ANALISIS PENGEMBANGAN SUB-SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT, PROVINSI MALUKU UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGEMBANGAN SUB-SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT, PROVINSI MALUKU UTARA"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGEMBANGAN SUB-SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT, PROVINSI MALUKU UTARA JUSMUN MOID SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Analisis Pengembangan Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Barat, Propinsi Maluku Utara adalah merupakan karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Juni 2010 JUSMUN MOID H

3 ABSTRACT JUSMUN MOID. Development Analysis of Food Plants Sub-sector and Horticulture for poverty tackling in West Halmahera Regency North Molucas Provinces (BAMBANG JUANDA as Chairman, and SETIA HADI as member of the Advisory Committee) Development of food plants sub-sector and horticulture implies to the society life need, and the increase of household farmer income in West Halmahera Regency, where most household is still being under poverty line. The purpose of this research are for: (1) Analysis of the role of food plants sub-sector and horticulture in tackling poverty, (2) Analysis of factors influencing income level and poverty in farmer household of food plants and horticulture, (3) Formulation of policy recommendation in developing sub-sector of food plants and horticulture, to tackle poverty in West Halmahera Regency. The result of research indicates that development of food plants and horticulture has effect to poverty tackling effort in West Halmahera Regency. Factors that have an effect to increase farmer household income level are: age, side job, land area, cropping system, family size, and access to market. Keyword: food plants sub-sector, horticulture, poverty.

4 RINGKASAN JUSMUN MOID. Analisis Pengembangan Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Barat Propinsi Maluku Utara. Dibimbing oleh BAMBANG JUANDA sebagai Ketua dan SETIA HADI sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Kabupaten Halmahera Barat adalah merupakan daerah agraris yang mempunyai peluang untuk mengembangkan sektor pertanian khususnya pengembangan sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura. Sebagai pertimbangan bahwa sub-sektor ini merupakan kebutuhan hidup masyarakat yang semakin meningkat seiring dengan lajunya pertumbuhan populasi penduduk. Kabupaten Halmahera Barat memiliki kedudukan wilayah yang sangat strategis, karena di apit oleh beberapa wilayah kabupaten/kota dan Ibukota Propinsi Maluku Utara, yang mempunyai luas lahan dan kesuburan tanah sebagai syarat tumbuh tanaman pangan dan hortikultura. Dengan demikian maka pengembangan tanaman pangan dan hortikultura dapat meningkatkan pendapatan rumahtangga tani di Kabupaten Halmahera Barat yang sebagian masih berada dibawah garis kemiskinan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : (1) Menganalisis peranan sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Halmahera Barat, (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan dan kemiskinan bagi rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat, dan (3) Merumuskan rekomendasi kebijakan dalam mengembangkan sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura, sebagai upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Halmahera Barat. Analisis data meliputi Location Quetient (LQ), Shift Share Analysis (SSA), Regresi Linier Berganda, Indeks Gini Rasio (IG), Regresi Logistik Binari dan analisis SWOT. Hasil Penelitian menunjukan bahwa pengembangan tanaman pangan dan hortikultura sangat berpengaruh terhadap upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Halmahera Barat. Dengan penerapan budidaya tanaman pangan dan hortikultura secara baik dan profesional, cenderung mengurangi tingkat kemiskinan pada rumahtangga tani yang sesuai hasil analisis masih sebesar 38% dari total populasi rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura adalah faktor umur, pekerjaan sampingan, luas lahan, dan sistem tanam. Selain itu ada beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kemiskinan rumahtangga tani yaitu, Umur, jumlah tanggungan keluarga, dan akses pasar. Kebijakan penanggulangan kemiskinan harus terfokus pada pemberdayaan petani dalam meningkatkan produksi, produktivitas dan kualitas produk tanaman untuk meningkatkan pendapatan rill sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura, seperti membangun hubungan kerjasama lintas sektor, terutama dalam penerapan tekhnik budidaya yang baik, intensif dalam penyuluhan dan pembinaan, mengalokasikan bantuan berupa saprodi dan memberikan kemudahan bagi petani dalam mengakses sumberdaya produktif, menyiapkan sarana/prasarana jalan, transportasi, informasi dan akses terhadap pasar. Kata Kunci : Pengembangan Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura, pendapatan, dan penanggulangan kemiskinan.

5 Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah ; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

6 ANALISIS PENGEMBANGAN SUB-SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT, PROVINSI MALUKU UTARA JUSMUN MOID Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magsiter Sains pada Program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

7 Judul Tesis Nama NIM : Analisis Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam Penanggulangan Kemiskinan di kabupaten Halmahera, Propinsi maluku Utara : Jusmun Moid : H Program Studi : Ilmu-Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Disetujui Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS Ketua Dr. Ir. Setia Hadi, MS Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Dekan Sekolah Pascasarjana A Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar N, MS Tanggal Ujian : 03 Juni 2010 Tanggal Lulus :

8 PRAKATA Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena hanya dengan limpahan rahmat dan inayah-nya jualah, penulis dapat merampungkan penulisan Tesis Program Magister Sains ini dengan baik. Judul yang diambil dalam penulisan tesis ini adalah "Analisis Pengembangan Sub- Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Halmahera Barat, Propinsi Maluku Utara". Dimana akan membahas tentang peranan pertanian khususnya komoditas tanaman pangan dan hortikultura terhadap pengembangan wilayah dalam upaya penanggulangan kemiskinan, di Kabupaten Halmahera Barat, Propinsi Maluku Utara. Berpijak dari sebuah realita, dimana kemiskinan adalah merupakan sebuah masalah multidimensial yang dapat ditemui pada berbagai penjuru belahan bumi, termasuk di Kabupaten Halmahera Barat dengan jumlah penduduk 90% bermukim diperdesaan. Mayoritas penduduk Kabupaten Halmahera Barat menggantungkan hidupnya di sektor pertanian yang sebagian besar masih dikategorikan miskin. Sementara Kabupaten Halmahera Barat menyimpan berjuta potensi sumberdaya alam, terutama sektor pertanian dan didukung oleh faktor geografis yang sangat strategis dalam mengembangkan sektor pertanian khususnya tanaman pangan dan hortikultura. Fenomena tersebut dapat mengilustrasikan penulis untuk menekuni sebuah penulisan ilmiah sebagaimana yang tertera pada judul tersebut diatas untuk menempuh gelar Magister Sains di Institut Pertanian Bogor. Adapun prosesing penyelesaian penulisan tesis yang sebentar nanti dapat mengantarkan penulis untuk mengakhiri studi ini, tidak terlepas dari berbagai dukungan, baik berupa material maupun spiritual. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada ; Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS dan Dr. Ir. Setia Hadi, MS yang masing-masing sebagai ketua dan anggota komisi pembimbing, yang dengan penuh tekun dan kesabaran dalam meluangkan waktu untuk membimbing dan selalu memberi motivasi kepada penulis sampai tersusunnya tesis ini. Selanjutnya, penulis haturkan hormat dan banyak terima kasih kepada teman-teman mahasiswa Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

9 Perdesaan (PWD) Pascasarjana angkatan 2007, dan teman-teman di Forum Wacana Propinsi Maluku Utara yang telah memberikan saran dan motivasi secara moril kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan ini, semoga social capital dapat terbina serta dipertahankan selamanya. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi dan pada akhirnya pada penulisan tesis ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikannya kepada : 1. Prof. Dr. Bambang Juanda, M.S. Selaku Ketua program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, staf administrasi dan seluruh dosen yang telah memberikan pengetahuan saat menjalani perkuliahan di IPB. 2. Rektor dan Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB, karena telah diberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan di IPB. 3. Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat yang telah mengizinkan dan mengakomodir penulis dalam melanjutkan studi pada Program Pascasarjana. 4. Rekan-rekan staf dan Kepala Bappeda Kabupaten Halmahera Barat yang telah memberikan dukungan, spirit dan telah membantu penulis dalam segala kebijakan termasuk memperoleh data dan informasi yang menyangkut dengan kelengkapan penulisan ini. Secara khusus, penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua, Baba Hi. Moid Buka dan Alm. Mama Kursia Djen atas keikhlasan do a, tenaga, pikiran serta tetesan darah dan keringat dalam membesarkan, mendidik, membina serta mendorong penulis hingga penulis dapat menitihkan karier sampai saat ini. Juga kepada Io Fuheka; Eme, Leha, Atika, Hadi, Itang, dan Io Nunau ; Asan, Samad, Amir serta Fira Majojo: Sana dan Hani yang turut berdoa, motivasi dan selalu mengharapkan yang terbaik untuk penulis. Kepada Istri tercinta Aisa yang didalam hidup sebagai perempuan tegar dan tangguh dalam mengasuh, membimbing, dan membesarkan anak-anak dengan keikhlasan serta do a selama penulis studi di Bogor, dan lebih khusus untuk ketiga buah hati : Kaka Ika, Dea dan Riziq sebagai sumber inspirasi dan

10 selalu memberikan spirit dan motivasi via hp cellular di saat telpon dan mengajak untuk cepat selesai studi, agar kembali dan selalu bersama mereka. Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, maka apabila terdapat kehilafan dan kesalahan dalam penulisan ini kiranya dapat dikritisi serta sumbang saran agar diperbaiki untuk sebuah kemajuan. Harapan penulis semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama bagi pembaca sebagai sumber informasi, pengetahuan yang bermanfaat serta sebagai inspirasi dalam melakukan penelitian selanjutnya. Semoga Allah SWT selalu memberikan berkah dan hidayahnya kepada kita sekalian. Bogor, Juni 2010 penulis

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Bobanehena Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat, pada tanggal 05 September 1973 sebagai anak ke sembilan dari sepuluh bersaudara dari pasangan Bapak Moid Buka dan Kursia Djen (Alm). Pendidikan yang ditempuh penulis sebelumnya adalah SDN 2 Bobanehena, SMPN 1 Jailolo dan menyelesaikan pendidikan pada SMAN 1 Ternate pada tahun Penulis melanjutkan pendidikan S1 pada tahun 1993 di Program Studi Ekonomi Pembangunan, Universitas Khairun Ternate dan meraih gelar sarjana ekonomi pada tahun Sejak tahun 2000 penulis diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Ternate Propinsi maluku Utara. Pada tahun 2006 penulis ditugaskan di Kabupaten Halmahera Barat sebagai daerah kelahiran atas permintaan sendiri, dan pada tahun 2007 diberikan kesempatan untuk melanjutkan jenjang pendidikan S2 di Program Studi Ilmu- Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

12 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Pembangunan dan Pengembangan Konsep dan Strategi Pembangunan Ekonomi Wilayah Teori Basis Ekonomi : Teori Lokasi Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Kompetitif Sektor Pertanian Peranan Sektor Pertanian Kemiskinan Karakteristik Rumahtangga Miskin Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan Pembangunan Masyarakat Pedesaan dalam Mengatasi Kemiskinan Penelitian Terdahulu III. METODELOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Hipotesis Tempat dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Data Metode Analisis Analisis Perekonomian Wilayah xvi i Analisis Location Quetion (LQ)... 43

13 Analisis Shift-Share (SSA) Analisis Peranan Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam Rumahtangga Petani Analisis Kontribusi Pendapatan Rumahtangga Petani Tanaman Pangan dan Hortikultura Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Analisis Indeks Gini Ratio (GR) Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Rumahtangga Petani Analisis SWOT Defenisi Operasional IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH Letak Geografis dan Fisik Wilayah Wilayah Administratif Karakteristik Penduduk Aspek Ekonomi, Sosial, Budaya, Sarana dan Prasarana Karakteristik Usaha Tanaman Pangan dan Hortikultura Profil Rumahtangga Tanaman Pangan dan Hortikultura Distribusi Rumahtangga Usaha Tanaman Pangan dan Hortikultura Karakteristik Rumahtangga Tanaman Pangan dan Hortikultura (Bahan Makanan) Kabupaten Halmahera Barat V. HASIL DAN PEMBAHASAN Kontribusi Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Terhadap Pembangunan Wilayah di Kabupaten Halmahera Barat Sektor Basis dan Keunggulan Komparatif Wilayah Keunggulan Kompetitif Wilayah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat Infrastruktur Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Aspek Transportasi Wilayah Aspek Kelembagaan Lembaga Keuangan... 89

14 Lembaga Ekonomi dan Organisasi Petani Sumberdaya Manusia (SDM) Analisis Rumahtangga Tani Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Halmahera Barat Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tanaman Pangan dan Hortikultura Tingkat Kemiskinan Rumahtangga Tani Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Halmahera Barat Ketimpangan Pendapatan Rumahtangga Petani Tanaman Pangan dan Hortikultura Pengaruh Beberapa Variabel Terhadap Tingkat Kemiskinan Rumahtangga Tani Tanaman Pangan dan Hortikultura Variabel Umur Jumlah Tanggungan Keluarga Variabel Akses Pasar Strategi Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam Penanggulangan Kemiskinan Analisis Lingkungan Internal Kekuatan (Strength) Potensi Sumberdaya Alam Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam Pemantapan Ketahanan Bahan Makanan Penyerapan Tenaga Kerja Kebiasaan Bertani dan Nilai Tambah Dukungan Pemerintah Daerah Adanya Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Kelemahan (Weakness) Lahan Garapan Petani Kualitas dan Keterampilan Petani Produksi dan Produktifitas Akses Jalan dan Informasi Pasar Dukungan Biaya Usaha Tani Keberpihakan Pemerintah Daerah pada Petani Tanaman Pangan dan Hortikultura Masih Rendah Terbatasnya Infrastruktur dan Lembaga Ekonomi Adopsi Inovasi Tekhnologi Budidaya Lambat 114

15 Diterima Petani Belum Berfungsinya Kelompok Tani Kuantitas dan Kualitas Tenaga Penyuluh masih Rendah Analisis Lingkungan Eksternal Peluang (Opportunity) Kebutuhan Pangan dan Hortikultura (Bahan Makanan) Peluang Pasar Pengembangan Teknologi Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura Cukup Besar Peluang Kerjasama Dengan Investor dalam Pengembangan Agribisnis Komitmen Para Pemangku Kepentingan Ancaman (Threat) Persaingan dengan Daerah Lain Harga Jual Tanaman Pangan dan Hortikultura yang Relatif Rendah Saat Panen Raya Pengalihan Usaha Tani Tanaman Pangan dan Hortikultura ke Sektor Lain Terjadinya Konversi Lahan Jumlah dan Kualitas Tanaman Analisis SWOT Melalui Prosedur IFAS dan EFAS pada Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Strategi S-O Pemanfaatan Potensi Daerah dalam Pengembangan Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Membangun Mitra Usaha dalam Meningkatkan Ekonomi Lokal Kabupaten Halmahera Barat Penguatan Kegiatan Promosi dan Pengembangan Jaringan Pemasaran di Luar Daerah Strategi S-T Pembinaan Kemampuan Tani dalam Meningkatkan Produk dan Mutu Usaha

16 2. Aplikasi Teknologi Tepat Guna untuk Pengolahan Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura Peran Pemerintah Daerah dalam Menunjang Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Menjadikan Iklim Usaha yang Kondusif Pengembangan Pasar Domestik dan Ekspor Strategi W Pemberdayaan Petani dan Kelompok Tani Penguatan Kelembagaan Penunjang Transportasi dan Pemasaran Pemanfaatan Tekhnologi Mobilisasi Sumber Dana dan Pengembangan Infrastruktur Strategi W-T Meningkatkan Ketrampilan Petani dan Pengembangan Jaringan Informasi Pemasaran Optimalisasi Fungsi dan Peran Lembaga Ekonomi (Bank dan Koperasi) untuk Mendukung Kegiatan Usahatani Membangun Kerjasama dengan Perguruan Tinggi untuk Meningkatkan Kemampuan Petani VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

17 DAFTAR TABEL Halaman 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Halmahera Barat Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Data Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Halmahera Barat Wilayah Administrasi dan Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Halmahera Barat Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Halmahera Barat PDRB Kabupaten Halmahera Barat Tahun (Juta Rupiah) Struktur PDRB seluruh sektor di Kabupaten Halmahera Barat Atas Dasar Harga Konstan Tahun Jarak dan Waktu Tempuh Antar Ibu Kota Kabupaten dengan Ibukota Kecamatan Kabupaten Halmahera Barat Tahun Jumlah dan Presentase Rumahtangga Petani Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat Karakteristik Usaha Tani Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat Jumlah Penduduk, Kepala Rumahtangga, Rumahtangga Miskin di Bidang Usaha Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat Hasil Analisis Sub-Sektor Pertanian Berdasarkan Nilai PDRB Kabupaten Halmahera Barat Hasil Analisis Shift Share Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Berdasarkan PDRB Kabupaten Halmahera Baratdan PDRB Propinsi Maluku Utara Hasil Analisis Shift Share Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Berdasarkan PDRB Kabupaten Halmahera Baratdan PDRB Propinsi Maluku Utara Kemiskinan pada Rumahtangga Petani Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat Hasil Analisis Regresi Logistik Binari terhadap Peluang Petani untuk Lepas dari Kemiskinan Faktor Strategis Internal dan Eksternal Ringkasan Faktor Analisis Internal Ringkasan Faktor Analisis Eksternal Analisis Keterkaitan Faktor-Faktor Internal dan Faktor-faktor Eksternal (Matriks SWOT) Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

18 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Pikir Penelitian Metode Pengambilan Data Secara Sengaja Garis Kemiskinan Diukur dari Pendapatan Pendapatan Tani Vs Umur Petani Pendapatan Tani Vs Jumlah Tanggungan Kelarga Pendapatan Tani Vs Akses Terhadap Pasar Grafik Analisis SWOT Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura

19 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan kemanusiaan purba yang bersifat laten dan aktual sekaligus. Ia telah ada sejak peradaban manusia ada dan hingga kini masih menjadi masalah sentral di belahan bumi manapun (Suharto E, 2006). Kemisikinan juga merupakan faktor dominan yang mempengaruhi persoalan kemanusiaan lainnya, seperti keterbelakangan, kebodohan, ketelantaran, dan kematian dini. Problema buta huruf, putus sekolah, anak jalanan, pekerja anak, perdagangan manusia (human trafficking) tidak bisa dipisahkan dari masalah kemiskinan. Berbagai permasalahan serta kausalitas tentang kemiskinan tersebut dapat memacu setiap bangsa untuk tetap berupaya dalam mensikapi melalui berbagai kebijakan secara universal dan berkelanjutan agar bisa keluar dari lingkaran kemiskinan. Hingga saat ini bangsa Indonesia selalu saja mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur semenjak awal kemerdekaan sebagaimana termuat dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya penanggulangan kemiskinan karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi masalah yang berkepanjangan. Data Biro Pusat Statistik (BPS 2008) menyebutkan jumlah penduduk miskin di Indonesia sebanyak ,3 ribu jiwa atau 15,42 persen rakyat Indonesia tergolong miskin, data tersebut menunjukan besarnya tingkat kemiskinan yang tersebar di seluruh Indonesia. Kalaupun demikian maka sebagian besar kehidupan masyarakat Indonesia berada dibawah garis kemiskinan. Sementara itu penetapan garis kemiskinan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS, 2008) secara terpisah sebatas wilayah, yang diantaranya adalah sebesar Rp ,- untuk daerah perkotaan dan Rp ,- untuk daerah pedesaan sehingga rata-rata secara keseluruhan antara desa dan kota sebesar Rp ,-. Penetapan garis kemiskinan ini berlaku secara nasional, hanya saja di berbagai daerah Propinsi maupun

20 Kabupaten/kota juga mempunyai standar penetapan yang sesuai dengan kondisi geografis wilayah masing-masing. Secara khusus Kabupaten Halmahera Barat sebagai daerah penelitian belum mempunyai ketetapan garis kemiskinan, namun secara struktural administrasi pemerintahan, maka Halmahera Barat berpedoman pada sebuah keputusan yang dikeluarkan oleh wilaya tertinggi yaitu Badan Pusat Statistik Propinsi Maluku Utara yang secara khusus menetapkan garis kemiskinan sebesar Rp ,- untuk wilayah perkotaan dan wilayah pedesaan sebesar Rp ,- maka ratarata secara keseluruhan antara desa dan kota sebesar Rp ,-. Kerja keras pemerintah dalam memerangi kemiskinan seolah dianggap sebelah mata dan tanpa memperoleh hasil yang berarti. Kemiskinan yang terlanjur meraksasa di Indonesia memang seolah-olah menjadi sebuah lingkaran benang kusut yang semakin sulit untuk diatasi, program-program dan berbagai kegiatan dalam penanggulangan kemiskinan menjadi mandul dan tidak menampakkan keberhasilan yang berarti. Meskipun upaya penanggulangan kemiskinan bukan suatu usaha yang mudah, tetapi lewat berbagai diskusi dan penggagasan aksi-tindak tidak boleh surut kebelakang. Untuk menuju pada tingkat kesejahteraan rakyat, maka harus menyatukan segala pemikiran berupa pemahaman mengenai konsep dan strategi penanggulangan kemisikinan yang harus terus dikembangkan. Berbagai literatur dan media memperlihatkan bahwa persentase jumlah penduduk miskin di pedesaan lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada di perkotaan. Hal ini bisa dimungkinkan karena sebagian besar penduduk Indonesia berdomisili di pedesaan yang bermata pencaharian utama adalah sektor pertanian, namun mereka tetap bertahan dengan kehidupan yang selalu terbatas dengan berbagai kebutuhan yang seakan-akan mereka jauh dari berbagai sentuhan kebijakan dari para pengambil keputusan disetiap waktu. Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi, beberapa sektor mengalami keterpurukan, namun sektor pertanian mampu bertahan pada kondisi krisis tersebut. Sektor pertanian telah membuktikan paling survivel pada krisis ekonomi yang terjadi pada era tahun 1997 sampai dengan sekarang, sektor ini yang paling tahan terkena badai krisis moneter yang terjadi di Indonesia. Sektor 2

21 pertanian, mampu memberikan nilai tambah pendapatan bagi para petani yang cukup signifikan. Akan tetapi peningkatan harga komoditas pertanian tersebut disertai dengan peningkatan biaya beberapa input produksi dan biaya hidup sehingga peningkatan pendapatan dari komoditas ekspor tidak dapat dijadikan penyangga terhadap krisis (Sunderlin, et. al, 2000). Hal ini telah membuka kesadaran dan cakrawala baru bahwa sektor pertanian harus terus diupayakan sebagai basis untuk mengatasi krisis dan tercapainya pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi, melalui pemberdayaan ekonomi rakyat dengan perangkat peraturan-peraturan yang memudahkan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi melalui sektor pertanian yang sepenuhnya harus di dukung oleh pemerintah. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, mengisyaratkan pemerintah harus bertindak kreatif dalam mengelolah potensi daerah agar dapat menunjang dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), serta dituntut pemerintah memiliki rasa tanggung jawab terhadap kemakmuran rakyat melalui kegiatan pembangunan di semua sektor, termasuk di dalamnya adalah pengembangan sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura yang merupakan sebuah upaya dalam penanggulangan kemiskinan. Gambaran di atas merupakan masalah umum yang terjadi hampir seluruh daerah di Indonesia termasuk Propinsi Maluku Utara. Dimana jumlah keluarga miskin adalah tercatat sebanyak KK (BPS Propinsi Maluku Utara, 2008) yang tersebar di delapan Kabupaten/kota, diantaranya berdomisili di Kabupaten Halmahera Barat sebanyak rumahtangga/kk dari KK atau sebesar 41% dari jumlah keseluruhan kepala keluarga di Kabupaten Halmahera Barat (BPS Kab. Halmahera Barat, 2008), yang sebagian besar bermukim di pedesaan dan menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Maluku Utara adalah daerah agraris yang secara umum pekerjaan utama penduduknya adalah sektor pertanian. Sejalan dengan itu, diperlukan kebijakan dalam upaya untuk mengembangkan sektor pertanian di berbagai Kabupaten se- Propinsi Maluku Utara, terutama komoditas yang berada pada sub-sektor 3

22 tanaman perkebunan, sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura, sub-sektor peternakan, sub-sektor kehutanan dan sub-sektor perikanan. Dari kelima subsektor ini, secara berurutan sub-sektor perkebunan merupakan sub-sektor yang paling menonjol, yang memberikan kontribusi PDRB yang paling besar di Propinsi Maluku Utara. Urutan berikutnya adalah sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura, kemudian diikuti oleh sub-sektor perikanan, sub-sektor kehutanan dan yang terakhir adalah sub-sektor peternakan (BPS Propinsi Maluku Utara, 2008). Keadaan seperti ini tampaknya sama dengan yang terjadi di Kabupaten Halmahera Barat. Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Halmahera Barat tahun 2007, menunjukan pertumbuhan yang sangat berarti bagi perekonomian daerah yaitu sebesar 4,75%, dengan rata-rata pertumbuhan pertahun adalah 3,93% yang disumbangkan oleh berbagai sektor, diantaranya sektor Pertanian 38,19%, Pertambangan dan Penggalian 0,15%, Industri Pengolahan 22,20%, Listrik dan Air Bersih 0,60%, Bangunan 0,68%, Perdagangan, Hotel dan Restoran 25,83%, Pengangkutan dan komunikasi 5,63%, Keuangan dan Persewaan 3,07%, dan Jasa Jasa 3,80%, secara jelas dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 1 : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Halmahera Barat Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Juta Rupiah) Sektor Pertanian a. Tanaman Bahan makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 79, , , , , , Sumber Data : BPS Kabupaten Halmahera Barat, , , , , , , , , , , , , Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan 45, , , Listrik dan Air Bersih 1, , , Bangunan 1, , , Perdagangan,Hotel dan Restoran 52, , , Angkutan dan Komunikasi 11, , , Keu.Persewaaan dan Js Perush 6, , , Jasa-jasa 7, , , PDRB 205, , ,

23 Berdasarkan tabel satu di atas, menunjukan bahwa sektor primer atau sektor pertanian memberikan kontribusi yang sangat dominan terhadap fundamental ekonomi Halmahera Barat. Sementara itu, letak geografis, struktur alam, serta daya dukung lahan yang memadai maka Kabupaten Halmahera Barat mempunyai peluang yang besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian dibutuhkan kreatifitas dari para pengambil kebijakan dalam pengembangan sektor pertanian yang merupakan basis ekonomi masyarakat, dengan memperhatikan serapan tenaga kerja yang sangat memadai disumbangkan oleh sektor ini, utamanya pada sub-sektor perkebunan, tanaman pangan dan hortikultura dan perikanan, sehingga kedepan perlu dikembangkan produk-produk unggulan yang mampu menguasai pasar lokal, regional dan nasional, bahkan jika dimungkinkan pada beberapa jenis produk dapat diorentasikan untuk ekspor. Secara terperinci bahwa kemampuan produksi pada sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat sudah tidak dapat diragukan lagi dalam pengembangannya dan memang secara riil selalu diakui oleh masyarakat pada umumnya di Propinsi Maluku Utara terutama yang berdomisili di Kota Ternate, karena memang secara historis Kabupaten Halmahera Barat adalah daerah penyangga dan mempunyai kapasitas dalam menyediakan bahan pangan dan hortikultura (tanaman bahan makanan) yang dikenal sejak dahulu. Hal ini dapat terihat pada kapasitas produksi tanaman pangan dan hortikultura berdasarkan data tahun 2005, bahwa jenis tanaman pangan dengan kapasitas produksi tertinggi adalah jenis tanaman ubi kayu yaitu ton, dengan luas tanam hektar, luas panen hektar, yang hanya mencapai 3.386,4 ton, sehingga produktifitas 8,6 ton pertahun. Sedangkan untuk produksi padi sawah dengan produksi 775 ton, sedangkan padi ladang ton pertahun, belum menunjukan produksi yang berarti, dengan produktivitas di bawah 10 ton pertahun, belum mampu mencukupi kebutuhan pangan Kabupaten Halmahera Barat. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut : 5

24 Tabel 2. Data Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Halmahera Barat Luas Tanam Luas Panen Produksi Produktivitas No Jenis Tanaman ( Ha ) ( Ha ) ( Ton ) (Ton/Ha) Padi Sawah ,3 2 Padi Ladang ,560 4,8 3 Jagung 1,208 1,017 2,949 2,9 4 Kedelai ,5 5 Kacang Tanah ,737 2,9 6 Kacang Hijau ,4 7 Ubi Kayu 2, ,784 8,6 8 Ubi Jalar ,545 6,1 9 Talas ,829 5,3 Jumlah 4,431 5,068 29,295 39, Alpukat ,3 2 Belimbing ,0 3 Duku/Langsa ,8 4 Durian ,6 5 Jambu Biji ,3 6 Jambu Air ,5 7 Jeruk Siam/Keprok ,8 8 Jeruk Besar ,1 9 Mangga ,8 10 Manggis ,3 11 Nangka/Cempedak ,7 12 Nenas ,4 13 Pepaya ,5 14 Pisang ,9 15 Rambutan ,7 16 Salak ,4 17 Sukun ,8 18 Semangka ,8 Jumlah ,7 6

25 Tabel 2. Lanjutan No Jenis Tanaman Luas Luas Tanam Panen Produksi Produktivitas ( Ha ) ( Ha ) ( Ton ) (Ton/Ha) 1 Bawang Merah ,1 2 Kubis/Kol ,6 3 Petsai/Sawi ,2 4 Kacang Panjang ,5 5 Cabe Besar ,1 6 Cabe Rawit ,1 7 Tomat ,2 8 Terung ,2 9 Buncis ,2 10 Ketimun ,9 11 Kangkung ,0 12 Bayam ,0 Jumlah , Jahe ,1 2 Laos/Lengkuas ,6 3 Kencur ,3 4 Kunyit ,9 Jumlah ,9 Sumber : Dinas Pertanian Kab. Halbar Tahun 2005 Produksi padi sawah tahun 2005, sebanyak 775 ton, jika perbandingan luas lahan 196 hektar dan luas panen menunjukan produktivitas sebesar 6,3 ton perhektar, dengan kapasitas produksi serta produktivitas yang rendah pada jangka panjang perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan, melalui peningkatan produksi padi dengan perbaikan pola tanam dan memanfaatkan sumber makanan pokok pengganti padi seperti sagu, ubi, dan makanan pokok sumber karbohidrat lainnya yang dikenal masyarakat. Disamping itu perlu dilakukan pengolahan bahan makanan sehingga terdapat variasi makanan yang secara ekonomis memiliki nilai tambah (value added) dan memiliki komposisi gizi yang seimbang. Disisi lain Kabupaten Halmahera Barat, merupakan wilayah yang mampu memproduksi tanaman hortikultura terbesar di Provinsi Maluku Utara, jenis hortikultura dengan kapasitas produksi yang tinggi pertahun seperti 7

26 durian, duku/langsa, pisang, dan rambutan perlu terus ditingkatkan dengan menjaga sirkulasi produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi baik untuk konsumsi lokal maupun regional. Posisi wilayah Kabupaten Halmahera Barat yang strategis karena sangat berdekatan dengan Kota Ternate dan Sofifi sebagai ibu kota provinsi, perlu didorong pengembangan produksi tanaman pangan dan hortikultura, yang dapat mencegah aliran masuknya barang-barang konsumsi dari kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara. Secara administratif, Kabupaten ini memiliki 9 (sembilan) kecamatan yang mempunyai potensi utama adalah sektor pertanian, karena didukung oleh keadaan iklim dan tanah yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman pertanian. Mengingat luas areal pertanian masih dapat ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang, maka kontribusi sektor pertanian khususnya tanaman pangan dan hortikultura juga diperkirakan akan terus meningkat. Oleh karena itu menjadi sangat penting bagi pemangku kepentingan (stake holder) terutama Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Barat untuk mengembangkan sektor pertanian agar dapat memberikan kontribusi yang lebih besar lagi terhadap pembangunan wilayah. Sub-sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat adalah merupakan mata pencaharian utama kedua setelah tanaman perkebunan bagi masyarakat, sehingga apabila tidak ada kebijakan dalam pengembangan sektor pertanian ini, maka dimungkinkan rumah tangga petani tanaman pangan dan hortikultura akan terpuruk pada kondisi kemiskinan Perumusan Masalah Ketika arus globalisasi semakin tidak terbendung, semangat regionalisasi dari berbagai daerah semakin menguat, terutama daerah-daerah yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Semangat ini muncul sebagai perlawanan terhadap sistem sentralisasi yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru. Semangat regionalisasi tersebut akhirnya ditanggapi oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah yang berlaku efektif mulai 1 Januari tahun 2001 dan dipandang sebagai proses awal bangkitnya semangat desentralisasi pada sistem pemerintahan Indonesia. 8

27 Di era otonomi daerah sekarang ini masing-masing daerah dituntut untuk mengembangkan perekonomiaan daerahnya, sehingga diharapkan dapat mengurangi ketimpangan pendapatan dan kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan sehingga terwujud pembangunan yang berimbang. Pembangunan yang berorientasi pertumbuhan ekonomi melalui pemacuan satu atau beberapa sektor ekonomi kunci tanpa memperhatikan keterkaitan antar sektor perekonomian yang lain seringkali akan membawa dampak kesenjangan antar sektor perekonomian maupun kesenjangan antar wilayah serta selalu diikuti pula dengan kesenjangan pendapatan antar golongan masyarakat. Dengan berkembangnya sektor pertanian akan mampu mendorong berkembangnya sektor perekonomian yang lain, karena sektor pertanian sebagai sektor primer, yang menjadi input bagi kegiatan sektor lain, sehingga memiliki daya dorong yang besar (forward lingkages) jika diikuti oleh pengembangan sektor sekunder yang berbasis pertanian, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah secara umum. Dari uraian di atas, sektor pertanian merupakan salah sektor unggulan bagi Kabupaten Halmahera Barat khususnya. Akan tetapi sejauh mana peran dari sektor ini terhadap pertumbuhan dan pemerataan pembangunan wilayah serta peningkatan kesejahteraan bagi rumah tangga petani harus mendapat kajian lebih lanjut. Hal ini penting terutama menunjang perencanaan pembangunan wilayah khususnya untuk pengembangan di sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Selain terbatasnya sarana-prasarana, mutu pelayanan publik dan sumber daya manusia, tantangan yang harus dihadapi oleh sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura adalah tingkat harga komoditas tanaman ini sangat ditentukan oleh tingkat harga di pasar. Pergerakan harga tersebut seharusnya dapat dipantau langsung oleh para petani, akan tetapi kebanyakan petani tidak mempunyai akses ke sumber informasi tersebut sehingga harga ditentukan oleh pedagang pengumpul atau pedagang perantara antar daerah. Berkembangnya sektor pertanian akan dapat mengurangi kesenjangan pendapatan masyarakat serta dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga khususnya petani tanaman pangan dan hortikultura, sehingga kemiskinan akan 9

28 dapat teratasi. Berdasarkan ulasan tersebut diatas, maka ada beberapa permasalahan yang perlu ditindaklanjuti dan membutuhkan sebuah tinjauan kritis yang perlu diteliti lebih lanjut, diantaranya : 1. Bagaimana peran sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Halmahera Barat? 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi tingkat pendapatan dan kemiskinan bagi rumahtangga petani tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat? 3. Sejauhmana strategi dan kebijakan dalam pengembangan sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura sebagai upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Halmahera Barat? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis peranan sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Halmahera Barat. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan dan kemiskinan bagi rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat. 3. Merumuskan rekomendasi kebijakan dalam mengembangkan sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura, sebagai upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Halmahera Barat Manfaat Penelitian Pada prinsipnya penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam merumuskan suatu strategi kebijakan dalam pengembangan sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang lebih bermanfaat dalam upaya penanggulangan kemiskinan serta tercapainya kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat, Propinsi Maluku Utara. Penelitian ini juga merupakan wahana informasi sekaligus dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi penerapan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang relevan sebagai dasar bagi pengembangan penelitian selanjutnya. 10

29 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan dan Pengembangan Pembangunan merupakan suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik (Riyadi dan Bratakusumah, 2003). Sedangkan Saefulhakim (2003) mengartikan pembangunan sebagai suatu proses perubahan yang terencana (terorganisasikan) ke arah tersedianya alternatif-alternatif/pilihan-pilihan yang lebih banyak bagi pemenuhan tuntutan hidup yang paling manusiawi sesuai dengan tata nilai yang berkembang di dalam masyarakat. Menurut Siagian dalam Riyadi dan Bratakusumah (2003) pembangunan sebagai suatu upaya perubahan untuk mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Selain itu, Bappenas (1999) mendefinisikan pembangunan sebagai suatu rangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan dengan memanfaatkan dan memperhitungkan kemampuan sumberdaya, informasi, dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperhatikan perkembangan global. Selanjutnya dikatakan bahwa pembangunan daerah adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan melalui otonomi daerah, pengaturan sumberdaya nasional, yang memberi kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah yang berdaya guna dalam penyelenggaraan pemerintah dan layanan masyarakat, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah secara merata dan berkeadilan. Sedangkan pengembangan mengandung konotasi pemberdayaan, kedaerahan, kewilayahan dan atau proses meningkatkan. Pengembangan berarti melakukan sesuatu yang tidak dari nol atau tidak membuat sesuatu yang sebelumnya tidak ada, melainkan melakukan sesuatu yang sebenarnya sudah ada tapi kualitas dan kuantitasnya ditingkatkan. Jadi dalam hal pengembangan ekonomi masyarakat tersirat pengertian bahwa masyarakat di suatu kawasan telah memiliki kapasitas tetapi perlu ditingkatkan lagi. Meskipun demikian secara hakiki pengertian pengembangan dengan pembangunan umumnya sama dan dapat dipertukarkan. Kedua istilah tersebut diterjemahkan dari kata development (Rustiadi et al., 2007). 11

30 Dengan demikian, dalam penelitian ini istilah pembangunan dan pengembangan dapat dipertukarkan yang dimaknai sebagai upaya untuk mengembangkan ekonomi wilayah yang berorientasi pada upaya meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengembangan sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura yang selama ini telah ada, meskipun belum sepenuhnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah yang diteliti. Pembangunan atau pengembangan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk melakukan perubahan dalam arti meningkatkan kapasitas ekonomi melalui penentuan prioritas sumberdaya pembangunan (sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya sosial dan sumberdaya buatan) agar dapat mengurangi kesenjangan pembangunan dan kemiskinan di daerah Konsep dan Strategi Pembangunan Ekonomi Wilayah Pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap negara berkembang mempunyai perbedaan prinsip yang dilandasi falsafah, hakikat, tujuan, strategi maupun kebijakan program pernbangunannya. Selain itu, pola, dan proses dinamika pembangunan ekonomi di suatu negara sangat ditentukan oleh banyak faktor, baik internal (domestik) maupun eksternal (Tambunan, 2001). Faktorfaktor internal di antaranya adalah kondisi fisik (termasuk iklim), lokasi geografi, jumlah dan kualitas sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, yang dimiliki, kondisi awal ekonomi, sosial dan budaya, sistem politik, serta peranan pemerintah di dalam ekonomi. Sedangkan faktor-faktor eksternal di antaranya adalah perkembangan teknologi, kondisi perekonomian dan politik dunia serta keamanan global. Berdasarkan kondisi-kondisi di atas, maka pola dan proses pembangunan di suatu negara akan berbeda dengan negara lainnya. Pada hakekatnya pembangunan merupakan sesuatu proses perubahan sosial kumulatif dengan ekonomi dan demokrasi politik di dalamnya yang paling terkait. Dengan perkataan lain, pernbangunan terjadi dalam, hubungan sebabakibat kumulatif atau "Circular Cumulative Caution" (Supriatna, 1997). Sedangkan Budiharsono (1998) menyatakan bahwa pembangunan merupakan suatu usaha untuk dapat menyediakan banyak alternatif yang sahih bagi setiap warga negara untuk mencapai aspirasi yang paling humanistik. Defenisi tersebut mengandung arti bahwa pembangunan bukan hanya untuk satu golongan tetapi 12

31 bagi seluruh masyarakat dan pembangunan bukan hanya dari segi fisik saja tetapi mencakup juga segi mental spiritual. Pembangunan paling tidak harus mempunyai tiga sasaran utama Todaro (2000), yaitu: 1. Meningkatkan ketersediaa dan memperluas distribusi barang kebutuhan pokok seperti pangan, papan, kesehatan dan perlindungan. 2. Meningkatkan taraf hidup yaitu, selain meningkatkan pendapatan juga memperluas kesempatan kerja, pendidikan yang lebih baik dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya manusia yang keseluruhannya akan memperbaiki bukan hanya kesejahteraan material akan tetapi juga menghasilkan rasa percaya diri sebagai individu maupun sebagai suatu bangsa. 3. Memperluas pilihan ekonomi dan sosial yang tersedia bagi setiap orang dan setiap bangsa dengan membebaskan mereka dari ketergantungan bukan hanya dalam hubungan dengan orang dan negara lain akan tetapi juga masalah kebodohan dan kesengsaraan manusia. Pembangunan perekonomian dibagi atas dua sektor, yaitu sektor basis dan sektor non basis. Sektor basis adalah sektor-sektor yang merupakan tumpuan bagi pertumbuhan wilayah yang memiliki ciri-ciri kontribusi yang besar terhadap total output wilayah. Oleh karena itu, prioritas pembangunan ekonomi dapat bertitik tolak pada sektor-sektor mana yang menjadi basis perekonomian wilayah. Penentuan prioritas pembangunan yang tepat berarti membuat suatu program pembangunan yang sesuai dengan potensi-potensi yang ada di daerah tersebut serta mempertimbangkan sistem ekonorni, sosial, dan lingkungan yang ada. Hal ini berarti pula ada usaha optimalisasi pemanfaatan potensi (sumberdaya, alam, manusia, man-made capital, sosial capital) wilayah sehingga secara langsung ataupun tidak langsung akan mengoptimalkan pemanfaatan kesejahteraan masyaraka. Supriatna (1997), mengemukakan ada empat konsep dan strategi pembangunan sebagai basil dari proses perkembangan pelaksanaan pembangun di berbagai negara, yaitu pembangunan, pertumbuhan dan pemerataan, pembangunan berkelanjutan, dan pembangunan manusia. Strategi pembangunan yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi 13

32 dan menganggap bahwa kesejahteraan masyararakat dapat ditingkatkan dengan cepat melalui pemacuan satu atau beberapa sektor ekonomi kunci. Peningkatan output suatu sektor atau beberapa sektor kunci akan ikut meningkatkan output sektor-sektor lainnya melalui proses penggandaan (multiplier) dan keterkaitan (linkage) antar sektor. Namun strategi ini menimbulkan permasalahan pembangunan, yaitu kemiskinan. Konsep pertumbuhan ekonomi yang menekankan pada growth yang tinggi sering menghadapi masalah (trade off) dengan pemerataan yang relatif rendah. Konsep pertumbuhan ekonomi yang baru mulai mengalami pergeseran paradigma dari strategi pertumbuhan ekonomi menjadi pertumbuhan dan pemerataan pembangunan (growth and equity of strategy development). Menurut strategi ini, pertumbuhan ekonomi yang dicapai ditujukan untuk pemerataan dalam bidang pendapatan, kesejahteraan sosial, dan kelestarian lingkungan hidup yang ditandai oleh struktur perubahan ekonomi dan sosial. Pemerataan hasil-hasil pembangunan biasanya dikaitkan dengan.masalah kesenjangan atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dengan masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan (Tambunan, 2001). Secara logika, jurang pemisah (gap) yang semakin besar antara kelompok masyarakat kaya dan miskin mencerminkan distribusi pendapatan yang tidak merata. Dengan demikian, orientasi pemerataan merupakan usaha untuk memerangi kemiskinan. Para ahli ekonomi melakukan pembangunan dengan menggunakan berbagai metode untuk memaksimalkan kesejahteraan manusia dibawah kendala keterbatasan sumberdaya (capital stock) dan teknologi yang ada. Karena itulah perhatian mereka terfokus pada bagaimana mengelolah sumberdaya sedemikian rupa sehingga dapat memberikan tingkat pertumbuhan dan efisiensi yang tinggi. Akan tetapi pembangunan tersebut cenderung mengabaikan aspek ekologi maupun sosialnya. Sebagai akibatnya, semakin banyak orang yanng merasa bahwa pola pembangunan seperti ini telah melampaui batas kegunaannya dan bahkan beralih ke arah yang merugikan kesejahteraan manusia, yaitu kerusakan lingkungan melebihi manfaat pembangunan. Oleh karena itu pembangunan berkelanjutan harus memperhatikan aspek ekonomi maupun non ekonomi dan 14

33 mengintegrasikan tiga tujuan yang berbeda, yaitu: (1) tujuan ekonomi, yaitu pertumbuhan berkelanjutan dan efisiensi kapital, (2) tujuan sosial, yaitu pengentasan kemiskinan dan pemerataan, dan (3) tujuan ekosistem, yaitu pengelolaan sumberdaya yang menjamin keberlanjutan. Walaupun demikian, tidaklah mudah untuk menyatukan ketiga tujuan di atas dan akan terdapat trade off di antara tujuan-tujuan tersebut. Dengan demikian pembangunan berkelanjutan selain diukur perkembangan pembangunan berdasarkan ekonomi juga harus didukung oleh tolok ukur yang bersifat non ekonomis. Ukuran ekonomi seperti Gross National Product (GNP), temyata tidak mampu mengukur adanya inequality dan kemiskinan serta, perkembangan sumberdaya manusia, adanya degradasi serta penyusutan sumberdaya alam dan lingkungan, dan aspek-aspek sosial, politik, dan spiritual manusia, (Rustiadi et al. 2005). Setelah pembangunan berkelanjutan yang mulai memadukan sisi ekonomi dan non ekonomi sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan, namun yang menjadi target semua pembangunan tersebut adalah pembangunan bagi manusia. Fungsi manusia terdiri atas dua, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dimana, manusia tersebut dapat dikatakan sebagai kapital. Anwar (2005) mengemukakan bahwa ada empat tipe, kapital, yaitu (1) man-made capital, seperti mesin, pabrik, bangunan dan bentuk infrastruktur dan teknologi lainnya, (2) natural capital, seperti sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan hidup, (3) human capital atau sumberdaya manusia yang dihubungkan dengan kuantitas dan kualitas penduduk, dan (4) sosial capital, lebih dikaitkan kepada fungsi kelembagaan dan budaya yang berbasis sosial. Human Capital. Manusia merupakan subyek dan sekaligus sebagai obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan, maka kualitas dan kuantitas penduduk diharapkan dapat mendukung dan diandalkan dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan manusia. Sebagai obyek pembangunan, penduduk diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya dengan menikmati hasilhasil pembangunan. Oleh karena itu, pengembangan (investasi) surnberdaya manusia merupakan hal yang sangat penting terutama dalam perencanaan strategi pembangunan. Bentuk-bentuk pengembangan sumberdaya manusia adalah 15

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan kemanusiaan purba yang bersifat laten dan aktual sekaligus. Ia telah ada sejak peradaban manusia ada dan hingga kini masih menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI : Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan daerah di Indonesia pada dasarnya didasari oleh kebijaksanaan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan daerah. Kebijaksanaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim ABSTRAK Pembangunan Wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sektor Unggulan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sektor unggulan adalah sektor yang keberadaannya pada saat ini telah berperan besar kepada perkembangan perekonomian suatu wilayah, karena mempunyai keunggulan-keunggulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang di dapat dari alam dan merupakan barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN

ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ii ABSTRACT MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN. Analysis of Northern

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian segala upaya pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian segala upaya pelaksanaan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pada hakekatnya pembangunan nasional ditujukan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian segala upaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Yetti Anita Sari Fakultas Geografi UGM; Yogyakarta E-mail: yettianitasari@gmail.com ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu faktor penting dalam perencanaan pembangunan daerah adalah membangun perekonomian wilayah tersebut agar memiliki daya saing yang tinggi agar terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan besar untuk menggerakkan roda perekonomian. Pada saat usaha besar tidak mampu mempertahankan eksistensinya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan pertanian dewasa ini telah berorientasi bisnis (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut usahatani (on-farm agribusiness)

Lebih terperinci

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

BAB VI LANGKAH KE DEPAN BAB VI LANGKAH KE DEPAN Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion 343 344 Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion LANGKAH LANGKAH KEDEPAN Seperti yang dibahas dalam buku ini, tatkala Indonesia memasuki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 20 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada awalnya ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita, dengan asumsi pada saat pertumbuhan dan pendapatan perkapita tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi suatu daerah pada hakekatnya merupakan rangkaian kegiatan integral dari pembangunan ekonomi nasional yang dilaksanakan terarah dan terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK TIPOLOGI WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS

KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK TIPOLOGI WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK TIPOLOGI WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS Studi Kasus Kawasan Kedungsapur di Provinsi Jawa Tengah DYAH KUSUMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang mengarah kearah yang lebih baik dalam berbagai hal baik struktur ekonomi, sikap, mental, politik dan lain-lain. Dari

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH. Universitas Tanjungpura Pontianak.

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH. Universitas Tanjungpura Pontianak. ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH ADE IRMAYADI 1), ERLINDA YURISINTHAE 2), ADI SUYATNO 2) 1) Alumni Magister Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah 8 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah merupakan tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan wilayah tersebut dengan meningkatkan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus di Bungakondang Kabupaten Purbalingga) BUDI BASKORO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 1 Oleh: Almasdi Syahza 2 Email: asyahza@yahoo.co.id Website: http://almasdi.staff.unri.ac.id Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2001 berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi daerah adalah salah satu indikator untuk mengevaluasi perkembangan/kemajuan pembangunan ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu (Nuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia agribisnis di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia umumnya merupakan suatu sistem pertanian rakyat dan hanya sedikit saja yang berupa sistem perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan. Orasi Ilmiah di Universitas Medan Area Tanggal 8 Mei 2004

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan. Orasi Ilmiah di Universitas Medan Area Tanggal 8 Mei 2004 SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan Orasi Ilmiah di Universitas Medan Area Tanggal 8 Mei 2004 Oleh : Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, MEc Rektor dan Senat Guru Besar

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan kearah perbaikan yang orientasinya pada pembangunan bangsa dan sosial ekonomis. Untuk mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara agraris karena dari 186 juta hektar luas daratan Indonesia sekitar 70 persennya lahan tersebut digunakan untuk usaha pertanian. Selain daratan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan papan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap individu manusia pasti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci