak dikehendaki. Keselamatan pasien adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan (Kohn, Corrigan & Donaldson, 2000). Dengan demikian keselamatan pasien sebagai suatu sistem diharapkan memberikan asuhan kepada pasien lebih aman, mencegah cedera akibat kesalahan karena melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Saat ini dalam dunia internasional sendiri sudah mulai terfokus pada penanganan keselamatan pasien seperti organisasi kesehatan dunia (WHO) menegaskan pentingnya keselamatan dalam pelayanan kepada pasien (World Alliance for Patient Safety Forward Programme WHO, 2004). Menurut IOM, Keselamatan Pasien (Patient Safety) didefinisikan sebagai freedom from accidental injury. Accidental injury disebabkan karena error yang meliputi

4 kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan. Accidental injury juga akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission). Sedangkan pengertian Keselamat an pasien rumah sakit ( Safety.pdf) adalah suatu proses alam pemberian pelayanan RS terhadap pasien yang lebih aman. Keselamatan pasien ini terdiri dari: Asssesmen esiko, Identifikasi dan Manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, Kemempauan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden pasien, menerapkan solusi untuk mengurangi dan meminimalisir risiko. Kebijakan Dalam Keselamatan Pasien Organisasi kesehatan internsaional/world Health Organisation (WHO) terus melakukan kajian-kajian mengenai keselamatan pasien. Kemudian tersusun kurikulum khusus kepada sekolah-sekolah kesehatan untuk keselamatan pasien. Sebelumnya pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of Trustees mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient safety) merupakan sebuah prioritas strategik. Sedangkan di Indonesia, data mengenai KDT (Kejadian tidak diinginkan) atau mal praktik masih sangat minim, karena masih banyaknya pasien yang belum memahami mengenai keselamatan pasien atau bahkan masih ada pula rumah sakit atau klinik yang menutup-nutupi kasus-kasus yang terkait dengan keselamatan pasien. Hal menyebabkan masih minimnya upaya untuk meningkatkan kualitas amatan pasien di Indonesia. Kebijakan di Indonesia belum ada yang khusus mengenai keselamatan pasien, walaupun sudah ada beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menjaga pelayanan kesehatan pada umumnya yang juga memberikan efek dalam menjaga keselamatan pasien, seperti telah dikeluarkan UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, walaupun isinya masih general namun memberikan arahan agar pelayanan kesehatan kepada masyarakat harus prima. Kemudian UU No 44 tahun 2009 mengenai Rumah Sakit yang didalamnya sudah mengatur mengenai keselamatan pasien yaitu pada pasal 2 yang berisi Rumah Sakit menekankan nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. Kemudian pada pasal 13 juga

5 menuntut bahwa setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien. Kemudian pada pasal 43 yang secara khusus menekankan peran rumah sakit dalam keselamatan pasien. Selain itu ada pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi pasien. Sedangkan dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial, juga memperlihatkan pentingnya untuk menjaga keselamatan manusia secara umum. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup; memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian. Kemudian upaya kesejahteraan sosial diantaranya dengan rehabilitasi sosial yang bertujuan memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Tabel 1.1. Peraturan Perundangan di Indonesia yang Mengatur Keselamatan Pasien No UU Pasal Resume Isi 1 No 36 Tahun 2009 Pasal 1 Pelayanan kesehatan rehabilitatif, Tentang Kesehatan merupakan upaya mengembalikan fungsi social pasien di masyarakat Bab IV Pemerintah bertanggung jawab atas Tanggung Jawab Pemerintah Pasal 15 ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya 2 UU no 44 tahun 2009 mengenai Rumah Sakit 3 Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan sosial Pasal 2 Rumah Sakit menekankan nilai keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial pasal 13 Setiap tenaga kesehatan bekerja menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien pasal 43 Kewajiban rumah sakit untuk merapkan keselamatan pasien Pasal 3 Penyelnggaraan kesejahteraan sosial untuk meningkatkan keberfungsian sosial

6 Pasal 5 Beberapa kriteria masalah dalam penyelnggaraan kesejahteraan sosial adalah rehabilitasi sosial dan perlindungan sosial Kemudian upaya-upaya konkrit lainnya yang khusus mengatur mengenai keselamatan pasien sudah dilakukan oleh organisasi profesi/perkumpulan yaitu Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) yang telah membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS), kemudian komite ini telah menyusun Panduan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien bagi staf RS untuk mengimplementasikan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Kemudian KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) Depatemen Kesehatan RI telah menyusun Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang akan menjadi salah satu Standar Akreditasi Rumah Sakit. Hal ini mendorong rumah sakit untuk lebih memfokuskan ada keselamatan pasien itu sendiri, selama pasien itu masih menerima pelayanan kesehatan. Namun bagi pasien, peraturan mengenai keselamatan pasien bukan menjadi prioritas untuk diketahui. Kesembuhan dari penyakit yang dideritanya menjadi tujuan utama bagi pasien, maka dari itu pelayanan yang diharapkan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memberikan kesembuhan bagi pasien. Maka peraturan yang sudah disusun oleh pemerintah seharusnya dapat disosialisasikan secara operasional seperti peraturan di rumah sakit atau klinik yang telah disusun oleh KKP-RS. Peran Pekerja Sosial Medis dalam Keselamatan Pasien Pelayanan yang diberikan oleh pekerja sosial baik secara langsung maupun tidak langsung sangat sesuai dengan kebutuhan individu, karena usaha atau pelayanan tersebut diarahkan untuk membantu individu, kelompok ataupun masyarakat dalam menjalankan fungsinya. Namun demikian, terdapat pula profesi-perofesi lain yang bergerak dalam upaya pemberian bantuan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditimbulkan akibat adanya interaksi diantara orang yang satu dengan yang lainnya. Maka seiring dengan berkembangnya permasalahan sosial di masyarakat, pekerja sosial juga harus berinteraksi dengan berbagai profesi lainnya sesuai dengan setting profesinya. Arthur E. Fink (1974) dalam Adi (1994:370-40), memberikan uraian mengenai bidang-bidang pekerjaan sosial, yang diantaranya adalah bidang yang terkait dengan pelayanan di bidang perawatan kesehatan (health care). Praktik pekerjaan sosial di bidang

7 medis berusaha menangani pasien yang menderita penyakit yang bersifat akut, atau menangani masalah-masalah referral (rujukan). Pekerja sosial memegang peranan penting dalam menginterpretasi individu yang sakit dan dalam membantu mereka meningkatkan dan menggunakan kemampuan pribadi dan sumber-sumber sosial untuk mencapai kesehatan secara fisik dan mental. Dengan menggunakan pendekatan tim, pekerja sosial bekerja sama dengan dokter, perawat, psikiater, psikolog, dan profesi kesehatan lainnya, dalam rangka perawatan pasien, sebagaimana yang dikemukakan oleh Achlis (1990:53) yaitu: Pekerja sosial dalam relasi profesional yang berkaitan dengan pelayanan sosial medis yang bertanggung jawab atas penyembuhan sosial pasien di rumah sakit atau sebagai mitra kerja profesi kedokteran penyembuhan yang efisien. Maka sudah seharusnya pekerja sosial medis dan profesi medis lainnya harus saling berkolaborasi dalam memberikan pelayanan terbaik bagi pasien, terutama berkolaborasi dengan dokter dengan berperan ikut membantu dokter dalam mendiagnosa dan proses penyembuhan/pengobatan dengan caa meneliti pasien dan kondisi sosialnya serta menganalisis tingkah laku pasien dan kondisi dalam lingkungannya. Selain itu pekerja sosial medis ikut membantu dokter dengan mengorganisir sumber-sumber yang dapat mempergunakan di dalam rumah sakit, lingkungan keluarganya, dan masyarakatnya dalam proses penyembuhan, agar proses pengobatan medis dapat dilaksanakan secara efektif. Menurut Lindau at. al. (2003) dalam Gehlert and Browne (2006:24) bahwa interactive biopsychosocial model expands Engel s model to include general health status rather than illness alone and consideration of the important role of social networks and cultural contexts in health. Maka dijelaskan bahwa model biopsikososial menjadi peran yang sangat penting karena meliputi status kesehatan secara menyeluruh bukan hanya melihat penyakit itu sendiri. Dengan pendekatan ini memperluas model pendekatan dalam medis, yang sebelumnya hanya terfokus pada permsalahan biologis/medis saja, namun pendekatan ini memperlihatkan bahwa faktor-faktor penentu suatu penyakit tidak hanya pada faktor medis tetapi juga faktor non medis, yang dapat memberikan pengaruh pada proses pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, model biopsikososial, pelayanan kesehatan memperhitungkan kemampuan pasien untuk membeli suatu obat yang direkomendasikan oleh ahli medis untuk suatu penyakit saat membuat rencana perawatan untuk pasien

8 tersebut sedangkan pendekatan medis hanya terfokus pada hasil laboratorium mengenai status fisik dari pasien tersebut. Maka dengan pendekatan ini pelayanan kesehatan melibatkan interdisiplin lainnya untuk mendukung pelayanan kesehatan yang lebih baik dan meingkatkan kualitas keselamatan pasien. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Beder (2010) bahwa Sociak work s biopsychosocial approach provides a carefully balanced perspective, which takes into account the entire person in his or her environment and helps social worker in screening and assessing the needs of an an individual from a multidimensional point of view (p. 4) Menurut Beder, profesi pekerja sosial medis tertuju juga pada lingkungan sosial sang pasien sebab dengan melihat lingkungan sosial pasien dapat membantu dalam proses penyembuhan pasien,seperti yang diungkapkan Gehlert and Browne (2006:24) Patients social support networks can influence their health status significantly. Dalam meningkatkan peran lingkungan sosial pasien, pekerja sosial memiliki proses pelayanan yang berbeda dengan proses pelayanan yang diberikan oleh dokter atau perawat. Selama ini peran tersebut belum optimal, sebab rumah sakit di Indonesia belum memiliki pemahaman kebutuhan akan pekerja sosial di rumah sakit. Pemerintah telah memberikan kewajiban bagi rumah sakit tipe A untuk memiliki pekerja sosial, namun walaupun ada perannya terbatas pada peran administrasi seperti mengurus pasien yang tidak bisa membayar pelayanan rumah sakit atau khusus menangani pasien-pasien yang memiliki masalah-masalah sosial seperti HIV-AIDS atau narkotika. Sehingga peran pekerja sosial medis di Indonesia belum optimal terutama dalam mendukung pelayanan rumah sakit kepada pasien yang berlandaskan keselamatan pasien. Namun, ada rumah sakit yang mempekerjakan pekerja sosial medis yang sudah memberikan proses pelayanan sesuai dengan tahapan-tahapan pekerja sosial medis, seperti Seperti di Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny. RA. Habiebie Bandung, pekerja sosial medis telah diberikan perannya, yaitu: a. Mengadakan konsultasi sosial b. Mengatasi masalah sosial c. Melayat pasien-pasien yang meninggal d. Menerima keluhan-keluhan pasien yang meminta keringanan biaya cuci darah e. Bekerjasama dengan Kepala Bagian Keuangan dan Personalia mengenai pasien yang menerima keringanan biaya cuci darah

9 f. Melakukan home visit kepada pasien sebagai bahan pertimbangan pengajuan keringanan biaya cuci darah g. Melakukan evaluasi untuk pasien DO, yaitu mereka yang sudah tidak cuci darah lagi selama 8 kali h. Melakukan evaluasi untuk pasien yang memutuskan tisak cuci daah lagi di RSKG dan pindah ke rumah sakit lain Dari peran yang sudah diatur, peran pekerja sosial yang menonjol adalah peran untuk mengatasi masalah administrasi (keuangan) terutama bagi pasien-pasien yang meminta keringanan untuk biaya. Walaupun demikian pekerja sosial medis di RSK Ginjal telah berperan penting sebab dapat mengatasi permasalahan psikologis maupun sosial pasien seperti perasaan minder, rendah diri, ataupun gangguan dalam menjalani aktivitasnya, kesulitan ekonomi yang disebabkan biaya pengobatan, ataupun masalah diskriminasi yang dialami pasien di lingkungan masyarakatnya ataupun kerabat pasien. Kemudian di Rumah Sakit Jiwa Jawa Barat, pada proses penyembuhan, tiap pasien ditangani suatu tim penyembuhan yang terdiri dari berbagai macam profesi petolongan (psikiater, psikolog, pekerja sosial medis, dan perawat) yang dipimpin oleh seorang dokter ahli jiwa yang menjadi penanggung jawab pasien selama perawatan dalam rangka proses penyembuhan pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Proses penyembuhan pasien gangguan jiwa oleh pekerja sosial medis di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat terdiri dari tiga tahap. Yaitu tahap awal (terdiri dari intake, assesment dan diagnosis sosial, penentuan tujuan perubahan, penyeleksian rencana kegiatan, serta pembuatan kesepakatan), tahap pertengahan (yaitu pelaksanaan treatment sosial), dan tahap akhir (terdiri dari evaluasi, terminasi dan aftercare). Dalam proses pelayanan rumah sakit, peran pekerja sosial medis di Rumah Sakit Jiwa, mendapatkan porsi penting, sebab pasien lebih banyak diberikan pelayanan rekreasional yang diperankan oleh pekerja sosial medis, sedangkan profesi medis (dokter dan perawat) hanya berperan pada masalah medis yang hanya dilakukan rutin pada waktuwaktu yang singkat, seperti sat pemberian obat atau cek rut in untuk melihat perkembangan kesehatan pasien. Dari beberapa rumah sakit tersebut, peran yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial medis dalam setting rumah sakit adalah melakukan konseling individu dan keluarga. Hal ini melakukan konseling kepada pasien mengenai permasalahan-permasalahan sosial yang

10 dapat mendukung kesembuhan pasien, maka hal ini dilakukan pula ke lingkungan pasien seperti keluaga pasien. Peran-peran yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial dalam setting rumah sakit dapat sebagai sebagai pembimbing sekaligus pendorong (motivator). Dimana pekerja sosial melakukan kegiatan yang mencakup penumbuhan kesadaran, pemberian motivasi, pemberian kemampuan dan kesempatan, serta memobilisasi sumber-sumber yang mendukung proses pertolongan Kegiatannya meliputi konseling perseorangan, intervensi terhadap keluarga, pertemuan kelompok maupun pendekatan lainnya. Dalam melakukan intervensi proses partisipasi pasien sangat penting guna proses pengembangan kemampuan sehingga klien dapat berfungsi kembali secara sosial. Dalam melakukan intervensi pekerja sosial juga harus aktif dan dalam memberikan pelayanan seperti melakukan lawatan ke ruangan hal ini untuk menggali perkembangan pasien. Melakukan home visit, melakukan evaluasi sosial, bekerjasama dengan dinas sosial, bekerja sama dengan panti sosial, melakukan bimbingan sosial, membantu tim rehabilitasi dan pelaksanaan terapi, melakukan persiapan pulang terhadap klien, dan melakukan after care. Mary Johnston (1988:46) mengemukakan beberapa peran pekerja sosial medis di rumah sakit antara lain: 1. Pembimbing perseorangan dan kelompok. Dalam bimbingan perseorangan, pekerja sosial membantu seorang pasien menyelesaikan persoalan karena tidak dapat menerima keterbatasan yang disebabkan oleh penyakitnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengunjungi pasien (room visit) untuk memberikan konseling, motivasi dan semangat kepada pasien agar lebih memahami kondisi dirinya. Bahkan dengan konseling ini pekerja sosial dapat mendapatkan informasi yang dapat digunakan bagi dokter dalam memberikan treatmen pada masalah medisnya. Dalam bimbingan kelompok, pekerja sosial dapat melakukan peranannya dalam membantu keluarga pasien untuk membuat rencana pulang sesuai dengan perkembangan kondisi pasien. Bahkan lebih jauh lagi bimbingan keluarga ini untuk meningkatkan peran keluarga dalam membantu pasien dalam kesembuhannya. 2. Pendorong. Klien dibantu mengemukakan persoalan yang dihadapinya. Pekerja sosial juga membantu klien menemukan beberapa alternatif penyelesaian masalah. Pada setting rumah sakit, klien pekerja sosial medis tidak hanya pasien, dapat pula keluarga pasien. Sebab keluarga juga mengalami permasalahan yang harus dihadapi dengan

11 peningkatan keselamatan pasien, seperti dalam pembiayaan pengobatan, atau penerimaan keluarga mengenai kondisi pasien yang mungkin tidak bisa lebih optimal sebelum sakit dan harus siap menerima kondisi pasien setelah dia pulang dari rumah sakit. 3. Penghubung. Pekerja sosial meningkatkan pemahaman staf lain tentang kapan sebaiknya dia diajak membantu penderita, misalnya penderita sering menangis, tidak pernah membeli obat, atau tidak dikunjungi. Maka informasi yang didapatkan oleh pekerja sosial medis dalam konseling yang dilakukan kepada pasien dapat membantu profesi lainnya dalam melakukan treatment. Bahkan error yang disebabkan oleh pemberi pelayanan medis dapat ditekan dengan banyaknya informasi yang diperoleh mengenai kondisi pasien secara medis maupun non medis. Bahkan dalam peran ini pekerja sosial dapat menghubungkan sumber-sumber yang dapat membantu pasien yang mengalami permasalahan dalam masalah keuangan. Seperti ke instansi pemerintah (dinas-dinas) atau panti-panti yang memiliki pelayanan sama terhadap masalah pasien. 4. Konsultan. Pekerja sosial memberi informasi ke lembaga di luar rumah sakit. Pekerja sosial memberi nasehat kepada karyawan rumah sakit sehubungan dengan masalah pasiennya. 5. Pendidik. Pekerja sosial membimbing praktek calon pekerja sosial, memberi kuliah dalam kursus perawat. Hal ini untuk berikan keterampilan-keterampilan pekerja sosial kepada profesi lainnya untuk mendukung poses pelayanan medis lebih baik dan terjaga keselamatan pasien. Peran dan fungsi dalam proses pelayanan yang diberikan pekerja sosial dalam meningkatkan kualitas keselamatan pasien sangat penting, sebab informasi yang didapatkan dari dokter atau perawat berupa informasi medik dari pasien. Sedangkan informasi mengenai kondisi sosial pasien yang sebenarnya dapat mempercepat kesembuhan pasien\tidak tergali dengan optimal. Maka disinilah peran pekerja sosial medis dibutuhkan. Selama ini proses pelayanan yang diberikan oleh pekerja sosial masih belum terfokus pada fungsinya, namun pekerja sosial medis justru menjadi profesi yang mengurus pasien-pasien yang tidak mampu membayar atau pasien yang membayar dengan menggunakan kartu miskin, hingga perannya sangat sempit bahkan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keselamatan pasien.

12 Peran-peran yang seperti diungkapkan sebelumnya masih belum dilakukan secara menyeluruh, masih banyak pemahaman yang kurang benar mengenai pekerja sosial medis, yang menyebabkan pelayanan rumah sakit tidak komprehensif. Rumah sakit cenderung memfokuskan pada pelayanan medis. Sedangkan jika melihat pemahaman keselamatan pasien adalah freedom from accidental injury. Maka error yang meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan harus dihindarkan dengan lebih melihat berbagai aspek sebelum pasien diberikan pelayanan. Accidental injury juga akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission). Hal ini disebabkan kekurangan informasi mengenai kondisi pasien terutama kondisi non medis seperti lingkungan keluarganya. Hal ini jika tidak diperhatikan dapat memberikan pengaruh terhadap keselamatan pasien. Kesimpulan Pada dasarnya pekerja sosial medis merupakan penerapan ilmu, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai pekerja sosial dalam pelayanan kesehatan. Perhatiannya adalah masalah sakit yang berhubungan dengan aspek-aspek sosial dan lingkungan sekitar yang mengakibatkan gangguan fungsi-fungsi sosial dan membantu pasien agar dapat mencapai tingkat kesejahteraan sosial yang optimum, atau dapat difokuskan pada faktor-faktor sosial yang dapat membantu penyembuhan pasien atau masalah-masalah sosial yang menyebabkan orang-orang menjadi sakit atau yang menghambat seseorang menggunakan perawatan yang diberikan kepadanya. Maka pekerja sosial medis menjadi bagian dalam sistem pelayanan kesehatan dan bagian dari tim medis yang saling bermitra yaitu dengan dokter, perawat maupun farmakolog dalam melakukan penelitian, diagnosis dan penyembuhan yang menyangkut aspek psikologis, sosial dan aspek lingkungannya Pekerja sosial menjadi bagian penting dalam pelayanan yang diberikan rumah sakit. Dalam pelayanan tersebut bentuknya kemitraan maka pekerja sosial dan profesi lainnya di rumah sakit harus saling mendukung yang memiliki tujuan sama untuk keselamatan pasien. Maka pemahaman mengenai pekerja sosial medis harus diperluas terutama mengenai perannya yang begitu penting dalam keselamatan pasien. Rumah sakit sudah sepatutnya memberikan tempat khusus bagi pekerja sosial medis. Pemerintah lebih baik memasukan pula peran pekerja sosial medis dalam peraturan mengenai pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Selama ini pekerja sosial

13 medis lebih banyak memilih berperan dalam organisasi-organisasi sosial yang bergerak di bidang mesdis, bukan secara langsung terikat dalam pemberian pelayanan kesehatan rumah sakit. Hal ni dikarenakan peran mereka jika masuk dalam ganisasi pemerintah dalam kesehatan (rumah sakit umum) maka perannya menjadi sempit dan tidak optimal, sebab masih banyaknya anggapan pekerja sosial hanya mengurus pasien yang tidak bisa membayar biaya kesehatan. Maka diperlukan upaya-upaya teknis dalam meningkatkan peran pekerja sosial medis, seperti rumah sakit memiliki panduan tersendiri mengenai peran pekerja sosial di rumah sakit, ataiu bahkan pekerja sosial medis sudah dimasukan dalam pelayanan rumah sakit secara menyeluruh dengan dibuatkan suatu pelayanan yang didalamnya terdapat kolaborasi antara profesi dokter, pekerja sosial, perawat, ataui profesi lainnya yang mendukung peningkatan keselamatan pasien.

14 Bahan Bacaan Buku Achlis Pekerjaan Sosial Sebagai Profesi dan Praktek Pertolongan. Bandung : STKS. Adi, Isbandi Rukminto Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Beder, J Hospital Social Work: The Interface of Medicine and Caring. Routledge. Johnston, Mary Relasi Dinamis antara Pekerja Sosial dengan Klien dalam Setting Rumah Sakit. Surakarta : Rumah Sakit Orthopaedi dan Prothese. Gehlert, Sarah and Teri Arthur Browne Handbook of Health Social Work. Canada. John Miley and Sons, Inc. Pincus dan Minahan Social Work Practice : Model and Method. Peacock Publishers, Inc. Siporin, Max Introduction to Social Work Practice. New York. Macmillan Publishing. Skidmore, Rex, A., Introduction to Social Work. University of Utah, USA. Soetarso Pekerja Sosial di Bidang Medis. Bandung : STKS. Soetarso Metode-Metode Penyembuhan Sosial Dalam Praktek Pekerjaan Sosial. Bandung : STKS. Sukoco, Dwi Heru Profesi pekerjaan sosial dan proses pertolongannya. Bandung : Koperasi Mahasiswa STKS. Whittaker, J.K Social Treatment (An Approach To Helping Interpersonal ) Chicago : Aldine Zastrow, Charles The Practice of Social Work. California : Wadsworth Publishing Company. Internet: Safety.pdf Hasil Penelitian Lintang Dini Prafitra Proses Penyembuhan Sosial Pasien Gangguan Jiwa Oleh Pekerja Sosial Medis Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad. Lusita Dewi Needs Assesment Pengembangan Pelayanan Pekerja Sosial Medis Terhadap Pasien Gagal Ginjal Terminal Di Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny. RA. Habibie Bandung. Skripsi. Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peningkatan jumlah sarana pelayanan kesehatan di Indonesia masih belum diikuti dengan peningkatan kualitas layanan medik. Rumah sakit yang sudah terakreditasi pun belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang yang mendasari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pada November 1999, the American Hospital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan RS adalah suatu topik yang senantiasa merupakan isu yang hampir selalu hangat dibahas pada berbagai seminar di media massa. Bahkan sebagian masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan puskesmas maka pelayanan rumah sakit haruslah yang. berupaya meningkatkan mutu pelayanannya (Maturbongs, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan puskesmas maka pelayanan rumah sakit haruslah yang. berupaya meningkatkan mutu pelayanannya (Maturbongs, 2001). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit semakin diperlukan sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan haknya sebagai penerima jasa pelayanan sehingga mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan pasien merupakan isu global yang paling penting saat ini dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada pasien.

Lebih terperinci

Winarni, S. Kep., Ns. MKM

Winarni, S. Kep., Ns. MKM Winarni, S. Kep., Ns. MKM Konsep dan prinsip Patient safety Patient Safety adalah isu terkini, global, penting (high profile), dalam Pelayanan RS, (2000) WHO memulai Program Patient Safety th 2004 : Safety

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety),

BAB I PENDAHULUAN. (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mengobati dan menyembuhkan pasien dari penyakit. Dalam menjalankan tujuannya, rumah sakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu institusi penyelenggara pelayanan kesehatan dituntut untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu : keselamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan haruslah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. Berdasarkan hal tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan investasi esensial bangsa yang secara signifikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan investasi esensial bangsa yang secara signifikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan investasi esensial bangsa yang secara signifikan mempengaruhi kemajuan suatu negeri. Agenda pembangunan di bidang kesehatan menekankan pada pembenahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, padat karya, padat profesi, padat sistem, padat mutu dan padat risiko,

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, padat karya, padat profesi, padat sistem, padat mutu dan padat risiko, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan tempat pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang sangat padat modal, padat teknologi, padat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi aktif pasien dalam pelayanan kesehatan telah diakui secara internasional sebagai kunci utama dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan demi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada dirinya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada dirinya. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien merupakan isu global yang paling penting saat ini dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada dirinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua manusia selama menjalankan kehidupan menghendaki dirinya selalu dalam kondisi sehat. Sehat bagi bangsa Indonesia dituangkan dalam Undang-undang Kesehatan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan layanan jasa yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Rumah sakit merupakan tempat yang sangat kompleks, terdapat ratusan macam

Lebih terperinci

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT A. Peran Perawat Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari : 1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan

Lebih terperinci

PALLIATIVE CARE HENDRA

PALLIATIVE CARE HENDRA PALLIATIVE CARE HENDRA LUKA KANKER LUKA KANKER LUKA KANKER Back ground Perawatan paliatif dari bahasa Latin palliare, untuk jubah adalah setiap bentuk perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun. terhadap pasiennya (UU No 44 Tahun 2009).

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun. terhadap pasiennya (UU No 44 Tahun 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun gawat darurat yang bermutu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) pada era globalisasi ini semakin tinggi. Pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini masyarakat cenderung menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu. Pengukur mutu sebuah pelayanan dapat dilihat secara subjektif dan objektif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya. BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millenium Development Goals yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk menghadapi era globlalisasi membawa dampak yang sangat signifikan terhadap berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan oleh rumah sakit. Hal ini sangat erat kaitannya baik dengan citra rumah sakit maupun keamanan pasien.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan akan tuntutan keselamatan pasien atau patient safety di setiap Rumah Sakit (RS), baik dalam maupun luar negeri, kini semakin meluas sejak dipublikasikannya

Lebih terperinci

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO I. PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian kegiatan yang mengandung risiko karena menyangkut keselamatan tubuh dan nyawa seseorang.

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinyainsiden patient safety disuatu rumah sakit, akan memberikan dampak yang merugikan bagi pihak rumah sakit, staf, dan pasien pada khususnya karena sebagai pemberi

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN HOSPITAL HOMECARE DI RSUD AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN HOSPITAL HOMECARE DI RSUD AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit merupakan layanan jasa yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat komplek, terdapat ratusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akreditasi internasional merupakan konsep keselamatan pasien menjadi salah satu penilaian standar sebuah rumah sakit. Keselamatan pasien (patient safety) telah menjadi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berawal ketika Institute of Medicine menerbitkan laporan To Err Is

BAB I PENDAHULUAN. yang berawal ketika Institute of Medicine menerbitkan laporan To Err Is BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien menjadi isu prioritas dalam perawatan kesehatan, dimana gerakan keselamatan pasien dimulai sejak tahun 2000 yang berawal ketika Institute of Medicine

Lebih terperinci

PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER)

PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER) PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER) RUMAH SAKIT MH THAMRIN CILEUNGSI JL. Raya Narogong KM 16 Limus Nunggal Cileungsi Bogor Telp. (021) 8235052 Fax. (021) 82491331 SURAT KEPUTUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara Indonesia. Berdasarkan data tahun 2001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, rumah sakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, rumah sakit mempunyai peran penting dalam upaya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Pertambahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan bayi terjadi transisi epidemiologis penyakit. Populasi lansia semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. dan bayi terjadi transisi epidemiologis penyakit. Populasi lansia semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

HEALTH RECORDS IN LONG TERM CARE AND REHABILITATION FACILITIES

HEALTH RECORDS IN LONG TERM CARE AND REHABILITATION FACILITIES HEALTH RECORDS IN LONG TERM CARE AND REHABILITATION FACILITIES Isi RK pada Acute care berbeda dengan asuhan jangka panjang ( Long term care dan Rehabilitation care). Pemeliharrannya tidak berbeda Asuhan

Lebih terperinci

Perawat & Program Perawatan di Rumah Sakit

Perawat & Program Perawatan di Rumah Sakit Perawat & Program Perawatan di Rumah Sakit SEPTO PAWELAS ARSO, SKM, MARS Materi Kuliah Organisasi Manajemen Rumah Sakit Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat UNIVERSITAS DIPONEGORO Persyaratan RS Minimal

Lebih terperinci

Kompetensi, Mutu Layanan dan Keselamatan Pasien

Kompetensi, Mutu Layanan dan Keselamatan Pasien Kompetensi, Mutu Layanan dan Keselamatan Pasien Zubairi Djoerban zubairidjoerban.org Tantangan kedokteran sekarang: Memberikan layanan kesehatan dg kualitas yang terbaik (EBM, KOMPETEN), yg komprehensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat-tempat praktik kesehatan lainnya. Berbagai macam pelayanan ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat-tempat praktik kesehatan lainnya. Berbagai macam pelayanan ditawarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dalam hirarki Maslow dijelaskan bahwa kebutuhan dasar manusia menyangkut didalamnya pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

I. UMUM. menjadi...

I. UMUM. menjadi... PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI I. UMUM Anak merupakan

Lebih terperinci

LILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG

LILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG LILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG OUTLINE PENDAHULUAN TENAGA KESEHATAN MENURUT UNDANG-UNDANG TUGAS & WEWENANG PERAWAT PENDELEGASIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi khususnya pada bidang kesehatan, mendorong pelayanan kesehatan untuk terus berupaya meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan di rumah sakit. Sejak malpraktik menggema di seluruh

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nur Hasyim Auladi Skep Ns Email : nurhasyim77@ymail.com, No. Telp. 081228112321 JL. Grafika Barat VI Rt 03 RW 08 Kel. Banyumanik. Kec Banyumanik Kota Semarang Riwayat Pendidikan 2007-2008

Lebih terperinci

Komunikasi penting dalam mendukung keselamatan pasien. Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antarperawat dan tim kesehatan

Komunikasi penting dalam mendukung keselamatan pasien. Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antarperawat dan tim kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. Pelayanan kesehatan di

Lebih terperinci

DIREKTORAT BINA YANMED SPESIALISTIK DIREKTORAT JENDERAL BINA YANMED

DIREKTORAT BINA YANMED SPESIALISTIK DIREKTORAT JENDERAL BINA YANMED DIREKTORAT BINA YANMED SPESIALISTIK DIREKTORAT JENDERAL BINA YANMED DISAMPAIKAN PADA FORUM MUTU PELAYANAN KESEHATAN INDONESIA, 19 JULI 2006, HOTEL KARTIKA PLAZA, KUTA BALI 1 of The Facilities of The Environment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sama beratnya untuk diimplementasikan (Vincent, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang sama beratnya untuk diimplementasikan (Vincent, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien adalah pondasi utama dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sejalan dengan perkembangan sistem pelayanan rumah sakit yang semakin kompleks, menciptakan

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA BIDANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA TAHUN 2016

PROGRAM KERJA BIDANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA TAHUN 2016 DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH MALANG RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA PROGRAM KERJA BIDANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA TAHUN 2016 Jember, Desember DETASEMEN KESEHATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS PUJON

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS PUJON KERANGKA ACUAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS PUJON BAB I PENDAHULUAN Semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat, m a k a s i s t e m n i l

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nampaknya mulai timbul gugatan terhadap dokter dan rumah sakit (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. nampaknya mulai timbul gugatan terhadap dokter dan rumah sakit (selanjutnya 1 BAB I PENDAHULUAN Akhir-akhir ini di beberapa media baik media cetak maupun elektronik nampaknya mulai timbul gugatan terhadap dokter dan rumah sakit (selanjutnya akan di sebut RS) yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komite medik adalah perangkat RS untuk menerapkan tata kelola klinis agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola klinis) merupakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PELAYANAN MEDIK DAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT *) dr. Henni D. Supriadi K, MARS

PENGEMBANGAN PELAYANAN MEDIK DAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT *) dr. Henni D. Supriadi K, MARS PENGEMBANGAN PELAYANAN MEDIK DAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT *) dr. Henni D. Supriadi K, MARS 1. Pendahuluan Rumah Sakit merupakan unit pelayanan kesehatan dari sistem kesehatan dan merupakan unsur strategis

Lebih terperinci

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan menentukan mutu kehidupan dalam pembangunan nasional. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Praktik Kolaboratif Definisi praktik kolaboratif menurut Jones (2000) dalam Rumanti (2009) adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang mempertimbangkan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penderita gangguan jiwa di dunia pada tahun 2001 adalah 450 juta jiwa, menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penderita gangguan jiwa di dunia pada tahun 2001 adalah 450 juta jiwa, menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penderita gangguan jiwa di dunia pada tahun 2001 adalah 450 juta jiwa, menurut World Health Organization (WHO, 2005). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Depkes,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di Amerika, Home Care yang terorganisasikan dimulai sejak tahun 1880-an dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung dan mempengaruhi pekerjaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, rumah sakit

PENDAHULUAN. Sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, rumah sakit 1 PENDAHULUAN Sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, rumah sakit mempunyai peran penting dalam upaya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Pertambahan jumlah rumah sakit terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi. Oleh Didi Tarsidi <a href="http://www.upi.edu">universitas Pendidikan Indonesia (UPI)</a>

Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi. Oleh Didi Tarsidi <a href=http://www.upi.edu>universitas Pendidikan Indonesia (UPI)</a> Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi Oleh Didi Tarsidi universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 1. Definisi Istilah konseling rehabilitasi yang dipergunakan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT I. UMUM Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan dalam masyarakat biasanya dilakukan dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian pelayanan kesehatan maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis dari manajemen kualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) menjadi suatu prioritas utama dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) menjadi suatu prioritas utama dalam setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien (patient safety) menjadi suatu prioritas utama dalam setiap tindakan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Keselamatan pasien menjadi acuan bagi tenaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelamatkan pasien. Untuk menjalankan tujuannya ini, rumah sakit terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelamatkan pasien. Untuk menjalankan tujuannya ini, rumah sakit terdiri atas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk menyelamatkan pasien. Untuk menjalankan tujuannya ini, rumah sakit terdiri atas kegiatan

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN BAGI ANAK PENYANDANG THALASEMIA DAN KELUARGANYA

PENDAMPINGAN BAGI ANAK PENYANDANG THALASEMIA DAN KELUARGANYA PENDAMPINGAN BAGI ANAK PENYANDANG THALASEMIA DAN KELUARGANYA OLEH NURLIANA CIPTA APSARI 1 1 Staf Pengajar Departemen Kesejahteraan Sosial Universitas Padjadjaran (nurlia.apsari@unpad.ac.id) Abstrak Thalasemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi dan pengelolaan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tenaga kesehatan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam pencapaian keoptimalan derajat kesehatan. Salah satu tenaga kesehatan yang jumlahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tenaga keperawatan merupakan salah satu bagian dari tenaga kesehatan secara umum. Tenaga kesehatan secara umum, terdiri dari: tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan permasalahan yang dihadapi klien. Menurut Hojat et al (2013), rasa

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan permasalahan yang dihadapi klien. Menurut Hojat et al (2013), rasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan layanan konsultasi terletak pada interaksi klien dan konsultan yang didasari oleh rasa saling percaya dan kemampuan konsultan dalam memahami serta memecahkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN 2014-2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah lembaga yang memberikan pelayanan klinik dengan badan dan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT Dewi Andriani* *Akademi Keperawatan Adi Husada, Jl. Kapasari No. 95 Surabaya. Email : andridewi64@gmail.com. ABSTRAK Pendahuluan:

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran informasi dan dukungan emosional. Dalam bidang keperawatan,

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran informasi dan dukungan emosional. Dalam bidang keperawatan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi dalam kehidupan sehari hari merupakan sarana yang penting untuk menjalin relasi dengan orang lain. Komunikasi juga dapat memberikan pertukaran informasi

Lebih terperinci

PERAN PERAWAT HOME CARE. Disampaikan oleh Djati Santosa.

PERAN PERAWAT HOME CARE. Disampaikan oleh Djati Santosa. PERAN PERAWAT HOME CARE Disampaikan oleh Djati Santosa. AWAL PERJALANAN Home Care sesungguhnya merupakan bentuk pelayanan yang sangat sederhana. Kunjungan perawat kepada pasien yang tidak mampu menuju

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.43, 2015 KEMENSOS. Rehabilitasi Sosial. Profesi. Pekerjaan Sosial. Standar. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen atas suatu produk (Bustami, 2011). Dalam pelayanan kesehatan, mutu pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumen atas suatu produk (Bustami, 2011). Dalam pelayanan kesehatan, mutu pelayanan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya, suatu produk bermutu apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan di Indonesia sekarang ini sangat mendapat perhatian tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronis yang terjadi di Indonesia setiap tahun semakin bertambah. Kondisi ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk Indonesia yang meninggal dunia akibat dari

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORITIS. peraturan perundang-undangan yang berlaku.

TINJAUAN TEORITIS. peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Peran dan Fungsi Perawat Dalam dunia keperawatan modern respons manusia sebagai pengalaman dan respon orang terhadap sehat dan sakit juga merupakan suatu fenomena perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan meningkatkan kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. akan meningkatkan kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang semakin baik dan modern akan meningkatkan kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan dapat menyebabkan kematian terbesar di seluruh dunia, salah satunya adalah diabetes melitus (DM). Diabetes

Lebih terperinci

PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep

PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep A. Pengertian Discharge Planning (Perencanaan Pasien Pulang) merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 1 Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah merupakan sintesa dari keperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknikal tertentu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan menentukan mutu kehidupan dalam pembangunan nasional. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.185, 2014 KESEHATAN. Jiwa. Kesehatan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA

KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA SEJARAH KEPERAWATAN JIWA DILUAR NEGERI Sblm th 1860 perawatan klien jiwa dgn costudial care (tertutup & isolatif) Th 1873 Linda Richards mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu tujuan dari pembangunan suatu bangsa. Kesehatan sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayananan bedah telah menjadi komponen pelayanan kesehatan yang essensial pada banyak negara. Dengan meningkatnya insidensi dari kanker, penyakit kardiovaskular dan

Lebih terperinci