Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra Indramayu ABSTRAK
|
|
- Ari Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PERBEDAAN LUAS LAHAN DAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH (STUDI KASUS PADA PETANI PADI SAWAH DI DESA UJUNGARIS KECAMATAN WIDASARI KABUPATEN INDRAMAYU MUSIM TANAM 2013) Oleh Karto Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra Indramayu ABSTRAK Usahatani padi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh petani pada sawah untuk menghasilkan produk (gabah). Produksi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menambah nilai guna ( utility) suatu barang atau jasa. Untuk mendapatkan produksi gabah maka harus dilakukan pengelolaan tanaman yang baik, diantaranya melalukan teknik pemupukan yang baik dan benar. Para petani mengenal dua cara pemupukan yaitu cara tabur dan tonclo. Hanya sebagian kecil petani yang melakukan cara tonclo. Pemupukan tonclo (placement) adalah pemupukan yang dilakukan dengan cara memberikan pupuk (anorganik) kepada setiap rumpun tanaman. Dengan harapan bahwa setiap rumpun tanaman akan mendapatkan unsur hara (N,P, dan K) yang merata dan dekat dengan akar tanaman, dan harapan akhirnya produksi akan lebih besar. Petani menggunakan cara tonclo ini diduga berkaitan dengan luas lahan garapan. Berdasarkan hasil analisis data sekunder, dapat disimpulkan bahwa(1) tidak ada perbedaan luas lahan garapan yang signifikan antara pemupukan tabur dan tonclo, (2) tidak ada perbedaan produkvitas yang signifikan antara pemupukan tabur dan tonclo. Kata Kunci :Pemupukan, Luas lahan, dan Produkvitias PENDAHULUAN Desa merupakan lumbung pangan yang potensinya cukup besar untuk menyediakan kebutuhan pangan terutama bagi masyarakat perkotaan. Khususnya beras yang merupakan sumber pangan utama atau sumber karbohidrat bagi masyarakat Indonesia, setiap tahun mampu diproduksi oleh petani lebih dari 60 juta ton. Jumlah tersebut cukup besar, dan cukup aman untuk menjaga keamanan dan ketahanan pangan nasional, yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah bagaimana aplikasi dalam penerapan regulasi perberasan nasional harus betulbetul dikawal dengan baik. Jika diasumsikan setiap tahun konsumsi beras rata-rata 140 kg per orang, maka produksi tersebut mampu menyediakan beras bagi 428 juta lebih penduduk Indonesia, sementara jumlah penduduk Indonesia lebih dari 200 juta. Jadi dalam hal ini sudah terjadi kondisi surplus beras. namun, pada kenyataannya negara kita selalu melakukan impor beras hingga kini (2014). Kabupaten Indramayu sebagai lumbung beras nasional mampu memberikan kontribusi sebesar 7% untuk Propinsi Jawa Barat, dan 2% untuk nasiolnal. Di Kecamatan Widasari yang terdiri dari 10 desa, pada tahun
2 mampu memproduksi ton Gabah Kering Panen (BPP Widasari). Jika diasumsikan susut jemur 15%, dan rendemen 63%, maka Kecamatan Widasari dapat menghasilkan kg setara beras, dan 9,3%-nya dihasilkan oleh petani yang berada di Desa Ujungaris dengan total penduduknya jiwa. Dengan analogi di atas, maka setiap tahun desa ini hanya membutuhkan kg, sehingga telah menghasilkan surplus beras yang sangat besar. Masyarakat Desa Ujungaris sejak dulu sudah sangat familier dengan bercocok tanam padi sawah (Oryza sativa L). Aktivitas ini sejak dulu diwariskan pendahulunya secara turuntemurun sehingga membudaya. Alasannya adalah untuk menjaga keamanan penyediaan sumber pangan bagi keluarga, tatacara bercocok tanam sudah dikuasai atau sudah berpengalaman, tidak harus memiliki pendidikan tinggi (rata -rata pendidikan petani hanya lulusan SD), dan tidak harus memiliki ketrampilan khusus, sarana dan prasarana yang tersedia sangat mendukung, seperti jaringan irigasi, benih berlabel, pupuk anorganik bersubsidi termasuk jaminan pasar. Di samping itu sebagian besar beralasan karena motif ekonomi. Dengan memiliki gabah, kapanpun para petani membutuhkan dana, maka akan segera dapat dipenuhi, dengan mudah dan cepat. Petani pada umumnya beranggapan bahwa usahatani merupakan budaya. Buktinya antara lain setiap akan dilakukan pengolahan lahan ada upacara Mapag tamba, berupa pegelaran wayang kulit, dengan cerita khusus. Setiap akan panen diadakan pagelaran wayang kulit juga (Mapag Sri), dengan cerita yang berbeda. Secara individu ada juga petani yang memberikan suguhan pada sudut sawahnya menjelang kegiatan penyebaran benih, dan lain-lain. Petani yang sudah berpikir moderat, kegiatan tersebut sudah mulai ditinggalkan. Mereka sudah mulai berpikir dan bertindak rasional dalam teknik budidaya padi sawahnya. Berbekal pengalaman dan anjuran teknologi pertanian dari para Penyuluh Pertanian, mereka sudah mulai mengaplikasikan pupuk anorganik sesuai dengan anjuran sebagaimana program bimas dulu. Namun belakangan diduga para petani sudah banyak yang meninggalkan anjuran penyuluh sejalan dengan mengendurnya kegiatan penyuluhan pertanian. Banyak petani mengaplikasikan pupuk anorgani dengan dosis yang bervariasi dan melebihi batas anjuran, dengan harapan produksi dapat ditingkatkan. Frekuensi pemberian pupuk anorganik, rata-rata 2 kali, bahkan ada yang sekali bahkan 3 sampai 4 kali. Begitupula dengan caranya, kebanyakan dengan cara ditabur karena sifat pupuk yang berupa pril (butiran kecil) sehingga lebih praktis, dan sebagian lagi memilih cara ditonclo. Tonclo adalah cara pemberian pupuk anorganik dengan cara memberikan pupuk anorganik satu per satu pada setiap rumpun tanaman. Cara ini diharapkan sumber unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat tersedia secara merata, dan dekat dengan akar tanaman. Hasil yang diharapkan tentu saja ingin mendapatkan produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan cara tabur. Kelemahan cara ini adalah harus ada tambahan biaya untuk tenaga kerja, minimal membutuhkan 7 orang per ha, sementara dengan cara tabur cukup dengan 1 orang. Jadi terjadi selisih 6 orang buruh tani. Jika upah per orang Rp ,00 maka petani yang mengaplikasikan pupuk 37
3 dengan cara tonclo harus mengeluarkan biaya tambahan sebesar Rp ,00. Jika harga gabah Rp 4.000,00 maka petani mengeluarkan biaya tambahan sebanyak 60 kg gabah. Tujuan utama pemupukan adalah untuk mempercepat pertumbungan dan perkembangan tanaman agar produksinya meningkat. Selain itu pemupukan dapat memperbanyak sistem pertunasan sehingga tanaman tumbuh lebih besar dan lebar (Sembel, 2011). Penulis menduga (hipotesis) bahwa: 1) produkvitas padi dengan cara tonclo lebih besar dibandingkan dengan cara tabur 2) tidak ada perbedaan luas lahan petani dengan cara tonclo dan tabur. Baik dengan cara tonclo maupun dengan cara tabur jenis pupuk anorganik yang digunakan pada umumnya berbeda, ada petani hanya menggunakan pupuk majemuk (NPK), ada juga yang menggunakan NPK ditambah dengan Urea, NPK dan SP, bahkan NPK dan urea, SP dan KCl. Petani juga banyak yang kurang mengetahui fungsi masing-masing unsur hara tersebut, bahkan banyak yang kurang memahami mengenai pupuk majemuk dan pupuk tunggal. Cara pemupukan tonclo (placement) adalah penempatan pupuk dengan cara pupuk ditempatkan secara khusus di lubang atau alur yang sudah dipersiapkan. Manfaat cara ini adalah kontak pupuk dengan tanah dikurangi, pengambilan hara oleh akar tanaman lebih mudah, residual effect dari pupuk lebih besar, serta kehilangan hara dapat dikurangi, sisa pupuk dalam tanah dapat digunakan untuk tanaman berikutnya. ( Di sinilah titik awal kenapa kajian ini menarik untuk penulis ungkap, yaitu apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari aspek luas dan produksi, dengan dua cara tersebut (tabur dan tonclo). Jika memang ada perbedaan atau tidak, maka akan sangat berguna penelitian ini jika diketahui oleh para petani khususnya, agar dapat mengambil sikap atau keputusan yang terbaik. Harapan akhirnya adalah efisiensi usahatani sehingga mendapatkan keuntungan yang optimal. Bagi pihak lain (akademisi, penyuluh, birokrat) kiranya dapat mengambil kebijakan yang berpihak kepada petani, bukan kepada pelaku usaha yang sengaja mengeksploitasi petani. Sebagai komunitas yang ukuran populasinya sangat besar, para petani sangat potensial untuk dijadikan sasaran atau objek bagi pihak-pihak tertentu. Harga sarana produksi yang cenderung meningkat setiap tahun (meski terdap at kebijakan pemerintah), kelangkaan pupuk anorganik akibat permainan pelaku pasar, benih padi yang kualitasnya diragukan (meski berlabel), penyediaan air irigasi, dan sarana irigasi yang kurang optimal saat dibutuhkan petani, serangan OPT yang sulit dikendalikan seperti tikus, penggerek batang, werang dan lain-lain adalah sederet permasalahan yang menghadang petani. METODE PENELITIAN Analisa data menggunakan data sekunder yang bersumber dari penelitian Mutmainah (2014), yang bersangkutan adalah mahasiswa S1 bimbingan penulis. Kajian dari data tidak sama dengan penulis sebelumnya. Penulis melihat perbedaan dari aspek luas lahan, dan produktivitas, sedangkan Mutmainah (2014) mengkaji dari aspek keuntungan. Tujuan penulisan ini adalah untuk melengkapi kajian sebelumnya. 38
4 Responden penelitian ini adalah petani padi sawah di Desa Ujungaris yang melakukan usahatani pada MT 2013, yang terdiri dari 10 petani dengan cara tonclo, dan 27 petani dengan cara tabur. Penentuan 10 petani ini atas dasar survai lapangan, hanya ada 10 petani yang melakukan cara tonclo pada pemupukan pertama, sedangkan 27 petani diambil secara simple random sampling dari 158 petani yang melakukan secara tabur. Lokasi lahan petani ditentukan secara sengaja, yaitu hanya petani yang letak sawahnya di sepanjang jalan usahatani (jalan bunder hingga jembatan sungai pembuang Cibuaya), dengan pertimbangan agar faktor lokasi dianggap relatif sama. Variabel lain yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti adalah varietas (lokal/hibrida), dosis pupuk (sesuai/tidak sesuai anjuran), umur tanam (panjang/pendek), jenis pupuk anorganik yang digunakan (tunggal/majemuk), teknik pemeliharaan (semi/intensif), dan teknik perontokan apakah dengan cara gebod biasa atau dengan menggunakan mesin perontok ( Power tresher), sehingga dipastikan terjadi error atau kesalahan. Dalam hal ini penulis menetapkan tingkat kepercayaan 90% atau dengan alpha 0,10. Variabel utama dalam penelitian ini adalah produkvitas dan luas lahan. Produktivitas adalah hasil per satuan hektar, dalam hal ini gabah yang dihasilkan (GKP) per satu hektar sawah. Sedangkan luas lahan adalah sebidang sawah (ha) yang digarap oleh petani untuk menanam padi pada musim tanam gadu (2013). Analisis data menggunakan statistik parametrik, yaitu t test dengan alat bantu Microsot excel. Alasan menggunakan uji ini adalah karena skala rasio menggunakan skala rasio (luas lahan dan produktivitas). Uji ini digunakan untuk melihat perbedaan secara signifikn. Selain itu penulis menggunakan metode desktiptif untuk melihat gambaran umum mengenai pusat dan sebaran data. Penyajian data menggunakan tabel distribusi frekuensi, terutama variabel yang sangat terkait seperti umur, pendidikan, dan pengalaman petani. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Perbruari Berlokasi di Desa Ujungaris Kecamatan Widasari Kabupaten Indramayu. Desa ini awalnya cukup besar dan luas, kemudian sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk desa ini dimekarkan menjadi 2 desa yaitu Desa Ujungpendok Jaya dan Desa Ujungjaya. HASIL DAN PEMBAHASAN Umur, Pendidikan, dan Pengalaman Usaha Responden Tingkat kedewasaan seseorang makin berkembang dengan semakin bertambahnya usia. Sebaliknya, pada umur tententu (memasuki masa usia non produktif atau tua) tingkat kedewasaan orang makin menurun. Orang dewasa biasanya makin matang dalam mengambil sikap atau keputusan dalam melakukan usaha. Umur responden, jika disimak pada Tabel 1, menunjukkan struktur usia yang relatif tua, dengan rata-rata 51 tahun, dengan sebaran usia tertendah 34 dan tertinggi 63 tahun. Proporsi tertinggi 43% terletak pada usia 52 sd 57 tahun. Umur petani 63 seharusnya sudah pensiun, namun karena satu dan lain hal petani ini masih giat berusahatani. Berarti ini adalah indikasi bahwa para petani tidak pernah 39
5 melakukan regenerasi kepada anak lakilakinya. Anak laki-laki petani pada umumnya setelah tamat sekolah (SMA) lebih memilih bekerja sebagai buruh pabrik ke kota. Pertanian dipandang sebagai profesi yang kurang menarik, kotor, dan tidak menjanjikan. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Responden Interval titik tengah (x) Frekuensi (f) Fx , , , , , , Jumlah ,5 rata-rata 51 Tahun Selain umur, pendidikan juga merupakan faktor internal petani yang penting untuk dilihat. Ternyata mayoritas pendidikan responden hanya tamat SD, dan 38% petani responden tidak mampu menamatkan pendidikan di tingkat SD, tertinggi hanya menamatkan ditingkat SMP. Hal ini diduga oleh pandangan yang keliru mengenai pentingnya faktor pendiaikan, atau oleh faktor ekonomi keluarga. Tabel 2. Pendidikan Responden Jenjang Jumlah (orang) Persentase tidak tamat SD SD SMP 6 16 Jumlah Ini menjadi tugas pemerintah (khususnya) untuk dapat meningkatkan jenjang pendidikan petani, agar terbebas dari keterbelakangan. Teknologi terus berkembang di masa mendatang, jika tidak diimbangi dengan peningkatan pendidikan, maka petani akan selalu tertinggal. Setiap usaha perlu pengalaman, jika dilihat dari pengalaman berusahatani padi, responden sudah lebih dari cukup. Mereka pasti banyak mengalami suka dukanya sebagai petani. Dengan pengalaman yang cukup sebenarnya tidak menjamin bahwa usahanya akan berhasil. Ingat bahwa, tantangan setiap musim tanam akan selalu berbeda. Pertanian tidak seperti dunia industri, yang variabelnya dapat dikendalikan. Tabel 3. Pengalaman Berusahatani Padi Interval titik tengah (x) Frekuensi (f) Lahan adalah faktor produksi yang paling penting, saat ini kepemilikan lahan petani makin mengecil, rata-rata 0,3 ha. 40 Fx Jumlah rata-rata 29 Tahun Berdasarkan tabel di atas, dengan pengalaman berusahatani padi selama 29 tahun seharusnya berdampak positif pada peningkatan produksi padi. Pengalaman bervariasi antara 2 sampai 50 tahun. Mayoritas umur petani berada pada interval 30 sd 36 tahun, sebanyak 19 orang. Luas Lahan
6 Dengan lahan seluas itu, jika ingin mencukupi kebutuhan hidup harus dikelola dengan intensif. Banyak petani yang menjual lahannya, sehingga berubah status dari pemilik menjadi penyewa atau bahkan menjadi buruh tani. Intensifikasi lahan misalnya dengan melakukan pola tanam yang optimal, atau memilih jenis tanaman yang berumur pendek tapi memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Jadi dalam kondisi yang memungkinkan, lahan petani selalu ditumbuhi oleh tanaman ekonomis. Tidak perlu menunggu pengalaman yang lama, sebab faktanya tidak ada pengaruh yang signifikan, yang penting ada kemauan, dan ada keberanian untuk berkembang. Luas lahan sebagaimana diduga sebelumnya ini menjadi pertimbangan penting terhadap keputusan petani untuk melakukan cara-cara pemupukan. Ternyata setalah dilakukan pengujian statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan, karena p=0,45 > 0,10. Artinya luas lahan tidak mempengaruhi petani dalam melakukan cara-cara pemupukan. Rata-rata luas lahan tanaman padi dengan cara tabur dan tonclo tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, masing-masing 1,65 ha dan 1,96 ha. Dengan cara tabur variannya lebih kecil yaitu 1,06. Ini adalah sebuah indikasi bahwa petani dengan sistem tonclo lebih homogen dibanding dengan cara tabur (Lihat Lampiran 1). Produktivitas Untuk mempercepat pertumbuhan tanaman, dan menghasilkan produksi yang optimal maka diperlukan unsur hara. Unsur hara yang disediakan oleh tanah pada umumnya relatif terbatas sehingga diperlukan tambahan unsur hara yang berasal dari pupuk buatan (organik dan anorganik). Menurut Agromedia (2007) Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari pelapukan bahan-bahan organik sedangkan pupuk anorganik atau pupuk kimia adalah pupuk yang berasal dari bahan mineral atau senyawa kimia yang telah diubah melalui proses produksi, sehingga menjadi senyawa kimia yang dapat diserap tanaman. Setiap usahatani apapun varietasnya mengharapkan hasil atau produksi yang maksimal. Begitu juga dengan para petani padi, meraka mengharapkan padi yang mereka tanam menghasilkan produksi yang optimal. Sehingga pengorbanannya berupa biaya, tenaga, dan waktu dapat tergantikan oleh nilai produksi yang dihasilkan. Produksi menurut Assauri (2006) adalah setiap kegiatan yang dapat menciptakan atau menambah kegunaan barang ( utility) atau jasa. Usahatani padi jelas merupakan rangkaian kegiatan dari mulai penyiapan lahan sampai dengan pasca panen, dengan waktu kurang lebih 4 bulan. Produksi yang dihasilkan berupa gabah kering panen atau kering simpan. Jarang petani yang menyimpan gabah untuk dijual pada saat harga tinggi. Hal ini karena faktor kebutuhan ekonomi keluarga yang tidak dapat ditunda. Usahatani adalah organisasi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang bertujuan untuk memproduksi di lapangan pertanian (Hadisapoetra, 1991). Unsur yang tidak disadari oleh para petani adalah aspek menajemen. Apa yang dilakukan petani semua bermuara kepada produksi gabah yang optimal. Namun sayang petani, kurang memperhatikan konsep efisiensi, faktanya petani tidak memperhatikan dosis pupuk maupun pestisida sehingga terjadi pemborosan. 41
7 Sebagimana terlihat pada Lampiran 2. dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan produktivitas antara sistem tabur dengan sistem tonclo. Bahwan terjadi kondisi yang relatif sama, yaitu secara deskritif produktivitas cara tabur 64,7 kw dan dengan cara tonclo 64,20 kw, dengan cara tonclo variannya lebih kecil yaitu 5,96, sehingga data relatif homogen. Dengan uji t, terlihat bahwa nilai p=0,71 lebih besar dari 0,1, atau nilai t stat = 0,7 lebih kecil dari nilai t critical =2,03. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan produkvitas yang signifikan kedua cara pemupukan diatas. Dengan demikian bagi para petani yang melakukan cara tonclo, sebaiknya meninggalkan cara ini karena tidak memperlihatkan hasil yang berbeda, akan tetapi yang pasti bahwa cara ini memerlukan tambahan biaya sebesar Rp ,00 per ha. Akan lebih baik jika dana tersebut dialihkan untuk kegiatan operasional usahatani padi yang lainnya. Cara pemupukan tonclo ini dilakukan pada umumnya untuk pemupukan awal, kira-kira umur tanaman antara 10 sampai dengan 15 HST (Hari Setelah Tanam). Dengan dosis ¾ bagian, sisanya yang ¼ bagian dilakukan dengan cara tabur pada saat tanaman berumur 30 sampai dengan 45 HST. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan dari pembahasan di atas sebagai berikut: 1. Tidak ada perbedaan luas lahan garapan antara usahatani padi yang melakukan pemupukan dengan cara tabur dan tonclo. 2. Tidak ada perbedaan produktivitas antara usahatani padi yang melakukan pemupukan dengan cara tabur dan tonclo. Saran Saran yang dapat disampaikan sebagai berikut: 1. Bagi petani sebaiknya meninggalkan cara-cara ini sampai dengan adanya penelitian lanjutan yang memperlihatkan cara tonclo lebih baik, dengan tambahan teknik tertentu; 2. Bagi kalangan akademisi: sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan sebagai penunjang penelitian sebelumnya. 3. Bagi penyuluh: sebaiknya lebih giat lagi dalam melakukan penyuluhan, dan 4. Bagi pemerintah: sebaiknya hasil penelitian ini menjadi masukan untuk pengambilan kebijakan. DAFTAR PUSTAKA Agromedia Petunjuk Pemupukan. Agromedia Pustaka. Jakarta. Assauri Manajemen Produksi dan Operasi. FE UI. Jakarta. BPP Kecamatan Widasari Luas Lahan, Produksi dan Kelompok Tani. Indramayu. Hadisapoetra, Biaya dan Pendapatan di Dalam Usahatani. Departemen Sosial Ekonomi UGM. Yogyakarta. Pemupukan Lewat Akar. Diunduh 28/1/2014 Mutmainah I Perbedaan Produktivitas dan Keuntungan Usahatani Padi Sawah dengan cara Tabur dan Tonclo. Fakultas Pertanian Unwir. Indramayu. Sembel, DT Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Andi. Yogyakarta. 42
8 Lampiran 1. Data Luas Lahan Usahatani Padi di Desa Ujungaris (ha) No Tabur Tonclo t-test: Two-Sample Assuming Equal Variances 2 1 2, ,5 Tabur Tonclo Mean 1,65 1, ,1 Variance 1,06 1, Observations ,9 Pooled Variance 1,20 8 0,3 2 Hypothesized Mean Difference Df t Stat (0,76) 11 0,7 P(T<=t) one-tail 0, t Critical one-tail 1, ,1 P(T<=t) two-tail 0, t Critical two-tail 2, Simpulan : 17 2 Tidak ada perbedaan luas lahan garapan antara tabur dan tonclo ,
9 Lampiran 2. Data Produktivitas Usahatani Padi di Desa Ujungaris (GKP/ha) No Tabur Tonclo t-test: Two-Sample Assuming Equal Variances Tabur Tonclo Mean 64,70 64, Variance 15,22 5, Observations Pooled Variance 12, Hypothesized Mean Difference Df t Stat 0, P(T<=t) one-tail 0, t Critical one-tail 1, P(T<=t) two-tail 0, t Critical two-tail 2, Simpulan : Tidak ada perbedaan produktivitas cara tabur dengan tonclo
Volume 9 No. 1 April 2017
Volume 9. 1 April 2017 PERBEDAAN PRODUKTIVITAS DAN KEUNTUNGAN USAHATANI PADI SAWAH (Oryza sativa, L) DENGAN CARA PEMUPUKAN BERBEDA DI KELOMPOK TANI TUNAS HARAPAN IV DESA UJUNGARIS KECAMATAN WIDASARI KABUPATEN
Lebih terperinciPEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 5 No. 1, Mei PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa.l) DI KECAMATAN JUNTINYUAT KABUPATEN INDRAMAYU
Lebih terperinciVI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL
VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dengan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga
Lebih terperincisosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.
85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI
BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran
Lebih terperinciPERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG
Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 2 Desember 2015 75 PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG Cucu Kodir Jaelani 1 1) Badan Pelaksana Penyuluhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia
Lebih terperinciVI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:
VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan
Lebih terperinci5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida
5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara
Lebih terperinciApa yang dimaksud dengan PHSL?
Usahatani padi sawah di Indonesia dicirikan oleh kepemilikan lahan yang kecil (< 0.5 ha) Teknik budidaya petani bervariasi antar petani dan antar petakan Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) merupakan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras
Lebih terperinciBAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR
BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi
Lebih terperinciPENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT
VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata
Lebih terperinciSRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN
SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Indratmo Soekarno Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, email: indratmo@lapi.itb.ac.id, Tlp
Lebih terperinciVI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN
VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani
Lebih terperinciBAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH
67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran
Lebih terperinciVII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG
VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil
Lebih terperinciAndi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:
PROSES DISEMINASI TEKNOLOGI EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI KELURAHAN KEMUMU KECAMATAN ARGAMAKMUR KABUPATEN BENGKULU UTARA Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani Identitas petani merupakan suatu tanda pengenal yang dimiliki petani untuk dapat diketahui latar belakangnya. Identitas
Lebih terperinciVI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN
VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.
Lebih terperinciKUISIONER RESPONDEN. 1. Pendidikan Terakhir (Berikan tanda ( ) pada jawaban) Berapa lama pengalaman yang Bapak/Ibu miliki dalam budidaya padi?
LAMPIRAN 105 106 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER RESPONDEN Nama : Alamat : Umur : Tahun 1. Pendidikan Terakhir (Berikan tanda ( ) pada jawaban) Tidak Sekolah Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menegah
Lebih terperinciPENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT
PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,
Lebih terperinciKEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI
KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI Prof. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Lebih terperincipelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.
pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. 2.2. PENDEKATAN MASALAH Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 dirumuskan menjadi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir (2013) metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek,
Lebih terperinciANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH
ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH (Studi Kasus di Desa Bugel Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Husni Khamdan Fariz 1, Dedi Herdiansah S
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris di mana sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor pertanian pula berperan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...
Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial
TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini beras masih merupakan pangan utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando, 2007) kebutuhan beras dari tahun-ketahun
Lebih terperinciDENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT
DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode
Lebih terperinciInovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional
Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Dewasa ini, Pemerintah Daerah Sumatera Selatan (Sumsel) ingin mewujudkan Sumsel Lumbung Pangan sesuai dengan tersedianya potensi sumber
Lebih terperinciSISTEM POMPANISASI PADA KELOMPOK TANI NYI ENDANG DARMA DESA PENGANJANG KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU MUSIM TANAM
ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH (Oryza sativa, L) DENGAN SISTEM POMPANISASI PADA KELOMPOK TANI NYI ENDANG DARMA DESA PENGANJANG KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU MUSIM TANAM 2015 Oleh: Iskandar dan Pandu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi
Lebih terperinciPENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A
PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat baik populasi besar atau kecil.
35 III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei. Metode survei merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan langsung terhadap gejala
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE
ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian Februari 2011 ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG
Lebih terperinciTINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM
TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) (Studi Kasus Pada Kelompoktani Angsana Mekar Desa Cibahayu Kecamatan Kadipaten Kabupaten ) Oleh: Laras Waras Sungkawa
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat
PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN
VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama yang selalu dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Tetapi ada banyak hal yang menjadi kendala dalam produktivitas budidaya tanaman padi
Lebih terperinciPELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN
PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Ahmad Damiri dan Yartiwi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Perberasan Indonesia Kebijakan mengenai perberasan di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1969/1970. Kebijakan tersebut (tahun 1969/1970 s/d 1998) mencakup kebijakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan
Lebih terperinciKELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT
Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa
31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani di daerah pedesaan dimana tempat mayoritas para petani menjalani kehidupannya sehari-hari,
Lebih terperinciV. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG
45 V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 5.1 Karakteristik Petani Responden Penelitian dilakukan
Lebih terperinciV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi
Lebih terperinciProsiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :
Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciSURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO
KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO Purwanto 1) dan Dyah Panuntun Utami 2) 1)Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian 2) Dosen Program
Lebih terperinci1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN
GOL. LUAS LAHAN (m 2 ) 1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN ST.2003 ST.2013 PERUBAHAN RTUP RTUP (juta) (%) (juta) (juta) < 1000 9.38 4.34-5.04-53.75 1000-1999 3.60 3.55-0.05-1.45 2000-4999 6.82 6.73-0.08-1.23
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan hasil-hasil penelitian beserta pembahasan yang meliputi pandangan petani terhadap program pemupukan berimbang dan tingkat penerapan teknologi pemupukan berimbang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupatan Gorontalo. Sesuai dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara I. PENDEKATAN PETAK OMISI Kemampuan tanah menyediakan
Lebih terperinciDAMPAK PENGGUNAAN PUPUK KOMPOS TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG
DAMPAK PENGGUNAAN PUPUK KOMPOS TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG (Kasus : Desa Bangun Panei, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun) Sri Astuti*), Diana Chalil**), Rahmanta Ginting**) *) Alumni
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi
Lebih terperinciPolicy Brief KAJIAN PENYESUAIAN HET PUPUK BERSUBSIDI PADA USAHATANI PADI DAN DAMPAKNYA BAGI PENDAPATAN PETANI 1
Policy Brief KAJIAN PENYESUAIAN HET PUPUK BERSUBSIDI PADA USAHATANI PADI DAN DAMPAKNYA BAGI PENDAPATAN PETANI 1 Dr. Sri Hery Susilowati dan Ir. Supriyati, MS Pendahuluan Sampai saat ini pemerintah masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditas pangan yang paling dominan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dimana padi merupakan bahan makanan yang mudah diubah menjadi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan
Lebih terperinciVI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG
VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Mubyarto (1989) usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan
Lebih terperinciVI. HASIL dan PEMBAHASAN
VI. HASIL dan PEMBAHASAN 6.1 Penggunaan Input Usahatani 6.1.1 Benih Benih memiliki peran strategis sebagai sarana pembawa teknologi baru, berupa keunggulan yang dimiliki varietas dengan berbagai spesifikasi
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA Eddy Makruf, Yulie Oktavia, Wawan Eka Putra, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciOleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK
TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADA USAHATANI PADI SAWAH (ORYZA SATIVA L.) (Suatu Kasus Di Desa Rejasari Kecamatan Langensari Kota Banjar) Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi
Lebih terperinciTEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PENDAHULUAN
TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH Oleh : Chairunas, Adli Yusuf, Azman B, Burlis Han, Silman Hamidi, Assuan, Yufniati ZA,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar
Lebih terperinciKomponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:
AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial
Lebih terperinciBAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu sumber pangan utama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Padi Kegiatan usahatani padi dipengaruhi oleh latar belakang petani dengan beberapa karakteristik yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKAN KAJIAN PENYESUAIAN HET PUPUK BERSUBSIDI PADA USAHATANI PADI DAN DAMPAKNYA BAGI PENDAPATAN PETANI
LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKAN KAJIAN PENYESUAIAN HET PUPUK BERSUBSIDI PADA USAHATANI PADI DAN DAMPAKNYA BAGI PENDAPATAN PETANI Oleh Sri Hery Susilowati Supriyati Yulias Nuryatin Riyani Eni Darwati PUSAT
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas
Lebih terperinciSisvaberti Afriyatna Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang ABSTRAK
ANALISIS PENDAPATAN PADA USAHATANI PADI SAWAH LEBAK DENGAN SISTEM YARNEN DAN TUNAI DI KECAMATAN RAMBUTAN KABUPATEN BANYUASIN Sisvaberti Afriyatna Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km
Lebih terperinciJIIA, VOLUME 5 No. 1 FEBRUARI 2017
ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI PADI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DENGAN SISTEM TEGEL DI KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Comperative Analysis of Jajar Legowo Rice Farming Planting System
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.
Lebih terperinciGambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode dasar deksriptif. Metode deskriptif artinya
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian ini menggunakan metode dasar deksriptif. Metode deskriptif artinya metode yang digunakan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Padi Petani padi dalam menghadapi kelangkaan pupuk dibedakan berdasarkan pengaruh kelangkaan pupuk terhadap produktivitas dan pendapatan dalam usahatani padi. Pengaruh
Lebih terperinciKonsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang. digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sehubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertanian organik sudah lama dikenal oleh manusia yakni sejak ilmu bercocok tanam pertama kali diterapkan. Pada saat itu semuanya dilakukan dengan cara tradisional dan
Lebih terperinciGambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting
Dari hasil analisi sensitivitas, maka diketahui bahwa air merupakan paremater yang paling sensitif terhadap produksi jagung, selanjutnya berturut-turut adalah benih, pupuk, penanganan pasca panen, pengendalian
Lebih terperinci1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil
Lebih terperinci