Macionis.Jhon J., Sociology. Pearson Education, Inc USA.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Macionis.Jhon J., Sociology. Pearson Education, Inc USA."

Transkripsi

1 SOSIOLOGY Part. 2 The Foundation of Society. 9. Devians (Penyimpangan) Macionis.Jhon J., Sociology. Pearson Education, Inc USA. Remembering : Understand : devians adalah bukan tindakan dari orang jahat, tetapi bagian dari prilaku masyarakat. Apply : Mendekati deviance melalui teori umum sosiologi. Analyze : Operasi umum sebagai bagian dari sistem pengadilan kriminal. Evaluate : pentingnya dan peran statistik kriminal. RESUME bab 9. Divians 1 2 Create : Kemampuan untuk mengatasi pendapat umum tentang benar dan salah. RESUME 3 Pemahaman Penyimpangan. adalah penyimpangan dari norma-norma budaya yang sudah di terima. Karena norma adalah berlaku untuk semua aktivitas manusia, maka devian menjadi isu yang luas. Salah satu kategori penyimpangan adalah "crime" kejahatan, yaitu pelanggaran terhadap hukum pidana resmi yang berlaku. Penyimpangan yang positif maupun negatif termasuk didalam "berbeda" menjadikan kita berpikir seseorang itu "outsider" bab 9. Divians 4 Kontrol sosial. dikenakan pada masyarakat untuk mengatur pikiran dan perilaku orang. Untuk kasus penyimpangan yang serius, menjadi kasus system pengadilan kriminal, dimana organisasi (polisi, pengadilan, petugas penjara) akan merespon sesuai dengan hukum pidana yang berlaku. Bagaimana masyarakat mendefinisikan penyimpangan? Siapa yang di cap sebagai penyimpangan? Perilaku apa saja yang digolongkan penyimpangan dsb itu yang dikelola oleh Kontrol sosial bab 9. Divians 5 Tidak semua penyimpangan adalah berupa tindakan. Keberadaan seseorang bisa menjadi penyimpangan bagi orang lain, misalnya keberadaan anak muda di tengah orang-orang tua, orang miskin di antara orang-orang kaya, orang kulit berwarna di tengah orang-orang kulit putih, orang cacat diantara orang lain. bab 9. Divians 6

2 bab 9. Divians 7 bab 9. Divians 8 Faktor Personality. Penjelasan penyimpangan dari sudut pandang Psikologikal menunjukkan abnormalitas didalam kepribadian seseorang. Meskipun ada keterkaitan personalitas dengan keturunan, tetapi personalitas di bentuk oleh terutama oleh pengalaman sosial. Penyimpangan sepertinya adalah hasil dari "sosialisasi yang gagal". "Good boy" (12 th sekolah) berkorelasi dengan strong conscience (superego freud), dapat menghandle frustrasi, memiliki nilai budaya keluarga konvensional. Berlawan dengan "bad Boy". Teori Penahanan (containment). bab 9. Divians 9 Isu Biologi dengan Penyimpangan. Perilaku terkait dengan biologi, genetik dan tindakan kriminal. Hasilnya biologi dan lingkungan yang bisa membentuk menjadi kriminal. bab 9. Divians 10 Dasar sosial dari Penyimpangan. Meskipun devian adalah hasil keputusan pribadi tetapi sudah disepakati bersama bahwa itu terjadi karena sebagai conformity dari situasi masyarakat. Dasar Sosial dari Penyimpangan adalah : Macam ragam Penyimpangan. tergantung dari norma-norma budaya. Pada awalnya pikiran dan tindakan itu tidak Penyimpangan, sampai dikaitkan dengan norma budaya yang berlaku baru bisa menjadi Penyimpangan. Menjadi Penyimpangan. adalah pada saat orang lain yang mengatakan demikian. setiap perilaku didefinisikan sebagai sakit mental, atau kriminal adalah tergantung dari bagaimana orang lain memandangnya, mendefinisikannya dan meresponinya. Bagaimana masyarakat mengatur normanorma dan bagaimana mereka mendefinsikan melanggar aturan yang keduanya membutuhkan kekuatan sosial. Hukum menurut Karl Marx adalah kuasa untuk melindungi kepentingan masyarakat. bab 9. Divians 11 bab 9. Divians 12

3 Fungsi dari Penyimpangan : Teori Struktural - Fungsional. Durkheim : Insight dasar. Mengatakan tidak ada yang abnormal dari Penyimpangan. karena berfungsi sebagai : Penyimpangan meneguhkan norma dan nilai budaya. Sebagai mahluk moral, orang harus memilih bagaimana bersikap dan berperilaku kepada orang lain. yang bisa saja berbeda dengan yang lain. Tidak akan muncul hal baik jika tampa hal buruk (evil), dan tidak ada keadilan tampa kejahatan (crime). bab 9. Divians 13 Meresponi Penyimpangan adalah juga mengklarifikasi batasan-batasan moral. Pada saat memutuskan seseorang menyimpang, saat yang sama mereka menetapkan batas yang benar dan salah. Meresponi Penyimpangan berarti juga membawa masyarakat menyatu. Pada saat yang sama mereka reafirm ikatan moral masyarakat. Penyimpangan mendorong perubahan sosial. "to day deviance, tomorrow's morality" Durkheim. Contoh respon terhadap "rock n roll" th 50an dan sekarang. bab 9. Divians 14 Merton. Teori Strain. Didalam realitas sebetulnya masyarakat sadar atau tidak telah menyebabkan terjadi banyak penyimpangan. Khususnya pada saat orang berusaha melalui Conventional means (cara) dari struktur masyarakat (Pendidikan dan bekerja) untuk meraih keberhasilan sukses finansial (cultural goal). Penyimpangan inovasi :(menerima cultural goal, menolak conventional means) Memang ada orang yang berhasil melalui cara conventional (cerdas, kerja keras dsb), tetapi untuk orang miskin kecil harapan untuk berhasil melalui cara konvensional. Jadi ada constrain (batasan) untuk meraih kemakmuran dengan kurangnya kesempatan menjadikan orang mencuri, drug, atau kejahatan jalanan. bab 9. Divians 15 bab 9. Divians 16 Ritualism : ketidak mampuan menerima Cultural goal, orang menjadi tidak peduli untuk menjadi kaya, dan acuh terhadap peraturan atau tidak ada respek. Retreatism : menolak Cultural goal dan conventional means, atau "drop out". Contohnya adalah drug addict, alkoholik. Rebellion : secara radikal "survivalis" menolak pencapaian dan definisi cultural goal dan Conventional means, dengan membentuk suatu dukungan kepada counter culture alternatif untuk menjadi suatu sosial order. bab 9. Divians 17 Devians sub kultur. Richard C. dan L.Ohlin 1966 : Kejahatan bukan saja di sebabkan oleh kesempatan yang legitimasi terbatas (legal), tetapi juga dari kesempatan yang illegitimate (ilegal). Atau dengan kata lain penyimpangan dan konformiti muncul dari struktur kesempatan yang relatif dari frame kehidupan. Al capone, anak dari imigran miskin, dia mendapatkan stigma sebagai orang miskin dan etnis tertentu. Sehingga menjadi batasan dia untuk meraih sukses dengan cara conventional. Sejak kecil dia belajar menjual alkohol secara ilegal (dilarang, sebagai ilegitimate opportunity). Struktur kesempatan telah menyuburkan tindakan kriminal. Atau berkembangnya criminal subculture. bab 9. Divians 18

4 Tetapi pada waktu masyarakat tidak bisa juga menemukan bentuk kesempatan yang legal maupun yg ilegal, Penyimpangan muncul sebagai 1) Konflik sub culture, contoh gang jalanan yang bersenjata muncul dengan frustrasi dan dorongan untuk memperoleh respek. 2) bentuk retreatis sub culture, penyimpangan drop out, drug dsb. Kenakalan menjadi dominan bagi masyarakat kelas bawah, karena mereka memiliki kesempatan terbatas untuk meraih sukses secara konventional. Ditolak oleh masyarakat, mereka mencari self-respect bagi diri sendiri dengan menciptakan subculture kenakalan yang menjadikan apa yang mereka kerjakan adalah layak di lakukan bagi anak muda. Meskipun "ditakuti" di jalan tidak menjadikan menang di masyarakat, tetapi setidaknya mereka sudah merasa menjadi "somebody" diantara tetangganya. bab 9. Divians 19 Walter Miller (1970, orig 1958). "Subkultur anak nakal" mempunyai ciri-ciri : trouble khususnya dengan guru dan polisi. toughness nilai kekuatan pisik dan otot, pada khususnya laki-laki. Smartness, kemampuan sukses di jalanan, dengan mengakali yang lain, tampil beda dan tidak mau di manfaatkan. Kebutuhan untuk senang-senang, bergairah, mencari sensasi dan berbahaya. Percaya pada nasib dimana sesorang tidak dapat mengontrol hidup sepenuhnya. dorongan akan kebebasan, sering di manifestasikan dalam bentuk kemarahan kepada figur otoritas. bab 9. Divians 20 Durkheim memberi masukan akan peran devian didalam masyarakat. Hanya respon masyarakat terhadap devians beragam kadang takut. Merton memperjelas jenis devians, meskipun tidak setiap orang mencari sukses dalam arti kemakmuran dengan cara conventional seperti yang di jelaskan. Cloward, Ohlin, Cohen dst melihat devians sebagai refleksi dari kesempatan dari struktur masyarakat. Akhirnya semua orang yang melanggar important rules akan disebut devians. Meskipun menjadi devians adalah merupakan proses yang Labeling devians: teori Symbolik - Interaksi. Pendekatan interaksi simbolik menjelaskan bagaimana deviance di situasi sehari-hari. Teory Labeling. deviances dan conformity sebetulnya adalah terjadi sebagai perilaku dari seseorang yang berbeda dengan kebanyakan orang lain lakukan pada waktu meresponi situasi yang sama. kompleks. bab 9. Divians 21 bab 9. Divians 22 contoh : Kasus seorang perempuan bersuami yang mempunyai hubungan intim dengan bekas pacarnya di kota lain, setelah ketemu dengan tidak di duga. Kasus seorang walikota memberikan kotrak besar kepada kontributor kampanye besarnya. Realita dan konstruksi sosial adalah suatu proses besar dari deteksi, definisi dan respone. bab 9. Divians 23 bab 9. Divians 24

5 Primary dan Secondary Deviance. Edwin Lemert (1951, 1972), mengamati penyimpangan dari norma-norma seperti - membolos sekolah atau mabuk dibawah umur. Telah menghasilkan provokasi kepada yang lain dan sedikit ber-pengaruh kepada Selfconcept. Hal itu di lihat Lemert sebagai Primary deviance. Setelah orang tersebut menyadari perilakunya yang primary deviance tadi, berubah. Mengambil identitas deviance dengan berbicara, berperilaku, atau berpakaian dengan cara yang berbeda, menolak orang yang tidak setuju dengannya, dan mengulang kembali melawan peraturan. Perubahan terjadi dari self-concept menjadi secondary deviance. Artinya pelaku sudah memperkerjakan, menjadikan deviance sebagai pertahanan diri, serangan, atau permasalahan mendapat reaksi sosial, saat itu menjadi secondary deviance. (a deeper deviant identity). bab 9. Divians 25 Stigma. Erving Goffman (1963) mengatakan secondary deviant sebagai deviant career. Jika orang tersebut malah menguatkan devian tadi maka dia mengalami stigma, yaitu label negatif yang sangat kuat mengubah self-concept dan identitas dari seseorang. Stigma ini berperan sebagai status utama seseorang. Mendorong aspek-aspek lain dari identitas sosial seseorang yang di gambarkan didalam pola pikir orang lain dan menjadikan isolasi sosial bagi dirinya. bab 9. Divians 26 Labeling teory menekankan sifat relatifitas dari deviance, artinya orang sebetulnya melakukan hal yang sama dengan cara yang berbeda. Contoh : Seorang mahasiswa yang menaruh sweeternya di sandaran kursi di kamar kos, lalu beberapa waktu kemudian ada orang yang mengambilnya dan mengepak di tas untuk dibawah pergi. Cara melabeli seseorang ini beragam, ada yang secara tidak informal, seseorang kemudian mendapat stigma, ada yang melalui upacara degradasi dimana seluruh masyarakat secara formal memberi stigma kepada seseorang. bab 9. Divians 27 bab 9. Divians 28 Medikalisasi deviance. adalah perubahan dari moral dan legal deviance menjadi suatu kondisi medikal. Masyarakat sering mengevaluasi perilaku seseorang Buruk dan Baik (ukuran secara moral) berubah menjadi sehat dan sakit (ukuran kesehatan). Contoh sampai pertengahan abad 20 orang menganggap pemabuk itu adalah lemah moralnya karena mudah tergoda untuk minum dan mabuk. Pelan-pelan ada yang mengatakan mabuk itu adalah penyakit, menjadikan pemabuk lebih kepada orang sakit daripada orang buruk. Merokok ganja semula kriminal, tetapi sekarang ada terapi ganja untuk kesembuhan. bab 9. Divians 29 Konsekwensi pada waktu kita putuskan deviance sebagai moral atau kesehatan. 1.Berpengaruh kepada siapa yang merespon deviance tersebut. Moral kepada polisi, kesehatan kepada medis. 2. isunya adalah bagaimana orang merespon deviance tersebut. moral menuntut sang pelanggar dihukum, kesehatan memandang sebagai pasien yang harus di rawat. 3. kedua label berbeda pada kompetensi personal dari deviant tersebut. pada label Moral akibat dari keputusan benar atau salah ada tanggung jwab untuk memperbaiki perilaku. Pada label "Sakit" tidak ada kemampuan untuk mengkontrol perilaku. bab 9. Divians 30

6 Strata atau devian? bab 9. Divians 31 bab 9. Divians 32 Teori kontrol dari Hirschi Travis Hirschi 1969 mengembangkan teori kontrol, yaitu kontrol sosial tergantung dari antisipasi orang terhadap konsekwensi perilakunya. Asumsinya setiap orang tergoda untuk bertindak deviance. tetapi mengapa tidak melakukan? tergantung dari apa yang dia pikirkan sebagai akibat dari perilakunya apalagi jika sampai melanggar hukum. bab 9. Divians 33 Khususnya Hirschi menghubungkan konformity kepada 4 type berbeda dari sosial kontrol. Attachment. Attachment sosial yang kuat mendukung conformity, hubungan keluarga, peer dan sekolah yang rendah mendorong deviance. Opportunity. Jika orang mendapat akses ligitimate opportunity (kesempatan yang pasti) cenderung conformity, lebihnya yang tidak percaya diri tentang sukses masa depan cenderung deviance. Involvement. Involvement yang kuat didalam aktifitas legitimate seperti mendapat pekerjaan, sekolah, olahraga akan menghambat deviance. Kebalikannya orang yang "hang out" menunggu sesuatu yang tidak jelas, lebih dekat kepada deviance. Belief. Kepercayaan yang kuat pada moralitas dan respek kepda figur otoritas menghambat langkah ke deviance. Orang yang lemah hatinurani (menghindar dari pengawasan) terbuka kepda cobaan untuk deviance bab 9. Divians 34 Deviance dan inequality : Teori Sosial Konflik. Pendekatan sosial konflik mencari hubungan deviance dengan inequality sosial. Deviance dan Kuasa Dalam pandangan teori konflik sosial didapati pandangan : Semua norma (hukum) tertuju kepada orang kaya dan berkuasa. (Marx keadilan adalah oleh dan untuk klas kapitalis, melawan klas buruh.) Meskipun ada perilaku yang dipertanyakan, orang berkuasa memiliki kemampuan untuk melawan label deviance. Umum percaya bahwa hukum dan norma adalah alami dan topeng yang baik untuk karakter politik. Meskipun mengutuk pandang bulu didepan hukum, tetapi sedikit perhatian untuk bersikap jujur didepan hukum. bab 9. Divians 35 Deviance dan Kapitalisme Label deviance di kenakan kepada orang yang mengganggu proses kapitalisme. Kapitalism erat kaitannya dengan kontrol pribadi terhadap kemakmuran. Orang yang mengancam harta milik orang lain (org miskin yang mencuri) akan segera mendapat label deviance. Tetapi sebaliknya orang kaya yang mengambil keuntungan dari orang miskin kurang mendapat perhatian. Tuan tanah menarik bunga tinggi kepada orang miskin dipandang hanya sebagai "bisnis". Kapitalism bergantung kepada produktifitas pekerja, orang yang tidak bekerja rawan menadpat label deviance, apalagi orang yang di phk. Kapitalism respek kepada figur otoritas, shg orang yang tidak memiliki lagi otoritas, rawan mendapat label deviance. Setiap orang yang secara langsung melawan status quo kapitalism didefinisikan sebagai deviant. bab 9. Divians 36

7 Hal yang sama berlaku sebaliknya, label positif masyarakat mendukung kapitalism. Contoh atlete yang berhasil mendapat sanjungan dan status selebriti karena mereka mengekspresikan nilai-nilai capaian individu dan kompetisi, yang keduanya penting didalam kapitalism. System kapitalis juga mengkontrol orang yang tidak produktif secara ekonomi, orang tua, cacat mental, retreatis Merton dipandang sebagai beban bagi masyarakat. Setiap orang berada dibawah kontrol lembaga kesejahteraan sosial. bab 9. Divians 37 Sebaliknya orang yang terbuka menentang system kapitalism, termasuk rebellion Merton, ada di bawah kontrol system kriminal dan keadilan, angkatan bersenjata atau Polisi. Kedua lembaga tersebut sama-sama menyalahkan individu bukan system untuk suatu masalah sosial. bab 9. Divians 38 Deviance dan Ketidak-samaan: Teori konflik sosial. bab 9. Divians 39 bab 9. Divians 40 Deviance, Ras dan Gender Kejahatan Membenci. adalah tindakan melawan seseorang atau milik seseorang dimotivasi oleh benci kepada Ras dan bias yang lain. Yang pernah terjadi adalah bisa melawan ras, agama, etnis atau keturunan tertentu, orientasi seksual, phisical disability. bab 9. Divians 41 bab 9. Divians 42

8 Perspective Feminis : Deviance dan Gender. Peraturan - peraturan baik, berpakaian, mengemudikan mobil dsb di depan publik yang mengatur justru lebih banyak di kenakan kepada wanita daripada kepada laki-laki. Kejahatan Kejahatan adalah pelanggaran terhadap hukum-hukum kriminal yang berlaku di tingkat lokal, propinsi atau nasional. Semua kejahatan adalah gabungan dari tindakan kepada diri sendiri (kesalahan mengerjakan seperti yang di tuntut oleh hukum) dan kriminal intent (Maksud kriminal). bab 9. Divians 43 bab 9. Divians 44 Jenis kejahatan : Kejahatan melawan seseorang. pelanggaran kejahatan, kejahatan yang secara langsung melawan atau mengancam melanggar kepada orang lain. misalnya membunuh. Kejahatan melawan hak milik orang lain. (Kejahatan property), kejahatan termasuk mencuri baik uang atau kepemilikan orang lain. Kejahatan yang tidak memiliki korban. pelanggaran terhadap hukum dimana tidak ada korban-korban yang tampak. Kejahatan tampa komplain, termasuk didalamnya adalah penggunaan obat terlarang, prostitusi, judi. Istilah tampa korban adalah rancu, bab 9. Divians 45 bab 9. Divians 46 bab 9. Divians 47 bab 9. Divians 48

9 SOSIOLOGY Part. 3 Social Inequality. 10. STRATA SOSIAL bab 9. Divians 49 bab 10. Strata Sosial 50 Remembering : Understanding : Stratifikasi sosial lebih terkait kepada masyarakat dari pada keperbedaaan individual. Apply : Pendekatan teori sosiologi umum kepada stratifikasi sosial. Analyze : Bagaimana dan mengapa sistem keberbedaan sosial selalu berkembang dan beragam diseluruh dunia sepanjang waktu. Evaluate : Ideologi yang digunakan untuk mensuport keberbedaan sosial. Create : Kemampuan untuk membayangkan perubahan di sistem keberbedaan sosial kita. Titanic RESUME 51 bab 10. Strata Sosial 52 First Class Total: 319 Died: 120 Survived: 199 Survived: 62% Second Class Total: 272 Died: 155 Survived: 117 Survived: 43% Third Class (Steerage) Total: 709 Died: 537 Survived: 172 Survived: 25% Total Passengers Total: 1300 Died: 812 Survived: 488 Survived: 37% Stratifikasi sosial adalah : sebuah system dimana masyarakat di kelompokan kepada hirarkhi kategorial, yang di dasarkan kepada 4 Prinsip : 1.Stratifikasi sosial erat terkait dengan masyarakat bukan kepada perbedaan individual yang kelihatan. 2.Stratifikasi sosial terbawa dari generasi ke generasi didalam masyarakat tersebut. 3.Stratifikasi sosial adalah universal tetapi bervariasi. 4.Stratifikasi sosial bukan saja mencakup keberbedaan tetapi juga diterima sebagai kenyataan. bab 10. Strata Sosial 53 bab 10. Strata Sosial 54

10 Kasta dan System Kelas. Sosiologis membagi masyarakat menjadi masyarakat terbuka (mengijinkan perobahan kecil di posisi masyarakat, disebut Sistem kelas) dan tertutup (tidak mengijinkan, disebut Sistem kasta). Sistem kasta adalah strata sosial berdasarkan penentuan atau kelahiran. Closed system. Sering kali keturunan juga mengarah kepada satu jenis pekerjaan (profesi). Pernikahan juga tidak boleh lintas kasta. (endogamous marriage). bab 10. Strata Sosial 55 Lanjutan : Ada petunjuk hidup sehari-hari agar tetap "suci" bukan "kotor" jika bergaul lintas kasta. System kasta ditopang dengan budaya kepercayaan yang kuat. - India- Hindu. bab 10. Strata Sosial 56 bab 10. Strata Sosial 57 bab 10. Strata Sosial 58 System Kelas : Manusia modern tidak lagi bekerja di pertanian, dan lebih mengandalkan kepada kecakapan pribadi untuk berhasil didalam pekerjaan. Muncul sistem kelas sosial yaitu stratifikasi berdasarkan pada kelahiran dan pencapaian pribadi. Mengijinkan sosial mobilisasi melalui pendidikan, pencapaian skill individu dsb. Termasuk juga melalui pernikahan yang lebih bebas lintas kelas. Meritokrasi adalah stratifikasi sosial berdasarkan personal merit (Latin - earned = diperoleh/capaian). yaitu pengetahuan pribadi, kemampuan dan usaha keras. Status consistency = adalah derajat keseragaman dari status seseorang di tengah beragam dimensi dari ketidak samaan sosial. Sistem kasta yang tertutup tinggi status konsistensinya. bab 10. Strata Sosial 59 bab 10. Strata Sosial 60

11 System kasta dan kelas di Indonesia, diskusikan. Inggris - Aristokrasi dulu dan modern Jepang - Aristokrasi dulu dan modern Indonesia - Aristokrasi dulu dan modern bab 10. Strata Sosial 61 Ideology yang mensuport Stratifikasi. Ideology yang mengsuport kelas sosial, budaya kepercayaan yang membenarkan pengaturan pembagian kelas sosial, termasuk pola-pola keberagaman. Plato ( SM) percaya bahwa didalam setiap masyarakat terdapat keberagaman. Marx mengembangkan lebih jauh untuk kapitalisme dan kelas kapital. Masyarakat agraris - kelas sosial; industri - meritokrasi. bab 10. Strata Sosial 62 Ketimpangan ekonomi di beberapa negara. Fungsi Stratifikasi sosial Mengapa Kelas sosial ada di mana-mana? Jawabannya tergantung dari apakah keberagaman sosial menjadi bagian kenyataan sehari-hari di masyarakat tersebut. Davis - Moore mengatakan bahwa stratifikasi sosial membawa keuntungan bagi keberlangsungan suatu masyarakat. Tuntutan masyarakat akan ketrampilan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat semakin hari semakin kompleks, (masyarakat modern). bab 10. Strata Sosial 63 bab 10. Strata Sosial 64 Stratifikasi dan Konflik Analisis konflik sosial berpendapat bahwa di luar keuntungan yang di peroleh masyarakat secara keseluruhan, kelas sosial mendatangkan keuntungan bagi beberapa orang tetapi sekaligus juga kerugian bagi orang yang lain. Karl Marx. Strata sosial menyebabkan konflik sosial. Asumsi di lihat dari sisi Ekonomi. Masyarakat kapitalis memang mereproduksi struktur kelas sosial pada setiap generasi. Orang kaya akan mewariskan kekayaannya kepada anakanaknya pada saat meninggal. Tetapi kelas pekerja nanti akan menekan dan memaksa menciptakan masyarakat tampa kelas. bab 10. Strata Sosial 65 bab 10. Strata Sosial 66

12 diperlukan Fungsi yang besar untuk menduduki suatu posisi, dan masyarakat memberi bayaran lebih untuk posisi itu. Strategy promosi produktifitas dan efisiensi, menyebabkan pentingnya reward didalam pekerjaan termasuk didalamnya income, prestise, kuasa dan kesenangan menjadikan orang bekerja lebih keras, lebih baik dan lebih lama. Kritik : Apakah reward sebanding dengan kepentingan fungsi kelas tertentu? tidak ada unsur lain? Ada apa dengan Revolusi Marx? Mengapa revolusi Marx sulit di ikuti? 1.Fragmentasi dari kelas kapitalis (*) 2.Standard hidup yang tinggi 3.Organisasi buruh yang banyak 4.Banyaknya proteksi legal bab 10. Strata Sosial 67 bab 10. Strata Sosial 68 Max Weber : Kelas, Status dan Kuasa. Kalau Marx melihat srratifikasi sosial berbasis kepada ekonomi diatas segalanya, hal ini menyederhanakan situasi. Weber melihat ada beberapa unsur selain ekonomi : 1. Ketimpangan ekonomi. Weber melihat posisi kelas (ekonomi). 2. Status sosial 3. Prestise sosial 4. Kuasa bab 10. Strata Sosial 69 bab 10. Strata Sosial 70 Hirarkhi Status sosioekonomi. Konsistency status di masyarakat modern kecil, mobilitas status bukan karena ekonomi tetapi prestise dan kuasa. Status di masyarakat industri bahkan menjadi sebuah multidimensi status ketimbang kategori status yang jelas. Sehingga menjadi SES (Socioeconomic status) yaitu menunjuk kepada ranking status gabungan berdasarkan berbagai dimensi dari ketidak samaan sosial. Weber bahkan mendefinisikan kategori status yang berbeda untuk perkembangan masyarakat yang berbeda. untuk Masyarakat agraris status dan prestise yang di depan. Orang kaya dan buruh deal dengan status melalui norma-norma budaya yang terkait. Masyarakat industri membatasi status berdasarkan kelahiran, melainkan membuka kesempatan bagi ketidaksamaan ekonomi. Dimensi perbedaan ekonomi menjadi penting bagi status sosial. bab 10. Strata Sosial 71 bab 10. Strata Sosial 72

13 Lanjutan : Lebih lanjut masyarakat industri memerlukan birokrasi pemerintahan lebih baik, sehingga Organisasi pemerintahan dan pengelola yang lain menjadi penting bagi sistem stratifikasi sosial. Khusus pada masyarakat sosialis dimana peran pemerintah kepada hidup pribadi besar, kedudukan tinggi dalam pemerintahan menjadi kelompok elit yang penting. Stratifikasi dan interaksi bab 10. Strata Sosial 73 bab 10. Strata Sosial 74 Stratifikasi dan tehnologi suatu global perspective bab 10. Strata Sosial 75 Gerhard Lenski's mencetuskan model evolusi sosio-kultural masyarakat. Terkait tehnology dan strata sosial. Masyarakat Berburu dan mengumpulkan. Kebutuhan sehari dipenuhi sehari, survival kelompok tergantung dari sharing masingmasing, tidak ada kategori seseorang lebih baik dari yang lain (strata sosial sederhana). Masayarakat hortikultur, gembala dan pertanian. Technology berkembang, seseorang bisa menghasilkan lebih dari kebutuhan harian, mulai ada perbedaan sosial, kelompok kecil elit mengontrol yang lain. Orang kaya menjadi "posisi baik". bab 10. Strata Sosial 76 Lanjutan... Masyarakat industri. Industri dan technology meningkat, muncul meritokrasi, dan melemahkan aritokrasi tradisi. Standard hidup orang miskin meningkat. Spesialisasi pekerjaan menuntut pendidikan untuk semua, butahuruf menurun. Orang sadar dan menekan didalam pengambilan keputusan politis, mengurangi kesenjangan sosial, dan mengurangi dominasi pria terhadap wanita. Kurva KUZNET (simonb K 1955,1966) bab 10. Strata Sosial 77 bab 10. Strata Sosial 78

14 Kurt Vonnegut Jr (1968). The year was 2081 and everybody was finally equal. They weren't only equal before God and the law. They ware equal every which way. Nobody was smarter than anybody else. Nobody was better looking than anybody else. Nobody was stronger or quiker than anybody else. All the equality was due to the 211th, 212th, and 213th Amendment to the Constitution and the unceasing vigilance of agent of the Handicapper General. bab 10. Strata Sosial 79 Seeing sosiology in everyday life. Dapatkah kita menjumpai kasta didalam masyarakat sistem meritokrasi? Mengapa hal ini menjadi penting? keadilan? Gereja abad pertengahan mengatakan 7 dosa yang berbahaya adalah Keserakahan, Iri hati, Amarah, Nafsu, Kerakusan, Kemalasan. Mengapa hal itu berbahaya di tengah masyarakat agraris, dan Kasta? Bagaimana dengan masyarakat Kapitalis modern yang meritokrasi? apakah masih sama, Jelaskan? bab 10. Strata Sosial 80

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MIKRO (MICROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYMPANGAN SOSIAL

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MIKRO (MICROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYMPANGAN SOSIAL PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MIKRO (MICROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYMPANGAN SOSIAL 1. Teori Asosiasi Diferensial (differential association Theory) Teori ini dikembangan oleh Edwin Sutherland pada tahun 1930-an,

Lebih terperinci

TEORI ANOMI/KETEGANGAN (Robert K. Merton)

TEORI ANOMI/KETEGANGAN (Robert K. Merton) TEORI ANOMI/KETEGANGAN (Robert K. Merton) Berangkat dari ketidakpuasan Merton terhadap teori psikoanalisanya Freud tentang Perilaku Menyimpang. Menurut Freud perilaku menyimpang disebabkan faktor psikologis,

Lebih terperinci

PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA

PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA Standar Kompetensi: Memahami masalah penyimpangan sosial. Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi berbagai penyakit sosial (miras, judi, narkoba, HIV/Aids,

Lebih terperinci

TEORI KEJAHATAN SECARA SOSIOLOGIS

TEORI KEJAHATAN SECARA SOSIOLOGIS TEORI KEJAHATAN SECARA SOSIOLOGIS A. Dilihat dari penyebab perbedaan angka kejahatan (Topo&Zulfa, 2010) 1.TEORI STRAIN Durkheim : melihat bagian komponen utk mengetahui bagian-bagian komponen berinteraksi.

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL Tidak seperti biologi atau teori-teori psikologi yang, untuk sebagian besar, mengeksplorasi faktor-faktor yang terkait kejahatan

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin

Lebih terperinci

Gender, Interseksionalitas dan Kerja

Gender, Interseksionalitas dan Kerja Gender, Interseksionalitas dan Kerja Ratna Saptari Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan dan Kolaborasi untuk Mewujudkan Keadilan Gender: Memastikan Peran Maksimal Lembaga Akademik, Masyarakat Sipil,

Lebih terperinci

BAB II KEDUDLIKAN PERILAKU KRIMINAL DALAM PERILAKU MENYIMPANG

BAB II KEDUDLIKAN PERILAKU KRIMINAL DALAM PERILAKU MENYIMPANG BAB II KEDUDLIKAN PERILAKU KRIMINAL DALAM PERILAKU MENYIMPANG A Pengertian Perilaku Menyimpang Pada bagian ini akan dikemukakan serangkaian uraian mengenai fenomena perilaku yang sejak dahulu hingga saat

Lebih terperinci

SOSIOLOGY Part. 5 Perubahan Sosial 23. Perilaku Kolektif dan Pergerakan sosial. Create sebuah visi dari perobahan sosial yang diinginkan.

SOSIOLOGY Part. 5 Perubahan Sosial 23. Perilaku Kolektif dan Pergerakan sosial. Create sebuah visi dari perobahan sosial yang diinginkan. SOSIOLOGY Part. 5 Perubahan Sosial 23. Perilaku Kolektif dan Pergerakan sosial Remember Understand Bagaimana beragam perilaku kolektif dapat terpolakan dari pola-pola perilaku yang dipelajari didalam sosiologi

Lebih terperinci

Singgih D. Gunarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu

Singgih D. Gunarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu Kenakalan Remaja 1 Definisi Kelainan tingkah laku/tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat (Bakolak Inpres No. 6/1977

Lebih terperinci

KASUS PENYIMPANGAN SOSIAL. Dimas Y, Nyalliska W, Priyo Imam, Hilmi A, Fandy A, Prillia N X-8

KASUS PENYIMPANGAN SOSIAL. Dimas Y, Nyalliska W, Priyo Imam, Hilmi A, Fandy A, Prillia N X-8 KASUS PENYIMPANGAN SOSIAL Dimas Y, Nyalliska W, Priyo Imam, Hilmi A, Fandy A, Prillia N X-8 Latar belakang masalah Semua manusia di bumi ini tentunya tidak menginginkan adanya masalah yang timbul disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 NEQUALITY DAN MUNCULNYA PERILAKU ANOMI Beberapa konsep yang digunakan pada kajian ini ialah, komunitas, inequality, konflik, dan pola perilaku. Komunitas yang dimaksud disini

Lebih terperinci

MASALAH SOSIAL. Dosen Pembimbing: Drs. Suwito Hadi

MASALAH SOSIAL. Dosen Pembimbing: Drs. Suwito Hadi MASALAH SOSIAL Dosen Pembimbing: Drs. Suwito Hadi Nama Anggota: Devi Nilam Sari ( 1004103 ) Dia Ayu Perwita Sari ( 1004104 ) Eka Rochmawati ( 1004105 ) Ery Makrosatul Azizah ( 1004106 ) Feni Puspa Aprilia

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONTROL SOSIAL TRAVIS HIRSCHI. kepada penyesuaian atau ketaatan kepada aturan-aturan masyarakat.

BAB II TEORI KONTROL SOSIAL TRAVIS HIRSCHI. kepada penyesuaian atau ketaatan kepada aturan-aturan masyarakat. BAB II TEORI KONTROL SOSIAL TRAVIS HIRSCHI A. Teori Kontrol Sosial Travis Hirschi Teori kontrol sosial memfokuskan diri pada teknik-teknik dan strategi-strategi yang mengatur tingkah laku manusia dan membawanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan BAB VI KESIMPULAN Penelitian ini tidak hanya menyasar pada perihal bagaimana pengaruh Kyai dalam memproduksi kuasa melalui perempuan pesantren sebagai salah satu instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi,

Lebih terperinci

9 Penyebaran hate..., Gloria Truly Estrelita, FISIP UI, 2009

9 Penyebaran hate..., Gloria Truly Estrelita, FISIP UI, 2009 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah mengenai peristiwa G30S adalah tema yang sudah banyak digarap dan diangkat. Walau begitu, tema yang berkaitan dengan Lekra belumlah banyak. Padahal para anggota Lekra yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS A. Teori Fungsionalisme Struktural Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak

Lebih terperinci

STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari

STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari Stratifikasi sosial muncul karena adanya sesuatu yang dianggap berharga dalam masyarakat. Pitirim Sorokin Sistem stratifikasi adalah pembedaan penduduk atau masyarakat

Lebih terperinci

BAB V STRATIFIKASI SOSIAL

BAB V STRATIFIKASI SOSIAL BAB V STRATIFIKASI SOSIAL 6.1 Pengantar Stratifikasi merupakan karakteristik universal masyarakat manusia. Dalam kehidupan sosial masyarakat terdapat diferensiasi sosial dalam arti, bahwa dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. revolusi 1952 dalam novel al-lish-shu wal-kila b karya Najib Machfuzh, maka

BAB V PENUTUP. revolusi 1952 dalam novel al-lish-shu wal-kila b karya Najib Machfuzh, maka 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan dan dijabarkan, dalam kaitannya dengan kemiskinan dan pertentangan kelas masayarakat Mesir pasca revolusi 1952 dalam novel al-lish-shu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kriminalitas berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan. Berbagai sarjana

BAB 1 PENDAHULUAN. Kriminalitas berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan. Berbagai sarjana 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kriminalitas berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan. Berbagai sarjana telah berusaha memberikan pengertian kejahatan secara yuridis berarti segala tingkah

Lebih terperinci

KERANGKA TEORI. dilarang. 1 Teori labeling memiliki dua proposisi, pertama, perilaku menyimpang bukan

KERANGKA TEORI. dilarang. 1 Teori labeling memiliki dua proposisi, pertama, perilaku menyimpang bukan I. DESKRIPSI MASALAH Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang

Lebih terperinci

STRATIFIKASI SOSIAL NUR ENDAH JANUARTI, M.A.

STRATIFIKASI SOSIAL NUR ENDAH JANUARTI, M.A. STRATIFIKASI SOSIAL NUR ENDAH JANUARTI, M.A. TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu memahami konsep stratifikasi sosial Mahasiswa mampu menganalisa bentuk stratifikasi sosial di lingkungannya KONSEP DASAR

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

Kelopok Sosial. Fitri dwi lestari

Kelopok Sosial. Fitri dwi lestari Kelopok Sosial Fitri dwi lestari 2 HASRAT MANUSIA SEJAK LAHIR 1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya 2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MASA REMAJA (ADOLESENCE) PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir logis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

Tidak ada proses penelitian yang benar-benar memiliki fokus yang sama dengan penelitian kebijakan atau berorientasi tindakan

Tidak ada proses penelitian yang benar-benar memiliki fokus yang sama dengan penelitian kebijakan atau berorientasi tindakan Penelitian kebijakan sebuah usaha untuk mempelajari masalah-masalah sosial fundamental dan sebuah usaha untuk mengkreasi serangkaian tindakan pragmatis untuk mengurangi masalah-masalah. Tidak ada proses

Lebih terperinci

PERILAKU MENYIMPANG.

PERILAKU MENYIMPANG. PERILAKU MENYIMPANG http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/ FENOMENA PERILAKU MENYIMPANG Bisakah dikategorikan sebagai fenomena yang menarik untuk dibicarakan, mengapa? Apa sisi menarik dari perilaku menyimpang?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Status dan kondisi anak Indonesia adalah paradoks. Secara ideal, anak adalah pewaris dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih

Lebih terperinci

Sosiologi. Penyimpangan sosial dan Kontrol Sosial. Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Sosiologi. Penyimpangan sosial dan Kontrol Sosial. Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Sosiologi Penyimpangan sosial dan Kontrol Sosial Fakultas Psikologi Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id PENYIMPANGAN SOSIAL PENGERTIAN 1. Pengertian

Lebih terperinci

MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG

MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG 1. Hakekat Perilaku Menyimpang Sebelum masuk ke dalam materi perubahan sosial budaya, saudara dapat menyaksikan video terkait dengan perilaku menyimpang di masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara yuridis formal dan sosiologi istilah kriminal atau kejahatan mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan adalah bentuk

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR Drs. Ermansyah, M.Hum. 2013 MANUSIA DAN MASYARAKAT Selain sebagai individu, manusia juga sebagai makhluk sosial. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena: 1. Butuh orang

Lebih terperinci

Teori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat)

Teori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat) Teori Sosial (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat) Apa itu Teori dalam Sosiologi? Pada saat kita menanyakan mengapa dunia sosial kita seperti ini dan kemudian membayangkan bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara garis besar kenakalan siswa dalam hal ini remaja secara umum, bahwa diartikan sebagai perbuatan dan tingkah laku yang merupakan pelanggaran-pelanggaran

Lebih terperinci

BAB VI PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL

BAB VI PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB VI PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara tradisional hubungan masyarakat dan hutan meliputi multi aspek yaitu sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan masyrakat sekitar hutan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya kehidupan anak-anak remaja sekarang ini banyak mengalami perubahan. Perubahan itu meliputi cara berpikir, tata cara bertingkah laku, bergaul dan berbagai

Lebih terperinci

Budaya dan Komunikasi 1

Budaya dan Komunikasi 1 Kejujuran berarti integritas dalam segala hal. Kejujuran berarti keseluruhan, kesempurnaan berarti kebenaran dalam segala hal baik perkataan maupun perbuatan. -Orison Swett Marden 1 Memahami Budaya dan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SOSIOLOGI PENDIDIKAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF STRUKTURAL KONFLIK TOKOH PEMIKIR ANTARA LAIN: 1. KARL MARX (1818-1883) 5. JURGEN HABERMAS 2. HEGEL 6. ANTONIO GRAMSCI 3. MAX HORKHEIMER (1895-1973) 7. HERBERT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat. 94 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Remaja sebagai bunga dan harapan bangsa serta pemimpin di masa depan sangat diharapkan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang, dalam arti dia memiliki penyesuaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,

Lebih terperinci

EMOSI DAN SUASANA HATI

EMOSI DAN SUASANA HATI EMOSI DAN SUASANA HATI P E R I L A K U O R G A N I S A S I B A H A N 4 M.Kurniawan.DP AFEK, EMOSI DAN SUASANA HATI Afek adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Emosi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada 144 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian secara mendalam peneliti membahas mengenai self

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah mahkluk sosial, di manapun berada selalu terdapat penyimpangan-penyimpangan sosial yang dilakukan oleh anggotanya, baik yang dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja Issue Gender & gerakan Feminisme Rudy Wawolumaja Feminsisme Kaum feminis berpandangan bahwa sejarah ditulis dari sudut pandang pria dan tidak menyuarakan peran wanita dalam membuat sejarah dan membentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of. objek dan kejadian yang ada di sekitar lingkungannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of. objek dan kejadian yang ada di sekitar lingkungannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Moral Kognitif Teori perkembangan moral (moral development), pada awalnya dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of a Child

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO SKRIPSI Diajukan oleh : Bonnie Suryaningsih F. 100020086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JULI 2010 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

STRATIFIKASI SOSIAL DAN DIFERESIASI SOSIAL

STRATIFIKASI SOSIAL DAN DIFERESIASI SOSIAL VIII STRATIFIKASI SOSIAL DAN DIFERESIASI SOSIAL Pengertian Stratifikasi Sosial Gejala penggolong-golongan manusia berdasarkan kriteria sosial secara vertikal merupakan gejala yang telah lazim di setiap

Lebih terperinci

Memahami dan Mencegah Terjadinya Kekerasan di Sekolah

Memahami dan Mencegah Terjadinya Kekerasan di Sekolah Memahami dan Mencegah Terjadinya Kekerasan di Sekolah (School Violence) Oleh : Nandang Rusmana Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan di Sekolah Faktor psikologis (hiperaktivitas, konsentrasi terhadap masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN LITERATUR DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN LITERATUR DAN KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini akan berisi kajian literatur dan kerangka pemikiran. Kajian literatur terbagi menjadi dua bagian: pertama tentang perilaku kekerasan bullying baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pemasyarakatan ini merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pemasyarakatan ini merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga Pemasyarakatan ini merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Penghuni lapas

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang ada pada dirinya. Tuhan telah memberikan kekurangan dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang ada pada dirinya. Tuhan telah memberikan kekurangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna dengan segala sesuatu yang ada pada dirinya. Tuhan telah memberikan kekurangan dan kelebihan. Berdasarkan fitrahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode untuk mendisiplinkan anak. Cara ini menjadi bagian penting karena terkadang menolak untuk

Lebih terperinci

MATERI KULIAH: ETIKA BISNIS POKOK BAHASAN: PERKEMBANGAN ETIKA BISNIS

MATERI KULIAH: ETIKA BISNIS POKOK BAHASAN: PERKEMBANGAN ETIKA BISNIS MATERI KULIAH: ETIKA BISNIS POKOK BAHASAN: PERKEMBANGAN ETIKA BISNIS PENDAHULUAN Perkembangan Etika Bisnis Perkembangan dunia bisnis semakin mengglobal tentunya harus diimbangi dengan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

I REALITAS SOSIO-KULTURAL

I REALITAS SOSIO-KULTURAL I REALITAS SOSIO-KULTURAL Obyek Pembahasan Sosiologi Sosiologi cabang dari ilmu sosial yang memiliki obyek kajian manusia yang hidup dalam suatu kelompok yang disebut masyarakat dengan menekankan pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09

Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09 Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09 1. Pengertian Perubahan Sosial Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan.

Lebih terperinci

RANGKUMAN HASIL PENELUSURAN KONDISI PSIKOLOGIS ANAK BERISIKO MELAKUKAN AGRESIVITAS. Endang Ekowarni

RANGKUMAN HASIL PENELUSURAN KONDISI PSIKOLOGIS ANAK BERISIKO MELAKUKAN AGRESIVITAS. Endang Ekowarni RANGKUMAN HASIL PENELUSURAN KONDISI PSIKOLOGIS ANAK BERISIKO MELAKUKAN AGRESIVITAS Endang Ekowarni Data: Usia & Jenis Kelamin No Responden Usia Jenis Kelamin 15 th 16 th 17 th L P 1 Siswa SMK 2 5 4 10

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan

Lebih terperinci

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) 1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap

Lebih terperinci

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi SOSIOLOGI EKONOMI Persoalan Ekonomi dan Sosiologi Economics and sociology; Redefining their boundaries: Conversations with economicts and sociology (Swedberg:1994) Tiga pembagian kerja ekonomi dengan sosiologi:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekitar kita. Termaksud kerabat. Mereka itu yang disebut significant others.

BAB 1 PENDAHULUAN. sekitar kita. Termaksud kerabat. Mereka itu yang disebut significant others. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, setiap manusia pasti melakukan interaksi dan memainkan peran dalam aktifitas komunikasi. Komunikasi yang telah terbina sesungguhnya juga menjadi acuan

Lebih terperinci

Perilaku Sosial dan Kontrol Sosial. Lolytasari, M.Hum

Perilaku Sosial dan Kontrol Sosial. Lolytasari, M.Hum Perilaku Sosial dan Kontrol Sosial Lolytasari, M.Hum Perilaku Menyimpang Adalah suatu perilaku yang buruk dan dapat menimbulkan masalah, penyakit masyarakat, anti sosial, para ahli menyebutnya dengan disfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang paling penting yang dihadapi oleh manusia adalah kebutuhan untuk mendefinisikan diri sendiri, khususnya dalam hubungannya dengan orang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kriminalitas namun perdagangan anak juga menyangkut tentang pelanggaran terhadap

BAB V PENUTUP. kriminalitas namun perdagangan anak juga menyangkut tentang pelanggaran terhadap BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Eksploitasi seksual komersial anak merupakan sebuah bentuk pelanggaran HAM yang terjadi pada anak. Salah satu contoh eksploitasi seksual komersial anak tersebut adalah perdagangan

Lebih terperinci

kecil kehidupan seseorang. Adapun ciri-ciri penyimpangan primer adalah: 1) Bersifat sementara. 2) Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku

kecil kehidupan seseorang. Adapun ciri-ciri penyimpangan primer adalah: 1) Bersifat sementara. 2) Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku A. PERILAKU MENYIMPANG 1. Pengertian Perilaku Menyimpang Beberapa ahli memberikan definisi yang berbeda-beda tentang pengertian perilaku menyimpang. Menurut Robert MZ Lawang penyimpangan merupakan tindakan

Lebih terperinci

VII KONFLIK DAN INTEGRASI

VII KONFLIK DAN INTEGRASI VII KONFLIK DAN INTEGRASI Pengertian Konflik Konflik adalah perselisihan atau persengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik secara individu atau kelompok yang kedua belah pihak memiliki keinginan untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 726 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan berusaha mencari sesuatu dengan segala upaya memenuhi kepuasannya, baik dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak hukum di Indonesia harus ditegakkan dengan sebaik mungkin. Hukum di Indonesia

Lebih terperinci

MATERI INISIASI KEEMPAT: BIROKRASI ORGANISASI

MATERI INISIASI KEEMPAT: BIROKRASI ORGANISASI MATERI INISIASI KEEMPAT: BIROKRASI ORGANISASI PENDAHULUAN Model organisasi birokratis diperkenalkan pertama kali oleh Max Weber. Dia membahas peran organisasi dalam suatu masyarakat dan mencoba menjawab

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.1.1 Struktur Naskah Pertja Objek penelitian yang digunakan dalam kajian skripsi ini adalah naskah drama yang berjudul Pertja karya Benjon atau Benny Yohanes. Lakon

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian serta dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan mengenai komunitas anak nakal yang ada Di

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT DEFINISI SOSIOLOGI: Studi sistematis tentang: Perilaku social individu-individu Cara kerja kelompok social,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan tehnologi di bidang industri akan berdampak positif maupun

I. PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan tehnologi di bidang industri akan berdampak positif maupun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya kemajuan tehnologi di bidang industri akan berdampak positif maupun negatif bagi masyarakat, khususnya pada keluarga yang tergolong miskin karena kebanyakan

Lebih terperinci

WANITA DAN STRUKTUR SOSIAL ( Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia) Dra. LINA SUDARWATI

WANITA DAN STRUKTUR SOSIAL ( Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia) Dra. LINA SUDARWATI WANITA DAN STRUKTUR SOSIAL ( Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia) Dra. LINA SUDARWATI Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Masyarakat dunia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bebas terlepas dari paksaan fisik, individu yang tidak diambil hak-haknya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bebas terlepas dari paksaan fisik, individu yang tidak diambil hak-haknya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain mahluk sosial juga merupakan mahluk individual yang bebas terlepas dari paksaan fisik, individu yang tidak diambil hak-haknya, individu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sepanjang rentang kehidupan individu, banyak hal yang dipelajari dan mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman bersama keluarga dan

Lebih terperinci

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode penelitian. A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Periode ini merupakan

Lebih terperinci

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ) Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ) OLEH : Aswin Yuki Helmiarto E 0003104 BAB I PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci