KREATIVITAS PROGRAM TV BERDASARKAN RATING DAN SHARE
|
|
- Hendri Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MODUL KE 10 KREATIVITAS PROGRAM TV BERDASARKAN RATING DAN SHARE Stasiun televisi membutuhkan rating sebagai mata uang yang berlaku umum, karena pemasang iklan sebagai pendapatan utama untuk kelangsungan hidupnya ingin mengetahui televisi dan program apa yang paling banyak ditonton orang. Standar siaran iklan juga telah ditetapkan dalam Undang-undang No.32 Tahun 2002 sebanyak 20%. 1 Sehingga standar umumnya dalam 1 jam/60 menit = terdapat 24 kali siaran iklan per (@1 spot). Output iklan produk/brand yang menjadi sasaran utama, bukan iklan PSA/layanan masyarakat yang memiliki peran penting untuk mensosialisasikan keberhasilan pembangunan, kebijakan pemerintah dan masalah-masalah sosial yang terjadi dimasyarakat. Dengan rating di televisi, pengiklan dapat lebih efisien mengatur biaya operasionalnya yang akan mencapai sasaran dikenal oleh konsumen sebanyak-banyaknya. Pengiklan yang terdiri dari lembaga/intitusi negara dan khususnya swasta akan memasang iklannya pada stasiun televisi yang memiliki rating terbaik. Oleh sebab itu rating menjadi parameter keberhasilan mempublikasikan sesuatu atau penjualan produk pengiklan. Rating didapat melalui riset terhadap penonton televisi, yang sifatnya cair. Kalau jumlah pembaca surat kabar dapat diketahui dari berapa eksemplar koran yang terjual, sedangkan untuk mengetahui berapa penonton setiap program televisi jauh lebih rumit. Maksud dari sifat yang cair, penonton televisi dapat berpindah-pindah dengan mengunakan remote control. Karena sifatnya yang dinamis dibutuhkan penelitian terhadap karakteristik penonton televisi dengan berbagai macam metode agar mendekati akurat. Riset rating meneliti tindakan penonton televisi yang meliputi; 1. Menonton program televisi seberapa lama. 2. Menganti channel ke program saluran televisi apa. 3. Berapa banyak penonton televisi menyaksikan suatu program. 4. Klasifikasi apakah penonton televisi dominan yang menyaksikan suatu program. 5. Berapa nilai iklan per audien dapat diukur (CPRP) Riset rating diambil berdasarkan jumlah sample yang tersebar dibeberapa wilayah yang potensial mengikuti mekanisme pasar disuatu negara atau daerah tertentu. Lembaga riset terkemuka seperti AGB Nielsen Media Research dan Arbitron memiliki operasional bisnisnya 1] Undang-undang Penyiaran No.32/Tahun Tentang Penyiaran. Pasal 46 ayat 8 (Isi Siaran). 1
2 dibeberapa negara termasuk Indonesia. AGB Nielsen Media Research menjadi satu-satunya parameter di Indonesia hingga saat ini. Metodologi Pengukuran Kepemirsaan Televisi Metode yang digunakan adalah Peoplemeter (memantau performa kepemirsaan menit per menit) dengan pengumpulan data secara on-line (harian) dan off-line (mingguan). Sedangkan sampel yang diambil yaitu yang berusia 5 tahun keatas. Metodologi umum untuk mengumpulkan data pengukuran kepemirsaan televisi dimana sampel rumah tangga dilengkapi dengan system pengukuran rangkap dua yang mencatat; A. Status perangkat televisi (channel mana yang sedang ditonton). B. Kehadiran penonton. Riset dengan peoplemeter saat ini terbatas pada pengukuran kepemirsaan dirumah dengan pengukur Base Unit yang terpasang pada setiap perangkat televisi di rumah. Pengunaan peoplemeter didunia juga sangat mendominasi. Dengan keuntungan utama bagi komunikasi periklanan adalah metode ini menghasilkan pengukuran kepemirsaan yang sangat terperinci. (menit per menit bahkan detik per detik) sepanjang 24 jam sehari dan 365 hari setahun dan dianggap netral tanpa metodologi wawancara. 2 Televisi mendominasi di semua negara diseluruh dunia, telah menjadi media penyiaran yang sangat dominan atas informasi, komunikasi komersial dan hiburan. Hal ini mendorong pada pelaku penyiaran, pengiklan dan agensi periklanan untuk memperoleh informasi yang akurat, konsisten dan terperinci mengenai kepemirsaan televisi. Pengukuran kepemirsaan televisi yang dijalankan oleh AGB Nielsen Media Research Indonesia adalah bagian dari survey global AGB Nielsen di lebih dari 30 negara diseluruh dunia. Survei ini dirancang untuk pengiklan, agensi periklanan dan pelaku industri pertelevisian untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai karakteristik dan pilihan menonton dari pemirsa televisi di 10 kota besar di Indonesia. Dalam rangka menyediakan data kepemirsaan televisi yang independent, akurat dan dapat diandalkan bagi suatu negara atau pasar tertentu, dibutuhkan suatu metode khusus, yang mampu menjembatani kebutuhan industri media penyiaran, pemilik produk (brand), agensi iklan (planner) dan konsumen/khalayak (buyer). Sebuah sistem membutuhkan pengalaman bertahun-tahun yang relevan, riset dan pengembangan, sekaligus kemampuan untuk berkembang dengan perubahan teknologi televisi, teknologi riset dan kebutuhan pengguna atas sistem pengukuran kepemirsaan televisi. 2] AGB Nielsen Media Research The Global Leader in TV Audience Measurement. Jakarta. AGB Neilsen Media Research. 2
3 Sistem pengukuran kepemirsaan televisi yang dikembangkan oleh AGB Nielsen Media Research disebut Television Audience Measurement (TAM). Sistem TAM dapat diandalkan hanya jika system pengukurannya menghasilkan temuan yang hampir sama setelah dilaksanakan beberapa kali secara independen. Dikatakan independen jika leveransir yang beroperasi dari posisi yang netral dikenali oleh semua pemain pasar. 3 Hubungan tertutup dengan kelompok kepentingan tertentu akan menimbulkan prasangka atas data yang dihasilkan, yang pada akhirnya akan mencegah penerimaannya sebagai mata uang. Tentunya transparan jika setiap komponen dari sistem dapat dipahami dan diperoleh oleh pasar. Setiap klien dari layanan AGB Nielsen memiliki hak untuk mengetahui bagaimana angka rating, share, index, cost per program dan cost per rating point diperoleh atau dihasilkan oleh perusahaan riset sesuai dengan peraturan dan prosedur yang dikenal oleh pasar. Proses Pengolahan Data Rating dan Share AGB Nielsen Media Research sejak tanggal 5 Agustus 2004 telah mengabungkan AGB Grup dan Nielsen Media Research Internasional. Yang mengumumkan penggabungan keduanya untuk menawarkan layanan rating televisi di lebih dari 30 negara dibawah nama AGB Nielsen Media Research. Sistem yang digunakan AGB Nielsen Media Research adalah hasil dari pengalaman selama menjalankan bisnis riset dan pengembangan, serta kemampuan sejalan dengan perubahan teknologi pertelevisian, teknologi riset dan kebutuhan media televisi terhadap pengukuran kepemirsaan televisi. Karenanya, AGB Nielsen Media Research mengunakan teknologi mutakhir dalam pengukuran kepemirsaan televisi yang memberikan data akurat dengan landasan teknologi canggih dalam setiap langkah pemrosesan data. Riset rating akhirnya menjadi favorit dengan mengunakan beragam metode untuk mempelajari penonton sekaligus keberpihakan pada suatu program televisi. Efektivitas program yang ditayangkan pada suatu stasiun televisi akan mudah dipantau. Pemetaan awal pada setiap wilayah yang akan dilakukan riset rating, sebagai perkiraan kuantitatif yang dianggap mewakili keseluruhan populasi. Pemetaan dilakukan dengan cara memberikan questioner untuk mengetahui segmentasi demografi (usia, gender, pendapatan, pendidikan, klasifikasi A sampai E) dari calon sampel. Setelah diketahui calon sampel bersih dari unsur media massa penyiaran dan cetak (dengan cara mendatangi atau menelpon setiap rumah), maka calon sampel akan didata serta diberikan questioner sebagai saringan untuk mengetahui segmentasi demografi. 3] AGB Nielsen Media Research The Global Leader in TV Audience Measurement. Jakarta. AGB Neilsen Media Research. 3
4 Calon sampel akan ditentukan dari data yang tadi untuk dipilih dalam kuota-nya berdasarkan prosentase populasi. Sample terpilih sudah mewakili kriteria segmentasi demografi dan geografis. Hingga saat ini AGB Nielsen Media Research telah memiliki sample pada 10 kota besar di Indonesia total 8751 rumah tangga (household). AGB Nielsen Media Research Indonesia mengklasifikasikan SSE (Status Sosial Ekonomi) berdasarkan pengeluaran rutin bulanan, seperti listrik, air, bahan bakar, makanan dan kebutuhan harian, biaya sekolah, dan sebagainya. Tidak termasuk biaya yang dikeluarkan untuk cicilan, mobil, rumah, kartu kredit dan sebagainya. Status Sosial Ekonomi No Klas Range Pendapatan 1 A1 Rp keatas 2 A2 Rp Rp B Rp Rp C1 Rp Rp C2 Rp Rp D Rp Rp E Rp ke bawah Sumber AGB Nielsen Media Research Rata-rata di 10 kota survey yang dilakukan AGB Nielsen Media Research tahun 2008 yang dipublikasikan pada media televisi, 26% dari total populasi adalah kelas menengah atas (SSE AB). Sedangkan kelompok terbesar adalah SSE C dengan komposisi 51%. Dimana profil penonton televisi laki-laki (47%) dan perempuan (53%), dan penonton perempuan usia tahun adalah yang terbesar. Berdasarkan pengeluaran rumah tangga, persentase kelas bawah (SSE C) adalah yang terbesar (49%) sebaliknya persentase penonton kelas menengah atas (SSE AB) sebesar 22%. Proses kerja riset yang menghasilkan rating diolah oleh software yang diinstal pada komputer yang dipisahkan. Komputer tersebut berupa local area network (LAN) yang spesifikasinya ditentukan oleh AGB Nielsen agar mampu mengoperasionalkan data yang diolah. Software yang dikembangkan AGB Nielsen juga mengalami banyak kemajuan untuk meningkatkan kualitasnya. Setelah software telescope, adwatch dan sekarang Arianna Viewing behaviour untuk analisa program dan Arianna Post Evaluation untuk analisa iklan. Software tersebut akan mengolah data yang didapat dari sampel yang memantau pergerakan penonton televisi ketika menyimak program ataupun iklan. Dalam rumusan yang dirancang dalam remote dan seatlebox/base unit milik AGB Nielsen di sampel, akan mencatat 4
5 penonton televisi sebagai penonton suatu program setelah 16 detik. Apabila sebelum 16 detik berpindah channel dikatagorikan belum masuk hitungan. Remote yang diberikan AGB Nielsen akan tertulis data anggota rumah tangga sampel. Berdasarkan remote yang dipilih sampel itulah, terdata jumlah penonton program yang akan diakumulasikan menjadi rating dan share. Berikut ini proses terpilihnya Sampel dari populasi yang dikembangkan AGB Nielsen Media Research; Sumber AGB Nielsen Media Research Gbr. 1 Proses Perekrutan Sample Universe dalam pengertian AGB Nielsen adalah total individu/rumah pada populasi, yaitu rumah tangga televisi. Sedangkan target penonton merupakan kelompok individu didalam komunitas yang terpilih sebagai target atau kelompok individu yang paling cocok untuk jadwal atau kampanye iklan tertentu. Adapun bagaimana cara menghitung rating program adalah ratarata jumlah penonton selama berlangsungnya program televisi yang dinyatakan dalam persentase dari total potensi atau kelompok sampel. Point rating program didasarkan atas unit waktu terkecil, yaitu 1 menit. Rating program = Jumlah pemirsa program televisi x 100% Total populasi (universe) Sedangkan menghitung rating iklan adalah rata-rata jumlah penonton selama jeda iklan yang dinyatakan dalam persentase dari total potensi atau kelompok sampel. Rating iklan juga didasarkan atas unit waktu terkecil, 1 menit. Rating iklan = Jumlah pemirsa selama iklan x 100% Total populasi (universe) 5
6 Share (kepemirsaan) adalah persentase yang menonton program tertentu dari penonton potensial pada periode waktu tertentu. Agar lebih lengkapnya mencari share, pembilang merupakan jumlah penonton suatu program televisi A pada waktu tertentu dibagi jumlah penonton program televisi lainnya selain televisi A pada waktu yang sama. Share = Rating program x 100% Rating total Populasi pemilik televisi TV A 2000 TV B 1000 Viewers = 4000 TV C 1000 Maka rating TV A = 20%, rating TV B = 10%, rating TV C = 10%, sedangkan channel sharenya TV A = 50%, share TV B = 25% dan share TV C = 25%. Cara mencari biaya yang diperlukan untuk menjangkau 1000 individu pada target penonton tertentu disebut cost per thousand (CPM). CPM = Harga iklan (rate card) x 100 Jumlah penonton ( 000) CPRP = Harga iklan (rate card) x 100 Rating Cost per rating point (CPRP) merupakan biaya yang diperlukan untuk menjangkau 1 persen individu pada target penonton tertentu. Oleh sebab itu setiap pengiklan dan agen periklanan dapat mengetahui berapa nilai rupiah yang dikeluarkan untuk membeli setiap spot iklan distasiun televisi per 1 penonton. Semakin kecil nilai CPRP-nya akan semakin efisien pengeluaran iklan yang dibelanjakan. Bagi pengiklan dan agen periklanan sangat penting menghitung CPRP setiap program televisi. Jadi tidak heran lagi kalau ada program yang memiliki iklan over (berlebihan) dari 20% sesuai Undang-undang No.32 Tahun 2002, bahkan durasi/frekuensi penampilannya melebihi durasi program itu sendiri. Tapi mengapa penonton independen (sampel) melakukan itu? Penonton/sampel yang dikatagorikan sebagai pasar tersebut merepresentasikan populasi pemilik televisi. Berdasarkan azas yang berlaku umum program yang ditampilkan lebih menghibur dan ditayangkan berkalikali (bervariasi bentuknya) akhirnya akan menjadi pujaan bahkan gaya hidup. Lalu mengapa 6
7 program itu sukses dengan rating yang tinggi? Karena program yang ditampilkan mengutamakan ekploitasi emosi penonton tanpa menghiraukan unsur negative-nya. Misalnya berita, menonjolkan masalah yang menarik perhatian dengan gambar yang terkadang tidak sesuai etika jurnalistik yang berlaku. Setelah itu berita di follow up terus, namun inti penyelesaian masalah yang membuat tuntas tidak diutamakan, tetapi dominan masalah-masalah yang mengali emosi penonton. Agar muncul gairah untuk tetap menyimak berita tersebut bukan mendapatkan pembelajaran dari masalah yang ada. Pada program non berita lebih mudah lagi untuk membuat program yang cepat diminati penonton, bukan pada kualitas konten, tetapi kualitas materi bahan siaran serta pengisi acaranya. Atau program yang menonjolkan sisi negative kehidupan orang lain, apalagi orang terkemuka/popular sangat cepat mengangkat rating program. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia, sampel yang digunakan AGB Nielsen Media Research sangat minim. Namun seleksi ketat yang digunakan untuk memilih sample berusaha menepis dugaan negative dalam perekrutannya. Kondisi penyebaran penduduk di Indonesia yang tidak merata sangat mempengaruhi dalam proses riset rating. Populasi di kota-kota besar (pulau Jawa khususnya) yang padat, mendukung output rating yang tinggi (Jakarta centris). Karena sample Jakarta yang terbesar berdasarkan pemetaan awal dari populasi. Bentuk persaingan televisi di Indonesia yang tidak memperhitungkan kota besar sebagai sasaran pasar sangat tidak realistis. Karena disanalah pusat bisnis, populasi besar dan pusat perputaran uang beredar. Sehingga rating tidak akan mengambil sampel di pedesaan atau bukan kota besar. Karena distributor produk tidak laku dipasarkan diwilayah pedesaan. Jadi, bagaimana klien media televisi mau memasang iklan kuku bima misalnya, apabila media televisi menjual coverage areal pedesaan. Karena televisi menjual program bersadarkan rating, maka persaingan menguasai iklan semakin keras. Semakin tinggi rating yang dicapai, berpotensi mendatangkan iklan yang berlimpah. Berarti keuntungan menanti untuk melipatgandakan modal awalnya. Tidak perduli iklan yang muncul hampir separo dari program yang tayangkan. Resiko penayangan iklan melebihi kuota 20% akan mengakibatkan rating menurun. Karena jumlah penonton program dihitung berdasarkan detik menonton, ketika iklan sebagian besar audien akan keluar program. Jika durasi program berkurang rating akan turun, CPRP akan naik. Hal ini akan berlaku dinamis, stasiun televisi komersial akan memainkan jumlah durasi iklan. Setelah beberapa waktu menaikkan durasi iklan dengan dampak rating turun, dekade selanjutnya akan mengatur pengurangan durasi iklan secara bertahap untuk menaikkan rating lagi, demikian seterusnya. 7
8 Berdasarkan pembahasan tersebut diatas, maka beberapa hal yang dapat disimpulkan tentang riset rating adalah; 1. Riset rating yang diberikan AGB Nielsen Media Research tidak mewakili seluruh jumlah penduduk Indonesia secara nasional. Namun hanya mengambil wilayah yang berdasarkan mekanisme pasar sebagai daerah potensial dominan perputaran bisnis. 2. Hingga saat ini sample AGB Nielsen yang beredar ada pada 10 kota dengan televisi terrestrial dan hanya Jakarta untuk televisi berlangganan. 3. Demografi diambil berdasarkan metodologi yang sistematis, namun dari jumlah sample di 10 kota sebanyak 8751 rumah tangga, sample Jakarta dominan 2223 rumah tangga. Sehingga konten program yang memiliki rating tinggi mengikuti sentralistik dari Jakarta. Sementara populasi diluar kota besar diabaikan karena dianggap tidak potensial. 4. Riset rating menyediakan estimasi penonton televisi setiap menit berdasarkan penonton yang menekan tombol handset (yang diberikan AGB Nielsen) didalam rumah tangga (kuantitatif). Bukan menjawab alasan penonton mengapa menonton televisi atau program tertentu (kualitatif). 5. Keakuratan data siaran program televisi disesuaikan dengan jam tayang terjamin, karena mengunakan tahap monitoring selama 24 jam dengan TV EVENT. Sehingga klien AGB Nielsen Media Research mendapatkan kepastian rating program sesuai dengan judul, total durasi dan rating yang tepat. 6. Hasil rating dari pengukuran elektronik berlangsung sangat cepat sehari setelah penayangan (on-line daily), sehingga menjadikan layanan rating semakin dibutuhkan oleh operator televisi, pengiklan dan agen periklanan. Hal ini menyebabkan rating sebagai mata uang yang berlaku umum makin kokoh mendulang emas bagi pemenang kompetisi neoliberal di media televisi. 7. Informasi harga iklan dikombinasikan dengan setiap ratecard stasiun televisi yang di up date setiap bulannya. Dengan pengukuran berdasarkan Cost per rating point (CPRP), maka setiap stasiun televisi, pengiklan dan agen periklanan dapat efektif mengetahui jumlah penonton iklan pada program televisinya. Namun laporan pengeluaran iklan tersebut berdasarkan nilai kotor (gross) bukan nilai bersih (nett) dari belanja iklan televisi. 8
Riset Data Analisis Program TV
Modul ke: Riset Data Analisis Program TV Fakultas FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Riset Data Analisis Bagian research program bertugas menyajikan evaluasi realitas
Lebih terperinciAGBNielsen Newsletter
AGBNielsen Newsletter EDISI 2 Februari 2010 Data Highlights Berita dan Sinetron: Tambah Jam Tayang, Tambah Ditonton Rapat kerja Panitia Khusus (Pansus) DPR mengenai kasus Bank Century dan persidangan Antasari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan semakin sering munculnya iklan-iklan baru dari merek-merek lama di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas penayangan iklan melalui media televisi di Indonesia dalam perkembangannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai dengan semakin sering munculnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, kemudian kemunculannya disusul oleh stasiun stasiun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan televisi swasta muncul sejak adanya RCTI pada tahun 1989 sebagai stasiun televisi swasta pertama yang memberikan program hiburan untuk masyarakat
Lebih terperinciNielsen Newsletter. Data Highlights Komedi: Tonton dan Tertawa
Nielsen Newsletter EDISI 4 30 April 2010 Data Highlights Komedi: Tonton dan Tertawa Kalau Anda berpikir sinetron atau reality show masih menjadi program yang paling banyak ditonton, mungkin Anda perlu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dengan makin berkembangnya teknologi komunikasi yang dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan makin berkembangnya teknologi komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan dan kelestarian lingkungan, sebenarnya masalah kecepatan, daya
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. banyak yang mengundang Pro dan Kontra dikalangan pakar maupun Praktisi.
1 BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Televisi merupakan media elektronik dalam komunikasi massa yang muncul belakangan dibanding radio, perekam suara dan film. Meskipun muncul belakangan, namun kehadiran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi semakin berkembang dengan cepat dan pesat. Semakin maju kemampuan teknologi maka juga berpengaruh pada
Lebih terperinciMata Kuliah - Media Planning & Buying
Mata Kuliah - Media Planning & Buying Modul ke: Pengukuran dalam perencanaan media Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id Reach
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus yang dilakukan pada periode 1 Mei 15 Juni 2010 adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal terpenting dalam menunjukkan keberadaan seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula melibatkan sekian banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan moral seseorang. Sebagai alat menghibur (entertaintment), yakni melalui isinya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Televisi sebagai salah satu produk ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang komunikasi telah lama hadir di tengah-tengah kehidupan manusia. Sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era saat ini, masyarakat modern dituntut untuk mendapatkan sebuah informasi yang aktual dan akurat. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui beberapa media penyiaran.
Lebih terperinciABSTRAKSI. : STUDI MENGENAI FAKTOR-FAKTOR PREFERENSI KONSUMSI TELEVISI LOKAL DI KOTA SEMARANG : Brian Stephanie : D2C005143
ABSTRAKSI Judul Tugas Akhir Nama NIM : STUDI MENGENAI FAKTOR-FAKTOR PREFERENSI KONSUMSI TELEVISI LOKAL DI KOTA SEMARANG : Brian Stephanie : D2C00543 Televisi lokal memiliki kekuatan pada kedekatannya dengan
Lebih terperinciAGBNielsen. Newsletter. Metodologi TAM Senin, 6 & 20 Apr 2009 dari sampai Data Highlights. Client s Update
Data Highlights Edisi ke-31 Maret 2009 CPRP, Mata Uang yang Layak. Anda Yakin??... 1 Three-screen Circus: Defi nisi-ulang Kepemirsaan TV Asia dalam Dunia Digital... 2 Iklan Produk Paling Ditonton di Februari...
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Televisi dapat dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi dapat dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap orang. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan pada masyarakat Amerika, ditemukan bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan media massa di era globalisasi semakin pesat khususnya media elektronik televisi; hal ini dilihat dari munculnya berbagai macam stasiun televisi swasta
Lebih terperinciAkhir kata, penulis berharap agar nantinya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi Metro TV, pembaca dan bagi penulisan selanjutnya.
KATA PENGANTAR Dengan segala kerendahan hati, kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia Nya sehingga proses penyusunan tugas ini dapat terselesaikan. Penulisan tugas dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pemasaran merupakan segala kegiatan usaha untuk membujuk,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pemasaran merupakan segala kegiatan usaha untuk membujuk, mempromosikan, mempublikasi kepada masyarakat luas. Pemasaran adalah suatu konsep yang menyangkut
Lebih terperinciPerencanaan dan Pemilihan Media Periklanan
Perencanaan dan Pemilihan Media Periklanan Perencanaan media merupakan proses pengarahan pesan periklanan kepada khalayak sasaran pada waktu dan tempat yang tepat serta menggunakan saluran yang tepat.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ke komunikan. Media massa yang terdiri dari media cetak dan elektronik dapat
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah sarana untuk menyebarkan pesan dari komunikator ke komunikan. Media massa yang terdiri dari media cetak dan elektronik dapat membantu kita untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesanpesan dari sumber kepada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai kebutuhan pokok,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap individu berusaha untuk mengenal dan mencari jati dirinya, mengetahui tentang orang lain, dan mengenal dunia luar atau selalu mencari tahu mengenai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. waktunya untuk menonton acara yang beragam ditelevisi. Televisi sebagai media
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pertelevisian adalah dunia yang selalu menarik perhatian banyak masyarakat. Hampir setiap hari dan setiap waktu, banyak orang menghabiskan waktunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Saat ini masyarakat telah secara bebas dalam memilih jenis media yang disukai. Sesuai dengan pendekatan Uses and Gratifications yang menjelaskan bahwa pengguna
Lebih terperinciPrilaku Audien & Strategi Program TV
Modul ke: Prilaku Audien & Strategi Program TV Fakultas FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Prilaku Audien Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan tingkatan ekonomi serta umur sudah dapat menggunakannya. Internet adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penggunaan internet sebagai salah satu media komunikasi dan informasi tidaklah asing lagi, setiap orang dari berbagai belahan dunia, suku, ras, budaya dan tingkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengertian komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan bidang informasi dan komunikasi telah melahirkan peradaban
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kemajuan bidang informasi dan komunikasi telah melahirkan peradaban baru yang mempermudah manusia untuk saling berhubungan serta meningkatkan mobilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanpa butuh waktu lama, tenaga yang besar ataupun biaya mahal. Perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di zaman ini dunia serasa sempit berkat adanya media massa. Media massa mampu mengantarkan informasi bagi semua orang di belahan bumi mana pun tanpa butuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri televisi yang terus berkembang dari tahun ke tahun kian menarik untuk diamati. Setiap daerah terdapat banyak televisi swasta yang melakukan siaran secara
Lebih terperinciKomisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN
Komisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN GUGUS TUGAS PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN PEMBERITAAN, PENYIARAN, DAN IKLAN KAMPANYE PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA DAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. begitu cepat, termasuk perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi saat ini perkembangan dalam berbagai hal terjadi begitu cepat, termasuk perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi. Perkembangan teknologi
Lebih terperinciProgramming TV. Menghitung Rating & Audience Share. Syaifuddin, S.Sos, M.Si. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting
Modul ke: Programming TV Menghitung Rating & Audience Share Fakultas Ilmu Komunikasi Syaifuddin, S.Sos, M.Si Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Pengumpulan Data 1.Menggunakan catatan (diary).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita sebagai fakta atau informasi yang ditulis oleh reporter atau wartawan mengenai kejahatan yang diperoleh dari pihak kepolisian dan dimuat di media massa baik itu
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media penyiaran suara dan gambar yang paling banyak digunakan di seluruh pelosok dunia. Sekarang ini televisi bukan lagi barang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perangkat televisi menjadi suatu kebiasaan yang popular dan hadir secara luas
12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perangkat televisi menjadi suatu kebiasaan yang popular dan hadir secara luas sehingga dapat diproduksi, didistribusikan, dan direproduksi dalam jumlah besar
Lebih terperinciTEMA LAPORAN SKRIPSI
TEMA LAPORAN SKRIPSI ANALISA PROGRAM RESEARCH & DEVELOPMENT DEPARTMENT RCTI TERHADAP PROGRAM BERITA TELEVISI SEPUTAR INDONESIA PERIODE 2010 (PENDEKATAN STUDI KASUS) TRANSKIP PERTANYAAN WAWANCARA GROUP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang TVRI (Televisi Republik Indonesia) merupakan stasiun televisi pertama di Indonesia. TVRI berdiri pada tanggal 24 Agustus 1962. TVRI dahulunya merupakan media perpanjangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang sudah semakin maju ini, perkembangan teknologi dan komunikasi membuat semua lapisan masyarakat dunia mengikuti perkembangan tersebut dan menjadikan mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memahami kedudukannya serta peranannya dalam masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang esensial untuk mencapai tujuan. Melalui informasi manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya, memperluas
Lebih terperinciBAB VI KESADARTAHUAN DAN PREFERENSI RESPONDEN PADA IKLAN PRODUK SIRUP MARJAN
BAB VI KESADARTAHUAN DAN PREFERENSI RESPONDEN PADA IKLAN PRODUK SIRUP MARJAN 6.1 Kesadartahuan (Awareness) Responden pada Iklan Marjan 6.1.1 Acara Televisi yang Sering Menayangkan Iklan Marjan Iklan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, peran media massa sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, peran media massa sangat penting dalam penyebaran informasi atau sebagai proses komunikasi massa yang bersifat komersil maupun sosial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era informasi sekarang ini, masyarakat sangat membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era informasi sekarang ini, masyarakat sangat membutuhkan sumber informasi yang disajikan oleh media. Masyarakat menjadikan media sebagai subjek pembicaraan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian internal dari sistem tatanan kehidupan sosial manusia dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian internal dari sistem tatanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konteks-konteks lainnya, yaitu organisasi, publik, kelompok, dan interpersonal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses komunikasi antar manusia relatif rumit. Tingkat kerumitan ini seiring dengan masing-masing konteks, dimana dengan cirinya menunjukkan bahwa kerumitan
Lebih terperinciDesain Komunikasi Visual Fakultas Ilmu Pemerintahan & Budaya Universitas Indo Global Mandiri Palembang. Yosef Yulius, S.Sn., M.Sn
Desain Komunikasi Visual Fakultas Ilmu Pemerintahan & Budaya Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 4 Yosef Yulius, S.Sn., M.Sn Pokok Bahasan : 1. STRATEGI MEDIA 2. PEMILIHAN MEDIA Aktifitas Perkuliahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. industri televisi yang semakin hari semakin bervariasi dan memiliki keanekaragaman
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan media massa dapat dibilang sangat pesat, terutama industri televisi yang semakin hari semakin bervariasi dan memiliki keanekaragaman pada setiap
Lebih terperinciModul ke: Departemen Program. Fakultas FIKOM. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting.
Modul ke: Departemen Program Fakultas FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Departemen Program Televisi memiliki posisi penting bagi pemasar karena media ini menyajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah hal yang mendasar yang diperlukan manusia dalam hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan
Lebih terperinciNielsen Newsletter. EDISI Desember Data Highlights Timnas memenangkan 12 juta penonton TV
Nielsen Newsletter EDISI 12 30 Desember 2010 Data Highlights Timnas memenangkan 12 juta penonton TV Meskipun gagal memenangkan piala AFF (ASEAN Football Federation) Suzuki Cup 2010 pada Rabu malam (29/12),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Dalam industri ini masing-masing
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri seluler di Indonesia merupakan salah satu industri yang mengalami perkembangan sangat pesat. Dalam industri ini masing-masing perusahaan seluler di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kegiatan manusia tidak luput dari kegiatan berkomunikasi. Setiap manusia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan manusia tidak luput dari kegiatan berkomunikasi. Setiap manusia memerlukan kegiatan komunikasi untuk bersosialisasi. Namun, kita sendiri sebagai manusia kadang
Lebih terperinciModul ke: IMC 2. Evaluasi pada IMC. Fakultas Fikom. Martina Shalaty Putri Pane, M.Si. Program Studi Marcomm.
Modul ke: IMC 2 Evaluasi pada IMC Fakultas Fikom Martina Shalaty Putri Pane, M.Si Program Studi Marcomm www.mercubuana.ac.id IMC Komunikasi: meningkatkan kredibilitas dan mendorong brand positioning, Behavioral:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia pertelevisian di Indonesia semakin hari semakin maju pesat. Pertelevisian indonesia semulanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin pesat dengan perkembangan tekhnologi yang semakin dinamis, dunia pertelevisian di Indonesia semakin hari semakin maju pesat. Pertelevisian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan Televisi Siaran Analog pada pita Ultra High Frequency dan sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah jenis media massa yang hingga saat ini diminati masyarakat luas, dikarenakan sifatnya yang audio visual sehingga masyarakat dapat merasakan apa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam bidang teknologi dan informasi, hampir semua masyarakat baik yang berada di daerah pekotaan maupun yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dunia ini semua makhluk hidup pasti akan selalu berusaha memenuhi semua kebutuhan hidupnya, tak terkecuali manusia. Akan tetapi berbeda dengan makhluk hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Media Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang digemari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang digemari masyarakat karena memiliki daya tarik berupa program audio visualnya yang mampu menjangkau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi sebagai wadah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, emosi, keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini manusia sudah sangat bergantung pada teknologi. Teknologi berkembang pesat seiring dengan bertambahnya kebutuhan hidup manusia [Niranti, 2013]. Perkembangan
Lebih terperinciAGBNielsen. Newsletter. Pemirsa Tonton Berita Wafatnya Soeharto. Data Highlight. Metodologi TAM Jumat, 15 & 29 Feb 2008 dari sampai 17.
Data Highlights Edisi ke-18 Februari 2008 Pemirsa Tonton Berita Wafatnya Soeharto... 1 Program Lokal Menarik Segmen Pemirsa yang Beda di Semarang & Yogyakarta... 2 Telebus Survey Wave 5: Sinetron Remaja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan jaman saat ini, teknologi sekarang ini semakin berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu sendiri
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
72 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Willingness to change is a strength, even if it means plunging part of the company into total confusion for a while. - Jack Welch - 4.1 Jenis Penelitian Pendekatan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kunci dari sukses tidaknya informasi dapat sampai ke masyarakat. Kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di masa yang modern seperti saat ini, arus informasi berjalan sangatlah cepat. Percepatan arus informasi tersebut tidak lepas dari peranan media yang memberikan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP KESIMPULAN
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Kebijakan programming televisi merupakan pijakan televisi dalam menampilkan program acaranya. Karena programming sangat berperan penting bagi keberhasilan sebuah stasiun televisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan komunikasi. Setiap individu lainnya untuk berbagi pendapat, persepsi, dan bertukar pikiran. (Gregory Bateson, 1972)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari sebuah proses yang dinamakan komunikasi. Setiap individu lainnya untuk berbagi pendapat, persepsi, dan bertukar pikiran. (Gregory
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. barang, dan jasa. Pengusaha tidak hanya menerapkan strategi positioning sebuah
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahirnya media cetak dan media elektronik tidak saja memunculkan sikap serius dari pengusaha lokal, tetapi juga memaksa mereka untuk memperbaiki kualitas produk, barang,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. banyaknya program acara variety show, reality show, infotainment menjadi
BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Acara televisi saat ini didominasi oleh program acara hiburan yang hanya mengejar rating dan share yang berorientasi kepada keuntungan saja. Begitu banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam mengkomunikasikan produk atau jasa kepada masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam mengkomunikasikan produk atau jasa kepada masyarakat, perusahaan melakukan berbagai macam kegiatan promosi. Iklan, adalah salah satu cara untuk mempromosikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. program berita dan hiburan. Televisi menjadi media massa elektronik pilihan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang bisa menampilkan program berita dan hiburan. Televisi menjadi media massa elektronik pilihan yang paling digemari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menonton televisi merupakan sebuah kegiatan yang sulit dilepaskan dari rutinitas
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Menonton televisi merupakan sebuah kegiatan yang sulit dilepaskan dari rutinitas harian masyarakat seluruh dunia. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa bahkan usia
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. analisis lingkungan eksternal industri peyiaran televisi FTA analog terrestrial di
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan Dari hasil evaluasi strategi dan analisis lingkungan internal inewstv serta analisis lingkungan eksternal industri peyiaran televisi FTA analog terrestrial
Lebih terperinciMarcomm Management DEFINISI AGEN PERIKLANAN. Berliani Ardha, SE, M.Si
Modul ke: Marcomm Management DEFINISI AGEN PERIKLANAN Fakultas Komunikasi Program Studi Advertising & Marketing communication www.mercubuana.ac.id Berliani Ardha, SE, M.Si Asters get their name from the
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. katanya dari bahasa latin communicatio yang berarti proses penyampaian suatu. pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi sebagai suatu proses yang berkesinambungan tanpa awal dan akhir merupakan bagian dari kehidupan, secara terminologis atau menurut asal katanya dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi seperti yang dikatakan oleh Onong Uchyana Effendy adalah media komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan konsumen dan juga keberadaan. produk tersebut harus dikomunikasikan pada konsumen serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu berusaha agar melalui produk yang dihasilkan (diproduksi) dapat mencapai tujuan (penjualan) yang telah diharapkan. Salah satu tujuan
Lebih terperinciACCOUNT MANAGEMENT ANGGARAN KOMUNIKASI PEMASARAN. SUHENDRA, S.E., M.Ikom. Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi
ACCOUNT MANAGEMENT Modul ke: ANGGARAN KOMUNIKASI PEMASARAN SUHENDRA, S.E., M.Ikom Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran www.mercubuana.ac.id 1. Definisi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cara yang ditempuh untuk dapat berkomunikasi seperti melalui media massa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi terjadi dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Banyak cara yang ditempuh untuk dapat berkomunikasi seperti melalui media massa, telepon, surat dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media yang paling mudah dijangkau oleh berbagai kalangan, baik kalangan atas, menengah, maupun kalangan bawah. Harga televisi yang ramah di kantung
Lebih terperinciOperasional Stasiun Penyiaran
MODUL PERKULIAHAN Operasional Stasiun Penyiaran Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Disini diisi Fakultas Program
Lebih terperinciPENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK
PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK Oleh : Lukman Aryo Wibowo, S.Pd.I. 1 Siapa yang tidak kenal dengan televisi atau TV? Hampir semua orang kenal dengan televisi, bahkan mungkin bisa dibilang akrab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa berkembang pesat di era teknologi saat ini dimana media massa digunakan untuk penyampaian informasi. Informasi saat ini dinilai oleh masyarakat kita sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyampaian isi pesan seolah olah langsung antara komunikator dan. karena jelas terdengar dan terlihat secara visual.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Televisi sebagai alat komunikasi yang sifatnya istimewa dibanding alat komunikasi lainnya seperti radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya. Televisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Besarnya jumlah stasiun televisi di Indonesia, baik secara nasional maupun lokal menunjukkan bahwa perkembangan media massa khususnya media televisi kini
Lebih terperinciSebelum melaksanakan riset rating ada beberapa faktor yang perlu
Riset Penyiaran A. RISET RATING Peringkat Program atau rating menjadi hal yang sangat penting bagi pengelola stasiun penyiaran komersial. Perusahaan atau lembaga rating menyediakan jasa kepada stasiun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun media elektronik mengalami kemajuan yang sangan pesat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia semakin cepat berubah dalam dua dasarwasa terakhir perkembangan teknologi sudah sangat pesatnya memberikan dampak yang menyentuh dalam kehidupan aspek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media massa merupakan alat yang digunakan masyarakat untuk mendapatkan suatu informasi. Di era globalisasi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan informasi
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
24 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kluting Jaya Kecamatan Weda Selatan, yang merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam remote area lingkaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sosial, peran ideal komunikasi sebagai media penyiaran publik
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Televisi sebagai media massa bukan hanya sekedar media penyampai pesan dari sumber pada komunikannya, tetapi lebih dari itu, televisi juga mempunyai aspek politis didalamnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di zaman ini manusia sangat bergantung dengan media massa. Semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di zaman ini manusia sangat bergantung dengan media massa. Semua kegiatan manusia pada umumnya berpengaruh kepada media massa. Dengan adanya media massa
Lebih terperinciDAFTAR IS1... x
DAFTAR IS1 DAFTAR IS1... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi I. PENDAHULUAN... 1 1. 1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 9 1. 3. Tujuan Penelitian 10 1.4. Manfaat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan media massa yang paling luas jangkauannya dalam hal meraih penggunanya. Televisi mampu menyajikan informasi secara serentak dan secara langsung dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di awali dengan penyiapan materi atau konsep, lalu proses produksi atau pengambilan gambar dan juga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya periklanan adalah bagian dari kehidupan industri modern, dan hanya bisa ditemukan di Negara-negara maju atau Negara-negara yang tengah mengalami perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian terpenting dalam kehidupan bermasyarakat adalah interaksi atau komunikasi. Komunikasi memiliki peran yang sangat pnting pada era sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Iklan adalah suatu penyampaian pesan melalui media-media yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan adalah suatu penyampaian pesan melalui media-media yang dilakukan untuk mengubah dan memotivasi tingkah laku atau ketertarikan masyarakat untuk melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Siaran televisi adalah pemancar sinyal listrik yang membawa muatan gambar
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Siaran televisi adalah pemancar sinyal listrik yang membawa muatan gambar proyeksi yang terbentuk melalui pendekatan sistem lensa dan suara. Pancaran sinyal ini diterima
Lebih terperinci