BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN HEWAN. Penyusun: KholifahHolil, M.Si.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN HEWAN. Penyusun: KholifahHolil, M.Si."

Transkripsi

1 BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN HEWAN Penyusun: KholifahHolil, M.Si. JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIMMALANG 2012

2 KATA PENGANTAR Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas kesempatan yang diberikan untuk selesainya penyusunan buku petunjuk praktikum kultur jaringan hewan ini. Buku petunjuk ini disusun berdasarkan kebutuhan mahasiswa biologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang khususnya untuk para mahasiswa yang menempuh matakuliah kultur jaringan hewan. Buku petunjuk ini terdiri dari beberapa bagian tetapi secara garisbesar buku petunjuk praktikum ini berisi dasar-dasar praktikum yang dilakukan dalam kultur jaringan hewan. Sebagai dasar praktikum maka diharapkan buku petunjuk ini memberikan ketrampilan dasar bagi para mahasiswa khususnya mahasiswa yang menempuh matakuliah kultur jaringan hewan dan umumnya bagi mahasiswa biologi atau mahasiswa yang serumpun. Pada akhirnya tak ada gading yang retak. Saran dan kritik untuk pengembangan lebih lanjut guna penyempurnaan buku petunjuk ini benar-benar sangat diharapkan dan semoga bermanfaat. Malang, Februari 2012 Penyusun

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar....i Daftar Isi...ii I. PreparasidanSterilisasiAlatdanBahan....1 II. SterilisasiRuang III. UjiSterilitas..6 IV. Pembuatan Media Stock V. KulturSel Baby Hamster kidney (BHK) VI. PengamatanSelHasilKultur BHK..12 VII. In Vitro Maturation (IVM)

4 PREPARASI DAN STERILISASI ALAT DAN BAHAN A. Pendahuluan Teknik kultur jaringan merupakan teknik untuk mengembangbiakkan sel, jaringan maupun organ di dalam media yang sesuai yang dilakukan di luar tubuh organisme. Keberhasilan teknik ini salah satunya ditentukan oleh teknik sterilisasi yang tepat untuk menghasilkan alat-alat maupun bahan yang steril yang akan digunakan dalam kultur jaringan. Jenis alat dan bahan yang akan disterilisasi didasarkan pada beberapa pertimbangan diantaranya adalah pada ketahanan alat maupun bahan tersebut terhadap perlakuan suhu yang diberikan pada saat sterilisasi, komponen penyusun, dan lain-lain. Alat-alat dari jenis glassware menunjukkan ketahanan yang lebih terhadap panas daripada alat-alat selain itu. Untuk beberapa bahan tertentu didasarkan pada komponen penyusunnya (ada yang dengan menggunakan filter dan ada juga yang menggunakan autoclave). Berikut ini adalah beberapa metode untuk sterilisasi (table 1) yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk proses sterilisasi. Tabel 1. Metode sterilisasi menurut Freshney (2005) Method Conditions Materials Limitations Dry heat 160 C, 1 h Heat stable: metals, glass, Some charring may occur, PTFE. e.g., of indicating tape and cotton plugs. Moist heat 121 C, min Heat-stable liquids: water, salt solutions, autoclavable media. Moderately heat-stable plastics: silicones, polycarbonate, nylon, Irradiation: γ Irradiation polypropylene 25 kgy Plastics, organic scaffolds, heat-sensitive reagents and pharmaceuticals. Steam penetration requires steam-permeable packaging. Large fluid loads need time to heat up. Chemical alteration of plastics can occur. Macromolecular degradation. Electron beam 25 kgy Plastics, organic scaffolds, heat-sensitive reagents and pharmaceuticals. Microwave 5 min full power Aqueous solutions and gels such as agar. Short-wave UV 254 nm, W, 30 min Flat surfaces, circulating air. Needs high-energy source. Not suitable for average laboratory installation. Only useful for small volumes; usually just for melting agar Will not reach shadow areas. Spores resistant. Chemical: Ethylene oxide 1 h Heat-labile plastics. Items must be ventilated for h; leaves toxic residue. Hypochlorite ppm 30 min Contaminated Plastics. 70% Alcohol Soak for 1 h Dissecting instruments (combined with solutions. Needs extensive washing. May leave residue. Does not kill spores. Fire risk with

5 flaming). Some plastics. flaming. Precast Perspex or Lucite may shatter if immersed in alcohol. Filtration 0.1- to 0.2-µm porosity All aqueous solutions; particularly suitable for heat-labile reagents and media. Specify low protein binding for growth factors, etc. Not suitable for some solvents, e.g., DMSO. Slow with viscous solutions B. Tujuan 1. Untuk menyiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam kultur jaringan hewan 2. Untuk mengetahui teknik sterilisasi pada berbagai alat dan bahan yang akan digunakan dalam kultur jaringan hewan. C. Alat dan Bahan Disinfectan (300ppm hypoclorit yang diencerkan dengan menggunakan detergen seperti Clorox atau detegen lain yang biasa digunakan) Detergen (7X atau Decon, teepol) Ember Kuas penggosok botol/busa pencuci Keranjang stainless Aluminum Foil Oven Autoclave D. Cara Kerja 1. Rendam alat-alat yang akan digunakan dengan menggunakan air yang ditambah dengan detergen yang mengandung disinfectan (contoh larutan teepol). Biarkan selama 24 jam. 2. Sikat dan bilas alat-alat tersebut di bawah air mengalir lakukan sebanyak 20x. 3. Bilas dengan aquades dan Deionized Water (DI), lakukan sampai tidak ada busa yang menempel pada glassware. 4. Keringkan alat-alat tersebut dalam oven suhu 50 C -60 C. Jika sudah kering bungkus dengan aluminium foil. 5. Sterilisasi kering untuk glassware dan alat-alat stainless lainnya dalam oven pada suhu 125 o C selama 3 jam atau pada suhu 160 C selama 1 jam. 6. Sterilisasi basah untuk alat-alat yang bukan tergolong glassware dan alatalat stainless dalam autoclave pada suhu 121 C selama 15 menit dan selanjutnya keringkan dalam oven suhu 50 C -60 C. 7. Simpan alat-alat yang sudah disterilisasi dalam oven dengan suhu 50 C - 60 C tersebut atau simpan dalam lemari penyimpanan yang disinari dengan bolam dalam ruang steril. 8. Alat-alat siap untuk digunakan (maksimal penyimpanan 48 jam).

6 E. Data Pengamatan No Nama Alat Fungsi Jenis Sterilisasi F. Tugas/Pertanyaan 1. Jelaskan fungsi alat-alat dibilas dengan menggunakan DI? 2. Apa tujuan sterilisasi kering dan sterilisasi basah 3. Sebutkan alat-alat apa saja yang tergolong disterilisasi dengan sterilisasi kering dan yang tergolong disterilisasi dengan sterilisasi basah pada praktikum yang sudah saudara lakukan.

7 STERILISASI RUANG A. Pendahuluan Ruang menjadi salah satu pendukung dalam menunjang keberhasilan dalam kultur jaringan hewan. Ruang yang terbebas dari kontaminan akan menjadi lingkungan yang tepat untuk tumbuhnya sel/jaringan yang dikultur. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan ruangan yang tepat untuk keberhasilan kultur jaringan. Beberapa diantaranya adalah pada prilaku dan penanganan yang dilakukan oleh peneliti. pemilihan teknik sterilisasi, dan intensitas sterilisasi. Ada beberapa teknik sterilisasi ruang yang bisa digunakan mulai dari cara fisik/mekanik, kimiawi dan radiasi. Teknik sterilisasi ruang dengan cara fisik/mekanik yaitu sterilisasi dengan cara membersihkan ruangan dengan melakukan pengepelan atau penyapuan dengan dikombinasi dengan pemakaian disinfektan. Sedangkan teknik sterilisasi cara kimiawi misalnya dengan membersihkan ruangan menggunakan alcohol 70% atau melalui proses fumigasi. Sementara itu teknik sterilisasi dengan cara radiasi adalah dengan cara penyinaran menggunakan sinar UV. Selain teknik sterilisasi di atas maka intensitas sterilisasi juga perlu diperhatikan. Sterilisasi ruang yang dilakukan secara berkala akan meminimalisir kontaminan. B. Tujuan 1. Untuk menyiapkan ruangan yang steril yang akan digunakan dalam kultur jaringan hewan. 2. Untuk mengetahui teknik sterilisasi ruang yang akan digunakan dalam kultur jaringan hewan. C. Alat dan Bahan Sapu Lap

8 Kain Pel Disinfektan Alkohol 70% D. Cara Kerja 1. Laminar Air Flow (LAF) Bersihkan permukaan LAF dengan menggunakan lap bersih atau tissue. Semprotkan area kerja dengan menggunakan alkohol 70% dan lap dengan menggunakan tissue. Semprotkan kembali area kerja dengan menggunakan alkohol 70% dan biarkan kering sendiri. Lakukan penyinaran dengan menggunakan UV minimal 1 jam. Lakukan langkah ini sebelum maupun sesudah digunakan. Jika LAF tidak sedang digunakan hindari meninggalkan alat maupun bahan di atas area kerja yang ada di dalam LAF. 2. Inkubator Nonaktifkan incubator, keluarkan rak incubator. Bersihkan rak incubator dari lemak, kotoron media yang tumpah, debu, dan lain-lain yang bisa menjadi sumber kontaminan. Lakukan dengan menggunakan tissue yang ditetesi alcohol 70%. Jika perlu rendam dengan air hangat terlebih dahulu. Rendam dengan menggunakan detergen yang telah ditambah disinfektan (minimal 1 jam), gosok dengan menggunakan busa pembersih, bilas di bawah air mengalir dan bilas kembali dengan menggunakan deionized water (DI). Keringkan. Masukkan rak ke dalam incubator dan semprot dengan menggunakan alcohol 70%. Inkubator siap untuk digunakan. 3. Ruang Kultur Bersihkan lantai dari debu dan kotoran lain dengan menggunakan sapu. Lakukan pengepelan dengan detergen yang ditambah dengan disinfektan (misal wipol). Lakukan penyinaran dengan sinar UV (minimal seminggu sekali dengan durasi minimal 1 jam). E. Data Pengamatan Alat/Ruang disterilisasi LAF Inkubator Ruangan yang Metode sterilisasi (cara fisik, kimia, radiasi) Hasil Uji Sterilitas

9 F. Tugas/Pertanyaan 1. Apakah ada perbedaan hasil uji sterilitas pada berbagai alat/ruang yang saudara sterilisasi? 2. Jika terdapat perbedaan jelaskan mengapa demikian? UJI STERILITAS A. Dasar Teori Salah satu factor penentu keberhasilan dalam teknik kultur jaringan adalah tersedianya lingkungan yang steril yang terbebas dari kontaminan baik jamur, bakteri maupun kontaminan lain. Teknik sterilisasi yang tepat akan mendukung penyediaan lingkungan yang dibutuhkan oleh sel/ jaringan yang ditumbuhkan. Uji sterilitas adalah uji ada tidaknya kontaminan pada alat, bahan, maupun lingkungan tempat sel/jaringan tersebut ditumbuhkan. Dengan menggunakan medium yang dibutuhkan oleh kontaminan tertentu (contoh media NA, PDA) maka akan dapat diketahui keberadaan dari kontaminan seperti jamur, bakteri, dan lain-lain. B. Tujuan Untuk mengetahui sterilitas dari alat, bahan, dan lingkungan yang akan dikultur. C. Alat dan Bahan

10 Medium NA Medium PDA D. Cara Kerja 1. Siapkan medium nutrient agar (NA) dan medium Potato Dextrose Agar (PDA) steril. 2. Letakkan medium tersebut pada bagian pinggir kiri, tengah, dan pinggir kanan pada bagian LAF, Inkubator, dan lantai (lihat tabel pengamatan). 3. Buka medium dan biarkan selama 5 menit kemudian tutup. 4. Inkubasi dalam inkubator suhu 37 C dan lakukan pengamatan setiap 2x24 jam (lakukan pengamatan selama 6 hari). Jika pada medium yang digunakan terdapat kontaminan dari bakteri, jamur, protozoa maupun kontaminan lain, lakukan sterilisasi ulang sampai steril dan siap digunakan. 5. Lakukan hal yang sama pada alat dan medium yang sudah disterilkan dan akan digunakan E. Data Pengamatan Medium yang Tempat digunakan pengambilan sampel NA LAF kiri atas LAF kanan atas LAF tengah LAF kiri bawah LAF kanan bawah Kontrol Inkubator rak atas Inkubator rak tengah Inkubator rak bawah Kontrol Lantai kiri atas Lantai kanan atas Lantai tengah Lantai kiri bawah Lantai kanan bawah Jumlah Koloni Yang Terbentuk Keterangan (Jenis Kontaminan: misal bakteri, jamur, dll)

11 PDA Kontrol LAF kiri atas LAF kanan atas LAF tengah LAF kiri bawah LAF kanan bawah Kontrol Inkubator rak atas Inkubator rak tengah Inkubator rak bawah Kontrol Lantai kiri atas Lantai kanan atas Lantai tengah Lantai kiri bawah Lantai kanan bawah Kontrol F. Tugas/Pertanyaan 1. Jelaskan masing-masing kegunaan jenis medium yang digunakan pada praktikum di atas? 2. Sebutkan komponen penyusun medium yang digunakan dalam praktikum di atas dan bagaimana pula cara pembuatannya? 3. Apa yang bisa saudara simpulkan dari praktikum yang sudah saudara lakukan? PEMBUATAN MEDIA STOCK

12 A. Dasar Teori Kultur sel/jaringan hewan adalah salah satu usaha menumbuhkan sel/jaringan secara in vitro. Usaha ini memerlukan kondisi aseptis yang tinggi yang menyangkut mulai dari persiapan alat dan bahan, persiapan media, pelaksanaan sampai pada pemeliharaan. Kondisi yang tidak aseptis memungkinkan tumbuhnya kontaminan-kontaminan tertentu seperti bakteri, protozoa, dan jamur. Tumbuhnya kontaminan ini akan merusak lingkungan untuk tumbuhnya sel itu sendiri. Oleh karenanya diperlukan kehati-hatian dan kecermatan bekerja serta pemahaman yang tinggi dalam menjaga sterilitas dalam teknik kultur sel/jaringan. Sebagai sumber nutrisi maka sel atau jaringan yang ditumbuhkan membutuhkan media tumbuh. Media tersebut harus mengandung karbohidrat, asam amino, vitamin, garam, lemak, faktor penumbuh, hormone, zat-zat bioaktif, mineral, dan serum. Masing-masing komponen tersebut terkandung pada beberapa media yang tersedia. B. Tujuan 1. Untuk mengetahui macam-macam media yang digunakan dalam kultur jaringan hewan 2. Untuk mengetahui komponen-komponen yang terkandung dalam media yang digunakan dalam kultur jaringan hewan 3. Untuk mengetahui cara pembuatan media pada kultur jaringan hewan. C. Alat dan Bahan DMEM TCM 199 HEPES NaHCO 3 Oven Autoklaf Bunsen Korek Api Erlenmeyer Botol Tutup Ulir Selotip Kertas Sprayer Laminar Air Flow (LAF) Sendok Timbang Timbangan Analitik Aluminium Foil Parafilm Mikropipet Blue Tip Yellow Tip Masker Sarung Tangan Filter Millipore Alkohol 70% Spiritus Tissue Kertas Label Deionized Water (DI) Aquades NaCl Penicillin Streptomycin

13 D. Cara Kerja 1. Medium Pencuci/Washing Medium (NaCl 0,9%) 1000 ml aquades ditambah dengan 9 gram NaCl. Homogenkan dengan magnetic stirer. Masukkan ke dalam botol steril (masing-masing 100ml) dan kemudian tutup dengan aluminium foil. Sterilisasi dengan menggunakan autoclave pada suhu 121 o C dengan tekanan 1 atm. Simpan dalam suhu ruang, jika ingin digunakan tambah dengan 0,006g/100ml penicillin dan 0,01g/100ml streptomycin. 2. Medium Pencuci/Washing Medium (PBS, ) 100 ml aquades ditambah dengan 0.96 gram PBS atau sesuai dengan kandungan yang tertera di label berapa gram yang harus ditambahkan dalam setiap liter pelarut. Homogenkan dengan magnetic stirer. Masukkan ke dalam botol steril (masing-masing 100ml) dan kemudian tutup dengan aluminium foil. Sterilisasi dengan menggunakan autoclave pada suhu 121 o C dengan tekanan 1 atm. Simpan dalam suhu ruang, jika ingin digunakan tambah dengan 0,006g/100ml penicillin dan 0,01g/100ml streptomycin. 3. Medium Kultur (Stock) Timbang 1.35g DMEM, 0,37g NaHCO 3, 0,006g penicillin, 0,01 gram streptomycin, dan 0,238g Hepes. Selanjutnya bahan-bahan tersebut dilarutkan dalam 100 ml deionized water (DI) steril. Homogenkan dengan magnetic stirrer. Filter dengan menggunakan Millipore ukuran 0,22µm. Simpan stock pada suhu 4 o C dan siap untuk digunakan. E. Data Pengamatan Medium Komponen Fungsi Keterangan F. Tugas/Pertanyaan Jika ingin membuat medium sebanyak 250 ml, hitung berapa kebutuhan masing-masing komponen yang diperlukan dalam pembuatan ketiga medium tersebut.

14 KULTUR SEL BABY HAMSTER KIDNEY (BHK) A. Pendahuluan Teknologi kultur jaringan hewan adalah salah satu teknik mengembangbiakkan sel/jaringan hewan dalam kondisi in vitro. Teknik ini memiliki beberapa manfaat diantaranya dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk mempelajari toksisitas bahan kimia tertentu, mekanisme dan fungsi sel, rekayasa genetika, produksi hormone, produksi vaksin, dan lain-lain. Keberhasilan kultur jaringan hewan bergantung pada beberapa factor diantaranya pada pemilihan jenis medium yang tepat, penggunaan serum, sterilitas bahan dan pengerjaan, jenis eksplan (sel atau jaringan yang akan dikultur) dan lain-lain. Dengan memperhatikan factor-faktor di atas maka akan didapatkan stock sel yang bagus dan selanjutnya dapat digunakan untuk keperluan lebih lanjut. Prinsip dasar teknik kultur jaringan ini adalah menumbuhkan eksplan (sel atau jaringan) pada medium tertentu dengan lingkungan yang terkendali sampai didapatkan biakan yang konfluen. Tingkat keberhasilan dari teknik ini dapat dilihat dari beberapa parameter diantaranya adalah persentase konfluen, viabilitas sel, abnormalitas sel, dan lain-lain. B. Tujuan 1. Untuk mengetahui teknik kultur sel BHK 2. Untuk mengetahui peran serum terhadap pertumbuhan sel BHK secara in vitro. C. Alat dan Bahan Mikropipet 1 ml Mikropipet µl Tissue culture dish (TC dish) Erlenmeyer 25 ml dan 50 ml Tabung reaksi 10 ml Petri dish Sentrifus Pipet Pasteur dan karet hisap Blue tip Yellow tip Tabung sentrifus Rak tabung Seperangkat alat bedah Aluminium foil Spuit 10 ml dan 2.5ml Medium DMEM stock

15 Penicillin Streptomycin Serum FBS Tripsin NaCl 0.9% PBS Fetus Hamster umur 2 hari (belum berbulu) D. Cara Kerja Pembuatan medium 1. Medium Washing: medium washing yang digunakan terdiri dari medium NaCl 0.9% steril, PBS steril, dan medium DMEM 0%. 2. Medium inkubasi: medium inkubasi yang digunakan adalah medium DMEM 10 % FBS. Catatan: semua medium di atas harus ditambah antibiotic (penicillin dan streptomycin). Isolasi dan Penanaman eksplan 1. Semprot fetus hamster dengan menggunakan alcohol 70%. Masukkan ke dalam LAF yang telah diberi alas aluminium foil. 2. Lakukan dislokasi dengan cara menekan bagian leher dengan menggunakan pinset dan menarik bagian ekor. 3. Gunting abdomen bagian posterior ke arah anterior sampai kemudian selaput yang menyelubungi abdomen terbuka. Ambil bagian ginjal. 4. Masukkan ke dalam beaker glass kecil yang berisi NaCl 0.9%. Lakukan sekali lagi. 5. Masukkan ke dalam beaker glass kecil yang berisi PBS. 6. Masukkan ke dalam petri dish yang berisi tripsin 0.25% sebanyak 500µl, cacah. Tambahkan 250µl PBS, homogenasi dengan menggunakan spuit 2.5 ml. 7. Masukkan ke dalam tabung sentrifus steril, bilas petridish dengan cara menambahkan 250µl PBS dan masukkan PBS bilasan tersebut ke dalam tabung sentrifus yang sama. Inkubasi dalam incubator selama 30 menit. 8. Keluarkan dari incubator dan tambah dengan 1 ml PBS. 9. Sentrifus selama 10 menit pada kecepatan 1500rpm. 10. Buang supernatant dan tambah pellet dengan 2 ml DMEM 0%. 11. Sentrifus selama 10 menit pada kecepatan 1500rpm. 12. Buang supernatant dan tambah pellet dengan 2 ml DMEM 0%. 13. Sentrifus selama 10 menit pada kecepatan 1500rpm. 14. Buang supernatant dan tambah dengan 1 ml DMEM 10%. 15. Sentrifus selama 10 menit pada kecepatan 1500rpm. 16. Buang supernatant dan sisakan pellet sebanyak 500µl.

16 17. Homogenasi, ambil 100µl pelet dan masukkan ke dalam TC dish yang telah berisi 3.5 ml DMEM 10%. 18. Inkubasi dalam incubator CO 2 5% pada suhu 37 C. Lakukan sampai sel konfluen. Amati pada hari ke 3 dan ke Jika sel pada hari ke 3 sudah nempel pada dasar TC dish lakukan penggantian medium dengan cara membuang medium lama dan menggantinya dengan medium DMEM 10% yang baru. E. Pertanyaan 1. Hitung total kebutuhan masing-masing medium pada kultur sel BHK yang telah dilakukan. 2. Sebutkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi pada saat kultur sel BHK tersebut di atas dan bagaimana cara mengatasinya. PENGAMATAN SEL HASIL KULTUR BHK A. Pendahuluan Sel adalah unit struktural terkecil dari penyusun makhluk hidup. Sebagai unit terkecil sel mempunyai kemampuan untuk berproliferasi. Proses proliferasi ini dilakukan dalam rangka untuk menggantikan sel yang telah rusak dan untuk keperluan lain yang diperlukan untuk kehidupan sel. Secara in vitro sel pada perkembangannya mengalami 3 fase yaitu fase lambat (adaptasi), fase eksponensial dan fase menetap. Pada fase lambat (adaptasi), sel mengalami adaptasi dengan media kultur sehingga proses yang terjadi pada fase ini pelekatan atau penempelan sel pada substrat dan penyebaran sel. Fase selanjutnya adalah fase eksponensial yaitu sel yang sudah beradaptasi akan berproliferasi, sehingga pada fase ini terjadi peningkatan jumlah sel secara eksponensial dan pertumbuhan mencapai konfluen. Fase terakhir yaitu fase menetap yang merupakan fase terjadinya penurunan dan berkurangnya kemampuan sel untuk tumbuh. Tingkat perkembangan dari sel secara in vitro dapat dilihat dari beberapa parameter yaitu persentase konfluen, jumlah sel, viabilitas sel, abnormalitas sel, ukuran sel, dan lain-lain. Dengan mengamati beberapa parameter tersebut maka akan dapat diketahui bagaimana pertumbuhan eksplan (sel) yang telah dikultur. B. Tujuan

17 1. Untuk mengetahui teknik pengamatan berbagai parameter sel hasil kultur. 2. Untuk mengetahui pertumbuhan sel BHK hasil kultur. C. Alat dan Bahan Mikropipet 1 ml Mikropipet µl Tissue culture dish (TC dish) Erlenmeyer 25 ml dan 50 ml Tabung reaksi 10 ml Aluminium foil Spuit 10 ml dan 2.5ml PBS Biakan sel BHK yang telah konflue Blue tip Yellow tip Tabung sentrifus Rak tabung Petri dish Sentrifus Tripsin EDTA (Versen) Tripan Blue Hemocytometer D. Cara Kerja 1. Amati TC dish yang berisi biakan di bawah mikroskop. Tentukan berapa persen ekspansi yang dilakukan oleh sel dengan cara 25% jika menutupi ¼ dari total area TC dish, 50% jika menutupi ½ dari total area TC dish, 75% jika menutupi ¾ total area TC dish, dan 100% jika menutupi semua area TC dish. Data persentase tersebut merupakan data persentase konfluen. 2. Buang medium kultur dan cuci biakan dengan PBS. Lakukan sebanyak 3 kali atau sampai benar-benar bersih dan terbebas dari medium DMEM 10%. 3. Beri 1 ml tripsin EDTA atau sampai biakan tergenang oleh tripsin EDTA. Inkubasi dalam incubator selama 30 menit. 4. Keluarkan dari incubator dan homogenasi dengan spuit 2.5 ml. Masukkan dalam tabung sentrifus dan tambahkan 1 ml PBs. 5. Sentrifus selama 10 menit pada kecepatan 1500rpm. 6. Buang supernatant dan tambahkan 2 ml PBS. 7. Sentrifus selama 10 menit pada kecepatan 1500rpm. 8. Buang supernatant dan tambahkan 2 ml PBS. 9. Sentrifus selama 10 menit pada kecepatan 1500rpm. 10. Buang supernatant dan sisakan pellet sebanyak 1 ml, homogenasi. 11. Ambil hemositometer bersih dengan gelas penutup diambil dan diletakkan pada tempatnya. 12. Teteskan 1 suspensi sel pada 1 tetes pewarna pada gelas objek yang masih terbuka, di aduk dan di ambil kemudian diteteskan pada

18 hemositometer ditepi gelas penutup, sehingga cairan masuk dibawah gelas penutup. 13. Diamkan selama 1-2 menit, tidak boleh terlalu lama, sel yang rusak/tidak viable/mati akan menyerap warna sedangkan sel yang tidak dapat menyerap warna adalah sel yang viable (hidup). 14. Jumlah sel yang hidup dan yang mati selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Freshney, 2010) : C= n x 5 x 10 4 Keterangan : C = Konsentrasi sel (sel/ml) n = Jumlah sel yang dihitung dalam 5 kotak hemocitometer = Volume chamber hemocytometer pada kedalaman 0.1mm E. Data pengamatan Tabel 1. Efek konsentrasi FBS yang berbeda terhadap persentase konfluen sel BHK secara in vitro Perlakuan % konfluen pada hari ke 3 6 FBS 5% FBS 10% Tabel 2. Efek konsentrasi FBS yang berbeda terhadap jumlah sel BHK secara in vitro Perlakuan Jumlah sel pada hari Selisih ke. 0 6 FBS 5% FBS 10% Tabel 3. Efek konsentrasi FBS yang berbeda terhadap viabilitas sel BHK secara in vitro pada hari ke 6 kultur. Perlakuan Total Hidup Mati FBS 5% FBS 10%

19 Tabel 4. Efek konsentrasi FBS yang berbeda terhadap abnormalitas sel BHK secara in vitro pada hari ke 6 kultur. Perlakuan Jumlah sel yang.. Normal Abnormal FBS 5% FBS 10% F. Pertanyaan Apakah terdapat perbedaan efek dari kedua perlakuan di atas terhadap berbagai parameter pertumbuhan sel BHK tersebut? Mengapa demikian? IN VITRO MATURATION (IVM) A. Pendahuluan Kultur sel dan jaringan merupakan teknik yang digunakan secara luas dalam berbagai disiplin ilmu mulai ilmu-ilmu dasar tentang sel dan biologi molekuler sampai bidang aplikasi bioteknologi yang sedang berkembang dengan pesat. Di bidang biologi, teknologi ini dapat bermanfaat untuk mempelajari interaksi sel, mekanisme control intraseluler untuk diferensiasi dan perkembangan sel, fungsi-fungsi sel, analisa kromosom, perkembangan embrio, serta perkembangan sel-sel spesifik. Di bidang farmasi dan kedokteran teknologi ini dimanfaatkan untuk memproduksi vaksin antivirus dan untuk pengobatan lainnya (contoh teknik stem cell untuk pengobatan luka bakar, kanker darah dll). Sedangkan di bidang peternakan teknologi ini bermanfaat untuk menghasilkan ternak-ternak unggul (melalui cloning), melestarikan hewan-hewan langka dan lain-lain. Sementara itu di bidang

20 reproduksi, teknik kultur sel dan jaringan dimanfaatkan dalam in vitro fertization (IVF), in vitro maturation (IVM), dan lain-lain. IVM merupakan salah satu teknik dalam kultur sel yang dilakukan untuk mendapatkan oosit/ovum yang matang yang kemudian oosit tersebut nantinya digunakan untuk kepentingan lebih lanjut. Oosit hasil IVM selanjutnya digunakan sebagai bahan dasar untuk keperluan penelitian parthenogenesis, IVF, dan untuk keperluan sebagai sel resipien pada teknik transfer inti (cloning). B. Tujuan 1. Untuk mengetahui dan memahami tahap-tahap yang dilakukan dalam IVM. 2. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan oosit yang dimaturasi secara in vitro. C. Alat dan Bahan Tabung Reaksi Rak Tabung Bunsen Korek Api Erlenmeyer Botol Tutup Ulir Petridish Besar Selotip Kertas Sprayer Botol Koleksi Laminar Air Flow (LAF) Gunting Aluminium Foil Falcon Parafilm Spuit 10 ml Mikropipet Blue Tip Yellow Tip Inkubator CO2 Hematokrit Selang Infus Masker Sarung Tangan Filter Millipore Petridish kecil Alkohol 70% Spiritus Tissue Kertas Label Deionized Water (DI) NaCl 0,9% TCM 199 (Stock) FBS Penicillin Parafin Oil Streptomycin D. Cara Kerja 1. Pembuatan Medium IVM a. Ambil 9 ml medium stok dan tambahkan 1 ml serum FBS, masukkan ke dalam tabung reaksi (tabung 1: medium berserum 10%). Sedangkan pada tabung lain ambil 9,5 ml medium stok dan tambahkan 500µl serum FBS (tabung 2: medium berserum 5%). Sementara itu tabung 3 berisi 5 ml medium stok.

21 b. Filter medium pada masing-masing tabung reaksi dengan menggunakan Millipore ukuran 0,22µm. c. Ambil 25 µl medium berserum 10% masukkan dalam falcon (buat bentuk drop), tambahkan paraffin oil. Tambahkan kembali 25 µl medium berserum dan berikutnya tambahkan kembali paraffin oil. Lakukan hal yang sama sampai drop yang dibentuk berisi 100µl medium berserum 10%. Sisa medium yang dibuat drop tuang pada petridish kecil (bagi menjadi 3 petridish). d. Inkubasi dalam incubator CO 2 sampai saat digunakan. 2. IVM a. Koleksi ovarium dari RPH Potong jaringan ikat yang melekat pada ovarium dan cuci sampai bersih dengan menggunakan NaCl 0,9% yang sudah ditambah dengan penicillin dan streptomycin. Jika sudah bersih masukkan dalam botol koleksi yang juga berisi NaCl 0,9% dan penicillin serta streptomycin. Masukkan botol koleksi ke dalam termos yang berisi air hangat. Bawa ke laboratorium. b. Aspirasi oosit Di laboratorium masukkan ovarium hasil koleksi dari RPH ke dalam waterbath pada suhu 38 o C, Dalam kondisi steril aspirasi oosit melalui folikel antral yang berdiameter 3-7mm dengan menggunakan disposable syringe 10ml dan jarum berukuran 21 G (spuit diisi dengan 0,5-1ml washing medium). Tempatkan hasil aspirasi dalam tabung reaksi yang berada dalam waterbath yang sama. Tambahkan 5 ml medium tidak berserum. c. Washing oosit Endapkan hasil aspirasi dalam tabung reaksi selama 10 menit. Buang supernatant (bagian atasnya) sisakan 1-2ml, tambahkan 5 ml medium berserum 5%, biarkan selama 10 menit. Buang kembali supernatant (bagian atasnya) sisakan 1-2ml, tambahkan 4 ml medium berserum 5%, biarkan selama 10 menit. Buang supernatant (bagian atasnya) sisakan 1 ml. Tuang pellet ke dalam petridish kecil dan bilas sisa pellet pada tabung dengan 1 ml medium berserum 5% dan hasilnya tuang pada petridish kecil tadi. d. Seleksi oosit Dengan menggunakan hematokrit yang telah dihubungkan dengan selang infus, seleksi oosit di bawah mikroskop dengan cara memindahkan dan memilih hanya oosit yang memiliki cumulus

22 oophorus dan corona radiata yang kompak ke dalam petridish kecil yang berisi medium berserum 10%. Lakukan proses pemindahan tersebut sampai 3x. e. Maturasi dan Evaluasi Oosit Dengan menggunakan hematokrit maka oosit yang sudah diseleksi dipindahkan ke dalam drop medium maturasi yang telah diinkubasi minimal 2 jam sebelum. Masing-masing drop isi 5-10 oosit. Inkubasi dalam inkubator CO 2 5%, suhu 38,5 o C selama 1x24 jam. Amati perkembangan sel-sel kumulusnya. Perkembangan sel-sel kumulus dikelompokkan menjadi 3 yaitu kualitas 0 (oosit dengan sel-sel kumulus yang tidak berkembang sama sekali), kualitas 1 (oosit dengan sel-sel kumulus yang berkembang hanya sebagian), dan kualitas 2 (oosit dengan sel-sel kumulus yang berkembang seluruhnya). E. Data Pengamatan Tabel perbedaan jumlah oosit yang matur pada berbagai jam pengamatan Perlakuan Jumlah oosit pada. Jumlah Polar Body (PB) KO K1 K2 Jam ke 26 Jam ke 30 F. Pertanyaan Apakah ada perbedaan jumlah oosit yang berekspansi pada hasil IVM yang sudah dilakukan. Mengapa demikian? Berikan penjelasan.

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian peran vitamin E (alpha tokoferol) terhadap proliferasi kultur primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan, Viabilitas, dan Abnormalitas Kultur Primer Sel Paru-Paru Fetus Hamster Yang Dipapar Etanol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap proliferasi sel ginjal fetus hamster yang dikultur primer merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap proliferasi sel ginjal fetus hamster yang dikultur primer merupakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang peran pemberian vitamin E dalam media DMEM terhadap proliferasi sel ginjal fetus hamster yang dikultur primer merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12-

BAB III METODE PENELITIAN. asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12- BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian tentang Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12- dimetilbenz(α)antrasen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh Vitamin E (α-tokoferol) terhadap persentase

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh Vitamin E (α-tokoferol) terhadap persentase BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh Vitamin E (α-tokoferol) terhadap persentase kerusakan, viabilitas, dan abnormalitas sel yang dipapar etanol pada kultur sel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian yang berjudul pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel hepar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama, konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang uji sitotoksisitas rebusan daun sirsak (Annona muricata L)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang uji sitotoksisitas rebusan daun sirsak (Annona muricata L) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang uji sitotoksisitas rebusan daun sirsak (Annona muricata L) terhadap kultur primer sel otak baby hamster yang dipapar dengan dimetilbenz(α)antrase

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. Pelaksanaan

Lebih terperinci

Fetus Hamster. Ginjal Fetus Hamster FBS

Fetus Hamster. Ginjal Fetus Hamster FBS 55 Lampiran 1. Kerangka Konsep Penelitian Fetus Hamster Ginjal Fetus Hamster Vitamin E FBS Media DMEM Konsentrasi: 1. 0 µm 2. 25 µm 3. 50 µm 4. 75 µm 5. 100 µm 6. 125 µm Vitamin Asam Amino Garam Glukosa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2 perlakuan, yaitu pemberian zat pengatur tumbuh BAP yang merupakan perlakuan pertama dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eskperimental yang menggunakan Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu: 1. Faktor pertama: konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor yang pertama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tepat Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai bulan Agustus 2016 di Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Untuk analisis sitologi

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Untuk analisis sitologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama lima bulan, mulai bulan Januari 2011 sampai Mei 2011 di Laboratorium Kultur Jaringan, Departemen Biologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Dewata F1

BAB III METODE PENELITIAN. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Dewata F1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2012 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Januari-Juli 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Januari-Juli 2014. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan dan Hewan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: 1. 0 ppm: perbandingan media

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2015 sampai bulan Februari 2016 yang bertempat di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yaitu pemberian

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yaitu pemberian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yaitu pemberian zat pengatur tumbuh 2,4-D (1

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif meliputi

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM Halaman CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Dokumen nomor : -02-001-00 Tanggal : Mengganti nomor : - Tanggal : - URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

III. METODE PENELITIAN. Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan 18 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan September November 2011 yang bertempat di Laboratorium Bioteknologi Lantai 3 Program Studi Budidaya Perairan Universitas Lampung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Januari 2011 Maret 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Januari 2011 Maret 2011 BAB III METODE PENELITIAN 3. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Januari 0 Maret 0 yang berlokasi di Laboratorium Genetika dan Fisiologi Kultur Jaringan (Genetic and Physiology

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang memiliki tubuh buah, serasah daun, ranting, kayu

Lebih terperinci

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan in. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan Balai Penelitian Sei Putih Medan Sumatra Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama 4

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM Hal. 1 dari 6 Dokumen nomor : -03-001-01 Tanggal : Mengganti nomor : -02-001-00 Tanggal : 26 Februari 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian tentang uji efektivitas jamu keputihan dengan parameter zona hambat dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara identifikasi bakteri dari probiotik yang berpotensi sebagai bahan biodekomposer.

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 9 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cawan petri, tabung reaksi, autoklaf Hirayama,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimen. Penelitian eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dimulai pada bulan April

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada penghambatan pertumbuhan jamur (Candida albicans) dan tingkat kerusakan dinding

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian A.1. Materi Penelitian A.1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah 4 isolat Trichoderma spp. koleksi Prof. Loekas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol) 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian disusun menggunakan metoda statistika rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor, dimana faktor yang diujikan adalah pengaruh konsentrasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) dan lahan kampus Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan meliputi pemberian minyak atsiri jahe gajah dengan konsentrasi

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 8 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1 Materi Penelitian 1.1.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang bertubuh buah, serasah daun, batang/ranting

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga pada bulan Januari-Mei

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancanngan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Pada penelitian ini digunakan 2

BAB III METODE PENELITIAN. Rancanngan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Pada penelitian ini digunakan 2 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitia ini adalah Rancanngan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Pada penelitian ini digunakan 2 faktor dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif eksploratif dengan metode survey dan teknik wawancara semi terstruktur (semi-structural interview) melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari usus halus itik Mojosari (Anas

BAB III METODE PENELITIAN. dari Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari usus halus itik Mojosari (Anas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen secara deskriptif yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang potensi probiotik dari Lactobacillus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. 9 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dimulai pada bulan Juni 2015 sampai Februari 2016 dan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimental dengan menguji isolat bakteri endofit dari akar tanaman kentang (Solanum tuberosum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2017 TATA TERTIB PRAKTIKUM 1. Setiap kali praktikum,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten Kampar. Sedangkan Enumerasi dan Analisis bakteri dilakukan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kelimpahan sel Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way Anova

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009 di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada Bulan November 2015 hingga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian bioremediasi logam berat timbal (Pb) dalam lumpur Lapindo menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas pseudomallei)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal.

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal. 6 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi 1.1.1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi jalar varietas cilembu, ubi jalar varietas sukuh,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Juli 2015. Sempel tanah diambil pada dua tempat yaitu pengambilan sempel tanah hutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 perlakuan, sedangkan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biakan murni Hypoxylon sp. koleksi CV.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) tunggal, dengan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar Cahaya Negeri, Abung Barat, Lampung Utara dan Laboratorium Penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar Superoksida dismutase (SOD) dan Malondialdehide (MDA) mammae mencit

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain (Balit Palma) Manado, pada bulan Desember

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl. III. BAHA DA METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl. Jendral Besar Dr. Abdul Haris asution Gedung Johor Medan Sumatera Utara, selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Racangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial atau Completely Random Design pola faktorial.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan April sampai Bulan Agustus 2013. Penelitian pengaruh penambahan edible coat kitosan sebagai anti jamur pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Institut Pertanian Bogor (PPLH IPB) dari bulan Oktober

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari April 2016.

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI KULTUR JARINGAN

BIOTEKNOLOGI KULTUR JARINGAN BIOTEKNOLOGI KULTUR JARINGAN Syarat Laboratorium Kultur Jaringan 1. Kondisi di dalam laboratorium mutlak harus bersih, baik lantai, dinding, meja, alat-alat yang digunakan dan udara (steril) 2. Bebas debu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian yang bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu pada medium Murashige-Skoog

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan kumbung

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Hal. 1 dari 5 nomor : -03-002-01 Tanggal : Mengganti nomor : -02-002-00 Tanggal : 26 Februari 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2010 sampai dengan Juni 2010.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 RANCANGAN PENELITAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan dengan 3

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan Maret

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian eksperimental laboratorik. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut methanol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam Rancangan Acak Lengkap dan ulangan yang dilakukan sebanyak empat kali Faktor pertama:

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dimulai dari Maret sampai dengan Mei 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL. Tujuan Praktikum Untuk pengambilan sampel yang akan digunakan untuk analisis.

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL. Tujuan Praktikum Untuk pengambilan sampel yang akan digunakan untuk analisis. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL Untuk pengambilan sampel yang akan digunakan untuk analisis. - Sampel harus representatif atau mewakili data - Sampel harus segera diproses agar tidak terjadi kerusakan - Timbangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dianalisis menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis isolat (HJMA-5

Lebih terperinci