RANCANG BANGUN APLIKASI PENGENDALIAN DOKUMEN SISTEM MANAJEMAN MUTU DENGAN IDENTIFIKASI BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN ABDUL TAHIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANG BANGUN APLIKASI PENGENDALIAN DOKUMEN SISTEM MANAJEMAN MUTU DENGAN IDENTIFIKASI BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN ABDUL TAHIR"

Transkripsi

1 RANCANG BANGUN APLIKASI PENGENDALIAN DOKUMEN SISTEM MANAJEMAN MUTU DENGAN IDENTIFIKASI BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN ABDUL TAHIR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Rancang Bangun Aplikasi Pengendalian Dokumen dengan Identifikasi Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Oktober 2011 Abdul Tahir NRP G

3 ABSTRACT ABDUL TAHIR. Design and Development of Document Control for Quality Management System using Neural Network. Under Direction of MEUTHIA RACHMANIH and YANI NURHADRYANI. At the end of 2008 the number of organizations (products and services) in Indonesia that are implementing ISO 9001:2008 Quality Management System (QMS) is as much as 5713 organizations. In the implementation of QMS, the organization is required to deploy six documented procedures and two of them are document control procedures and records control procedures. This research aims to to design a prototype of document control applications by applying Back Propagation Artificial Neural Networks (ANN) algorithms to recognize the document number. The document were in hardcopy or recorded form. To get the best pattern recognition, training process and testing were carried out using a number of data. The amount of data used in this research as many as 1,400 data, 75% is used as training data and 30% used as testing data. The best ANN model was obtained using 80 input layer, 30 hidden layer, and 11 output layer. The model is able to produce a validation accuracy of 99.49% and testing accuration of 97.62%. The prototype of document control application is done by creating a six module interface of document control process, namely the process of user data input, data input unit, form and image data input forms, distribution forms, input data and image recording, viewing and deleting expired recording, and tracking recording. At the end of the research was conducted simulation and testing of applications that are built. The results of the tests provide an accuracy of 97% success. Keyword : document control, quality management system, neural network, pattern recognition, recorded.

4 RINGKASAN ABDUL TAHIR. Rancang Bangun Aplikasi Pengendalian Dokumen Sistem Manajemen Mutu dengan Identifikasi berbasis Jaringan Syaraf Tiruan. Dibimbing oleh MEUTHIA RACHMANIAH dan YANI NURHADRYANI. Diakhir tahun 2008 jumlah organisasi (produk dan jasa) di Indonesia yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008 sebanyak organisasi. Dalam penerapan SMM organisasi diharuskan menerapakan enam prosedur terdokumentasi dan dua diantaranya adalah prosedur pengendalian dokumen dan prosedur pengendalian rekaman. Pengendalian dokumen menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh setiap organisasi yang menerapkan SMM. Dokumen dalam bentuk hardcopy yang dihasilkan dari setiap proses harus dikendalikan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang aplikasi pengendalian dokumen bentuk formulir dan rekaman yang bersumber dari hardcopy dengan menerapkan algoritma Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Propagasi Balik. Untuk mendapatkan data pelatihan dan data pengujian pada pemodelan JST maka dilakukan proses pengolahan data berupa ekstraksi ciri dari semua sampel nomor formulir. Hasil ekstraksi berupa nilai biner dibentuk menjadi sebuah vektor. Vektor ini selanjutnya dijadikan masukan (input) pada pemodelan JST yang dikembangkan. Untuk mendapatkan pola pengenalan yang terbaik, proses pelatihan dan pengujian dilakukan dengan sejumlah data. Jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 1400 data, 75% digunakan sebagai data training dan 30% digunakan sebagai data testing. Dari hasil ini diperolah model pengenalan JST terbaik dengan menggunakan 80 lapisan masukan, 30 lapisan tersembunyi dan 11 lapisan keluaran, model ini mampu menghasilkan akurasi validasi 99,49% dan pengujian 97,62%. Rancang bangun aplikasi sebagai prototype pengendalian dokumen ini dilakukan dengan membuat enam modul antarmuka sebagai suatu proses pengendalian dokumen, yaitu proses input data user, input data unit kerja, input data formulir dan citra formulir, distribusi formulir, input data dan citra rekaman, melihat dan menghapus rekaman kadaluarsa dan penelusuran rekaman. Pada akhir penelitian ini dilakukan simulasi dan pegujian terhadap aplikasi yang dibangun, hasil dari pengujian memberikan akurasi keberhasilan sebesar 97%.

5 Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

6 RANCANG BANGUN APLIKASI PENGENDALIAN DOKUMEN SISTEM MANAJEMEN MUTU DENGAN IDENTIFIKASI BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN ABDUL TAHIR Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Komputer SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

7 Penguji Luar Komisi pada ujian Tesis : Aziz Kustiyo, S.Si., M.Kom

8 Judul Tesis Nama NRP : Rancang Bangun Aplikasi Pengendalian Dokumen Sistem Manajemen Mutu dengan Identifikasi Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan. : Abdul Tahir : G Disetujui Komisi Pembimbing Ir. Meuthia Rachmaniah, M.Sc Ketua Dr. Yani Nurhadryani, S.Si., M.T. Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Komputer Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Agus Buono, M.Si, M.Kom Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr. Tanggal Ujian : Tanggal Lulus:

9 xiii KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian ini. Penelitian ini adalah sebagai syarat dalam menyelesaikan perkuliahan di Magister Sains, Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor. Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah penelitian mengenai penggunaan algoritma propagasi balik (backpropagation) dari teknik klasifikasi jaringan syaraf tiruan (JST). Algoritma propagasi balik digunakan untuk mengidentifikasi nomor dokumen pada rancangan aplikasi pengendalian dokumen Sistem Manajemen Mutu (SMM) yang dibangun. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil studi kasus pengendalian dokumen SMM di Institusi Akademi Teknik Soroako (ATS). Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan dari semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung terutama kepada ibu Ir. Meuthia Rachmaniah, M.Sc dan ibu Dr. Yani Nurhadryani, S.Si., M.T., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan serta saran dalam penyelesaian penelitian ini. Kritik, saran dan masukan sangat diperlukan dari semua pihak demi sempurnanya penelitian ini di kemudian hari, terimakasih. Bogor, Oktober 2011 Abdul Tahir xiii

10 xiv

11 xv RIWAYAT HIDUP Penulis (Abdul Tahir ) dilahirkan di Walenrang pada 13 September 1972 sebagai anak keenam dari tujuh bersaudara. Pada tahun 1995 penulis menyelesaikan pendidikan Diploma 3 program Studi Teknik Perawatan Mesin di Akademi Teknik Soroako (ATS) dan selanjutnya diangkat sebagai staf pengajar di Institusi tersebut. Tahun 2000 penulis melanjutkan program strata satu di Universitas Hasanuddin Makassar jurusan Teknik Mesin dengan mengambil konsentrasi Konversi Energi. Tahun 2003 Penulis diangkat sebagai Dosen tetap yayasan pada Yayasan Pendidikan Soroako (YPS). Selain sebagai dosen di ATS, penulis juga aktif sebagai Ketua tim Sistem Manajeman Mutu ISO 9001 dari tahun 2007 s/d 2009 dan juga sebagai Auditor Internal ATS. Pada tahun pelajaran 2009/2010 penulis tercatat sebagai mahasiswa Pascasarjana IPB di Departeman Ilmu Komputer. xv

12 xvi

13 xvii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xix DAFTAR GAMBAR... xxi DAFTAR LAMPIRAN... xxiii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengolahan Citra Pengertian Citra Digital Jenis Citra Jaringan Syaraf Tiruan untuk Pengenalan Pola Model Neuron Biologis Model JST Pembelajaran pada JST Algoritma JST Propagasi Balik Database Relasional Pengolahan Citra Digital Menggunakan Visual Basic Konversi Citra Grayscale ke Citra Biner BAB III METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Persiapan Penelitian Pengumpulan dan Pengolahan Data Desain Model JST Perancangan Aplikasi Bahan dan Alat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan dan Pengolahan Data Analisis Hasil Pemodelan JST Lapisan tersembunyi dengan jumlah neuron Lapisan tersembunyi dengan jumlah neuron Lapisan tersembunyi dengan jumlah neuron xvii

14 xviii Lapisan tersembunyi dengan jumlah neuron Lapisan tersembunyi dengan jumlah neuron Lapisan tersembunyi dengan jumlah neuron Lapisan tersembunyi dengan jumlah neuron Lapisan tersembunyi dengan jumlah neuron Lapisan tersembunyi dengan jumlah neuron Lapisan tersembunyi dengan jumlah neuron Desain Aplikasi Desain Arsitektur Perancangan basis data (database) Desain Antarmuka Simulasi Aplikasi BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 53

15 xix DAFTAR TABEL Tabel 1 Komposisi dokumen SMM ATS... 5 Tabel 2 Definisi target Tabel 3 Struktur JST Tabel 4 Tabel hasil pelatihan/validasi dan testing Tabel 5 Struktur tabel unit kerja Tabel 6 Struktur table user Tabel 7 Struktur table formulir Tabel 8 Struktur tabel rekaman Tabel 9 Data testing simulasi Tabel 10 Pengujian aplikasi xix

16 xx

17 xxi DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Hirarki dokumen SMM... 1 Gambar 2 Koordinat citra digital... 7 Gambar 3 Struktur neuron (Stufflebeam 2011) Gambar 4 Ilustrasi model JST (Puspitanigrum 2006) Gambar 5 Arsitektur jaringan propagasi balik (Kusumadewi 2004) Gambar 6 Diagram perancangan database (Kadir 2008) Gambar 7 Konversi citra warna ke citra grayscale dalam Visual Basic Gambar 8 Konversi citra grayscale ke citra biner dalam Visual Basic Gambar 9 Kerangka pemikiran Gambar 10 Menangkap citra nomor formulir Gambar 11 Menangkap citra nomor formulir Gambar 12 Representasi citra biner (hitam putih) Gambar 13 Model arsitektur MLP pengenalan dokumen Gambar 14 Pelatihan dengan 7 neuron pada lapisan tersembunyi Gambar 15 Pelatihan dengan 9 neuron pada lapisan tersembunyi Gambar 16 Pelatihan dengan 11 neuron pada lapisan tersembunyi Gambar 17 Pelatihan dengan 15 neuron pada lapisan tersembunyi Gambar 18 Pelatihan dengan 20 neuron pada lapisan tersembunyi Gambar 19 Pelatihan dengan 25 neuron pada lapisan tersembunyi Gambar 20 Pelatihan dengan 30 neuron pada lapisan tersembunyi Gambar 21 Pelatihan dengan 40 neuron pada lapisan tersembunyi Gambar 22 Pelatihan dengan 50 neuron pada lapisan tersembunyi Gambar 23 Pelatihan dengan 60 neuron pada lapisan tersembunyi Gambar 24 Context diagram Gambar 25 DFD level Gambar 26 Diagram E R sistem pengendalian dokumen Gambar 27 Desain model database pengendalian dokumen Gambar 28 Struktur program aplikasi pengendalian dokumen Gambar 29 Antarmuka login ke aplikasi pengendalian dokumen Gambar 30 Antarmuka input data tabel unit kerja Gambar 31 Input data unit kerja Gambar 32 Input formulir baru Gambar 33 Pendistribusian formulir Gambar 34 Gambar penyimpanan rekaman Gambar 35 Pemusnahan rekaman Gambar 36 Pencarian rekaman xxi

18 xxii

19 xxiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Algoritma JST propagasi balik Lampiran 2 Hasil proses pengujian data testing dengan 7 hiden layer Lampiran 3 Hasil proses pengujian data testing dengan 9 hiden layer Lampiran 4 Hasil proses pengujian data testing dengan 11 hiden layer Lampiran 5 Hasil proses pengujian data testing dengan 15 hiden layer Lampiran 6 Hasil proses pengujian data testing dengan 20 hiden layer Lampiran 7 Hasil proses pengujian data testing dengan 25 hiden layer Lampiran 8 Hasil proses pengujian data testing dengan 30 hiden layer Lampiran 9 Hasil proses pengujian data testing dengan 40 hiden layer Lampiran 10 Hasil proses pengujian data testing dengan 50 hiden layer Lampiran 11 Hasil proses pengujian data testing dengan 60 hiden layer Lampiran 12 Desain antarmuka dan Sourcecode proses login Lampiran 13 Desain antarmuka dan sourcecode proses input tabel user Lampiran 14 Desain antarmuka dan sourcecode input tabel unit kerja Lampiran 15 Desain antarmuka dan sourcecode input tabel formulir Lampiran 16 Desain antarmuka dan sourcecode penyimpanan data rekaman Lampiran 17 Desain antarmuka dan sourcecode input tabel distribusi formulir. 81 Lampiran 18 Desain antarmuka dan sourcecode daftar rekaman kadaluarsa Lampiran 19 Sampel formulir dan rekaman xxiii

20

21 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelanggan yang semakin tinggi terhadap mutu dari produk (barang atau jasa) turut mempengaruhi perusahaan untuk menerapkan SMM. Saat ini SMM yang umum diadopsi adalah standar ISO 9001:2008 karena standar ini bersifat generik sehingga dapat diterapkan disemua jenis dan ukuran perusahaan (ISO 2008). Hasil survey yang dilakukan oleh The ISO Survey ( pada tahun 2009 memperlihatkan pada akhir tahun 2008 jumlah organisasi yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000/2008 sebanyak organisasi. Organisasi tersebut tersebar di 176 negara termasuk di Indonesia, dengan demikian jumlah rata-rata organisasi dalam setiap negara yang memperoleh sertifikakat ISO 9001 pada tahun 2008 adalah sebanyak organisasi. Di Indonesia jumlah organisasi yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001 pada akhir tahun 2008 adalah sebanyak organisasi. Hal ini menunjukkan perkembangan penerapan SMM standar ISO 9001:2000/2008 di Indonesia cukup besar. Penerapan SMM memerlukan sejumlah dokumen untuk mengontrol kegiatan yang berlangsung dalam perusahaan. Dokumen harus disimpan dan terus dipelihara untuk memastikan kesesuaian dengan kegiatan bisnis yang berlangsung di dalam perusahaan (ISO 2008). Struktur dokumentasi SMM dapat diuraikan dalam hirarki berbentuk pyramid seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 (Schlickman 2003). Gambar 1 Hirarki dokumen SMM

22 2 Dalam standar ISO 9001:2008, terdapat sejumlah klausul yang dipersyaratkan untuk dilaksanakan. Klausul-klausul tersebut direpresentasikan menjadi enam prosedur wajib yaitu: 1. Prosedur pengendalian dokumen, 2. Prosedur pengendalian rekaman, 3. Prosedur audit mutu internal, 4. Prosedur pengendalian produk tidak sesuai, 5. Prosedur tindakan perbaikan, dan 6. Prosedur tindakan pencegahan. Prosedur pengendalian dokumen dan prosedur pengendalian rekaman adalah prosedur yang mengatur tentang tata cara pengendalian dokumen SMM. Penelitian ini membahas kedua prosedur tersebut karena semua dokumen SMM telah diatur dan ditetapkan pada kedua prosedur ini. Pengendalian dokumen SMM memiliki makna bahwa dokumen-dokumen yang penting bagi SMM harus disimpan, dirawat, diperbaharui, dan didistribusikan pada personal yang berwenang. Pengendalian dokumen SMM merupakan jenis klausul yang harus didokumentasikan, artinya bahwa perusahaan harus memiliki prosedur tentang bagaimana dokumen SMM di perusahaan harus dikendalikan. Pengendalian dokumen diatur standar ISO 9001:2008 dalam klausul sebagai berikut : Sumber : Standard SNI ISO 9001:2008, Quality Management System Requirements. Setiap perusahaan pasti memiliki rekaman. Salah satu contoh bentuk rekaman adalah notulen rapat; notulen rapat ini merupakan bukti suatu kegiatan

23 3 telah dilakukan. Hasil notulen dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan, oleh sebab itu, rekaman harus dikelola dengan baik. Mengendalikan rekaman adalah mengatur antara lain: tata cara penyimpanan rekaman, perlindungan rekaman, penetapan masa simpan, pengidentifikasian, tata cara pengambilan rekaman, dan pemusnahan rekaman bila melewati masa simpan. Pengendalian rekaman diatur dalam standar ISO 9001:2008 pada klausul sebagai berikut : Sumber : Standard SNI ISO 9001:2008, Quality Management System Requirements Saat ini, beberapa perusahaan telah menggunakan perangkat lunak pengendalian dokumen, diantarnya adalah CEBOS ( dengan nama The CEBOS MQ1 Document Management Software dan Niix ISO Document Management System (DMS) dari perusahaan Software Research and Development Provider ( Perangkat lunak ini digunakan untuk mengendalikan dokumen elektronik, hanya saja perangkat lunak ini belum memiliki aplikasi pengenalan dokumen secara otomatis yang bersumber dari dokumen hardcopy. Pengenalan (identifikasi) dokumen identik dengan beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengenalan pola yang lebih dikenal dengan pengenalan huruf dan angka, terutama yang menggunakan teknik klasifikasi JST. Berikut ini beberapa penelitian yang membahas tentang pengenalan karakter huruf dan angka menggunakan JST : Penerapan neural network tentang metode backpropagation pada pengenalan pola huruf (Sholahuddin 2002). Penelitian ini mampu mengenali pola huruf abjad dengan baik meskipun diberi noise dengan batas-batas tertentu. Teknik pengenalan huruf menggunakan model jaringan syaraf tiruan radial basis function dengan randomize cluster decision (Haryono 2005).

24 4 Penelitian ini mengembangkan perpaduan model Jaringan saraf tiruan antara model radial dengan pembentukan cluster menggunakan model SOM (Self Organizing Map). Teknik pengenalan karakter berbasis optik yaitu Optical Character Recognition System Using BP Algorithm (Park et al. 2008). Penelitian ini menggunakan algoritma JST propagasi balik dengan tiga buah lapisan (layer). Aplikasi jaringan syaraf tiruan untuk mengenali tulisan tangan huruf A,B,C, dan D pada jawaban soal pilihan ganda (Aprijani 2011). Selain dengan teknik JST, beberapa penelitian juga menggunakan teknik lain untuk pengenalan karakter huruf dan angka, seperti algoritma genetika (Saputro 2003), dan perpaduan algoritma berbasis chain code dan sequence allignment (Wirayuda et.al 2009). Pada teknik yang menggunakan algoritma genetika, pengkodean dilakukan dengan cara memasangkan setiap koordinat obyek pengamatan dengan koordinat obyek model. Nilai dari hasil pemasangan koordinat tersebut menghasilkan nilai fitness yang berbeda, dari hasil penggunaan algoritma genetika ini mampu mengenali huruf dengan baik. Pada perpaduan algoritma berbasis chain code dan sequence allignment, algoritma chain code digunakan untuk mengekstraksi ciri huruf yaitu membangun vektor ciri berisi informasi kode pembentuk huruf. Mekanisme inferensi dengan sequence allignment diperlukam untuk mencocokkan pola yang ada dengan pola yang terdapat di dalam basis pengetahuan. Dalam penelitian ini metode pengenalan nomor dokumen mengambil teknik klasifikasi JST dengan menggunakan alogoritma propagasi balik seperti yang dilakukan oleh Park (Park et al. 2008). Adapun yang mendasari pemilihan JST karena teknik ini memiliki kemampuan melakukan proses pembelajaran untuk menciptakan suatu pola pengetahuan dan perhitungan secara paralel sehingga prosesnya lebih singkat. Penelitian ini mengambil studi kasus pengendalian dokumen pada penerapan SMM di Akademi Teknik Soroako (ATS).

25 5 1.2 Perumusan Masalah Pengendalian dokumen menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh setiap organisasi yang menerapkan SMM. Dokumen dalam bentuk hardcopy yang dihasilkan dari setiap kegiatan atau proses harus dikendalikan. Permasalahan yang timbul dari proses pengendalian dokumen hardcopy ini adalah tidak efisien dalam melakukan proses penyimpanan, pengambilan (retrieval), perawatan dan beberapa aturan seperti yang dipersyaratkan oleh standar ISO 9001:2008. Belum adanya aplikasi spesifik yang dapat mengenali dan menyimpan dokumen hardcopy secara otomatis menjadikan permasalahan ini belum dapat terselesaikan. Permasalahan ini juga yang dihadapi oleh ATS. Sejak menerapkan SMM jumlah dokumen yang telah diterbitkan sebanyak 395 dokumen yang terdiri dari 1 buah manual mutu, 9 buah prosedur, 160 instruksi kerja, dan 235 formulir seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1 (ATS 2010a). Dari 235 formulir tidak kurang dari 150 lembar formulir tersebut digunakan dalam proses transaksi harian, sehingga secara otomatis formulir-formulir tersebut disimpan sebagai rekaman. Tabel 1 Komposisi dokumen SMM ATS Unit Manual Mutu Prosedur Instruksi Kerja Formulir QMR KPG BAK BKM BSP BSPM KMT LK MHS LIB PIF TPM PMPS PPF PSDM PSPPM PUSREK ICT WKMD Jumlah Total 395

26 6 Untuk mempertahankan konsistensi implementasi SMM, setiap tahun ATS melakukan proses audit yang dilaksanakan oleh badan sertifikasi ISO yang bersifat independen. Pengendalian dokumen SMM merupakan salah satu perhatian serius dalam proses audit karena dokumen merupakan bukti bawah suatu kegiatan atau proses telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun aplikasi pengendalian dokumen SMM yang bersumber dari dokumen hardcopy. Proses pengenalan nomor dokumen menggunakan teknik klasifikasi JST dengan algoritma propagasi balik. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah a) Menghasilkan sebuah aplikasi pengendalian dokumen yang memiliki kecerdasan dalam proses identifikasi nomor dokumen. b) Dapat menjadi solusi oleh institusi pendidikan khususnya Akademi Teknik Sorowako dalam meningkatkan kualitas pengendalian dokumen SMM yang sudah ada. c) Dapat dijadikan acuan oleh setiap organisasi dalam melakukukan pengendalian dokumen dengan efisien sehingga menjaga konsistensi penerapan SMM. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang dilakukan memiliki batasan atau ruang lingkup sebagai berikut : a) Penelitian dilakukan dengan mengambil studi kasus pengendalian dokumen di Akademi Teknik Soroako. b) Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen SMM level 4 yaitu dokumen jenis formulir dan rekaman versi terakhir. c) Pengendalian dokumen yang dibahas meliputi pengenalan nomor dokumen, penyimpanan, pendistribusian, pencarian, dan pemusnahan rekaman. d) Format penomoran dokumen SMM yang dibahas terdiri dari enam digit karakter yaitu huruf F dan angka 0 sampai dengan 9.

27 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengolahan Citra Bidang pengolahann citra secara digital mulai diminati diawal tahun 1921, yaitu saat pertama kali sebuah foto berhasil ditransmisikan secara digital melalui kabel laut dari kota New York ke kota London (Wijaya & Prijono 2007). Saat ini banyak dikembangkan berbagai aplikasi pengolahan citra yang secara umum dapat dikelompokkan dalam dua bagian: a) Memperbaiki kualitas suatu gambar (citra) sehingga dapat lebih mudah diinterpretasikan oleh manusia. b) Mengolah informasi yang terdapat pada gambar (citra) untuk keperluan pengenalan objek secara otomatis oleh suatu mesin Pengertian Citra Digital. Citra digital merupakan sebuah larik (array) yang berisi nilai-nilai riil maupun komplek yang dapat direpresentasikan dengan deretan bit tertentu. Citra dapat didefenisikan dengan sebuah fungsi f(x,y) berukuran matrik M kali N, dimana M adalah baris dan N adalah kolom serta x dan y merupakan koordinat spasial (Putra 2010). Amplitudo f dititik koordinat (x,y) dinamakan intensitas atau tingkat keabuan citra pada titik tersebut. Apabila nilai x,y dan nilai amplitudo f secara keseluruhan berhingga (finite) dan bernilai deskrit maka dapat dikatakan bahwa citra tersebut adalah citra digital. Titik-titik pada Gambar 2 menunjukkan posisi koordinat citra digital (Putra 2010). Gambar 2 Koordinat citra digital

28 8 Citra digital dapat ditulis dalam bentuk matrik sebagai berikut : 0,0 0,1 0, 1, = 1,0 1,1 1, 1 1,0 1,1 1,1....(1) Matriks (1) menunjukkan nilai pada suatu irisan antara baris dan kolom (pada posisi x,y) disebut dengan picture elements, image elements, pels, atau pixels (Putra 2010). Istilah terakhir (pixel) paling sering digunakan pada citra digital. Pemrosesan citra merupakan ilmu untuk memanipulasi citra. Pemrosesan citra mencakup teknik-teknik untuk memperbaiki atau mengurangi kualitas citra, menampilkan bagian tertentu dari citra, membuat sebuah citra yang baru dari beberapa bagian citra yang sudah ada, dan beberapa teknik manipulasi citra lainnya Jenis Citra. Nilai suatu pixel memiliki nilai dalam rentang tertentu, dari nilai minimum sampai nilai maksimum. Jangkauan yang digunakan berbeda-beda tergantung dari jenis warnanya. Namun secara umum jangkauannya adalah Citra dengan penggambaran seperti ini digolongkan kedalam citra integer (Putra 2010). Dalam ilmu pengolahan citra digital dikenal beberapa jenis citra yaitu : citra biner, grayscale, citra warna 8 bit, citra warna 16 bit, dan citra warna 24 bit. Pada penelitian ini jenis citra yang digunakan adalah citra biner dan grayscale. a) Citra Biner Citra biner merupakan citra digital yang hanya memiliki dua kemungkinan nilai pixel yaitu hitam dan putih. Citra biner juga disebut sebagai citra B&W (black and white) atau citra monokrom (Putra 2010). Hanya dibutuhkan 1 bit untuk mewakili nilai setiap pixel dari citra biner. Citra biner seringkali muncul sebagai hasil dari proses pengolahan seperti segmentasi, pengambangan, morfologi, ataupun dithering.

29 9 b) Keabu-abuan (Grayscale) Citra grayscale merupakan citra digital yang hanya memiliki satu nilai kanal pada setiap pixelnya, dengan kata lain nilai bagian warna Red(R) = Green(G) = Blue(B) (Putra 2010). Nilai tersebut digunakan untuk menunjukkan tingkat intensitas. Warna yang dimiliki adalah warna hitam, keabuan dan putih. Tingkat keabuan disini merupakan warnah abu dengan berbagai tingkatan dari hitam hingga mendekati putih. Citra grayscale memiliki kedalaman warna 8 bit (256 kombinasi warna keabuan). Format File Citra. Terdapat beberapa jenis format file citra standar yang digunakan saat ini. Format-format ini digunakan dalam penyimpanan citra dalam sebuah file. Setiap format memiliki karakteristik masing-masing (Putra 2010). Berikut adalah penjelasan beberapa format tersebut. Bitmap (.bmp) Format.bmp adalah format penyimpanan standar tanpa kompresi yang umum dapat digunakan untuk menyimpan citra biner hingga citra warna (Putra 2010). Format ini terdiri dari beberapa jenis yang setiap jenisnya ditentukan dengan jumlah bit yang digunakan untuk untuk menyimpan sebuah nilai pixel. Tagged Image Format (.tif,.tiff) Format.tif merupakan format penyimpanan citra yang dapat digunakan untuk menyimpan citra bitmap hingga citra dengan warna palet terkompresi (Putra 2010). Format ini dapat digunakan untuk menyimpan citra yang tidak terkompresi dan juga citra terkompresi. JPEG (.jpg) Format.jpg adalah format yang sangat umum digunakan saat ini khususnya untuk transisi citra. Format ini digunakan untuk menyimpan citra hasil kompresi dengan metode JPEG. Portable Network Graphics (.png) Format.png adalah format penyimpanan citra terkompresi. Format ini dapat digunakan pada citra grayscale, citra dengan palet warna, dan juga citra fullcolor

30 10 (Putra 2010). Format.png juga mampu menyimpan informasi hingga kanal alpha dengan penyimpanan sebesar 1 hingga 16 bit per kanal. 2.2 Jaringan Syaraf Tiruan untuk Pengenalan Pola. Jaringan Syaraf Tiruan (JST) atau Artificial Neural Network (ANN) adalah model jaringan syaraf yang meniru prinsip kerja dari neuron otak manusia (neuron biologis). JST pertama kali muncul setelah model sederhana dari neuron buatan diperkenalkan oleh McCulloch dan Pitts pada tahun 1940 (Puspitanigrum 2006). Model sederhana tersebut dibuat berdasarkan fungsi neuron biologis yang merupakan dasar unit pensinyalan dari sistem syaraf. JST memiliki beberapa kemampuan seperti yang dimiliki oleh manusia, yaitu: 1. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman, 2. Kemampuan melakukan perumpamaan (generalization) terhadap input baru dari pengalaman yang dimiliki, 3. Kemampuan memisahkan (abstraction) karakteristik penting dari input yang mengandung data yang tidak penting Model Neuron Biologis. Jaringan Syaraf atau Neural Network (NN) terdiri atas banyak elemen pemroses sederhana yang disebut neuron, sel, unit, atau simpul (Puspitanigrum 2006). Otak manusia diperkirakan memiliki sekitar 100 miliar neuron. Setiap sel syaraf berhubungan dengan sel syaraf lainnya memakai saluran komunikasi yang diatur dengan suatu bobot penghubung. Gambar 3. menunjukkan struktur Neuron pada manusia. Gambar 3 Struktur neuron (Stufflebeam 2011)

31 11 Secara umum neuron memiliki 4 daerah utama: 1. Dendrit (Dendrite). Dendrit adalah perluasan dari soma yang menyerupai rambut dan bertindak sebagai saluran untuk menerima masukan dari sel syaraf lainnya melalui sinapsis. 2. Sel Tubuh (Soma) Sel tubuh atau soma merupakan jantung sel yang memiliki inti (nucleus). Soma bertugas memproses nilai masukan dari semua dendrit yang terhubung dengannya menjadi suatu output. Soma memiliki dua cabang yaitu dendrit dan akson. 3. Akson (Axon) Pada umumnya Neuron hanya memiliki satu akson yang tumbuh dari bagian Soma dan disebut dengan akson hillock. Akson menyalurkan sinyal elektrik yang dihasilkan pada bagian bawah dari akson hillock. Sinyal elektrik digunakan oleh neuron untuk menyampaikan informasi (sinyal) ke otak dengan semua sinyal sama. Jadi, otak menentukan jenis informasi yang diterima berdasarkan jalur yang membawa sinyal. Otak kemudian menganalisis dan menafsirkan jenis informasi yang diterima. Mylin, adalah materi lemak yang melindungi syaraf yang berfungsi sebagai lapisan pelindung. Bagian akson yang tidak terlindung dengan Mylin disebut dengan nodus ranvier. Pada nodus ini sinyal yang mengalir dan mengalami penurunan diperkuat lagi untuk memastikan bahwa perjalanan sinyal pada akson mengalir cepat dan tetap konstan. 4. Sinapsis (Synapse) Sinapsis merupakan bagian kontak (tempat) terjadinya pertukaran sinyal antara dua neuron. Neuron sebenarnya secara fisik tidak terhubung. Mereka dipisahkan oleh synaptic cleft. Neuron yang mengirim sinyal disebut dengan sel presynaptic dan neuron yang menerima sinyal disebut dengan sel postsynaptic Model JST Prinsip kerja JST didasari pada mekanisme kerja penyaluran informasi sistem jaringan syaraf. Namum demikian karena keterbatasan yang dimiliki oleh

32 12 struktur JST maka hanya sebagian kecil saja dari kemampuan sistem syaraf manusia yang dapat ditiru (Puspitanigrum 2006). Ilustrasi model JST seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4 Ilustrasi model JST (Puspitanigrum 2006). Berikut penjelasan Gambar 4: Pr menyatakan sinyal input dari node input ke i = 1,2,...,r, dengan r menyatakan jumlah input. W s,r menyatakan bobot (weight) hubungan dari node (neuron) input r ke node (neuron) yang di tuju j, j = 1,2,...,S, dengan S menyatakan jumlah neuron. n menyatakan total (jumlah) sinyal terbobot yang masuk ke node s atau juga sering disebut sebagai tingkat pengaktifan (activation level) di node s. f menyatakan fungsi transfer (transfer function) yang menentukan keluaran dari node s dan tergantung dari nilai n. a s menyatakan sinyal yang keluar (outgoing signal) atau output dari node s. Nilai n dari model diatas dihitung dengan rumus : n = W s,r.p r...(4) sedangkan keluaran node yang dinyatakan dengan a dapat ditentukan sebagai berikut. a = f(n)...(5) seringkali kedua formula diatas digabung menjadi satu seperti berikut : a = f(w s,r p r )...(6)

33 Pembelajaran pada JST Proses pembelajaran(learning) atau pelatihan (training) pada JST merupakan proses perubahan atau penyesuaian tingkat kekuatan hubungan antar node-node yang saling terhubung (Puspitanigrum 2006). Tingkat kekuatan hubungan antar node dinyatakan dengan nilai bobot. Ini berarti proses pembelajaran pada JST tidak lain merupakan proses penyesuaian nilai-nilai bobot tersebut. Proses pembelajaran merupakan suatu proses iterasi pada sistem JST yang cukup kompleks dan proses belajar membutuhkan waktu yang cukup panjang. Selama proses belajar faktor bobot mengalami perubahan dan bila tahapan belajar sudah selesai maka nilai-nilai faktor bobot yang dihasilkan disimpan dan digunakan sebagai faktor bobot terpakai. Keandalan suatu JST tergantung pada keberhasilan dalam menemukan faktor bobot terpakai tersebut Algoritma JST Propagasi Balik. Propagasi balik (backpropagation) adalah salah satu pengembangan dari arsitektur Single Layer Neural Network. Arsitektur ini terdiri dari input layer, hidden layer dan output layer (Puspitanigrum 2006). Setiap layer terdiri dari satu atau lebih artificial neuron. Algoritma propagasi balik merupakan salah satu teknik pembelajaran terawasi (supervised learning) dan digunakan dalam eksperimen/penelitian ini, oleh karena itu diperlukan pemahaman beberapa unsur penting dalam metode propagasi balik. Di dalam jaringan propagasi balik, setiap unit yang berada di lapisan input terhubung dengan setiap unit yang ada di lapisan tersembunyi. Setiap unit yang ada di lapisan tersembunyi terhubung dengan setiap unit yang ada di lapisan output. Jaringan ini terdiri dari banyak lapisan (multilayer network). Ketika jaringan diberikan pola masukan sebagai pola pelatihan, maka pola tersebut menuju unitunit lapisan tersembunyi untuk selanjutnya diteruskan pada unit-unit lapisan keluaran. Kemudian unit-unit lapisan keluaran memberikan respon sebagai keluaran JST. Saat hasil keluaran tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka keluaran disebarkan mundur (backward) pada lapisan tersembunyi kemudian dari lapisan tersembunyi menuju lapisan masukan.

34 14 Arsitektur jaringan propagasi balik seperti terlihat pada Gambar 5, x 1 sampai dengan x n adalah input layer, z 1 sampai dengan z p adalah hidden layer, dan y 1 sampai dengan y m adalah output layer. X1 Z1 X1 Y Z1 X1 1 1 Gambar 5 Arsitektur jaringan propagasi balik (Kusumadewi 2004). Tahap pelatihan ini merupakan langkah untuk melatih suatu JST, yaitu dengan cara melakukan perubahan bobot. Sedangkan penyelesaian masalah dilakukan jika proses pelatihan tersebut telah selesai, fase ini disebut fase testing. Pada proses pelatihan algoritma propagasi balik menggunakan error output untuk mengubah nilai bobot-bobotnya dalam arah mundur (backward). Untuk mendapatkan error ini, tahap perambatan maju (forward propagation) harus dikerjakan terlebih dahulu. Pelatihan propagasi umpan balik berbasis jaringan syaraf tiruan meliputi 3 fase. Fase pertama adalah fase maju. Pola masukan dihitung maju mulai dari lapisan masukan hingga lapisan keluaran menggunakan fungsi aktivasi yang ditentukan. Fase kedua adalah fase mundur. Selisih antara keluaran jaringan dengan target yang diinginkan merupakan kesalahan yang terjadi. Kesalahan tersebut dipropagasikan mundur, dimulai dari garis yang berhubungan langsung dengan unit-unit di lapisan keluaran. Fase ketiga adalah modifikasi bobot untuk menurunkan kesalahan yang terjadi. Berikut penjelasan umum setiap fase (Siang 2009).

35 15 Fase I: Propagasi Maju. Selama propagasi maju, sinyal masukan (x i ) dipropagasikan ke lapisan tersembunyi menggunakan fungsi aktivasi yang ditentukan. Keluaran dari setiap unit lapisan tersembunyi (z j ) tersebut selanjutnya dipropagasikan maju lagi ke layer tersembunyi di atasnya menggunakan fungsi aktivasi yang ditentukan. Demikian seterusnya hingga menghasilkan keluaran jaringan (y k ). Berikutnya, keluaran jaringan (y k ) dibandingkan dengan target yang harus dicapai (t k ). Selisih dari t k terhadap y k yaitu t k -y k adalah kesalahan yang terjadi. Jika kesalahan ini lebih kecil dari batas toleransi yang ditentukan, maka iterasi dihentikan. tetapi apabila kesalahan masih lebih besar dari batas toleransinya, maka bobot setiap garis dalam jaringan dimodifikasi untuk mengurangi kesalahan yang terjadi. Fase II: Propagasi Mundur Berdasarkan kesalahan t k -y k, dihitung faktor δ k ( k = 1,2,..., m ) yang dipakai untuk mendistribusikan kesalahan di unit y k ke semua unit tersembunyi yang terhubung langsung dengan y k. Faktor δ k juga dipakai untuk mengubah bobot garis yang berhubungan langsung dengan unit keluaran. Dengan cara yang sama, dihitung faktor δ j ( j = 1,2,..., m ) di setiap unit di lapisan tersembunyi sebagai dasar perubahan bobot semua garis yang berasal dari unit tersembunyi di lapisan di bawahnya. Demikian seterusnya hingga semua faktor di unit tersembunyi yang berhubungan langsung dengan unit masukan dihitung. Fase III: Perubahan Bobot Setelah semua faktor dihitung, bobot semua garis dimodifikasi bersamaan. Perubahan bobot suatu garis didasarkan atas faktor neuron di lapisan atasnya. Sebagai contoh, perubahan bobot garis yang menuju ke lapisan keluaran didasarkan atas k yang ada di unit keluaran. Ketiga fase tersebut diulang-ulang terus hingga kondisi penghentian dipenuhi. Umumnya kondisi penghentian yang sering dipakai adalah jumlah iterasi atau kesalahan. Iterasi dihentikan jika jumlah iterasi yang dilakukan sudah melebihi jumlah maksimum iterasi yang ditetapkan, atau jika kesalahan yang terjadi sudah lebih kecil dari batas toleransi yang diijinkan. Selama proses

36 16 pelatihan bobot-bobot diatur secara iteratif untuk meminimumkan fungsi kinerja jaringan. Pada penelitian ini fungsi kinerja yang digunakan untuk propagasi balik adalah Mean Square Error (MSE). Adapun rumus dari fungsi kinerja MSE adalah: 1 MSE= m m k= 1 ( t k y k ) 2...(7) Fungsi ini mengambil rata-rata kuadrat error yang terjadi antara output jaringan (y k ) dan target (t k ). Algoritma selengkapnya tentang JST Propagasi balik (Siang 2009) dapat dilihat pada Lampiran Database Relasional Database relasional adalah jenis database yang menggunakan model relasional (Kadir 2008). Pada model relasional data dibentuk dalam sejumlah relasi atau tabel. Untuk menangani database dibutuhkan sebuah atau sejumlah DBMS (Database Management System). DBMS adalah suatu perangkat lunak yang ditunjukkan untuk menangani penciptaan, pemeliharaan, dan pengendalian akses data. Dengan menggunakan perangkat lunak ini pengelolaan data menjadi mudah dilakukan. Selain itu perangkat lunak ini juga menyediakan berbagai piranti berguna seperti pembuatan laporan. DBMS yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Microsoft Access Dalam perancangan database ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Tahapan-tahapan dalam proses perancangan database seperti dutunjukkan pada Gambar 6. Gambar 6 Diagram perancangan database (Kadir 2008). Tahap awal yang dilakukan dalam perancangan database adalah melakukan pengumpulan kebutuhan akan informasi yang dibutuhkan oleh suatu organisasi dan

37 17 kemudian menganalisisnya. Penggalian kebutuhan informasi ini dilakukan dengan cara antara lain melakukan wawancara, mengamati sistem yang sedang berjalan dan mempelajari dokumen-dokumen yang tersedia, sehingga data yang digunakan untuk menyusun informasi bisa teridentifikasi. Untuk menggambarkan prosesproses bisnis dalam organisasi dan sekaligus menerangkan kaitan antara proses dan data maka diperlukan diagram alir yang disebut dengan DFD (Data Flow Diagram). DFD ini sekaligus dapat digunakan sebagai bahan untuk berkomunikasi antar pengembang sistem dan calon pemakai sistem. Pada langkah perancangan konseptual data yang dibutuhkan oleh organisasi dikelompokkan menurut kriteria tertentu kemudian antara satu grup data dengan grup data yang lain dilengkapi dengan hubungan. Dalam terminologi database grup data tersebut dinamakan entitas (Kadir 2008). Model E-R adalah suatu model yang digunakan untuk menggambarkan data dalam bentuk entitas, atribut dan hubungan atar entitas. Huruf E sendiri menyatakan entitas dan R menyatakan hubungan (dari kata relationship). Perancangan logis merupakan suatu tahapan yang digunakan untuk menentukan hasil perancangan konseptual kedalam bentuk yang nantinya akan diimplementasikan. Pada umumnya tahapan ini sudah memikirkan jenis basis data (DBMS) yang akan digunakan. Sebagai contoh bahwa jika DBMS yang digunakan adalah jenis relasional, maka skema konseptual yang digunakan adalah model E-R yang dipetakan atau ditrasformasikan kedalam bentuk relasi/tabel. Langkah terakhir dalam perancangan basis data berupa tahapan yang dinamakan perancangan fisik. Perancangan ini sangat spesifik terhadap DBMS yang digunakan. Tipe data atau domain untuk masing-masing kolom dalam setiap tabel harus disesuaikan dengan DBMS yang digunakan. 2.1 Pengolahan Citra Digital Menggunakan Visual Basic Visual Basic (atau sering disingkat VB) adalah perangkat lunak untuk menyusun program aplikasi yang bekerja dalam lingkup sistem operasi Windows. Dalam Visual Basic terdapat sebuah toolbox yang dapat digunakan untuk membuat objek sesuai kebutuhan.

38 18 Proses awal yang banyak digunakan dalam pengolahan citra adalah mengubah citra berwarna menjadi citra grayscale, hal ini diperlukan untuk menyederhanakan model citra. Untuk mengubah citra berwarna menjadi citra grayscale dapat dilakukan dengan mengambil rata-rata nilai R, G, dan B (Basuki et al. 2005). Gambar dan penulisan code dalam Visual Basic untuk mengubah citra berwarna menjadi citra grayscale seperti ditunjukkan pada Gambar 7. For I = 0 To Picture1.ScaleWidth Step 15 For j = 0 To Picture1.ScaleHeight Step 15 warna = Picture1.Point(I, j) r = warna And RGB(255, 0, 0) g = Int(warna And RGB(0, 255, 0)) / 256 b = Int((Int(warna And RGB(0, 0, 255)) / 256) / 256) x = (r + g + b) / 3 Picture2.PSet (I, j), RGB(x, x, x) Next j Next I Gambar 7 Konversi citra warna ke citra grayscale dalam Visual Basic Konversi Citra Grayscale ke Citra Biner Citra biner (hitam-putih) merupakan citra yang banyak dimanfaatkan untuk keperluan pengenalan pola yang sederhana seperti pengenalan angka atau pengenalan huruf. Untuk mengubah suatu citra grayscale menjadi citra biner dilakukan dengan mengubah kuantisasi citra atau proses Thresholding. Gambar dan penulisan code dalam Visual Basic untuk mengubah citra grayscale menjadi citra biner seperti ditunjukkan pada Gambar 8. For I = 0 To Picture1.ScaleWidth Step 15 For j = 0 To Picture1.ScaleHeight Step 15 warna = Picture1.Point(I, j) r = warna And RGB(255, 0, 0) g = Int(warna And RGB(0, 255, 0)) / 256 b = Int((Int(warna And RGB(0, 0, 255)) / 256) / 256) x = (r + g + b) / 3 If x < 128 Then x = 0 Else x = 255 Picture2.PSet (I, j), RGB(x, x, x) Gambar 8 Konversi citra grayscale ke citra biner dalam Visual Basic

39 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan data, desain pemodelan dan desain aplikasi termasuk simulasi dan pengujian. Gambar 9 Kerangka pemikiran Persiapan Penelitian Persiapan penelitian merupakan tahap awal dari rangkaian penelitian yang dilakukan. Dalam tahap ini dilakukan beberapa proses yang dimulai dengan

40 20 memahami permasalahan yang diteliti, kemudian menetapkan tujuan yang dicapai, melakukan studi literatur sebagai bahan untuk melengkapi pengetahuan dasar peneliti dan menentukan ruang lingkup penelitian Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan data berupa sampel formulir dan rekaman. Nomor yang terdapat pada setiap formulir dan rekaman adalah bagian yang menjadi perhatian dalam tahap pengolahan data, sebab nomor dokumen ini yang menjadi objek untuk diteliti (Gambar 10). Nomor ini memiliki format F X X X X X X, dimana X dalam format Angka 0 9. Gambar 10 Menangkap citra nomor formulir Kegiatan berikutnya pada tahap pengolahan adalah melakukan ekstraksi ciri dari semua nomor formulir yang dijadikan data input pada proses pelatihan dan testing JST. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data ini adalah pertama menangkap citra pada lokasi nomor formulir yang terdapat pada dokumen hasil pindai. Untuk mendapat hasil pemotongan yang optimal dilakukan proses deteksi tepi terhadap setiap karakter yang terdapat dalam nomor formulir sebagai mana yang diperlihatkan pada Gambar 11.

41 21 Menangkap citra nomor Gambar 11 Menangkap citra nomor formulir Hasil penangkapan citra dalam bentuk greyscale selanjutnya disegmentasi. Proses segmentasi dilakukan pada masing-masing karakter dengan ukuran 10 x 8 pixels seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 10. Setiap citra hasil segmentasi selanjutnya diubah kedalam format citra hitam putih. Citra setiap karakter direpresentasikan dalam bentuk biner, yang berwarna hitam diberi nilai 1 dan warna putih diberi nilai 0 sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 12. Nilai biner dari setiap karakter dibentuk menjadi sebuah vektor sebagai input pada proses JST. Gambar 12 Representasi citra biner (hitam putih) Desain Model JST a. Arsitektur JST Dalam penelitian ini algoritma JST yang digunakan untuk mendapatkan model dan pencocokan pola adalah algoritma propagasi balik. Arsitektur JST yang digunakan adalah Multi Layer Perceptron (MLP) dengan satu lapisan tersembunyi. Pemilihan arsitektur MLP mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh park et al Arsitektur yang digunakan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 13.

42 22 LM LT LK Gambar 13 Model arsitektur MLP pengenalan dokumen. Keterangan Gambar : LK : Lapisan Keluaran (y 1, y 2, y 3, y 4, y 5, y 6,..., y n, n = 11) LT : Lapisan Tersembunyi (h 1, h 2, h 3, h 4, h 5, h 6,..., h n, n = variasi jumlah neurons 7, 9, 11, 15, 20, 25, 30, 40, 60) LM : Lapisan Masukan ( x 1, x 2, x 3, x 4, x 5, x 6,..., x n, n = 80 ) x i h j y k w ij v jk : variabel input node i pada lapisan input, i = 0, 1, 2,, x n : output node j pada lapisan hidden, j = 0, 1, 2,,h n : output node k pada lapisan output, k = 1, 2,...y n : bobot yang menghubungkan noda i pada lapisan input dengan node j pada lapisan tersembunyi : bobot yang menghubungkan node j pada lapisan tersembunyi dengan node k pada lapisan output b 1 : bias pada lapisan masukan dengan nilai 1 b 2 : bias pada layer tersembunyi dengan nilai 1

43 23 Pada lapisan masukan menggunakan 80 neuron sesuai pixel citra dari setiap karakter nomor dokumen yaitu 10 x 8. Tidak ada kepastian tentang berapa banyak jumlah neuron pada lapisan tersembunyi agar jaringan dapat dilatih dengan sempurna (Siang 2009), pada penelitian sebelumnya (Aprijani 2011) penetapan jumlah neuron pada lapisan tersembunyai divariasikan pada 5, 8, 10 dan 20. Pada Penelitian ini jumlah neuron pada lapisan tersembunyi divariasikan untuk mendapatkan model terbaik yaitu 7, 9, 11, 15, 20, 25, 30, 40, 50, dan 60 neuron. Penetapan jumlah neuron pada lapisan tersembunyi ini dilakukan dengan proses trial and error. Pada lapisan keluaran jumlah neuron ditetapkan dengan penyesuain pendefinian target, dalam hal ini terdapat 11 target yang akan didefinisikan yaitu huruf F dan angka 0 sampai dengan 9. Metode Pemberhentian iterasi digunakan dengan menerapkan error terkecil (MSE min ) dan epoch maximum (Epoch max ) sebagaimana yang dilakukan oleh Aprijani b. Pendefinisian Target Dalam mendesain pengembangan model JST, diharapkan dapat mengenali 11 jenis pola karakter sesuai dengan nomor formulir. Model JST yang dibangun menggunakan fungsi aktifasi sigmoid biner, fungsi aktifasi ini digunakan untuk jaringan syaraf yang dilatih dengan menggunakan metode backpropagation (Kusumadewi 2004). Fungsi sigmoid biner memiliki nilai pada range 0 sampai 1. Fungsi sigmoid biner dirumuskan dengan : = =...(8) Karena model JST yang dikembangkan menggunakan fungsi aktifasi sigmoid biner maka diperlukan pendefinisian target yang mengacu pada nomor dokumen yang terdiri dari kombinasi huruf F dan angka 0 sampai dengan 9. Dengan demikian terdapat 11 jenis pola yang akan dihasilkan dari desain Model JST yang dikembangkan. Ke 11 pola tersebut masing masing memiliki target berupa karakter yaitu F, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Pendefinisian target JST yang digunakan seperti pada Tabel 2.

44 24 Tabel 2 Definisi target No. Target H F Keterangan: H : huruf/angka sebagai representasi target c. Metode Pelatihan dan Pengujian Proses pelatihan dan testing dilakukan dalam upaya untuk mendapatkan model JST yang terbaik. Prosedur pelatihan dilakukan dengan melakukan variasi jumlah neuron pada lapisan tersembunyi. Kinerja dari jaringan syaraf diukur dengan melihat error hasil pelatihan, validasi dan testing terhadap sekumpulan data. Data dibagi menjadi dua bagian yang saling asing, yaitu data yang dipakai sebagai pelatihan/validasi dan data yang dipakai untuk testing (Kusumadewi 2004). Pada penelitian yang dilakukan oleh Aprijani 2011, 75% dari data penelitian digunakan untuk proses training dan 25% digunakan untuk pengujian (testing). Mengingat keterbatasan jumlah data, percobaan yang akan dilakukan pada penelitian ini akan mengalokasi data untuk pelatihan sebanyak 70% dan data untuk testing sebanyak 30%. Dari 70% data pelatihan yang digunakan memiliki jumlah komposisi karakter yaitu huruf F (140 buah), angka 0 (417 buah), angka 1 (106 buah), angka 2 (127 buah), angka 3 (88 buah), angka 4 (36 buah), angka 5 (36 buah), angka 6 (12 buah), angka 7 (12 buah), angka 8 (17 buah), dan angka 9 (13 buah). Untuk mendapatkan hasil pelatihan dengan cepat dan akurat digunakan sebuah algoritma pelatihan traingdx. Algoritma ini merupakan penggabungan dari algoritma gradient conjugate with adaptive learning (traingda) dan gradient conjugate with momentum (traingdm). Algoritma traingdx merupakan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Hirarki dokumen SMM

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Hirarki dokumen SMM BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelanggan yang semakin tinggi terhadap mutu dari produk (barang atau jasa) turut mempengaruhi perusahaan untuk menerapkan SMM. Saat ini SMM yang umum diadopsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan dengan Algoritma Propagasi Balik untuk Pengenalan Pola Angka

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan dengan Algoritma Propagasi Balik untuk Pengenalan Pola Angka JTRISTE, Vol.2, No.1, Maret 2015, pp. 1~12 ISSN: 2355-3677 Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan dengan Algoritma Propagasi Balik untuk Pengenalan Pola Angka Akademi Teknik Soroako E-mail: abdultahir@ats-sorowako.ac.id

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data Kegiatan pertama dalam tahap ini adalah melakukan pengumpulan data untuk bahan penelitian. Data yang telah diperoleh berupa jenis nomor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM INTRODUCTION Jaringan Saraf Tiruan atau JST adalah merupakan salah satu representasi tiruan dari otak manusia yang selalu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah Vol. 14, No. 1, 61-68, Juli 2017 Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah La Surimi, Hendra, Diaraya Abstrak Jaringan syaraf tiruan (JST) telah banyak diaplikasikan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) atau yang secara umum disebut gambar merupakan representasi spasial dari suatu objek yang sebenarnya dalam bidang dua dimensi yang biasanya ditulis dalam

Lebih terperinci

Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Sebagai Penterjemah Karakter Braille Ke Bentuk Abjad

Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Sebagai Penterjemah Karakter Braille Ke Bentuk Abjad The 13 th Industrial Electronics Seminar 2011 (IES 2011) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 26, 2011 Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Sebagai Penterjemah

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan sistem aplikasi yang digunakan sebagai user interface untuk menangkap citra ikan, mengolahnya dan menampilkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu representasi buatan dari otak manusia yang dibuat agar dapat mensimulasikan apa yang dipejalari melalui proses pembelajaran

Lebih terperinci

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa dan Kebutuhan Sistem Analisa sistem merupakan penjabaran deskripsi dari sistem yang akan dibangun kali ini. Sistem berfungsi untuk membantu menganalisis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK Fany Hermawan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur 112-114 Bandung E-mail : evan.hawan@gmail.com

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI VARIETAS UNGGUL BENIH KEDELAI BERDASARKAN WARNA DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

IDENTIFIKASI VARIETAS UNGGUL BENIH KEDELAI BERDASARKAN WARNA DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN IDENTIFIKASI VARIETAS UNGGUL BENIH KEDELAI BERDASARKAN WARNA DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Galih Probo Kusuma, Dr Melania Suweni Muntini, MT Jurusan Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sel Darah Merah Sel darah merah atau eritrositmemiliki fungsi yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Prestasi

Lebih terperinci

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN Decy Nataliana [1], Sabat Anwari [2], Arief Hermawan [3] Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM Ayu Trimulya 1, Syaifurrahman 2, Fatma Agus Setyaningsih 3 1,3 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Oleh: ABD. ROHIM (1206 100 058) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Isa Irawan, MT Jurusan Matematika

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan Februari 2014 sampai dengan Juli 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan Februari 2014 sampai dengan Juli 2014 di BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Februari 2014 sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Pemodelan Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA (Studi Eksplorasi Pengembangan Pengolahan Lembar Jawaban Ujian Soal Pilihan Ganda di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu system perekaman data dapat bersifat optik berupa foto,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dalam kurun waktu enam bulan terhitung mulai februari 2012 sampai juli 2012. Tempat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK INVENTARISASI LUAS SUMBER DAYA ALAM STUDI KASUS PULAU PARI

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK INVENTARISASI LUAS SUMBER DAYA ALAM STUDI KASUS PULAU PARI APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK INVENTARISASI LUAS SUMBER DAYA ALAM STUDI KASUS PULAU PARI Putri Khatami Rizki 1), Muchlisin Arief 2), Priadhana Edi Kresnha 3) 1), 2), 3) Teknik Informatika Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan komputer, menjadi citra yang kualitasnya lebih baik. Pengolahan citra bertujuan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Syaraf Tiruan Artificial Neural Network atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah salah satu cabang dari Artificial Intelligence. JST merupakan suatu sistem pemrosesan

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

PERANGKAT LUNAK PENGKONVERSI TEKS TULISAN TANGAN MENJADI TEKS DIGITAL

PERANGKAT LUNAK PENGKONVERSI TEKS TULISAN TANGAN MENJADI TEKS DIGITAL PERANGKAT LUNAK PENGKONVERSI TEKS TULISAN TANGAN MENJADI TEKS DIGITAL Oleh : ACHMAD FAUZI ARIEF 1203 109 007 Dosen Pembimbing : Drs. Nurul Hidayat, M.Kom JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital dapat didefenisikan sebagai fungsi f(x,y) yaitu dua dimensi, dimana x dan y merupakan koordinat spasial dan f(x,y) disebut dengan intensitas atau

Lebih terperinci

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION Amriana 1 Program Studi D1 Teknik Informatika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNTAD ABSTRAK Jaringan saraf tiruan untuk aplikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA ,...(1)

TINJAUAN PUSTAKA ,...(1) 3 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas teori-teori yang mendasari penelitian ini. Dimulai dari teori dan konsep citra digital, deteksi pola lingkaran dengan Circle Hough Transform (CHT), ekstrasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital BAB II DASAR TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital didefinisikan sebagai fungsi f (x,y) dua dimensi,dimana x dan y adalah koordinat spasial dan f(x,y) adalah disebut dengan intensitas atau tingkat keabuan

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK [1] Meishytah Eka Aprilianti, [2] Dedi Triyanto, [3] Ilhamsyah [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan teknik statistik, matematika, kecerdasan buatan, tiruan dan machinelearning

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan teknik statistik, matematika, kecerdasan buatan, tiruan dan machinelearning BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Data Mining Data mining adalah kombinasi secara logis antara pengetahuan data, dan analisa statistik yang dikembangkan dalam pengetahuan bisnis atau suatu proses yang menggunakan

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Prediksi Tinggi Signifikan Gelombang Laut Di Sebagian Wilayah Perairan Indonesia Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Metode Propagasi Balik Abraham Isahk Bekalani, Yudha Arman, Muhammad Ishak Jumarang Program

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION Alvama Pattiserlihun, Andreas Setiawan, Suryasatriya Trihandaru Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Program aplikasi ini dirancang dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Visual C# 2008 Express Edition. Proses perancangan menggunakan pendekatan Object Oriented

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rancangan antarmuka (interface) program terdiri dari form cover, form

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rancangan antarmuka (interface) program terdiri dari form cover, form BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Rancangan Antarmuka (interface) Program Rancangan antarmuka (interface) program terdiri dari form cover, form testing dan form training (untuk programer). 4.1.1

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 7 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 PERANCANGAN APLIKASI PENGENAL PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR DENGAN PENDEKATAN BACKPROPAGATION

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dhita Azzahra Pancorowati 1110100053 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m.

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, maka diperlukan alat dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. 3.1.1 Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK OLEH ARIF MIFTAHU5R ROHMAN (2200 100 032) Pembimbing: Dr. Ir Djoko Purwanto, M.Eng,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut

Lebih terperinci

2.1. Dasar Teori Bandwidth Regression

2.1. Dasar Teori Bandwidth Regression 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Bandwidth Bandwidth adalah ukuran kapasitas dari sistem transmisi (Comer, 2004) Bandwidth adalah konsep pengukuran yang sangat penting dalam jaringan, tetapi konsep ini memiliki

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Feng PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK... 211 PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Tan

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX Oleh: Intan Widya Kusuma Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Barcode Salah satu obyek pengenalan pola yang bisa dipelajari dan akhirnya dapat dikenali yaitu PIN barcode. PIN barcode yang merupakan kode batang yang berfungsi sebagai personal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Anatomi Ayam Pengetahuan tentang anatomi ayam sangat diperlukan dan penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK Naskah Publikasi disusun oleh Zul Chaedir 05.11.0999 Kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Penerapan Neural Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Klasifikasi citra penginderaan jarak jauh (inderaja) merupakan proses penentuan piksel-piksel masuk ke dalam suatu kelas obyek tertentu. Pendekatan

Lebih terperinci

PERANGKAT LUNAK PENGKONVERSI TEKS TULISAN TANGAN MENJADI TEKS DIGITAL

PERANGKAT LUNAK PENGKONVERSI TEKS TULISAN TANGAN MENJADI TEKS DIGITAL PERANGKAT LUNAK PENGKONVERSI TEKS TULISAN TANGAN MENJADI TEKS DIGITAL Nama Mahasiswa : Achmad Fauzi Arief NRP : 03 09 007 Jurusan : Matematika FMIPA-ITS Dosen Pembimbing : Drs. Nurul Hidayat, M.Kom Abstrak

Lebih terperinci

PENGENAL HURUF TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION) By. Togu Sihombing. Tugas Ujian Sarjana

PENGENAL HURUF TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION) By. Togu Sihombing. Tugas Ujian Sarjana PENGENAL HURUF TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION) By. Togu Sihombing Tugas Ujian Sarjana. Penjelasan Learning Vector Quantization (LVQ) Learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata adalah indra terbaik yang dimiliki oleh manusia sehingga citra (gambar) memegang peranan penting dalam perspektif manuasia. Namun mata manusia memiliki keterbatasan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y) dimana x dan y merupakan koordinat bidang datar, dan harga fungsi f disetiap

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA DAN ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) DALAM PENGENALAN BENTUK BOTOL

IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA DAN ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) DALAM PENGENALAN BENTUK BOTOL IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA DAN ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) DALAM PENGENALAN BENTUK BOTOL Andri STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 122, 124, 140 Medan 20212 andri@mikroskil.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Antar Muka Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman judul perangkat lunak, form pelatihan jaringan saraf tiruan, form pengujian

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION

PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION ABSTRAK Juventus Suharta (0722026) Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi.

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi. 33 BAB 4 DISAIN MODEL Disain model sistem identifikasi citra karang dirancang sedemikian rupa dengan tuuan untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pembuatan aplikasi serta memudahkan pengguna dalam

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Bagian terpenting dari CRM adalah memahami kebutuhan dari pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan para pelaku bisnis. CRM membutuhkan sistem yang dapat memberikan suatu

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

PENGENALAN KARAKTER DAN MANAJEMEN DATABASE PADA FORMULIR ISIAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ)

PENGENALAN KARAKTER DAN MANAJEMEN DATABASE PADA FORMULIR ISIAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) PENGENALAN KARAKTER DAN MANAJEMEN DATABASE PADA FORMULIR ISIAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) SKRIPSI ANTONI SIAHAAN 051401063 PROGRAM STUDI S-1 ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenali dan membedakan ciri khas yang dimiliki suatu objek (Hidayatno,

BAB I PENDAHULUAN. mengenali dan membedakan ciri khas yang dimiliki suatu objek (Hidayatno, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini pemanfaatan teknologi pengolaan citra untuk mempermudah manusia dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu sudah banyak diterapkan, khususnya dibidang Identifikasi.

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION SKRIPSI

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION SKRIPSI PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION (Studi Kasus : Harga Penutupan Saham Unilever Indonesia Tbk. Periode September

Lebih terperinci

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan JURNAL TEKNIK POMITS 1-7 1 Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Dhita Azzahra Pancorowati, M. Arief Bustomi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran

Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran Kecerdasan Buatan Pertemuan 11 Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network)

Lebih terperinci

Analisis Jaringan Saraf Tiruan dengan Metode Backpropagation Untuk Mendeteksi Gangguan Psikologi

Analisis Jaringan Saraf Tiruan dengan Metode Backpropagation Untuk Mendeteksi Gangguan Psikologi Analisis Jaringan Saraf Tiruan dengan Metode Backpropagation Untuk Mendeteksi Gangguan Psikologi Kiki, Sri Kusumadewi Laboratorium Komputasi & Sistem Cerdas Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUSKA RIAU. IIS AFRIANTY, ST., M.Sc

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUSKA RIAU. IIS AFRIANTY, ST., M.Sc IIS AFRIANTY, ST., M.Sc Sistem Penilaian Tugas dan Keaktifan : 15% Quiz : 15% UTS : 35% UAS : 35% Toleransi keterlambatan 15 menit Handphone: Silent Costume : aturan UIN Laki-laki Perempuan Menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas landasan teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teknik-teknik yang dibahas mengenai pengenalan pola, prapengolahan citra,

Lebih terperinci

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol.18, No.4, Oktober 2015, hal 151-156 PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Zaenal

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION [1] Novi Indah Pradasari, [2] F.Trias Pontia W, [3] Dedi Triyanto [1][3] Jurusan Sistem Komputer,

Lebih terperinci

LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT

LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT OUTLINE Decision tree learning Jaringan Syaraf Tiruan K-Nearest Neighborhood Naïve Bayes JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) Intro Definisi ANN Model Matematis Neuron Fungsi Aktivasi

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN INFORMATIKA

JURNAL SAINS DAN INFORMATIKA 39 Fauzul Sains Amri, dan Jaringan Informatika Syaraf Vol.1 Tiruan (N0.1) untuk (2015): Memprediksi 37-43 JURNAL SAINS DAN INFORMATIKA Research of Science and Informatic e-mail: jit.kopertis10@gmail.com

Lebih terperinci

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan deteksi penyakit pada daun rose dengan menggunakan metode ANN.

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan deteksi penyakit pada daun rose dengan menggunakan metode ANN. Laporan Akhir Projek PPCD Deteksi Penyakit Daun Menggunakan Artificial Neural Network (ANN) TRI SONY(G64130020), GISHELLA ERDYANING (G64130040), AMALIYA SUKMA RAGIL PRISTIYANTO (G64130044), MUHAMMAD RIZQI

Lebih terperinci