PENGADILAN KEJAHATAN GENOSIDA DAN KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN DI INDONESIA
|
|
- Widya Sumadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGADILAN KEJAHATAN GENOSIDA DAN KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN DI INDONESIA ENNY SOEPRAPTO O PhD Disampaikan padaacaraacara TRAINING HAK ASASI MANUSIA BAGI PENGAJAR HUKUM DAN HAM, diselenggarakan oleh Pusham UII, bekerjasama dengan NCHR University of Oslo, Makassar, 3 6 Agustus 2010
2 SEJARAH PEMBENTUKAN Kesepakatan New York 5 Mei 1999: Jajak pendapat di Tim Tim akan diadakan 30 August 1999 Tindak kekerasan sebelum dan sesudah berlangsungnya jajak pendapat (perkosaan, penyiksaan, penyerangan, dan penghancuran milik): lebih dari 1300 meninggal
3 Pernyataan Komnas HAM 8 September 1999: perkembangan kehidupan masyarakat di Timor Timur pada waktu itu telah mencapai kondisi anarki dan tindakan tindakan terrorisme telah dilakukan secara luas baik oleh perorangan maupun kelompok dengan kesepakatan langsung dan pembiaran oleh unsur unsur aparat keamanan. 22 September 1999: Komnas HAM membentuk Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM (KPP HAM) di Tim Tim: ** Melakukan pemantauan dan penyelidikan peristiwa di Tim Tim dimana tampak terjadi pelanggaran HAM, sesuai dengan mandatnya menurut Keppres 50/1999 tertanggal 7 Juni 1993
4 Sidang Khusus Komisi HAM PBB (Jenewa) September 1999 untuk membahas bh situasi di Tim Tim. Resolusi i(1999/s 4/1) 27 September 1999: ** Menuntut Pemerintah Indonesia untuk, antara lain, bekerja sama dengan Komnas HAM untuk memastikan agar orang orang yang bertanggung jawab atas tindak kekerasan dan pelanggaran sistematis HAM diadili ** Meminta Sekjen PBB untuk membentuk komisi penyelidik internasional yang komposisinya terdiri atas ahli ahli dari Asia dan yang akanbekerjasama dengan Komnas HAM; ** Mengirimkan pelapor p khusus ke Tim Tim
5 Sebelum Sidang Khusus Komisi tentang HAM PBB gencar desakan kalangan komunitas internasional agar DKPBB membentuk tribunal internasional ad hoc untuk Tim Tim (seperti ICTY, dibentuk 1993, dan ICTR, dibentuk 1994) Desakan Demikian digagalkan oleh Diplomasi Indonesiayang berhasilmeyakinkan komunitas internasional tentang kemampuan dan komitmen Indonesia untuk menyelesaikan pelanggaran HAM di Tim Tim melalui proses peradilan nasional.
6 Pada saat dimulainya Sidang Khusus Komisi tentang HAM mengenai Tim Tim (23 September 1999), UU 39/1999 tentangt HAM diundangkan. Pasal 104: (1) Untuk mengadili pelanggaran HAM yang berat dibentuk Pengadilan HAM di lingkunganperadilan Umum. (2) Pengadilan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dibentuk dengan UU dalam jangka waktu 4 (empat) tahun. (3) Sebelum terbentuk Pengadilan HAM sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) kasus kasus pelanggaran HAM sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diadili oleh pengadilan yang berwenang. Penjelasan Pasal 104 ayat (1): Yang dimaksud dengan pelanggaran HAM yang berat adalah pembunuhan massal (genocide), pembunuhan sewenangwenang atau di luar putusan pengadilan (arbitrary/extrajudicial killing), penyiksaan, penghilangan orang secara paksa, perbudakan, atau diskriminasi yang dilakukansecara sistematis (systematic discrimination).
7 8 Oktober 1999 (15 hari setelah diundangkannya UU 39/1999; 11 hari setelah resolusi Komisi tentang HAM PBB: Perppu1/1999tentang PengadilanHAM ** Pengertian istilah (yang dimaksud dalam Perppu ini): Pelanggaran HAM = pelanggaran HAM yang berat (Pasal 1 angka 2) ** Lingkup kewenangan (Pasal 4): Memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara pelanggaran HAM yang berupa: *** Pemusnahan seluruh atau sebagian rumpun bangsa, kelompok bangsa, suku bangsa, kelompok berdasarkan kulit, jenis kelamin, umur atau cacat mental atau fisik; *** pembunuhan sewenang wenang atau di luar putusan pengadilan; *** penghilangan orang secara paksa; *** perbudakan; *** diskriminasi i i i yang dilakukan k secara sistematis it ti *** penganiayaan yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang yang mengakibatkan penderitaan yang berat bagi orang lain baik fisik maupunmentaldengan mental maksuduntukmemperolehketerangan untuk memperoleh keterangan atau pengaduan baik dari yang bersangkutan maupun orang ketiga atau untuk menakut nakuti atau memaksa yang bersangkutan atau orang orangketigaataudenganalasanyang bersifat diskriminatif dalam segala bentuknya (pengulangan pejelasan Pasal 104 UU 39/1999)
8 ** Penyelidikan: Oleh Komnas HAM (Pasal 10 (1) ) ** Penyidikan dan penuntutan Jaksa Agung (Pasal 12) ); ** Pemeriksaan perkaran: Pengadilan HAM (Pasal l18 (1) ) ** Hukum acara: UU 8/1981 (KUHAP) kecualidiatur sendiri i oleh Perppu ini i(pasal20) 20); ** Terhadap pelanggaran HAM yang terjadi sebelum berlakunya Perppu ini (Pasal 24): tetap diberlakukan ketentuan hukum pidana sebagaimana diatur dalam peraturan perundang undangan yang berlaku) *** Artinya: Perppu 1/1999 tidak berlaku surut; Tidak dapat digunakan untuk menyelidiki, menyidik, menuntut, dan memeriksaperkaraperistiwa p Tim Tim yang terjadisebelumberlakunya Perppu 1/1999 ( Oktober)
9 ** Perppu 1/1999 *** Lingkup kategori kejahatan (crime (s) ) yang termasuk yurisdiksi Pengadilan HAM terbatas ; *** Bentuk tindak pidana (criminal act (s) ) yang termasuk lingkup yurisdiksi Pengadilan HAM sangat terbatas; *** Pengaturan proses peradilan tidak cukup rinci; *** Masih, ada general rule, menggunakan UU 8/1981 (KUHAP sebagai hukum acaranya,padahal UU 8/1981 diperuntukkan bagi kejahatan/tindak pidana biasa ); *** Tidak dapat diterapkan untuk peristiwa sebelum berlakunya Perppu 1/199 (8 Oktober 1999) ** DPR menolak mengukuhkaan Perppu 1/1999 menjadi UU ** Dibuat (dengan tergesa gesa) g RUU yang kemudian menjadi UU 26/2000 tentang Pengadilan HAM
10 * Yurisdiksimateriil (ratione materiae) ** Pelanggaran HAM yang berat (Pasal 4): yang meliputi : *** Kejahatan genosida; dan *** Kjh Kejahatan terhadap hd kemanusiaan; (Pasal 7) yang sesuai dengan Rome Statute of The International Criminal Court (Pasal 6 dan Pasal 7) ; 7) ;
11 * Yurisdiksi temporal (ratione temporis): Untuk peristiwa yang terjadi: ** Sejak berlakunya UU ini (sesuai Pasal 51); ** Peristiwa yang terjadi sebelum diundangkannya UU ini (Pasal 43 (1) ); *** Diperiksa dan diputus oleh Pengadilan HAM ad hoc: *** Pengadilan HAM ad hoc: **** Dibentuk atas usul DPR (Pasal 43(2)); **** Berdasarkan peristiwa tertentu (Pasal 43(2)) yang dibatasi pada locus delicti dan tempus delicti tertentu (sebelum diundangkannya UU 26/2000) Penjelasan Pasal 43(2) ); **** Dengan Keppres (tentunya Perpres sejak berlakunya UU 10/2004); * Tyrisdiksi personal (ratione personae): ** Setiap orang : ** Orangperseorangan perseorangan, kelompok orang, baiksipil sipil, militer, maupun polisi yang bertanggung jawab secara individual; (Pasal 1 angka 4) ** Juga WNI yang melakukan pelanggaran HAM di luar wilayah NRI (Pasal 5)
12 * Penerapan UU 26/2000: A. Sebelum berlakunya UU 26/2000: ** Tanjung Priok 1984 (selesai); ** Tim Tim (selesai); ** Trisakti 1998 (penyelidikan selesai; menolak menyidik); ** Semanggi 1998 ( Semanggi I ) (s.d.a.); ** Semanggi 1999 ( Semanggi II ) (s.d.a.); ** Mei 1998 (s.d.a.) ** Penghilangan Paksa (s.d.a.) B. Setelah berlakunya UU 26/2000 ** Abepura 2000 (tingkat t pertama selesai); ** Wasior (penyelidikan selesai; penyidik menolak menyidik); ** Wamena 2003 (s.d.a.)
13 Kelemahan/lakuna UU 26/2000, antara lain: * Yurisdiksi Hanya Genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan, padahal Statuta MPI (Statuta Roma) mencakup jugakejahatan j perang dan kejahatan agresi * Hukum acara: Masihbergantung, ng padaprinsipnya, prinsipn a padakuhap, padahal KUHAP adalah untuk kejahatan umum, sedangkan kejahatan yang termasuk yurisdiksi UU 26/2000 memerlukan langkah langkah penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan yang bersifat khusus (Penjelasan, I. Umum, angka 2), termasuk: ** Ketiadaan kewenangan penyelidik untuk melakukan pemanggilan paksa (sub poena) ** Ketiadaan penetapan batas waktu bagi penyidik untuk memulai penyidikan; ** Ketiadaan ketentuan yang mengatur penyelesaian kemungkinan terjadinya perbedaan posisi antara penyelidik dan penyidik; ** Ketiadaan ketentuan tentang tata cara pengusulan dan pembentukan Pengadilan HAM ad hoc
14 * Rumusan ketentuan: Terdapat banyak rumusan ketentuan yang tidak sesuai dengan yang terdapat dalam Statuta Roma (kesalahan penerjemahan? Disengaja?) Akibat: ** Melemahkan maksud; ** Mengubah arti; ** Mempersulit upaya pembuktian; ** Ketidakcermatan. Contoh: *** Pertanggungjawaban komandan/atasan: StatutaRoma Roma: shall be criminally responsible (Pasal 28(a) ); UU 26/2000: dapat dipertanggungjawabkan (Pasal 42(1) ): *** Statuta Roma: should have known that the forces were committing or about to commit such crimes (Pasal 28(a) (i) ); UU 26/2000: sedang melakukan atau baru saja melakukan (Pasal 42(1)a)
15 *** Statuta Roma: deliberately inflicting on the group conditions of life calculated to bring about to physical destruction ; (Pasal 6(c) ); UU 26/2000: yang akan mengakibatkan kemusnahan (Pasal 7 c); *** Statuta Roma: Persecution (Pasal71(h) 7.1 ); UU 26/2000: peganiayaan (Pasal 9h); *** Statuta Roma: attackdirectedagainst against any civilian population (Pasal chapeau); UU 26/2000: serangan [tersebut] ditujukan secara langsung g (Pasal 9 chapeau); *** UU 26/2000: **** Penjelasan Pasal 20 ayat (1) kalimat ketiga: Yang dimaksud dengan menindaklanjuti adalah dilakukannya penyidikan ; **** Dl Dalam Pasal20 ayat (1) tidak terdapat tkt kata menindaklanjuti.
16 Kerancuan konseptual: Kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan agresi adalah kejahatan international/kejahatan menurut hukum internasional. Oleh karena itu, di tataran internasional, keempat kategori kejahatanini, sesuai dengan sifatnya, ditangani oleh pengadilan pidana internasional, yakni Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court) (ICC); Di Indonesia (UU 26/2000) kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan dikategorikan sebagai pelanggaran HAM [yang berat], ditangani oleh Pengadilan HAM (bukan Pengadilan Pelanggaran HAM yang Berat );
17 UU 39/1999tentang HAM menetapkan definisi yuridis istilah pelanggaran HAM. Namun UU tersebut tidak memuat ketentuan tentang penyelesaian yuridisnya, dan tidaklah pula menetapkan peradilan yang seharusnya menyelesaikannya. Tidakkah setepatnya Pengadilan HAM (sebagaimana halnya, di tingkat regional, Pengadilan HAM Eropa, Pengadilan HAM Antar Amerika, dan Pengadilan HAM Afrika, yang memang menangani pelanggaran HAM yang tercantum dalam konvensi regional HAM masing masing kawasan?) UU 26/2000 sedang dalam proses perubahan/penggantian. Diharapkan UU yang baru, selain mengoreks kelemahan/kesalahan dalam UU 26/2000, menyediakan hukum sendiri, juga mengoreksi kesalahan konseptual tersebut. Pengadilan yang bersangkutan seyogianyadiberinama sesuaidengan yurisdiksinya, misalnya Undang Undang tentang Kejahatan Luar Biasa atau Undang Undang tentang Kejahatan Genosida, Kejahatan terhadap Kemanusiaan, Kjht Kejahatan Perang, dan Kjht Kejahatan Agresi.
18 PENGADILAN HAM REGIONAL Pemajuan, perlindungan, dan penegakan HAM regional melalui 3C : ** (Regional) Convention (Konvensi Regional) ** (Regional) Commission (Komisi Regional) ** (Regional) Court (Pengadilan Regional) Eropa ** Konvensi Eropa bagi Perlindungan Hak dan Kebebasan Dasar Manusia, 1950 beserta Protokol protokolnya ** Komisi HAM Eropa )dihapus pada 1998 dengan berlakunya Protokol no. 11). Sebelum dihapuskan: *** Membahas tuduhan pelanggaran Konvensi (Pasal 24) *** Membahas petisi perorangan, ONP, kelompok orang yang mengklaim sebagai ikorban pelanggaran Konvensi (Pasal 25.1) *** Semua upaya domestik sudah dihabiskan (Pasal 26) *** Mengajukan kasus ke Pengadilan HAM Eropa *** Setelah hkomisi idihapuskan, semua pengaduan diajukan langsung ke Pengadilan HAM Eropa.
19 Pengadilan HAM Eropa (Pasal 19 51) *** Pendapat nasihat (advisory opinion tentang penafsiran dan penerapan Konvensi (Pasal 32.1) *** Tuduhan pelanggaran ketentuan Konvensi dan Protokol yang dirujuk oleh Negara Pihak (Pasal 33) *** Pengaduan perorangan, ONP, kelompok orang yang mengklaim sebagai korban pelanggaran Konvensi (Pasal 34) dengan ketentuan setelah semua upaya domestik dihabiskan (Pasal 35.1)
20 Kawasan Amerika (The Americas): ** Konvensi HAM Antar Amerika, Amerika, 1969 *** Komisi HAM dan perlindungan HAM (Pasal 41) *** Penanganan pengaduan perorangan, kelompok orang, atau ONP yang mengklaim sebagaikorban pencabutan atau pelanggaran Konvensi (Pasal 44) dengan ketentuan bahwa sema upaya domestik sudah ditempuh dan dihabiskan (Pasal 46.1(a) ) *** Pengadilan HAM Antar Amerika (Pasal 52 73) *** Hanya Negara Pihak dan Komisi (HAM Antar Amerika berhak mengajukan kasus ke Pengadilan HAM Antar Amerika (Pasal 61.1)
21 Afrika: ** Piagam Hak Asasi Manusia dan Rakyat, 1981 ** Protokol pada Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia tentang Pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia dan Rakyat Afrika, 1998 *** Komisi HakAsasiManusiadan Rakyat: pemajuan dan perlindungan HAM (Pasal 45 Piagam) *** Pengadilan Hak Asasi Manusia dan Rakyat Afrika (Protokol 1998): **** Pelengkap mandat perlindungan Komisi (Pasal 2 Protokol) **** Perselisihan tentang penafsiran dan penerapan Piagam (Pasal 3.1) **** Yang berhak mengajukan gj kasus ke Pengadilan: Komisi Negara Pihak pengadu Negara Pihak yang diadukan Negara Pihak yang warga negaranya menjadi orban pelanggaran HAM Organisasi Antarpemerintah Afrika
22 Asia: ** Tidak ada organisasi regional yang meliputi seluruh kawasan ** Hanya ada organisasi organisasi subregional (sperti ASEAN, SAARC) ** Tidak ada instrumen regional tentang HAM *** Tidak ada komisi regional tentang HAM *** Tidak adapengadilan HAM regional ASEAN ** Piagam Asean, 2007 ** Tidak ada instrumen HAM subregional ASEAN ** Komisi iantarpemerintah t hasean tentangt HAM *** Dibentuk atas amanat Piagam ASEAN *** Anggota anggotanya anggotanya (10) diangkat oleh dan bertanggung jawab kepada Pemerintah masing masing (tidak sebagai ahli independen) *** Mandat: Pemajuan dan perlindungan HAM, namun tanpa pemantauan.
23 MOHON MAAF ATAS KEKURANGAN
PENGADILAN KEJAHATAN GENOSIDA DAN KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN DI INDONESIA
TRAINING HAK ASASI MANUSIA BAGI PENGAJAR HUKUM DAN HAM Makassar, 3-6 Agustus 2010 MAKALAH PENGADILAN KEJAHATAN GENOSIDA DAN KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN DI INDONESIA Oleh: ENNY SOEPRAPTO PhD PENGADILAN
Lebih terperinciMAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.
TRAINING RULE OF LAW SEBAGAI BASIS PENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk - Jakarta, 2 5 November 2015 MAKALAH Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM Oleh: Eko Riyadi,
Lebih terperinciMAKALAH INDONESIAN HUMAN RIGHTS LEGISLATION. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta
PEMERKUATAN PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK HAKIM SELURUH INDONESIA Hotel Santika Makassar, 30 Mei 2 Juni 2011 MAKALAH INDONESIAN HUMAN RIGHTS LEGISLATION Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta
Lebih terperinciPENGANTAR HUKUM ACARA PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA. R. Herlambang Perdana Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 2 Juni 2008
PENGANTAR HUKUM ACARA PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA R. Herlambang Perdana Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 2 Juni 2008 Pokok Bahasan Apa prinsip-prinsip dan mekanisme hukum acara
Lebih terperinciUU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan
UU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan Ifdhal Kasim Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) A. Pengantar 1. Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc untuk Timor Timur tingkat pertama telah berakhir.
Lebih terperinciPerbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia
3 Perbedaan dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia Bagaimana Ketentuan Mengenai dalam tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia? Menurut hukum internasional, kejahatan
Lebih terperinciTUGAS PANCASILA KASUS PELANGGARAN HAM DAN PENYESAIANNYA OLEH : MUKHLISIIN BUDIDAYA PERAIRAN(A)
TUGAS PANCASILA KASUS PELANGGARAN HAM DAN PENYESAIANNYA OLEH : MUKHLISIIN 1504113414 BUDIDAYA PERAIRAN(A) LABORATORIUM EKOLOGI DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN PERAIRAN FAKULTAN PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum ( rechtsstaat) dan bukan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum ( rechtsstaat) dan bukan sebagai negara yang berdasarkan atas kekuasaan ( machtsstaat). Tidak ada institusi
Lebih terperinciBAB VIII PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA
BAB VIII PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA A. Latar Belakang Memburuknya situasi keamanan dan hak asasi manusia di Timor Timur pasca jajak pendapat tahun 1999 menarik perhatian dunia internasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain yang yang diderita oleh banyak orang di negara-negara lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek penyelenggaran negara dewasa ini berkembang ke arah demokrasi dan perlidungan Hak Asasi Manusaia (HAM). Masalah HAM mengemuka pada setiap kehidupan penyelenggaraan
Lebih terperinciPENGADILAN HAK ASASI MANUSIA
Jamuan Ilmiah tentang Hukum Hak Asasi Manusia bagi Tenaga Pendidik Akademi Kepolisian Semarang Jogjakarta Plaza Hotel, 16 18 Mei 2017 MAKALAH PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H.,
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA I. UMUM Bahwa hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Deklarasi Universal
Lebih terperinci(Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999)
PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 Pelanggaran HAM Menurut Undang-Undang No.39 tahun 1999 pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang
Lebih terperinciPENGADILAN HAK ASASI MANUSIA (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati
Lebih terperinciJenewa III, Pasal 146 Konvensi Jenewa IV tahun 1949 adalah: 1. Menetapkan undang-undang yang diperlukan untuk memberikan sanksi pidana
2 Indonesia meratifikasi berbagai instrumen internasional tentang HAM, seperti ratifikasi Indonesia terhadap keempat Konvensi Jenewa 1949 dengan Undang- Undang Nomor 59 Tahun 1958, Konsekuensi tersebut,
Lebih terperinciNegara Republik Indonesia dibentuk dengan tujuan untuk melindungi segenap bangsa
PENYELESAIAN PELANGGARAN HAM DI INDONESIA MENURUT UU NO. 26 TAHUN 2000 TENTANG PEN PENYELESAIAN PELANGGARAN HAM DI INDONESIA MENURUT UU NO. 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAM ABSTRACT DELFINA GUSMAN,
Lebih terperinciPeran Komnas Ham Dalam Pemajuan Dan Perlindungan Hak Asasi Manusia Di Indonesia 1 Oleh : Sriyana 2
Peran Komnas Ham Dalam Pemajuan Dan Perlindungan Hak Asasi Manusia Di Indonesia 1 Oleh : Sriyana 2 A. Peranan Komnas HAM berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 1. Latar
Lebih terperinciPENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA
Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Zainal Abidin, S.H. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hak asasi manusia merupakan
Lebih terperinciUndang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan
Lebih terperinciKonvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid
Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid disetujui dan terbuka untuk penandatanganan dan ratifikasi oleh Resolusi Majelis Umum 3068 (XXVIII) 30 November 1973 Negara-negara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hak asasi manusia merupakan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA...
Daftar Isi v DAFTAR ISI DAFTAR ISI...v PENGANTAR PENERBIT...xv KATA PENGANTAR Philip Alston...xvii Franz Magnis-Suseno...xix BAGIAN PENGANTAR Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB
Lebih terperinciBab IX MEKANISME PENEGAKAN HUKUM HUMANITER
Bab IX MEKANISME PENEGAKAN HUKUM HUMANITER 9.1. Perkembangan Dalam Hukum Humaniter Salah satu aspek penting dari suatu kaidah hukum yaitu mengenai penegakannya (law enforcement). Suatu perangkat hukum
Lebih terperinciBAB III KESIMPULAN DAN SARAN. tuntutan. Jadi peradilan internasional diselenggarakan untuk mencegah pelaku
55 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Peradilan internasional baru akan digunakan jika penyelesaian melalui peradilan nasional
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban akibat perang seminimal mungkin dapat dikurangi. Namun implementasinya,
Lebih terperinciTanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara
Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Impunitas yaitu membiarkan para pemimpin politik dan militer yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran
Lebih terperinciPELANGGARAN HAM YANG BERAT. Muchamad Ali Safa at
PELANGGARAN HAM YANG BERAT Muchamad Ali Safa at PELANGGARAN HAM setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak sengaja, atau kelalaian yang secara melawan
Lebih terperinci4/8/2013. Mahkamah Pidana Internasional
Mahkamah Pidana Internasional Sekilas tentang Mahkamah Pidana Internasional (ICC) Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court - ICC) didirikan berdasarkan Statuta Roma tanggal 17 Juli 1998,
Lebih terperinciBriefing Pers Menyongsong Pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc Untuk Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa 1997/1998
Briefing Pers Menyongsong Pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc Untuk Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa 1997/1998 Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) Jakarta, 7 November 2009 I. Pendahuluan Menjelang
Lebih terperinciPelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran sebagaimana dimaksud
15 Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Adapun jenis-jenis pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat, sebagai berikut: 1. Kejahatan Genosida
Lebih terperinciKAJIAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG BERAT MENURUT UU NO.26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAM O L E H :
KARYA ILMIAH KAJIAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG BERAT MENURUT UU NO.26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAM O L E H : DR. WEMPIE JH. KUMENDONG, SH, MH NIP. : 19580724 1987031003 KEMENTERIAN
Lebih terperinciPOSISI KASUS; HAMBATAN DAN PERMASALAHAN
POSISI KASUS; HAMBATAN DAN PERMASALAHAN Kasus pelanggaran HAM Berat LATAR BELAKANG Paksa reformasi 1998, nilai nilai HAM dan kewajiban pemenuhan, penghormatan dan perlindungan HAM telah menjadi menjadi
Lebih terperinci*12269 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Copyright (C) 2000 BPHN UU 26/2000, PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA *12269 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKonvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida
Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida Disetujut dan diusulkan untuk penandatanganan dan ratiftkasi atau aksesi dengan resolusi Majelis Umum 260 A (HI), 9 December 1948 Negara-negara
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 208, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4026) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. 1. Imunitas Kepala Negara dalam Hukum Internasional. Meski telah diatur dalam hukum internasional dan hukum kebiasaan
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Imunitas Kepala Negara dalam Hukum Internasional Meski telah diatur dalam hukum internasional dan hukum kebiasaan internasional, penegakan hukum terhadap imunitas kepala
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional dalam Pasal 17 Statuta Roma
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional dalam Pasal 17 Statuta Roma merupakan wujud dari Prinsip Komplemeter dari badan yudisial tersebut. Pasal tersebut mengatur terhadap
Lebih terperinciINTERNATIONAL MILITARY TRIBUNAL NUREMBERG
PENGADILAN HAM A. INTERNATIONAL MILITARY TRIBUNAL (IMT) NUREMBERG B. INTERNATIONAL MILITARY TRIBUNAL FOR THE FAR EAST (IMTFE TOKYO C. INTERNATIONAL TRIBUNAL FOR THE PROSECUTION OF PERSONS RESPONSIBLE FOR
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN DAN SAKSI DALAM PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG BERAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang:
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 002/KOMNAS HAM/IX/2011 TENTANG PROSEDUR PELAKSANAAN PENYELIDIKAN PROYUSTISIA PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG BERAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDaftar Pustaka. Glosarium
Glosarium Daftar Pustaka Glosarium Deklarasi pembela HAM. Pernyataan Majlis Umum PBB yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak secara sen-diri sendiri maupun bersama sama untuk ikut serta dalam
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS FIQH SIYASAH TERHADAP PENANGANAN PELANGGARAN BERAT HAM
73 BAB IV ANALISIS FIQH SIYASAH TERHADAP PENANGANAN PELANGGARAN BERAT HAM A. Analisis Penanganan Pelanggaran Berat HAM menurut Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2000 Sebagaimana telah disinggung pada pembahasan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Kesimpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap
Lebih terperinciPP 2/2002, TATA CARA PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN DAN SAKSI DALAM PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG BERAT
Copyright (C) 2000 BPHN PP 2/2002, TATA CARA PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN DAN SAKSI DALAM PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG BERAT *39306 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 2 TAHUN 2002
Lebih terperinciBab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap
Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap manusia dan bersifat Universal B. Jenis jenis HAM -Menurut
Lebih terperinciPENDAPAT HUKUM ( DISSENTING OPINION )
PENDAPAT HUKUM ( DISSENTING OPINION ) I. Pendahuluan 1. Mengingat sidang permusyawaratan Majelis Hakim tidak dapat dicapai mufakat bulat sebagaimana diatur di dalam pasal 19 ayat ( 5 ) Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciNOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hak asasi manusia merupakan
Lebih terperinciSMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XII (DUA BELAS) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KASUS PELANGGARAN HAM
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KASUS PELANGGARAN HAM A. Substansi Hak Asasi Manusia dalam Pancasila Salah satu karakteristik hak asasi manusia
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------
Lebih terperinciPENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DAN MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL (ICC)
PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DAN MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL (ICC) Hartanto Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram Yogyakarta Abstract Completion toward the gross violations of human rights basically
Lebih terperinciMAKALAH. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi Atau Merendahkan Martabat Manusia
PELATIHAN HAM DASAR DOSEN HUKUM HAM SE-INDONESIA Singgasana Hotel Surabaya, 10 13 Oktober 2011 MAKALAH Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi Atau Merendahkan
Lebih terperinciMAKALAH PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA: REGULASI, PENERAPAN DAN PERKEMBANGANNYA. Oleh: ZAINAL ABIDIN
TRAINING HAM LANJUTAN UNTUK DOSEN HUKUM DAN HAM Jogjakarta Plaza Hotel, 8-10 Juni 2011 MAKALAH PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA: REGULASI, PENERAPAN DAN PERKEMBANGANNYA Oleh: ZAINAL ABIDIN PENGADILAN
Lebih terperinciPENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL
PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL AD HOC IMT NUREMBERG IMT TOKYO ICTY ICTR SIERRA LEONE CAMBODIA TIMOR TIMUR / INDONESIA IMT - NUREMBERG NOVEMBER 1945 SEPTEMBER 1946 22 TERDAKWA
Lebih terperinci2011, No Mengingat : d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana disebutkan di dalam huruf a, huruf b, dan huruf c di atas, perlu ditetapkan P
No.798, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA. Penyelidikan Proyustisia. Pelanggaran HAM yang Berat. Prosedur. PERATURAN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPengertian Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
PENDAPAT HUKUM (.DISSENTING OPINION ) I. Pendahuluan 1. Mengingat sidang permusyawaratan Majelis Hakim tidak dapat dicapai mufakat bulat sebagaimana diatur di dalam pasal 19 ayat ( 5 ) Undang- Undang Nomor
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA
1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan
Lebih terperinciKOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA
Seri Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 Materi : Komisi HAM Indonesia KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA Sriyana, S.H., LL.M Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI KEJAHATAN KEMANUSIAAN SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAM BERAT MENURUT HUKUM INTERNASIONAL
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI KEJAHATAN KEMANUSIAAN SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAM BERAT MENURUT HUKUM INTERNASIONAL A. Pengertian Kejahatan Kemanusiaan Kejahatan terhadap kemanusiaan pertama kali muncul
Lebih terperinciPENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA
PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN DAN SAKSI DALAM PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG BERAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA I. Permasalahan yang Dihadapi Penegakan hukum sebagai salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan hukum sangat
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, Pasal 7, yang meliputi ; adalah persoalan yang serius dan extraordinary, maka juga perlu
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Pelanggaran Ham berat sebagaimana tertuang dalam UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, Pasal 7, yang meliputi ; kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan,
Lebih terperinciPENYELIDIKAN KOMNAS HAM TERHADAP PERISTIWA PELANGGARAN HAM YANG BERAT YANG BELUM DITINDAKLANJUTI JAKSA AGUNG
PENYELIDIKAN KOMNAS HAM TERHADAP PERISTIWA PELANGGARAN HAM YANG BERAT YANG BELUM DITINDAKLANJUTI JAKSA AGUNG NO PERISTIWA KESIMPULAN REKOMENDASI TINDAK LANJUT KETERANGAN 1. Peristiwa Kerusuhan Mei 1998
Lebih terperinciMASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.
MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN 26 Juni 2014 No Rumusan RUU Komentar Rekomendasi Perubahan 1 Pasal 1 Dalam Undang-Undang
Lebih terperinciMakalah WORKSHOP PENYUSUNAN SILABUS & SAP MATA KULIAH HUKUM HAK ASASI MANUSIA. Aspek Penegakan Hukum HAM di Indonesia
Makalah WORKSHOP PENYUSUNAN SILABUS & SAP MATA KULIAH HUKUM HAK ASASI MANUSIA Yogyakarta, 10 11 Maret 2009 Aspek Penegakan Hukum HAM di Indonesia Oleh: Miranda Risang Ayu, SH, LLM, PHD WORKSHOP SILABUS
Lebih terperinciKEWARGANEGARAAN. Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.
KEWARGANEGARAAN Modul ke: HAK ASASI MANUSIA by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id HAK ASASI MANUSIA Pokok Bahasan: 1.Pengertian Hak Asasi Manusia. 2. Tujuan Hak Asasi
Lebih terperinciKomisi Nasional HAM kerangka hukum dan mekanisme penegakan hukum HAM. Dr. Herlambang P Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 26 Mei 2015
Komisi Nasional HAM kerangka hukum dan mekanisme penegakan hukum HAM Dr. Herlambang P Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 26 Mei 2015 Poin pembelajaran Konteks kelahiran Komnas HAM Dasar pembentukan
Lebih terperinciTujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945:
Jakarta 14 Mei 2013 Tujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945: a. Pertama, dimensi internal dimana Negara Indonesia didirikan dengan tujuan untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia
Lebih terperinciUNOFFICIAL TRANSLATION
UNOFFICIAL TRANSLATION Prinsip-prinsip Siracusa mengenai Ketentuan Pembatasan dan Pengurangan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik Annex, UN Doc E / CN.4 /
Lebih terperinciSejarah Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia telah diadopsi ole
Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia I Made Agung Yudhawiranata Dermawan Mertha Putra Sejarah Konvensi menentang Penyiksaan
Lebih terperinciINSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM
INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM Materi Perkuliahan HUKUM & HAM ke-6 INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI HAM Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa Universal Declaration of Human Rights, 1948; Convention on
Lebih terperinciBAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak
BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi Tidak pidana korupsi di Indonesia saat ini menjadi kejahatan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan
Lebih terperinciV. PENUTUP. 1. Alasan yang menjadi dasar adanya kebijakan formulasi Hakim Komisaris. dalam RUU KUHAP Tahun 2009 atau hal utama digantinya lembaga pra
90 V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Alasan yang menjadi dasar adanya kebijakan formulasi Hakim
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of Human Rights pada tahun 1948 telah terjadi perubahan arus global di dunia internasional
Lebih terperinciPERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI KEKERASAN NEGARA SEBAGAI PELANGGARAN BERAT HAM (Tela.. Kritll Atas Peristiwa Abepura, Papua Menarut Undang-undang No.or 26 Taban logo) Oleb: SILVIA KURNIA DEWI 039814747 MlNAT STUDI HUKUM PEMERINTABAN
Lebih terperinciperkebunan kelapa sawit di Indonesia
Problem HAM perkebunan kelapa sawit di Indonesia Disampaikan oleh : Abdul Haris Semendawai, SH, LL.M Dalam Workshop : Penyusunan Manual Investigasi Sawit Diselenggaran oleh : Sawit Watch 18 Desember 2004,
Lebih terperinciBEBERAPA MODEL LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI
BEBERAPA MODEL LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI Supriyadi Widodo Eddyono 1 1 Tulisan ini digunakan untuk bahan pengantar diskusi FGD III perlindungan saksi dan Korban yang diinisiasi oleh ICW-KOMMNAS PEREMPUAN-ELSAM
Lebih terperinciPENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DAN MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL (ICC) Zulkarnain 1 * Abstract
1 PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DAN MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL (ICC) Zulkarnain 1 * Abstract Completion toward the gross violations of human rights basically refers to the principle of exhaustion of
Lebih terperinciEvaluasi Kritis Atas Kelemahan UU Peradilan HAM 1
Evaluasi Kritis Atas Kelemahan UU Peradilan HAM 1 Oleh : Budi Santoso 2 Dari proses peradilan HAM ad hoc Kasus Timor Timur Pasca Jajak Pendapat yang telah berlangsung hingga sekarang ini kita telah bisa
Lebih terperinciPembuktian : Tanggungjawab Komando
Pembuktian : Tanggungjawab Komando I. Pendahuluan Saat ini Pengadilan HAM Tanjung Priok telah memasuki tahap pembuktian, yaitu tahap pemeriksaan saksi. Bahkan, dalam salah satu berkas, yaitu berkas perkara
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA HAK ASASI MANUSIA YANG PALING SERIUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
20 Des 2010 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA HAK ASASI MANUSIA YANG PALING SERIUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciMENJAWAB GUGATAN TERHADAP KEWENANGAN KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH: Rudy Satriyo Mukantardjo (staf pengajar hukum pidana FHUI) 1
MENJAWAB GUGATAN TERHADAP KEWENANGAN KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH: Rudy Satriyo Mukantardjo (staf pengajar hukum pidana FHUI) 1 1 Tulisan disampaikan dalam acara Forum Expert Meeting
Lebih terperinciUndang Undang No. 26 Tahun 2000 Tentang : Pengadilan Hak Asasi Manusia
Undang Undang No. 26 Tahun 2000 Tentang : Pengadilan Hak Asasi Manusia DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA
PENDIDIKAN PANCASILA KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena atas berkat dan rahmat-nya lah kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik, salawat serta
Lebih terperinciUndang Undang No. 26 Tahun 2000 Tentang : Pengadilan Hak Asasi Manusia
Undang Undang No. 26 Tahun 2000 Tentang : Pengadilan Hak Asasi Manusia DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral bangsa dan merugikan seluruh lapisan masyarakat, sehingga harus dilakukan penyidikan sampai
Lebih terperinci