ANTAM (PERSERO) TBK UBPN SULTRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANTAM (PERSERO) TBK UBPN SULTRA"

Transkripsi

1 ABSTRAK Dewasa kini kita menyadari bahwa kehidupan di jaman sekarang bergantung dengan keberadaannya logam terutama logam seperti nikel, aluminium, besi, dan baja. Logam-logam tersebut digunakan dalam berbagai macam alat dan merupakan bahan baku utama bagi banyak industri. PT Antam (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sulawesi Tenggara merupakan salah satu industri yang memproduksi ferronikel untuk kebutuhan industri dalam bentuk shot. Ferronikel yang memiliki kandungan besi dan nikel diolah dari bijih nikel yang memiliki kadar nikel minimum 1,8% dan kadar besi maksimum 25% melalui metode pirometalurgi, yaitu metode pengolahan logam menggunakan suhu tinggi. Bijih nikel yang didapat dari area pertambangan di Sulawesi dan Maluku dikumpulkan di stockyard, lalu dari stockyard ore tersebut dimasukkan kedalam shaking-out machine dengan menggunakan wheel loader, kemudian melalui belt conveyor bijih tersebut diumpankan menuju rotary dryer untuk mengurangi kadar air yang dimiliki bijih, dari 33% menjadi 22%. Selanjutnya, bijih tersebut melalui RFS untuk di saring dengan ukuran kurang dari 3 cm, yang gagal tembus penyaringan akan masuk ke dalam impeller breaker untuk menyeragamkan ukuran bijih menjadi kurang dari 30 mm. Kemudian, bijih melalui belt conveyor diumpankan menuju rotary kiln untuk mengurangi kadar air hingga 10% dan mereduksi Fe2O3 menjadi FeO serta NiO menjadi Ni dengan menggunakan karbon dari reduction coal, sehingga menghasilkan kalsin. Kalsin ini selanjutnya dilebur dalam tanur listrik, dengan tujuan untuk mereduksi kalsin menggunakan elektroda karbon sehingga terdapat dua fasa yakni fasa crude sebagai produk utama dan slag sebagai produk samping. Crude memasuki proses pemurnian untuk mengurangi kandungan sulfur, karbon, fosfor dan selanjutnya memasuki proses pencetakan untuk menghasilkan ferronikel siap kirim. MOHAMMAD IQBAL I

2 PRAKATA Dengan ini saya mengucapkan puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan nikmat-nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan umum kerja praktek ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi mata kuliah ENMT Kerja Praktek sebagai salah satu mata kuliah wajib di Departemen Teknik Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Adapun kerja praktek telah dilaksanakan di PT Antam (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara, pada periode 10 Januari hingga 11 Februari Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi M. Soedarsono, DEA, selaku dosen pembimbing atas bantuan, saran, bimbingan, dan arahan dalam proses pembelajaran dan penyusunan laporan. 2. Delfi Ardi ST., Arif Afrianto ST., Ulil Amri ST., dan Bara Sukaton ST. selaku pembimbing dari PT Antam (Persero) Tbk. UBPN Pomalaa atas ilmu, bantuan, dan saran selama masa kerja praktek. 3. Taufik Ahmadi ST. selaku rekan dari HSE PT, Fidelis Galla ST. selaku rekan dari Processing & Engineering,. Antam yang telah memberikan akomodasi yang sangat membantu berjalannya kerja praktek. 4. M. Haekal S.Psi., Ahmad Ali Akbar ST., Indo Handayana ST., dan Fhadony ST. selaku rekan dari PT Antam (Persero) Tbk. UBPN Pomalaa yang telah memberikan banyak bantuan selama masa kerja praktek ini, 5. Rekan-rekan Departemen Processing & Engineering PT Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra. 6. Kedua Orang tua beserta seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat, motivasi, dukungan dan bantuannya selama masa kerja praktek. 7. Keluarga serta rekan-rekan Teknik Metalurgi dan Material angkatan 2010 atas semua semangat, motivasi, dukungan dan bantuannya selama masa kerja praktek. MOHAMMAD IQBAL II

3 Penulis mengharapkan laporan kerja praktek ini dapat memberikan gambaran umum mengenai proses yang terjadi dalam pengolahan di PT Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra. Pomalaa, Februari 2013 Penulis MOHAMMAD IQBAL III

4 DAFTAR ISI ABSTRAK...i PRAKATA... ii DAFTAR ISI... iv BAB I... 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG KEGIATAN KERJA PRAKTEK Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek Ruang Lingkup Kerja Praktek Tugas Kerja Praktek SISTEMATIKA LAPORAN... 4 BAB II... 6 TINJAUAN UMUM NIKEL Sifat-sifat Logam Nikel Aplikasi Logam Nikel PENGOLAHAN NIKEL SEJARAH SINGKAT PT ANTAM (PERSERO) TBK. UBPN SULTRA LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK Lokasi Pabrik Tata Letak Pabrik PROFIL PERUSAHAAN Visi Misi STRUKTUR ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN BAB III MOHAMMAD IQBAL IV

5 DESKRIPSI PROSES KEGIATAN PENAMBANGAN PROSES PENGOLAHAN Material handling Ore Preparation Ore Receiving Ore Drying Ore sizing Ore Mixing Kalsinasi Peleburan Pemurnian Casting QUALITY CONTROL Jaminan Kualitas Bijih (Grade Control) Preparasi Sampel Laboratorium Kimia Laboratorium Instrumen BAB IV STUDI KASUS PENDAHULUAN Latar belakang Tujuan penelitian Batasan masalah Metodologi penelitian DASAR TEORI, PENGOLAHAN DATA, DAN ANALISA Rotary Dryer Mass Balance MOHAMMAD IQBAL V

6 4.2.3 Heat Balance BAB V PENUTUP KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DATA MOHAMMAD IQBAL VI

7 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Komposisi Wet Ore Tabel 3.2 Komposisi Conditioned Ore Tabel 3.3 Spesifikasi Badan Furnace dan Lining Tabel 3.4 Spesifikasi Sistem Elektroda Tabel 3.5 Spesifikasi Exhaust Gas Tabel 3.6 Spesifikasi Air Cooling Tabel 3.7 Spesifikasi Peralatan Furnace Cover Tabel 4.1 Proximate Analisys Tabel 4.2 Ultimate Analisys MOHAMMAD IQBAL VII

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Lokasi Kecamatan Pomalaa Sulawesi Tenggara Gambar 2.2 Lokasi Penambangan Nikel di Sulawesi Tenggara Gambar 2.3 Tata Letak Pabrik Gambar 3.1 Stockyard Gambar 3.2 Diagram Proses Ferronikel Gambar 3.3 Wheel Loader Memasukkan Wet Ore ke dalam SOM Gambar 3.4 Rotary Dryer FeNi Gambar 3.5 Riffle Flow Screener Gambar 3.6 Impeller Breaker Gambar 3.7 Pelletizer Gambar 3.8 Rotary Kiln Gambar 3.9 Chute Gambar 3.10 Ladle Gambar 3.11 Proses Oksidasi Gambar 3.12 Shot FeNi Gambar 3.13 Alat Press Gambar 3.14 Alat Fuse Gambar 3.15 Alat XRF Gambar 3.16 LECO Gambar 3.17 Alat XRF MOHAMMAD IQBAL VIII

9 BAB I 1.1 LATAR BELAKANG PENDAHULUAN Dengan perkembangan zaman dan teknologi yang begitu maju, mahasiswa sebagai tonggak perubahan zaman dituntut untuk terus meningkatkan kualitasnya sebagai sumber daya manusia yang kompetitif dan profesional. Tuntutan tersebut tidak lepas dari tanggung jawab perguruan tinggi dan dunia kerja. Perguruan tinggi merupakan tempat menuntut ilmu bagi para mahasiswa dan menjadi inisiasi untuk melangkah ke dunia kerja. Ilmu dan teori yang diperoleh di perguruan tinggi tidak cukup untuk menjadi modal mahasiswa untuk terjun ke dunia kerja. Seorang calon sarjana harus mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dalam lingkungan dunia kerja nanti. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kesiapan mahasiswa untuk menghadapi lapangan kerja dan beradaptasi di dunia industri, maka setiap mahasiswa di Fakultas Teknik Universitas Indonesia diharuskan untuk melakukan kerja praktek sebagai salah satu prasyarat dan penilaian untuk memenuhi beban studi sesuai kurikulum yang berlaku. Maksud diadakannya kerja praktek ini adalah memberikan gambaran nyata tentang dunia kerja serta meningkatkan kesiapan dan keterampilan mahasiswa dalam dunia kerja. Dalam kerja praktek ini diharapkan mahasiswa mempunyai wawasan tentang dunia industri yang mencakup tentang pengendalian, permasalahan dan penyelesaian masalah selama kerja praktek berlangsung. Proses ekstraksi logam FeNi yang dilakukan PT ANTAM (Persero) Tbk merupakan salah satu aplikasi teori yang dipelajari di Jurusan Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Oleh karena itu, hal ini menjadi salah satu alasan dan tujuan untuk melaksanakan kerja praktek di PT MOHAMMAD IQBAL

10 Antam (Persero) Tbk dengan mempelajari dan mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari di Perguruan Tinggi. 1.2 KEGIATAN KERJA PRAKTEK Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek Kerja praktek dilaksanakan di PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sulawesi Tenggara (Sultra), selama satu bulan dari tanggal 10 Januari 2013 hingga 11 Februari Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek Pelaksanaan program kerja praktek bagi mahasiswa dalam lingkup program pendidikan strata satu (S-1) Departemen Teknik Metalurgi dan Materia Universitas Indonesia memiliki tujuan, antara lain: 1. Mahasiswa Melaksanakan mata kuliah Kerja Praktek sebagai salah satu mata kuliah wajib di Departemen Teknik Metalurgi dan Material FTUI yang merupakan prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. 2. Mahasiswa dapat memahami, mendeskripsikan, dan menjelaskan diagram alir proses dan sistem pemroses yang ada dalam pabrik tempat pelaksanaan kerja praktek. 3. Mahasiswa dapat mengenal dan memahami wujud, karakteristik, dan spesifikasi perangkat utama proses, alat pengendaliannya, serta sistem utilitas yang digunakan di pabrik, seperti sistem penyedian air, udara, dan listrik. 4. Mahasiswa dapat mengetahui gambaran nyata mengenai susunan organisasi perusahaan, jenjang karir di industri, dan penerapannya dalam rangka mengoperasikan atau membangun suatu sarana produksi, termasuk pengenalan terhadap praktek-praktek pengelolaan dan peraturan-peraturan kerja. MOHAMMAD IQBAL

11 5. Mahasiswa mendapatkan gambaran nyata mengenai wujud dan pengoperasian sistem pemroses atau fasilitas yang berfungsi sebagai sarana produksi. 6. Mengetahui dan mempelajari, dan menganalisa setiap permasalahan yang mungkin terjadi di lapangan dan mengetahui tindakan penanganan yang tepat. 7. Mahasiswa mampu menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh pembimbing dari PT. Antam (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara terkait proses-proses yang terjadi di dalam pabrik maupun dosen pembimbing. Sedangkan manfaat dari pelaksanaan kerja praktek ini bisa dirasakan oleh pihak yang terkait, antara lain: A. Bagi mahasiswa 1. Menambah pengetahuan dan pengalaman kerja yang sebenarnya secara praktis 2. Sebagai latihan bagi mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya 3. Melatih pemahaman tentang aplikasi pengetahuan teknik metalurgi yang diterapkan di industri. B. Bagi Universitas 1. Mengetahui sejauh mana ilmu yang diserap oleh mahasiswa selama kuliah. 2. Memperoleh gambaran nyata tentang perusahaan sebagai bahan informasi untuk mengembangkan kurikulum yang ada. C. Bagi Perusahaan 1. Merupakan wujud nyata tentang perusahaan dalam mengembangkan bidang pendidikan. 2. Memperoleh sumber daya manusia (SDM) yang potensial untukperusahaan. MOHAMMAD IQBAL

12 1.2.3 Ruang Lingkup Kerja Praktek Ruang lingkup kerja praktek di PT Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra, meliputi kegiatan sebagai berikut: 1. Orientasi umum di Plant FeNi 1, 2, dan 3 2. Penyelesaian tugas khusus di Processing and Engineering Department yang meliputi studi literatur, pengambilan data, diskusi dengan pembimbing, perhitungan dan evaluasi Tugas Kerja Praktek Tugas kerja praktek ini terdiri dari tiga bagian, yaitu: 1. Tugas umum Bagian ini membahas mengenai seluruh proses yang terjadi di PT Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra dalam proses pengolahan bijih nikel menjadi ferronikel secara umum, meliputi utilitas, storage, dan loading. 2. Tugas Khusus Bagian ini berisi laporan tugas khusus yang diberikan pembimbing di bagian Processing and Engineering PT Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra. 1.3 SISTEMATIKA LAPORAN Laporan kerja praktek ini disusun sesuai dengan sistematika penulisan yang diuraikan sebagai berikut: - BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan yang berisi latar belakang pelaksanaan kerja praktek, tujuan dan manfaat kerja praktek, waktu dan pelaksanaan kerja praktek, tugas saat kerja praktek, dan sistematika laporan. - BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN MOHAMMAD IQBAL

13 Bab tinjauan umum yang membahas sifat dan aplikasi nikel, sejarah singkat, sejarah, lokasi penambangan dan struktur organisasi PT. Aneka Tambang Tbk. UBPN Pomalaa. - BAB III DESKRIPSI PROSES Bab yang berisi mengenai proses pembuatan ferronikel. Mulai dari proses eksplorasi dan penambangan sampai proses pengolahan bijih hingga menjadi produk shot. Disertai dengan pembahasan mengenai Quality Control yang dilakukan di PT. Aneka Tambang Tbk. UBPN Pomalaa. - BAB IV STUDI KASUS Bab ke-4 merupakan studi kasus yang diberikan pembimbing dari PT.ANTAM UBPN Pomalaa yaitu menghitung mass dan heat balance dengan menggunakan data actual yang terjadi di lapangan - BAB V PENUTUP Bab terakhir berisi kesimpulan dari laporan Kerja Praktek MOHAMMAD IQBAL

14 BAB II 2.1 NIKEL TINJAUAN UMUM Saat ini logam seperti nikel, besi, dan aluminium memiliki hubungan yang sangat erat dengan kehidupan kita. Logam-logam tersebut digunakan dalam berbagai macam alat dan merupakan bahan baku utama bagi banyak industri. Di antaranya non-ferrous metal nikel yang digolongkan sebagai logam berat seperti halnya dengan Cu, Pb, Zn dan lain-lain. Sifatnya di udara terbuka lebih stabil dari besi dan lebih sulit teroksidasi, Dalam lingkungan alkalis, nikel mempunyai sifat tahan korosi. Tipe dari nikel yang diperdagangkan tergantung dari tujuan pemakaiannya. Terdapat logam Ni berkadar tinggi, ferronikel dengan kadar 18-28% Ni dan nickel oxide dengan kadar 75% Ni. Kegunaan dari Ni antara lain adalah sebagai katoda dalam vacuum tube, bagian-bagian yang tahan korosi dari perlengkapanperlengkapan industri kimia, katalisator, platting/coating, dan sebagai pelapis mata uang logam. Ferronikel dengan nikel oksida banyak digunakan dalam beberapa analisa instalasi dalam pembuatan besi baja tahan korosi dan besi baja tahan panas. Kebutuhan nikel sebagai alloying element dalam pembuatan baja tahan karat (stainless steel) bertambah besar karena produksi baja tahan karat saat ini semakin meningkat Sifat-sifat Logam Nikel Nikel termasuk salah satu komponen penyusun kulit bumi. Walaupun demikian di antara 90 unsur-unsur kimia yang membentuk kerak bumi, nikel hanya menempati tempat ke-24 dan jumlahnya diperkirakan hanya sekitar 0,01%. Juga telah diketahui bahwa inti yang sangat berat dari bumi kita terdiri dari nikel. Nikel banyak juga didapati dalam kosmos, solar atmosphere, dan kira-kira 5-15% dari batu-batuan atau logam meteorit terdiri dari nikel. MOHAMMAD IQBAL

15 Di Indonesia jumlah nikel berlimpah, terutama di daerah Sulawesi dan Maluku yang sekarang dijadikan tempat eksploitasi tambang untuk PT. ANTAM Tbk. Nikel merupakan jenis logam yang berwarna kelabu perak dan memiliki sifat logam yang kekuatan dan kekerasannya serta daya tahan terhadap karat dan korosi lebih dekat dengan tembaga. Kombinasi dari sifat-sifat yang lebih baik inilah yang terutama menyebabkan penggunaan nikel begitu luas, dari bagian-bagian kecil alat elektronik sampai alat-alat besar. Sifat yang menguntungkan lebih nyata dalam bentuk aliase. Oleh karena itu lebih dari 70% dari logam nikel digunakan dalam bentuk aliase yang merupakan paduan dari beberapa jenis logam. Aliase baja biasanya dibuat dari bahan logam nikel murni, tetapi dengan berkembangnya teknik pembuatan besi-baja pemakaian nikel dalam bentuk ferronikel yaitu aliase nikel dan besi untuk mengggantikan logam nikel murni sebagai bahan paduan semakin popular terutama dalam bentuk stainless steel dan lain-lain Aplikasi Logam Nikel Salah satu pemakaian nikel dalam bentuk logam murni adalah pelapis untuk menambah kekerasan, daya tahan terhadap korosi permukaan, ketahanan kepudaran, dan sebagainya. Selain itu digunakan pelapis mata uang logam dan digunakan dalam industri kimia. Pemakaian dalam bentuk aliase terutama dengan besi adalah dalam industri alat angkut, permesinan baja, konstruksi baja, alat pembangkit tenaga listrik, alat pertanian, alat pertambangan, bagian dari mesin berkecepatan tinggi, dan bagian yang bersuhu tinggi. Dan terutama dengan makin bertambahnya pemakaian stainless steel, disamping juga untuk kebutuhan nikel sebagai paduan elemen pada mesin-mesin yang lainnya. MOHAMMAD IQBAL

16 2.2 PENGOLAHAN NIKEL Ada tiga jenis pengolahan biji logam menjadi logam yaitu pirometalurgi, hidrometalurgi dan elektro metalurgi. Di pabrik PT Antam (Persero) Tbk UBPN Sultra, bijih nikel yang diperoleh dari area pertambangan diolah dengan metode pirometalurgi. Pirometalurgi adalah teknik metalurgi paling tua, dimana logam diolah dan diekstraksi menggunakan panas yang sangat tinggi. Panas didapatkan dari tanur berbahan bakar batubara (kokas) yang sekaligus bertindak sebagai reduktan. Suhu yang dicapai ada yang hanya o C (proses Mond untuk pemurnian nikel), tetapi ada yang mencapai o C (proses pembuatan paduan baja). Yang umum dipakai hanya berkisar o C ; pada suhu tersebut kebanyakan metal atau paduan metal sudah dalam fase cair bahkan kadangkadang dalam fase gas. Umpan yang baik adalah konsentrat dengan kadar metal yang tinggi agar dapat mengurangi pemakaian energi panas. Penghematan energi panas dapat juga dilakukan dengan memilih dan memanfaatkan reaksi kimia eksotermik. 2.3 SEJARAH SINGKAT PT ANTAM (PERSERO) TBK. UBPN SULTRA Indonesia memiliki kekayaan alam berupa bahan galian yang berlimpah serta tersebar di seluruh pelosok tanah air, di antaranya adalah bijih nikel di Sulawesi Tenggara yang mulai dieksploitasi sejak tahun 1964 oleh PT. Nikel (Pertambangan Nikel Indonesia). Sebelumnya, pada tahun 1909 bijih nikel di Pomalaa dieksploitasi dan ditambang oleh E.C. Abendanon. Kemudian beralih ke eksploitasi berikutnya oleh Oost Borneo Maatschappij (OBM) dan Bone Tolo Maatschappij. Proses penambangan dilakukan oleh OBM dan hasilnya diekspor ke Jepang sebanyak ton bijih nikel dan hal ini berlangsung sampai tahun MOHAMMAD IQBAL

17 Pada masa Perang Dunia II yakni tahun Indonesia diduduki oleh Jepang. Tambang Nikel Pomalaa selanjutnya dikelola oleh Sumitomo Metal Mining Corp. (SMM) yang berhasil membangun sebuah pabrik pengolahan yang menghasilkan nikel matte. Selama masa tersebut, pabrik tersebut menghasilkan 351 ton matte, di mana tiga puluh ton diantaranya berhasil dikapalkan dan sisanya ditinggalkan di Pomalaa. Hal ini terjadi karena pabrik pengolahan nikel di Pomalaa terlanjur hancur oleh serangan sekutu hingga instalasi yang ada pada saat itu hancur berantakan. Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya, banyak pihak asing yang ingin melakukan eksplorasi di Pertambangan Nikel Pomalaa tersebut, seperti Freeport Sulfur Co., Oost Borneo Maatschappij serta MMC yang bergerak di Malili. Namun akibat keadaan keamanan yang kurang memungkinkan saat itu sehingga usaha tersebut mengalami kegagalan. Baru pada tahun 1957, usaha penambangan bijih nikel dapat diulangi lagi, kali ini oleh perusahaan NV Perto. Mula-mula yang dikerjakan yaitu hanyalah mengekspor stok bijih nikel yang tertinggal dari zaman perang ke Jepang. Pada tahun , perusahaan ini baru melakukan penggallian di pulau Maniang. Berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 29/1960 dan Undang-undang Pertambangan Nomor 37/1960 yang menyatakan bahwa nikel sebagai bahan galian strategis, maka pada tahun 1960 usaha NV Perto diambil alih pemerintah, kemudian dibentuk sebuah perusahaan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang berstatus Perseroan Terbatas (PT) yang bersama PT. Pertambangan Nikel Indonesia (PNI). Usaha pertambangan di Pomalaa mulanya dalam lingkungan Biro Urusan Perusahaan-perusahaan Tambang Negara Yang disingkat dengan sebutan BUPTAN. Sejak tahun 1961 peruashaan ini berada dalam lingkungan Pimpinan Umum Perusahaan-perusahaan Tambang Umum (BPU-PERTAMBUN). Akhir tahun 1962 berlangsung kontrak kerjasama antara BPU-PERTAMBUN/PT Pertambangan Nikel Indonesia dengan Sulawesi Nikel Development Corporation MOHAMMAD IQBAL

18 Co. LTD (SUNIDECO) suatu perusahaan yang dibentuk oleh para pemakai bijih nikel dan beberapa Trading Companies di Jepang. Kemudian berdasarkan PP No. 26 tahun 1968 PT. Pertambangan Nikel Indonesia bersama BPU Pertambun beserta PT/PN dan proyek dijajarannya disatukan menjadi PN Aneka Tambang di Pomalaa selaku unit produksi dengan nama Unit Pertambangan Nikel Pomalaa. Pada tanggal 30 Desember 1974 status PN berubah menjadi PT. Aneka Tambang (Persero) hingga sekarang. Untuk memperpanjang jangka waktu pertambangan nikel di Pomalaa, serta mengingat cadangan bijih nikel laterit kadar rendah (<1,82% Ni) yang dapat dimanfaatkan cukup besar, sedangkan bijih nikel laterit yang berkadar tinggi (2,30%) semakin menipis jumlah cadangannya. Agar bijih nikel kadar rendah tersebut dapat bernilai, kemudian didirikan pabrik peleburan bijih nikel menjadi produk logam FeNi. Pelaksanaan pembangunan pabrik unit I dimulai pada tanggal 12 Desember 1973 dengan pemanjangan tiang pertama dan selesai dikerjakan selama dua tahun. Tanggal 14 Agustus 1976 dapur listrik Unit I dengan daya 20 MVA (18 MW) mulai produksi secara komersial dan selanjutnya pabrik FeNi diresmikan oleh wakil Presiden RI, Sultan Hamengkubuwono IX pada tanggal 23 Oktober sampai saat ini PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. UBPN Sultra telah berhasil membangun tiga unit pabrik FeNi. Pabrik FeNi Unit 2 mulai dibangun pada tanggal 2 November 1992 dan sekitar bulan Februari 1995 sudah mulai produksi. Plant FeNi 2 diresmikan oleh Presiden RI Soeharto pada tanggal 11 Maret Untuk meningkatkan mutu dan kualitas produksi dalam pasar internasional, mulai bulan Januari 2004 telah dibangun plant FeNi 3 dan mulai berproduksi di awal tahun Untuk menjalankan proses produksi pabrik UBPN Sultra maka digunakan alat dengan mesin diesel sebagai Pembankit Listrik, yang terdiri dari dua unit, yaitu Unit PTL I dan Unit PTL II yang diinterkoneksikan secara parallel sebelum didistribusikan kemasing-masing peralatan. Kemudian pada bulan Oktober 2005, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan PLTD III dual firing yang MOHAMMAD IQBAL

19 berkekuatan masing-masing 17 MW yang akan mendukung seluruh kebutuhan listrik pabrik FeNi I, Feni II dan pabrik FeNi III. Sementara PLTD lama yang berkekuatan 50 MW akan menjadi back up kebutuhan listrik ketiga pabrik tersebut. 2.4 LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK Lokasi Pabrik Lokasi penambangan bahan galian bijih nikel pada PT. Antam (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara, secara administratif terletak di daerah Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Propinsi Sulawesi Tenggara. Jarak Pomalaa dari Ibu Kota Kabupaten Kolaka ialah sekitar 30 km. Secara geografis terletak pada 121o31 BT 121o40 BT dan 4o10 LS - 4o18 LS. Lokasi ini ditunjukkan pada Gambar 3.1. Gambar 2.1 Lokasi Kecamatan Pomalaa, Sulawesi Tenggara Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara, berbatasan dengan : 1. Di sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Huko-Huko 2. Di sebelah Timur berbatasan dengan Perbukitan Maniang 3. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Oko-Oko MOHAMMAD IQBAL

20 4. Di sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Mekongga. Luas daerah kuasa pertambangan UBPN Sulawesi Tenggara ± 7500 ha. yang meliputi daerah antara lain; Tambea, Sapura, Tg. Pakar, Tg. Leppe. Daerah penambangan terdiri dari beberapa lokasi yaitu; Tambang Utara, Tambang Tengah, Tambang Selatan yang terbagi lagi menjadi beberapa bukit dengan penamaan yang berbeda-beda. Lokasi penambangan ini ditunjukkan pada Gambar 3.2. Gambar 2. 2 Lokasi penambangan nikel di Sulawesi Tenggara Pomalaa dipilih sebagai tempat pengolahan feronikel karena bahan baku tersedia di Pomalaa dan sekitarnya. Meskipun sekarang jumlah bijih yang ada di daerah Pomalaa semakin berkurang tetapi pasokan bijih masih ada di Pulau Sulawesi. Pasokan bijih dilakukan dengan menggunakan kapal laut karena PT Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra memilki dermaga sendiri Tata Letak Pabrik PT Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra memiliki tiga plant yang mengolah bijih nikel menjadi ferronikel. Ketiga plant tersebut biasa disebut FeNi 1, FeNi 2 dan FeNi 3. Selain plant pengolahan feronikel, PT Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra memiliki plant pemisahan udara, pengolahan air dan power plant. Di dalam area pabrik juga tersedia kantor yang digunakan untuk karyawan di bidang enginering. Sedangkan kantor pusat PT Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra MOHAMMAD IQBAL

21 terletak di di luar area pabrik dan berjarak 500 m dari lokasi pabrik. Berikut tata letak pabrik dapat dilihat pada Gambar PROFIL PERUSAHAAN Visi Gambar 2.3 Tata Letak Pabrik Visi Antam 2020: "Menjadi korporasi global berbasis pertambangan dengan pertumbuhan sehat dan standar kelas dunia" Arti visinya adalah: Global Menerapkan praktik manajemen bisnis bertaraf internasional serta meningkatkan skala usaha dan/atau memperluas wilayah operasi ke luar negeri untuk menjadi pelaku bisnis kelas dunia. Berbasis Pertambangan MOHAMMAD IQBAL

22 Berbasis sumberdaya mineral dan batubara dengan diversifikasi dan integrasi terkait dalam bisnis pertambangan. Pertumbuhan sehat Pertumbuhan berkesinambungan di atas rata-rata industri pertambangan. Standar kelas dunia Kemampuan dan budaya organisasi berkinerja tinggi dan penerapan praktik-praktik terbaik kelas dunia Misi Misi Antam 2020: Membangun dan menerapkan praktik-praktik terbaik kelas dunia untuk menjadikan Antam sebagai pemain global. Menciptakan keunggulan operasional berbasis biaya rendah dan teknologi tepat guna dengan mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan hidup. Mengolah cadangan yang ada dan yang baru untuk meningkatkan keunggulan kompetitif. Mendorong pertumbuhan yang sehat dengan mengembangkan bisnis berbasis pertambangan, diversifikasi dan integrasi selektif untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai serta mengembangkan budaya organisasi berkinerja tinggi Berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama di sekitar wilayah operasi, khususnya pendidikan dan pemberdayaan ekonomi. MOHAMMAD IQBAL

23 2.6 STRUKTUR ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN South East Sulawesi Nickel Mining Business Unit Head Management Representative Bureau Head Quality Management Assurance Bureau Head Operation Division Head Finance Division Head Human Resources and Corporate Social Responsibility Division Head Feni Plant Deputy Division Head Mining and Operation Support Deputy Division Head Engineer Shifting Bureau Head Health, Safety and Environment Bureau Head Processing and Quality Control Bureau Engineering Bureau Head Head MOHAMMAD IQBAL Procurement & Material Management Bureau Head

24 Susunan Organisasi Kepala Biro HSE membawahi: Kepala Departemen Keselamatan Pabrik Kepala Departemen Keselamatan Tambang Kepala Departemen Kesehatan Kerja Kepala Departemen Pengelolaan Lingkungan Pabrik Kepala Departemen Pengelolaan Lingkungan Tambang Wakil Kepala Divisi Pabrik FeNi membawahi: Kepala Biro Material Handling yang mebawahi: Kepala Departemen Transfer Material Kepala Departemen Ore Blending Kepala Departemen Proses Produk Lain Kepala Biro Ore Preparation yang membawahi: Kepala Departemen Rotary Dryer 1&2 Kepala Departemen Rotary Dryer 3 Kepala Departemen Rotary Kiln 1&2 Kepala Departemen Rotary Kiln 3 Kepala Biro Smelting yang membawahi: Kepala Departemen Transportasi Kalsin Kepala Departemen Smelting 1&2 Kepala Departemen Smelting 3 Kepala Departemen Water Plant Kepala Biro Pemurnian dan Pengecoran yang membawahi: Kepala Departemen Pemurnian Kepala Departemen Pengecoran Kepala Departemen Production Finishing Kepala Departemen Lining Work Kepala Biro Mechanical Maintenance yang membawahi: Kepala Departemen Perencanaan Pemerliharaan MOHAMMAD IQBAL

25 Kepala Departemen Mechanical Maintenance Kepala Departemen Perlakuan Logam Kepala Departemen Product Equipment Workshop Kepala Biro Electrical Maintenance yang membawahi: Kepala Departemen Electrical and Instrument Planning Kepala Departemen Electrical Maintenance Supt. Instrument Maintenance Wakil Kepala Divisi Pertambangan dan Pendukung Operasi membawahi Kepala Biro Pertambangan yang membawahi: Kepala Departemen Survei, Perencanaan Tambang, dan Eksplorasi Kepala Departemen Produksi Tambang Kepala Biro Shipping yang membawahi: Kepala Departemen Agency Kepala Departemen Barging Kepala Biro Utility yang membawahi: Kepala Departemen Perencanaan Sipil Kepala Departemen Pengelolaan Energi Kepala Departemen Produksi Oksigen Kepala Departemen Pengelolaan Air Kepala Departemen Shipyard Kepala Departemen Distribusi Elektris dan Telekomunikasi Kepala Biro Outsource Controlling Kepala Biro Quality Control Membawahi: Kepala Departemen Preparasi Sampel Kepala Departemen Laboratorium Kimia Kepala Departemen Peralatan Laboratorium Kepala Departemen Asuransi Kualitas Bijih MOHAMMAD IQBAL

26 Wakil Kepala Divisi Keuangan membawahi: Kepala Biro Akuntansi dan Penganggaran yang membawahi: Kepala Departemen Akuntansi Kepala Departemen Penganggaran Kepala Biro Treasury dan Virifikasi yang membawahi: Kepala Departemen Treasury, Pajak, dsn Asuransi Kepala Departemen Verifikasi Wakil Kepala Divisi Sumber Daya Manusia dan Coporate Social Responsibility: Kepala Biro Sumber Daya Manusia Kepala Biro Hubungan Karyawan Kepala Biro Rumah Sakit dan Kesehatan Kerja Kepala Biro General Affairs Kepala Biro Corporate Social Responsibility Kepala Biro Hubungan Eksternal MOHAMMAD IQBAL

27 BAB III DESKRIPSI PROSES 3.1. KEGIATAN PENAMBANGAN Kegiatan penambangan nikel yang dilakukan oleh PT Aneka Tambang Tbk. UBPN Pomalaa terbagi dalam beberapa daerah seperti yang sudah penulis bahas pada Bab sebelumnya yaitu terletak pada Pulau Maniang, Wilayah Utara, Wilayah Selatan, Wilayah Tengah. Hasil penambangan diangkut ke stockyard dengan menggunakan Hauling Dump Truck. Kemudian dilakukan pengapalan untuk bijih dengan kadar nikel rendah (< 1,8%) yang kemudian di ekspor ke Jepang, Australia, Ukraina, Korea Selatan, Taiwan dan Macedonia. Sedangkan bijih dengan kadar nikel tinggi ( 1,8%) dibawa ke pabrik untuk diproses lebih lanjut. Gambar 3.1. Stockyard. Kegiatan penambangan diawali dengan pembersihan dan pengupasan tanah. Bijih nikel yang terdapat pada lokasi penambangan Pomalaa adalah bijih laterit yang merupakan endapan sekunder hasil pelapukan batuan peridotit. Bijih laterit yang terdapat pada lokasi penambangan Pomalaa adalah bijih saprolite 12 MOHAMMAD IQBAL

28 (kedalaman meter) dan bijih limonite (kedalaman 6 12 meter) dengan kandungan: a. Bijih Saprolite High Grade Saprolite Ore (HG) Ni > 2,0% ; Fe < 25% Low Grade Saprolite Ore (LGSO) Ni: 1,8% - 2,0% ; Fe < 25% b. Bijih Limonite Low Grade (LG) Ni : 1,2% - 1,8% ; Fe 25% 3.2 PROSES PENGOLAHAN Gambar 3.2 Diagram Proses FerroNikel Material handling Setelah bijih nikel tersebut sampai di stockyard maka tahap selanjutnya ada menjadikan bijih tersebut menjadi ferronikel di pabrik yang nantinya akan MOHAMMAD IQBAL

29 dijadikan produk ekspor. PT. Aneka Tambang Tbk. UBPN Pomalaa terdiri dari tiga plant pabrik, yaitu FENI I, FENI II, dan FENI III. Proses pembuatan ferronikel yang terjadi pada ketiga plant secara umum adalah sama, namun memiliki perbedaan pada spesifikasi mesin sehingga mempengaruhi komposisi ore yang akan digunakan untuk setiap plant serta jumlah ferronikel yang dihasilkan. Material handling tersebut bertujuan agar bijih yang diolah sesuai dengan spesifikasi mesin pada setiap plant maupun spesifikasi produk yang diinginkan. Proses material handling meliputi: A. Transfer Material Transfer material meliputi semua material yang akan di olah yaitu penerimaan, pengangkutan, dan penimbangan bijih nikel, batu bara, batu kapur maupun slag yang masih akan diolah pada unit slag treatment. Bijih nikel yang digunakan berasal dari lokasi penambangan Antam dan INCO (INCO 216 dan INCO 218). Bijih tersebut akan diangkut dan dikirim menggunakan truck ke stockyard masing-masing pada pabrik untuk kemudian diolah melalui ketiga plant yang berbeda. Batubara yang digunakan berasal dari Kalimantan, dan batu kapur tersebut diangkut dari pelabuhan ke pabrik untuk kemudian digunakan untuk proses pengolahan bijih nikel. Perbedaan jenis furnace setiap plant membuat komposisi material yang dimasukkan menjadi berbeda. Pada FENI plant I digunakan batu kapur sebagai mixing ore, berbeda dengan plant 2 dan 3 yang tidak memerlukan batu kapur dalam prosesnya. Kapasitas furnace untuk FENI I, II, dan III adalah 17 MW, 25 MW, dan 42 MW. Sedangkan kapasitas rotary kiln untuk FENI I, II, dan III adalah 45 ton/jam, 60 ton/jam, dan 130 ton/jam. B. Ore Blending Bijih- bijih yang terdapat di stockyard akan diangkut menggunakan wheel loader lalu dicampur melewati shaking-out-machine yang berguna untuk menseragamkan kadar dalam bijih nikel yang akan dijadikan umpan ke dalam pabrik. Proses ore blending mencakup proses penerimaan bijih, pencampuran MOHAMMAD IQBAL

30 bijih, dan penampungan bijih. Pada umumnya, bijih yang digunakan untuk proses pengolahan terdiri dari 80 % bijih nikel INCO karena memiliki kadar nikel tinggi. Penentuan proses ore blending ditentukan oleh komposisi awal bijih dari setiap stockyard. Komposisi tersebut didapatkan dari pengambilan sample bijih dari setiap stockyard yang kemudian di uji oleh unit Quality Control menggunakan XRD electron microscope. Perbedaan jenis furnace pada setiap plant menyebabkan komposisi ore dan bahan mixing ore yang digunakan juga berbeda. Ore yang digunakan terdiri dari NiO, FeO, MgO, CaO, MnO, SiO2. Spesifikasi Fe/Ni pada ore untuk ketiga plant adalah < 7 : 1 agar tercapai spesifikasi produk dengan kadar nikel minimal 18 %. Jumlah oksida Fe dan Ni tersebut harus dijaga karena semakin banyak kadar Fe saat pengolahan, maka kadar Ni yang dihasilkan semakin kecil. Pada FENI plant I, jenis furnace yang digunakan adalah Pamco- Elkem sehingga harus ditambahkan batu kapur untuk menjaga basicity (perbandingan oksida basa dan oksida asam) pada ore, yaitu > 0.52 %. Sedangkan pada FENI plant II dan III, jenis furnace yang digunakan adalah Hatch Cooper Cooler sehingga nilai S/M (SiO2/MgO) harus dijaga, yaitu < 1,9 %. Basicty maupun nilai S/M tersebut harus dijaga untuk menjaga temperature lebur slag agar mudah terpisah dari metal dan menjaga bahan refraktori pada furnace agar tidak ikut melebur dan larut dalam slag C. Pengelolaan dalam Pabrik Proses pengolahan bijih nikel merupakan proses ekstraksi pyrometallurgy, yaitu proses yang melibatkan temperature tinggi. Hasilnya ada lah gas yang terdiri dari debu yang masih akan diolah, yaitu diserap oleh exhaust gas dan gas yang ringan akan dipisahkan oleh cyclone untuk kemudian dibuang melalui cerobong (stack). Pemantauan kualitas udara dilakukan dengan pemantauan cerobong, pemantauan udara ambient, pemantauan kebisingan dan getaran. Pemantauan tersebut dilakukan secara rutin setiap bulan oleh Balai Hiperkes Makassar. MOHAMMAD IQBAL

31 Ni Co Fe SiO2 CaO MgO MC Basicity 2,25 0,04 15,3 44,7 1,06 20,37 30,00 0,47 Tabel 3.1. Komposisi wet ore Ore Preparation Proses persiapan bijih ini meliputi beberapa tahapan yaitu ore receiving, ore drying, ore sizing, ore mixing, dan kalsinasi. Berikut merupakan penjelasan untuk setiap tahapan Ore Receiving Wet ore hasil ore blending tersebut masih mempunyai ukuran yang tidak seragam. Wet ore dari penampungan (stockyard) diangkut dengan pay loader dengan muatan 16 ton untuk dimasukkan ke SOM (Shake Out Machine) dengan ukuran saringan (mesh) 20 x 25 cm. Wet ore yang lolos (undersize) dengan ukuran kurang dari 150 x 200 mm akan jatuh dan ditampung di loading hooper yang kemudian ditranspotasikan dengan belt conveyor untuk dibawa ke proses pengeringan. Sedangkan wet ore yang mempunyai ukuran lebih besar (oversize) akan terpisah dan disingkirkan secara manual. Bijih tersebut dinamakan boulder yang kemudian dibawa ke bagian slag treatment untuk dihancurkan dan dipisahkan kembali. Gambar 3.3 Wheel Loader memasukkan wet ore ke dalam SOM MOHAMMAD IQBAL

32 Ore Drying Wet ore undersize hasil SOM tersebut memiliki kandungan air lembab atau moisture content (MC) sebanyak 30%. Adanya moisture content tersebut saat proses dapat mengakibatkan ledakan sehingga dilakukan proses pengeringan di Rotary Dryer (RD). Pengeringan tersebut mengurangi kadar MC dari 30% menjadi 22% ± 1%. Penentuan kadar tersebut dipilih karena kondisi tersebut paling baik untuk mereduksi nikel losses, mengurangi polusi, dan keawetan mesin. Moisture content tidak dihilangkan semua karena jika ore terlalu kering, maka saat proses sizing, ore akan menjadi debu sehingga tidak dapat diproses selanjutnya. Output proses ini dinamakan dry ore. Rotary dryer (unit 1) merupakan suatu tanur silinder yang berputar dengan panjang 30 m, diameter 3,2, dan kemiringan 3 o. Alat ini beroperasi pada temperature 600 o C selama 30 menit. Pengeringan bijih diakibatkan oleh terjadinya kontak langsung dengan panas dari burner yang terletak sebelum rotary dryer sehingga terjadi aliran panas searah (cocurrent) dengan aliran masuk ore. Bahan bakar yang digunakan untuk menyalakan burner adalah puvurized coal dan bahan bakar minyak. Pulvurized coal merupakan batubara yang diolah melalui coal firing dan di screening dengan ukuran ±95mesh. Batu bara yang oversize akan di grinding dan di saring oleh bag fiter kemudian ditransportasikan sebagai pulverized coal. Sedangkan bahan bakar minyak yang digunakan dapat berupa IDO (industry diesel oil) dan MFO (marine fuel oil). MOHAMMAD IQBAL

33 Gambar 3.4 Rotary Dryer FeNi Ore sizing Dry ore akan menuju vibrating screener atau rifle flow screener (RFS). Material oversize akan masuk ke IB (Impeller Breaker) untuk di crushing kemudian jatuh ke belt conveyor yang sama dengan material undersizenya ( 30 mm). Penentuan ukuran conditioned ore tersebut dikarenakan kadar LOI yang ada pada ore lebih mudah tereduksi pada proses selanjutnya. Conditioned ore ini akan ditransportasikan oleh belt conveyor (two way chute), satu menuju poidmeter untuk ditampung di dalam bin dan satu lagi menuju ke gudang untuk penampungan. MOHAMMAD IQBAL

34 Gambar 3.5 Rifle Flow Screener Gambar 3.6 Impeller Breaker MOHAMMAD IQBAL

35 Ni Co Fe Fe/Ni SiO2 CaO MgO Basicity 2,31 0,04 14,74 6,38 42,37 1,05 22,12 0,54 Tabel 3.2. Komposisi conditioned ore Ore Mixing Bahan yang digunakan untuk ore mixing antara lain conditioned ore, pellet, batubara (coal), dan batu kapur (limestone). Namun batu kapur disini hanya digunakan untuk Fe-Ni Plant I, yaitu kesesuaian dengan jenis alat peleburan yang digunakan. Bahan ore mixing tersebut ditransportasikan melalui belt conveyor, masuk ke shuttle conveyor, dan masuk ke dalam bin. Setiap bahan mixing ore ditampung dalam bin yang masing-masing berkapasitas 12 ton. Bin tersebut terdiri dari 4 bin conditioned ore, sedangkan coal dan anthrasite (sudah tidak digunakan) masing-masing memiliki 1 bin. Tiga buah bin conditioned ore digunakan sebagai tempat untuk bahan mixing ore dan satu buah bin sebagai tempat untuk bahan campuran pellet. Bin tersebut memiliki saringan untuk memisahkan fine ore untuk dibawa sebagai binder ke unit pelletizer, sedangkan ore yang oversize akan langsung menuju belt conveyor untuk dicampur dengan ore yang berasal dari 3 bin lainnya ditambah dengan betubara. Material dalam bin tersebut akan ditimbang secara otomatis dengan poid meter (constant feed weigher) dengan setting yang telah ditentukan sehingga didapatkan pebandingan yang tepat. Campuran material- material tersebut merupakan ore mixing yang akan diproses kalsinasi pada rotary kiln. Adapun rasio dari batubara terhadap conditioned ore juga memerlukan perhatian khusus. Sebagai gambaran, untuk kondisi saat ini, debit batubara yang masuk untuk dicampurkan adalah berkisar ± 3 ton/jam dengan debit conditioned ore sebanyak ± 70 ton/jam. Jadi rasio Conditioned Ore :Batubara : 140 :6 Pelletizing MOHAMMAD IQBAL

36 Proses pada Rotary Dryer dan Rotary Kiln akan menghasilkan gas buang dengan debu yang masih mengandung nikel. Debu tersebut akan dihisap oleh exhaust fan menuju cyclone sehingga debu dengan ukuran halus terpisah dari debu kasar. Debu kasar tersebut masuk ke Electrostatic Precipitator (EP) dimana debu dipisahkan dari gas-gas hasil proses. Gas akan dialirkan keluar melalui cerobong sedangkan debu akan dimasukkan ke dalam dust bin untuk di masukkan ke dalam unit pelletizer. Temperatur dari debu merupakan parameter penting yang harus dikontrol sebab apabila terlalu tinggi ( > 200 o C), debu panas dapat merusak EP dan menyebabkan ledakan.bahan pembuatan pellet antara lain debu hasil rotary dryer dan rotary kiln dicampur dengan binder (pengikat) yaitu fine ore dan air. Setiap bahan campuran pellet ditransportasikan dengan belt conveyor menuju pelletizer. Adapun pellet yang dihasilkan diharapkan memliki ukuran antara mm dengan MC < 24%. Gambar 3.7. Pelletizer. MOHAMMAD IQBAL

37 Kalsinasi Conditioned ore yang telah dicampur dengan batubara kemudian akan mengalami proses kalsinasi pada rotary kiln (RK). RK (unit 2) memiliki panjang 90 meter dengan diameter 4 meter dan kemiringan 2 o. Dengan heavy oil burner, ore dapat dikalsinasi sebanyak 55 ton/jam pada temperature 900 o C selama tiga jam. Ore beserta bahan campuran hasil proses ini disebut calcined ore yang kemudian ditampung di dalam surge hopper untuk dituang ke container untuk proses peleburan. Output dari proses ini adalah calcined ore dengan kadar LOI < 1% dan kadar C < 2%. Conditioned ore terdiri dari 22% moisture content dan 10% - 12% air kristal dalam bentuk serpentine (3MgO.2SiO2.2H2O) dan beberapa goethite (Fe2O.H2O).Proses kalsinasi tersebut bertujuan untuk menghilangkan moisture content (MC) dan kadar air Kristal atau lost on ignition (LOI) hingga <1%. Jika masih terdapat LOI pada ore, maka saat peleburan akan terjadi ledakan-ledakan (boiling) akibat terjadinya penguapan air yang berlebihan. Pemanasan pada RK dihasilkan oleh burner yang terpasang pada ujung pengeluaran. Aliran pemanasan berlangsung secara counter current, yaitu berlawanan dengan arah aliran masuk material sehingga gradient suhu cenderung meningkat menuju titik terpanas. Adapun di dalam kiln, ore akan melalui beberapa tahapan sebagai berikut: Drying Zone: Pada tahapan ini, semua moisture sudah hilang. Adapun proses ini berlangsung di daerah charging kiln dengan Temperatur dikontrol pada kisaran C (sasaran mutu). Pre Heating Zone: Pada tahapan ini, sebagian air kristal sudah mulai menghilang. Adapun proses ini berlangsung di bagian tengah dari kiln dengan Temperatur dikontrol pada kisaran C. Calcining Zone: Pada tahapan ini, air kristal sudah menghilang. Adapun proses ini berlangsung di daerah discharge kiln dengan Temperatur dikontrol pada kisaran MOHAMMAD IQBAL

38 C. Pada tahap ini juga terjadi proses pre-reduction dimana batubara berfungsi sebagai reduktor. Sedangkan pada FENI Plant I, penambahan batu kapur berfungsi untuk mengatur basicity karena dinding RK memiliki refraktori berupa Magnesia Brick (MgO) denganketebalan ± 20 cm sehingga proses pengikisan refraktori dapat dicegah. Reaksi reduksi yang terjadi adalah reaksi reduksi tidak langsung, yaitu reduksi tidak dilakukan oleh carbon secara langsung, tetapi dilakukan oleh gas CO yang merupakan hasil reaksi carbon dengan udara panas (O2). Gas CO tersebut akan mereduksi 20% NiO dalam ore menjadi Ni dan Fe2O3 menjadi FeO sebanyak 80%. Selain itu, dinyatakan pula bahwa 8% fixed carbon (FC) ikut terbakar di dalam RK. Berikut ini merupakan reaksi yang terjadi di dalam RK: Fe2O3.H2O Fe2O3 + H2O 3MgO.2SiO2.H2O 3 MgO + 2SiO2 + 2H2O C + ½ O2 CO NiO + CO Ni + CO2 Fe2O3 + CO FeO + CO2 MgCO3 MgO + CO2 2C + O2 2CO C + CO2 2CO Variable proses yang harus dijaga pada tahap ini adalah temperatur proses dalam kiln. Jika temperatur terlalu rendah, maka kadar LOI dalam ore akan tinggi. Sedangkan jika temperatur terlalu tinggi, maka akan terjadi superheating yang menyebabkan terbentuknya clinker (terak) di dinding dalam kiln Selain itu, variable yang perlu diperhatikan adalah fullness dan retention time dari material selama dalam kiln. Fullness adalah derajat ore dalam memenuhi satu ruangan dalam kiln dan retention time adalah waktu yang dibutuhkan oleh ore untuk melalui seluruh tahapan proses dalam. Jika fullness dari material terlalu tinggi, maka panas dari burnerkemungkinan besar tidak menyapu rata seluruh ore (panas MOHAMMAD IQBAL

39 tidak homogen). Sedangkan jika fullness dari material terlalu rendah, maka potensi terjadinya clinker juga semakin meningkat. Jika retention time terlalu lama, material terancam mengalami overheat yang dapat menyebabkan clinker, sementara apabila retention time terlalu rendah, kemungkinan besar panas tidak tersebar merata dalam ore yang menyebabkan MC dari calcined ore terlalu tinggi. Sistem pengoperasian rotary kiln menggunakan distributed control system (DCS) dengan meja kendali yang dioperasikan operator melalui layar monitor. Sistem software ini secara umum terdiri dari pengaturan laju umpan, pengaturan system pemanasan, pengaturan kecepatan putar RK, dan pengaturan tekanan gas. Gambar 3.8 Rotary Kiln Peleburan Proses peleburan adalah proses saat kalsin dari proses kalsinasi pada rotary kiln diolah dalam tanur listrik untuk memisahkan crude FeNi dengan slag melalui proses reduksi. Proses ini dibagi menjadi dua bagian yaitu transportasi kalsin dan proses peleburan. Sebelumnya akan dibahas mengenai electric smelting furnace Tahap Peleburan Setelah dari proses kalsinasi di rotary kiln, calcin ore diolah lagi dalam tanur listrik untuk memisahkan crude FeNi dengan slag melalui proses reduksi. MOHAMMAD IQBAL

40 kalsin ore mempunyai temperatur sekitar 7000 C. Peralatan yang terdapat pada suatu furnace sebagai berikut: Badan furnace Spesifikasi Diameter kerangka 15,0 m Berat kerangka 5,6 m Kedalaman kerangka 25 mm (bottom plate) ; 22 mm (side Lining Magnesian nature, carbonic nature Metal tap hole 1 posisi, magnesia brick Slag tap hole Thermocouple 2 posisi, water cooling monkey piece 3 buah made (samping) of pure ; 6 copper buah (bawah) Wake Up tip of the 1 buah furnace Tabel 3.3. Spesifikasi Badan Furnace dan Lining Power Supply untuk furnace Untuk melebur suatu ore dalam hal ini bijih nikel, maka diperlukan tenaga listrik yang besar. Pada tiap-tiap unit memiliki suplai tenaga yang berbeda-beda akibat adanya moderinisasi furnace itu sendiri. Furnace unit I disuplai tenaga listrik sebesar 17 MVA, furnace unit II dan III disuplai tenaga sebesar 40 MVA. Elektroda Jenis Diameter elektroda Spesifikasi 1500 mm Sorderberg System Self baking electrodes MOHAMMAD IQBAL

41 H Lifting distance a Distance l between the center - of the electrodes Tips h of electrode cupper pipes a Secondary T cupper pipes clamps a b Pressure rings l T Mantles T T Suspension frames a b Skirt plates e l Tightening frames 1100 mm (closed) ; 1500 mm (full stroke) 4000 mm untuk 3 elektroda 50/30 mm 20 buah per elektroda 10 per elektroda buah untuk 3 elektroda untuk 3 elektroda untuk 3 elektroda, dengan system pendingin air untuk 3 elektroda 3 untuk 3 elektroda, Double rubber Friction band. membrane type Electrode 4 case 1500 x 1,5 m. Spesifikasi Sistem Elektroda l yang utama dari elektroda untuk tanur peleburan yaitu peralatan badan elektroda, slipping system dan suspensi. Berikut ini salah satu spesifikasi dari peralatan badan elektroda yang digunakan untuk furnace. Furnace gas exhaust & smoke exhaust Jenis Spesifikasi MOHAMMAD IQBAL

42 Gas exhausting pipe 2 pipa, diameter 850 mm dengan sistem pendingin air. Ejector fan (4 th floor) 750 mm 3 /min ; 200 mmag ; 55 KW 2 unit 0,74 KW 2 unit Tabel 3.5. Spesifikasi Exhaust Gas Furnace Raw material charging (Chute) Sistem pendiginan (cooling system) Salah satu contohnya sebagai berikut : Jenis Spesifikasi e bootom air cooling fan 700 m3/min ; 30 mmaq ; 11 KW - 3 unit Bus bar air cooling fan 210 m3/min ; 50 mmaq ; 3,7 KW - 3 Electrode cylinder air cooling fan Tabel 3.6. Spesifikasi Air Cooling unit 50 m3/min ; 50 mmaq ; 1,5 KW - 3 unit untuk unit II dan III menggunakan Hatch Copper Cooler System, yang terdiri dari : - plate cooler (3 24 buah) - waffle cooler - flanker cooler (4 buah) - fin cooler - skew cooler - metal & slag tap block Furnace Cover Lantai dasar dari furnace menggunakan magnesia brick yang akan dilapisi oleh tar dolomite. MOHAMMAD IQBAL

43 Jenis Quality of bricks Stufing box Inspection hole Inspection hatch Materials changing hole Spesifikasi Al2O3 60% (center) ; 40% (edge) Electrode Al2O3 60% penetrating, (center) ; 40% water (edge) cooled sleeve, Gas seal 3 buah 355 mm ; 27 holes Water cooled jacket, Inside lines castor, Motor chain block. 24 holes Gas exhausting hole Furnace center inspection hole 2 holes 1 hole Tabel 3.7. Spesifikasi peralatan furnace cover Kapasitas dari suatu dapur peleburan dapat dihitung sebagai berikut : Load x load_ factorx nickel di _poidmeter x yield x hour Power consumption Contoh : Untuk FeNi I, Load sebanyak 18 MW dengan load factor 95 %, nikel pada poidmeter 2,3% berproduksi selama 24 jam dengan power consumption 250, maka kapasitas tanur I adalah : = Load x load factorx nickel di poidmeter x yield x hour Power consumption = x 0,95 x 2,3 x 90 x = 15,45 ton Ni/hari (± 5 ladle jika per ladle-nya 3 ton Ni) Sedangkan untuk FeNi II, perbedaanya pada load yaitu sebesar 22 MW, dengan load factor 98 %maka kapasitas tanur II sebesar 19,47 ton Ni/hari MOHAMMAD IQBAL

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly Ash dengan Proses Kering Oleh : Palupi Nisa 230 030 04 Hikmatul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan kepada manusia. Sumber daya alam juga menjadi salah satu modal utama

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan kepada manusia. Sumber daya alam juga menjadi salah satu modal utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan nikmat yang sangat besar dan berharga dari Tuhan kepada manusia. Sumber daya alam juga menjadi salah satu modal utama dalam pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang perindustrian. Salah satu konsumsi nikel yang paling besar adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bidang perindustrian. Salah satu konsumsi nikel yang paling besar adalah sebagai BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nikel merupakan salah satu bahan penting yang banyak dibutuhkan dalam bidang perindustrian. Salah satu konsumsi nikel yang paling besar adalah sebagai bahan baku pembuatan

Lebih terperinci

MODUL 4 PEMBUATAN LOGAM FERRO NIKEL

MODUL 4 PEMBUATAN LOGAM FERRO NIKEL MODUL 4 PEMBUATAN LOGAM FERRO NIKEL Materi ini membahas tentang proses pembuatan logam ferro nikel dipertambangan terbuka. Tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan peranan

Lebih terperinci

PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA

PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA Muhammad Yaasiin Salam 1306368394 DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2015 A. POTENSI BIJI BESI DI INDONESIA

Lebih terperinci

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN KESNI SAVITRI 0807121210 1. ALAT UTAMA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS RIAU 2010 2. BLENDING SILO ( Pencampuran dan Homogenisasi)

Lebih terperinci

Bab III CUT Pilot Plant

Bab III CUT Pilot Plant Bab III CUT Pilot Plant 3.1 Sistem CUT Pilot Plant Skema proses CUT Pilot Plant secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa sistem CUT dibagi menjadi beberapa

Lebih terperinci

KAJIAN NERACA POSFOR DAN STUDI KEMUNGKINAN UNTUK MELAKUKAN PROSES DEPOSFORISASI DI LADLE PADA PABRIK PELEBURAN FERRONIKEL PT ANTAM TBK

KAJIAN NERACA POSFOR DAN STUDI KEMUNGKINAN UNTUK MELAKUKAN PROSES DEPOSFORISASI DI LADLE PADA PABRIK PELEBURAN FERRONIKEL PT ANTAM TBK KAJIAN NERACA POSFOR DAN STUDI KEMUNGKINAN UNTUK MELAKUKAN PROSES DEPOSFORISASI DI LADLE PADA PABRIK PELEBURAN FERRONIKEL PT ANTAM TBK Zulfiadi Zulhan 2), Tri Hartono 1), Faisal Alkadrie 1), Sunara Purwadaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Industri besi baja merupakan basic industry yang merupakan penopang pembangunan suatu bangsa. Dari tahun ke tahun tingkat produksi baja dunia terus mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Tahun 1968, dengan nama Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang, dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Tahun 1968, dengan nama Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang, dan 38 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 SEJARAH PERUSAHAAN 4.1.1 Sejarah PT Antam, Tbk Perusahaan Perseroan (Persero) PT Aneka Tambang Tbk ( Perusahaan ) didirikan pada tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses

BAB I PENDAHULUAN. Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses peleburan logam. Slag berupa residu atau limbah, wujudnya berupa gumpalan logam, berkualitas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2014 KEMENESDM. Peningkatan. Nilai Tambah. Mineral. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK GLOSSARY GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK Ash Handling Adalah penanganan bahan sisa pembakaran dan terutama abu dasar yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI..... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i ii iii iv vi xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 ALAT DAN BAHAN Pada penelitian ini alat-alat yang digunakan meliputi: 1. Lemari oven. 2. Pulverizing (alat penggerus). 3. Spatula/sendok. 4. Timbangan. 5. Kaca arloji

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dicapai semaksimal mungkin maka perusahaan akan melakukan berbagai usaha untuk

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dicapai semaksimal mungkin maka perusahaan akan melakukan berbagai usaha untuk 54 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PT. Antam Tbk merupakan produsen dan sekaligus distributor yang melakukan pendistribusian dan penjualan Nikel. Dalam kegiatan pemasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kolaka merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tenggara yang berada di wilayah pesisir dan memiliki potensi sumberdaya pesisir laut sangat

Lebih terperinci

INTRODUCTION. oksigen dalam bijih besi. Secara tradisional dinamakan blomery, dimana pada

INTRODUCTION. oksigen dalam bijih besi. Secara tradisional dinamakan blomery, dimana pada INTRODUCTION Prinsip dasar pemurnian besi adalah menghilangkan kandungan oksigen dalam bijih besi. Secara tradisional dinamakan blomery, dimana pada proses ini bijih besi dibakar dengan charcoal yang banyak

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

ANALISA KINETIKA REAKSI PROSES REDUKSI LANGSUNG BIJIH BESI LATERIT SKRIPSI. Oleh Rosoebaktian Simarmata

ANALISA KINETIKA REAKSI PROSES REDUKSI LANGSUNG BIJIH BESI LATERIT SKRIPSI. Oleh Rosoebaktian Simarmata ANALISA KINETIKA REAKSI PROSES REDUKSI LANGSUNG BIJIH BESI LATERIT SKRIPSI Oleh Rosoebaktian Simarmata 04 04 04 06 58 DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GANJIL

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang mempunyai sumber daya alam yang sangat besar, Indonesia mempunyai kesempatan untuk mengembangkan segala potensi yang ada yang seyogyanya

Lebih terperinci

PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES

PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES PT Semen Padang: Studi Kasus Perusahaan PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN PT. Semen Padang didirikan pada tahun 1910 dan merupakan pabrik semen tertua di Indonesia. Pabrik berlokasi di Indarung, Padang,

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA 2.1. Peningkatan Kualitas Batubara Berdasarkan peringkatnya, batubara dapat diklasifikasikan menjadi batubara peringkat rendah (low rank coal) dan batubara

Lebih terperinci

Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering. Oleh : Lailatus Sa adah ( ) Sunu Ria P. ( )

Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering. Oleh : Lailatus Sa adah ( ) Sunu Ria P. ( ) Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering Oleh : Lailatus Sa adah (2308 030 025) Sunu Ria P. (2308 030 035) Latar Belakang Peneliti Jepang Abu Sampah Semen Pabrik Ekosemen di Indonesia Pabrik

Lebih terperinci

Study Proses Reduksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi

Study Proses Reduksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi LOGO Study Proses Reduksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi Nur Rosid Aminudin 2708 100 012 Dosen Pembimbing: Dr. Sungging Pintowantoro,ST.,MT Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-xxxx Print) 1 PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER Girindra Abhilasa dan Sungging

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC Penulis: Datin Fatia Umar dan Bukin Daulay Batubara merupakan energi yang cukup andal untuk menambah pasokan bahan bakar minyak mengingat cadangannya yang cukup besar. Dalam perkembangannya, batubara diharapkan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 4 No. 2 Februari 2012

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 4 No. 2 Februari 2012 OPTIMALISASI PEMANFAATAN BIJIH NIKEL KADAR RENDAH DENGAN METODE BLENDING DI PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA Musnajam 1 1 Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas 19 November Kolaka, Sulawesi Tenggara Masuk:

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Stirena Tangki Air Tangki Asam Klorida Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan air Menyimpan bahan baku stirena monomer proses untuk 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pengolahan konsentrat tembaga menjadi tembaga blister di PT. Smelting dilakukan menggunakan proses Mitsubishi. Setelah melalui tiga tahapan proses secara sinambung,

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent No.1535, 2014. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN LH. Sumber Tidak Bergerak. Usaha. Pertambangan. Baku Mutu Emisi. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BAKU

Lebih terperinci

Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi

Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi Anton Irawan, Ristina Puspa dan Riska Mekawati *) Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nikel merupakan logam berwarna perak keputihan yang mempunyai kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Nikel merupakan logam berwarna perak keputihan yang mempunyai kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mineral logam merupakan kekayaan alam tak terbarukan yang mempunyai peranan penting sebagai penopang perekonomian Indonesia. Salah satu mineral logam yang banyak dimanfaatkan

Lebih terperinci

Penambangan Bijih Nikel di Pomalaa

Penambangan Bijih Nikel di Pomalaa Penambangan Bijih Nikel di Pomalaa Segmen usaha nikel ANTAM terdiri dari komoditas feronikel dan bijih nikel, yang dihasilkan dari tambang-tambang nikel di Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara serta pabrikpabrik

Lebih terperinci

Perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur besi baja ini sudah banyak menghasilkan produk seperti kawat baja, plat baja, maupun baja

Perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur besi baja ini sudah banyak menghasilkan produk seperti kawat baja, plat baja, maupun baja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Negara yang berkembang, Indonesia berusaha keras dalam memajukan sektor perindustrian agar dapat bersaing dengan Negara lain di dunia Internasional, terutama

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat 81 BAB V PEMBAHASAN Pada pengujian kualitas batubara di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, menggunakan conto batubara yang diambil setiap ada pengiriman dari pabrik. Conto diambil sebanyak satu sampel

Lebih terperinci

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2017 KEMEN-ESDM. Nilai Tambah Mineral. Peningkatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sumberdaya alam yang melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang melimpah adalah batubara. Cadangan batubara

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik metil tersier butil eter adalah unit

Lebih terperinci

BAB 3 INDUSTRI BESI DAN BAJA

BAB 3 INDUSTRI BESI DAN BAJA BAB 3 INDUSTRI BESI DAN BAJA Pengantar Besi (Fe) merupakan salah satu logam yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan manusia, terlebih-lebih di zaman modern seperti sekarang. Kelimpahannya

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SEMEN PADANG EFISIENSI PANAS PADA KILN UNIT INDARUNG IV

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SEMEN PADANG EFISIENSI PANAS PADA KILN UNIT INDARUNG IV LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SEMEN PADANG EFISIENSI PANAS PADA KILN UNIT INDARUNG IV Dibuat Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Syarat Yang Diperlukan Pada Kurikulum Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian Permasalahan industri Kandungan unsur Pb yang tinggi dalam tembaga blister Studi literatur Perilaku unsur timbal dalam tanur anoda Perilaku

Lebih terperinci

TECHNOLOGY NEED ASSESMENT

TECHNOLOGY NEED ASSESMENT 1. PENINGKATAN FAKTOR DAYA MENGGUNAKAN KAPASITOR BANK Peningkatan faktor daya menggunakan kapasitor bank akan menurunkan pemakaian daya listrik sehingga efisiensi pemakaian energi dalam proses peleburan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan bermotor merupakan salah satu alat yang memerlukan mesin sebagai penggerak mulanya, mesin ini sendiri pada umumnya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri adalah baja tahan karat (stainless steel). Bila kita lihat di sekeliling kita

BAB I PENDAHULUAN. industri adalah baja tahan karat (stainless steel). Bila kita lihat di sekeliling kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan yang signifikan pada industri dunia, diantaranya industri otomotif, konstruksi, elektronik dan industri lainnya pada beberapa dasawarsa terakhir

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan suatu negara yang sangat subur dan kaya akan hasil pertanian serta perikanannya, selain hal tersebut Indonesia memiliki aset

Lebih terperinci

LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS)

LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS) LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS) LOGAM BUKAN - BESI ( NONFERROUS ) Kurang lebih 20% dari logam yang diolah menjadi produk industri merupakan logam bukan besi. Indonesia merupakan negara penghasil bukan besi

Lebih terperinci

PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH

PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH Dibuat untuk memenuhi persyaratan permohonan Kerja Praktek di PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. Plant Cilacap Jawa Tengah Oleh: AHMAD

Lebih terperinci

RECOVERY NIKEL DARI BIJIH LIMONITE TEREDUKSI OLEH LEACHING AMONIUM BIKARBONAT SKRIPSI

RECOVERY NIKEL DARI BIJIH LIMONITE TEREDUKSI OLEH LEACHING AMONIUM BIKARBONAT SKRIPSI RECOVERY NIKEL DARI BIJIH LIMONITE TEREDUKSI OLEH LEACHING AMONIUM BIKARBONAT SKRIPSI Oleh SUGANTA HANDARU S 04 04 04 0682 DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI & MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP

Lebih terperinci

1. Fabrikasi Struktur Baja

1. Fabrikasi Struktur Baja 1. Fabrikasi Struktur Baja Pengertian proses fabrikasi komponen struktur baja secara umum adalahsuatu proses pembuatan komponen-komponen struktur baja dari bahanprofil baja dan atau plat baja. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI Waste-to-energy (WTE) merupakan konsep pemanfaatan sampah menjadi sumber energi. Teknologi WTE itu sendiri sudah dikenal di dunia sejak

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KONSUMSI ENERGI ROTARY KILN #1 PADA PROSES PENGOLAHAN NIKEL KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN

ANALISIS KONSUMSI ENERGI ROTARY KILN #1 PADA PROSES PENGOLAHAN NIKEL KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN ANALISIS KONSUMSI ENERGI ROTARY KILN #1 PADA PROSES PENGOLAHAN NIKEL KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN Yusfaldin 1, Sri Widodo 2, Nurliah Jafar 1* 1. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Muslim

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida dari Bauksit dengan Proses Bayer Kapasitas Ton / Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida dari Bauksit dengan Proses Bayer Kapasitas Ton / Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 74 3.1. Size Reduction 1. Crusher 01 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES Kode : SR-01 : Mengecilkan ukuran partikel 50 mm menjadi 6,25 mm : Cone Crusher Nordberg HP 500 : 2 alat (m) : 2,73 Tinggi (m)

Lebih terperinci

SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA

SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA Oleh : Ika Monika Nining Sudini Ningrum Bambang Margono Fahmi Sulistiyo Dedi Yaskuri Astuti Rahayu Tati Hernawati PUSLITBANG

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Laporan Praktikum Proses Pemisahan & Pemurnian Dosen Pembimbing : Ir. Ahmad Rifandi, MSc 2 A TKPB Kelompok

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. 3.1 Tempat Penelitian Seluruh kegiatan dilakukan di Laboratorium pengembangan keramik Balai Besar Keramik, untuk

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS TON / TAHUN

TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS TON / TAHUN XECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS 100.000 TON / TAHUN Oleh: Dewi Riana Sari 21030110151042 Anggun Pangesti P. P. 21030110151114

Lebih terperinci

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN 5.1. Pengolahan Bahan Galian Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya

Lebih terperinci

Stockpile Management berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses.

Stockpile Management berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses. Pemantauan dampak lingkungan pada tempat penumpukan batubara (stockpile) dimaksudkan untuk melakukan pengkajian lingkungan akibat adanya dampak yang timbul dengan keberadaan dan kegiatan operasional penumpukan

Lebih terperinci

PENGERINGAN REMPAH-REMPAH MENGGUNAKAN ALAT ROTARY DRYER

PENGERINGAN REMPAH-REMPAH MENGGUNAKAN ALAT ROTARY DRYER LAPORAN TUGAS AKHIR PENGERINGAN REMPAH-REMPAH MENGGUNAKAN ALAT ROTARY DRYER Determining the Rate of Drying Spices on the Rotary Dryer Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan mesin pada awalnya bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa II. DESKRIPSI PROSES A. Macam - Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

PABRIK PUPUK KALIUM SULFAT DENGAN PROSES DEKOMPOSISI KALSIUM SULFAT DAN KALIUM KLORIDA DENGAN MENGGUNAKAN KRISTALIZER SINGLE STAGE Disusun oleh :

PABRIK PUPUK KALIUM SULFAT DENGAN PROSES DEKOMPOSISI KALSIUM SULFAT DAN KALIUM KLORIDA DENGAN MENGGUNAKAN KRISTALIZER SINGLE STAGE Disusun oleh : SIDANG TUGAS AKHIR 2013 PABRIK PUPUK KALIUM SULFAT DENGAN PROSES DEKOMPOSISI KALSIUM SULFAT DAN KALIUM KLORIDA DENGAN MENGGUNAKAN KRISTALIZER SINGLE STAGE Disusun oleh : Evi Dwi Ertanti 2310 030 011 Fitria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batubara menjadi semakin meningkat. Hal ini terjadi karena batubara merupakan

BAB I PENDAHULUAN. batubara menjadi semakin meningkat. Hal ini terjadi karena batubara merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama dekade terakhir, industri pertambangan batubara menjadi primadona di bidang industri pertambangan. Sejalan dengan terjadinya peningkatan kebutuhan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan pada mesin boiler satu burner dengan dua bahan bakar natural gas dan solar bekapasitas

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci

Pabrik Silika dari Fly Ash Batu Bara dengan Proses Presipitasi

Pabrik Silika dari Fly Ash Batu Bara dengan Proses Presipitasi Pabrik Silika dari Fly Ash Batu Bara dengan Proses Presipitasi Disusun oleh : Dina Febriarista 2310 030 015 Fixalis Oktafia 2310 030 085 Dosen Pembimbing : Ir. Imam Syafril, MT 19570819 198601 1 001 Pemanfaatan

Lebih terperinci

Nama Kelompok. 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi. dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT

Nama Kelompok. 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi. dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT Nama Kelompok 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT Masyarakat Kebutuhan Pasar bisnis properti Bencana Alam Lumpur Lapindo Bahan baku yang belum termanfaatkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mencegah terjadinya pencemaran udara dari jenis-jenis kegiatan sumber tidak bergerak perlu dilakukan upaya pengendalian pencemaran udara dengan

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS 230000 TON PER TAHUN Oleh: ISNANI SA DIYAH L2C 008 064 MUHAMAD ZAINUDIN L2C

Lebih terperinci

Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG)

Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG) Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG) PT. SEMEN PADANG 2013 0 KATEGORI: Gedung Industri Special Submission NAMA

Lebih terperinci

STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO IGA A RI H IMANDO 2710 100 114 D O SEN P E MBIMBING SUNGGING P INTOWA N T ORO,

Lebih terperinci

1. Bagian Utama Boiler

1. Bagian Utama Boiler 1. Bagian Utama Boiler Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya: 1. Furnace Komponen ini merupakan tempat pembakaran

Lebih terperinci

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri LATAR BELAKANG 1. Selama ini beberapa komoditas mineral (a.l. Nikel, bauksit, bijih besi dan pasir besi serta mangan) sebagian besar dijual ke luar

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk mencegah

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Debu Tanur Pembakaran Laterit Nikel (Raw Gas) Sebagai Adsorben Untuk Meningkatkan Mutu Minyak Kelapa Nohong *)

Pemanfaatan Limbah Debu Tanur Pembakaran Laterit Nikel (Raw Gas) Sebagai Adsorben Untuk Meningkatkan Mutu Minyak Kelapa Nohong *) Pemanfaatan Limbah Debu Tanur Pembakaran Laterit Nikel (Raw Gas) Sebagai Adsorben Untuk Meningkatkan Mutu Minyak Kelapa Nohong *) Ringkasan Telah dilakukan penelitian mengenai kemungkinan penggunaan debu

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1. PLTU Muara Karang. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai Teluk Jakarta, di Muara Karang. Kapasitas terpasang total PLTU Muara Karang sebesar

Lebih terperinci

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin

Lebih terperinci

UJI COBA PROSES REDUKSI BIJIH BESI LOKAL MENGGUNAKAN ROTARY KILN

UJI COBA PROSES REDUKSI BIJIH BESI LOKAL MENGGUNAKAN ROTARY KILN SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 5 (2), 2013 ISSN :

J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 5 (2), 2013 ISSN : Abstrak Pembuatan Operator Training Simulator Unit Smelter pada Pabrik Pemurnian Tembaga Menggunakan Fasilitas Pemrograman Function Block Distributed Control System Widya Prapti Pratiwi, Estiyanti Ekawati

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat PT Purna Baja Heckett Cilegon

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat PT Purna Baja Heckett Cilegon BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PT Purna Baja Heckett Cilegon Pada awalnya PT Krakatau Steel Cilegon dalam upaya pengadaan bahan baku berupa scrap dan pembersihan sisa sisa hasil produksinya

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES digilib.uns.ac.id BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 3.1. Spesifikasi Alat Utama 3.1.1 Mixer (NH 4 ) 2 SO 4 Kode : (M-01) : Tempat mencampurkan Ammonium Sulfate dengan air : Silinder vertical dengan head

Lebih terperinci

PEMBUATAN NICKEL PIG IRON (NPI) DARI BIJIH NIKEL LATERIT INDONESIA MENGGUNAKAN MINI BLAST FURNACE

PEMBUATAN NICKEL PIG IRON (NPI) DARI BIJIH NIKEL LATERIT INDONESIA MENGGUNAKAN MINI BLAST FURNACE MT-66 0404: Widi Astuti dkk. PEMBUATAN NICKEL PIG IRON (NPI) DARI BIJIH NIKEL LATERIT INDONESIA MENGGUNAKAN MINI BLAST FURNACE Widi Astuti 1) Zulfiadi Zulhan 2) Achmad Shofi 1) Kusno Isnugroho 1) Fajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja tahan karat Austenitic stainless steel (seri 300) merupakan kelompok material teknik yang sangat penting yang telah digunakan luas dalam berbagai lingkungan industri,

Lebih terperinci

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. MAKALAH SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. Kelas : XI. OTOMOTIF Tahun Ajaran : 2013/2014 SMK Negeri 5 Balikpapan Pendahuluan Kerja

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN Untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas pada kondisi struktur mikro dan sifat kekerasan pada paduan Fe-Ni-Al dengan beberapa variasi komposisi, dilakukan serangkaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN EFESIENSI CFB BOILER TERHADAP KEHILANGAN PANAS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN EFESIENSI CFB BOILER TERHADAP KEHILANGAN PANAS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN EFESIENSI CFB BOILER TERHADAP KEHILANGAN PANAS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP 4.1 Analisis dan Pembahasan Kinerja boiler mempunyai parameter seperti efisiensi dan rasio

Lebih terperinci

Nabila Dyah Anggraini (11/312797/TK/37649) 1 Devi Swasti Prabasiwi (11/319052/TK/38187)

Nabila Dyah Anggraini (11/312797/TK/37649) 1 Devi Swasti Prabasiwi (11/319052/TK/38187) BAB I PENGANTAR I.1. Latar Belakang Aluminium merupakan salah satu elemen logam yang paling melimpah keberadaannya. Secara kuantitas, aluminium menduduki urutan ketiga elemen terbanyak di bumi, di bawah

Lebih terperinci

1. Baja dan Paduannya 1.1 Proses Pembuatan Baja

1. Baja dan Paduannya 1.1 Proses Pembuatan Baja 1. Baja dan Paduannya 1.1 Proses Pembuatan Baja Pembuatan Baja diawali dengan membuat besi kasar (pig iron) di dapur tinggi (blast furnace) di Gbr.1.1 Besi oksida (umumnya, Hematite Fe 2 O 3 atau Magnetite,

Lebih terperinci

BAB III. KONDISI UMUM PT. INCO SOROWAKO

BAB III. KONDISI UMUM PT. INCO SOROWAKO 11 BAB III. KONDISI UMUM PT. INCO SOROWAKO 3.1. Letak Daerah Penelitian Sorowako merupakan daerah yang dikelilingi oleh tiga buah danau, yaitu Danau Matano, Danau Towuti dan Danau Mahalona. Sorowako terletak

Lebih terperinci

PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR

PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR Muhammad Ikhwanul Hakim 1,a, Andinnie Juniarsih 1, Iwan Setiawan 2 1 Jurusan Teknik Metalurgi,

Lebih terperinci

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Lokasi pabrik perlu ditentukan dengan tepat agar dapat memberikan keuntungan, baik secara teknis maupun ekonomis. Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan

Lebih terperinci