BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam penelitian ini, peneliti mengambil teori mengenai IPA, pembelajaran IPA, pembelajaran IPA SD, model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah, karakteristik, langkah, sintak, tujuan, kelebihan, kelemahan model model pembelajaran berbasis masalah, belajar dan hasil belajar. Teori tersebut diambil dari berbagai sumber IPA Ilmu Pengetahuan Alam, biasa disingkat IPA adalah sebuah mata pelajaran yang mempelajari Ilmu Alam untuk siswa Sekolah Dasar (SD). Ruang lingkup IPA di Sekolah Dasar menurut Standar Isi untuk satuan Dasar dan Menengah (2006: 168) adalah ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspekaspek berikut. (1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, (2) benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, (3) energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Ruang lingkup tersebut berhubungan dengan lingkungan alam atau lingkungan sekitar tempat tinggal kita. Namun sering kali banyak siswa yang mengabaikan pelajaran IPA karena berhubungan dengan alam sekitar dan tanpa dipelajari akan siswa akan mengetahui sendiri. Padahal sebenarnya IPA memerlukan pembelajaran yang dikemas dengan baik sehingga dapat memberikan pembelajaran yang bermakna kepada siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan penggunaan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran dan usia siswa. Dalam Ilmu Pengetahuan, istilah ilmu pengetahuan alam merujuk kepada pendekatan logis untuk mempelajari alam semesta. Ilmu pengetahuan alam mempelajari alam dengan menggunakan metode-metode sains. Ilmu pengetahuan jenis ini berbeda dengan Ilmu Pengetahuan Sosial yang menggunakan metode sains untuk mempelajari perilaku manusia dan masyarakat; ataupun ilmu 7

2 8 pengetahuan formal seperti matematika. Sehingga akan mudah diterima siswa dalam kehidupan nyata apabila siswa tersebut dapat melihat atau mengalami sendiri pembelajaran dalam IPA tersebut. Ilmu Pengetahuan Alam perlu diajarakan di sekolah dasar dengan berbagai alasan, yaitu a) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa. Khususnya bagi generasi penerus bangsa, IPA sangat diperlukan bagi perkembangan teknologi yang setiap tahun selalu berkembang. Misalnya teknologi dapat berkembang karena adanya IPA. b) Bila IPA diajakan dengan cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis. Dengan adanya pelajaran IPA, maka siswa akan belajar untuk berpikir kritis melalui kegiatankegiatan yang dilakukan. Kemampuan berpikir kritis tersebut bila dilakukan secara berkesinambungan akan menciptakan generasi penerus bangsa yang cerdas dan kritis dalam menyikapi berbagai masalah dan perubahan yang terjadi. c) Bila IPA diajarkan dengan siswa melakukan percobaan percobaan sendiri, maka IPA bukan merupakan mata pelajaran hafalan. Pembelajaran yang dilakukan dengan menghafalkan saja tanpa anak mengalami apa yang akan dipelajari maka pembelajaran itu tidak akan bermakna. Sebab sesuatu yang hanya dihafalkan tidak adak tersimpan dalam memori seseorang dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, pembelajaran yang bermakna ialah siswa melakukan sendiri percobaan atau eksperimen yang membantu mengingat pelajaran yang telah dilakukan. Jadi, dalam pembelajaran IPA siswa harus dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran yang direncanaka dan dilaksanakan. d) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai suatu potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Nilai-nilai tersebut sangat diperlukan bagi siswa dalam proses pertumbuhnnya, sehingga harus diberikan pembelajaran yang tidak keliru dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Supaya anak dapat memaknai pembelajaran IPA dengan sangat baik. (Usman 2011 : 4). Dari uraian diatas maka terbukti IPA sangat diperlukan dan penting bagi siswa SD, karena menyangkut ke-4 hal tersebut. Menurut Nuryani (2010) belajar sains adalah memberikan kesempatan dan bekal untuk memproses sains serta menerapkan dalam kehidupannya sehari-hari

3 9 melalui cara-cara yang benar dan mengikuti etika keilmuan dan etika yang berlaku dalam masyarakat. Hal tersebut terdapat dalam IPA yang dipelajari mulai sejak tingkat sekolah dasar pada pendidikan formal. Supaya siswa lebih memahami kehidupan melalui etika keilmuan yang benar dan tidak menyalahgunakan yang sudah diperolehnya dalam bangku sekolah. Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah - langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhirnya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai alam yang dapat dilakukan dengan melakukan mercobaan atau eksperimen agar pembelajaran tersebut dapat dipahami siswa dengan mudah. Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di kelas 4 SD dengan materi pokok Perubahan Lingkungan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari materi tersebut dapat dilihat dibawah ini : Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi 10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan. Kompetensi Dasar 10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari dan gelombang laut). Sumber. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, longsor).

4 Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA adalah pendekatan yang mencakup kesesuaian antara situasi dan belajar anak dengan situasi kehidupan nyata di masyarakat (Usman, 2011: 4). Dalam pembelajaran IPA, hendaknya siswa dapat belajar mengalami sendiri atau biasa disebut dengan belajar melalui pengalaman karena dengan begitu daya ingat anak akan semakin kuat dan menghemat biaya sebab anak belajar dari lingkungan sekitar. Sebagai disiplin ilmu, IPA membuat perannya sangat penting dalam kehidupan. Yang dapat mempelajari IPA bukan hanya ilmuan saja melainkan anak anak juga harus mempelajarinya. Pada anak usia SD pembelajaran IPA lebih diarahkan dan dimodifikasi pada perkembangan kognitif anak. Untuk mengembangkan ketrampilan kognitif itu dapat dilakukan dengan mengamati, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk menafsirkan apa yang terjadi, lalu menguji tafsiran yang sudah didapat (Usman 2011: 5). Guru harus memahami betapa pentingnya peran IPA dalam kehidupan anak anak, oleh karena itu dalam kurikulum SD IPA dicantumkan sebagai mata pelajaran yang wajib diikuti dan diterima oleh semua anak. Selain itu pemilihan metode pembelajaran juga sangat berpengaruh pada pemahaman anak. Anak anak yang pada umumnya berusia antara 7 12 tahun memerlukan hal-hal yang nyata dalam proses pembelajaran dan pemahaman. Anak usia SD akan lebih cepat menerima suatu pelajaran atau pengetahuan baru ketika anak itu melihat, mendengar dan mengalami sendiri materi atau bahan yang bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuannya. Pembelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan alam sekitar, jadi dengan memodifikasi materi agar lebih menarik dan melibatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran maka siswa akan dengan mudah memahami pembelajaran. Dan pembelajaran IPA khususnya di Sekolah Dasar akan dapat dilaksanakan dengan maksimal.

5 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan hal yang penting dan harus dikuasai oleh siswa terutama siswa SD. IPA yang hampir keseluruhan materinya harus dilakukan dengan melakukan percobaan percobaan seperti yang dilakukan oleh banyak ilmuwan mendorong pendidik untuk memodifikasi ketrampilan ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak (Usman : 2007). Proses pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan kognitif anak tentu akan mudah diterima anak apabila pembelajarannya sesuai. Konsep pembelajaran IPA dapat diterima anak dengan baik apabila anak melakukan pengalaman yang sesuai dengan materi pembelajaran. Pengalaman tersebut dapat berasal dari pengalaman pribadinya, mencoba coba atau trial and error, dan dengan melakukan praktik pembelajaran sesuai dengan bimbingan pengajar. Selain itu, pembelajaran IPA di SD juga dapat dilakukan dengan memodifikasi materi dengan model atau metode yang tentunya membuat siswa tertarik dan selalu ingin belajar IPA. 2.2 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan suatu pola yang digunakan oleh guru dalam suatu pembelajaran sehingga akan mempermudah peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasai diakhir kegiatan belajar (Hamzah, 2007 : 2). Model pembelajaran harus disesuaikan dengan materi pembelajaran dan tingkat perkembangan anak. Model pembelajaran dapat pula disebut sebagai kerangka prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, model merupakan suatu pola (contoh, acuan, ragam), sedangakan pembelajaran ialah proses, cara, perbuatan mempelajari. Sehingga model pembelajaran dapat diartikan sebagai serangkaian

6 12 pola atau proses untuk mempelajari suatu pembelajaran yang disusun secara sistematis. Yang tentunya tujuan adanya model pembelajaran itu ialah untuk mempermudah penyampaian dan penerimaan materi yang akan dipelajari. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan oleh seorang pengajar dalam merencanakan dan menyampaikan materi pembelajaran guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan sehingga kegiatan pembelajaran terlaksana dengan tertata dan sistematis. 2.3 Pembelajaran Berbasis Masalah Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan (Trianto 2006: 67). Lingkungan memberi stimulus berupa masalah kepada siswa, sedangkan siswa dengan sistem syaraf otaknya akan menafsirkan masalah agar dapat diselesaikan, diselidiki, dinilai dan dianalisis oleh siswa dengan baik. Dengan demikian belajar berdasarkan masalah merupakan proses bagi siswa untuk menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat. Dengan kemampuan berfikir siswa, maka siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang menjadi problema di lingkungan. Pengajaran berdasarkan masalah menurut Ratumanan (dalam Trianto 2006: 68), merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk mengolah apa yang sudah dipikirkan dan menyusun pengetahuan mereka dengan dunia sosial dan lingkungan sekitar. Ratumanan juga berpendapat bahwa pembelajaran ini bagus untuk mengembangkan kemampuan dasar maupun kompleks yang sudah dimiliki anak. Kemampuan dasar yang sudah dimiliki anak dapat dikembangakan dengan pengetahuan dari berbagai sumber yang tentunya berkaitan dengan masalah yang akan diselesaikan siswa. Dengan keaktifan siswa untuk mencari pengetahuan dari berbagai sumber maka akan menambah pemahaman siswa mengenai penyelesaian masalah yang memerlukan pemikiran tingkat tinggi.

7 13 Wina Sanjaya (2010: 214) mengungkapkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan sebagian rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Proses pembelajaran yang menekankan masalah pada setiap pembelajaran inilah yang akan membuat siswa mengalami perkembangan tingkat berfikir yang sistematis dengan dirangkainya aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan siswa. Sedangkan menurut Hmelo-Silver (dalam Paul Eggen 2012: 307) pembelajaran berbasis masalah ialah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah, materi dan pengaturan diri. Menurut Hmelo-Silver, yang menjadi hal pokok dalam pembelajaran berbasis masalah adalah masalah. Dalam hal ini masalah merupakan hal yang sangat utama dalam mengembangkan ketrampilan anak dalam memecahkan suatu masalah. Potensi yang dikembangkan bukan hanya kemampuan berfikir secara biasa tetapi berfikir secara kritis dalam menyikapi dan menyelesaikan masalah bahkan juga kreatifitas anak dapat dikembangkan dalam model pembelajaran berbasis masalah ini. Merinda Dian Prametasari (2012) mengungkapkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai model pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada siswa di mana masalah tersebut dialami atau merupakan pengalaman sehari-hari siswa. Selanjutnya siswa menyelesaikan masalah tersebut untuk menemukan pengetahuan baru. Secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari kegiatan menyajikan kepada siswa suatu situasi masalah yang autentik dan bermakna serta memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Masalah merupakan hal yang utama dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah, terutama masalah yang dialami atau merupakan masalah yang dialami di kehidupan seharihari. Dengan mengacu pada pendapat-pendapat diatas, model pembelajaran berbasis masalah ialah pembelajaran yang terjadi karena adanya stimulus dan respon yang berupa pemberian masalah dan mendorong siswa untuk mengolah

8 14 kemampuan berfikir dalam proses penyelesaian masalah sehingga tercipta ketrampilan dan pengalaman belajar siswa dalam memecahkan masalah Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebagian rangkaian kegiatan pembelajaran yang lebih mengarah pada penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Menurut Wina Sanjaya (2007), terdapat tiga ciri utama dari model ini, yaitu (1) model pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam pembelajaran ada kegiatankegiatan yang harus dilakukan siswa agar siswa tidak hanya mendengar, mencatat kemudian menghafal materi. (2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Masalah merupakan kunci utama dalam pembelajaran ini, jadi siswa dalam pembelajaran akan dihadapkan dengan masalah yang harus mereka selesaikan sehingga akan mendorong anak untuk belajar secara aktif dalam menyelesaikan masalah tersebut. (3) pemecahan masalah yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir ilmiah. Dalam menyelesaikan masalah hendaknya siswa diarahkan untuk berfikir secara sistematis (berfikir ilmiah dengan tahapan tertentu) dan empiris (penyelesaian masalah yang didasarkan pada data dan fakta yang jelas). Dengan demikian, nyatalah bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah lebih mengutamakan masalah di setiap proses belajar mengajar. Taufiq Amir (2009: 22) berpendapat, karakteristik yang tercakup dalam pembelajaran berbasis masalah meliputi: (1) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran, (2) masalah yang digunakan berupa masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang, (3) masalah biasanya menuntut prespektif majemuk, (4) masalah membuat pembelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran yang baru, (5) sangat mengutamakan belajar mandiri, (6) memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan menjadi kunci penting, (7) pembelajaranya kolaboratif, komunikatif dan kooperatif. Pembelajar

9 15 bekarja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan dan melakukan presentasi. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah itu berbeda dengan model belajar yang lain. Model ini lebih mengarahkan siswa untuk belajar tidak hanya sekedar mengingat, meniru dan mencontoh tetapi dapat menyelesaikan masalah. Savin: Badin (dalam Taufiq Amir: 2009) menyatakan perbedaan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode lain: Tabel 2.2 Perbedaan PBL dengan Metode lain Metode Belajar Ceramah Kasus atau studi kasus Pembelajaran berbasis masalah Deskripsi Informasi dipresentasikan oleh pendidik. Pembahasan kasus biasanya dilakukan di akhir pembelajaran disertai dengan pembahasan di kelas mengenai materi. Informasi tertulis yang berupa masalah diberikan sebelum kelas dimulai. Fokusnya adalah bagaimana pembelajaran mengidentifikasikan isu pembelajaran sendiri untuk memecahkan masalah. Materi dan konsep yang relevan ditemukan oleh pembelajar sendiri. Savin: Badin (dalam Taufiq Amir: 2009) Beberapa perbedaan tersebut menjelaskan bahwa pengertian masalah dalam pembelajaran berbasis masalah itu berbeda dengan pertanyaan untuk diskusi. Dalam diskusi pertanyaan atau masalah diberikan supaya pembelajar terhubung dengan materi yang diajarkan, namun dalam PBL masalah tersebut menuntut penjelasan atas sebuah kejadian. Rusman (2010:232) juga mengatakan bahwa karakteristik pembelajaran berbasis masalah meliputi: (1) permasalahan menjadi strating point dalam belajar, (2) permasalahan yang diangkat ialah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur, (3) permasalah membutuhkan prespektif ganda, (4) permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh

10 16 siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar, (5) belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama, (6) pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM, (7) belajar adalah kolaboratif, komunikatif dan kooperatif, (8) pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan, (9) keterbukaan dalam proses PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar dan (10) PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswadan proses belajar. Pendapat yang disampaikan Taufiq dan Rusman mengenai karakteristik PBM hampir sama, bedanya ialah Rusman menambahkan beberapa hal mengenai karakteristik PBM. Dengan demikian, karakteristik model pembelajaran berbasis masalah yang pertama ialah permasalahan digunakan pada awal pembelajaran, masalah diangkat dari hal yang nyata, permasalah menggunakan prespektif majemuk, masalah membuat pembelajar tertantang, mengutamakan belajar mandiri, menggunakan berbagai sumber yang bervariasi, pembelajarannya kolaboratif, komunikatif dan kooperatif, mengembangkan ketrampilan penemuan dan pemecahan masalah, PBM yang terbuka, adanya evaluasi dan review dalam PBM Langkah Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Proses Pembelajaran berbasis Masalah akan dapat dijalankan apabila pengajar sudah siap dengan semua perangkatnya, terutama ialah permasalahan yang akan dibahas dalam proses belajar mengajar. Taufiq Amir (2009: 24) menjelaskan ada 7 langkah dalam pembelajaran berbasis masalah: (1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas, memastikan setiap anggota kelompok memahami berbagai istilah dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara yang ada dalam masalah. (2) Merumuskan Masalah, fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan yang terjadi terkadang ada masalah yang harus diperjelas pemahamannya. (3) Menganalisis masalah, anggota mengungkapkan gagasan yang dimiliki untuk

11 17 menyelesaikan masalah yang terjadi dalam diskusi menganalisis masalah ini. (4) Menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam, bagian yang sudah dianalisis dikelompokkan satu dengan yang lain, dipilih apakan menunjang atau saling bertentangan dalam penyeesaian masalah. Analisis adalah upaya memilah-milah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya. (5) Memformulasikan tujuan pembelajaran, kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang. Tujuan pebelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat, inilah yang menjadi dasar gagasan yang akan dibuat laporan. Tujuan pembelajaran ini juga yang dibuat menjadi dasar penugasanpenugasan individu disetiap kelompok. (6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (diluar diskusi kelompok), siswa akan mencari dari sumber lain jika dirasa informasi yang dibutuhkan masih kurang. (7) Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk kelas, setiap kelompok akan menyusun laporan dan dipresentasikan di depan kelas dengan penggabungkan informasi yang sudah mereka temukan. Ke tujuh langkah tersebut ada dalam setiap kegiatan pembelajaran berbasis masalah namun dalam implementasinya tidak harus ke tujuh langkah tersebut dilakukan dalam satu pertemuan, bisa sampai 3 atau 4 pertemuan. Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan model pembelajaran berbasis masalah. John Dewey (Wina Sanjaya 2006: 217) menjelaskan 6 langkah model pembelajaran berbasis masalah yang kemudian dinamakan metode pemecahan masalah (problem solving) yaitu: (1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan. (2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. (3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. (4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. (5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan. (6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

12 18 David Johnson (Wina Sanjaya 2006: 217) mengemukakan ada 5 langkah PBM melalui kegiatan kelompok: (1) Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah yang mengandung isu atau konflik untuk dipecahkan. (2) Mendiagnosis masalah, menentukan sebab-sebab terjadinya masalah serta menganalisis faktor-faktor yang terlibat dalam masalah. (3) Merumuskan alternatif model pilihan, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. (4) Menentukan dan menerapkan model pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang model mana yang dapat dilakukan. (4) Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Menurut Rusman (2010: 242) langkah-langkah yang harus dilalui siswa dalam PBL adalah (1) menemukan masalah, (2) mendefinisikan masalah, (3) mengumpulkan fakta, (4) pembuatan hipotesis, (5) penelitian, (6) rephrasing masalah, (7) menyuguhkan alternatif dan (8) mengusulkan solusi. Wina Sanjaya (2006) merumuskan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: (1) Menyadari masalah, guru membimbing siswa unutk menyadari adanya kesenjangan atau masalah dalam kehidupan seharihari. (2) Merumuskan masalah, kemudian dengan pengetahuan siswa maka siswa akan merumuskan yang menjadi sebab dari adanya masalah tersebut. (3) Merumuskan hipotesis, siswa diarahkan untuk dapat mengetahui sebab akibat dari adanya masalah tersebut. Dengan diketahuinya sebab akibat dari suatu masalah maka akan dipahami berbagai kemungkinan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. (4) Mengumpulkan data, siswa mengumpulkan data sesuai dengan masalah. Kecakapan dan kemampuan siswa untuk mengumpulkan dan memilah data kemudian menyajikannya merupakan hal yang utama dalam tahap ini. (5) Menguji hipotesis, setelah data terkumpul maka data tersebut diuji apakah hipotesisnya diterima atau ditolak. Kemampuan siswa dalam mengambil keputusan dan membuat kesimpulan merupakan hal yang utama dalam tahap ini. (5) Menentukan pilihan penyelesaian, merupakan tahap akhir yang mana siswa dapat menentukan penyelesaian dengan tepat dan dapat memperhitungkan sebab akibat dari penyelesaian tersebut.

13 19 Sesuai dengan pendapat para ahli, maka secara umum model pembelajaran berbasis masalah dapat dilakukan dengan langkah-langkah: 1. Mendefinisikan masalah, mengetahui masalah yang akan dipecahkan, masalah tersebut berhubungan dengan kehidupan. 2. Merumuskan masalah, menentukan masalah yang akan dipecahkan dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. 3. Membuat hipotesis, membuat dugaan jawaban dari masing-masing pengetahuan siswa yang terkait dengan masalah. 4. Mengumpulkan data, perlu ditambahkan dari sumber lain dalam menyelesaikan masalah yaitu dengan mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah dikumpulkan untuk dianalisis bersama. 5. Menguji hipotesis, dugaan jawaban dan data yang sudah terkumpul dijadikan satu, diuji dan dicari yang lebih tepat dengan penyelesaian masalah. 6. Melakukan penyelesaian, setelah semua selesai maka data yang diperoleh disajikan dalam bentuk laporan yang kemudian dipresentasikan Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai guru dengan mengenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Langkah tersebut dijelaskan berdasarkan pada tabel 1.2 (Ibrahim dalam Trianto 2007: 71).

14 20 Tabel 2.3 Sintak Pembelajaran Berbasis Masalah menurut Ibrahim Tahap Tahap 1 Orientasi siswa pada masalah Tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Tingkah Laku Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai. Seperti laporan, video dan model serta membantu siswa untuk membagi tugas dengan temannya. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan yang dilakukan dan proses yang digunakan.

15 21 Dari sintak pembelajaran diatas maka, dalam proses pembelajaran langkah langkahnya ialah : Tabel 2.4 Langkah Pembelajaran Model Pembelajaran Berbasis Masalah Tahapan Kegiatan Keterangan Pendahuluan Menyiapkan alat peraga berupa gambar. Menyampaikan tujuan pembelajaran. Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi Penutup Kegiatan inti Guru menjelaskan materi. Mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. Guru menjelaskan proses pembelajaran dalam pemecahan masalah. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 anak. Secara berkelompok siswa diberikan suatu masalah dan siswa mendentifikasi masalah dalam bentuk lembar kegiatan, kemudian dengan bimbingan guru siswa merumuskan masalah, mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam penyelesaian masalah. Siswa mengumpulkan data dari berbagai sumber dan menguji hipotesis serta mempresentasikan hasil pekerjaan siswa. Guru memeriksa hasil kegiatan siswa secara kelompok. Memberi penghargaan, memberi evaluasi secara individu. Menutup pembelajaran dengan memberi motivasi agar siswa harus senantiasa belajar.

16 Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah Trianto (2007: 70) mengutarakan tujuan pembelajaran berbasis masalah yaitu untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata. Guru berperan untuk membantu siswa dalam merumuskan tugas-tugas. berpendapat Sedangkan Wina Sanjaya (2006: 216) juga berpendapat bahwa tujuan pembelajaran berbasis masalah yaitu kemampuan berfikir siswa untuk berfikir kritis, analitis, sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Siswa diarahkan dengan menggunakan masalah yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya atau masalah yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hampir sama dengan pendapat Wina Sanjaya, Tan, Ibrahim dan Nur (dalam Rusman 2010: 242) mengemukakan tujuan pembelajaran berbasis masalah yaitu (1) membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir dan memecahkan masalah, (2) belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata, (3) menjadi para siswa yang otonom. PBM mendorong siswa untuk terlibat dalam setiap kegiatam penyelidikan guna menuntaskan masalah yang dihadapi. Taufiq Amir (2009: 27) menjelaskan tujuan dari model pembelajaran berbasis masalah yaitu: (1) Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar. Pengetahuan yang di dapat dengan lebih dekat pada praktik maka materi tersebut akan mudah diingat. Apalagi bila siswa mengalami praktik itu sendiri maka akan lebih mudah mengingat materi dan akan lebih efektif dari menghafal. (2) Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan. Masalah yang dekat dengan kehidupan lingkungan sekitar akan membuat lebih dengan dengan

17 23 praktik dan langsung dapat merasakan apa yang terjadi, sehingga pembelajaran akan lebih efektif. (3) Mendorong untuk berfikir. Siswa dianjurkan untuk tidak terburu-buru dalam menyimpulkan masalah namun didorong untuk berfikir dan mengutarakan pendapat berdasarkan landasan dan fakta yang mendukung alasan. (4) Membangun kerja tim, kepemimpinan dan ketrampilan sosial. PBL sering dikerjakan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga mendorong kecakapan sosial dan kerja tim. Mendengarkan dan menerima pendapat dari orang lain merupakan salah satu ketrampilan yang akan dicapai pada tujuan ini. (5) Membangun kecakapan belajar. Dengan merumuskan sendiri masalah yang mengambang akan mengembangan kecakapan siswa dalam memperoleh ilmu dan pengtahuan karena siswa harus mencari sendiri pengetahuan yang relevan. (6) Memotivasi belajar. Masalah yang dihadapkan pada siswa akan membuat siswa tertantang untuk selalu belajar dan memecahkan masalah, namun tidak semua siswa menyenangi hal ini oleh karena itu peran pendidik sangat diperlukan dalam memotivasi belajar siswa. Tujuan dari pembelajaran berbasis masalah ini lebih condong pada aktivitas dan manfaat yang akan diterima siswa. Berdasarkan tujuan PBL yang sudah disampaikan oleh para ahli, maka secara umum tujuan PBL ialah mengambangkan kemampuan berfikir siswa agar dapat berfikir secara kritis, logis, sistematis dan analitis, meningkatkan ketrampilan intelektual maupun sosial melalui kelompok kecil, membangun kecakapan dan motivasi belajar karena mengangkat masalah dari pengalaman atau kehidupan nyata Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah Sebagai model pembelajaran, tentunya model pembelajaran berbasis masalah ini juga mempunyai kelebihan. Menurut Wina Sanjaya (2006), kelebihan dari model ini ialah: (1) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. (2) Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta mamberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. (3) Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa. (4) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana menstransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. (5) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu

18 24 siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. (6) Pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah da lain sebagainya) pada dasarnya merupakan kemampuan cara berfikir dan harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya belajar dari guru atau buku-buku saja. (7) Pemecahan masalah (problem solving) diangggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. (8) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengambangkan kemampuan mereka untuk menyeuiakan dengan pengetahuan baru. (9) Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. (10)Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah Disamping kelebihan, model pembelajaran berbasis masalah ini juga memiliki kelemahan, yaitu: (1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan enggan untuk mencoba. (2) Keberhasilan model pembelajaran melalui Pemecahan masalah (problem solving) membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. (3) Tanpa pemahaman untuk memecahkan masalah maka siswa tidak akan memahami materi yang mereka pelajari. 2.4 Belajar Gagne (Najib Sulhan, 2006: 5), berpendapat bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, nilai dan perubahan kemampuannya, yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja). Baharuddin (2007: 11), menyatakan bahwa belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan dan sikap. Fudyartanto (Baharuddin, 2007: 13) juga menyatakan belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu yang dilakukan dengan usaha

19 25 untuk mendapatkan ilmu tersebut sehingga manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Hampir sama dengan pendapat Dahar dalam Triyanto 2007: 25 yang menyatakan belajar menurut teori Ausubel adalah belajar bermakna yang merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Menurut Oemar Hamalik (2008: 36), belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Hal ini lebih difokuskan pada suatu proses atau kegiatan bukan pada suatu hasil atau tujuan. Winkel (Darsono, 2004: 4) menyatakan belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Dari beberapa pengertian belajar yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku dan pencapaian kompetensi serta kepandaian yang diperoleh melalui pengalaman dan berinteraksi dengan lingkungan Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi hasil belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar yang merupakan bukti dari usaha yang telah dilakukan. Menurut Hamalik (2002:155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat digolongkan menjadi empat, yaitu (a) bahan atau materi yang dipelajari; (b)

20 26 lingkungan; (c) faktor instrumental; dan (d) kondisi peserta didik. Faktor-faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap prestasi dan hasil belajar peserta didik. Antara proses dan hasil dalam pembelajaran merupakan dua hal yang tidak berdiri sendiri, namun saling terkait. Faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran tersebut antara lain dalah faktor siswa, guru, model atau metode mengajar, dan sarana atau perangkat pembelajaran. Berdasarkan kajian tentang berbagai pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa perolehan belajar atau hasil belajar merupakan kapasitas terukur dan perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel-variabel bawaannya melalui perlakuan pembelajaran tertentu. Hasil belajar merupakan hasil kegiatan dari belajar dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari pembelajaran yang dilakukan siswa. 2.5 Kajian Penelitian Yang Relevan Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Heny Zulaikah (2010) yang melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada siswa Kelas IV SDN Slorok Kabupaten Blitar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pembelajaran pada pra tindakan masih bersifat konvensional dimana pembelajaran berpusat pada guru, (2) hasil belajar IPS pada pra tindakan memperoleh presentase rata rata kelas 59,4 %, (3) penerapan model pembelajaran IPS sesuai dengan langkah langkah PBM, (4) hasil belajar siswa pada siklus I memeroleh presentase rata rata kelas 69 % sedang siklus II 82,2 %, (5) siklus I presentase keberhasilan secara klasikal dari 59,4 % menjadi 69% dengan peningkatan sebesar 96 %. Sedangakan pada siklus II dari 69 % menjadi 82,3 % dengan peningkatan sebesar 13,2 %. Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PBM dapat menigkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Slorok 01 Kabupaten Blitar. Berdasarkan penelitian ini,disarankan hendaknya guru dapat

21 27 memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Merinda Dian Pramesti dengan judul penelitian Efektifitas penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning PBL) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di SD Gugus Hasanudin Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen, namun tetap menunjukkan bahwa dengan menngunakan model pembelajaran berbasis masalah hasil belajar IPA siswa kelas V mengalami kenaikan. Terbukti dengan hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan rata rata dari hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen dengn perolehan rata - rata nilai tes siswa keals kontrol lebih rendah daripada rata rata nilai tes kelas eksperimen, yaitu 74,53 < 83,38 dengan perbedaan rata rata (mean different) sebesar 8,851. Perbedaan taraf signifikansi diperoleh angka 0,002 < 0,05. Hal tersebut berarti terdapat perbedaan antara rata rata hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

22 Kerangka Pikir Adapun kerangka pikir dari penelitian ini adalah Kondisi awal Prestasi belajar siswa rendah pada mata pelajaran IPA karena guru cenderung menggunakan ceramah Tindakan Menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran IPA SK memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan dengan bimbingan dari guru. Kondisi akhir Melalui model pembelajaran berbasis masalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 07 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga meningkat. Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian Tindakan Kelas 2.7. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Melalui model pembelajaran berbasis masalah, hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 07 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga pada mata pelajaran IPA SK memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan dapat meningkat. Melalui langkah dalam model pembelajaran berbasis masalah yaitu mendefinisikan masalah, merumuskan masalah, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan melakukan penyelesaian maka siswa lebih memahami materi, sehingga dengan penerapan langkah tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa yang berpengaruh pada peningkatan hasil belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat IPA Ilmu sains merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, dalam proses belajarmengajar,

II TINJAUAN PUSTAKA. menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, dalam proses belajarmengajar, 14 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Siswa Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, dalam proses belajarmengajar, siswa sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka Penelitian ini mengutip beberapa pendapat para ahli yang mendukung dan relavansi dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 7 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Ibrahim dan Nur (Rusman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning Teori yang melandasi Problem Based Learning adalah teori Vygotsky, Bruner dan Dewey. Teori Vgostky menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan melalui metode ilmiah. Fisika merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Strategi belajar mengajar yang tepat sangat penting dilakukan untuk menunjang keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Problem Based Learning (PBL) 2.1.1.1 Pengertian Model Problem Based Learning (PBL) Model pembelajaran dapat memacu semangat siswa untuk ikut aktif terlibat

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING)

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING) MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING) MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS SEMINAR PENDIDIKAN DISUSUN OLEH KALAM SIDIK PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran dianggap dapat berhasil apabila proses dan hasil belajarnya baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Learning Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode eksperimen Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari atau melakukan sendiri, mengikuti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 4 SDN KALINANAS 01

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 4 SDN KALINANAS 01 Yudha Widhiatma 447 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 4 SDN KALINANAS 01 Oleh Yudha Widhiatma 292013095@student.uksw.edu Wasitohadi wasitohadi@staff.uksw.edu

Lebih terperinci

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini bagian yang pertama akan dijelaskan tentang halhal yang berkaitan dengan matematika mulai dari pengertian matematika, karakteristik matematika,

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Kelas V Nana Sudjana (2002: 22) mengatakan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sekolah dasar. IPA berguna untuk memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai fenomena-fenomena

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA 12 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA Ponco Budi Raharjo Indri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985) II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Sebelum kita mengetahui pengertian kemampuan pemecahan masalah, terlebih dahulu kita harus mengetahui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam sering disebut science. Telah mempengaruhi sebagian besar kehidupan manusia. Setiap warga masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing manusia dari kegelapan,

Lebih terperinci

Membangun Sikap Konstruktif Peserta Didik Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah

Membangun Sikap Konstruktif Peserta Didik Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Membangun Sikap Konstruktif Peserta Didik Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Tika Ratna Mayestika, Shofia

Lebih terperinci

materi yang ada dalam suatu pengajaran.

materi yang ada dalam suatu pengajaran. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yang harus kita mengerti yaitu pemahaman dan konsep, dua kata tersebut yang harus kita pahami terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Nasution (2010), memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kurikulum Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan II. KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan ada efeknya, akibatnya, pengaruhnya, kesannya, atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad,

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad, 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Berpikir Kritis Berpikir merupakan kegiatan penggabungan antara persepsi dan unsurunsur yang ada dalam pikiran untuk menghasilkan pengetahuan. Berpikir dapat terjadi pada seseorang

Lebih terperinci

PROBLEM BASED LEARNING. R. Nety Rustikayanti, S.Kp., M.Kep. 2016

PROBLEM BASED LEARNING. R. Nety Rustikayanti, S.Kp., M.Kep. 2016 PROBLEM BASED LEARNING R. Nety Rustikayanti, S.Kp., M.Kep. 2016 Learning = Pembelajaran Hakikat pembelajaran mengasah atau melatih moral kepribadian manusia proses pembelajaran dituntut untuk selalu menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Proses pembelajaran merupakan proses yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar Istilah kemandirian (Nurhayati, 2011) menunjukkan adanya kepercayaan terhadap kemampuan diri untuk menyelesaikan masalahnya tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peranan guru adalah menciptakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemampuan Berargumentasi Kemampuan adalah kuasa, kesanggupan melakukan sesuatu (Tim Penyusun Kamus, 2005). Argumentasi adalah suatu bentuk retoritika yang berusaha untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam dikenal juga dengan istilah sains. Sains berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk sekolah dasar merupakan tujuan utama pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen (Carin dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Lebih terperinci

PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN Oleh ELISA NIM F34211502 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII SMP PGRI SUDIMORO, KABUPATEN PACITAN TAHUN AJARAN 2014/2015 Endah Dwi Nur Qori ah dan Dwi Avita

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Inkuiri Menurut Sund, yang dikutip oleh Suryasubroto (1993), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry atau inquiry merupakan perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial dimana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar-mengajar berlangsung dengan suatu proses pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas diharapkan kedua proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaaat penelitian, dan fokus penelitian. Berikut uraian

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaaat penelitian, dan fokus penelitian. Berikut uraian BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaaat penelitian, dan fokus penelitian. Berikut uraian selengkapnya. 1.1 Latar Belakang Sisdiknas (2013)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan (Syaripudin, T: 2009, 5).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu diadakan peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan bergantung dari kualitas seorang guru.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah kelompok Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah kelompok Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum SMK terdiri atas berbagai kelompok mata pelajaran salah satunya adalah kelompok Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tri Suci Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tri Suci Handayani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah seorang pembelajar, karena seluruh rentang hidupnya tidak terlepas dari aktivitas belajar. Dalam hal ini, belajar memiliki arti yang luas. Seperti yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif BAB II KAJIAN TEORI Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Ada beberapa hal yang lebih dahulu perlu dipahami dalam penelitian ini, diantaranya: pengertian belajar dan pembelajaran, hasil belajar, pembelajaran matematika,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yang dimiliki siswa setelah ia menerima pangalaman belajarnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yang dimiliki siswa setelah ia menerima pangalaman belajarnya. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Hasil belajar adalah nilai hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Menurut Sudjana (1995:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Sofiatun,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Sofiatun,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. IPA membahas gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Matematika (dari bahasa Yunani: mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 1. Pengertian Berpikir Kreatif Berpikir dapat diartikan sebagai alur kesadaran yang setiap hari muncul dan mengalir tanpa kontrol, sedangkan

Lebih terperinci