BAGIAN KEDUA STRATEGI INDUSTRIALISASI BERBASIS AGRIBISNIS
|
|
- Iwan Adi Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAGIAN KEDUA STRATEGI INDUSTRIALISASI BERBASIS AGRIBISNIS
2
3 7Reformasi Strategi Industrialisasi dalam Rangka Percepatan Ekspor Sektor Agribisnis Pendahuluan Saya selalu menggunakan kata sektor agribisnis untuk sebutan bagi kegiatan ekonomi atau pembangunan ekonomi berbasis sumber daya hayati. Sebab, kita tidak dapat memisahkan perkembangan industri minyak goreng sawit (oleo pangan), dengan perkembangan perkebunan kelapa sawit dan perkembangan perkebunan kelapa sawit tidak dapat dipisahkan dari perkembangan industri pembibitan kelapa sawit. Dengan perkataan lain, kita tidak akan berhasil dalam pengembangan industri minyak goreng sawit, kalau perkebunan kelapa sawit sebagai penghasil bahan baku (CPO) tidak dikembangkan. Selanjutnya, perkebunan kelapa sawit tidak mungkin berhasil dikembangkan kalau tidak didukung oleh pengembangan industri pembibitan kelapa sawit. Dalam penilaian kontribusi suatu sektor ekonomi dalam perekonomian juga demikian. Kita tidak dapat menilai pentingnya pertanian dalam perekonomian nasional dengan hanya menghitung kontribusi produk pertanian primer dalam GDP dan ekspor seperti selama ini. Karena sebagian besar produk pertanian primer diolah menjadi produk olahan pada industri pengolahan hasil pertanian yang dalam penggolongan sektor ekonomi di Indonesia masuk sebagai sektor industri. Kalau pentingnya pertanian hanya dinilai dari kontribusi produk pertanian primer yang saat ini hanya 16 persen dalam GDP, dan disimpulkan bahwa pertanian tidak penting lagi, akan sangat keliru. Sebab sekali pertanian tidak lagi diberi perhatian, maka industri-industri hasil pertanian yang merupakan kelompok terbesar dalam sektor industri nasional akan ikut mengalami kemunduran. Oleh karena itu, dalam makalah ini yang saya maksudkan sektor agribisnis adalah: Pertama, subsektor agribisnis hulu (up-stream agribusiness) yakni kegiatan ekonomi (industri, perdagangan) yang menghasilkan sarana produksi (input) bagi pertanian primer; Kedua, subsektor pertanian primer (on-farm agribusiness) yakni kegiatan usahatani yang menggunakan sarana produksi untuk menghasilkan produk pertanian primer (sehingga disebut pertanian primer); Ketiga, subsektor agribisnis hilir (down-stream agribusiness) yakni kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer
4 menjadi produk olahan (industri hasil pertanian/agroindustri) beserta kegiatan perdagangannya; dan Keempat, subsektor jasa layanan pendukung yakni kegiatan ekonomi yang memberikan layanan saja pendukung yang dibutuhkan oleh ketiga subsektor tersebut. Dengan cakupan sektor agribisnis yang demikian, maka sektor agribisnis merupakan mega sektor dalam perekonomian nasional, melibatkan seluruh wilayah nasional, menyerap sekitar 70 persen angkatan kerja nasional, melibatkan 90 persen usaha kecil-menengah dan koperasi, dan menghidupi (sumber pendapatan) hampir 80 persen penduduk Indonesia yang saat ini berjumlah sekitar 202 juta jiwa. Meskipun begitu besar peranan sektor agribisnis dalam perekonomian nasional, pada kenyataannya sektor agribisnis selalu dinomorduakan, dimaki bahkan dikorbankan secara sistematis. Ketika krisis ekonomi terjadi seperti sekarang ini, sektor agribisnis dibebani dampak krisis dan dimaki-maki karena tidak bisa menyelesaikan masalah sembako dan pengangguran. Pada makalah ini akan diuraikan bahwa sektor agribisnis nasional merupakan korban strategi industrialisasi yang berlangsung di Indonesia selama ini. Kemudian akan diuraikan bahwa meskipun dikorbankan oleh strategi industrialisasi, sektor agribisnis masih mampu menyumbang net ekspor yang cukup besar. Bagian terakhir akan diuraikan bahwa reformasi strategi industrialisasi merupakan syarat mutlak bagi percepatan ekspor agribisnis. Sektor Agribisnis: Korban Strategi Industrialisasi Selama ini, terdapat 3 (tiga) pemikiran strategi industrialisasi yang berkembang di Indonesia. Pertama, Strategi industrialisasi yang mengembangkan industri-industri berspektrum luas (Broad -based Industry). Pada kenyataannya, strategi ini lebih menekankan pengembangan industriindustri berbasis impor (footbse industry) yang bersumber dari relokasi industri dan atau perluasan pasar industri negara lain, Contohnya adalah industri elektronik, tekstil, otomotif dan lain-lain. Kedua, strategi industrialisasi yang mengutamakan industri-industri berteknologi canggih berbasis impor (Hi-tech Industry) seperti industri pesawat terbang, industri peralatan &: senjata militer, industri kapal dan lain-lain. Ketiga, strategi agribisnis yang mengutamakan pengembangan industri-industri hasil pertanian (agroindustri) berbasis dalam negeri dan merupakan kelanjutan dari pembangunan pertanian. 116
5 Meskipun GBHN setiap Pelita selalu memberi titik berat pembangunan ekonomi nasional pada pembangunan industri yang didukung oleh pertanian (yang tidak lain adalah agribisnis), namun pada pelaksanaannya strategi yang diadopsi adalah kombinasi strategi berspektrum luas dengan strategi industri canggih. Kombinasi strategi ini memperoleh dukungan dari para konglomerat, sebagian birokrat dan sebagian ekonom. Untuk mendukung keberhasilan kombinasi strategi tersebut, tentu saja kebijakan makroekonomi juga disesuaikan. Salah satu diantaranya yang terpenting adalah kebijakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (kurs rupiah) yang dibuat secara artifisial ternilai terlalu tinggi terhadap nilai keseimbangan pasar (artificially overvalued exchange rate). Kebijakan kurs yang demikian, mensubsidi kurs untuk impor dan sekaligus menerapkan pajak kurs pada ekspor, sehingga memberi insentif bagi industri-industri yang berbasis impor. Dengan kata lain, kebijakan kurs yang demikian relavan bagi strategi industrialisasi yang berorientasi pasar dalam negeri (inward looking). Dengan strategi industrialisasi tersebut dan didukung oleh kebijakan kurs yang overvalued, telah mendorong cepat perkembangan industri-industri berbasis impor dan kegiatan impor lainnya (termasuk impor produk agribisnis) dan menekan pertumbuhan industri-industri ekspor dalam negeri. Sektor ekonomi yang paling menderita, adalah sektor agribisnis. Produkproduk ekspor agribisnis menjadi sangat mahal (dalam mata uang asing). Sebaliknya impor produk-produk agribisnis menjadi lebih murah (dalam mata uang rupiah). Dengan kata lain, industri-industri berbasis impor seakan-akan menjadi lebih menguntungkan dibandingkan sektor agribisnis domestik. Akibatnya sumber daya domestik mengalir dari sektor agribisnis ke luar sektor agribisnis. Konversi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian makin meningkat dari tahun ke tahun karena kalah bersaing dengan industri. Tingginya suku bunga domestik akibat maintenance course perbankan yang tinggi, penyedotan kredit yang besar pada mega proyek, dan kebijakan suku bunga tinggi untuk menarik modal asing (menutup-nutupi devisit transaksi berjalan), telah mengakibatkan tersedotnya dana (capital drainage) dari sektor agribisnis ke luar sektor agribisnis baik melalui mekanisme perbankan, maupun melalui urbanisasi tenaga kerja. Hal ini selanjutnya mengakibatkan investasi pada sektor agribisnis makin menurun, adopsi teknologi (kecuali yang dipromosikan pemerintah) berjalan lambat sehingga produktivitas juga berjalan lambat. 117
6 Tekanan yang telah berlangsung lama tersebut, telah membuat sektor agribisnis domestik makin terpuruk. Sebagian komoditas ekspor agribisnis yang pernah berjaya di pasar internasional (gula, rempah-rempah, daging sapi, dll) dewasa ini tidak lagi mampu menembus pasar internasional. Bahkan sebagian diantaranya (gula, cengkeh, daging sapi) berubah menjadi komoditas impor. Sementara itu, komoditas agribisnis substitusi impor (susu, kedele, jagung, kapas, dll) tidak pernah berhasil karena kalah bersaing dengan asal impor. Komoditas ekspor agribisnis yang masih bertahan (CPO, karet, dll) pangsanya cenderung menurun, diversifikasi komoditi dan produk ekspor agribisnis tidak berkembang karena tidak ada insentif, sedangkan diversifikasi produk impor agribisnis (khususnya 15 tahun terakhir) justru meningkat. Jadi, sektor agribisnis domestik yang salama ini dinilai lambat perkembangannya, produktivitas rendah dan lain sebagainya, adalah disebabkan karena kebijakan makroekonomi yang merugikan sektor agribisnis. Kebijakan makro-ekonomi yang merugikan ini, diperberat pula oleh kebijakan perdagangan dan tataniaga yang distorsif (praktek monopoli, kartel) pada beberapa komoditas sektor agribisnis. Meskipun sektor agribisnis domestik dibawah tekanan yang berat selama ini, ternyata sektor agribisnis masih memberikan net ekspor yang cukup besar selama ini (lihat Tabel pada bab 18) dan menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini berarti, seandainya tekanan kebijakan makro tersebut tidak terjadi, net ekspor sektor agribisnis pasti lebih besar dari yang ada, baik melalui peningkatan volume, jenis, dan nilai ekspor maupun melalui penurunan volume, jenis dan nilai impor. Sementara itu, sektor industri nonagribisnis (industri-industri berspektrum luas dan industri canggih) yang diperlakukan sebagai anakmas temyata hanya menyedot devisa negara (net-impor) baik pada sektor barang, jasa maupun modal. Penyebab utama dari net-impor pada industriindustri non-agribisnis adalah impor bahan baku, impor jasa (freigh on import, interest payment dan profit transfer, jasa konsultan asing, rent technology, dll). Besarnya defisit neraca perdagangan industri non-agribisnis dan jasa dibandingkan dengan surplus perdagangan sektor agribisnis dan migas, menyebabkan terjadinya defisit transaksi berjalan (current account) dari tahun ke tahun dan cenderung meningkat Defisit transaksi berjalan ini ditutup-tutupi oleh aliran modal asing (sebagian besar jangka pendek) dan pinjaman luar negeri, (terutama untuk pembiayan broad based dan hi-tech, industry) sehingga cadangan devisa seakan-akan meningkat. Namun, ketika 118
7 pembayaran kembali pinjaman luar negeri sudah akan jatuh tempo, defisit yang sebenarnya baru kelihatan. Jumlah cadangan devisa tidak cukup untuk pembayaran kembali hutang luar negeri dan impor. Keadaan yang demikian jelas mengundang spekulator valas yang akhirnya memicu krisis moneter dan berlanjut pada krisis ekonomi Indonesia. Kenyataan ini menunjukkan bahwa strategi industrialisasi dan kebijakan ekonomi makro kita di masa lalu, bukan hanya mengorbankan sektor agribisnis tapi juga mengakibatkan perekonomian nasional terpuruk dan harus jatuh pada krisis ekonomi, Reformasi dan Percepatan Pembangunan Sektor Agribisnis Untuk mempercepat perkembangan sektor agribisnis, khususnya untuk peningkatan ekspor, selain paket reformasi IMF (khususnya penghapusan distorsi ekonomi), kita memerlukan reformasi strategi industrialisasi dan kebijakan makro ekonomi yang dimasa lalu memasung sektor agribisnis. Pertama, strategi industrialisasi. Fakta menunjukkan bahwa selain industri migas, sektor agribisnis merupakan penyumbang ekspor neto hampir 30 tahun Indonesia membangun. Pada masa krisis ekonomi saat ini, sektor ekonomi yang masih mampu bertahan adalah sektor agribisnis. Kenyataan ini harus menyadarkan kita semua (termasuk pemerintah) bahwa kita harus meninggalkan strategi industrialisasi berspektrum luas dan industri canggih dan kembali ke strategi industrialisasi berbasis agribisnis. Memang mekanisme pasar telah mengoreksi strategi industrialisasi kita, Namun mekanisme pasar tersebut perlu dipercepat dan secara eksplisit harus ditegaskan pemerintah: Dengan reformasi strategi industrialisasi tersebut akan mengarahkan alokasi sumber daya di masyarakat, investasi swasta dan penggunaan bantuan luar negeri pada sektor agribisnis. Kedua, reformasi kebijakan nilai tukar rupiah dari overvalued ke kurs rupiah yang mendekati keseimbangan pasar bahkan kalau dimungkinkan sedikit undervalued untuk mendorong ekspor. Kebijakan nilai tukar kita yang overvalued memang sudah dikoreksi pasar melalui krisis ekonomi ini. Namun, pemerintah (Bank Indonesia) tidak perlu memaksa rupiah menguat secara artifisial. Tidak ada rasionalitas ekonomi untuk memaksa rupiah menguat, kecuali bermaksud untuk menghidupkan kembali industri-industri berbasis impor. Sebab dengan kurs rupiah saat ini sangat menguntungkan bagi sektor 119
8 agribisnis dalam negeri. Hampir seluruh komoditas agribisnis Indonesia saat ini sangat kompetitif baik dipasar domestik maupun diluar negeri. Bahkan komoditas agribisnis kita yang di masa lalu tidak kompetitif di pasar domestik (jagung, daging ayam, gula, dll) justru saat ini menjadi kompetitif di pasar internasional. Sebagai contoh jagung, harga jagung di pasar internasional saat ini adalah sekitar US $ 0.15/ kg. Sementara harga jagung produksi dalam negeri paling tinggi US $ 0.06/kg (pada kurs Rp /US $). Demikian juga daging ayam, biaya produksi daging ayam di Amerika Serikat saat ini sekitar US $ 0.8/kg, sementara di Indonesia paling tinggi US $ 0.45/kg. Ketiga, tingkat suku bunga domestik harus segera diturunkan. Dengan suku bunga yang sangat tinggi saat ini, tidak ada usaha yang mampu hidup termasuk sektor agribisnis, kecuali dengan modal sendiri (self financing). Bahkan dengan suku bunga yang sangat tinggi saat ini, dana-dana yang ada pada sektor agribisnis tersedot ke perbankan, sehingga sektor agribisnis makin kekurangan likuiditas. Kekurangan likuiditas inilah yang menyebabkan sektor agribisnis tidak mampu sesegera mungkin meningkatkan produksi. Selain reformasi pada level makro tersebut, pemerintah perlu mempromosikan percepatan sektor agribisnis khususnya untuk ekspor. Berbagai hambatan dan kesulitan ekspor harus dihilangkan bahkan perlu diberikan kemudahan-kemudahan yang sifatnya tidak distorsif. Dana-dana bantuan luar negeri (IMF) digunakan untuk mempercepat sektor agribisnis, bukan untuk memperkuat rupiah secara artifisial. Kredit likuiditas Bank Indonesia, seharusnya digunakan ke sektor agribisnis khususnya usaha kecil, menegah dan koperasi, bukan untuk menalangi bank-bank yang telah sekarat dan tidak jelas kontribusinya bagi pemulihan ekonomi. Dengan memberi prioritas pada percepatan pembangunan sektor agribisnis, akan mampu memberikan solusi bagi pemulihan ekonomi nasional. Meningkatnya produksi produk-produk agribisnis akan meningkatkan ekspor tanpa harus mengimpor bahan baku. Meningkatnya ekspor berarti meningkatkan penawaran valuta asing (dolar) sehingga akan memperkuat (apresiasi) rupiah secara gradual. Selain produk agribisnis untuk ekspor, produk agribisnis bahan pangan juga meningkat, sehingga ketersediaan bahan pangan didalam negeri juga meningkat. Mengingat harga-harga bahan pangan masih merupakan komponen terpenting dalam menentukan laju inflasi domestik, maka dengan peningkatan produksi pangan tersebut akan dapat menurunkan laju inflasi yang sudah sangat tinggi saat ini. Kemudian karena teknologi produksi agribisnis umumnya bersifat padat karya dengan 120
9 kisaran kualitas tenaga kerja yang sangat luas, maka peningkatan produksi agribisnis dalam negeri akan di ikuti dengan penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat menurunkan pengangguran yang sangat tinggi saat ini. Turunnya inflasi dan pengangguran serta stabilitas kurs rupiah yang reasonable, merupakan kondisi pulihnya (recovery) perekonomian nasional. Dengan reformasi strategi industrialisasi dan kebijakan makro tersebut dan secara konsisten membangun sektor agribisnis, maka investasi akan meningkat, adopsi teknologi akan berjalan cepat, sehingga akan mendorong peningkatan nilai tambah, diversifikasi komoditi dan produk agribisnis ekspor, diversifikasi komoditi dan produk bahan pangan sedemikian rupa, sehingga akan meningkatkan ekspor dan meningkatkan ketahanan pangan (food security). Akumulasi penerimaan valas hasil ekspor produk agribisnis akan meningkatkan cadangan devisa, sehingga dapat membayar hutang luar negeri yang sudah terlanjur besar selama ini. Kalaupun pinjaman luar negeri atau modal asing (capital inflow) masih diperlukan, bila digunakan untuk pembangunan agribisnis ekspor tidak akan menjadi beban berat, karena dolar menggali dolar. Kemudian, dengan meningkatnya produksi dan produktivitas sektor agribisnis berarti meningkatkan pendapatan sebagian besar (seluruh!) rakyat Indonesia. Meningkatnya pendapatan rakyat ini akan meningkatkan penerimaan pajak dan tabungan, sehingga selain dapat membiayai anggaran pemerintah dari sumber domestik, juga dapat menekan gap tabungan-investasi. Itu berarti pelaksanaan pembangunan nasional makin mengarah pada rupiah menggali dolar dan makin mengandalkan kemampuan sendiri, sehingga makin mengurangi ketergantungan pada pinjaman luar negeri. Keseluruhan hal diatas akan memperkokoh fundamen neraca pembayaran Indonesia. Suatu neraca pembayaran yang ditopang oleh strategi industrialisasi yang berakar di dalam negeri (sektor agribisnis) akan cukup kokoh dan tidak mudah digoyahkan oleh spekulator. Kalaupun ada goncangan eksternal, sebagai konsekuensi globalisasi, perekonomian nasional tidak akan langsung terjun bebas. Kuatnya fundamen ekonomi suatu bangsa bukan perekonomian yang tidak pernah mengalami goncangan, tapi ketika goncangan datang mampu mengatasinya secepat mungkin, tanpa mengibarkan bendera SOS. Catatan Penutup Reformasi strategi industrialisasi dan kebijakan makroekonomi (nilai tukar dan suku bunga) merupakan syarat mutlak bagi percepatan sektor 121
10 agribisnis. Tanpa reformasi tersebut tidak akan ada insentif untuk melakukan inovasi dan adopsi teknologi, investasi untuk meningkatkan nilai tambah. Dengan krisis ekonomi saat ini, mekanisme pasar telah dan sedang melakukan koreksi terhadap strategi industrialisasi dan kebijakan kurs. Persoalannya adalah paling sedikit sampai saat ini pemerintah tampaknya belum (tidak?) mengakui koreksi pasar tersebut. Hal ini ditunjukkan antara lain: pertama, masih terfokusnya program pemulihan ekonomi pada upaya penguatan rupiah, secara artifisial dan sangat jangka pendek, melalui kebijakan moneter yang sangat kontraktif. Menurut pendapat saya, kurs rupiah tidak perlu dipaksa menguat, biarkan mekanisme pasar menemukan keseimbangannya. Hal yang diperlukan adalah stabilitas kurs yakni mendorong ekspor tanpa harus berkonsekuensi pada impor bahan baku; kedua, tampaknya pemerintah masih ingin tetap mempertahankan dan menyelamatkan industri-industri berbahan baku impor, meskipun pada kenyataannya sudah bangkrut; ketiga, belum ada program yang serius, untuk mendorong agribisnis dalam negeri, yang nyata-nyata merupakan kelompok industri yang mampu menyumbang ekspor neto selama ini dan pada masa resesi saat ini masih mampu bertahan. Saya khawatir bila cara-cara seperti itu yang dilakukan pemerintah, dalam memulihkan ekonomi hanya berhasil dalam jangka sangat pendek. Kurs rupiah dapat saja dipaksa menguat mendekati Rp 6000/ US$. Namun segera setelah target kurs rupiah tersebut dicapai, dunia swasta yang memiliki utang luar negeri (meski berhasil dijadwal ulang 1-2 tahun lagi), akan memburu dolar, untuk persiapan pembayaran utang dan untuk impor bahan baku. Kalau hal ini terjadi, maka rupiah kembali terjun bebas dan krisis ekonomi yang akan kita hadapi mungkin lebih sulit dari yang telah kita alami selama ini. 122
8Strategi Industrialisasi Neraca
8Strategi Industrialisasi Neraca Pembayaran dan Pemulihan Ekonomi Indonesia Pendahuluan Krisis ekonomi yang kita hadapi saat ini bukan semata-mata musibah nasional, tapi lebih merupakan dampak dari strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain
Lebih terperinciBAGIAN KEEMPAT MEMBANGUN AGRIBISNIS MEMBANGUN EKONOMI RAKYAT
BAGIAN KEEMPAT MEMBANGUN AGRIBISNIS MEMBANGUN EKONOMI RAKYAT Sebagai Sektor Utama Ekonomi Rakyat: Prospek dan 16Agribisnis Pemberdayaannya Pendahuluan Satu PELITA lagi, Indonesia akan memasuki era perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,
BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti
Lebih terperinciKRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA
KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan perekonomian dunia pada era sekarang ini semakin bebas dan terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal menjadi semakin mudah menembus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan masyarakat demokratis, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh. masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh karena itu Indonesia harus giat melaksanakan pembangunan disegala bidang. Tujuan utama pembangunan adalah tercapainya
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kunci dalam setiap pembicaraan tentang pertumbuhan ekonomi. Menurut penggunaannya investasi diartikan sebagai pembentukan modal
Lebih terperinciKRISIS EKONOMI DAN REFORMASI AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN KRISIS EKONOMI DAN REFORMASI AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN
bab sembilan belas KRISIS EKONOMI DAN REFORMASI AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN Pendahuluan Kondisi agribisnis berbasis petemakan pada saat ini benarbenar memilukan dan hampir tidak berdaya sama sekali,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun
Lebih terperinciPeranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia
Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga
Lebih terperinciPengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN
Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F 0102058 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menyelenggarakan pemerintahan, suatu negara memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini.
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.
Lebih terperinciHerdiansyah Eka Putra B
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE CHOW TEST PERIODE TAHUN 1991.1-2005.4 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Utang luar negeri yang selama ini menjadi beban utang yang menumpuk yang dalam waktu relatif singkat selama 2 tahun terakhir sejak terjadinya krisis adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui apakah suatu negera tersebut memiliki perekonomian yang baik (perekonomiannya meningkat)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, keadaan dan perkembangan perdagangan luar negeri serta neraca pembayaran internasional tidak
Lebih terperinciUniversitas Bina Darma
Mata Kuliah Kelas Hari/Tanggal Dosen Universitas Bina Darma Petunjuk mengerjakan soal: Tulislah Nama, NIM dan Kelas. ( Berdoa dahulu sebelum mengerjakan soal ) Kerjakan di KERTAS A. PILIHAN GANDA 1. Perdagangan
Lebih terperinciDari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Dari pembahasan
Lebih terperinciInternational Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA
Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara di dunia ini melakukan perdagangan antar bangsa atau yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan baik barang maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan perekonomian nasional dan patut menjadi sektor andalan dan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi karena sektor
Lebih terperinciSEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode
SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1983-1997 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Moneter Periode 1983-2 1997 2. Arah Kebijakan 1983-1997 5 3. Langkah-Langkah Strategis 1983-1997
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara berusaha memenuhi kebutuhannya baik barang dan jasa, atinya akan ada kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain.
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar. Sementara di sisi lain, usaha pengerahan dana untuk membiayai pembangunan tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat memajukan perekonomian suatu negara, seperti di Indonesia. Sebagai salah satu negara yang berkeinginan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh
PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis global adalah peristiwa dimana seluruh sektor ekonomi di pasar dunia mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia. Krisis global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan sumber pembiayaan yang sangat penting adalah devisa. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri
Judul : Pengaruh Kurs dan Impor Terhadap Produk Domestik Bruto Melalui Utang Luar Negeri di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Nur Hamimah Nim : 1306105143 ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat
Lebih terperinciINDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER
PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi tahun 1997 di Indonesia telah mengakibatkan perekonomian mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah Indonesia terbelit
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik
BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring
Lebih terperinciAGRIBISNIS SEBAGAI LANDASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA DALAM ERA MILLENIUM BARU 1
AGRIBISNIS SEBAGAI LANDASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA DALAM ERA MILLENIUM BARU 1 Oleh : Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih 2 Abstrak Banyak teori telah dikemukakan oleh para ahli dari berbagai bidang ilmu
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar banyak yang mengalami kebangkrutan dan kehancuran karena. terjadinya pergeseran komposisi produk nasional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kondisi perekonomian Indonesia yang tidak menentu setelah Indonesia mengalami krisis ekonomi mengakibatkan perusahaan-perusahaan besar banyak yang mengalami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar
Lebih terperinciVI. SIMPULAN DAN SARAN
VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan
Lebih terperinci10Pilihan Stategi Industrialisasi
10Pilihan Stategi Industrialisasi Memasuki Milenium Ketiga yang Berpihak pada Penguatan Ekonomi Rakyat Pendahuluan Sebenarnya judul makalah yang diminta panitia kepada saya adalah Peluang Rakyat Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara telah menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kebijakan moneter dapat menyebabkan konsekuensi serius
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan pembangunan nasional dalam perekonomian terbuka seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Perkembangan pembangunan nasional dalam perekonomian terbuka seperti Indonesia sangat dipengaruhi dan berkaitan erat dengan perkembangan ekonomi dunia serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena
Lebih terperinciMAKALAH NERACA PEMBAYARAN. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia Yang Dibina Oleh Ibu Dra. Sudarti, M.Si.
MAKALAH NERACA PEMBAYARAN Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia Yang Dibina Oleh Ibu Dra. Sudarti, M.Si Disusun oleh : Rahdi Noor Hayat 201110160311331 Firda Silviatul H 201110160311333
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bukti empiris menunjukkan sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian sebagian besar negara berkembang. Hal ini dilihat dari peran sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas sehingga terkait satu sama lain. Aliran dana bebas keluar masuk dari satu negara ke negara
Lebih terperinciPosisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014
Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010
PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciREVITALISASI PERTANIAN
REVITALISASI PERTANIAN Pendahuluan 1. Revitalisasi pertanian dan pedesaan, merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh Kabinet Indonesia Bersatu dalam upayanya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi persaingan bebas dan juga mengatasi krisis moneter yang berkepanjangan maka kebijaksanaan pembangunan
Lebih terperinciV. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses
115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Lebih terperinciKEBIJAKAN SELAMA PERIODE
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAH DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA KEBIJAKAN SELAMA PERIODE 1966-1969 Pembersihan proses-proses kebijakan orde lama yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara, baik itu negara maju maupun negara berkembang menginginkan adanya perkembangan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan yang berkelanjutan. Salah satu
Lebih terperinciMengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro
Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia
BABl PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Helakang Pennasalahan Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia mengalami banyak perubahan dalam berbagai aspek. Salah satu indikator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan hal yang sudah mutlak dilakukan oleh setiap negara. Pada saat ini tidak ada satu negara pun yang berada dalam kondisi autarki
Lebih terperinci1. Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, perekonomian dunia memberikan peluang yang besar bagi berbagai negara untuk saling melakukan hubunga antarnegara, salah satunya dibidang ekomomi.
Lebih terperinciBAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO
BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang akan dicapai dalam tahun 2004 2009, berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000) Michael P Todaro, Ekonomi Untuk Negara Berkembang (Bumi Aksara:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akumulasi utang luar negeri adalah suatu gejala umum negaranegara dunia ketiga pada tingkat perkembangan ekonomi dimana kesediaan tabungan dalam negeri adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara selalu berbeda bila ditinjau dari sumber daya alamnya, iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur
Lebih terperinciTransaksi NPI terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial.
BY : DIANA MA RIFAH Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) merupakan statistik yang mencatat transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan bukan penduduk pada suatu periode tertentu (biasanya satu tahun).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi
Lebih terperinciPERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN
PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain
Lebih terperinciVII. SIMPULAN DAN SARAN
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sebagai negara small open economy yang menganut sistem devisa bebas dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap serangan krisis
Lebih terperinci