PENENTUAN JENIS KATA (PART OF SPEECH TAGGING) UNTUK BAHASA INDONESIA
|
|
- Dewi Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV PENENTUAN JENIS KATA (PART OF SPEECH TAGGING) UNTUK BAHASA INDONESIA Pada Bab IV ini akan dijelaskan mengenai proses-proses yang diperlukan dalam proses penentuan jenis kata (part of speech tagging) yang diambil dari kamus maupun yang tidak ada dalam kamus. Gambaran proses penentuan jenis kata dapat dilihat pada Gambar IV-1. kalimat yang mengandung kata yang akan ditentukan jenis katanya diambil per kata untuk ditentukan jenis katanya mengambil data melihat jenis kata di dalam kamus jika ditemukan leksikon jika tidak ditemukan memprediksi jenis kata dengan aturan morfologi jika tidak dapat diprediksi jika dapat diprediksi memprediksi jenis kata dengan metode bigram grammar memberikan tag jenis kata pada kata POS tagging kata selanjutnya semua kata dalam kalimat masukan telah ditentukan jenis katanya Gambar IV-1 Proses Penentuan Jenis Kata IV-1
2 Proses penentuan jenis kata akan dilakukan dalam tiga tingkat, tapi jika penentuan jenis kata pada setiap tingkat telah berhasil maka tingkat selanjutnya tidak perlu dialui. Tingkat yang pertama adalah melihat pada kamus yang telah disiapkan, jika kata ada dalam kamus maka tag akan langsung diberikan pada kata, jika tidak maka akan dilanjutkan ke proses tingkat berikutnya. Tingkat berikutnya adalah memeriksa morfologi kata dan mencoba menentukan jenis kata menggunakan aturan morfologi pada bahasa Indonesia. Jika kata dapat diprediksi maka hasil dari tingkatan proses tersebut juga dapat digunakan untuk memperkaya kamus. Jika kata masih belum bisa ditentukan jenis katanya maka pada tingkatan ketiga akan digunakan metode bigram untuk memprediksi jenis kata. Jika kata dapat diprediksi maka hasil dari bigram juga akan digunakan untuk memperkaya kamus. Jika kata belum dapat diprediksi jenis katanya maka kata akan diberi label X (unknown). IV.1 Leksikon/Kamus Proses POS tagging tidak akan berjalan tanpa adanya leksikon/kamus. Dipilih berbasis kamus karena menurut penelitian yang dilakukan Fadillah Z. Tala (2003) bahwa pemrosesan temu balik informasi POS tagging dan stemming untuk bahasa Indonesia lebih baik berbasis kamus yang menghasilkan lebih sedikit kesalahan dibanding berbasis aturan [26]. Kamus kata yang digunakan adalah kamus KEBI (Kamus Elektronik Bahasa Indonesia) yang didapat dari ITB. KEBI merupakan Kamus Bahasa Indonesia - Bahasa Inggris yang dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang boleh digunakan untuk keperluan riset. Kamus ini mengandung kata berbahasa Indonesia. Jenis kata dalam kamus dikelompokkan menjadi lima belas jenis kata antara lain kata sifat (adjektiva), kata keterangan (adverbia), kata sandang (dibedakan menjadi determiner dan article), kata bantu (auxiliary), kata hubung (konjungsi), kata seru (interjeksi), kata benda (nomina), kata bilangan (dibedakan menjadi numeral dan ordinal), kata tugas partikel, kata fatis (kata yang menekankan seperti assalamualaikum, bismillah), kata depan (preposisi), kata ganti (pronomina), dan kata kerja (verba). Namun kamus KEBI tidak dapat langsung digunakan karena IV-2
3 harus diubah menjadi format leksikon pada pengurai Collins. Proses yang harus dilakukan untuk mempersiapkan kamus antara lain: Menghapus frase pada kamus (kamus KEBI juga memuat frase) Mengurutkan kata pada kamus KEBI Diubah formatnya menjadi [kata] [jenis_kata] [klasifikasi] misal menjadi cangkul NN 0 dimana klasifikasi diisi dengan 0 jika kata termasuk jarang muncul (dihitung probabilitasnya pada file treebank) dan diisi dengan 1 jika kata tergolong sering muncul. Pengklasifikasian jarang atau sering muncul dihitung secara probabilistik kemunculan kata saat proses pembelajaran menggunakan treebank dengan nilai threshold yang ditentukan oleh penulis yaitu 0.3. Kamus ini akan menjadi kamus awal yang disiapkan dan akan terus diperkaya seiring dengan banyaknya pohon kalimat pada treebank yang digunakan untuk pembelajaran. Pada saat sistem melakukan pembelajaran maka akan digunakan metode bootstrapping untuk memperkaya kamus seperti pada Gambar IV-2. Bootstrapping dalam konteks tesis ini merupakan proses memperkaya leksikon kamus dengan menggunakan treebank untuk menambah leksikon beserta jenis katanya. IV-3
4 treebank Pembelajaran diuraikan menjadi struktur pohon dalam struktur program per kalimat pembangkitan events leksikon bootstrapping file events Gambar IV-2 Proses Memperkaya Kamus IV.2 Morfologi Tata Bahasa Indonesia Morfologi (ilmu tata kata) adalah cabang ilmu bahasa yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan makna yang dapat berubah-ubah bergantung pada urutan kata, intonasi, bentuk, serta kata tugas penentu kalimat (gramatikal). Morfologi dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis sebuah kata bentukan dari kata dasar yang berimbuhan. Oleh karena itu morfologi juga diperlukan untuk memprediksi jenis kata yang tidak ada di dalam kamus. IV.2.1 Jenis Kata Kata adalah satuan sintaksis (makna) dalam tutur atau kalimat. Penamaan jenis kata mengacu pada Penn treebank yang juga digunakan oleh pengurai Collins dengan penambahan jenis kata jika tidak ada pada Penn treebank [20] (misal untuk jenis tanda baca, pada tesis ini menggunakan PU sedangkan pada pengurai IV-4
5 Collins diberi tag yang sama dengan tanda baca itu). Daftar penamaan jenis kata (tag) yang digunakan dalam tesis ini dapat dilihat pada Tabel IV-1. Tabel IV-1 Penamaan Jenis Kata yang Digunakan Simbol Jenis Kata Keterangan Contoh JJ Adjektiva Kata sifat; kata yang memberi penjelasan tentang suatu benda cantik, baik, buruk RB Adverbia Kata keterangan nanti, sekarang AR Artikula Kata sandang si, sang CC CS Konjungtor Koordinatif Konjungtor Subordinatif Kata hubung yang menghubungkan klausa pada kalimat majemuk setara. Kata hubung pada kalimat majemuk bertingkat dan, lalu ketika, walaupun MD Modal Kata Keterangan Modalitas boleh PR Pronomina Kata ganti; kata yang dipakai untuk menggantikan kata atau yang dibendakan WH Kata Tanya Kata yang digunakan untuk menanyakan sesuatu NN Nomina Kata benda; kata yang menyebut benda atau yang dibendakan CD Numeralia Kata bilangan; kata yang menyatakan jumlah benda atau jumlah kumpulan atau jurusan dari nama-nama benda IN Preposisi Kata depan; kata yang merangkaikan katakata atau bagian-bagian kalimat saya, itu siapakah, bagaimanakah buku, meja, orang seribu di, ke, dari UH Interjeksi Kata seru ai, ah, ceile RP Partikel Kata tugas partikel pun, per VB Verba Kata kerja; kata yang bermakna melakukan aktivitas atau kegiatan, atau lebih jelas kalau dikatakan melakukan pekerjaan mencoba, lempar, menari AUX Kata bantu Kata bantu akan, dapat FW Kata asing Kata asing download, notebook PU Tanda baca Tanda baca.,,, :, (, ),,,, SYM Simbol matematika Simbol matematika +, #, $ X unknown Kata yang tidak dapat diprediksi jenis katanya IV-5
6 Jenis kata akan menjadi simbol terminal pada tesis ini. Penjelasan selengkapnya mengenai jenis-jenis kata dapat dilihat di Lampiran 1. Simbol-simbol non terminal yang digunakan pada tesis juga meliputi simbol yang menyatakan sub kalimat atau frase (satuan makna yang terdiri lebih dari satu kata yang memiliki jabatan tertentu pada kalimat). Simbol-simbol non-terminal untuk subkalimat/frase yang digunakan dalam tesis ini dapat dilihat pada Tabel IV-2. Tabel IV-2 Simbol Non Terminal Simbol Keterangan S Kalimat ADJP frase yang menyatakan sifat (frase adjektiva) ADVP frase yang menyatakan keterangan (frase adverbia) NP frase yang menyatakan benda (frase nomina) SBAR SBARQ VP sub kalimat majemuk sub kalimat setelah kata tanya frase yang menyatakan kerja (frase verba) IV.2.2 Imbuhan Imbuhan dalam bahasa Indonesia adalah tambahan yang melekat pada kata untuk membentuk sebuah makna baru [21]. Imbuhan dapat digunakan untuk memprediksi kata-kata yang tidak ada di dalam kamus. Imbuhan pada bahasa Indonesia antara lain prefiks atau awalan, sufiks atau akhiran, infiks atau sisipan, dan konfiks (imbuhan di depan dan di belakang kata dasar). Prefiks disebut juga awalan. Prefiks adalah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar. Kumpulan awalan yang ada dalam bahasa Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 2 berikut jenis kata yang dapat dibentuk dari awalan. Sufiks atau akhiran adalah afiks (imbuhan) yang digunakan di bagian belakang kata. Kumpulan akhiran yang ada dalam bahasa Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 3 berikut jenis kata yang dapat dibentuk dari akhiran. Infiks atau sisipan adalah IV-6
7 afiks (imbuhan) yang diselipkan di tengah kata dasar. Infiks tidak digunakan pada tesis ini karena sangat sulit mendeteksinya. Infiks yang ada pada bahasa Indonesia misalnya in-, -em-, -el-, dan er-. Konfiks adalah afiks (imbuhan) yang ada di depan dan di belakang kata dasar secara bersamaan. Kumpulan konfiks yang ada dalam bahasa Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 4 berikut jenis kata yang dapat dibentuk dari konfiks. Kaidah bahasa Indonesia memiliki aturan imbuhan yang akan membentuk suatu jenis kata. Aturan-aturan imbuhan yang ada dalam bahasa Indonesia dapat dilihat pada Tabel IV-3. Tabel IV-3 Aturan Imbuhan [21] Pola Imbuhan Contoh Jenis Kata men + kata dasar (jenis kata mengantuk, mengkritik kata kerja (verba) bebas) + kan pen-ber + kata dasar (jenis kata bebas) + an pelukis, pemburu kata benda (nomina) ke-ber- + kata dasar (jenis kebersamaan, kata benda (nomina) kata bebas) + an keberterimaan kata dasar (jenis kata kerja, terangi, sinari kata kerja (verba) kata benda, kata sifat) + i ber- + kata dasar becermin, beserta, kata kerja (verba) berternak, bekerja ter- + kata dasar terbawa, tertidur kata kerja (verba) Penjelasan selengkapnya mengenai aturan imbuhan dan variasinya dapat dilihat pada Lampiran 5. IV.2.3 Pengulangan Kata Pengulangan kata dalam bahasa indonesia dipisahkan dengan menggunakan tanda hubung (-). Pengulangan juga dapat membentuk sebuah arti gramatikal (makna yang berubah sesuai dengan kalimat) dari bentuk kata dasarnya. Pengulangan kata dasar akan membentuk jenis kata sesuai dengan jenis kata jika tidak diulang misal cepat-cepat memiliki kata dasar cepat yang berjenis kata keterangan maka kata cepat-cepat akan berjenis kata keterangan. Contoh lain misalnya bukubuku yang berarti kumpulan buku merupakan pengulangan dari kata dasar buku yang merupakan kata benda maka buku-buku juga merupakan kata benda. Adapun kata pengulangan yang merupakan satu kesatuan kata benda misal kupu-kupu, IV-7
8 laba-laba. Pengulangan juga dapat disertai imbuhan sehingga membentuk makna gramatikal yang bisa berbeda dengan kata dasarnya. Aturan pengulangan berimbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dilihat pada Tabel IV-4. Tabel IV-4 Aturan Pengulangan Kata Berimbuhan Pola Contoh Jenis Kata ke + kata dasar (jenis kata bebas) yang diulang + an kebarat-baratan kata benda (nomina) ber + kata dasar yang diulang berlari-lari kata kerja (verba) (jenis kata kerja) ber + kata dasar yang diulang berlama-lama, berjamjam kata keterangan (jenis kata benda) (adverbia) kata dasar (jenis kata kerja) + tanam-menanam kata kerja (verba) men + kata dasar (jenis kata kerja) se- + kata dasar + -nya secepat-cepatnya, sepandai-pandainya, sebaik-baiknya kata sifat atau edjektiva Pengulangan juga ada yang merupakan pengulangan berubah bunyi seperti bolakbalik, sayur-mayur, gerak-gerik. Pengulangan ini akan dicari di kamus kedua katanya, jika ada salah satu maka dapat simpulkan jenis katanya karena jenis pengulangan ini akan membentuk kata sesuai kata asal yang diulang, tapi berubah bunyi. IV.2.4 Proses Pemeriksaan Imbuhan Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Femphy Piceldo dkk (2008) [22] mengenai penganalisis morfologi pada bahasa Indonesia bahwa pemeriksaan imbuhan pada sebuah kata memiliki urutan proses tertentu agar tidak terjadi kesalahan pengenalan kata dilihat dari segi morfologi pada bahasa Indonesia. Pada penelitian Femphy Piceldo [22], proses dimulai dengan memeriksa awalan kata. Hasil kata dasar dari pemisahan awalan akan diperiksa di dalam kamus apakah IV-8
9 ada kata dasarnya, jika ada maka kata sudah dapat diprediksi jenis katanya dengan hanya menggunakan awalan. Jika kata belum dapat diprediksi maka akan diperiksa akhiran kata, dicari kata dasarnya beserta gabungan hasil proses sebelumnya (apakah ada pengulangan atau awalan), jika ada di kamus maka kata sudah dapat diprediksi jenis katanya. Jika kata tidak mengandung awalan maka akan diperiksa apakah kata merupakan pengulangan kata dasar, jika benar maka kata dasarnya diperiksa di kamus, jika ada maka kata dapat diprediksi jenis katanya. Jika kata masih belum dapat diprediksi maka dilakukan pemeriksaan apakah kata merupakan kata pengulangan berimbuhan dan dicoba mencari kata dasarnya di kamus, jika ada maka kata dapat diprediksi jenis katanya. Untuk semua tahapan pemeriksaan kata. jika hanya dengan menggunakan pola imbuhan kata sudah dapat diprediksi maka tidak perlu mencari kata dasar di dalam kamus, misal bila ada pola imbuhan tertentu yang digabungkan dengan kata dasar jenis apapun akan membentuk suatu jenis kata tertentu. Pada tesis ini akan ditambahkan beberapa proses pemeriksaan untuk menentukan jenis kata, misalnya seperti pemeriksaan apakah kata termasuk kata singkatan yang ditandai dengan huruf besar semua, kata singkatan akan diberi label NN yang berarti kata benda, atau apakah kata termasuk kata bilangan jika ada karakter berupa angka pada kata, atau apakah kata termasuk kata nama yang ditandai dengan penulisan huruf besar di awal kata, kata nama diberi label NN yang berarti kata benda. Urutan proses yang harus dilakukan untuk menganalisis morfologi pembentukan kata pada bahasa Indonesia dapat dilihat pada Gambar IV-3. Penjelasan mengenai struktur data dan format penulisan file untuk keperluan POS tagging menggunakan aturan morfologi yang digunakan pada tesis ini dapat dilihat pada Lampiran 14. IV-9
10 kata Pemeriksaan kata bilangan Pemeriksaan kata singkatan Pemeriksaan awalan saja untuk mendapatkan kata dasarnya jika sudah dapat diprediksi jenis katanya Pemeriksaan akhiran Pemeriksaan awalan dan akhiran Pemeriksaan pengulangan Pemeriksaan kata nama Penyimpulan tag (jenis kata) jika sudah dapat diprediksi tag (jenis kata) memprediksi jenis kata dengan metode bigram Gambar IV-3. Urutan Proses Prediksi Jenis Kata dengan Morfologi IV.3 Prediksi Jenis Kata dengan Metode Bigram Model N-gram adalah sebuah tipe model probabilistik untuk memperkirakan elemen selanjutntya pada sebuah urutan. N-gram digunakan untuk berbagai area statistik dari pemrosesan bahasa alami dan analisis urutan genetik. Sebuah n-gram adalah sebuah sub-urutan dari sejumlah n elemen dari urutan yang diberikan. Elemen dapat berupa fonem, huruf, kata tergantung dari kebutuhan aplikasi [27]. IV-10
11 Model bigram adalah model n-gram yang hanya melibatkan dua buah elemen. Model bigram menggunakan teorema bayes dalam perhitungannya yaitu: P(W n W n-1 ) = P( W n 1 P( W, W n 1 ) n ) (IV-1) dimana P adalah probabilitas kata yang diberikan oleh kata sebelumnya. Sebuah kalimat akan memiliki probabilitas sebagai berikut: n P ( w ) P( wk wk 1) (IV-2) 1 n k 1 sehingga jika probabilitas bigram diterapkan pada sebuah kalimat I want to eat Chinese food maka probabiltasnya adalah sebagai berikut: P(I want to eat Chinese food) = P(I <start>) * P(want I) * P(to want) * P(eat to) * P(Chinese eat) * P(food Chinese) (IV-3) Metode bigram yang digunakan pada tesis ini menggunakan dua buah jenis aturan grammar untuk mencari jenis kata. Aturan grammar yang pertama adalah aturan grammar yang memiliki simbol jenis kata sama dengan kata di depan kata yang dicari jenis katanya, sedangkan jenis aturan grammar kedua adalah aturan grammar yang memiliki simbol jenis kata sama dengan kata di belakang kata yang dicari jenis katanya. Misalnya kata yang akan dicari jenis katanya adalah guru dalam kalimat Bapak guru menulis di papan tulis maka aturan grammar yang akan dihitung probabilitasnya adalah aturan grammar yang memenuhi halhal berikut: IV-11
12 Aturan grammar memiliki simbol awal yang sama dengan tag kata sebelum kata yang dicari, misal NP NN NN NN yang pertama sama dengan tag kata Bapak maka aturan grammar ini masuk dalam kumpulan grammar yang akan dihitung probabilitasnya, Aturan grammar memiliki simbol akhir yang sama dengan tag kata setelah kata yang dicari, misal VP JJ VB VB sama dengan tag kata menulis maka aturan grammar ini masuk dalam kumpulan grammar yang akan dihitung probabilitasnya Misalkan ada aturan grammar NP NN NN VP NN VB maka aturan VP NN VB tidak akan dimasukkan pada kumpulan aturan grammar yang akan dihitung probabilitasnya karena memiliki kesimpulan tag yang sama untuk kata yang dicari tag-nya (NN), tapi kemunculan aturan grammar kedua akan dimasukkan dalam jumlah kemunculan aturan grammar pertama. Aturan grammar pada pengurai Collins ditulis dengan aturan triple. Aturan penulisan aturan grammar pada pengurai Collins dapat dilihat pada Lampiran.7 dan Lampiran 13. Perhitungan akan dilakukan dengan menggunakan probabilitas. Pada kumpulan aturan grammar yang terpilih akan dipilih probabilitas yang paling besar. Perhitungan probabilitas aturan grammar dihitung dengan menggunakan rumus berikut: P(untuk tag kata yang dicari) = jumlah( pola tata bahasa yang memiliki bagian NN untuk kata yang dicari) jumlah( pola tata bahasa) (IV-4) IV-12
13 Pola yang memiliki probabilitas terbesar akan digunakan untuk pelabelan pada kata yang dicari jenis katanya. Secara garis besar proses perhitungan probabilistik bigram pada tesis ini seperti pada Gambar IV-4. kalimat yang mengandung kata yang tidak bisa diprediksi kelas katanya periksa kata di depan dan di belakang kata yang tidak dapat diprediksi kelas katanya cari pola tata bahasa/aturan grammar yang mengandung simbol jenis kata di depan kata yang akan diprediksi jenis katanya cari pola tata bahasa/aturan grammar yang mengandung simbol jenis kata di belakang kata yang akan diprediksi jenis katanya memberikan tag pada kata yang tidak diketahui jenis katanya berdasarkan aturan grammar yang memiliki probabilitas terbesar kelas kata/tag Gambar IV-4 Urutan Proses Prediksi Jenis Kata dengan Metode Bigram IV-13
PENYESUAIAN PENGURAI COLLINS UNTUK BAHASA INDONESIA
BAB III PENYESUAIAN PENGURAI COLLINS UNTUK BAHASA INDONESIA Pada Bab III ini akan dijelaskan mengenai proses-proses yang diperlukan dalam proses awal (preprocessing) membentuk file masukan untuk pengurai
Lebih terperinciV.1 Tujuan Pengujian. V.2 Perancangan Pengujian
BAB V PENGUJIAN V.1 Tujuan Pengujian Pengujian dilakukan untuk menguji hasil kumpulan file masukan hasil pemrosesan awal (preprocessing) dari tesis ini. Pengujian juga dilakukan untuk mengetahui kinerja
Lebih terperinciTATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA
TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini
Lebih terperinciPENGURAIAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN PENGURAI COLLINS TESIS. ROSA ARIANI SUKAMTO NIM : (Program Magister Informatika)
PENGURAIAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN PENGURAI COLLINS TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh ROSA ARIANI SUKAMTO NIM
Lebih terperinciBUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum
i BUKU AJAR Bahasa Indonesia Azwardi, S.Pd., M.Hum i ii Buku Ajar Morfologi Bahasa Indonesia Penulis: Azwardi ISBN: 978-602-72028-0-1 Editor: Azwardi Layouter Rahmad Nuthihar, S.Pd. Desain Sampul: Decky
Lebih terperinciAlat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015
SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar
Lebih terperinciBAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).
BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (
Lebih terperinciYAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A
YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada karya sastra berbentuk puisi yang dikenal sebagai těmbang macapat atau disebut juga těmbang
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan
Lebih terperinciPROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA
Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kata-kata Bahasa Indonesia kaya akan imbuhan. Kurang lebih ada sekitar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kata-kata Bahasa Indonesia kaya akan imbuhan. Kurang lebih ada sekitar 35 imbuhan resmi yang disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Imbuhan-imbuhan ini dapat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM 9811650054 (2001)
Lebih terperinciBAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah
BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah suatu bahasa. Sesuai dengan sifat bahasa yang dinamis, ketika pengetahuan pengguna bahasa meningkat,
Lebih terperinci5 Universitas Indonesia
BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu penjelasan tentang teori Lexical Functional Grammar (subbab 2.1) dan penjelasan tentang struktur kalimat dalam bahasa Indonesia (subbab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata merupakan salah satu unsur penting dalam pembetukan suatu bahasa salah satunya dalam suatu proses pembuatan karya tulis. Kategori kata sendiri merupakan masalah
Lebih terperinciKALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat
KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan,
Lebih terperinciPengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Bahasa Alami 1
Bahasa Alami 1 Peranan Pengetahuan dalam Bahasa Masalah Bahasa Alami Proses Sintaksis Grammar dan Parser Automated Transition Network Referensi Luger & Stubblefield : bab-3 Rich & Knight : bab 15 Bahasa
Lebih terperinciBENTUK KATA DAN MAKNA
BENTUK DAN MAKNA BENTUK KATA DAN MAKNA 1. FONEM bunyi bahasa yang membedakan arti/ makna Contoh : /apēl/ dan /apəl/ /mental/ dan /məntal/ /s/ayur - /m/ayur /s/ : /m/ Fonem ada dua : Konsonan dan Vokal
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) Edisi Volume Bulan20.. ISSN :
Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) Edisi Volume Bulan20.. ISSN : 2089-9033 Analisis Perbandingan Algoritma LCP (Left-Corner-Parsing) Dan Algoritma CYK (Cocke-Younger-Kasami) Untuk Memeriksa
Lebih terperinciBAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang
BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit
Lebih terperincianak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D
Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian deskriptif
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
Lebih terperinciBAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA
MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola tata bahasa memiliki manfaat dalam pemrosesan bahasa alami. Pemrosesan bahasa alami berawal dari keinginan manusia untuk berkomunikasi dengan komputer menggunakan
Lebih terperinciBAB 5 TATARAN LINGUISTIK
Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh
Lebih terperinciPENGURAIAN KATA PADA KALIMAT BAHASA KOMERING RASUAN BERDASARKAN KAIDAH BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN TEORI AUTOMATA
PENGURAIAN KATA PADA KALIMAT BAHASA KOMERING RASUAN BERDASARKAN KAIDAH BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN TEORI AUTOMATA Alvi Syahrini Utami 1), Julianisya Tri Parasta 1 alvisyahrini22@yahoo.com ABSTRACT Untuk
Lebih terperinciVERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008
VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 Zuly Qurniawati, Santi Ratna Dewi S. Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Majalah merupakan bagian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata
Lebih terperinciFRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI
FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK Mardianti, Tuti. 2014. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa Kelas X AK 3
Lebih terperinciKLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI
KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI Dita Marisa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI thasamarisa@yahoo.co.id Abstrak Penelitian dilatarbelakangi
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Setiap negara memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Setiap negara memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya dengan negara lain. Adapun yang menjadi ciri khas tersebut antara lain adalah adat istiadat, budaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kriya. (Nurhayati, 2001: 69) menyatakan bahwa verba atau tembung kriya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata kerja (verba) dalam bahasa Jawa disebut dengan istilah tembung kriya. (Nurhayati, 2001: 69) menyatakan bahwa verba atau tembung kriya merupakan kata yang
Lebih terperinciBAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :
Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : 1402408239 BAB 6 SINTAKSIS Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologi sintaksis berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia mampu melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran
Lebih terperinciPENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinci10 Jenis Kata Menurut Aristoteles
Nomina (Kata Benda) 10 Jenis Kata Menurut Aristoteles Nomina adalah kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak. Contohnya, kata rumah adalah nomina
Lebih terperinciBAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat
BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Betapa
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran.
BAB 4 PENUTUP Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya dan sebagai langkah akhir pada Bab 4 ini, dikemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-saran. Berikut ini diuraikan secara
Lebih terperinciANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013
ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013 ARTIKEL PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata unsur terpenting di dalam bahasa. Tanpa kata mungkin tidak ada bahasa, sebab itulah kata yang merupakan perwujudan bahasa (Chaer,2011:86). Kelas kata dalam bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gambar. Dengan kata lain, komik adalah sebuah cerita bergambar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komik merupakan sebuah cerita yang disampaikan dengan ilustrasi gambar. Dengan kata lain, komik adalah sebuah cerita bergambar. Gambar-gambar tersebut berfungsi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena bersifat deskriptif dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita. Pentingnya peranan bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya, di samping itu bahasa dapat menjadi identitas bagi penuturnya.
Lebih terperinciPenggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2
Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dipaparkan landasan-landasan teori yang telah ada dan menjadi pijakan dalam pelaksanaan penelitian ini.
BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dipaparkan landasan-landasan teori yang telah ada dan menjadi pijakan dalam pelaksanaan penelitian ini. 2.1 Morfologi Sebelum melihat lebih jauh tentang pengurai
Lebih terperinciBAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE
BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. II.1 Model-model Pola Tata Bahasa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas hal-hal apa saja yang pernah dilakukan sebelumnya mengenai model-model pola tata bahasa, pengurai (parser) untuk bahasa lain, dan pembangkitan pola tata bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominalisasi sebagai salah satu fenomena kebahasaan, mesti mendapatkan perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai peran yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup komponenkomponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi aspek berbicara, menyimak, menulis, dan
Lebih terperinciSINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,
Lebih terperinciBAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS
Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut
Lebih terperinciINTERFERENSI GRAMATIKAL BAHASA KOREA KE DALAM BAHASA INDONESIA
121 INTERFERENSI GRAMATIKAL BAHASA KOREA KE DALAM BAHASA INDONESIA Leeeunjung Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang interferensi gramatikal bahasa Korea ke
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat
BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai dua macam bentuk verba, (i) verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis,
Lebih terperinciLINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI
Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa
Lebih terperinciPEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI
PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI Disusun Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh LISDA OKTAVIANTINA
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar Penggunaan afiks dalam ragam informal, terutama dalam situs Friendster, menarik untuk diteliti karena belum banyak penelitian yang membahas hal tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu informasi yang bermutu atau berinteraksi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia untuk menyampaikan suatu informasi yang bermutu atau berinteraksi dengan sesamanya. Dengan bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Proses pembentukan kata
Lebih terperinci04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6
Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan kata-kata yang mubajir dan terlalu berbelit-belit.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Isma, (2013: 29) menyatakan Bahasa tulis adalah bahasa yang digunakan secara tertulis. Bahasa tulis merupakan hasil pengungkapan pikiran atau perasaan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci. Pembicaraan mengenai teori dibatasi pada teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Teori-teori yang dimaksud sebagai
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu frasa, FP, kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer 1. Menurut pendapat lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer 1. Menurut pendapat lain yang dikatakan oleh Sturtevent (dalam sintaksis, 1994:25) bahasa adalah sistem lambang sewenang-wenang,
Lebih terperinciKATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL
KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL Rahmi Harahap Program Studi S-1 Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Research on the structural
Lebih terperinci2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Concept Relations
2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Knowledge graph adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis teks dan merepresentasikannya ke dalam bentuk graf (Zhang dan Hoede 2000). Menurut Zhang
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pada bagian pendahuluan telah disampaikan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini diwujudkan dalam tipe-tipe
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana pembelajaran yang dapat diperoleh baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pendidikan yang utama diperoleh melalui sebuah lembaga
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian dalam bidang morfologi memang telah banyak dilakukan oleh para linguis. Hal ini membantu penelitian ini sehingga dapat membuka
Lebih terperinci: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat
Matakuliah Tahun : 2010 : Bahasa Indonesia dalam Psikologi Kalimat Pertemuan 04 Tujuan 1. Menjelaskan pengertian dan ciri-ciri kalimat. 2. Menggunakan kata dan frasa sebagai pembentuk kalimat, 3. Memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kehidupannya mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Fungsi bahasa utama yaitu sebagai alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya
Lebih terperinciAnalisa dan Evaluasi Afiks Stemming untuk Bahasa Indonesia
ISSN : 088-9984 Seminar Nasional dan ExpoTeknik Elektro 0 Analisa dan Evaluasi Afiks Stemming untuk Bahasa Indonesia Jiwa Malem Marsya ) dan Taufik Fuadi Abidin ) ) Data Mining and IR Research Group FMIPA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN AFIKS PADA KARANGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SAMBI
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN AFIKS PADA KARANGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SAMBI Naskah Publikasi Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas
Lebih terperinci