BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 Bab II - Landasan Teori BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Perancangan Salah satu ciri dari aktivitas perancangan adalah bahwa selalu dimulai dari akhir dan berakhir di awal, artinya bahwa fokus dari semua aktivitas perancangan adalah titik akhir ( deskripsi produk ). Perancangan sistem produksi diawali dengan merancang produk yang akan diproduksi. Merancang produk atau desain produk merupakan prasyarat untuk produksi. Hasil keputusan desain produk selanjutkan ditransmisikan ke operasi sebagai spesifikasi produksi, dan spesifikasi produksi merumuskan karakteristik produk dan memungkinkan pelaksanaan produksi. Desain produk merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Berbagai desain produk baru diciptakan karena orang percaya bahwa ada kebutuhan akan produk tersebut. Kemajuan teknologi berdampak pada desain desain produk yang secara terus menerus mengalami perkembangan pesat. Sebagian besar perusahaan secara kontinyu melakukan perubahan, perbaikan, dan pengembangan terhadap produk produk lama yang telah usang dan ketinggalan jaman. Dalam hal ini dibutuhkan 8

2 Bab II - Landasan Teori 9 perancangan produk yang mempunyai kepekaan dan ide ide baru yang dapat terus dikembangkan Fase fase dalam Proses Perancangan Produk Menurut Rosnani Ginting ( 2010 ), perancangan produk itu sendiri terdiri dari serangkaian kegiatan yang berurutan, karena itu perancangan kemudian disebut sebagai proses perancangan yang mencakup seluruh kegiatan yang terdapat pada perancangan tersebut. Kegiatan kegiatan dalam proses disebut fase. Fase fase dalam proses perancangan berbeda satu dengan yang lain. Langkah perancangan produk meliputi: a. Fase informasi Fase ini bertujuan untuk memahami seluruh aspek yang berkaitan dengan produk yang hendak dikembangkandengan cara mengumpulkan informasi - informasi yang dibutuhkan anntara lain: - Gambar produk awal dan spesifikasi - Kriteria keinginan konsumen terhadap produk - Kriteria kepentingan relatif konsumen - Kriteria manufaktur yang mencakup diagram mekanisme pembuatan dan struktur fungsi - Kriteria buying - Kriteria finance produk awal

3 Bab II - Landasan Teori 10 b. Fase kreatif Fase ini bertujuan untuk menampilkan alternatif yang dapat memenuhi fungsi yang dibutuhkan. c. Fase analisa Fase ini bertujuan untuk menganalisa alternatif alternatif yang dihasilkan pada fase kreatif dan memberikan rekomendasiterhasap alternatif alternatif terbaik. d. Fase pengembangan Fase ini bertujuan memilih salah satu alternatif tunggal dari beberapa alternatif yang ada yang merupakan alternatif terbaik dan merupakan output dari fase analisa. Data data dari alternatif yang terpilih : - Alternatif terpilih - Gambar produk terpilih dan spesifikasinya e. Fase presentasi Fase ini bertujuan untuk mengkonsumsikan secara baik dan menarik terhadap hasil pengembangan produk 2.2 Proses Perancangan Produk Pokok - pokok dalam proses perancangan produk dapat dijelaskan sebagai berikut. Konsep perancangan merupakan tahap awal dari proses produksi yang berkaitan dengan pengembangan ide ide. Ide- ide yang ada dapat dikembangkan dari pasar atau teknologi, hanya saja tidak semua ide tersebut dapat

4 Bab II - Landasan Teori 11 dikembangkanmenjadi suatu produk baru. Ide ide untuk mengembangkan suatu produk dapat dikembangkan bila memenuhi beberapa pengujian atau analisis, antara lain potensi pasar, kelayakan dari segi keuangan, dan kesesuaian operasi. Jika konsep perancangan disetujui maka selanjutnya dilakukan perancangan sebuah prototipe yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan prototipe dan proses pengembangannya. Prototipe merupakan bentuk tiruan yang menyerupai produk akhirnya. Prototipe yang dibuat kemudian dilakukan pengujian baik pengujian pasar maupun pengujian terhadap penampilan teknis produk. Jika pengujian telah memenuhi syarat selanjutnya dilakukan produksi awal dan perancangan alat termasuk penginstalan peralatan tersebut. pada tahap ini, sesuai dengan pengujian prototipe perubahan perubahan tertentu dapat digabungkan menjadi rancangan akhir. Gambar 2.1 adalah langkah langkah didalam perancangan yang diawali dengan konsep perancangan produk sampai material siap dilakukan produksi. Jika pengujian awal terhadap prototipe memenuhi syarat, tahap selanjutnya melakukan produksi awal dan perancangan alat termasuk penginstalan peralatan tersebut. Setelah semua memenuhi syarat maka perancangan dapat diluncurkan ke bagian produksi.

5 Bab II - Landasan Teori 12 Design concept Product Engineering Prototype concept Prototype Build Process Development Preliminary design review & release Manufacturing Engineering Pre Production Build Tool Design & Build Design review & release Production unit Production Gambar 2.1 Hubungan Perancangan Manufaktur

6 Bab II - Landasan Teori Pengembangan Teknologi Pada era globalisasi peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia industri sangat besar. Persaingan yang semakin ketat dalam bidang perdagangan, industri, dan pendidikan harus diantisipasi dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul dan melakukan inovasi metode rekayasa melalui integritas dan penggunaan sejumlah elemen teknologi. Diantara eleman teknologi tersebut adalah digital pendukung rekayasa dan pengembangan produk seperti Computer Aided Design ( CAD ), Computer Aided Manufactirng ( CAM ), Computer Aided Engineering ( CAE ), dan sebagainya. Perkembangan aplikasi teknologi CAD/CAM di industri semakin pesat sejalan tuntutan dunia industri pada hardware dan software untuk menghasilkan suatu produk dengan waktu siklus rancangan yang semakin pendek. Dengan menggunakan komputer yang berkemampuan grafis akan membantu bagian perancangan produk untuk memvisualisasikan dan mampu melakukan uji dengan cara yang fleksibel. Proses perancangan dengan bantuan komputer ( CAD ), memungkinkan perusahaan mempercepat desain produk dan membuatnya dapat diproduksi lebih awal. Dalam sistem CAD obyek dimodelkan dalam bentuk matematis sehingga rancangan obyek dapat disimpan, ditampilkan, dan dimanipulasi oleh komputer sebagai dataelektronik. Teknologi ini memberikan proses produksi yang fleksibel sehingga modifikasi dapat dengan mudah dibuat. Hal yang biasa terjadi berkaitan dengan pengembangan teknologi adalah adanya ketidaksesuaian antara desain produk dan operasi. Ketidaksesuaian teknologi terjadi bila produk yang dirancang oleh begian penelitian dan pengembangan tidak dapat dibuat oleh bagian operasi.

7 Bab II - Landasan Teori 14 Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan teknologi yang digunakan merupakan hal yang baru sehingga belum dimengerti dengan baik oleh bagian operasi. Sebaliknya operasi juga dapat memiliki infrastruktur yang tidak sesuai dengan produk baru karena menyangkut keterampilan tenaga kerja, sistem pengendali, jaminan kualitas, dan sebagainya. Sebagai jawaban dalam pengembangan teknologi maka perlu adanya pendekatan serempak antara bagian penelitian dan pengembangan, operasi dan pemasaran. 2.4 Proses Pengembangan Produk Baru Dalam kondisi persaingan modern, perusahaan yang tidak melakukan usaha inovasi akan menghadapi resiko yang lebih besar untuk kehilangan pasarnya. Konsumen dan industri pemakai selalu menginginkan produk baru dan produk lebih baik yang dapat meningkatkan pemenuhan kepuasan mereka. Proses pengembangan produk baru terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut: 1. Pancarian gagasan Pencarian gagasan dapat dilakukan melalui pasar atau teknologi, observasi dari produk produk sekarang, pesaing, dan lain lain. 2. Seleksi produk Seleksi produk dilakukan untuk menganalisis sebelum menjadi desain pendahuluan dengan melihat pada potensi pasar yang ada, kelayakan finansial, dan kesesuaian operasi.

8 Bab II - Landasan Teori Desain produk pendahulu Pengembangan beberapa alternatif desain yang memenuhi ciri ciri konseptual produk terpilih, misalnya: model, ukuran, kapasitas penyimpanan, dan lain- lain. 4. Pengujian Pengujian terhadap prototipe yang ditujukan pada pengujian pasar dan kemampuan teknikal produk. 5. Desain akhir Dalam tahap ini spesifikasi produk dan komponen serta gambar perakitan disusun, yang memberikan basis bagi proses produksinya.

9 Bab II - Landasan Teori 16 Proses pengembangan produk baru dapat digambarkan seperti pada gambar berikut: Pelanggan Pencarian gagasan Teknologi R & D Seleksi produk Desain produk pendahuluan Desain produk pendahuluan Pengujian Desain produk akhri Desain produk akhir Produksi produk baru (barang atau jasa) Perencanaan kapasitas perencanaan produksi scheduling Gambar 2.2 Proses Pengembangan Produk Baru \

10 Bab II - Landasan Teori Ergonomi Sejarah dan Perkembangan Ergonomi Pada zaman dahulu ketika masih hidup dalam lingkungan alam asli, kehidupan manusia sangat bergantung pada kegiatan tangannya. Alat-alat, perlengkapan-perlengkapan, atau rumah-rumah sederhana, dibuat hanya sekedar untuk mengurangi ganasnya alam pada saat itu. Perubahan waktu, walaupun secara perlahan-lahan, telah merubah manusia dari keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya. Kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan rancangan peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut. Perubahan pada alat sederhana ini, menunjukkan bahwa manusia sejak awal kebudayaannya berusaha memperbaiki alat-alat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaiannya. Hal in terlihat lagi pada alat-alat batu runcing yang bagian atasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih memudahkan dan menggerakkan alat tersebut dalam pemakaiannya. Banyak lagi perbuatan-perbuatan manusia yang serupa dengan itu dari abad ke abad. Namun hal tersebut berlangsung secara apa adanya, tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang secara kebetulan. Baru di abad ke-20 ini orang mulai mensistematisasikan cara-cara perbaikan tersebut dan secara khusus mengembangkannya. Usaha-usaha ini berkembang terus dan sekarang dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang disebut ergonomi. Istilah untuk ilmu ini berbeda di beberapa negara, sebagai contoh, di negara-negara Skandinavia disebut

11 Bab II - Landasan Teori 18 Bioteknologi, Arbeltswissenschaft di Jerman, Human Engineering, Human Factor Engineering di negara-negara Amerika bagian utara. Pada dasarnya, Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman, dan nyaman. Untuk mencapai keadaan di atas, ternyata memerlukan waktu yang cukup panjang. Pada mulanya, ergonomi banyak dikuasai oleh para ahli psikologi, dimana pada saat itu pemilihan operator merupakan hal yang paling diutamakan. Tetapi ternyata walaupun kita mendapatkan para operator yang berprestasi dan mempunyai keahlian tinggi, lambat alun terbukti hasil akhir secara keseluruhan ternyata kurang memuaskan. Hal ini terbukti pada saat perang dunia II. Pesawat terbang, senjata dan peralatan lainnya, yang dibuat secara otomatis, menjadi tidak begitu ampuh kegunaannya, disebabkan tidak lain karena operator tidak mampu menguasai operasi yang kompleks dari alat tersebut. Sejarah perang banyak menunjukkan bahwa selama perang berlangsung banyak dijumpai bom-bom dan peluru-peluru yang tidak mengenai sasaran. Hancurnya pesawat-pesawat terbang, kapal-kapal, dan persenjataan-persenjataan lainnya semata karena alat-alat tersebut dirancang tanpat memperhatikan kemampuan dan keterbatasan manusia sebagai operatornya. Baru setelah perang dunia II, para ahli menyadari bahwa untuk merancang suatu sistem kerja, kita harus bisa mengintegrasikan elemen-elemen yang

12 Bab II - Landasan Teori 19 membentuk sistem kerja tersebut. Manusia, yang merupakan salah satu komponen sistem kerja, perlu mendapatkan perhatian khusus karena sifatnya yang kompleks. Ergonomi, yang merupakan ilmu tersendiri yang mempelajari karakteristik dan tingkah laku manusia, pada mulanya menerapkan informasi ini untuk mengembangkan peralatan militer. Hal ini disebabkan karena pada mulanya ergonomi berkembang di dunia kemiliteran. Sekarang para ahli ergonomi sudah memperluas perhatiannya ke bidang sipil, diantaranya perancangan jalan raya, fasilitas-fasilitas kesehatan, perumahan dan arsitektur, pengendalian polusi, lapangan terbang, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang banyak berhubungan dengan manusia. Istilah Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ERGON (kerja) dan NOMOS (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain/perancangan. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Oleh Eko Nurmianto (1998), istilah ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatami, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain perancangan. Oleh Sritomo Wignjosoebroto (1995) istilah ergonomi didefinisikan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya sebagai pekerjaannya.

13 Bab II - Landasan Teori 20 Menurut Iftikar Z. Sutalaksana, Ruhana Anggawisastra, dan John Tjakraatmadja: Ergonomi adalah cabang ilmu yang sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Tiga hal yang penting dalam mempelajari ergonomi, antara lain: 1. Ergonomi menitikberatkan manusia. Ini diterapkan pada manusia dan fokus ergonomi pada manusia merupakan hal yang utama bukan pada mesin atau peralatan. Ergonomi ini hanya cocok bagi mereka yang ingin mengembangkan sistem kerja. 2. Ergonomi membutuhkan bangunan sistem kerja yang terkait dengan pengguna. Hal ini bahwa mesin dan peralatan yang merupakan fasilitas kerja harus disesuaikan dengan performansi manusia. 3. Ergonomi menitikberatkan pada perbaikan sistem kerja. Suatu perbaikan proses harus disesuaikan dengan perbedaan kemampuan dan kelemahan setiap individu, hal ini harus dirumuskan dengan cara diukur baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam jangka waktu tertentu. Adapun tujuan ergonomi yaitu : 1. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan, termasuk di dalamnya adalah peningkatan kegunaan, mengurangi kesalahan, dan meningkatkan produktivitasnya.

14 Bab II - Landasan Teori Untuk mempertinggi sejumlah nilai-nilai unsur manusia termasuk memperbaiki keselamatan kerja, mengurangi kelelahan dan ketegangan, meningkatkan kenyamanan dan kepuasan kerja, dan memperbaiki mutu kehidupan. Prinsip penting yang harus selalu digunakan adalah fitting job to the man rather the man to the job, yang berarti pekerjaan haruslah disesuaikan agar berada pada jangkauan kemampuan serta keterbatasan manusia. Dengan prinsip tersebut, maka suatu sistem kerja dirancang sesuai dengan faktor manusianya, dimana dimensi dan fungsi dari sistem tersebut mengikuti karakteristik manusia yang akan mempergunakan sistem kerja tersebut. Tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada suatu institusi atau organisasi. Hal ini dapat tercapai apabila terjadi suatu kesesuaian antara pekerja dengan pekerjaannya. Banyak yang menyimpulkan bahwa tenaga kerja harus dimotivasi dan kebutuhannya terpenuhi. Dengan demikian akan menurunkan jumlah karyawan yang tidak masuk kerja. Pendekatan ergonomi mencoba untuk mencapai kebaikan bagi pekerja dan pimpinan institusi. Hal itu dapat tercapai dengan cara memperhatikan empat tujuan utama ergonomi, antara lain : 1. Memaksimalkan efisiensi karyawan 2. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja 3. Menganjurkan agar bekerja aman, nyaman dan bersemangat 4. Memaksimalkan performansi kerja yang meyakinkan

15 Bab II - Landasan Teori 22 Pentingnya ergonomi dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada suatu masyarakat sosial, seseorang dapat beradaptasi dalam berbagai perubahan situasi, ini dapat menjadi pertimbangan seseorang yang cerdas untuk mencapai kesuksesan. Adaptasi merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki manusia. Mereka dapat beradaptasi dengan organisasi industri, proses produksi alat-alat mesin, bahkan juga dapat beradaptasi dengan peralatan dan fasilitas yang kurang baik. Sebagai contoh, seorang tenaga kerja pabrik yang bekerja di ruangan terbuka dengan perlengkapan yang kurang. Mereka tetap bekerja dan tidak banyak menuntut meskipun tidak ada ventilasi, panas, dan tertekan karena lingkungan iklim kerja yang berada di bawah standar. Mereka sebagai operator mesin dan bertugas mengendalikan alat kontrol yang harus didengar terletak di luar gedung. Mereka harus dapat mendengan alarm jika bunyi, padahal situasi lingkungannya sangat bising. Konsekuensi sistem kerja seperti itu adalah kondisi tubuh menjadi kurang optimal, tidak efisien, kualitas rendah, dan seseorang bisa mengalami gangguan kesehatan seperti nyeri pinggang, gangguan otot rangka, dan penurunan daya dengar. Oleh karena itu, ergonomi menjadi penting, karena pendekatan ergonomi adalah membuat keserasian yang baik antara manusia dengan mesin dan lingkungan Manusia Sebagai Komponen Sistem Manusia-Mesin Yang dimaksud sistem manusia-mesin di sini ialah kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin dimana salah satu mesin dengan yang lainnya saling berinteraksi untuk menghasilkan output-output

16 Bab II - Landasan Teori 23 berdasarkan input-input yang ada. Yang dimaksud dengan mesin dalam hal ini adalah mencakup semua objek fisik seperti peralatan, perlengkapan, fasilitas, dan benda-benda yang bisa digunakan oleh manusia dalam melaksanakan kegiatannya. Kalau kita perhatikan lingkungan sekitar kita, maka akan ditemukan objek-objek fisik buatan manusia, seperti meja, kursi, tempat tidur, ball point dan sebagainya. Kursi tempat duduk misalnya, mempunyai kegunaan yang optimal bagi manusia, apabila perancangannya memperhatikan sistem manusia-kursi. Artinya ukuranukuran dari kursi tersebut harus memperlihatkan ukuran-ukuran manusia yang menggunakannya, dan bentuk atau tipe dari kursi tersebut harus memperhatikan tujuan pemakainya. Jelas disini, bahwa untuk bisa merancang sistem kerja yang baik, kita harus menyeimbangkan fungsi manusia sebagai pihak yang aktif dengan fungsi objek yang dibuatnya sebagai pihak yang pasif. Baik manusia maupun mesin mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing namun kelebihan dan kekurangan itu bisa saling melengkapi dan hal itu merupakan tugas para perancang untuk menyeimbangkannya. Kelebihan utama dari manusia dibandingkan mesin ialah sifatnya yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Manusia bisa berubah peranannya dengan cepat dan teratur, sehingga memungkinkan untuk bekerja dalam kondisi bagaimanapun. Tetapi sifat yang berubah-ubah dari manusia ini juga menunjukkan kelemahannya; cara menghadapi suatu masalah yang sedang dihadapi sekarang mungkin belum tentu sama dengan cara yang mungkin dilakukan di kemudian hari. Keadaan ini akan menimbulkan ketidakmenentuan jalannya suatu sistem.

17 Bab II - Landasan Teori 24 Dengan kata lain, secara keseluruhan, sistem manusia-mesin dipengaruhi oleh kemampuan dan keterbatasan manusia. Sehingga dengan mempelajari bahwa manusia sebagai salah satu komponen sistem manusia-mesin, diharapkan akan bisa meletakkan fungsi manusia dengan segala kemampuan dan keterbatasannya, dalam hubungan untuk merancang sistem manusia-mesin yang terdiri dari manusia, peralatan dan lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga memberikan hasil akhir secara keseluruhan yang optimal. Pada saat ini telah banyak peralatan dibuat disesuaikan dengan ukuran tubuh manusia. Kenyamanan ataupun ketidaknyamanan menggunakan alat tergantung dari kesesuaian ukuran alat dengan ukuran manusia. Apabila ukuran alat tersebut tidak disesuaikan ukuran manusia pengguna alat tersebut pada jangka waktu tertentu akan mengakibatkan stress tubuh. Stres tubuh antara lain bisa berupa tidak nyaman, lelah, nyeri, pusing, dan lain-lain. Di atas sudah dikatakan bahwa untuk bisa menerapkan ergonomi, perlu informasi yang lengkap mengenai kemampuan manusia dengan segala keterbatasannya. Salah satu usaha untuk mendapatkan informasi-informasi ini, telah banyak dilakukan penyelidikan-penyelidikan, antara lain: a. Penyelidikan tentang display Yang dimaksud dengan display adalah bagian dari lingkungan yang mengkomunikasikan keadaannya pada manusia. Sebagai contoh, speedometer pada sepeda motor atau mobil yang kita kendarai, menunjukkan berapa kecepatan yang sedang kita tempuh.

18 Bab II - Landasan Teori 25 b. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendaliannya Penyelidikan ini berisi mengenai aktifitas-aktifitas manusia ketika bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktifitas tersebut; dimana penyelidikan ini banyak berhubungan dengan biomekanik. c. Penyelidikan mengenai tempat kerja Agar diperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti kata sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, maka ukuran-ukuran dari tempat kerja tersebut harus sesuai dengan tubuh manusia. Hal-hal yang bersangkutan dengan tubuh manusia ini dipelajari dalam antropometri. d. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik Yang dimaksud dengan lingkungan fisik di sini meliputi ruangan dan fasilitasfasilitas yang biasa digunakan oleh manusia, serta kondisi lingkungan kerja, yang banyak mempengaruhi tingkah laku manusia Tempat Kerja Yang Sesuai Dengan Manusia Lingkungan fisik disini berarti semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, yang akan mempengaruhi pada pekerja tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara umum lingkungan fisik bisa terjadi dalam dua kategori, yaitu lingkungan yang langsung berhubungan dengan pekerja tersebut (seperti stasiun kerja, meja, kursi, dan lain sebagainya) dan lingkungan perantara atau lingkungan umum (seperti rumah, kantor, pabrik, dan lain-lain). Lingkungan perantara dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia misalnya

19 Bab II - Landasan Teori 26 temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna, dan lain-lain. Untuk bisa meminimalkan pengaruh lingkungan fisik terhadap pekerja, maka langkah pertama kita harus mempelajari manusia baik mengenai sifat dan tingkah laku maupun mengenai keadaan fisiknya, yang akan digunakan sebagai dasar untuk merangsang lingkungan fisik tersebut. Khusus untuk merangsang lingkungan fisik yang langsung berhubungan dengan pekerja, pertama-tama kita mempelajari apa yang disebut biomekanik dan antropometri. Biomekanik dan antropometri merupakan dua cabang ilmu yang mempunyai sasaran penyelidikan yang sama, yaitu manusia, namun kedua cabang ilmu tersebut meninjau dua segi yang berbeda. Biomekanik mempelajari manusia dari segi-segi kemampuannya seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan dan ketelitian, sedangkan antropometri menyelidiki manusia dari segi keadaan dan ciri-ciri fisiknya seperti dimensi linear, volume dan berat. Tujuan pendekatan ergonomi dalam perancangan tempat kerja adalah agar terjadi keserasian antara manusia dengan sistem kerja atau dapat dikatakan bahwa desain sistem kerja harus menjadikan tenaga kerja dapat bekerja secara layak. Ini memerlukan keahlian desain alat dan perlengkapan, penataan ruang kerja, penataan organisasi kerja sehingga tenaga kerja dapat bekerja dengan baik dan efisien. Tenaga kerja akan bekerja secara terus menerus pada setiap hari kerja di tempat kerja tersebut. Oleh karena itu perancangan tempat kerja menjadi penting, karena berhasil tidaknya penyelesaian suatu pekerjaan ditentukan oleh

20 Bab II - Landasan Teori 27 keoptimalan tenaga kerja. Diane (2004) memberikan 12 prinsip ergonomi dalam perancangan tempat kerja agar efisien, antara lain: 1. Pastikan semua benda yang ada mudah digunakan 2. Bekerja dengan ketepatan yang tinggi 3. Hindarkan ekses kerja terulang-ulang 4. Postur kerja harus baik 5. Hindarkan atau kurangi dari paparan getaran 6. Minimkan kelelahan dan ketegangan otot 7. Minimkan dari tekanan secara langsung 8. Peralatan dalam ruang kerja dapat distel 9. Perlengkapan kerja harus standar 10. Perbaiki organisasi kerja 11. Perbaiki desain tempat kerja 12. Berilah latihan, bila bekerja masih belum baik. Antropometri berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia, dan untuk ini terdapat dua cara melakukan pengukuran yaitu: Antropometri Statis Pengukuran ini dilakukan pada tubuh manusia yang berada dalam keadaan diam. Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara lancar linear dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasil representatif, maka pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap berbagai individu, dan tubuh

21 Bab II - Landasan Teori 28 harus dalam keadaan diam. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia, diantaranya: Umur Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai kira-kira umur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Kemudian ukuran tubuh manusia akan berkurang setelah umur 60 tahun. Jenis kelamin Pada umumnya pria akan memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan pinggul. Suku bangsa Variasi dimensi akan terjadi karena pengaruh etnis. Jenis pekerjaan Jenis pekerjaan juga akan menyebabkan perbedaan ukuran tubuh manusia. Antropometri Dinamis Pengukuran ini dilakukan pada dimensi tubuh dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak, sehingga lebih kompleks dan lebih sulit diukur. Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis yaitu: Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktivitas. Contoh : dalam mempelajari performansi atlet. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat bekerja. Contoh : jangkauan gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja dalam keadaan duduk dan berdiri.

22 Bab II - Landasan Teori 29 Pengukuran variabilitas kerja. Contoh : Analisis kinematika dan kemampuan jari-jari tangan seorang juru ketik. Di bawah ini dikemukakan beberapa prinsip ergonomi sebagai pegangan: 1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran, dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, caracara harus melayani mesin (macam, gerak, arah, dan kekuatan). 2. Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri, harus diambil ukuran terbesar bagi dasar serta diatur dengan suatu cara, sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh tenaga kerja yang lebih kecil. Contohnya antara lain adalah kursi yang dapat dinaik-turunkan, tempat duduk yang dapat diatur maju atau mundur, dan lain-lain. 3. Ukuran-ukuran antropometri terpenting sebagai dasar ukuran-ukuran dan penempatan alat-alat industri. Berdiri : a. Tinggi badan berdiri, b. Tinggi bahu, c. Tinggi siku, d. Tinggi pinggul, e. Depa f. Panjang lengan Duduk : a. Tinggi duduk,

23 Bab II - Landasan Teori 30 b. Panjang lengan atas, c. Panjang lengan bawah dan tangan, d. Jarak lekuk lutut-garis punggung e. Jarak lekuk lutut-telapak 4. Ukuran-ukuran kerja a. Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja sebaiknya 5-10 cm di bawah siku. b. Apabila bekerja berdiri dengan pekerjaan di atas meja dan jika dataran tinggi siku disebut O maka hendaknya dataran kerja: i. Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian 0 + (5-10) cm ii. Untuk pekerjaan ringan 0 (5-10) cm iii. Untuk bekerja berat, atau perlu mengangkat barang berat yang memerlukan otot punggung 0 (10-20) cm 5. Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk. Sedangkan dari sudut tulang, dinasehatkan duduk tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Maka dianjurkan pemilihan sikap duduk yang tegak diselingi istirahat sedikit membungkuk. 6. Tempat duduk yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Tinggi dataran duduk yang dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar. b. Papan tolak punggung yang tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung. c. Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm.

24 Bab II - Landasan Teori Pekerjaan berdiri sedapat mungkin diubah menjadi pekerjaan duduk. Jika hal itu tidak mungkin, kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk. 8. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah ke bawah sedangkan untuk pekerjaan duduk ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat. 9. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan di daerah tersebut, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak berubah. 10. Macam gerakan yang kontinu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan gerakan yang sekonyong - konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat melelahkan. Gerakan ke atas harus dihindarkan. Berilah papan penyokong pada sikap lengan yang melelahkan. Hindarkan getaran-getaran kuat pada kaki dan lengan. 11. Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimum, yaitu beban yang dapat dikerjakan dengan pengerahan tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum telah ditentukan oleh I.L.O sebesar 50 kg. Cara mengangkat dan menolak hendaknya memperhatikan hukum-hukum ilmu gaya dan dihindarkan penggunaan tenaga yang tidak perlu. Beban hendaknya menekan langsung pada pinggul yang mendukungnya. 12. Gerakan ritmis seperti mendayung, mengayuh pedal, memutar roda, dan lainlain memerlukan frekuensi yang paling optimum, yang menggunakan tenaga paling sedikit, misalnya pada frekuensi 60 / menit, mengayuh pedal dirasakan tidak sulit.

25 Bab II - Landasan Teori Apabila seorang pekerja (dengan atau tanpa beban) harus berjalan pada jalan menanjak atau naik tangga, maka derajat tanjakan optimum adalah sebagai berikut: -. Jalan menanjak lebih kurang Tangga rumah kurang lebih Tangga lebih kurang 70 0 (dengan anak tangga bergerak antara cm, tergantung pada pembebanan). 14. Kemampuan seseorang bekerja per harinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja sangat menurun. 15. Waktu istirahat didasarkan pada keperluan atas dasar pertimbangan ergonomi. Harus dihindari istirahat-istirahat sekehendak tenaga kerja, istirahat oleh karena turunnya kapasitas tubuh dan istirahat curian. 16. Beban tambahan akibat lingkungan sebaiknya ditekan sekecil-kecilnya. 17. Daya penglihatan dipelihara sebaik-baiknya terutama dengan penerangan yang baik. 18. Kondisi mental psikologis dipertahankan dengan adanya premi perangsang, motivasi, iklim kerja, dan lain-lain. 19. Beban kerja dinilai dengan mengukur O 2, frekuensi nadi, suhu badan, dan lain-lain. 20. Batas kesanggupan kerja sudah tercapai, apabila bilangan nadi kerja mencapai angka 30 / menit diatas bilangan nadi istirahat. Sedangkan nadi kerja tersebut

26 Bab II - Landasan Teori 33 tidak terus menanjak dan sehabis kerja pulih kembali kepada nadi istirahat sesudah lebih kurang 15 menit. 2.6 Pedoman Pengukuran Data Antropometri Pengukuran Dimensi Tubuh 1. Posisi : Duduk samping a. Tinggi Duduk Tegak (TDT) Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung atas kepala. Subjek duduk tegak dengan mata memandang lurus ke depan dan lutut membentuk sudut siku-siku. b. Tinggi Bahu Duduk (TBD) Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung tulang bahu yang menonjol pada saat duduk tegak. c. Tinggi Mata Duduk (TMD) Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung mata bagian dalam. Subjek duduk tegak dan memandang lurus ke depan. d. Tinggi Siku Duduk (TSD) Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai bawah siku kanan. Subjek duduk tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah. e. Tebal Paha (TP) Subjek duduk tegak, ukur jarak dari permukaan alas duduk sampai ke permukaan atas paha. f. Tinggi Popliteal (TPO)

27 Bab II - Landasan Teori 34 Ukur jarak vertikal dari lantai sampai lekukan lutut sebelah dalam (popliteal). Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut sikusiku. g. Pantat Popliteal (PPO) Subjek duduk tegak. Ukur jarak horisontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam. Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku. h. Pantat ke Lutut (PKL) Subjek duduk tegak. Ukur jarak horisontal dari bagian terluar pantat sampai ke lutut. Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku. 2. Posisi : Duduk menghadap depan a. Lebar Pinggul (LP) Subjek duduk tegak. Ukur jarak horisontal dari bagian terluar pinggul sisi kiri sampai bagian terluar pinggul sisi kanan. b. Lebar Bahu (LB) Ukur jarak horisontal antara kedua lengan atas. Subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan. c. Lebar Sandaran (LS) Ukur jarak horisontal antara tulang belikat kiri sampai tulang belikat kanan, sementara subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan. d. Panjang Sandaran (PS) Ukur jarak vertikal dari tulang ekor sampai pertengahan antara tulang belikat kanan dan kiri. 3. Posisi : Berdiri

28 Bab II - Landasan Teori 35 a. Tinggi Siku Berdiri (TSB) Ukur jarak vertikal dari lantai ke titik pertemuan antara lengan atas dan lengan bawah. Subjek berdiri tegak dengan kedua tangan tergantung secara wajar. b. Panjang Lengan Bawah (PLB) Subjek berdiri tegak, tangan disamping, ukur jarak dari siku sampai pergelangan tangan. c. Tinggi Mata Berdiri (TMB) Ukur vertikal dari lantai sampai ujung mata bagian dalam (dekat pangkal hidung). Subjek berdiri tegak dan memandang lurus ke depan. d. Tinggi Badan Tegak (TBT) Ukur jarak vertikal telapak kaki sampai ujung kepala paling atas, sementara subjek berdiri tegak dengan mata memandang lurus ke depan. e. Tinggi Bahu Berdiri (TBB) Ukur jarak vertikal dari lantai sampai bahu yang menonjol pada subjek yang berdiri tegak. f. Tebal Badan (TB) Subjek berdiri tegak, ukur jarak dari dada sampai punggung secara horisontal. 4. Posisi : Berdiri dengan tangan lurus ke depan Jangkauan Tangan (JT) Ukur jarak horisontal dari punggung sampai ujung jari tengah. Subjek berdiri tegak dengan betis, pantat, dan punggung merapat ke dinding, tangan direntangkan secara horisontal ke depan. 5. Posisi : Berdiri dengan kedua tangan direntangkan Rentangan Tangan (RT)

29 Bab II - Landasan Teori 36 Ukur jarak horisontal dari ujung jari sampai ujung jari terpanjang tangan kanan. Subjek berdiri tegak dan kedua tangan direntangkan horisontal ke samping sejauh mungkin Persentil Perhitungan persentil ini digunakan untuk mengetahui sampai seberapa jauh orang dapat menggunakan produk tersebut. Konsep persentil ini adalah suatu konsep probabilitas dalam statistika dimana data yang ada diubah menjadi 100 bagian. Persentil 95% berarti ukuran tersebut mencakup 95% ukuran tubuh manusia untuk bagian tubuh tertentu. Adapun penerapan persentil pada prinsip pemakaian data anthopometri adalah sebagai berikut: a. Perancangan berdasarkan individu ekstrim Perancangan ini biasanya menggunakan persentil 1 atau 5 untuk ekstrim minimum dan persentil 95 atau 99 untuk ekstrim maksimum. Misalnya : Untuk menentukan tinggi tombol lampu, digunakan persentil 5 yang berarti hanya ada 5% populasi yang tidak dapat menjangkaunya. b. Perancangan fasilitas yang dapat disesuaikan Perancangan ini biasanya menggunakan persentil dalam bentuk range. Misalnya : Tinggi kursi yang dapat disesuaikan dengan range antara persentil 5 sampai dengan persentil 95. c. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata pemakainya Perancangan ini menggunakan ukuran tubuh manusia rata-rata untuk menentukan ukuran barang yang dirancang. Ukuran rata-rata ini menggunakan

30 Bab II - Landasan Teori 37 persentil 50. Dengan demikian, jika perancangan dilakukan dengan menggunakan ukuran rata-rata, maka 50% orang dapat menggunakan peralatan tersebut dengan baik. Distribusi normal dan perhitungan percentil, sumber data Nurmianto1991,seperti tabel dibawah ini. Tabel 2.1 Data Distribusi Normal dan Perhitungan Percentil Percentile Calculation 1 st X 2,323 σ 2,5 th X 1,960 σ 5 th X 1,645 σ 10 th X 1,280 σ 50 th X 90 th X + 1,280 σ 95 th X + 1,645 σ 97,5 th X + 1,960 σ 99 th X + 2,323 σ Dari data distribusi normal diatas dapat diketahui nilai percentile dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

31 Bab II - Landasan Teori 38 Misal : Untuk 95 percentil dirumuskan : X + 1,645 SD Dimana : X = Nilai rata rata dari sampel SD = Standar deviasi 1,645 = Nilai ketetapan untuk 95 percentil ( lihat Tabel 2.1 ) Untuk mencari nilai rata rata ( x _ ) dari sampel yang telah diambil dapat dicari dengan rumus : n i X = = 1 n xi Dimana : X = Nilai rata rata dari sampel xi n = Nilai dari data ke i = Jumlah data dari sampel Untuk menentukan berapa besar standar deviasi dari sampel maka dapat digunakan rumus seperti berikut : s = N i = 1 ( xi n 1 _ 2 x ) Dimana s = Deviasi standar dari sampel xi = Nilai data ke i dari sampel _ x n = Rata rata sampel = Jumlah data dari sampel

32 Bab II - Landasan Teori Studi Gerakan Studi gerakan merupakan salah satu metode perancangan kerja dengan cara melakukan proses analisis terhadap beberapa gerakan bagian badan dalam menyelesaikan pekerjaan. Analisa diarahkan khususnya untuk dapat menghilangkan gerakan gerakan yang tidak efektif, yang ada akhirnya dapat menghemat waktu kerja maupun pemakaian peralatan atau fasilitas kerja. Gerakan untuk mengefektifkan penerapan dari therbligh ini muncul dari seorang konsultan Methods Engineering ternama dari jepang yaitu Mr. Shigeo Singo. Shigeo mengklasifikasikan Therblighyang telah dibuat oleh Gilbreth dengan 17 gerakan dasar dengan menjadi 4 kelompok. 17 gerakan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel Gerakan dasar menurut Shigeo Singo KELOMPOK ELEMEN GERAKAN KETERANGAN Utama Penunjang -Assemble ( A ) -Use ( U ) -Disassemble ( DA ) -Reach ( R ) -Graps ( G ) -Move ( M ) Gerakan-gerakan dalam kelompok ini bersifat member nilai tambah. Perbaikan kerja untuk kelompok ini dapat dilakukan dengan cara mengefisienkan gerakan. Gerakan-gerakan dalam kelompok ini diperlukan, tetapi tidak memberi nilai tambah. Perbaikan kerja dalam

33 Bab II - Landasan Teori 40 -Releas Load ( RL ) kelompok ini dapat dilakukan Pembantu Gerakan Elemen Luar -Search ( SH ) -Select ( ST ) -Position ( P ) -Hold ( H ) -Inspection ( I ) -Preposition ( PP ) -Rest ( R ) -Plan ( Pn ) -Unavoidable Delay ( UD ) -Avoidable Delay ( AD ) dengan meminimumkan gerakan. Gerakan- gerakan dalam kelompok ini tidah memberikan nilai tambah dan mungkin dapat dihilangkan. Perbaikan kerja dapat dilakukan dengan pengaturan kerja yang baik atau dengan menggunakan alat bantu. Gerakan-gerakan dalan kelompok ini sedapat mungkin dihilangkan. Untuk mendapatkan sebuah perbaikan atau penghematan waktu dalam sebuah perancangan yang efektif dengan perubahan, pengurangan, maupun menghilangkan gerakan yang tidak perlu dapat dilakukan analisa dengan cara: 1. Mengumpulkan sampel 2. Membagi sampel dalam subgroup 3. Mencari rata-rata dari subgrup Untuk mencari rata-rata dari sampel dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

34 Bab II - Landasan Teori 41 n i X = = 1 k xi Dimana : X = Nilai rata rata dari subgrup xi k = Nilai rata rata subgroup = Jumlah subgrup 4. Mencari nilai standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian Untuk menentukan berapa besar standardeviasi dari sampel maka dapat digunakan rumus seperti berikut : s = N i = 1 ( xi n 1 _ 2 x ) Dimana s = Deviasi standar dari sampel xi = Nilai data ke i dari sampel _ x n = Rata rata sampel = Jumlah data dari sampel 5. Standar Deviasi dan distribusi nilai rata-rata subgrup σ x = σ n Dimana _ σ x = Deviasi standar dari subgrup σ = Nilai standar deviasi sebenarnya

35 Bab II - Landasan Teori 42 n = Jumlah subgrup 6. Pengujian Keseragaman Data Untuk pengujian keseragaman data,dengan tingkat keyakinan 95% maka Z = 1,95 ~ 2 Batas Kontrol Atas ( BKA ) = Batas Kontrol Bawah ( BKB ) = = x = x _ + Z. σ x _ Z. σ x 7. Pengujian Kecukupan Data Z N ' = s N X 2 j X ( ) 2 2 X j ) j Dimana N adalah jumlah pengamatan yang telah dilakukan. 8. Waktu Siklus Rata Rata Xj Ws = N 9. Waktu Normal Wn = Ws p Dimana p merupakan faktor penyesuaian 10. Waktu Baku Wb = Wn ( 1+ i) Dimana i adalah faktor kelonggaran yang diberikan atau allowance yang diberikan kepada pekerja disamping waktu normal.

36 Bab II - Landasan Teori 43 Setelah dilakukan langkan langkah seperti diatas dapat diketahui perbandingan hasil dari alternatif alternatif yang ada dan dapat dipilih alternatif yang terbaik.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG

Lebih terperinci

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

B A B III METODOLOGI PENELITIAN B A B III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penulisan laporan ini, penulis membagi metodologi pemecahan masalah dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Indentifikasi Masalah 2. Tahap Pengumpulan Data dan Pengolahan

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri INSTRUKSI KERJA Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014 DAFTAR REVISI Revisi ke 00 : Rumusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG Tri Widodo & Heli Sasmita Tiga_wd@yahoo.co.id Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Meja Belajar Tabel 4.1 Data pengukuran meja Pengukuran Ukuran (cm) Tinggi meja 50 Panjang meja 90 Lebar meja 50 4.1.. Data Kursi Belajar

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA Endang Susanti (Dosen Tetap Prodi Teknik Elektro UNRIKA Batam) ABSTRAK Meja dan kursi adalah salah satu fasilitas

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI

MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2011 MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH Nama : Usia : Jenis Kelamin : Suku Bangsa : Berat Badan : No. Data yang diukur Simbol Keterangan Hasil Tinggi Pegangan Tangan Ukur jarak vertikal pegangan tangan

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri INSTRUKSI KERJA Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 i ii DAFTAR REVISI Revisi ke 00 : Rumusan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI BASUKI ARIANTO Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK Rumah tinggal adalah rumah yang menjadi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) Font 16, bold, center Disusun Oleh : Font 12, bold, center Nama / NPM : 1.... / NPM 2.... /

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) Font 16, bold, center Disusun Oleh : Font 12, bold, center Nama / NPM : 1.... / NPM 2.... /

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu Ukuran dan model dari kursi taman/teras yang lama. Data anthropometri tentang ukuran

Lebih terperinci

Bab 3. Metodologi Penelitian

Bab 3. Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk dapat merumuskan permasalahan berdasarkan pengamatan terhadap kondisi obyek yang diamati. Berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. 2 Tinjauan Literatur

1 Pendahuluan. 2 Tinjauan Literatur Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.4 No. (015) 17-3 ISSN 30 934X Ergonomic and Work System Perancangan Kursi yang Ergonomis sebagai Alat Bantu di Stasiun Kerja Produksi Air Galon ( Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS Rini Yulianingsih Bagaimanakah perancangan yang baik? Aktivitas yang dilakukan oleh perancang adalah untuk menciptakan alat/mesin/sturktur/proses yang memenuhi kebutuhan:

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomi Istilah ergonomi yang juga dikenal dengan human factors berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti kerja, dan nomos yang berarti hukum alam. Sehingga, ergonomi

Lebih terperinci

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN Agung Santoso 1, Benedikta Anna 2,Annisa Purbasari 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2,3 Staf Pengajar

Lebih terperinci

Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja

Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja Modul- 3 Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Kegiatan Belajar -4 POKOK BAHASAN KONSEP DASAR DAN APLIKASI PENGUKURAN ANTROPOMETRI VARIABEL ANTROPOMETRI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kerja Studi kerja adalah penelaahan secara sistematik terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk : (Barnes, 1980, Halaman 6) 1. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif observasional. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain studi cross sectional (potonglintang)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI INDUSTRI INOVATIF Vol. 3, No. 2, September 2013: 18-23 PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI 1) Mujiono 1) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Anthropometri Menurut Sritomo (1989), salah satu bidang keilmuan ergonomis adalah istilah anthropometri yang berasal dari anthro yang berarti manusia dan metron yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN 4. Pembahasan 4.1 Pengumpulan Data 4.2 Pengolahan Data

BAB IV PEMBAHASAN 4. Pembahasan 4.1 Pengumpulan Data 4.2 Pengolahan Data BAB IV PEMBAHASAN 4. Pembahasan Pembahasan membahas tentang perancangan rak sepatu berdasarkan data yang telah didapatkan dari populasi kelas 3ID02. Beberapa hal yang dibahas yaitu pengumpulan data dan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Standard Nordic Questionnaire (SNQ) Nama Umur Jenis kelamin Tugas :.. :.. tahun : Pria / Wanita :.... Berilah tanda ( ) pada kolom yang tersedia berikut ini : NO JENIS KELUHAN 0 Sakit kaku di

Lebih terperinci

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma ANTROPOMETRI Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma Definisi Antropos = manusia Metrikos = pengukuran Ilmu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN STANDARD NORDIC QUESTIONNAIRE I. IDENTITAS PRIBADI (Tulislah identitas saudara dan coret yang tidak perlu) 1. Nama :... 2. Umur/Tgl. Lahir :.../... 3. Stasiun Kerja :... 4. Status : Kawin/Belum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,

Lebih terperinci

Hasil rancangan dan pembuatan pembungkus roti yang ergonomis adalah panjang pembungkus, lebar pembungkus. Dan penentukan waktu baku.

Hasil rancangan dan pembuatan pembungkus roti yang ergonomis adalah panjang pembungkus, lebar pembungkus. Dan penentukan waktu baku. PENENTUAN WAKTU BAKU PEMBUATAN PEMBUNGKUS ROTI YANG ERGONOMIS. Agnes Kristiana Kusuma.W, Enty Nur Hayati, S.Adi Susanto Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang Abstract. Desain produk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Sekolah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 060798 merupakan salah satu sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah. SDN 060798 beralamat di Jalan Medan Area Selatan. Kel.

Lebih terperinci

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan

Lebih terperinci

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk Modul ke: Studio Desain II Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn Fakultas 10FDSK Program Studi Desain Produk ERGONOMI Studi ergonomi dilakukan bedasarkan panduan dari Human Factor Design

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KELELAHAN 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergo yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dimaksudkan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Duduk nyaman di kursi adalah factor cukup penting untuk diperhatikan, apapun itu model kursi minimalis,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi 2.1.1 Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu yang dapat digunakan untuk menggunakan informasi/data sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem

Lebih terperinci

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi perkembangan teknologi semakin pesat maka dengan berkembangnya teknologi manusia berusaha untuk membuat peralatan yang bisa membantu pekerjaan

Lebih terperinci

ANALISIS SERTA USULAN PERBAIKAN FASILITAS FISIK DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI (Studi kasus di Mini Market 5001 Mart Cabang Cimahi)

ANALISIS SERTA USULAN PERBAIKAN FASILITAS FISIK DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI (Studi kasus di Mini Market 5001 Mart Cabang Cimahi) ANALISIS SERTA USULAN PERBAIKAN FASILITAS FISIK DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI (Studi kasus di Mini Market 5001 Mart Cabang Cimahi) Effie Yuswandi 1 Abstrak Dalam sebuah mini market, faktor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ergonomi Menurut Adnyana Manuaba (2000) Ergonomi didefinisikan sebagai suatu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin,

Lebih terperinci

STUDI DAN EKONOMI GERAKAN. Amalia, S.T., M.T.

STUDI DAN EKONOMI GERAKAN. Amalia, S.T., M.T. STUDI DAN EKONOMI GERAKAN Amalia, S.T., M.T. Learning Outcomes Pada akhir semester mahasiswa dapat menganalisa dan merancang sistem kerja yang efisien dan efektif dengan melakukan pengukuran kerja. Learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh aktivitas yang terjadi di alam semesta ini, seluruhnya selalu berhubungan dengan kepentingan manusia. Manusia selalu dijadikan objek dalam pengembangan design

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT BELAJAR DAN BERMAIN YANG ERGONOMIS DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA SELAT PANJANG

PERANCANGAN ALAT BELAJAR DAN BERMAIN YANG ERGONOMIS DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA SELAT PANJANG Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 PERANCANGAN ALAT BELAJAR DAN BERMAIN YANG ERGONOMIS DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA SELAT PANJANG Nofirza 1 dan Zul Infi 2 Abstrak:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Fasilitas ergonomi telah menjadi suatu bidang khusus, itu semua dikarenakan dampak yang mengacu pada keselamatan, kesehatan, produktifitas dan perekonomian serta daya

Lebih terperinci

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Darsini Teknik Industri Fakultas Teknik - Univet Bantara Sukoharjo e-mail: dearsiny@yahoo.com Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah merancang desain troli

Lebih terperinci

SEJARAH & PERKEMBANGAN

SEJARAH & PERKEMBANGAN Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem

Lebih terperinci

ASPEK PERANCANGAN BODI KENDARAAN (2)

ASPEK PERANCANGAN BODI KENDARAAN (2) ASPEK PERANCANGAN BODI KENDARAAN (2) 2. Ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang segala pertimbangan manusia (membahas kelebihan dan keterbatasan manusia), dan secara sistematis manfaat tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia tidak lepas dari pekerjaan rutin yang biasa dilakukan sehari-hari seperti mencuci pakaian. Pastinya tidak semua

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) Julianus Hutabarat,Nelly Budiharti, Ida Bagus Suardika Dosen Jurusan Teknik Industri,Intitut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai model dan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian mengenai desain perbaikan kursi untuk karyawan pada bagian kerja penyetelan dan pelapisan

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Daryono Mahasiswa (S1) Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma Scochuu_kuro@yahoo.co.id ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1 Flowchart Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur dimensi tubuh manusia dalam keadaan diam. Pengukuran dimensi tubuh dilakukan dalam dua posisi, yaitu

Lebih terperinci

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS PKMT-2-1-1 RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS Mirta Widia, Mia Monasari, Vera Methalina Afma, Taufik Azali Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas, Padang ABSTRAK Perancangan wheelbarrow

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam perancangan Stasiun penyemiran sepatu. Meliputi data antro pometri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluhan Muskuloskeletal Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X ANALISA KELUHAN DAN USULAN PERANCANGAN TROLI ERGONOMIS SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA ( Studi Kasus : Pelelangan Ikan Muara Angke ) Renty Anugerah Mahaji Puteri 1*, Yakub 2 12

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK Ada dua macam jenis layar komputer yang dikenal saat ini yaitu layar CRT dan LCD. Semua laboratorium komputer di Lantai 9 Grha Widya Maranatha masih menggunakan jenis layar CRT. Mahasiswa banyak

Lebih terperinci

MODUL I DESAIN ERGONOMI

MODUL I DESAIN ERGONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI)

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI) PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI) Sri Rahayuningsih 1,*, Sanny Andjar Sari 2 1 Universitas Kadiri, 2 Institut Teknologi Nasional Malang Kontak

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN

ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN By: Rini Halila Nasution, ST, MT STUDI GERAKAN Studi gerakan atau yang biasanya disebut dengan motion study adalah suatu studi tentang gerakan-gerakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. ENGINEERING DESIGN PROCESS Engineering design process atau proses desain engineering merupakan proses atau tahapan dimana seorang engineer merancang sebuah produk/alat atau mesin

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

ANALISA ERGONOMI KANOPI SEPEDA MOTOR

ANALISA ERGONOMI KANOPI SEPEDA MOTOR ANALISA ERGONOMI KANOPI SEPEDA MOTOR Akmal Asari 1), Hari Purnomo 2), M. Ridlwan 3) 1, 3) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR NOTASI... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment ERGONOMI Ergonomics Human Machine Work Environment RANCANGAN YANG ERGONOMIS Fokus Perhatian : MANUSIA dalam Perencanaan Man-Made Objects dan Lingkungan Kerja Tujuan Rancang Bangun dalam Menciptakan Produk,

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1 Flowchart Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dan pengambilan data dapat digambarkan dengan menggunakan flowchart. Berikut ini adalah tahapantahapan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1. Hasil Penelitian Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan gambar berdasarkan data antropometri, data pengukuran kursi kantor di bagian Main Office khususnya

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA YANG ERGONOMIS PADA STASIUN PERAKITAN COVER ASSY 24DC

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA YANG ERGONOMIS PADA STASIUN PERAKITAN COVER ASSY 24DC USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA YANG ERGONOMIS PADA STASIUN PERAKITAN COVER ASSY 24DC (Studi Kasus PT. SANWA ENGINEERING BATAM) Musa¹ Nandar Cundara,² Hery Irawan 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan perhatian dari suatu industri. Hal tersebut merupakan input perusahaan yang penting karena tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan dengan cara melihat langsung pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja pada perusahaan yang diteliti. Data yang diambil

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X I Wayan Sukania, Lamto Widodo, David Gunawan Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya dunia industri dan teknologi yang terjadi sekarang ini, menyebabkan semakin meningkatnya persaingan. Untuk dapat memenangkan

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 6 MOTION STUDY Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com WORK TIME MEASUREMENT (MOTION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengkajian hubungan manusia dengan lingkungan kerja sebenarnya sudah lama dilakukan oleh manusia, tetapi pengembangannya yang lebih mendalam baru dilakukan setelah

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI. Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia ANTROPOMETRI

ANTROPOMETRI. Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia ANTROPOMETRI ANTROPOMETRI PENGERTIAN Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia ANTROPOMETRI Antropometri Statis Antropometri Dinamis Antropometri statis pengukuran dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Abadi Genteng, Jatiwangi, merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam pembuatan genteng dan aksesorisnya. Perusahaan ini termasuk jenis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Ergonomi berasal dari kata Yunani, ergos yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari dan meneliti tentang keterkaitan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI KERJA YANG ERGONOMIS PADA STASIUN KERJA PEMOTONGAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI KERJA YANG ERGONOMIS PADA STASIUN KERJA PEMOTONGAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 2, Desember 2011 ISSN 1412-6869 PERANCANGAN MEJA DAN KURSI KERJA YANG ERGONOMIS PADA STASIUN KERJA PEMOTONGAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan.

Lebih terperinci

PETA PETA KERJA. Nurjannah

PETA PETA KERJA. Nurjannah PETA PETA KERJA Nurjannah Peta Kerja Peta kerja merupakan suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (Sutalaksana, 2006) Peta kerja merupakan alat komunikasi yang sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi (Eko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah

BAB I PENDAHULUAN. disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meja merupakan salah satu fasilitas sekolah berupa permukaan datar yang disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah sebuah fasilitas

Lebih terperinci