BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Yuliana Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Lateral Elbow Definisi Nyeri Lateral Elbow Nyeri Lateral Ebow atau yang sering disebut lateral epicondylitis adalah cedera akibat overuse pada tendon otot ektensor wrist saat posisi memanjang. Otot ekstensor wrist bertugas untuk menarik wrist dan finger ke arah dorsal fleksi dengan aktifitas menggenggam, gerakan menggenggam berulang-ulang dan kuat dapat menyebabkan inflamasi pada tendon ekstensor wrist (Massachusetts General Hospital, 2015) (Khashaba, 2001). Nyeri lateral elbow merupakan kasus kedua musculoskeletal pada anggota gerak atas yang membutuhkan penanganan khusus (Goyal,2013). Sendi elbow dibentuk oleh tiga potong tulang yaitu humerus, ulna dan radius yang saling berhubungan dalam satu rongga sendi yang sama (gambar 2.1). Pada dasarnya di dalam sendi siku terdapat dua gerakan yakni fleksi, ekstensi dan rotasi berupa pronasi dan supinasi. Gerakan fleksi dan ekstensi terjadi antara tulang humerus dan lengan bawah (radius dan ulna), pronasi dan supinasi terjadi karena radius berputar pada tulang ulna, dan pada poros bujurnya sendiri. Sendi radioulnar proksimal dibentuk oleh kepala radius dan incisura radialis ulna dan merupakan bagian dari sendi siku. Sendi radioulnar distal terletak dekat pergelangan tangan. Pada gambar 2.1 di bawah ini, dipaparkan tentang anatomi sendi elbow. 6
2 7 Gambar: 2.1 Anatomi Elbow (Putz, 2007) Sendi siku sangat stabil karena diperkuat oleh ligamentcollateral medial dan lateral. Ligamentum annulare radii menstabilkan terutama kepala radius. Otot-otot yang berfungsi pada gerakan sendi siku ialah brachioradialis, biceps brachii, triceps brachii, pronator teres dan supinator. Selain otot di atas, otot dari siku juga sebagai penggerak pergelangan tangan seperti otot ekstensor carpi radialis longus yang berfungsi untuk penggerak utama ekstensi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar saraf servical 6-7, otot ekstensor carpi radialis brevis, berfungsi sebagai penggerak utama ekstensi dan abduksi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar saraf servikal 6-7 (Ranti, 2013). elbow. Pada gambar di bawah ini disajikan otot-otot yang melekat pada sendi
3 8 Gambar 2.2 : Otot Sendi Siku (Ranti, 2013) Otot-otot pada aspek lateral elbow, yang berdekatan dengan origo tendon epikodilus lateral. CET = Common Extensor Tendon, ECRB = Extensor Carpi Radialis Brevis, ECRL = Extensor Carpi Radialis Longus, ECU = Extensor Carpi Ulnaris, EDC = Extensor Digitorum Communis. Extensor Carpi Radialis Brevis (ECRB), Extensor Digitorum Communis (EDC), dan Extensor Carpi Ulnaris (ECU), bergabung membentuk suatu tendon yang kuat serta melekat pada aspek anterior epikondilus lateral dan pada punggung suprakondilar lateral, dekat dengan origo brachioradialis dan Extensor Digitorum Communis (EDC), dan Extensor Carpi Ulnaris (ECU), untuk membentuk tendon Extensor Communis (gambar 2.2). ECRB terletak pada aspek anterior dan profunda tendon communis dan memiliki insersi pada basis tulan metacarpal ketiga. Bagian bawah ECRB bersentuhan langsung dengan capitellum dan bagian lateralnya senantiasa bergesekan dengan capitellum selama proses ekstensi dan fleksi elbow. Robekan dan abrasi repetitif akibat pergesekan tersebut kemungkinan besar memainkan peranan penting dalam patofisiologi epikondilitis. Lesi primer yang paling sering menimbulkan epikondilitis adalah lesi yang
4 9 terletak pada ERCB, lalu EDC dan sisanya adalah otot lain dan tendon pada kompartemen lateral Epidemiologi dan Penyebab Nyeri lateral elbow Insidensi nyeri lateral elbow bervariasi mulai dari 1% hingga 3% dari populasi umum dan kelainan ini dapat ditemukan pada 50 % pemain tenis. Meskipun begitu, jumlah pemain tennis yang terkena penyakit ini hanya sekitar 5 % dari jumlah semua pasien nyeri lateral elbow. Oleh karena itu penggunaan istilah nyeri lateral elbow sebenarnya kurang tepat, sebab mayoritas penderitanya justru bukan pemain tenis (Ranti, 2013). Angka kejadian nyeri lateral elbow berkisar antara 1.3 % sampai 2.8% pada populasi secara umum dan 15% pada pekerjaan beresiko tinggi terjadinya nyeri lateral elbow seperti pedagang daging, pegawai labolatorium dan pegawai industri pengolahan ikan (Cortazzo et al, 2011). Faktor penyebab nyeri lateral elbow selain akibat cedera, stres, repetitive nyeri lateral elbow juga dapat terjadi karena trauma langsung. Epikondilitis lateral terjadi karena kontraksi repetitive pada otot-otot ekstensor lengan bawah, terutama pada origo ekstensor carpi radialis brevis, yang mengakibatkan robekan mikro lalu degenerasi tendon, perbaikan yang imatur, hingga menimbulkan tendinosis. Selain gaya mekanik yang mengakibatkan stres varus berlebihan pada ekstensor carpi radialis brevis, posisi anatomi tendon yang langsung berhimpitan dengan aspek lateral capitellum menyebabkan tendon tersebut mudah mengalami abrasi berulang selama proses ekstensi elbow (Ranti, 2013).
5 Patofisiologi Nyeri lateral elbow Nyeri lateral elbow ditandai dengan inflamasi akibat robekan microscopic pada tendon periosteal yang bersifat akut atau kronis dan pembentukan jaringan yang abnormal pada otot ekstensor wrist yang berorigo pada epicondylitis lateralis karena aktifitas fisik yang melibatkan tangan dan pergelangan tangan secara berlebihan atau overuse, pembebanan yang terlalu berat dan permukaan radiohumeral yang tidak rata (Ranti, 2013). Nyeri lateral elbow terdiri dari 4 tipe yaitu tipe 1 cedera pada otot ekstensor carpiradialis longus (1%), tipe 2 cedera pada otot ekstensor carpiradialis brevis tenno perioeteal (90%), tipe 3 cedera pada otot ekstensor carpiradialis brevis tenno muscular junction (1%), tipe 4 cedera pada otot ekstensor carpiradialis brevis muscle belly (8%) (Halimah, 2007). Proses penyembuhan luka saat tubuh mengalami kerusakan jaringan atau luka, maka akan terjadi peradangan yang ditandai dengan adanya nyeri, bengkak, panas kemerahan dan gangguan fungsi. Adapun fase-fase penyembuhan luka secara fisiologi adalah sebagai berikut : a. Fase perdarahan Fase yang terjadi antara menit setelah terjadi trauma. Pada tahap ini perdarahan terhenti setelah dikeluarkannya fibrin untuk menutupi luka. Pada fase ini ditandai dengan keluarnya hematomadan keluarnya zat- iritan. b. Fase peradangan Fase yang terjadi hingga jam setelah trauma. Fase peradangan aktif ditandai oleh radang tinggi dengan gejala-gejala nyeri, panas, merah, bengkak dan
6 11 gangguan fungsi pada daerah trauma. Pada fase ini terjadi aktualitas nyeri yang tinggi dimana fase ini sebagai awal dari proses penyembuhan luka. c. Fase regenerasi Fase ini terdiri atas 3 fase : 1) Fase proliferasi (2-4 hari) Pada fase ini ditandai dengan menurunnya rasa nyeri, jumlah protein pertahanan tubuh banyak dan jumlah fibroblast meningkat. Pada fase ini juga terjadi rekonstruksi jaringan, pembentukan jaringan permukaan dan memberikan kekuatan pada daerah trauma. Selain peningkatan jumlah fibroblast, juga terjadi peningkatan sel-sel macrophage dan sel-sel endho thelial untuk membentuk pembuluhpembuluh darah baru yang dikenal dengan proses angiogenesis. 2) Fase produksi (4 hari-3 minggu) Pada proses ini ditandai dengan penurunan proses pertahanan tubuh, diikuti peningkatan jumlah fibroblast yang tinggi, telah terjadi perlekatan kolagen dan jaringan granulasi baru serta peningkatan oksigenisasi pada daerah cedera. Serabut-serabut kolagen tersusun dan mulai terjadi cross link serta myofibroblast mulai aktif, sehingga dijumpai pengerutan luka danikatan cross links-nya masih lemah sehingga mudah putus. Setelah tiga minggu kekuatan cross link-nya mulai kuat dan kemampuan terhadap regangan meningkat. Beberapa fibroblast yang terbentuk menjadi myofibroblast akan memberikan efek wound contraction.
7 12 3) Fase remodeling (3 minggu-3 bulan) Fase ini merupakan fase pembentukan jaringan yang normal. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrous dan kekurangan vaskuler untuk membentuk jaringan fibrous yang rapat seperti scar tissue. Selama 3 minggu kekuatan pada daerah yang cedera sekitar 15%. Proses ini berlanjut sampai 3 bulan sampai terjadi pembentukan jaringan yang baru. Jumlah pembuluh darah berkurang untuk mempertahankan keaslian bentuk jaringan. Arteri, vena, dan limpa berkembang kembali dan terjadi regenerasi pada saraf yang kecil Gejala Nyeri pada Nyeri Lateral Elbow dan Gejala Lainnya Pasien Nyeri lateral elbow datang ke dokter praktek spesialis ortophedi, spesialis saraf dan fisioterapi karena keluhan utama nyeri di daerah lateral elbow, yang menjalar ke group ekstensor wrist. Pada umumnya mereka berusia antara tahun, dan mayoritas berusia di atas 30 tahun. Pasien sering melaporkan bahwa timbulnya nyeri sulit diketahui, namun hal itu berhubungan erat dengan riwayat penggunaan tangan secara berlebihan (pada tangan dominan) tanpa adanya trauma spesifik (Ranti, 2013). Gejala biasanya timbul dalam jam setelah melakukan gerakan ekstensi pergelangan tangan secara berulang-ulang. Manifestasi gejala terlambat karena adanya robekan mikroskopik pada otot ekstensor carpiradialis longus, otot ektensor carpiradialis brevis tendon periosteal, otot ekstensor carpiradialis brevis tendon muscular junction, otot ekstensor carpiradialis brevis muscle belly.
8 13 Pasien mengeluhkan nyeri pada lateral elbow yang akan semakin memburuk ketika pasien beraktivitas dan membaik setelah beristirahat. Pasien juga merasakan kondisi yang mengganggu saat melakukan aktivitas tertentu seperti ketika pasien melakukan gerakan backhand secara berlebihan (Ranti, 2013). Nyeri biasanya bersifat tajam, intermiten dan menjalar ke bawah melalui aspek posterior lengan bawah. Terkadang, pasien dapat menentukan lokasi nyerinya di sekitar 1,5 cm dari distal origo ekstensor carpi radialis brevis. Nyeri yang dialami oleh pasien bervariasi, mulai dari yang paling ringan (seperti rasa terganggu ketika melakukan aktifitas yng berulang) atau nyeri berat yang terpicu oleh aktifitas sederhana seperti hendak mengambil dan memegang. Secara umum, pasien nyeri lateral elbow akan mengeluhkan penurunan kekuatan ketika melakukan gerakan menggenggam, memutar telapak tangan ke atas dan meluruskan pergelangan tangan (Ranti, 2013). Metode yang digunakan dalam pemeriksaan pengukuran nyeri yaitu berupa Visual Analog Scale dengan modifikasi. Pada visual analog scale (VAS) dengan memodifikasi angka dengan gambar pasien bebas mengekspresikan nyeri jenis yang digunakan berupa garis lurus dengan modifikasi berupa pemberian angka dilengkapi gambar dari 0 sampai 10. Garis dimulai dari arah kiri dengan nilai 0 dimulai dari tidak nyeri sampai kearah kanan dengan angka 10 yaitu nyeri yang tak tertahankan, sedangkan di tengah tengah dapat dikatakan nyeri sedang dengan angka 5. Pasien diminta untuk memberitahukan tingkat nyeri yang dirasakan dan menandai pada skala VAS seperti pada gambar 2.3 (Destyana, 2014).
9 14 Gambar 2.3 VAS (Destyana, 2014) Prosedur Pemeriksaan Nyeri Lateral Elbow 1. Tes Manual Resisted Ekstensor Carpiradialis Brevis Posisi pasien : elbow dalam posisi fleksi dan wrist ekstensi. Posisi terapis : satu tangan berada pada bagian bawah wrist pasien dan tangan yang satu diletakkan pada tulang metacarpal ke 3. Instruksi : pasien menggerakkan wrist kearah ekstensi, dan terapis memberikan tahanan pada tulang metacarpal ke 3 bagian dorsal. Gambar 2.4 Tes Manual Resisted Ekstensor Carpiradialis Brevis (Pho dan Godges,2007)
10 15 2. Test Manual Resistive Ekstensor Carpi Radialis Longus Posisi pasien : elbow dalam posisi fleksi dan wrist ekstensi. Posisi terapis : satu tangan berada pada bagian bawah wrist pasien dan tangan yang satu diletakkan pada tulang metacarpal ke 2. Instruksi : pasien menggerakkan wrist kearah ekstensi, dan terapis memberikan tahanan pada tulang metacarpal ke 2 bagian dorsal. Gambar 2.5 Test Manual Resistive Ekstensor Carpi Radialis Longus (Pho dan Godges, 2007) 3. Provokasi tendon ekstensor Posisi pasien : elbow dalam posisi fleksi dan wrist ekstensi. Terapis melakukan palpasi pada daerah superior bagian epicondylus lateral (Pho dan Godges, 2007) Management Nyeri lateral elbow a. Konservatif Non-steroid anti inflammatory drugs, kortikosteroid, vasodilator, botulinum, penggunaan ortosis atau bebat counterforce (counterforce
11 16 bracing), terapi fisik atau fisioterapi dan menghindari kegiatan yang memberikan kontribusi berat dari tendon (Ranti, 2013). b. Operatif Ada 2 jenis tindakan untuk nyeri lateral elbow yakni operasi terbuka dan operasi dengan bantuan arthroskopi. - Operasi terbuka merupakan jenis pendekatan yang paling sering digunakan untuk nyeri lateral elbow. - Operasi dengan bantuan arthroskopi dapat menjadi pilihan untuk mengatasi nyeri lateral elbow, karena insisi lebih kecil dan pendarahan lebih minimal. Hanya saja dari segi biaya dan instrumentnya sangat mahal. Komplikasi yang dapat terjadi selama operasi dan harus dipertimbangkan, diantaranya infeksi, kerusakan saraf dan pembuluh darah, memperpanjang masa rehabilitasi, penurunan kekuatan lengan, penurunan fleksibilitas (Ranti, 2013) c. Fisioterapi untuk nyeri lateral elbow pada fase cronic Treatment pada fase akut berikan rest, ice, compression, dan elevation. sama seperti cidera jaringan lunak lainnya, bertujuan untuk mencegah cidera berulang yang dapat memperpanjang waktu penyembuhan (Ranti, 2013). Menurut Halimah dalam penelitiannya tahun 2007 menyebutkan bahwa intervensi Microwave Diathermy, Transverse Friction dan Mill s Manipulation lebih baik dalam menurunkan nyeri pada Nyeri lateral elbow dari pada interfensi Microwave Diathermy dan Transverse Friction.
12 Ultrasound pada nyeri lateral elbow Ada beberapa indikasi yang harus diperhatikan terhadap pemberian terapi ultrasound, yaitu sebagai berikut. Nyeri pada kondisi spasme otot, tulang, sendi, gangguan neurologis, kontraktur sendi tendinitis, adhesi, sinovitis, myofascial syndrome, oedem, gangguan sirkulasi darah, keluhan atau kelainan penyakit pada kulit. Karena dapat membantu mempercepat proses pemulihan. Tidak boleh juga melupakan kontra indikasi dari pemakaian ultrasound karna bisa membahayakan kondisi yang dialami pasien diantaranya absolut mata, uterus, testis, jantung, area tumor ganas, unsufisiensi vaskuler dan relative pada gangguan sensibilitas. Di bawah ini merupakan salah satu model ultrasound. Gambar 2.6 : Ultrasound (Destyana, 2014) Efek penyebaran ultrasound ke dalam jaringan tergantung pada : 1. Kedalaman penetrasi, yang memiliki kaitan pada absorpsi dan penyebaran pancaran ultra sound selama dalam jaringan, 2. Absorsi, merupakan penerimaan panas yang di konversikan dari energy akustik oleh adanya penyebaran ultra sound dalam jaringan. Absorpsi ultrasonic berkaitan dengan kandungan protein dalam jaringan.
13 18 Jaringan yang dapat di berikan ulta sound diantaranya superficial bone, joint capsules, tendon, scar tissue, peripheral nerves, myofacial interface, cells membranes. Mengingat bahwa frekuensi pada ultra sound telah dibuat tetap, dan kecepatan penyebaran ditentukan oleh medium, maka panjang gelombang tergantung pada medium. Jaringan lunak panjang gelombang pada 1 MHz kurang lebih 1,5 mm dan di dalam tulang kurang lebih 3 mm. pengaruh kecepatan penyebaran pada 3 MHz di dalam jaringan adalah sedikit sekali oleh sebab itu panjang gelombang menjadi lebih pendek yaitu didalam jaringan lunak kurang lebih 0,5 mm dan didalam tulang kurang lebih 1 mm (Sugijanto, 2008). Tabel 2.1 Penyebaran Ultrasound ke Dalam Jaringan (Irfan, 2015) Tissue type Attenuation Protein content Bone 96% per cm % Cartilago 68% per cm Tendon 59% per cm Skin 39% per cm Blood vessel 32% per cm 15-20% Muscle 24% per cm 10-15% Fat 13% per cm Blood 3% per cm 2.3 Mill s Manipulasi pada Nyeri lateral elbow Mill s manipulation adalah suatu teknik manipulasi dengan meregankan tendon muskular ekstensor carpi radialis longus, ekstensor carpi radialis brevis dan sedikit pada ekstensor carpi ulnaris. Gerakan yang dilakukan adalah pronasi pergelangan tangan, fleksi dan ulna deviasi wrist, dan ekstensi siku dengan ini
14 19 diperoleh penguluran jaringan secara maksimal. Dari teknik ini diperoleh pengaruh secara aktif berupa penurunan spasme otot, peregangan pada otot dengan melepaskan perlengketan otot atau tendon (Yuli, 2013). Pada umumnya mill s manipulation yang digunakan adalah gerakan berupa dorongan dengan amplitude kecil kecepatan tinggi yang dilakukan pada akhir ekstensi siku dan posisi wrist fleksi. Mills manipulations digunakan untuk memisahkan cedera tendon dan meredakan ketegangan pada area cidera. Mills manipulations mengikuti mekanisme pemulihan spontan. Gerakan ini memungkinkan inflamasi pasca trauma untuk meredakannya dengan pemanjangan tendon pendekatan ini digambarkan oleh mill s (Physiopedia, 2015). Beberapa penelitian tentang penambahan mill s manipulation telah dilakukan antara lain Stasinopoulas dan Johnson tahun (2004) meneliti pengaruh deep transverse friction dan mill s manipulation pada lateralis epicodylitis. Sulasih (2012) dengan menggunakan uji independen t-test diperoleh hasil bahwa penambahan mill s manipulasi pada terapi ultrasound dan Tens dapat lebih menurunkan intensitas nyeri pada pasien nyeri lateral elbow tipe II. Mill s manipulation pada kondisi nyeri lateral elbow memiliki fungsi yang bertujuan sebagai pelepasan abnormal crosslink serta perlengketan jaringan yang terbentuk serta peningkatan vasodilatasi lokal untuk mengurangi nyeri. Dalam pemberian mill s manipulation dengan cara digerakkan sebagai berikut lengan diekstensikan ke arah pronasi kemudian, kemudian lakukan fleksi penuh pada pergelangan tangan, dalam proses penurunan nyerinya dapat dicapai melalui rangsangan pada serabut afferent A delta dan C delta sehingga terjadi pelepasan
15 20 sistem analgetik endophrin sehingga terjadi pemblokiran impuls nyeri pada cornu dorsalis medulla spinalis (Sulasih, 2012). Gambar 2.7 Mill s manipulation (Kushner, 2015) Posisikan pasien dalam keadaan duduk tegak dan pastikan pasien dalam keadaan nyaman. Bebaskan faktor penghambat seperti pakaian agar area yang diobati mendapatkan efek terapi yang optimal. Posisi terapis berada disamping atau dibelakang pasien pada sisi siku yang akan dilakukan mill s. Jelaskan pada pasien tentang tehknik dan sensasi yang akan dirasakan selama terapi. Pastikan posisi pasien duduk dengan senyaman mungkin, posisi lengan abduksi 90 0 dengan rotasi internal yang cukup sehingga olecranon menghadap ke atas dan tangan terapis menstabilisasi lengan pasien pada wrist dengan fleksi penuh dan pronasi, tangan terapis yang lainnya diletakkan pada olecranon. Sambil terapis menggerakkan full wrist fleksi dan memposisikan pronasi lengan bawah. Terapis mengaplikasikan amplitudo kecil kecepatan tinggi di akhir ekstesi elbow.
16 Autostretching pada Nyeri Lateral Elbow Stretching yang diberikan pada otot maka akan memiliki pengaruh yang pertama akan terjadi pada komponen elastin (aktin dan miosin) dan tegangan dalam otot meningkat tajam, sarkomer memanjang dan bila dilakukan terusmenerus otot akan beradaptasi dan hal ini hanya bertahan sementara untuk mendapatkan panjang otot yang diinginkan. Respon mekanik otot terhadap peregangan bergantung pada, myofibril dan sarkomer otot. Setiap otot tersusun dari beberapa serabut otot. Satu serabut otot terdiri atas beberapa myofibril. Serabut myofibril tersusun dari beberapa sarkomer yang terletak sejajar dengan serabut otot. Sarkomer merupakan unit kontraktil dari myofibril dan terdiri atas filament aktin dan myosin yang saling tumpang tindih. Sarkomer memberikan kemampuan pada otot untuk berkontraksi dan relaksasi, serta mempunyai kemampuan elastisitas jika di renggangkan. Ketika otot secara aktif direnggangkan, maka pemanjangan awal terjadi pada rangkaian komponene elastis (sarkomer) dan tension meningkat secara drastic. Kemudian, ketika gaya renggang dilepaskan maka setiap sarkomer akan kembali ke posisi resting length. Kecenderungan otot untuk kembali ke posisi resting length setelah peregangan disebut dengan elastisitas. Dengan memanjangkan dan mengulur struktur jaringan lunak (soft tissue) seperti, fasia tendon dan ligament yang memendek secara patologis maupun non patologis sehingga dapat meningkatkan lingkup gerak sendi dan mengurangi nyeri akibat spasme, pemendekan otot atau akibat fibrosis.
17 22 Secara umum stretching dilakukan untuk mengembalikan panjang dari otot dan jaringan ikat. Jaringan ikat membutuhkan waktu 20 detik untuk mencapai efek rileksasi sedangkan otot membutuhkan waktu 2 menit untuk mencapai efek rileksasi. Mekanisme manipulation dapat mengurangi nyeri yaitu dengan mengaktivasi golgi tendon organ sehingga rileksasi dapat dicapai dan nyeri akibat ketegangn otot dapat diturunkan. Penguluran kelompok otot ekstensor wrist menggunakkan metode contract rilex yang bertujuan untuk penguatan otot ekstensor wrist dan untuk kelompok tendon otot ekstensor yang mengalami kerusakan. Jenis latihan ini ditunjukkan pada foto pertama pada lengan kanan yang mengalami cidera. Pertama strecth secara perlahan pada kelompok otot ekstensor wrist ke arah fleksi wrist. Catatan bahwa rotasi kemungkinan akan menurun jika terjadi injury. Pemberitahuan bahwa lengan pada saat lengan dirotasi (pronasi) dengan gerak ekstensor wrist secara ecentric. Hal ini juga untuk peregangan otot supinator elbow yang juga termasuk ke dalam nyeri lateral elbow injury (Sudarsono, 2011) (gambar 2.6). Fauzi (2014) menyimpulkan bahwa pemberian intervensi ultrasound dan stretching pada Nyeri lateral elbow dapat menurunkan rasa nyeri pada nyeri lateral elbow sebesar 19,4%.
18 23 Gambar 2.8 Autostretching (Motyer,2008) Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pastikan pasien dalam keadaan nyaman. Posisi terapis berada berhadapan dengan pasien dan memperhatikan pasien. Pastikan minta pasien untu k melakukan gerakan ekstensi pada elbow, pronasi wrist dan dibantu dorongan full fleksi oleh tangan kiri.
BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas yang dilakukan sehari-hari tidak jarang dapat menimbulkan gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga, mengangkat, mencuci
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas sehari-hari tidak jarang dapat menimbulkan gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga, mengangkat barang, mencuci, ataupun aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tingkatan intra sel sampai aktual yang setiap hari dilakukan oleh. manusia untuk beraktifitas atau bergerak 1.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk hidup yang hidupnya tidak lepas dari proses bergerak mulai dari tingkatan mikroskopik atau gerak yang terjadi pada tingkatan intra sel sampai aktual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu. Kualitas hidup menjadi variabel perkembangan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas hidupnya sejak jaman dahulu. Kualitas hidup menjadi variabel perkembangan masyarakat yang terpenting dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Oleh karena itu, manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia melakukan aktivitas sehari-hari dengan menggunakan seluruh anggota tubuh dan tidak jarang mengalami gangguan pada tubuhnya. Kesehatan merupakan hal yang penting
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada zaman modern seperti sekarang ini, terjadi banyak. teknologi dan tidak ketinggalan juga perkembangan pada bidang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern seperti sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang kehidupan manusia. Baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang umumnya terjadi pada daerah siku (Setiawan, 2011). digunakan dalam permainan tenis dalam melakukan service, overhead
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga tidak terlepas dari adanya gerakan yang melibatkan berbagai struktur/jaringan pada tubuh manusia, misalnya sendi, meniscus/discus, capsuloligamenter dan otot.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau
61 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau beberapa titik picu (trigger points) dan dicirikan
Lebih terperinciNi Made Sulasih RSUP Sanglah Denpasar, Juni 2012 Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRAK
PEMBERIAN MANIPULASI MILLS PADA TERAPI ULTRASOUND (US) DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DAPAT LEBIH MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA TENNIS ELBOW TIPE II Ni Made Sulasih RSUP Sanglah
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TENNIS ELBOW DEXTRA DI RST DR. SOEDJONO MAGELANG
KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TENNIS ELBOW DEXTRA DI RST DR. SOEDJONO MAGELANG Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Diploma
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN CEDERA TENNIS ELBOW ABSTRAK
PENATALAKSANAAN CEDERA TENNIS ELBOW Oleh: Olivia Andiana Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan E-mail: olivia_a3@yahoo.co.id Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Malang (UM) ABSTRAK Telah kita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Setelah dilakukan proses assessment pada pasien Ny. DA usia 44 tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa nyeri tekan dan gerak pada pergelangan
Lebih terperinciGambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna
Anatomi antebrachii 1. Os. Radius Adalah tulang lengan bawah yang menyambung dengan humerus dan membentuk sendi siku. Radius merupakan os longum yang terdiri atas epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup sehat adalah harapan setiap individu baik sehat fisik maupun psikis. Namun harapan tersebut kadang bertentangan dengan keadaan di masyarakat, dimana dijumpai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehat. Mengandung arti bahwa untuk membentuk mental yang sehat
8xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Men sana in corpore sano, dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Mengandung arti bahwa untuk membentuk mental yang sehat dibutuhkan kondisi fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia harus memiliki kemampuan untuk bergerak atau melakukan aktivitas demi memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Nyeri Hasil evaluasi nyeri dengan menggunakan VDS didapatkan hasil bahwa pada terapi ke-0 nyeri diam: tidak nyeri, nyeri tekan: nyeri ringan, nyeri gerak: nyeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern seperti sekarang, banyak pekerjaan yang dilakukan oleh sebagian besar orang, salah satunya adalah sebagai Pegawai Negeri Sipil. Dimana profesi sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat
BAB I PENDAHULUAN Pembangunan dibidang kesehatan adalah penyelenggaran upaya kesehatan mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Hidup sehat pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu keadaan bebas dari penyakit baik penyakit fisik maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah merupakan keadaan statis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aktivitas tersebut antara lain memasak, mencuci, menulis, mengetik, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tangan adalah bagian tubuh yang memiliki peran dan fungsi yang penting dalam melakukan berbagai aktivitas baik ringan maupun berat. Aktivitas tersebut antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, berbagai macam teknologi telah digunakan untuk membuat segala pekerjaan menjadi lebih efisien. Komputer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang saling berinteraksi dengan lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal dalam bergerak atau beraktivitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan jumah penduduk yang memasuki peringkat 5 besar penduduk terbanyak didunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang sangat banyak. cidera atau gangguan sendi yang cukup besar. (Kuntono 2003).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keadaan sehat merupakan dambaan bagi setiap orang,karena pada tubuh yang sehat seseorang dapat melaksanakan aktifitas fungsionalnya secara optimal, dengan demikian produktifitasnyapun
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS BERMAIN BULUTANGKIS DENGAN KECENDERUNGAN TERKENA TENNIS ELBOW DI GOR BULUTANGKIS DIRGANTARA KARTASURA
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS BERMAIN BULUTANGKIS DENGAN KECENDERUNGAN TERKENA TENNIS ELBOW DI GOR BULUTANGKIS DIRGANTARA KARTASURA SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup dan untuk melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman globalisasi sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang sangat pesat, bisa kita lihat di dalam perkembangan ilmu pengetahuan misalnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas kehidupan yang lebih baik.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan yang telah kita laksanakan selama ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berat. Apabila terjadi gangguan pada tangan maka kita akan kesulitan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tangan adalah bagian tubuh yang memiliki peran penting dalam melakukan berbagai aktivitas dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Apabila terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi tangan dan jari dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik dalam aktifitas kerja, vokasi, olahraga maupun kegiatan hobi dan rekreasi sangatlah penting.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi maka makin meningkatnya juga tuntutan akan produktivitas. Dalam hal ini masalah kesehatan adalah hal yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang lebih maju dan berkembang disertai dengan peningkatan teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan perilaku hidup, hal ini mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial masyarakat dan bangsa bertujuan untuk. memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sosial masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan yang telah kita laksanakan selama
Lebih terperincitransvesre friction dan continues Short Wave Diathermy dengan kelompok perlakuan II dengan penerapan terapi US dan pulse Short Wave Diathermy.
transvesre friction dan continues Short Wave Diathermy dengan kelompok perlakuan II dengan penerapan terapi US dan pulse Short Wave Diathermy. Kata Kunci: Transverse Friction, Continues Short Wave Diathermy,
Lebih terperinciprotein adalah bahan utama pembentuk otot. dengan control sikap (stabililisasi), dimana stabilisasi akan
2 panjang otot saat kontraksi dan kecepatan kontraksi otot masingmasing individu. Kekuatan otot pada umumnya bertambah seiring usia yang juga bertambah karena asupan protein yang kita makan karena protein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang statis dan overload dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketenganan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja dan bersekolah merupakan beberapa aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kesehariannya. Seperti Bekerja didepan komputer dengan posisi yang statis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat, bisa kita lihat di dalam perkembangan ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang sangat pesat, bisa kita lihat di dalam perkembangan ilmu pengetahuan misalnya, banyak sekali
Lebih terperinciCarpal tunnel syndrome
Carpal tunnel syndrome I. Definisi Carpal tunnel syndrome adalah keadaan nervus medianus tertekan di daerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parestesia, dan kelelahan otot tangan. Tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan salah satu gangguan yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas dan fungsional, sehingga menghambat aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis. Pemelihara kesehatan
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN (KONTRAKTUR)
LAPORAN PENDAHULUAN (KONTRAKTUR) I. KONSEP DASAR MEDIS A. Definisi 1. Kontraktur merupakan suatu keadaan patologis tingkat akhir dari suatu kontraksi. Umumnya kontraktur terjadi apabila pembentukan sikatrik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia melakukan aktifitasnya tidak pernah lepas dari proses gerak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup, dan melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam memenuhi kebutuhan sehariharinya hingga kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup sehat adalah tujuan semua orang. Salah satu yang mempengaruhi kualitas hidup individu adalah kondisi fisiknya sendiri. Sehingga manusia yang sehat sudah tentu
Lebih terperinciINTERVENSI ULTRA SOUND
SKRIPSI INTERVENSI ULTRA SOUND DAN MILL S MANIPULATION LEBIH BAIK DALAM MENURUNKAN NYERI DARI PADA INTERVENSI ULTRA SOUND DAN AUTOSTRETCHING PADA NYERI LATERAL ELBOW I PUTU DIVTA MAHENDRA 1202315013 KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan
BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Kesehatan optimal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak berkembangnya teknologi dan pengetahuan, membuat semakin meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. Kesadaran atas kesehatan kadang kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu gerak dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya. tersebut, salah satu diantaranya adalah frozen shoulder.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu keadaan bebas dari penyakit, baik penyakit fisik maupun penyakit mental dan juga bebas dari kecacatan, sehingga keadaan tubuh secara biologis
Lebih terperinciPROTOKOL STUDI KASUS. : RSUP Dr.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN. : Tn. Biran Kusdomo. : Delanggu RT 03, RW 11,klaten
PROTOKOL STUDI KASUS Nama Mahasiswa : Novvi Kurniasari NIM :J100 080 74 Tempat Praktek Pembimbing : RSUP Dr.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN : I Sulistya, SSt.FT I. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu bergerak dan beraktivitas dalam kehidupannya. Semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TENNIS ELBOW SINISTRA. Naskah Publikasi
KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TENNIS ELBOW SINISTRA Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma
Lebih terperinciJ SURAKARTA
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI TENNIS ELBOW DEXTRA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTAA Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Progam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini sangat berkembang pesat. Dimana sangat membawa dampak perubahan yang sangat besar terhadap gaya
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TENNIS ELBOW DEXTRA DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TENNIS ELBOW DEXTRA DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : TRI NOPIANTO J100 100 024 PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Setiap orang mendambakan bebas dari penyakit, baik fisik maupun mental serta terhindar dari kecacatan. Sehat bukan suatu keadaan yang sifatnya statis tapi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Masalah Dari sekian banyak anggota tubuh yang dimiliki dalam tubuh manusia, kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan keharmonisan aktivitas seseorang
Lebih terperinciAndi Halimah Poltekes Depkes Makassar Jl. Wijaya Kusuma Raya No. 46 Makassar
BEDA PENGARUH ANTARA MICROWAVE DIATHERMY, TRANSVERSE FRICTION DAN MILLS MANIPULASI DENGAN MICROWAVE DIATHERMY DAN TRANSVERSE FRICTION TERHADAP PENURUNAN NYERI AKIBAT TENNIS ELBOW TIPE II Andi Halimah Poltekes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melakukan aktifitasnya sepanjang hari tentunya akan melibatkan anggota gerak tubuh dan anggota tubuh yang banyak berperan dalam aktifitas kerja
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN TRANSVERSE FRICTION PADA INTERVENSI ULTRASOUND TERHADAP PENGURANGAN NYERI AKIBAT TENNIS ELBOW TIPE II
PENGARUH PENAMBAHAN TRANSVERSE FRICTION PADA INTERVENSI ULTRASOUND TERHADAP PENGURANGAN NYERI AKIBAT TENNIS ELBOW TIPE II Muki Partono, Sugijanto Rumah Sakit Siaga Raya, Jakarta Fisioterapi Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modern. Hal ini mengakibatkan dampak yang positif tetapi juga bisa
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perilaku dan gaya hidup manusia akan mengalami perubahan seiring dengan perkembangan jaman yang disertai kemajuan teknologi yang semakin modern. Hal ini mengakibatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di era yang serba modern seperti sekarang ini maka mudah sekali untuk mendapatkan semua informasi baik dalam bidang teknologi, bisnis, serta bidang kesehatan. Setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, manusia dituntut untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, biologis,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Istilah kesehatan dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya
Lebih terperinciDEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MUSCLE OF UPPER EXTREMITY DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OTOT-OTOT EKSTREMITAS SUPERIOR 1. Kelompok otot pada gelang bahu 2. Kelompok otot regio brachii (lengan atas)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan atau aktivitas sehari-hari dalam kehidupannya. Salah satu contoh aktivitas seharihari adalah bersekolah,kuliah,bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupannya manusia memiliki banyak aktivitas untuk dilakukan baik itu rutin maupun tidak rutin. Ada berbagai macam aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang. masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola kegawang lawan, dengan memanipulasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering di gunakan. Masalah pada pergelangan tangan sering dialami karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tangan berfungsi sebagai instruksi gerakan tubuh dan pergelangan tangan sangat sering beraktifitas oleh karena itu perlu diperhatikan kondisi tangan dan pergelangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang dengan dunia luar. Hal ini memungkinkan kita untuk menyentuh,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tangan merupakan salah satu bagian tubuh yang menghubungkan seseorang dengan dunia luar. Hal ini memungkinkan kita untuk menyentuh, merasakan, memanipulasi, dan mengubah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Myalgia cervical atau sering dikenal dengan nyeri otot leher adalah suatu kondisi kronis dimana otot mengalami ketegangan atau terdapat kelainan struktural tulang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu negara, seperti pada kehidupan masyarakat
Lebih terperinciBlanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI)
Lampiran 1 Blanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI) 1. Intensitas Nyeri a Saat ini saya tidak merasa nyeri (nilai 0) b. Saat ini nyeri terasa sangat ringan (nilai 1) c. Saat ini nyeri terasa ringan
Lebih terperinciECCENTRIC EXERCISE LEBIH BAIK MENURUNKAN RASA NYERI PADA TENNIS ELBOW DIBANDINGKAN DENGAN TERAPI ULTRASOUND (US) DAN STRETCHING ABSTRAK
ECCENTRIC EXERCISE LEBIH BAIK MENURUNKAN RASA NYERI PADA TENNIS ELBOW DIBANDINGKAN DENGAN TERAPI ULTRASOUND (US) DAN STRETCHING 1 Reza Fauzi, 2 I Nyoman Adiputra, 3 I Putu Gede Adiatmika 1. Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, sesama manusia maupun lingkungan, baik secara langsung
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial yang satu sama lainnya saling berinteraksi, sesama manusia maupun lingkungan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, verbal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang banyak melakukan kerja fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang sering digunakan terutama bagian kaki. Gerak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sehari-hari manusia dalam bekerja dan beraktivitas selalu melibatkan anggota gerak tubuhnya. Manusia adalah makhluk yang memerlukan gerak karena hampir seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus
15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sepanjang daur kehidupannya, manusia tidak akan terlepas dari gerak dan aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Olahraga, baik yang bersifat olahraga prestasi maupun rekreasi merupakan aktivitas yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik maupun mental. Akan tetapi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ergonomi dan psikososial yang berdampak pada kesehatan pekerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekerja merupakan salah satu dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tuntutan pekerjaan kerap kali membuat manusia lupa akan batas kemampuan tubuhnya. Dunia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Glenohumeral joint merupakan sendi joint yang paling luas gerakannya di tubuh kita. Glenohumeral joint termasuk sendi peluru dengan mangkok sendi yang sangat dangkal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LatarBelakang
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang melakukan aktifitas fisik untuk menunjang hidup sehat, karena Kesehatan sangat penting bagi kehidupan manusia untuk hidup dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari mulai alat komunikasi, alat perkantoran, alat transportasi sampai sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kini, perkembangan zaman semakin pesat. Setiap waktunya lahir berbagai teknologi baru yang memudahkan manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Dari mulai alat komunikasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan tugas-tugasnya dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. sendi bahu dan mengakibatkan gangguan aktivitas fungsional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Dengan kondisi yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usia 56 tahun dengan kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Permasalahan yang timbul pada pasien atas nama Ny. Netty Indrayati usia 6 tahun dengan kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L-S yaitu Terdapat nyeri menjalar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang kehidupan manusia. Baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Siku (Elbow Joint)
MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Siku (Elbow Joint) Tim Penyusun : Muh. Irfan, SKM, S.Ft, M.Fis Wismanto, SSt.Ft, S.Ft, M. Fis Abdul Chalik Meidian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. optimal untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungannya. Hal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk biopsikososial membutuhkan kondisi yang optimal untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini merupakan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang amat penting dalam melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas dari penyakit,
Lebih terperinciHasil Evaluasi Nyeri Tekan Menggunakan Skala VDS
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Permasalahan- permasalahan yang timbul pada pasen bernama Ny. N, usia 62 tahun dengan kondisi Post Fraktur 1/3 proksimal Humerus sinistra adalah adanya nyeri tekan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J
NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS ELBOW DEXTRA POST FRAKTUR SUPRACONDYLAR HUMERI DENGAN K-WIRE DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J 100 090 02
Lebih terperinciOleh: dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO
Oleh: dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO 1. Berdasarkan waktu terjadi: -Akut : terjadi secara tiba-tiba dan terjadi dalam beberapa jam yang lalu. Tanda & Gejala: sakit, nyeri tekan, kemerahan, kulit hangat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan komputer khususnya di perkotaan sudah sangat lazim, tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari anak-anak, ibu rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya manusia harus melakukan aktivitas untuk memenuhi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya manusia harus melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Melakukan aktivitas fisik dengan membiarkan tubuh bergerak secara aktif tentunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaki menjadi bagian penting bagi manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya. Dibandingkan dengan bagian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan dalam bekerja sangat penting bagi masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi
Lebih terperinci