METODE MENEKAN KEHILANGAN HASIL PADI. Sigit Nugraha dan tim. Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Jl. Tentara Pelajar 12 Kampus Cimanggu, Bogor
|
|
- Erlin Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 METODE MENEKAN KEHILANGAN HASIL PADI Sigit Nugraha dan tim Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian Jl. Tentara Pelajar 12 Kampus Cimanggu, Bogor ABSTRAK Usaha untuk meningkatkan produksi telah berhasil dilakukan oleh pemerintah, namun belum diikuti dengan penanganan pascapanen dengan baik. Produksi padi yang melimpah di saat musim hujan mengundang berbagai masalah, terutama dalam proses penanganan panen dan pascapanen. Varietas padi yang ditanam pada saat ini adalah varietas unggul baru. Salah satu kelemahan dari varietas unggul adalah mudah rontok, jumlah anakan banyak, sehingga menyebabkan kehilangan pada saat panen dan perontokan tinggi. Disadari bahwa penanganan pascapanen secara tidak tepat dapat menimbulkan susut atau kehilangan baik mutu maupun fisik. Teknologi penekanan kehilangan hasil yang dipilih untuk diterapkan harus teknologi yang sesuai dengan spesifik lokasi. Teknologi tersebut tidak bertentangan dengan masyarakat pengguna, baik secara teknis, ekonomis maupun sosial budaya masyarakat setempat. Secara umum metode atau teknologi untuk menekan kehilangan hasil panen dapat ditempuh dengan sistem panen beregu, yang dilengkapi dengan unit alat perontok dengan penerapan proses yang baik (GMP). Dalam pembentukan sistem panen beregu terdapat perbedaan pada masing-masing lokasi atau daerah. Pada daerah dengan pemilikan lahan sempit, penerapan teknologi yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pengembangan sistem panen beregu dengan anggota 5 7 orang yang dilengkapi dengan 1 unit pedal thresher. Pada daerah pantura dengan pemilikan lahan yang luas pembentukan sistem beregu beranggotakan orang yang dilengkapi dengan 1-2 unit power thresher PENDAHULUAN Beras adalah bahan pangan sumber karbohidrat penting dan merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Kestabilan stok beras sangat besar pengaruhnya terhadap ketahanan pangan, kestabilan politik maupun ekonomi bangsa
2 Usaha untuk meningkatkan produksi telah berhasil dilakukan oleh pemerintah, namun belum diikuti dengan penanganan pascapanen dengan baik. Produksi padi yang melimpah disaat musim hujan mengundang berbagai masalah, terutama dalam proses penanganan panen dan pascapanen. Varietas padi yang ditanam pada saat ini adalah varietas unggul baru. Salah satu kelemahan dari varietas unggul adalah mudah rontok, jumlah anakan banyak, sehingga menyebabkan kehilangan pada saat panen dan perontokan tinggi. Disadari bahwa penanganan pascapanen secara tidak tepat dapat menimbulkan susut atau kehilangan baik mutu maupun fisik. Berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat kehilangan hasil panen antara lain varietas padi (beberapa varietas padi sangat mudah rontok yaitu golongan IR, dan varietas yang susah rontoh yang umumnya padi bulu/varietas Fatmawati), alat dan cara panen yang menentukan besar kecilnya kehilangan hasil, perilaku petani/penderep, umur panen, alat perontok, lokasi dan musim. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor: (1) teknologi belum sesuai baik secara teknis, ekonomis maupun sosial budaya lokal yang kondisinya beragam di tiap wilayah, dan (2) tidak ada insentif harga produk seperti gabah atau beras yang mutunya lebih baik sehingga petani mengabaikan cara penanganan padi yang baik. Selama kurun waktu 15 tahun kemudian, tingkat kehilangan hasil masih belum banyak berubah. Pada tingkat produksi padi mencapai 50 juta ton gabah kering giling (GKG), dapat diperkirakan bahwa jumlah kehilangan gabah menjadi kurang lebih 10 juta ton tiap tahun. Proses kehilangan ini terjadi pada setiap tahapan produksi padi, mulai dari panen, perontokan, pengeringan, pengangkutan, penggilingan dan penyimpanan. Persentase kehilangan yang tinggi terutama terjadi pada tahapan pemanenan dan perontokan padi, diperkirakan kehilangan di tahapan tersebut lebih besar dari 9% (BPS, 1996). Perbaikan data kehilangan hasil padi baru dapat diperoleh lagi pada kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh Ditjentan, BPS dan Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian pada tahun anggaran 2005, 2006 dan Pada pengukuran yang dilakukan kali ini ada perubahan metode terutama penggunaan petak kontrol untuk mengukur kehilangan panen yang diganti dengan penggunaan metode papan 9 yang
3 dikembangkan oleh IRRI. Sedangkan kehilangan pada saat penggilingan menggunakan metode penggilingan petani dan penggilingan skala laboratoris. Hasil pengukuran menunjukkan angka yang sangat kecil yaitu kehilangan pemanenan 1,57% dan kehilangan perontokan sebesar 0,98%. Angka-angka ini masih perlu dikaji lebih lanjut untuk mendapatkan angka kehilangan hasil yang valid yang dapat diterima semua pihak. Verifikasi pedoman umum metode pengukuran susut hasil sedang dilakukan oleh Balai Besar Litbang Pascapanen pada tahun anggaran PENANGANAN PASCA PANEN PADI A. Tahapan Pascapanen Padi Tahapan proses penanganan pascapanen padi yang dilakukan oleh petani dimulai dengan penentuan umur panen pada hamparan sawah. Penentuan umur panen dapat dilakukan secara visual dengan melihat kenampakan padi, melihat umur tanaman berdasarkan diskripsi masing-masing varietas yang dikeluarkan oleh Balai Besar Penelitian Padi maupun menggunakan tes kadar air gabah. Umur panen optimum sangat menentukan mutu maupun kehilangan hasil saat panen. Padi yang dipanen sebelum masak optimal akan menghasilkan kualitas gabah maupun beras yang kurang baik. Umumnya padi yang dipanen muda akan menghasilkan kualitas beras dengan persentase butir hijau dan butir mengapur yang tinggi. Rendemen beras giling rendah, dengan persentase beras pecah dan menir tinggi serta warna beras menjadi kusam. Tahapan kegiatan penanganan pascapanen dimulai dari penentuan umur panen sampai dengan penggilingan ditampilkan pada Gambar1.
4 Gambar 1. Diagram Alir Tahapan Kegiatan Penanganan Pascapanen Padi Padi siap panen Penentuan umur panen Pemotongan/pemanenan Penumpukan sementara di lahan Pengumpulan padi ke tempat perontokan Penumpukan/penundaan perontokan Perontokan Pengangkutan gabah ke rumah petani Penjemuran gabah Penyimpanan gabah Penggilingan B. Kehilangan Hasil Pascapanen Kegiatan pascapanen meliputi kegiatan pemanenan, perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan, dan pemasaran. Kehilangan hasil pasca panen sampai saat ini masih cukup tinggi, yaitu lebih dari 20%. Titik kritis kehilangan hasil terjadi pada tahapan pemanenan dan perontokan. Dengan tingkat kehilangan yang masih cukup tinggi, yaitu pada tahapan pemanenan kehilangan masih
5 berkisar 9%, dan pada tahapan perontokan masih lebih dari 4%. Teknologi penekanan kehilangan hasil pada tahapan kegiatan pemanenan dan perontokan yang telah dilakukan yaitu dengan rekayasa sosial budaya pada cara dan sistem panen, dapat menekan kehilangan hasil menjadi 5,9% (Setyono et al, 1995) Keragaan kehilangan hasil yang dilaksanakan BB pascapanen di tiga ekosistem menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan kehilangan hasil yang signifikan, yaitu berturut-turut kehilangan pada ekosistem lahan irigasi sebesar 13,35%, kehilangan pada ekosistem lahan tadah hujan sebesar 10,39 dan kehilangan hasil pada ekosistem lahan pasang surut sebesar 15,26% (Nugraha et al, 2007). Penekanan kehilangan hasil yang dapat di lakukan terutama pada proses pemanenan dengan panen secara berkelompok atau beregu dan perontokan padi dilakukan dengan menggunakan mesin perontok atau power thresher TEKNOLOGI PENEKANAN KEHILANGAN HASIL Titik kritis kehilangan terjadi pada tahapan pemanenan yang mencapai 9,19% dan pada tahapan perontokan sebesar 4,98% ( BPS, 1996), berbagai usaha telah dilakukan untuk menekan atau mengurangi tingkat kehilangan hasil tersebut. Perbaikan sistem penanganan pascapanen padi telah banyak dilakukan dengan tujuan antara lain (1) mengurangi atau menekan kahilangan hasil, (2) memperbaiki kualitas gabah dan beras, (3) meningkatkan rendemen giling serta harga jual beras. Teknologi penekanan kehilangan hasil pascapanen padi dapat diuraikan sebagai berikut: Teknologi Penentuan Umur Panen 1. Pengamatan Secara Visual Umur panen dapat ditentukan berdasarkan pengamatan visual dengan cara melihat kenampakan padi pada hamparan sawah. Umur panen optimal padi dicapai setelah 90-95% butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau kuning keemasan. Padi yang dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan gabah yang berkualitas sangat baik, dengan
6 kandungan butir hijau dan butir mengapur yang rendah. Padi yang dipanen pada kondisi optimum juga akan menghasilkan rendemen giling yang tinggi. 2. Pengamatan Teoritis (diskripsi varietas dan pengukuran kadar air gabah) Penentuan umur panen padi dengan dengan pengamatan teoritis dapat dilakukan dengan cara : (1) berdasarkan umur tanaman hari setelah berbunga rata (hsb) antara 30 sampai 35 hari setelah berbunga rata atau umur tanaman berdasarkan saat tanam (hst) yaitu antara hari setelah tanam, dan (2) penentuan umur panen berdasarkan kadar air gabah. Umur panen optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22-23% pada musim kemarau, dan antara 24-26% kadar air gabah pada musim penghujan (Darmajati, 1974; Damarjati et al, 1981) Teknologi Pemanenan Alat panen yang dipergunakan oleh petani telah berkembang mengikuti perkembanganya varietas padi baru yang telah dihasilkan. Alat pemotong malai padi ini berkembang dari ani-ani, kemudian menjadi sabit dan terakhir sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam untuk menekan kehilangan. Penggunaan sabit gerigi dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 % (Damarjati et al, 1990; Nugraha et al, 1990). Cara panen padi yang biasa dilakukan petani ada 3 yaitu cara panen potong bawah, cara panen potong tengah dan cara panen potong atas. Cara panen ini akan dipilih berdasarkan jenis atau cara perontokan yang digunakan. Jika padi digebot atau dirontokkan dengan alat pedal thresher maka padi dipanen dengan cara potong bawah. Cara panen potong atas atau potong tengah ditempuh jika padi rontok dengan alat perontok power thresher. Sistem panen yang dikenal pada saat ini adalah sistem panen bebas atau keroyokan, individu/monopoli dan beregu. Pada sistem bebas, jumlah pemanen pada satu luasan lahan tidak dibatasi. Pada sistem panen individu atau monopoli, satu luasan tertentu menjadi monopoli satu / dua keluarga pemanen. Pada sistem penan beregu jumlah pemanen antara 5-7 orang yang dilengkapi satu unit pedal thresher atau 15-20
7 orang yang dilengkapi 1 unit power thresher (Setyono et al, 1993a dan Setyono el al 1993b). Penumpukan dan Pengumpulan Padi Potensi kehilangan hasil yang dapat terjadi pada proses pemanenan padi adalah pada saat penumpukan dan pengumpulan padi untuk dirontok. Untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kehilangan hasil saat panen sebaiknya pada waktu penumpukan padi dan pengangangkutan menggunakan alas plastik, sehingga gabah yang rontok dan tercecer dapat ditampung dalam wadah tersebut. Penggunaan alas dan wadah pada saat penumpukan dan pengangkutan dapat menekan kehilangan hasil antara %. Teknologi Perontokan Perontokan adalah proses melepaskan butiran gabah dari malai padi yang dapat dilakukan melalui proses mekanis yaitu dengan proses menyisir atau membanting malai padi pada benda yang lebih keras ataupun alat perontok tertentu. Pada beberapa kasus, tidak semua petani langsug melakukan perontokan padinya setelah melakukan pemotongan. Di beberapa daerah penundaan perontokan atau terjadinya keterlambatan perontokan selalu terjadi. Beberapa hal yang mungkin terjadi selama proses penundaan antara lain : (1) terjadi kehilangan hasil yang disebabkan oleh gabah yang rontok selama penumpukan atau dimakan binatang, dan (2) terjadi kerusakan gabah karena adanya reaksi enzimatis, sehingga gabah cepat tumbuh berkecambah, terjadinya butir kuning, berjamur atau rusak. Hasil penelitian menunjukan terjadinya kerusakan dan kehilangan hasil panen akibat keterlambatan perontokan padi. Kerusakan gabah setelah penundaan perontokan selama 3 hari pada musim kemarau mencapai 2,84 %. Sedangkan kerusakan gabah karena penundaan padi selama 1 malam pada 3 agroekosistem berturut-turut sebesar 1,25% pada ekosistem irigasi, 1,47% pada lahan tadah hujan dan 1,85% pada lahan pasang surut. Tingginya persentase gabah rusak menyebabkan gabah tidak memenuhi standar kualitas yang
8 ditentukan (BSN, 2000). Gabah yang rusak karena tersengat serangga akan menimbulkan potensi terjadinya kerusakan karena infeksi jamur yang merugikan kesehatan bagi manusia. Untuk mendukung program keamanan pangan sebaiknya petani tidak melakukan penundaan perontokan padi disawah lebih dari satu malam. Terjadinya beras busuk dan berjamur diduga dapat menstimulir mikroba patogen yang merugikan bagi pencernaan manusia. Perbaikan teknologi penundaan perontokan dapat dilakukan dengan cara : (1) menggunakan alas plastik pada saat penundaan padi, dan (2) penundaan boleh dilakukan tetapi tidak boleh lebih dari satu malam dengan tinggi tumpukan padi tidak lebih dari 1 m. Dengan implementasi teknologi penundaan tersebut dapat menekan kehilangan hasil antara 1,35-3,12% dan menekan terjadi butir kuning dan rusak antara 1,77-2,22%. Perontokan padi merupakan tahapan setelah pemotongan padi (pemanenan). Tahapan kegiatan ini bertujuan untuk melepas gabah dari malai. Padi dirontok dengan mesin perontok. Ada beberapa tipe dan model mesin perontok yang telah dikembangkan, mulai dari mesin perontok manual pedal thresher dan mesin perontok padi mekanis power thresher. Kinerja alat perontok akan menentukan tingkat kehilangan hasil. Kecepatan putaran silinder perontok menentukan hasil perontokan, kehilangan hasil dan gabah yang tidak terontok karena masih menempel pada malai padi. Alat perontok pedal thresher berputar pada kecepatan rpm, sedangkan power thresher disarankan pada rpm. Penyebab utama kehilangan hasil pada perontokan padi adalah : (1) perilaku petani yang bekerja kurang hati-hati, (2) cara penggebotan dan frekuensi pembalikan padi, (3) kecepatan silinder perontok dan (4) besarnya alat plastik yang digunakan pada saat merontok. Penggunaan alat perontok dapat mengurangi jumlah gabah yang tidak terontok dan masih menempel pada malai padi. Hasil pengujian dari empat model mesin perontok type TH-6 menunjukkan bahwa kapasitas kerjanya berkisar antara
9 kg/j/unit. Penggunaan mesin perontok selain dapat menekan kerhilangan hasil juga dapat meningkatkan kapasitas dan mutu gabah. Introduksi alat/mesin panen stiper, reaper dan combine harvester juga sudah dilakukan. Unjuk kerja alat tersebut antara lain, stiper dengan kapasitas pemanenan 17 jam/ha jauh lebih cepat dibandingkan dengan panen secara manual (252jam/orang/ha), sedangkan combine harvester kapasitas panennya (5,05 jam/ha). Penggunaan stiper dapat menekan kehilangan panen dan perontokan 2,51%, sedangkan penggunaan reaper dapat menekan kehilangan hasil 6,1%. Keberadaan sistem kelompok/regu panen berpengaruh terhadap jumlah gabah yang tidak terontok dan jumlah gabah yang tercecer. Teknologi Pengeringan Untuk menghasilkan beras berkualitas baik, gabah hasil panen harus diturunkan kadar airnya secara cepat dengan penjemuran dengan sinar matahari langsung ataupun dengan alat pengering buatan. Gabah yang terlambat dikeringkan akan berakibat tidak baik terhadap kualitas berasnya. Hal ini disebabkan gabah hasil panen dengan kadar air tinggi dan kondisi lembab mengalami respirasi dengan cepat. Akibatnya butir gabah busuk, berjamur, berkecambah maupun mengalami reaksi browning enzimatis sehinga beras berwarna kuning/kuning kecoklatan. Kehilangan hasil pada tahapan penjemuran umumnya disebabkan oleh (1) fasilitas penjemuran seperti lantai jemur maupun alas lainnya yang kurang baik, sehingga banyak gabah yang tercecer dan terbuang saat proses penjemuran dan (2) adanya gangguan hewan seperti ayam, burung, kambing dll. Ada 2 cara pengeringan yang lazim digunakan oleh petani yaitu : (1) pengeringan dengan cara penjemuran langsung menggunakan sinar matahari, dan (2) pengeringan dengan menggunakan alat pengering buatan (artificial dryer). Pengeringan dengan sinar matahari (penjemuran) harus memperhatikan intensitas sinar, suhu pengeringan yang selalu berubah, ketebalan penjemuran dan frekuensi pembalikan. Penjemuran yang dilakukan tanpa memperhatikan hal-hal tersebut di atas dapat menyebabkan penurunan kualitas beras, misalnya beras akan menjadi pecah
10 waktu proses penggilingan. Penjemuran pada lapisan semen yang dilakukan dengan ketebalan yang tipis kurang dari 1 cm dapat mengakibatkan persentase beras pecah lebih dari 70% dengan rendemen giling rendah. Pengeringan dengan alat pengering buatan akan menghasilkan gabah berkualitas lebih baik, hal ini disebabkan suhu pengering, aliran udara panas dan laju penurunan kadar air dapat dikendalikan. Teknologi pengeringan gabah dengan bahan bakar sekam merupakan teknologi unggulan yang mudah untuk diimplementasikan karena biaya pengeringan yang murah dan efisien dengan kualitas yang baik. Teknologi Penyimpanan Petani umumnya menyimpan gabah dengan dua cara (1) sistem curah, yaitu gabah yang sudah kering dicurahkan pada satu tempat yang dianggap aman dari gangguan hama maupun cuaca, dan (2) cara penyimpanan dengan menggunakan kemasan/wadah seperti karung plastik, karung goni, pengki tenggok dan lain-lain. Kehilangan hasil saat penyimpanan disebabkan oleh kondisi kemasan, tempat penyimpanan, gangguan hama dan penyakit gudang dan keadaan cuaca setempat, kadar air gabah akan mengikuti kondisi keseimbangan udara luar. Pada wadah yang kedap udara umumnya kadar air penyimpanan tidak akan banyak mengalami perubahan, sedangkan pada konsisi wadah yang tidak kedap udara kadar air gabah akan mengikuti perubahan sesuai dengan kelembaban udara sekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehilangan hasil pada tahapan penyimpanan gabah pada agroekosistem padi lahan irigasi sebesar 1,37%, pada agroekosistem padi lahan tadah hujan sebesar 1.28% dan pada agroekosistem padi lahan pasang surut sebesar 2,24% (Nugraha el al, 2005) Lama penyimpanan akan berpengaruh terhadap kualitas gabah yang dihasilkan. Pada kondisi kadar air tinggi yang akan diikuti dengan kelembaban yang tinggi, kerusakan gabah selama penyimpanan akan semakin cepat. Teknologi Penggilingan Proses pengilingan adalah proses pengupasan gabah untuk menghasilkan beras yaitu dengan cara memisahkan lapisan lemma dan palea serta mengeluarkan biji
11 beras. Pada proses ini ada dua tipe alat penggilingan padi yang digunakan oleh petani yaitu : tipe penggilingan padi 1 phase (single pass) dan tipe penggilingan padi 2 phase (double pass). Penggilingan 1 phase yaitu proses pemecah kulit dan penyosoh menyatu, sehingga proses gabahnya masuk pada hoper pemasukan dan keluar sudah menjadi beras putih. Sedangkan pada penggilingan 2 phase, dipisahkan antara proses pemecah kulit dan proses penyosohan, sehingga merupakan dua tahap proses kegiatan. Dari dua cara penggilingan ini akan menghasilkan beras dengan kualitas yang berbeda. Kehilangan pada tahapan penggilingan umumnya disebabkan oleh penyetelan blower penghisap, penghembus sekam dan bekatul. Penyetelan yang tidak tepat dapat menyebabkan banyak gabah yang terlempar ikut ke dalam sekam atau beras yang terbawa ke dalam dedak. Hal ini menyebabkan rendemen giling rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehilangan hasil pada tahapan penggilingan di agroekosistem padi lahan irigasi sebesar 2,16%, pada agroekosistem padi lahan tadah hujan sebesar 2,35% dan pada agroekosistem padi lahan pasang surut sebesar 2,60% (Nugraha et al, 2005). Kualitas beras akan ditentukan dalam proses penyosohan (polish). Proses yang baik akan menghasilkan beras dengan penampakan yang cerah dan mengkilat, serta derajat sosoh yang tinggi. Proses penyosohan yang tidak baik akan menghasilkan beras kusam, miling meter yang rendah dan persentase beras pecah dan menir yang tinggi. Proses penyosohan berpengaruh terhadap kualitas penampakan beras yang beras dari 3 agroekosistem yang berbeda. Beras yang dihasilkan dari ekosistem irigasi menghasilkan beras yang lebih baik, hal ini ditunjukkan dengan derajat sosoh (miling degree) yang tinggi yaitu mencapai 94.0% diikuti dengan beras yang dihasilkan dari tadah hujan dengan sosoh 93.0% dan beras dari lahan pasang surut dengan derajat sosoh 89.0% Kualitas beras juga ditentukan oleh kecerahan maupun warna putih yang dikandungnya yang dapat ditentukan dengan parameter whitenes dan transparancy.
12 Kehilangan Kualitas/ Penurunan Mutu Di dalam sistem tataniaga dan perdagangan beras, kualitas fisik beras sangat menentukan. Penurunan kualitas fisik dapat menyebabkan kehilangan bobot maupun kehilangan nutrisi beras. Kedua hasil tersebut dapat menyebabkan jatuhnya harga jual gabah maupun beras. Selain kehilangan bobot di dalam perlakuan penanganan pascapanen yang salah dapat menyebabkan kehilangan kualitas kimia. Kehilangan tersebut dapat terjadi karena (1) terjadi penundaan atau keterlambatan perontokan, (2) penumpukan padi di sawah yang terlalu lama, (3) terjadinya keterlambatan dalam proses penjemuran/pengeringan dan (4) kerusakan yang terjadi karena kondisi penyimpanan yang tidak memenuhi syarat. Kerusakan kualitas fisik gabah dapat berupa meningkatnya persentase gabah retak yang berpengaruh terhadap rendemen giling, terjadinya penurunan densitas dan bobot 1000 butir, terjadi kerusakan gabah seperti gabah tumbuh, gabah busuk, gabah berkecambah, gabah berjamur dan berwarna kuning. Hasil penelitian menunjukan terjadinya kehilangan kualitas fisik antara %, yang terjadi pada saat penundaan perontokan sebesar % dan terjadi pada saat penyimpanan gabah diikuti petani sebesar %. Kehilangan Nutrisi Kehilangan nutrisi dapat terjadi karena berkurangnya unsur-unsur kimia penting pada beras karena kesalahan dalam penanganan segar maupun penanganan selama penyimpanan. Penurunan nutrisi juga dapat terjadi karena reaksi oksidasi yang dapat menyebabkan meningkatnya kandungan asam lemak bebas, sehingga beras menjadi tengik dan bahkan mengandung unsur racun (toxin) yang berbahaya bila dikonsumsi manusia. Terjadinya penurunan kadar air gabah selama penyimpanan antara % karena adanya kadar air keseimbangan antara suhu dan kelembaban masingmasing lokasi penyimpanan. Dengan terjadinya perubahan kadar air, maka akan terjadi pula perubahan keseimbangan unsur-unsur mikro yang terdapat dalam beras
13 diantaranya terjadi kenaikan kadar abu antara %, kadar serat antara %, dan kadar karbohidrat antara %. Penyimpanan gabah selam 5 bulan belum menunjukkan adanya perubahan nyang nyata terhadap kandungan asam lemak bebas, sehingga belum menimbulkan bau tengik pada beras. Hal ini diduga karena pada penyimpanan gabah lapisan aleuron atau lapisan bekatul yang banyak mengandung asam lemak masih tertutup kulit sekam (karyopsis), sehingga terjadi oksidasi asam lemak bebas dapat dihindari, beda kalau penyimpanan tersebut dilakukan pada beras pecah kulit (Nugraha et al, 1989). LANGKAH-LANGKAH DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PENEKANAN KEHILANGAN HASIL Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan teknologi penekanan kehilangan hasil pascapanen padi adalah bahwa secara ekonomis penerapan teknologi tersebut memberikan keuntungan dan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait, seperti petani, buruh tani, kelompok tani maupun pengusaha jasa alsintan. Adapun langkahlangkah yang harus ditempuh sebagai berikut. 1. Peningkatan Kemampuan dan Ketrampilan Petani. Upaya perbaikan penanganan pascapanen sebaiknya dimulai dengan peningkatan kemampuan dan ketrampilan petani dalam hal pascapanen padi, yang dimulai dengan pengenalan tahapan pascapanen, titik kritis tahapan pascapanen yang dapat menimbulkan potensi kehilangan serta cara mengatasi atau menekan kehilangan tersebut. 2. Teknologi Spesifik Lokasi Teknologi penekanan kehilangan hasil yang dipilih untuk diterapkan harus teknologi yang sesuai dengan spesifik lokasi. Teknologi tersebut tidak bertentangan dengan masyarakat pengguna, baik secara teknis, ekonomis maupun sosial budaya masyarakat setempat. Sebagai contoh, dalam pembentukan sistem panen beregu terdapat perbedaan pada masing-masing lokasi atau daerah. Pada daerah dengan
14 pemilikan lahan sempit, penerapan teknologi yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pengembangan sistem panen beregu dengan anggota 5 7 orang yang dilengkapi dengan 1 unit pedal thresher. Sedangkan ditempat lain dapat dikembangkan sistem panen beregu dengan anggota orang yang dilengkapi 1 unit power thresher. 3. Pembentukan dan Pemberdayaan Kelompok Upaya perbaikan penanganan dan penekanan kehilanganh hasil panen dengan penerapan teknologi pascapanen yang baru, sebaiknya dilakukan secara berkelompok yang bersifat komersial dan mandiri, baik oleh kelompok tani, regu panen, dan pengusaha jasa alsintan dengan cara membentuk kelembagaan jasa pemanen, jasa perontok, jasa penjemuran, dan jasa penggilingan, sehingga nilai tambah yang diperoleh dapat dirasakan oleh seluruh anggota kelompok. 4. Manajemen Lapangan Penyusunan rencana operasional jasa pemanenan, jasa perontokan, jasa pengeringan dan jasa penggilingan dapat dihitung berdasarkan pesanan petani yang sesuai dengan RDK (Rencana Difinitif Kelompok), luas areal dalam satu kelompok sesuai dengan jumlah dan kapasitas alsintan pada satu daerah. Alokasi pekerjaan tersebut nantinya dapat diintegrasikan dalam penyusunan rencana kelompok. Dengan demikian penerapan teknologi penekanan kehilangan hasil yang sesuai akan sangat efektif dan efisien. 5. Pelatihan dan Pembinaan SDM Untuk menunjang keberhasilan dalam penerapan teknologi penekanan kehilangan hasil, sebaiknya disiapkan terlebih dahulu SDM yang mumpuni dan mampu untuk menjalankan segala kegiatan. Peningkatan kemampuan dapat dilakukan melalui pelatihan dan pembinaan SDM baik dalam penggunaan atau pengoperasian alat sampai dengan teknik-teknik perbengkelan.
15 6. Pembinaan Kelembagaan Penerapan teknologi penekanan kehilangan hasil perlu didukung kelembagaan yang kuat, misalnya kelembagaan keuangan desa, kelembagaan penyuluhan, kelembagaan teknis, penyebaran informasi, yang diperkuat dengan kebijakan dan aturan yang dikeluarkan dari instansi terkait dalam pelaksanaannya. V. DAFTAR PUSTAKA Ananto, E.E, Sutrisno, Astanto dan Soentoro Pengembangan alat dan mesin pertanian menunjang sistem usaha tania dan perbaikan pascapanen di lahan pasang surut Sumatera Selatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Biro Pusat Statistik, Survei susut pascapanen MT 1994/95 dan MT Kerjasama BPS, Ditjen Tanaman Pangan, Badan Pengendali Bimas, Bulogbapenas, IPB, dan Badan Litbang Pertanian. BSN Sistem Manajemen Mutu Persyaratan SNI Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. Damardjati, D.S., Pengaruh tingkat kematangan padi (Oryza sativa L.) terhadap sifat dan mutu beras. Thesis MS Institut Pertanian Bogor. Damardjati, D.S., H. Suseno dan S. Wijandi, Penentuan umur panen optimum padi sawah (Oryza sativa L.). Penelitian Pertanian 1:19:26. Nugraha, S., A. Setyono dan D.S. Damarjati Pengaruh keterlambatan perontokan padi terhadap kehilangan hasil dan mutu. Laporan Hasil Penelitian 1988/89. Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi. Nugraha, S., A. Setyono dan Sutrisno, Perbaikan penanganan pascapanen padi melalui penerapan teknologi perontokan. Simposium penelitian tanaman pangan IV. Bogor, November Nugraha, S., Sudaryono., R. Rachmat dan S. Lubis Pengaruh keterlambatan perontokan padi terhadap kehilangan dan mutu hasil. Seminar Ilmu Pertanian Wilayah Barat. Universitas Sriwijaya. Palembang, Oktober 1999.
16 Nugraha, S., Sudaryono, Syafaruddin Lubis, Naning Saputra, Ridwan Thahir, BAS Santosa, Ridwan Rachmat dan Mulyana Hadi Pernata, Laporan Balai Besar Libang Pascapanen Pertanian. Bogor Nugraha, S., R. Thahir dan Sudaryono Keragaan Kehilangan Hasil Pascapanenb padi pada 3 (tiga) Agroekosistem. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. Vol. 3. Nomor 1 Tahun Rachmat, R., A. Setyono dan S. Nugraha Evaluasi sistem pemanenan beregu menggunakan beberpa mesin perontok. Agrimek. Vol 4 dan 5 No. 1 (1992/1993) Safaruddin L., Soeharmadi, S. Nugraha dan A. Setyono Sistem pemanenan padi untuk meningkatkan mutu dan mengurangi kehilangan hasil. Media Penelitian. Sukamandi. No. 13 Hal Setyono, A., Sutrisno da S. Nugraha Pengujian pemanenan padi sistem kelompok dengan memanfaatkan kelompok jasa pemanen dan jasa perontok. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Setyono, A., S. Nugraha. R. Thahir dan A. Hasanuddin Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi Agustus 1995.
17 Lampiran : Metode menekan susut panen padi Tahap Pemanenan Panen dan perontokan dilakukan oleh kelompok pemanen dengan anggota 5-7 orang yang dilengkapi satu unit pedal thresher Saat panen ditentukan berdasarkan penempakan malai padi di lahan sawah 80-90% berwarna kuning. Waktu panen dilakukan pada kondisi lahan rata dan kering, cuaca cerah antara pukul WIB). Cara panen dilakukan dengan potong bawah (5-10 cm di atas permukaan tanah) bila alat perontok gebotan atau pedal thresher atau potong atas bila alat perontoknya power thresher) dengan sabit. Padi yang telah dipotong dikumpulkan atau digunduk dengan menggunakan alas plastik ukuran 1 m x 1 m. Setelah proses pemotongan padi, gundukan beserta alas diangkut ke lokasi perontokan yang beralas plastik/ terpal ukuran 6 m x 6 m. Tahap Perontokan Perontokan menggunakan pedal thresher yang dioperasikan 2 orang. Dengan cara mengumpankan satu genggam padi (maksimum 1 kg) Pada thresher yang berputar. Pengumpanan dilakukan dengan memegang pangkal batang jerami (sistem hole in), dengan 4-5 kali balikansampai bersih dengan kayuhan normal untuk menghasilkan putaran optimal ( rpm). Gabah hasil perontokan dibersihkan secara manual dengan menggunakan sapu atau diangin-anginkan Gabah bersih dimasukkan ke dalam karung yang utuh dan diikat Gabah siap diangkut kerumah petani dengan menggunakan sepeda atau mobil Gabah segara dikeringkan (maksimum 1 malam di dalam karung) Tahap Penjemuran Alas penjemuran lantai jemur semen atau terpal plastik luas 6 m x 6 m untuk kapasitas penjemuran 450 kg. Tebal penjemuran 3 cm, lama penjemuran 2 hari, dibalik sambil dibersihkan kotorannya setiap dua jam sekali. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pengering bahan bakar sekam yang lebih ekonomis dan efisien serta mutu gabah terjamin. Pengeringan sampai kadar air 14%. Gabah kering giling diistirahatkan selama satu malan (tempering time). Kemudian gabah dapat langsung digiling atau dikemas dalam karung plastik yang diikat serta disimpan ditempat kering sampai maksimal 4 bulan dsengan alas balok kayu.
18 Tahap Penggilingan Model penggilingan padi yang baik adalah penggilingan statis sistem double pass Umur ekonomis mesin penggiling lebih dari 10 tahun dengan perawatan yang rutin Penggantian rubber roll dilakukan setelah kapasitas ton gabah kering giling Penggantian besi penyosohsetelah kapasitas ton gabah kering giling Putaran mesin penyosoh rpm Katup pengepres pengeluaran beras disesuaikan denganstandar kualitas beras dan konsisten Penggilingan padi menggunakan ayakan gabah maupun ayakan beras Asal bahan baku gabah memenuhi persyaratan mutu gabah (kadar air 14%, hampa/ kotoran 5%, butir hijau 3% dan butir kuning/rusak 3%.
II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL
II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Selama waktu panen, susut dapat terjadi karena ada gabah yang rontok di lahan akibat cara panen yang tidak benar atau akibat
Lebih terperinciTEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS
TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA
AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik
Lebih terperinciPANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI
PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi 11: PANEN DAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada
Lebih terperinciJember, Juli, 2011 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2011] Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) Abstrak
Penggunaan Mesin Perontok untuk Menekan Susut dan Mempertahankan Kualitas Gabah (The Use of Power Thresher to Reduce Losses and Maintain Quality of Paddy) Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) 1) Departemen
Lebih terperinciPENYIMPANAN GABAH KERING Oleh : M Mundir BP3K Nglegok
PENYIMPANAN GABAH KERING Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG II. TUJUAN Kegiatan penyimpanan gabah kering merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam usaha mempertahankan mutu gabah kering
Lebih terperinciKERAGAAN KEHILANGAN HASIL PASCAPANEN PADI PADA 3 (TIGA) AGROEKOSISTEM
KERAGAAN KEHILANGAN HASIL PASCAPANEN PADI PADA 3 (TIGA) AGROEKOSISTEM Sigit Nugraha, Ridwan Thahir, dan Sudaryono Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian ABSTRAK Perbaikan teknik budidaya
Lebih terperinciPENGGILINGAN GABAH KERING Oleh : M Mundir BP3K Nglegok
PENGGILINGAN GABAH KERING Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG Penggilingan adalah proses pemisahan sekam dan kulit luar dari biji padi agar diperoleh beras yang dapat dikonsumsi II. TUJUAN Setelah
Lebih terperinciEVALUASI MUTU BERAS DI PROPINSI JAWA BARAT, JAWA TENGAH, DAN JAWA TIMUR HASIL PANEN MUSIM KEMARAU 2007
EVALUASI MUTU BERAS DI PROPINSI JAWA BARAT, JAWA TENGAH, DAN JAWA TIMUR HASIL PANEN MUSIM KEMARAU 2007 Sigit Nugraha Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian ABSTRAK Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan
Lebih terperinciPersyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang
PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3
LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI Disusun oleh: Kelompok 3 Arya Widura Ritonga Najmi Ridho Syabani Dwi Ari Novianti Siti Fatimah Deddy Effendi (A24051682) (A24051758)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Rantai Pasok Rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasi pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer,
Lebih terperinciPANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca
Lebih terperinciMETODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian
15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN
Konfigurasi Mesin Penggilingan Padi Untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling (Rice Milling Machine Configuration to Reduce Losses and Increase Milling Yield) Rokhani Hasbullah, Anggitha Ratri
Lebih terperinciPENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok
PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG Kegiatan pengeringan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam usaha mempertahankan mutu gabah. Kadar air gabah yang baru dipanen
Lebih terperinciPENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN
PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan
Lebih terperinciPETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah
Lebih terperinciALAT DAN MESIN PANEN PADI
ALAT DAN MESIN PANEN PADI Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia dari jaman ke jaman, cara pemungutan hasil (panen) pertanian pun tahap demi tahap berkembang sesuai dengan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kilang Padi Bersama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan padi menjadi beras atau penggilingan padi (Rice Milling
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan (gramineae) yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia sejak lama. Beras merupakan kebutuhan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Mekar Tani, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang dan Balai Besar Penelitian dan
Lebih terperinciMenurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (1999) tujuan. pemanenan padi adalah untuk mendapatkan gabah dari lapangan pada tingkat
I. PENANGANAN PANEN A. Kriteria Panen Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (1999) tujuan pemanenan padi adalah untuk mendapatkan gabah dari lapangan pada tingkat kematangan optimal,
Lebih terperinciINFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI. OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS. Informasi Praktis Balitkabi No.:
INFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS Informasi Praktis Balitkabi No.:2015-12 Disajikan pada: Workshop Optimalisasi Pengembangan Mekanisasi Usahatani Kedelai Serpong,
Lebih terperinciPETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI
PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASKA PANEN KEDELAI A.
Lebih terperinciUNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1
UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 Hanim Zuhrotul A 2, Nursigit Bintoro 2 dan Devi Yuni Susanti 2 ABSTRAK Salah satu faktor yang mengakibatkan kehilangan hasil pada produk pertanian tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai media untuk menanam padi. memprihatinkan, dimana negara Indonesia yang memiliki lahan yang cukup luas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, sehingga padi termasuk tanaman prioritas. Hampir diseluruh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling
Lebih terperinciPertemuan ke-14. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa
Pertemuan ke-14 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian 2. Khusus
Lebih terperinciALAT DAN MESIN PANEN HASIL PERTANIAN drh. Saiful Helmy, MP
ALAT DAN MESIN PANEN HASIL PERTANIAN drh. Saiful Helmy, MP Proses panen padi dimulai dengan pemotongan bulir padi yang sudah tua (siap Panen) dari batang tanaman padi, dilanjutkan dengan perontokan yaitu
Lebih terperinciRANCANG BANGUN DAN UJI TEKNIS ALAT PERONTOK PADI SEMI MEKANIS PORTABEL
RANCANG BANGUN DAN UJI TEKNIS ALAT PERONTOK PADI SEMI MEKANIS PORTABEL Mislaini R Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas-Padang 25163 Email: mislaini_rahman@yahoo.co.id ABSTRAK Rancang bangun
Lebih terperinciGambar. Diagram tahapan pengolahan kakao
PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan komoditas pangan unggulan Provinsi Lampung. Produksi padi yang dihasilkan di Provinsi Lampung secara
Lebih terperinciPengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik
Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Mutu Fisik Beberapa Beras Aromatik Beras aromatik adalah beras yang popular saat ini baik di dalam dan luar negeri karena mutu yang baik dan aroma yang wangi. Banyak
Lebih terperinciEVALUASI PENERAPAN SOP PANEN DAN PASCA PANEN PADI SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENDAPATAN DI DESA KARANGWANGI KECAMATAN CIRANJANG KABUPATEN CIANJUR
EVALUASI PENERAPAN SOP PANEN DAN PASCA PANEN PADI SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENDAPATAN DI DESA KARANGWANGI KECAMATAN CIRANJANG KABUPATEN CIANJUR Oleh : Rosda Malia, S.P., M.Si * Rina Triana, S.P ** RINGKASAN
Lebih terperinciKARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH
KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH Zahara Mardiah dan Siti Dewi Indrasari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi ABSTRAK Permintaan beras berkualitas
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS
TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI Oleh: Ir. Nur Asni, MS Jagung adalah komoditi penting bagi perekonomian masyarakat Indonesia, termasuk Provinsi
Lebih terperinciPANEN DAN PASCA PANEN PADI
PANEN DAN PASCA PANEN PADI Penanganan pasca panen padi merupakan kegiatan sejak padi dipanen sampai menghasilkan produk antara (intermediate product) yang siap dipasarkan. Dengan demikian, kegiatanpenanganan
Lebih terperinciANALISIS MODEL PENGOLAHAN PADI (Studi Kasus di Kabupaten Lombok Timur, NTB)
Jurnal Enjiniring Pertanian ANALISIS MODEL PENGOLAHAN PADI (Studi Kasus di Kabupaten Lombok Timur, NTB) (Analysis of Rice Processing Models) (Case Study in Est. Lombok, West Nusa Tenggara) Sigit Nugraha
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak
Lebih terperinciPerbaikan Teknologi Pascapanen Padi di Lahan Suboptimal. The Improvement of Rice Postharvest Technology in Sub-Optimal Land
Jurnal Lahan Suboptimal ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015 (Online) Vol. 1, No.2: 186-196, Oktober 2012 Perbaikan Teknologi Pascapanen Padi di Lahan Suboptimal The Improvement of Rice Postharvest
Lebih terperinciGambar 14. Grafik Jumlah Butir per Malai pada Beberapa Varietas Padi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Karakteristik Tanaman Padi Tanaman padi memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan varietas padi. Karakteristik yang dimiliki menjadi suatu kelebihan atau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman jagung ( Zea mays L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan
Lebih terperinciDukat Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon
PENGARUH UMUR PANEN DAN KULTIVAR PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP MUTU FISIK BERAS GILING Dukat Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon ABSTRAK Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh interaksi umur panen
Lebih terperinciPENGARUH KETEBALAN DAN JENIS ALAS PENJEMURAN GABAH (Oryza Sativa L.) TERHADAP MUTU FISIK BERAS GILING KULTIVAR CIHERANG
PENGARUH KETEBALAN DAN JENIS ALAS PENJEMURAN GABAH (Oryza Sativa L.) TERHADAP MUTU FISIK BERAS GILING KULTIVAR CIHERANG R. Hempi Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk
Lebih terperinciTeknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP
Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Ir. Linda Yanti M.Si BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAMBI 2 0 1 7 1 Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A. Varietas Padi
II. TINJAUAN PUSTAKA Penanganan pasca panen padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu penentuan saat panen, pemanenan, penumpukan sementara di lahan sawah, pengumpulan padi di tempat perontokan, penundaan
Lebih terperinciTeknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk
Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan
Lebih terperinciTeknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani
Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. padi jika dibandingkan dengan tanaman-tanaman lainnya seperti tanaman jagung
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan komoditi pangan unggulan di Indonesia sehingga di Indonesia mayoritas petani lebih memilih menanami sawahnya dengan tanaman padi jika dibandingkan dengan
Lebih terperinciPenanganan Susut Panen dan Pasca Panen Padi Kaitannya dengan Anomali Iklim di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Planta Tropika Journal of Agro Science Vol 3 No 2 / Agustus 2015 Penanganan Susut Panen dan Pasca Panen Padi Kaitannya dengan Anomali Iklim di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta DOI 10.18196/pt.2015.046.100-106
Lebih terperinciINOVASI TEKNOLOGI PASCAPANEN UNTUK MENGURANGI SUSUT HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU GABAH/BERAS DI TINGKAT PETANI
INOVASI TEKNOLOGI PASCAPANEN UNTUK MENGURANGI SUSUT HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU GABAH/BERAS DI TINGKAT PETANI Sigit Nugraha Instalasi Laboratorium Pascapanen Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Lebih terperinciMasa berlaku: Alamat : Situgadung, Tromol Pos 2 Serpong, Tangerang Februari 2010 Telp. (021) /87 Faks.
Nama Laboratorium : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian ; Ir. H. Koes Sulistiadji, M.S. Mekanik Traktor roda empat Pengukuran dimensi : - Dimensi unit traktor IK-SP TR4: 2007 butir 1 - Dimensi
Lebih terperinciMESIN PANEN PADI TIPE SISIR (IRRI STRIPPER GATHERED SG
MESIN PANEN PADI TIPE SISIR (IRRI STRIPPER GATHERED SG 800) Oleh : Ir. H. Koes Sulistiadji, MS Perekayasa Madya pada Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Badan Litbang, Deptan ------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciTeknik Penanganan Pascapanen Padi untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling
A R T I K E L Teknik Penanganan Pascapanen Padi untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling Rokhani Hasbullah a dan Anggitha Ratri Dewi b a Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciPermasalahan bila padi tidak segera dikeringkan ialah : 1. Secara teknis apabila gabah tidak segera dikeringkan akan terjadi kerusakan pada butir
1.1 latar Belakang Gabah dikenal dengan nama latin ORYZA SATIVA adalah famili dari rumput rumputan (GRAMINEAE) merupakan salah satu bahan makanan dari biji bijian tertua didunia yang dikonsumsi sebagian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengangkutan Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan padi setelah panen dari sawah atau rumah ke Pabrik Penggilingan Padi (PPP). Tingkat kehilangan hasil dalam tahapan pengangkutan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN Tinjauan Pustaka Menurut Tharir (2008), penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia,
Lebih terperinciGambar 15. Gambar teknik perontok padi hasil rancangan (O-Belt Thresher) 34
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prototipe Perontok Padi Tipe Pedal Hasil Rancangan (O-Belt Thresher) Prototipe perontok padi ini merupakan modifikasi dari alat perontok padi (threadle thresher) yang sudah ada.
Lebih terperinciUJI PERFORMANSI MESIN PEMANEN DAN PERONTOK TYPE MOBIL COMBINE HARVESTER TERHADAP KEHILANGAN HASIL PADI
Jurnal AGROTEK Vol. 5 No. 1, Februari 2018. ISSN 2356-2234 (print), ISSN 2614-6541 (online) Journal Homepage: http://journal.ummat.ac.id/index.php/agrotek UJI PERFORMANSI MESIN PEMANEN DAN PERONTOK TYPE
Lebih terperinciPENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG
PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN
Lebih terperinciBEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH
BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH SNI 6128:2015 BERAS Ruang lingkup : SNI ini menetapkan ketentuan tentang persyaratan mutu, penandaan dan pengemasan semua jenis beras yang diperdagangkan untuk konsumsi.
Lebih terperinciJl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.
Pengukuran Rendemen Beras dengan Penjemuran Sistem Oven Dryer pada Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Serang (Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Makmur Desa Singarajan Kecamatan Pontang Kabupaten Serang
Lebih terperinciPada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah
Lebih terperinciPANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN KEDELAI
PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PANEN
Lebih terperinciPEMBUATAN TEPUNG JAGUNG
PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG Qanytah Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu
26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu dan Laboratorium Rekayasa dan Bioproses Pascapanen, Jurusan
Lebih terperinciWNWLlSlS PEMlLlHAN CARA PANEN DAN PERONTOKAN PAD% SERTA KEBUTUHAN PERALATAN DI KECAMATAN JAT!SARI, KARAWANG, JAWA BARAT
WNWLlSlS PEMlLlHAN CARA PANEN DAN PERONTOKAN PAD% SERTA KEBUTUHAN PERALATAN DI KECAMATAN JAT!SARI, KARAWANG, JAWA BARAT Oleh : REKY HENDRAWAN F 26.1347 1995 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinci50kg Pita ukur/meteran Terpal 5 x 5 m 2
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai dengan Februari 2010. Pembuatan desain prototipe dilakukan di laboratorium Teknik
Lebih terperinciKERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR
KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR Charles Y. Bora 1 dan Buang Abdullah 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Balai Besar Penelitian
Lebih terperinciLaporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani
84 Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Pascapanen Upaya pemerintah untuk mencapai swasembada beras ditempuh melalui berbagai cara, salah
Lebih terperinciCara pengeringan. Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan.
Cara pengeringan Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan. Prinsip pengeringan adalah CEPAT agar penurunan kualitas dapat ditekan. Cara pengeringan 1. Sinar matahari. Untuk
Lebih terperinciPerhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014
Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN TINGKAT KECERAHAN BERAS GILING (ORYZA SATIVA L.) PADA BERBAGAI PENGGILINGAN BERAS Budidarmawan Idris 1, Junaedi
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU PENUNDAAN DAN CARA PERONTOKAN TERHADAP HASIL DAN MUTU GABAH PADI LOKAL VARIETAS KARANG DUKUH DI KALIMANTAN SELATAN
PENGARUH WAKTU PENUNDAAN DAN CARA PERONTOKAN TERHADAP HASIL DAN MUTU GABAH PADI LOKAL VARIETAS KARANG DUKUH DI KALIMANTAN SELATAN Susi Lesmayati 1, Sutrisno 2, dan Rokhani Hasbullah 2 1 Balai Pengkajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi
Lebih terperinciMODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA
MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah negara pengekspor beras. Masalah ketahanan pangan akan lebih ditentukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen beras yang besar, tetapi kebutuhan konsumsi beras dan pertumbuhan penduduk yang besar menyebabkan Indonesia tidak mampu menjadi
Lebih terperinciMEKANISME DAN KINERJA PADA SISTEM PERONTOKAN PADI 1. Heny Herawati 2
MEKANISME DAN KINERJA PADA SISTEM PERONTOKAN PADI 1 Heny Herawati 2 ABSTRAK Faktor efisiensi pelaksanaan kegiatan di lapangan menjadi faktor utama dalam pemilihan jenis, sistem dan alat yang dapat mendukung
Lebih terperinciPENGOLAHAN BUAH LADA
PENGOLAHAN BUAH LADA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN Lada memiliki nama latin Piper nigrum dan merupakan family Piperaceae. Lada disebut juga sebagai raja dalam kelompok rempah
Lebih terperinciOLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI
OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI Secangkir kopi dihasilkan melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen hingga ke penyajian akhir. Hanya
Lebih terperinciANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)
ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon) Engkos Koswara Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Majalengka Email : ekoswara.ek@gmail.com
Lebih terperinciPERBAIKAN TEKNOLOGI PASCAPANEN DALAM UPAYA MENEKAN KEHILANGAN HASIL PADI 1)
Pengembangan Inovasi Pertanian 3(3), 2010: 212-226 PERBAIKAN TEKNOLOGI PASCAPANEN DALAM UPAYA MENEKAN KEHILANGAN HASIL PADI 1) Agus Setyono Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jalan Raya No. 9 Sukamandi,
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, padi adalah komoditas strategis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Hingga saat ini padi atau beras
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Tidak hanya di Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin berkembang tidak seiring dengan kesejahteraan para petani beras di Indonesia khususnya.ketidaksejahteraan petani ini disebabkan
Lebih terperinciSTUDI KAPASITAS KERJA DAN SUSUT PEMANENAN RICE COMBINE HARVESTER DI DESA SUKAMANDI, SUBANG, JAWA BARAT LEDYTA HINDIANI
STUDI KAPASITAS KERJA DAN SUSUT PEMANENAN RICE COMBINE HARVESTER DI DESA SUKAMANDI, SUBANG, JAWA BARAT LEDYTA HINDIANI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. yang kerap kali menjadi masalah. Masalah yang dihadapi adalah pertumbuhan
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan bahan pangan terutama beras, banyak ditemui problematika yang kerap kali menjadi masalah. Masalah yang dihadapi adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanganan pascapanen komoditas pertanian mejadi hal yang tidak kalah pentingnya dengan penanganan sebelum panen. Dengan penanganan yang tepat, bahan hasil pertanian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT
PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT I.Gunarto, B. de Rosari dan Tony Basuki BPTP NTT ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di hamparan
Lebih terperinciPertemuan ke-13. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa
Pertemuan ke-13 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian. 2. Khusus
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi Umumnya alat pengolahan padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih gabah, mesin penyosoh beras,
Lebih terperinciPENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1
PENDAHULUAN Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L) telah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia, namun baru saat ini sedang dalam pengembangannya baik oleh perkebunan rakyat maupun oleh perkebunan
Lebih terperinciInovasi Teknologi Untuk Pengelolaan Padi (Oryza sativa) Pada Proses Pengeringan dan Penggilingan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan
Inovasi Teknologi Untuk Pengelolaan Padi (Oryza sativa) Pada Proses Pengeringan dan Penggilingan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Technological Innovation for Management of Rice (Oryza sativa) During
Lebih terperinciTANAMAN PENGHASIL PATI
TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica
Lebih terperinciPeluang Usaha Budidaya Cabai?
Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka
Lebih terperinciISSN eissn Online
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 17 (1):66-76 http://www.jptonline.or.id ISSN 1410-5020 eissn Online 2047-1781 Evaluasi Kualitas Beras Giling Beberapa Galur Harapan Padi Sawah (Oryza Sativa L.)
Lebih terperinci