MEMBUAT POHON MASALAH DAN POHON TUJUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEMBUAT POHON MASALAH DAN POHON TUJUAN"

Transkripsi

1 Slide 1 MEMBUAT POHON MASALAH DAN POHON TUJUAN 11 Agustus

2 Slide 2 Langkah-langkah dalam Persiapan Proyek Langkah 1 Curah pendapat "Pohon Masalah" dengan berpartisipasi secara penuh Langkah 2 Mengembangkan "Pohon Tujuan" dengan berpartisipasi secara penuh Langkah 3 Menentukan aspek yang merupakan "tambahan" karena ancaman perubahan iklim Langkah 4 Menjelaskan Tujuan Pengembangan Proyek Langkah 5 Mengembangkan Kerangka Kerja Hasil atau Logframe Langkah 6 Menjelaskan pengaturan pelaksanaan kelembagaan, termasuk pengadaan barang dan jasa Langkah 7 Manajemen risiko, Perlindungan & Sistem Pengendalian Manajemen Keuangan Persyaratan utama bagi para pejabat pemerintah dalam persiapan proyek: (i) komitmen terhadap kualitas desain dan anggaran yang memadai, termasuk untuk pemeliharaan; (Ii) pengawasan aktif dari tim desain dalam persiapan proyek; (Iii) saran mengenai kebijakan pemerintah, prioritas dan pelajaran dari pengalaman masa lalu - pejabat pemerintah perlu memahami realitas implementasi dan penyebab kegagalan proyek serta keberhasilannya; (Iv) Ulasan tepat waktu untuk dokumentasi proyek dan umpan balik yang konstruktif untuk mencapai tujuan proyek yang menyeluruh yang dapat diimplementasikan secara efisien. 2

3 Slide 3 Tugas Manajer: MENJAMIN KUALITAS Perhatikan dan hati-hati dengan bias konsultan! Tetap ingat masalah kelayakan politik dan sosial untuk kegiatan proyek yang potensial Nilai kemampuan institusi atau agen atau dinas yang melaksanakan Perhatikan dan hati-hati dengan bias konsultan. ADB secara eksplisit menyarankan pemerintah untuk ëmperhatikan situasi dimana konsultan mungkin mengusulkan solusi yang mereka inginkan atau hanya yang mereka kenal, tapi mungkin tidak relevan dengan kondisi lokal atau tervalidasi terhadap kriteria yang diinginkan stakeholder (ADB 2007: 18). Tetap ingat masalah kelayakan politik dan sosial untuk kegiatan proyek yang potensial. Beberapa pertanyaan kunci untuk melakukan seleksi antara lain: 1. Apakah kegiatan yang diusulkan sudah mematuhi hukum, kebijakan, dan prosedur yang berlaku? 2. Apakah keahlian yang dibutuhkan dan kapasitas yang tersedia ada untuk melaksanakan pekerjaan tersebut? 3. Apakah kegiatan tersebut terjangkau dan efektif dari segi biaya, dan apakah sumber pembiayaan tersedia? 4. Apakah secara sosial dapat diterima oleh kelompok penerima manfaat? 5. Apakah kegiatan tersebut mungkin menghasilkan eksternalitas negative yang membutuhkan mitigasi? 6. Seberapa besar ketergantungan kegiatan tersebut terhadap alternative lain yang sedang dilaksanakan? 7. Apa saja risiko utama yang mungkin dihadapi, dan bagaimana risiko tersebut dapat dimitigasi? 8. Investasi dan proyek apa saja yang sedang berlangsung atau dilaksanakan oleh pemerintah 3

4 atau organisasi atau institusi lain? Nilai kemampuan institusi atau agen atau dinas yang melaksanakan. Sangatlah penting bahwa instansi, perusahaan, atau organisasi yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan memiliki kapasitas untuk melaksanakan kegiatan tersebut, atau bahwa kapasitas dapat dikembangkan sebagai bagian pelaksanaan kegiatan. Di beberapa kasus, mungkin dibutuhkan pelatihan dalam periode pelaksanaan kegiatan untuk mengembangkan kapasitas yang mungkin berpengaruh terhadap penjadwalan kegiatan. 4

5 Slide 4 Langkah 1 Curah pendapat "Pohon Masalah" 1. Mendefinisikan "masalah inti" Pengungsian akibat banjir kekurangan air / sanitasi 2. Mengidentifikasi penyebab langsung dan efek langsung Hujan deras infrastruktur sangat terbebani Permukiman di daerah rawan banjir saluran air tersumbat peningkatan kerentanan Kerusakan infrastruktur 3. Mengidentifikasi penyebab (pemicu) sekunder migrasi desa-kota Kurangnya perencanaan Tidak ada badan utama yang bertanggung jawab Meskipun mengacu pada strategi adaptasi nasional, rencana sektoral, dan rencana pembangunan memberikan konteks keseluruhan untuk proyek dan proposal, sumber-sumber ini biasanya mengarahkan kita hanya sejauh mendefinisikan tujuan, atau tujuan keseluruhan proyek. Langkah berikutnya fokus pada analisis masalah yang lebih besar untuk memahami kemungkinan untuk benar-benar mencapai tujuan. Dengan kata lain, Anda perlu mencari tahu apa langkah yang tepat untuk mencapai tujuan, dan ini melibatkan pemahaman kita akan sifat sebenarnya dari masalah. Ini lebih mudah dikatakan daripada dilakukan, tapi dengan sedikit latihan, kita dapat menjadi terbiasa. Dalam beberapa slide berikutnya kita akan melangkah melalui proses untuk bergerak dari gambaran besar ke kegiatan spesifik. Sebuah "Pohon Masalah" memberikan gambaran tentang penyebab dan efek untuk masalah yang diidentifikasi. Idenya adalah untuk membantu memastikan bahwa desain proyek mempertimbangkan konteks masalah secara menyeluruh. Ini melibatkan identifikasi masalah inti, dan kemudian bekerja sama dalam kelompok untuk membahas penyebab langsung dan sekunder, bersama dengan efeknya. Pohon masalah dapat membantu pemangku kepentingan memahami dan memvisualisasikan kompleksitas masalah dengan mengidentifikasi beberapa penyebab. Hal ini juga dapat membantu untuk mengungkapkan garis intervensi dan faktor-faktor lain yang mungkin perlu ditangani dengan proyek-proyek yang saling melengkapi. Pohon masalah yang rampung akan memberikan titik awal untuk mendefinisikan garis besar solusi yang mungkin melalui penggunaan "Pohon Tujuan," termasuk kegiatan yang perlu dilakukan, tujuan atau hasil proyek yang diinginkan. Pedoman kunci untuk pohon masalah meliputi berikut ini: 5

6 1. Pohon masalah harus dilengkapi oleh semua pemangku kepentingan yang hadir 2. Waktu yang diperlukan bervariasi dari beberapa jam hingga setengah hari atau lebih tergantung pada kompleksitas masalah dan keragaman stakeholder. Juga ingat bahwa pohon masalah adalah "dokumen hidup" dalam hal kemungkinan akan direvisi dari waktu ke waktu ketika ada tambahan informasi lebih lanjut dan lebih banyak pemangku kepentingan yang terlibat. Ada beberapa langkah dalam mengembangkan pohon masalah. Hal ini dapat (dan mungkin harus) diulang atau "diverifikasi / dikonfirmasi" di pertemuan berikutnya untuk memastikan kekokohan analisis dan kesimpulan yang dicapai. Langkah pertama dari penyusunan pohon masalah adalah menetapkan masalah inti. Sebagaimana dicatat sebelumnya, ini melibatkan semua pemangku kepentingan. Masalah inti adalah pernyataan tujuan sederhana dari proses fisik yang menyebabkan kesulitan. Dalam contoh kasus, ada dua masalah utama seringnya banjir kekurangan air / sanitasi. Sebuah poin kunci yang dibuat di sini adalah bahwa meskipun kita menggambarkan ini sebagai proyek adaptasi dan resiliensi perubahan iklim, yang ditandai dengan masalah seringnya banjir, masalah terkait air telah diidentifikasi juga. Dalam contoh kasus kita ada defisit adaptasi yang jelas, dan dengan mengintegrasikan ke dalam proyek banjir, para perencana proyek memanfaatkan sinergi antara adaptasi dan kebutuhan pembangunan yang lebih luas. Itu adalah contoh co-benefits. Langkah kedua adalah untuk mengidentifikasi penyebab langsung dan efek langsung. Apa penyebab yang jelas dari masalah tersebut, dan apa efek yang jelas masalah tersebut? Dalam kasus Dakar, ada beberapa penyebab yang jelas termasuk: 1. hujan deras 2. infrastruktur yang sangat terbebani: kota ini dibangun untuk menampung penduduk tapi sekarang memiliki 2,7 juta penduduk 3. Banyak orang telah menetap di daerah rawan banjir. Hal ini diperburuk oleh musim kering jangka panjang dan karena orang telah pindah ke daerah-daerah yang secara historis rentan terhadap banjir 4. Gangguan saluran air alami oleh urbanisasi. Efek langsung termasuk 1. Peningkatan tekanan dan kerentanan bagi masyarakat miskin perkotaan 6

7 2. kerusakan yang signifikan kepada infrastruktur, peralatan umum, dan property hak milik perseorangan Langkah ketiga adalah untuk mengidentifikasi penyebab tidak langsung atau "pemicu". Ini adalah skala yang lebih luas (spasial dan temporal) proses yang mendorong penyebab yang lebih langsung. Dalam mengembangkan pohon masalah Anda, Anda dapat menambahkan beberapa lapisan penyebab sekunder, tergantung pada kompleksitas masalah, dan bagaimana ambisius perencanaan proyek Anda. Dalam kasus proyek Senegal, beberapa penyebab pemicu akan mencakup 1. Migrasi desa-kota (menyumbang 3% pertumbuhan penduduk kota per tahun) 2. Kekurangan dalam perencanaan kota 3. Tidak ada badan utama yang bertanggung jawab untuk pengaturan limpasan curah hujan dan pemeliharaan infrastrukturnya 7

8 Slide 5 Masalah yang diajukan harus berdasarkan bukti Identifikasi sebab dan akibat suatu hubungan Akibat langsung menjadi aspek utama dari masalah inti (core problem) Identifikasi masalah dengan tepat! Digunakan untuk mengidentifikasi hierarki outcome Praktik terbaik Penyusunan Pohon Masalah Sebagian besar dari poin-poin untuk mengembangkan pohon tujuan pada dasarnya sudah jelas. Masalah yang diajukan harus berdasarkan bukti. Masalah yang diidentifikasi harus didasarkan pada bukti atau pengalaman. Dengan kata lain, harus ada kesepakatan yang jelas tentang masalah yang dibahas. Masalah inti/focus harus diidentifikasi berdasarkan consensus dan harus dinyatakan sebagai efek, dampak, atau kondisi dimana Shared Learning Dialogue atau mekanisme pelibatan stakeholder lainnya yang disetujui adalah situasi inti yang akan diperbaiki untuk kesehatan, keamanan, atau kesejahteraan masyarakat. Identifikasi sebab dan akibat suatu hubungan. Pohon masalah harus secara jelas menggambarkan kaitan sebab akibat antara masalah dan factor/isu yang berkontribusi terhadap masalah tersebut sehingga masalah inti dapat dinyatakan dengan jelas. Akibat langsung menjadi aspek utama dari masalah inti (core problem).. Identifikasi masalah dengan tepat! Pohon masalah harus mengecualikan semua hambatan yang tidak dapat dipecahkan. Misalnya korupsi, tekanan penduduk, urbanisasi yang tidak terkendali, dll. Namun, hati-hati dengan hal ini karena kadang-kadang isu yang dianggap sulit ternyata dapat diatasi. Contoh kasus yang baik tentang hal ini adalah penyusunan pohon masalah untuk banjir. Dalam banyak kasus, kelompok peserta tergoda untuk mengidentifikasi banjir sebagai masalah inti. Namun, dalam banyak kasus, sangatlah tidak mungkin untuk memecahkan masalah banjir, terutama di kawasan perkotaan. Dengan demikian, masalah inti harus dinyatakan secara berbeda yaitu tentang beberapa masalah yang disebabkan oleh banjir. Sebagai contoh, kerugian finansial akibat banjir atau berpindahnya penduduk akibat banjir. Ingatlah bahwa walaupun ini terdengar sederhana, namun kenyataannya tidak semudah itu. Kenyataannya, mungkin dibutuhkan beberapa kali sesi konsultasi untuk menyetujui apa sebenarnya yang menjadi masalah pembangunan, karena semua stakeholder memiliki bias masing-masing dalam 8

9 menganalisis masalah. Namun, dengan mengambil cukup waktu untuk mencapai consensus diantara stakeholder akan meningkatkan rasa kepemilikan, partisipasi, dan membantu untuk menjamin adanya hasil yang baik. Digunakan untuk mengidentifikasi hierarki outcome. Pohon masalah akan mengidentifikasi dampak langsung dan tidak langsung serta pemicu masalah. Ini akan membantu Anda untuk mengidentifikasi outcome proyek adaptasi Anda dan prioritas dari outcome tersebut relative terhadap yang lain. 9

10 Slide 6 Contoh Pohon Masalah Ini adalah contoh proses brainstorming yang dilakukan oleh sekelompok stakeholder yang mencoba untuk menentukan apa yang menjadi masalah utama/masalah inti dan apa yang menjadi penyebab utamanya. Perhatikan bahwa item yang diberi warna merah mengilustrasikan bagaimana kemungkinan penyebab dapat diubah menjadi aktivitas atau tujuan proyek. Dalam kasus ini, pihak dari pemerintahan percaya bahwa perubahan iklim mungkin menjadi penyebab utama penurunan produksi ikan. Melalui latihan brainstorming ini, dapat diketahui bahwa banyak penyebab lain yang mungkin berkontribusi terhadap penurunan produksi ikan dan rancangan proyek yang baik akan perlu untuk memasukkan solusi dari sejumlah penyebab ini, sekaligus menangai aspek API. 10

11 Slide 7 Contoh Pohon Masalah Mind-map yang berantakan yang dihasilkan dari latihan brainstorming dapat diubah menjadi sesuatu yang lebih teratur dan dimasukkan dalam laporan rancangan, seperti yang ada di contoh ini, yang merupakan versi yang lebih rapi dibandingkan pohon masalah yang ditampilkan di slide sebelumnya. 11

12 Slide 8 Contoh Pohon Masalah: Malolos, Fillipina Ini adalah contoh dari pohon masalah yang dikembangkan selama pelatihan di Quezon City. Kelompok peserta yang berasal dari kota Malolos, mengidentifikasi banjir sebagai ancaman utama mereka. Namun pada saat mengidentifikasi masalah inti, mereka memilih untuk menyoroti masalah tersingkirnya penghuni perumahan informal. Pohon masalah mendemonstrasikan seluruh dampak langsung dan tidak langsung yang dihasilkan dari diskusi peserta tentang masalah tersebut. Beberapa dampak tidak langsung yang mereka jelaskan, termasuk: 1. Meningkatnya biaya kesejahteraan (welfare costs) 2. Terganggunya penyediaan pelayanan public 3. Terganggunya kegiatan sekolah/gereja 4. Penurunan anggaran untuk pelayanan pemerintah lainnya 5. Peningkatan jumlah penyakit 6. Masalah sampah dan pembuangan limbah 7. Serbuan hama 8. Kematian 9. Pendidikan yang buruk 10. Peningkatan angka kejahatan 11. Terganggunya kehidupan 12

13 Faktor yang berkontribusi kepada masalah termasuk: 1. Rumah-rumah sementara yang dibangun pemukim informal 2. Peningkatan jumlah pemukim informal yang tinggal disepanjang sempadan sungai 3. Lemahnya pengawasan penerapan peraturan zonasi dan peraturan bangunan 4. Kemiskinan 5. Sedimentasi sungai 6. Reklamasi sungai 7. Pembuangan sampah yang buruk 8. Konversi lahan 13

14 Slide 9 Mengembangkan Pohon Masalah Bagi ke dalam kelompok Gunakan flipchart/papan tulis Diskusi yang melibatkan semua pihak (inklusif) Refleksikan struktur yang dihasilkan Laporkan temuan Anda 14

15 Slide 10 Langkah 2 Mengembangkan "Pohon Tujuan" 1. Sekarang, balik pernyataan negatif dari pohon masalah menjadi positif: Bayangkan bahwa masalah telah diselesaikan! "Berkurangnya penangkapan ikan" "penangkapan ikan berkelanjutan" 2. Modifikasi "penyebab" agar mengarah pada efek yang diinginkan "Habitat berubah mengembalikan habitat" Dengan demikian, akar penyebab menjadi solusi dasar. Mengkonversi pohon masalah ke pohon tujuan Pohon Tujuan adalah langkah kedua setelah membuat Pohon Masalah dan hanya dibangun di atas struktur Pohon Masalah. Pohon Tujuan memungkinkan pemangku kepentingan yang berpartisipasi untuk menggambarkan situasi masa depan yang diinginkan. Dalam istilah proyek, pohon tujuan digunakan untuk menghasilkan outcome yang diinginkan dan output yang diperlukan serta dampak yang dituju. Pohon Tujuan menggambarkan situasi setelah masalah telah diselesaikan, dan mengidentifikasi hubungan cara-hasil. Sekarang, balik pernyataan negatif dari pohon masalah menjadi positif. Langkah pertama mengembangkan pohon tujuan adalah untuk menguji kembali pernyataan negatif dari masalah dan mengubahnya menjadi pernyataan positif. Ini adalah proses partisipatif, karena ini melibatkan membayangkan tujuan yang dapat disepakati semua pemangku kepentingan. Modifikasi "penyebab" agar mengarah pada efek yang diinginkan. Kemudian masing-masing penyebab diubah sehingga mereka mengarah pada efek yang diinginkan. Dengan mengubah penyebab, pemangku kepentingan yang berpartisipasi disini dapat berpikir tentang cara-cara untuk membawa penyebab positif menjadi ada, dan langkah-langkah praktis apa yang harus diambil. Ini juga akan membantu untuk memprioritaskan tindakan. Beberapa penyebab mungkin perlu dihilangkan, dan beberapa tujuan mungkin perlu ditambahkan. 15

16 Slide 11 Dari Masalah ke Tujuan Slide ini mendemonstrasikan perubahan dari Pohon Masalah menjadi Pohon Tujuan. Secara singkat, pohon masalah dimulai dari apa yang tim proyek percayai sebagai masalah utama dan, dengan menggunakan pendekatan brainstorming, mencoba untuk menemukan penyebab dominan dari masalah tersebut melalui keterkaitan sebab-akibat. Pohon tujuan pada dasarnya membalik proses tersebut dan berusaha untuk menemukan solusi potensial untuk setiap penyebab masalah. Dari jejaring solusi potensial ini, elemen-elemen rancangan proyek akan mulai muncul, dimana kegiatan tertentu akan mengarah pada hasil yang diharapkan yang berkontribusi pada tujuan proyek (yang pada akhirnya akan berkontribusi terhadap tujuan pembangunan yang lebih luas). Dalam konteks persiapan proposal, Anda dapat berpikir tentang outcome positif sebagai Tujuan Pembangunan. Hasil yang diharapkan dapat dianggap sebagai indicator outcome kunci, dan penyebab-penyebab langsung dapat dianggap sebagai kegiatan dan input. Ini adalah cara yang berguna untuk mengorganisasikan isi proposal. Ingat bahwa proyeksi perubahan iklim mungkin tidak pasti, jadi pertimbangkan untuk memasukan pilihan nyata dalam rancangan proyek (yaitu menyisihkan lahan sekarang untuk investasi perubahan iklim nanti) dibandingkan menimbulkan biaya sekarang yang mungkin berubah menjadi "maladaptif" kemudian (ini adalah contoh dari konsep maladaptasi yang disebut "jalur ketergantungan" atau "mengunci" investasi yang tidak bijaksana). Juga ingat bahwa pilihan discount rate (tingkat bunga) dapat memberikan perbedaan yang signifikan dalam kelayakan ekonomi proyek yang diusulkan, terutama saat benefit diharapkan untuk dinikmati di waktu tertentu di masa depan. 16

17 Grafik di slide ini didasarkan pada model dari laman USAID ( yang menyediakan informasi yang berguna tentang bagaimana mengembangkan proyek dan pohon tujuan dalam konteks proyek pembangunan. 17

18 Slide 12 Praktik Terbaik Penyusunan Pohon Tujuan Pernyataan positif tentang kondisi sistem yang diinginkan Apakah pernyataan tersebut jelas dan tidak multitafsir? Apakah kaitan antara setiap pernyataan sudah logis dan masuk akal? Adakah kebutuhan untuk menambahkan kegiatan dan.atau pernyataan positif lainnya? Apakah kegiatan positif di satu tingkatan cukup untuk mengarah pada hasil di tingkatan di atasnya? Apakah struktur keseluruhannya sederhana dan jelas? Petunjuk untuk mengembangkan pohon tujuan yang efektif. Pernyataan positif tentang kondisi sistem yang diinginkan. The statements should be achievable. Also, when reviewing the statements, check if the means to achieving the objectives will have any negative effects. Also consider the feasibility of each objective by using information generated during stakeholder analysis. Apakah pernyataan tersebut jelas dan tidak multitafsir? The quality of the objectives tree depends largely on the quality of the original problem tree. Bear in mind that the original problem tree was the product of a consensus of opinions. If the logic of the first draft of the objectives tree is patchy, return to the problem tree, reexamine the cause-effect links, and test the validity of the problem statements before returning to the objectives tree analysis. Apakah kaitan antara setiap pernyataan sudah logis dan masuk akal? In other words, will the achievement of one help support the attainment of another that is above it in the hierarchy? Adakah kebutuhan untuk menambahkan kegiatan dan.atau pernyataan positif lainnya? Apakah perlu lebih detail? Apakah kegiatan positif di satu tingkatan cukup untuk mengarah pada hasil di tingkatan di atasnya? Ataukan diperlukan kondisi lain (yang ada di luar proyek?) 18

19 Slide 13 Contoh Pohon Tujuan Pohon tujuan ini terkait dengan pohon masalah di contoh sebelumnya. 19

20 Slide 14 Contoh Pohon Tujuan: Malolos, Filipina Slide ini menunjukkan foto pohon tujuan yang dikembangkan kelompok Malolo di pelatihan di Kota Quezon, Filipina. Dalam contoh ini, masalah utama yaitu tersingkirnya pemukim informal, diubah menjadi tidak ada penyingkiran/penggusuran. Outcome dari hal ini termasuk: 1. dana anggaran dikelola dengan baik / seimbang 2. pendidikan ditingkatkan 3. lembaga dan instansi berfungsi dengan baik 4. Peningkatan kesempatan kerja 5. proyek pembangunan yang lebih banyak 6. masyarakat yang aman dan tangguh 7. masyarakat yang sehat 8. meningkatkan layanan sosial dasar. Faktor yang berkontribusi terhadap outcome ini termasuk: 1. hukum dan kebijakan perumahan dan bangunan yang ada diberlakukan dengan ketat 2. mengurangi pendangkalan sungai 3. memperbaiki pembuangan sampah dan limbah 4. kepatuhan pengembang untuk menyediakan drainase 20

21 5. sistem saluran air dipantau hingga bagian-bagian kecilnya 6. tidak ada pemukim informal sepanjang bantaran sungai 7. Pembangunan dikelola dengan baik. 21

22 Slide 15 Mengembangkan Pohon Tujuan Bagi ke dalam kelompok Gunakan flipchart/papan tulis Diskusi yang melibatkan semua pihak (inklusif) Refleksikan struktur yang dihasilkan Laporkan temuan Anda 22

23 Slide 16 Menerapkan Pohon Tujuan Langkah berikutnya adalah untuk mendiskusikan apa guna pohon tujuan tersebut. Pada poin ini pohon tujuan harus diisi dengan pernyataan umum atau tujuan. Pada poin ini dalam kerangka desain proyek ADB, dilakukan sebuah "alternatif analisis". Ini kadang-kadang disebut sebagai analisis rantai hasil. Tujuan dari analisis ini adalah untuk 1. Mengidentifikasi cara alternatif untuk mencapai situasi atau pengembangan tujuan yang diinginkan 2. Menilai kelayakan masing-masing 3. Menyepakati strategi proyek Mintalah peserta untuk fokus pada bagian bawah pohon tujuan. Ada sejumlah jalur yang telah dikembangkan di sini. Masing-masing merupakan cara untuk mengubah masalah menjadi tujuan. Analisis alternatif memfasilitasi pemilihan salah satu jalur tersebut, yang akan membentuk dasar dari proyek kita. Perhatikan bahwa jika masalah-menjadi-tujuan yang asli tampaknya ambisius, peserta dapat memilih tujuan yang lebih rendah tingkatannya. Tapi hanya satu outcome yang harus diidentifikasikan untuk setiap proyek. Dalam proses desain di dunia nyata, setiap rantai hasil harus didiskusikan dengan para pemangku kepentingan yang sesuai. Semua pemangku kepentingan harus secara jelas memahami bagaimana bergerak maju dengan rantai tertentu akan mempengaruhi mereka, secara positif atau negatif. Selama analisis ini, adalah penting untuk mempertimbangkan apakah rantai hasil cenderung mengarah pada outcome proyek, dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia, kapasitas, kepentingan penerima manfaat, dan kelayakan politik. Dengan kata lain, Anda akan mengembangkan sejumlah kriteria seleksi, yang mungkin mencakup 23

24 1. Ekonomis 2. Keuangan 3. sosial ekonomi 4. lingkungan 5. Teknis 6. Kelembagaan 7. perlindungan lingkungan 8. pengamanan lainnya Setelah Anda mengembangkan kriteria ini, lakukan penilaian yang diperlukan, analisis, studi kelayakan. Mengikuti review dari penilaian masing-masing, putuskan strategi yang paling tepat untuk dicapai dalam proyek yang diusulkan. Beberapa pertanyaan kunci untuk memandu pilihan Anda mungkin termasuk 1. Apakah tindakan tersebut sesuai dengan hukum, kebijakan, dan prosedur setempat? 2. Adakah keahlian dan kapasitas yang tersedia untuk melaksanakannya? 3. Apakah terjangkau dan biayanya efektif, dan apakah pembiayaan yang diperlukan tersedia? 4. Apakah itu diterima secara sosial oleh penerima manfaat? 5. Apakah mungkin dapat menghasilkan eksternalitas negatif yang akan memerlukan mitigasi? 6. Bagaimana ketergantungan itu pada salah satu alternatif lain yang juga sedang dilaksanakan? 7. Apa resiko yang utama, dan bagaimana mereka dapat dikurangi? 8. Apa investasi lainnya dan proyek yang sedang berlangsung atau direncanakan oleh pemerintah atau organisasi dan lembaga lainnya? Perhatikan bahwa pilihan tujuan akan menentukan pilihan lembaga pelaksana. TIP: ADB memperingatkan bahwa tim manajemen harus memperhatikan situasi di mana konsultan dapat mengusulkan solusi yang mereka sukai atau sudah familiar, tapi yang mungkin tidak relevan dengan keadaan setempat atau divalidasi terhadap kriteria pemangku kepentingan yang diinginkan! 24

25 25

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung Siklus Proyek Policy & Strategy Pre-project discussion & activities Project Identification Pre-feasibility

Lebih terperinci

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung SELAMAT DATANG! Mengapa kita berada disini (tujuan

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Dengan pembangunan dan industrialisasi, pemerintah berusaha mengatasi permasalahan yang timbul akibat pertumbuhan penduduk yang pesat. Dan dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

Monitoring & Evaluation of Policy Research. Indra K. Nasution

Monitoring & Evaluation of Policy Research. Indra K. Nasution Monitoring & Evaluation of Policy Research Indra K. Nasution Latarbelakang Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan Monitoring dan evaluasi pada dasarnya adalah kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena dalam aktivitas perkotaan yang terjadi secara terus menerus. Urbanisasi akan membawa pembangunan perkotaan sebagai tanggapan dari bertambahnya

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012

Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012 Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012 Supriyanto (MercyCorps), Erwin Nugraha (MercyCorps) Kamis, 9 Agustus 2012 di ruang rapat BAPPEDA Kota Bandar Lampung 1 1. Pendahuluan: skema

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

Intisari Laporan Penelitian Keadilan Sosial di Pesisir

Intisari Laporan Penelitian Keadilan Sosial di Pesisir Intisari Laporan Penelitian Keadilan Sosial di Pesisir Peran Belanda dalam Proyek Pertahanan Pesisir dan Reklamasi April 2017 Laporan lengkap dapat dilihat di: www.bothends.org/ncicd www.somo.nl/ncicd

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan tepi air ataupun kawasan tepi sungai di Indonesia sebenarnya berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad telah menjadi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Yogyakarta, 13 Agustus 2015 Oleh : Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

1. Memahami pengertian dan ruang lingkup hunian / shelter

1. Memahami pengertian dan ruang lingkup hunian / shelter KODE UNIT : O.842340.044.01 JUDUL UNIT : MenyediakanPelayananHunian (Shelter) DESKRIPSIUNIT : Unit kompetensi ini menjelaskan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dipersyaratkan untuk Petugas Pelayanan

Lebih terperinci

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014 Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014 A) Latar Belakang Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat

Lebih terperinci

MODUL 8: MEMPRIORITASKAN KERENTANAN SERTA STRATEGI DAN PROYEK YANG POTENSIAL. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 8: MEMPRIORITASKAN KERENTANAN SERTA STRATEGI DAN PROYEK YANG POTENSIAL. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 8: MEMPRIORITASKAN KERENTANAN SERTA STRATEGI DAN PROYEK YANG POTENSIAL University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung Sejauh ini Kita Sudah Mendiskusikan Ancaman, Paparan, Sensitivitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

Perencanaan Partisipatif Kelompok 7

Perencanaan Partisipatif Kelompok 7 Perencanaan Partisipatif Kelompok 7 Anastasia Ratna Wijayanti 154 08 013 Rizqi Luthfiana Khairu Nisa 154 08 015 Fernando Situngkir 154 08 018 Adila Isfandiary 154 08 059 Latar Belakang Tujuan Studi Kasus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. No.606, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2010 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d 13.30 Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Pimpinan pertemuan: Pak Sujana Royat, Deputi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu permasalahan yang umumnya terjadi di daerah perkotaan. Dampak langsung yang dihadapi oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan Kota Surakarta memiliki pengalaman banjir pada Tahun 2009 yang tersebar di wilayah Solo utara. Cakupan banjir

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF Halaman: 1 dari 7 MAPPING (PM) ATAU Dibuat Oleh Direview Oleh Disahkan Oleh 1 Halaman: 2 dari 7 Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh 2 Halaman: 3 dari 7 Daftar Isi 1. Tujuan... 4

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

Bab 4. Metode Penelitian

Bab 4. Metode Penelitian Bab 4. Metode Penelitian Penelitian pada tahun pertama dilaksanakan pada bulan April hingga Nopember 2013, secara umum hasil akhir yang dicapai adalahpeta resiko bencana berbasis masyarakat dan model adaptasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2006

Lebih terperinci

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan KODE UNIT : O.842340.003.01 JUDUL UNIT : Menjalin Hubungan yang Positif dengan Pemangku Kepentingan DESKRIPSI UNIT : Unit ini menjelaskan keterampilan, pengetahuan, dan Sikap kerja yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 /PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KKPP Perumahan & PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN BERTUMPU MASYARAKAT

KKPP Perumahan & PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN BERTUMPU MASYARAKAT SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI IV Kampus Pusat Universitas Teknologi Yogyakarta Yogyakarta, 5 April 2007 --- ISBN 978-979-1334-20-4 PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN

Lebih terperinci

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.371, 2015 KEMENPU PR. Dana Alokasi Khusus. Insfrastuktur. Petunjuk Teknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 03/PRT/M/2015 TENTANG

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK 6.1 Strategi Monitoring dan Evaluasi Kabupaten Banyumas Pada Bab sebelumnya yakni Bab Strategi dan Rencana Program

Lebih terperinci

Sintesis Dasar: Adaptasi Perubahan Iklim, Pengurangan Risiko Bencana, dan Pembangunan Daerah

Sintesis Dasar: Adaptasi Perubahan Iklim, Pengurangan Risiko Bencana, dan Pembangunan Daerah Sintesis Dasar: Adaptasi Perubahan Iklim, Pengurangan Risiko Bencana, dan Pembangunan Daerah Sumber: BPBD Kabupaten Selayar, 2012 Wilmar Salim, Ph.D. Pusat Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung Disampaikan

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Jayapura Tahun 2013-2017 merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang harus ada dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DALAM MENCAPAI TARGET PEMBANGUNAN RPJMN 2015-2019 DIREKTORAT PERKOTAAN, PERUMAHAN, DAN PERMUKIMAN BAPPENAS JAKARTA 22 MEI 2017 Arah Kebijakan 2015-2019

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI STRATEGI SANITASI KABUPATEN 2013-2017 BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Monitoring evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Monitoring

Lebih terperinci

Project Integration Management. Binsar Parulian Nababan Sutrisno Diphda Antaresada Adrian Kosasih

Project Integration Management. Binsar Parulian Nababan Sutrisno Diphda Antaresada Adrian Kosasih Project Integration Management Binsar Parulian Nababan 201381156 Sutrisno 201381129 Diphda Antaresada 201581294 Adrian Kosasih 201581301 Kunci Sukses Proyek Keseluruhan: Manajemen Integrasi Proyek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Kabupaten Kepulauan Meranti adalah pembangunan sanitasi yang ditetapkan untuk memecahkan permasalahan sanitasi seperti yang tertera

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN FERRY INDARTO, ST DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR Malang, 24 Oktober 2017 DEFINISI KLHS : RANGKAIAN ANALISIS

Lebih terperinci

Melestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari

Melestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari Melestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari Kesejahteraan masyarakat pesisir secara langsung terkait dengan kondisi habitat alami seperti pantai, terumbu karang, muara, hutan mangrove

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang ada, berbagai macam aktifitas manusia pasti berhubungan dengan lingkungan. Salah atu kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun dalam bentuk gas. Buangan cair yang berasal dari masyarakat yang di kenal sebagai air buangan atau air limbah

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING & EVALUASI

BAB VI MONITORING & EVALUASI 6.1. Gambaran Umum Struktur Monev Sanitasi 6.1.1. Monitoring Terkait Pengambilan Keputusan BAB VI MONITORING & EVALUASI Monitoring adalah suatu kegiatan observasi yang berlangsung terus menerus untuk memastikan

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang `BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta sebagai kota metropolitan dan ibukota negara menjumpai berbagai tantangan permasalahan. Salah satu tantangan tersebut adalah tantangan di bidang manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana dapat datang secara tiba-tiba, dan mengakibatkan kerugian materiil dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan menanggulangi dan memulihkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan perlu ditingkatkan. Ketidaktahuan dan pemahaman masyarakat

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution

Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution TUGAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution Oleh : Shelly Atriani Iskandar P056121981.50 KELAS R50 PROGRAM PASCA SARJANA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

Memanfaatkan Data Terbuka untuk Peningkatan Keterbukaan Fiskal

Memanfaatkan Data Terbuka untuk Peningkatan Keterbukaan Fiskal Memanfaatkan Data Terbuka untuk Peningkatan Keterbukaan Fiskal Lima Langkah untuk Membantu Organisasi Masyarakat Sipil Berhasil Menerapkan Data Terbuka dengan Baik Panduan Pelaksanaan JAKARTA Panduan Pelaksanaan:

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Nilai (Value) Nilai dalam bahasa yunani axia yang berarti berharga, namun ada perbedaan konsep antara harga dan nilai dalam bahasa Indonesia. Nilai bermakna sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akses terhadap air bersih dan sanitasi telah diakui PBB sebagai hak asasi manusia melalui deklarasi dalam Sidang Umum PBB yang berlangsung pada akhir bulan Juli 2010.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 163 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat enam terrain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Desentralisasi sebagai suatu fenomena yang bertujuan untuk membawa kepada penguatan komunitas pada satuan-satuan pembangunan terkecil kini sudah dicanangkan sebagai

Lebih terperinci

Untuk menggambarkan kegiatan rekayasa persyaratan pokok dan hubungan mereka. Untuk memperkenalkan teknik untuk elisitasi persyaratan dan analisis.

Untuk menggambarkan kegiatan rekayasa persyaratan pokok dan hubungan mereka. Untuk memperkenalkan teknik untuk elisitasi persyaratan dan analisis. Untuk menggambarkan kegiatan rekayasa persyaratan pokok dan hubungan mereka. Untuk memperkenalkan teknik untuk elisitasi persyaratan dan analisis. Untuk menjelaskan validasi persyaratan dan peran tinjauan

Lebih terperinci

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia Nelayan (Koleksi Bank Dunia ) Foto: Curt Carnemark 4 Berinvestasi untuk Indonesia yang Lebih Berkelanjutan 1.1 Karakteristik Utama Tantangan Lingkungan

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN Bab 1 ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahap ke 4 dari 6 (enam) tahapan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Setelah penyelesaian dokumen

Lebih terperinci

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 00 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 ::0 AM STANDAR AUDIT 00 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang disebabkan oleh konversi lahan. Menurut Budiman (2009), konversi lahan disebabkan oleh alasan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang sibuk dan berkembang cepat, dalam satu hari menghasilkan timbulan sampah sebesar

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) 101 KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI RISIKO DALAM ASPEK PRASARANA LINGKUNGAN PERUMAHAN YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA BIAYA DEVELOPER

Lebih terperinci

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF Nama Alamat : Ronggo Tunjung Anggoro, S.Pd : Gendaran Rt 001 Rw 008 Wonoharjo Wonogiri Wonogiri

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia Kerangka Acuan Call for Proposals 2016-2017: Voice Indonesia Kita berjanji bahwa tidak akan ada yang ditinggalkan [dalam perjalanan kolektif untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan]. Kita akan

Lebih terperinci

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs Outline Presentasi PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II Bengkulu, 14 Oktober 2014 Kristanto Sinandang UNDP Indonesia Proses Penyusunan SDGs Tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi ( pengelolaan air limbah domestic ) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar ( ANTARA News, 2006

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor alami yaitu kelahiran dan terutama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu manfaat ekologis, sosial maupun ekonomi. Tetapi dari berbagai

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki

Lebih terperinci