PERAN HUKUM TUA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DI BIDANG PEMBANGUNAN (Suatu Studi Di Desa Pakuure Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan)
|
|
- Yandi Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERAN HUKUM TUA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DI BIDANG PEMBANGUNAN (Suatu Studi Di Desa Pakuure Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan) Oleh : Meyer Kenedi Egeten ABSTRAKSI Pembangunan desa merupakan sarana menuju kesejahtraan masyarakat desa. Dalam meningkatkan pembangunan desa banyak bergantung pada kemampuan pemerintah desa khususnya peranan Kepala desa atau sebutan lainya, yang di daerah Minahasa lebih di kenal dengan sebutan Hukum Tua. Hukum Tua adalah aktor yang menjalankan atau yang memimpin penyelenggaran pemerintahan desa merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan pembangunan desa, maupun dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat desa untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan desa. Dengan melibatkan dan memberi kepercayaan kepada masyarakat dalam menetukan proses pembangunan yang didasari oleh keputusan yang diambil masyarakat itu sendiri, maka program tersebut akan lebih relevan dan lebih menyentuh permasalahan dan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat, karena perlu diingat bahwa masyarakatlah yang lebih tau apa yang mereka butuhkan, sehingga pembangunan yang dilakukan dengan melibatkan masyarakat secara umum hasilnya akan lebih tepat sasaran dan dengan sendirinya menumbuhkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki masyarakat terhadap pembangunan. Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat, dan Swadaya Masyarakat PENDAHULUAN Dalam pembangunan desa, baik pembangunan fisik maupun non fisik harus lebih di dasarkan atau ditentukan oleh masyarakat itu sendiri, sehingga dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaannya dan hasilnya pasti akan lebih efektif dan tepat sasaran. Hal ini diperlukan karena suatu pembangunan akan tepat sasaran dan dapat dikatakan baik dan berhasil apabila hasil pembangunan yang dilakukan benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan melibatkan dan memberi kepecayaan kepada masyarakat dalam menetukan proses pembangunan yang didasari oleh keputusan yang di ambil 1
2 masyarakat itu sendiri, maka program tersebut akan lebih relevan dan lebih menyentuh permasalahan dan kebutuhan yang dirasakan masyarakat. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan menumbuhkan kesadaran warga masyarakat desa akan mengapa pentingnya usaha-usaha pembangunan berdasarkan swadaya masyarakat sebagai sarana menuju kesejahtraan masyarakat desa, banyak bergantung pada kemampuan pemerintah desa khususnya kepemimpinan kepala desa atau sebutan nama lainnya. Kepala desa atau sebutan lainnya, di daerah Minahasa Selatan lebih dikenal dengan sebutan Hukum Tua. Hukum Tua merupakan sebutan turun-temurun yang telah menjadi adat istiadat masyarakat Minahasa pada umumnya, mempunyai tugas dan kewajiban untuk memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintan Nomor 72 tahun 2005 pasal 14, yakni Hukum Tua mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Menurut pengamatan sementara penulis di Desa Pakuure, peran dari pemimpin penyelenggara pemerintahan desa, dalam hal ini Hukum Tua dalam pemberdayaan masyarakat desa di bidang pembangunan baik fisik maupun non fisik terlihat belum maksimal meskipun telah menjalankan tugas dan fungsinya dalam melaksanakan beberapa pembangunan. Kurang maksimalnya peran Hukum Tua dalam pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan baik fisik dan non fisik dapat dilihat dari pembangunan yang dilakukan ada beberapa pembangunan yang belum dibangun padahal sudah sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu juga didalam pelaksanaan pembangunan desa, kurang terlihatnya kontribusi generasi muda dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan atau dengan kata lain generasi muda kurang dilibatkan dan diberdayakan dalam menetukan pembangunan desa sehingga nantinya kedepan ditakutkan generasi muda sekarang tidak memiliki jiwa pembangunan sehingga akan berdampak negatif bagi kehidupan masyarakat dalam bidang pembangunan 20 sampai 30 tahun kedepan, yakni dapat menyebabkan sifat malas dalam membangun yang bisa memicu ketergantungan pembangunan pada bantuan pemerintah yang di atas. Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil judul Peran 2
3 Hukum Tua Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Dibidang Pembangunan (Suatu Studi Di Desa Pakuure Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan). Adapun tujuan dan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui peran Hukum Tua dalam pemberdayaan masyarakat desa di bidang pembangunan di Desa Pakuure Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah : a. Dapat memberikan wacana mengenai kajian teori dan pemecahan masalah pemberdayaan masyarakat desa di bidang pembangunan serta peran pemimpin penyelenggara pemerintahan desa yakni Hukum Tua atau kepala desa dalam meningkatkan kesejahtraan masyarakat. b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukkan bagi pemerintah setempat untuk lebih mengoptimalkan peran Hukum Tua dalam memberdayakan masyarakat dalam pembangunan, serta bermanfaat sebagai pedoman dalam mengevaluasi program untuk dapat meningkatkan kinerja di hari-hari berikutnya. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini akan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian suatu keadaan pada objek yang diteliti. Menurut pendapat Bogdan dan Taylor (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008 : 1), mereka menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang di amati. Fokus Penelitian Fokus penelitian di sini ditujukan terhadap peran penyelenggara pemerintahan desa, dalam hal ini Hukum Tua Desa Pakuure dalam melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam pembangunan melalui penerapan prisipprisip dasar pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan, menurut Ife (dalam Indrawijaya dan Pratono, 2011:64) dalam pembangunan. PEMBAHASAN 3
4 Hukum Tua merupakan pemimpin penyelenggaraan pemerintahan desa. Selain pemimpin roda pemerintahan, Hukum Tua juga memiliki peran penting dalam pembangunan lewat pemberdayaan masyarakat yang ada di desa, sebab pada tingkat pemerintah yang paling bawah Hukum Tua merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan dan terlaksananya pembangunan desa, maupun dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat desa untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan desa. Sehingga berkembang atau tidak berkembangnya pembangunan suatu desa tergantung dari sosok pemimpin yang ada di desa tersebut. Pembangunan selalu dipahami sebagai serangkaian upaya untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat agar menjadi lebih baik, dengan cara menggerakkan partisipasi masyarakat itu sendiri. Dan Salah satu konsep pembangunan yang banyak diperbincangkan dan di gunakan saat ini, yang mengikut sertakan masyarakat dalam pembangunan adalah pemberdayaan masyarakat. Didalam pembangunan yang melibatkan masyarakat sebagai aktor dan subjek pembangunan, pembangunan non fisik tidak bisa diremehkan dan di pandang sebelah mata karena pembangunan non fisik menyangkut pembangunan mentalitas dan kepribadian masyarakat didalam menunjang berlangsungnya pembangunan fisik. Tanpa mentalitas pembangunan yang baik dari masyarakat, pembangunan yang dilaksanakan tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapakan. Talidzuhu Ndraha mengungkapkan bahwa yang menjadi sasaran pembinaan khususnya dalam membina kehidupan masyarakat adalah mentalitasnya. Mentalitas yang belum sadar harus dibangunkan, yang tidak sesuai dengan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat harus diubah, yang melenceng atau menyalahi aturan harus ditertibkan serta yang masih kosong harus diisi. Berdasarkan wawancara terhadap beberapa informan disimpulkan bahwa didalam pembangunan non fisik di desa Pakuure, peran Hukum Tua terlihat belum maksimal, perlu ditingkatkan lagi sehingga bisa di rasakan oleh seluruh lapisan masyarakat lebih khususnya generasi muda yang ada. 4
5 Menurut Kartasasmita (dalam Mardikanto dan Soebiato, 2012:48) mengatakan bahwa pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan mendorong dan memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Dalam perealisasian pembangunan yang merupakan swadaya masyarakat desa, pemberdayaan masyarakat sangat dibutuhkan karena pembangunan yang ada ini berbasis pada masyarakat. Peran yang dimainkan oleh pemberdayaan pada hakikatnya adalah untuk memperkuat daya dan memampukan agar masyarakat semakin mandiri. Karena itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses penguatan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu dalam masyarakat. Dalam hubungan ini, Hukum Tua harus mengambil peranan yang lebih besar karena mereka yang paling mengetahui mengenai kondisi, potensi, dan kebutuhan masyarakatnya. Selain memotivasi, mengawasi dan mengarahkan pembangunan, Hukum Tua juga memiliki peran yang harus ia kerjakan yakni memberdayakan masyarakat, dimana setiap potensi atau keahlian yang dimiliki masyarakat yang berkaitan erat dengan pembangunan desa harus digunakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, dapat disimpulkan bahwa Hukum Tua telah menjalankan salah satu perannya dalam pembangunan yakni memotivasi, mengawasi, mengarahkan serta memberdayakan masyarakatnya dalam pembangunan fisik dengan cara menggunakan keahlian yang dimiliki masyarakat. Hukum Tua juga harus menunjukan peran yang cukup baik sebagai dinamisator, katalisator dan juga sebagai pelopor dalam setiap gerak pembangunan yang dilaksanakan untuk memperoleh dukungan penuh dari masyarakat. a. Sebagai dinamisator, Hukum Tua harus memiliki kemampuan dalam memberikan bimbingan, mengarahkan maupun dalam hal mengajak masyarakat agar supaya berpartisipasi dalam setiap pembangunan. 5
6 b. Sebagai katalisator, Hukum Tua harus mampu dalam melihat dan mengkoordinir langsung faktor-faktor yang bisa mendorong laju perkembangan pembangunan. c. Sebagai pelopor, Hukum Tua harus memiliki dedikasi dan kewibawaan yang tinggi. Hukum Tua harus dapat mengayomi masyarakat, memberikan contoh yang baik dan benar, memiliki loyalitas yang tinggi sehingga di hargai dan dihormati oleh masyarakat. Dengan perpatokan pada pandangan yang sudah digambarkan sebelumnya, apabila Hukum Tua memainkan perannya dengan sebaik mungkin, maka dapat mendorong masyarakat untuk ikut serta secara aktif dalam setiap kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa. Karena tanpa adanya partisipasi dari masyarakat maka pembangunan tentunya tidak akan berjalan dengan baik dan sesuai rencana. Oleh sebab itu, pembangunan yang dilaksanakan harus sesuai dengan kemauan masyarakat dan berdasarkan prinsip-prinsip dasar pemberdayaan menurut Ife (dalam Indrawijaya dan Pratono, 2011:64). a. Prinsip Partisipasi. Untuk melaksanakan pembangunan di desa maka diperlukan adanya kemampuan dari Hukum Tua sebagai pemimpin penyelenggara pembangunan desa. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan memotivasi dan membina agar supaya tercipta partisipasi aktif dari masyarakat. Dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dibidang pembangunan di Desa Pakuure, gotong royong merupakan salah satu bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat dalam pembangunan desa. b. Prinsip Sustainability. Prinsip sustainability adalah membina dan mengarahkan hasil-hasil yang dicapai melalui kegiataan pemberdayaan dalam pembangunan, hendaknya dapat dirawat dan dilestarikan oleh masyarakat secara bersama. Salah satu wewenang Hukum Tua adalah membina kehidupan masyarakat desa dalam pembangunan. Pembinaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam proses pemberdayaan masyarakat, baik itu pembinaan bagi perangkat desa maupun bagi masyarakatnya.. Disamping itu juga aktivitas 6
7 pembinaan kehidupan masyarakat hendaknya dilakukan melalui nilai-nilai kearifan lokal dan modal sosial yang dari dahulu memang dianut oleh warga desa diantaranya adalah semangat untuk bekerja bakti secara bersama-sama dalam merawat pembangunan yang saat ini sudah mulai terkikis dan mulai diganti kehadiran dalam bekerja bakti dengan uang. Peran Hukum Tua dalam membina masyarakat untuk merawat dan melestarikan pembangunan sangat dibutuhkan karena pembangunan tidak akan berarti lebih tanpa adanya pemeliharaan terus menerus yang dilakukan oleh pemerintah terutama masyarakat yang ada. Didalam merawat dan melestarikan pembangunan yang ada didesa, keteladanan Hukum Tua merupakan unsur yang memegang peran penting dan sangat menentukan bagi terciptannya rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat untuk merawat dan menjaga akan hasil pembangunan yang ada. Dari hasil wawancara, peran Hukum Tua desa Pakuure dalam melaksanakan pembinaan dalam rangka menjaga dan memelihara hasil pembangunan dapat dikatakan baik, yakni dengan memberdayakan masyarakat dengan cara memberikan keteladanan dan menggunakan nilai-nilai kearifan lokal yakni dengan cara bekerja bakti bersama-sama. c. Prinsip Akuntabilitas. Prinsip akuntabilitas dalam pembangunan desa, mengharuskan pengelolaan keuangan harus dapat dilakukan oleh masyarakat dan pelaksanaan program secara terbuka serta dapat di pertanggung jawabkan. Sikap Akuntabilitas seorang pemimpin dalam hal ini Hukum Tua, sangat berperan penting dalam pembangunan desa. Sikap pengambilan keputusan yang bijak merupakan hal yang harusnya selalu diterapkan para pemimpin, dalam hal ini Hukum Tua dalam memimpin pelaksanaan pemerintahan desa. Setiap keputusan yang diambil harus benar-benar didasari atas aspirasi masyarakat dan harus selalu ada keterbukaan dan pertanggung jawaban dari Hukum Tua kepada masyarakat mengenai pembangunan desa yang ada. d. Prinsip Transparansi. 7
8 Prinsip transparansi mengisyaratkan bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan melibatkan berbagai pihak sehingga dalam pengelolaan sumber daya-sumber daya terutama keuangan harus di lakukan secara transparan (terbuka) agar semua pihak ikut memantau dan mengawasi pembangunan yang ada. Sikap transparansi adalah sikap yang penting dimiliki oleh seorang Hukum Tua dalam memimpin pemerintahan desa. Transparansi Hukum Tua terhadap teman-teman aparat desa dan masyarakat yang ada dapat menanamkan saling kepercayaan, saling terbuka, saling membutuhkan dan menjauhkan diri dari sikap pengambilan keuntungan pribadi. Pada dasarnya pembangunan desa merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan merupakan suatu proses pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat mampu mengidentifikasi kebutuhannya sendiri dan kebutuhan kelompok sebagai suatu dasar pembangunan serta mendorong setiap warga masyarakat untuk mempergunakan hak mereka dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut dengan kepentingan masyarakat. Begitu juga dengan generasi muda yang merupakan bagian dari masyarakat sangat dibutuhkan peran serta mereka dalam proses perencanaan yang ada, disamping mempunyai ide-ide yang brilian generasi muda juga merupakan penerus pembangunan sehingga baiknya mulai dari sekarang generasi muda di ikut sertakan dalam perencanaan pembangunan sehingga mereka terlatih dalam merencanakan pembangunan dan memiliki pengalaman untuk melaksanakan pembangunan di masa yang mendatang. Oleh karena itu di perlukan peran Hukum Tua dalam melibatkan generasi muda dalam pembangunan. Dari wawancara terhadapa informan dapat disimpulkan bahwa Hukum Tua telah melakukan tugasnya mengajak generasi muda dalam merencanakan pembangunan akan tetapi hasilnya belum efektif di lihat dari kehadiraan generasi muda dalam rapat yang ada. Meskipun Hukum Tua telah melakukan perannya dalam memberdayakan masyarakat dibidang pembangunan sehingga ada beberapa pembangunan yang 8
9 telah berhasil di lakukan akan tetapi tidak menjamin semua kalangan masyarakat sudah merasa puas dan menerima dengan baik akan semua pembangunan yang telah dilakukan, hal ini dikarenakan setiap orang memiliki cara pandang dan kemauan yang berbeda-beda. PENUTUP A. KESIMPULAN a. Dalam pembangunan non fisik Hukum Tua sudah menjalankan perannya dalam melaksanakan pembangunan, tetapi hasilnya belum terlihat maksimal karena hasil pembangunan non fisik belum dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, lebih khususnya generasi muda yang ada. b. Hukum Tua memperhatikan prinsip-prisip dasar pemberdayaan, seperti : - Prinsip partisipasi, dimana dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan selalu memotivasi dan mengajak masyarakat untuk sama-sama bergotong royong dalam mengerjakan pembangunan. - Dalam rangka menjaga dan memelihara hasil pembangunan, Hukum Tua menjalankan perannya dengan baik, yakni dengan cara memberikan keteladanan dan menggunakan nilai-nilai kearifan lokal. - Hukum Tua juga menunjukkan sikap akuntabilitasnya dalam melaksanakan pembangunan desa dan bersikap transparan mengenai penggunaan keuangan secara lisan maupun tulisan, baik itu kepada masyarakat, perangkat desa maupun kepada pemerintah yang ada diatasnya. c. Selain itu juga Hukum Tua telah melakukan perannya mengajak generasi muda dalam merencanakan pembangunan, akan tetapi hasilnya belum sesuai dengan yang di harapkan, hal ini dapat di lihat dari kurangnya kehadiraan generasi muda merencanakan pembangunan. B. SARAN Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut : 1. Peran Hukum Tua dalam pemberdayaan masyarakat di bidang pembangunan sebaiknya lebih dioptimalkan lagi. Khususnya 9
10 memberdayakan generasi muda di dalam merencanakan pembangunan lebih di tingkatkan lagi dan berusaha untuk banyak berbaur dengan mereka serta memperhatikan apa yang mereka butuhkan, karena partisipasi masyarakat dapat terwujud seiring tumbuhnya rasa percaya masyarakat kepada pemerintahnya. Rasa percaya ini akan tumbuh bila masyarakat memperoleh pelayanan dan kesempatan yang setara. 2. Dalam melaksanakan pembangunan, pembangunan non fisik sebaiknya ada keseimbangan dengan pembangunan fisik serta program dan hasil dari pembangunan non fisik lebih menyentuh serta di rasakan oleh semua kalangan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Basrowi & Suwandi Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Indrawijaya, H. Adam Ibrahim, & Pranoto, H. Juni Revitalisasi Administrasi Pembangunan, Berbasis Jatidiri dan Karakter Bangsa Dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alfabeta. Kartasasmita, Ginanjar Pemberdayaan Masyarakat, Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat. Jakarta: Bappenas. Mardikanto, Totok, & Soebianto, Poerwoko Pemberdayaan Masyarakat : dalam perspektif kebijakan publik. Pranarka, A.M.W dan Prijono, Onny Pemberdayaan, Konsep dan Implementasi. Jakarta: CSIS. Soetomo Keswadayaan Masyarakat, Manifestasi Kapasitas Masyarakat Untuk Berkembang Secara Mandiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Widjaja, HAW Otonomi Desa, Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat dan Utuh. Jakarta: Rajawali Pers. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa. 10
I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah sebagai salah satu bentuk desentralisasi pemerintahan, pada hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintahan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan
Lebih terperinciBAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan, dimana didalam negara kesatuan dibagi menjadi 2 bentuk, yang pertama adalah negara kesatuan dengan sistem sentralisasi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MAJENE
PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah berdampak pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi, yaitu dari pemerintah pusat kepada
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 94
Lebih terperinciBUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat
Lebih terperinci26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)
26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB
STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedudukan desa dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 diakui sebagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan desa dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 diakui sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah dilaksanakan dalam rangka menepakan asas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah dilaksanakan dalam rangka menepakan asas desentralisasi dalam pemerintahan di Indonesia. Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang pemerintah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR: 4 TAHUN 2008
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR: 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperincipenduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desa adalah bentuk pemerintahan terkecil yang ada di Indonesia, mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan pimpinan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Bukan hanya dikarenakan sebagian besar rakyat Indonesia bertempat tinggal di desa, tetapi desa memberikan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA, SUMBER PENDAPATAN DESA, KERJA SAMA DESA, LEMBAGA ADAT, LEMBAGA KEMASAYARATAN DAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA
BERITA DESA TANJUNGSARI NOMOR : 01 TAHUN 2017 PERATURAN DESA TANJUNGSARI NOMOR : 01 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang
Lebih terperinciPERAN CAMAT DALAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAHAN DESA (Suatu Studi di Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan)
PERAN CAMAT DALAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAHAN DESA (Suatu Studi di Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan) Alther Manengkey 1 Markus Kaunang 2 Ismail Rachman 3 Abstrak Tujuan Penelitian ini
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,
DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,
Lebih terperinciEFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEPALA DESA DALAM MELESTARIKAN TRADISI GOTONG ROYONG DI DESA TABA PASEMAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEPALA DESA DALAM MELESTARIKAN TRADISI GOTONG ROYONG DI DESA TABA PASEMAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH Oleh: Evsa Wulan Suri ABSTRAKSI Gotong royong adalah ciri dari kehidupan bangsa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO
Lebih terperinciJurnal PERANAN HUKUM TUA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA KALASEY II KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA. Oleh : Jane Tempoh.
Jurnal PERANAN HUKUM TUA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA KALASEY II KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA Oleh : Jane Tempoh Abstrak Pemberdayaan masyarakat desa merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D =============================================================== PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN
Lebih terperinci26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)
26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciII.TINJAUAN PUSTAKA. dengan teori-teori yang telah dikemukakan oleh ahli. Untuk menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh
11 II.TINJAUAN PUSTAKA Setelah merumuskan latar belakang masalah yang menjadi alasan dalam mengambil masalah penelitian, pada bab ini penulis akan merumuskan konsepkonsep yang akan berkaitan dengan objek
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan yang dihadapi dewasa ini dan di masa mendatang mensyaratkan perubahan paradigma kepemerintahan, pembaruan sistem kelembagaan, peningkatan kompetensi
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui bahwasannya desa secara formal diakui dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK
Lebih terperinciBUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA
BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menampung
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Peraturan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG, Menimbang : Dalam rangka upaya pemberdayaan masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERANAN MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN SILIAN RAYA DALAM PELAKSANAAN (GOOD GOVERNANCE) O l e h : DOLFI AKAY
PERANAN MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN SILIAN RAYA DALAM PELAKSANAAN (GOOD GOVERNANCE) O l e h : DOLFI AKAY ABSTRAK Dalam UU No. 6 Tahun 2014 mengamanatkan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan desa mengutamakan
Lebih terperinciBUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang Mengingat BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, : bahwa untuk
Lebih terperinciMajalah Ilmiah DIAN ILMU Vol. 13 No. 1 Oktober
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PARTISIPASI ANGGOTA BPD DALAM PENYUSUNAN PERATURAN DESA (Suatu studi kasus di desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember) Oleh : Kaskojo Adi Tujuan umum negara
Lebih terperinciPERATURAN DESA NANGGUNG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NANGGUNG
PERATURAN DESA NANGGUNG KECAMATAN NANGGUNG KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NANGGUNG Lembaran Desa Nanggung Nomor 10 Tahun 2001 PERATURAN DESA
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. sebagai lembaga swadaya masyarakat yang ada di wilayah Grobogan mampu
BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana Lembaga Bakti Indonesia sebagai lembaga swadaya masyarakat yang ada di wilayah Grobogan mampu mempengaruhi pola pikir masyarakat
Lebih terperinciBAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai
BAB I A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. menyimpulkan bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada Bab IV, maka peneliti menyimpulkan bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengakomodir prinsip-prinsip good governance:
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN
BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2000 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN MAGELANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2000 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa
Lebih terperinciPERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT (Suatu Studi Di Kelurahan Pondang Kecamatan Amurang Timur)
PERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT (Suatu Studi Di Amurang Timur) Selina Sambenga 1 Sarah Sambiran 2 Neni Kumayas 3 Abstrak Permasalahan yang terlihat dalam pelaksanaan pemerintahan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006
PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP Menimbang:
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem demokrasi ditandai oleh adanya tiga prasyarat
Lebih terperinciPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR (Suatu Studi di Desa Pakuure III Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan)
PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR (Suatu Studi di Desa Pakuure III Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan) Oleh : FANDY V. SAGAI Abstrak Berdasarkan Undang-undang Nomor 4 tahun
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Peraturan
Lebih terperinciPENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan
PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI (Studi Kasus Sanggar Seni Sekar Jagad Desa Kotakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N
PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan asas desentralisasi dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan asas desentralisasi dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah. Penggunaan asas ini memberikan kewenangan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN,
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN, Menimbang : a. bahwa usaha untuk menumbuhkembangkan inisiatif
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA
PERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB 4 VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATGEI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB 4 VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATGEI DAN ARAH KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi BPTPM Kota Serang Dengan semangat otonomi daerah serta memperhatikan tugas dan fungsi yang diemban oleh Badan Pelayanan
Lebih terperinciOleh : JELLY MAMANGKEY (NIM : , JUR : ILMU PEMERINTAHAN)
PERANANAN KEPEMIMPINAN HUKUM TUA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI PERANGKAT DESA DI DESA PAKUURE KINAMANG KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN Oleh : JELLY MAMANGKEY (NIM
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, a. bahwa dengan telah berlakunya
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN CILACAP
PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN veteran Jawa Timur
PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM MENJALANKAN FUNGSI PENGAWASAN PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus Pada Desa Sukoharjo Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri) SKRIPSI Diajukan guna memenuhi syarat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Manajemen Humas dan Partisipasi Masyarakat Sekitar Sekolah di Madrasah Aliayah Mu allimin Mu allimat Rembang 1. Pelaksanaan manajemen humas di Madrasah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN DEMAK
PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK, Menimbang
Lebih terperinciPERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS
PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS Sirajuddin Saleh, & Hariati Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciPENERAPAN FUNGSI PEMBINAAN CAMAT TERHADAP APARATUR DESA DI KECAMATAN GALELA BARAT
PENERAPAN FUNGSI PEMBINAAN CAMAT TERHADAP APARATUR DESA DI KECAMATAN GALELA BARAT Oleh RIZALDY DJOREBE ABSTRAK Sejalan dengan itu, Camat tidak lagi ditempatkan sebagai Kepala Wilayah dan Wakil Pemerintah
Lebih terperinci1 of 5 02/09/09 11:52
Home Galeri Foto Galeri Video klip Peraturan Daerah Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN
Lebih terperinciIMPLEMENTASI TUGAS DAN FUNGSI KEPALA DESA. (Studi Kasus di Desa Gedangan Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI
IMPLEMENTASI TUGAS DAN FUNGSI KEPALA DESA (Studi Kasus di Desa Gedangan Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program
Lebih terperinciBAB I PE NDAH ULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Rencana Strategis Kecamatan Bulik Tahun 2013-2018, merupakan bentuk pelaksanaan Undang-undang No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.Undang-Undang
Lebih terperinciImplementasi Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder
Implementasi Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder Oleh : Reyvan Pandey ABSTRAKSI Salah satu ukuran keberhasilan pelaksanaan otonomi
Lebih terperinciPENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014)
PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 17 TAHUN 2001 PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I S I A K, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksana ketentuan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Program pembangunan wilayah pedesaan yang berlangsung di Dusun Indrakila, Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang telah memperlihatkan bahwa pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN (LPMD/K)
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN (LPMD/K) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa sejalan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPembangunan Desa di Era Otonomi Daerah
Seiring dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka Penyelenggaraan pemerintahan di daerah khususnya kabupaten/kota dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas
Lebih terperinciPRAKTEK KEKUASAAN ELIT POLITIK DALAM DEMOKRASI (SUATU STUDI KASUS PENYUSUSUNAN PERATURAN DESA OLEH BPD DESA SUM TAHUN 2015)
PRAKTEK KEKUASAAN ELIT POLITIK DALAM DEMOKRASI (SUATU STUDI KASUS PENYUSUSUNAN PERATURAN DESA OLEH BPD DESA SUM TAHUN 2015) Debby Ch. Rende Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2007 Menimbang : TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI,
Lebih terperinciPERAN KEPALA DESA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Suatu Studi di Desa Raanan Baru Satu, Kecamatan Motoling Barat Kabupaten Minahasa Selatan)
PERAN KEPALA DESA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Suatu Studi di Desa Raanan Baru Satu, Kecamatan Motoling Barat Kabupaten Minahasa Selatan) Oleh : Irma Onibala Pemberdayaan masyarakat desa merupakan wacana
Lebih terperinciTENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN ORGANISASI LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT KELURAHAN,
Lebih terperinci