PEDOMAN UMUM PEMBERIAN PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2012 I. PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN UMUM PEMBERIAN PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2012 I. PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 38/Permentan/OT.140/5/2012 TANGGAL : 22 Mei 2012 PEDOMAN UMUM PEMBERIAN PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2012 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sejak tahun 1979, Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah memberikan apresiasi dengan menyelenggarakan lomba intensifikasi pertanian bagi kelompok tani nelayan. Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi petani dan nelayan dalam meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian, sekaligus meningkatkan pendapatan petani dan nelayan dalam berusahatani tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan perkebunan. Selain itu, Pemerintah juga telah memberikan penghargaan Tingkat Karya Bimbingan Intensifikasi kepada aparatur satuan Pembina Bimbingan Masyarakat (Bimas) Provinsi dan Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten/Kota yang telah berhasil meningkatkan koordinasi pelayanan intensifikasi. Kedua jenis kegiatan tersebut dinilai telah berhasil memberikan dampak yang positif, baik dalam rangka dinamisasi dan peningkatan peran serta petani dan kelompok tani, maupun aparat Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Desa dalam upaya meningkatkan kreatifitas dan koordinasi. Sejak akhir tahun 1990-an terjadi perubahan pendekatan pembangunan pangan dari penekanan pada peningkatan produksi pangan menjadi pembangunan ketahanan pangan. Pengertian ketahanan pangan tidak hanya terfokus pada aspek produksi saja tetapi meliputi aspek-aspek yang lebih luas sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan, sehingga menuntut adanya perubahan, peningkatan, penyempurnaan, dan pengembangan seluruh aspek dalam penyelenggaraan ketahanan pangan. Perubahan tersebut antara lain juga menuntut semakin tingginya upaya yang harus dilakukan untuk mengkoordinasikan, mengapresiasi, serta merepresentasikan aspirasi dan partisipasi masyarakat yang terlibat dalam penyelenggaraan ketahanan pangan. Dalam rangka menggerakkan serta membangun partisipasi dan sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan di wilayah, maka pemberian penghargaan ketahanan pangan perlu diperluas mencakup aspek ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan. Mengingat penghargaan ketahanan pangan merupakan agenda kegiatan tahunan yang disampaikan oleh Presiden RI selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan di Istana Negara serta memiliki nilai dan prestige tinggi, maka diperlukan mekanisme untuk dapat menjaring calon penerima penghargaan yang benar-benar layak. Dengan demikian, penerima penghargaan dapat dijadikan contoh bagi masyarakat dan aparatur pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional, wilayah, dan rumah tangga. Berbagai inovasi dan kreasi masyarakat yang berhasil dalam melaksanakan kegiatan pembangunan ketahanan pangan, memperkuat ketahanan pangan di tingkat keluarga, regional, dan nasional perlu mendapat perhatian pemerintah untuk mendukung,

2 mendorong, dan memotivasi penerima penghargaan, masyarakat ataupun lembaga masyarakat lainnya lebih aktif berpartisipasi dalam pembangunan ketahanan pangan. Untuk itu, kepada masyarakat perorangan, kelompok masyarakat/kelembagaan masyarakat, perusahaan/swasta dan pemerintah (aparat dan lembaga) yang telah memberikan upaya dan menghasilkan karya yang luar biasa dalam mewujudkan ketahanan pangan, diberi penghargaan tertinggi berupa Adhikarya Pangan Nusantara yang diserahkan oleh Presiden selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan. Penyelenggaraan pemberian Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara tahun 2012 dilakukan oleh Dewan Ketahanan Pangan. Proses seleksi dan penetapan calon penerima penghargaan dilakukan secara berjenjang mulai dari kabupaten/kota/provinsi hingga ke pusat. B. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan Tujuan pemberian penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara adalah: a. Menumbuhkan dan mendorong semangat, kreativitas, dan partisipasi masyarakat untuk mengambil peran lebih besar dalam upaya mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan; b. Memberikan motivasi kepada aparatur pemerintah untuk memacu daerah dalam mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan di daerah. 2. Sasaran a. Masyarakat: perorangan, perusahaan/swasta, dan kelembagaan masyarakat; b. Pemerintah: aparatur pemerintah. C. Landasan Hukum Berbagai ketentuan hukum yang dijadikan landasan dalam pemberian penghargaan ketahanan pangan mencakup: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan; 4. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juncto Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2004; 5. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan; 6. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. 7. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II; 2

3 8. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara jis Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011; 9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara juncto Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011; 10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; 11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota (Berita Negara Tahun 2010 Nomor 670); D. Pengertian Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah, maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. 2. Kemandirian Pangan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 adalah kemampuan produksi pangan dalam negeri yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal. 3. Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) adalah apresiasi yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat dan aparatur pemerintah, baik perorangan maupun kelompok, yang berprestasi dan berkontribusi dalam mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan rumah tangga dan wilayah. 4. Penilaian adalah pemberian skor kepada calon penerima penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN), yang terdiri dari masyarakat perorangan, perusahaan/swasta, kelembagaan masyarakat, dan aparatur pemerintah, yang memiliki kinerja baik dalam mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan rumah tangga dan wilayah. 5. Verifikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencocokan kebenaran terhadap data/laporan hasil penilaian provinsi terhadap calon penerima penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN). 6. Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok/kumpulan manusia tersebut. 3

4 7. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha bidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran satwa dan tumbuhan di dalam sekitar hutan yang meliputi usaha hulu, usahatani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang. 8. Kelompoktani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya, serta keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. 9. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompoktani yang bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usahatani. 10. Kelembagaan Masyarakat adalah kelembagaan yang melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan di wilayahnya. 11. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah sebuah organisasi nonpemerintah yang didirikan oleh perorangan atau sekelompok orang secara sukarela untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan di wilayahnya. 12. Swasta adalah sebuah organisasi perusahaan berbentuk Firma, CV, atau Perseroan Terbatas (PT) yang didirikan oleh perorangan atau sekelompok orang untuk melakukan usaha dalam berbagai bidang dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan. 13. Pembina Ketahanan Pangan adalah Gubernur, Bupati/Walikota, dan Kepala Desa selaku pimpinan kelembagaan pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Desa yang sehari-harinya berhasil memberikan pelayanan, pengaturan, pembinaan, dan pemberdayaan kepada masyarakat untuk mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan. 14. Aparatur pemerintah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam pemerintahan khususnya dalam mendukung terwujudnya kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan. II. BENTUK DAN KATEGORI PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA Pemberian penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara ditujukan untuk meningkatkan motivasi, komitmen, dan peran aktif masyarakat maupun aparatur pemerintah dalam melakukan kegiatan untuk mewujudkan kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan. Sebagai bentuk apresiasi yang dapat memberikan kebanggaan bagi para penerimanya, Pemerintah memberikan Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN). Pemberian Penghargaan ini merupakan apresiasi bagi upaya dan prestasi yang luar biasa yang dicapai perseorangan atau kelompok dalam rangka perwujudan kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan pada berbagai tingkatan dan jenis usaha. 4

5 Selain Penghargaan APN, dalam penyelenggaraan acara ini diberikan pula penghargaan Ketahanan Pangan kepada para petani/kelompok tani yang menunjukan prestasi dalam peningkatan produksi pangan dan/atau usaha pertanian. A. Bentuk Penghargaan Penghargaan APN diberikan kepada penerima penghargaan dalam bentuk: trophy, piagam, dan hadiah lainnya. Penyediaan penghargaan berupa trophy, piagam, dan hadiah lainnya dilakukan oleh Dewan Ketahanan Pangan. Penghargaan Ketahanan Pangan diberikan dalam bentuk piagam dan hadiah yang disediakan oleh masing-masing Unit Kerja Eselon I lingkup Pertanian. B. Kategori Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan, khususnya pasal 59, bahwa perwujudan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab pemerintah bersama masyarakat. Oleh karena itu, penghargaan APN diberikan kepada aparatur pemerintah dan masyarakat. Penghargaan APN dibagi dalam 5 (lima) kategori sebagai berikut: 1. Pembina Ketahanan Pangan. Calon yang termasuk dalam kategori Pembina Ketahanan Pangan adalah Kepala daerah tingkat provinsi/kabupaten/kota/desa yang berhasil menggerakkan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) dalam mengurangi kemiskinan/kerawanan pangan/gizi buruk, meningkatkan produksi pangan, dan mempercepat diversifikasi pangan dalam mewujudkan kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan. 2. Pelopor Ketahanan Pangan. Calon yang masuk pada kategori Pelopor adalah perorangan (bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS)/bukan tokoh organisasi formal) atau kelompok masyarakat yang merintis pemanfaatan aset (sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya finansial, sumber daya teknologi, dan sumber daya sosial) di daerah/wilayahnya dalam mewujudkan kedaulatan, kemandirian dan ketahanan pangan. 3. Pelayanan Ketahanan Pangan. Calon yang masuk dalam kategori Pelayanan Ketahanan Pangan adalah seseorang (PNS atau bukan PNS) dan/atau kelompok masyarakat (LSM/organisasi kemasyarakatan) yang aktif memberikan pengabdian/pelayanan kepada masyarakat dalam mewujudkan kedaulatan, kemandirian dan ketahanan pangan di wilyahnya yang melampaui tugas pokoknya. Termasuk dalam kategori pelayan PNS antara lain: 5

6 a. Penyuluh (Pertanian/Kehutanan/Perikanan/PU/Kesehatan Masyarakat), petugas pengendali hama dan penyakit tumbuhan/ hewan; b. Petugas pengawas (benih/bibit/mutu hasil pertanian/farmasi dan makanan), medik veteriner dan pengendali (OPT dan ikan); c. Peneliti di bidang pertanian, perikanan, kehutanan, kesehatan masyarakat, keamanan dan mutu pangan, teknologi pangan, baik yang ada di lembaga penelitian pusat, lembaga penelitian daerah maupun perguruan tinggi. 4. Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan. Calon yang masuk dalam kategori Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan adalah kelompok masyarakat yang berhasil mengelola kegiatan ketahanan pangan yang bersumber dari dana Pemerintah dan/atau dana masyarakat dalam rangka mewujudkan kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan. Termasuk dalam kategori ini antara lain: a. Kelompok/Gabungan kelompok yang memproduksi pangan (misal: mina padi, ternak, tebu, padi, jagung, hortikultura, dan ikan); b. Kelompok/Gabungan kelompok yang memberdayakan anggota kelompoknya dalam pengembangan usaha produktif/kesehatan dan gizi masyarakat (misal: UPJA, PUAP, LM3, SLPTT, Demapan, kelompok lumbung, LDPM, PKK, Posyandu); c. Kelompok atau lembaga atau perusahaan yang mengembangkan industri pangan olahan (hulu dan hilir) dan merakit teknologi (misal: industri tepung umbi, industri mie singkong, industri mocaf, dan industri alsintan). 5. Pemangku Ketahanan Pangan. Calon yang termasuk kategori Pemangku Ketahanan Pangan adalah tokoh masyarakat (bukan pejabat pemerintah) yang mempunyai pengaruh besar dan berhasil menggerakkan masyarakat di wilayahnya untuk mewujudkan kedaulatan, kemandirian dan ketahanan pangan. Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara hanya diberikan kepada maksimal 75 (tujuh puluh lima) penerima yang terdiri dari 65 (enam puluh lima) calon penerima diseleksi melalui Dewan Ketahanan Pangan secara berjenjang, dan 10 (sepuluh) calon penerima hasil seleksi terbaik penghargaan Ketahanan Pangan yang dilakukan oleh Unit Kerja Eselon 1 Lingkup Kementerian Pertanian. Jumlah penerima Adhikarya Pangan Nusantara untuk masing-masing kategori seperti dalam Tabel 1 di bawah ini: 6

7 Tabel 1. Jumlah Penerima Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara untuk masing-masing Kategori No Kategori 1 Pembina Ketahanan Pangan Gubernur: 3 Bupati/Walikota: 6 Kepala Desa: 9 Jumlah Penerima 18 2 Pelopor Ketahanan Pangan 3 3 Pelayan Ketahanan Pangan Penyuluh/Pendamping: 8 Pengendali dan pengawas: 6 Peneliti: 4 22 Unggulan aparatur terbaik hasil seleksi Penghargaan Ketahanan Pangan: 4 4 Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan Pengembangan Produksi 8 Pemberdayaan masyarakat 12 Pengembangan industri dan perakit teknologi Unggulan pelaku terbaik hasil seleksi Penghargaan Ketahanan Pangan 5 Pemangku Ketahanan Pangan 2 Jumlah

8 III. PENYELENGGARAAN Penghargaan APN tahun 2012 diberikan kepada masyarakat dan aparatur pemerintah. Pemberian penghargaan tersebut harus tepat sasaran, sehingga perlu dilakukan secara selektif, independen, dan transparan, melalui berbagai tahapan. Penyelenggaraan pemberian penghargaan APN dilaksanakan secara berjenjang oleh Dewan Ketahanan Pangan yang dikoordinasikan Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan di berbagai tingkatan mulai dari kabupaten/kota, provinsi dan nasional. A. Panitia Penyelenggara 1. Panitia Penyelenggara APN Dalam rangka memperlancar pelaksanaan pemberian Penghargaan APN dibentuk panitia penyelenggara yang keanggotaannya terdiri dari perwakilan anggota Dewan Ketahanan Pangan. Bagi Panitia Penyelenggara di tingkat pusat ditetapkan melalui Surat Keputusan Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan, sedangkan panitia penyelenggara di tingkat daerah ditetapkan melalui Surat Keputusan Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan Provinsi/Kabupaten/Kota, dengan tugas: a. Menyebarluaskan informasi tentang pencalonan Penghargaan APN kepada perorangan, organisasi kemasyarakatan, lembaga pendidikan, instansi pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat, media, dan sebagainya; b. Menerima, melakukan verifikasi, menilai dan mengusulkan calon penerima penghargaan. Bagi provinsi/kabupaten/kota yang belum membentuk Dewan Ketahanan Pangan, panitia penyelenggara penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara Daerah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Untuk membantu penilaian kelayakan calon penerima Penghargaan APN di setiap tingkatan dibentuk tim penilai sebagai bagian dari panitia penyelenggara. Tim penilai tersebut yang terdiri dari perwakilan anggota Dewan Ketahanan Pangan, tokoh-tokoh masyarakat, pakar dan cendekiawan yang mempunyai wawasan luas tentang ruang lingkup kemandirian dan ketahanan pangan. Tim Penilai bertugas untuk: (a) meneliti data para calon penerima penghargaan; dan (b) memberikan rekomendasi dan mengusulkan penerima penghargaan yang memenuhi syarat kepada Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan. Tata Kerja Tim Penilai Penghargaan APN diatur secara tersendiri oleh Tim Penilai. 2. Panitia Penyelenggara Pemberian Penghargaan Ketahanan Pangan Panitia penyelenggara Pemberian Penghargaan Ketahanan Pangan ditetapkan oleh masing-masing Unit Kerja Eselon I lingkup Kementerian Pertanian. 8

9 B. Alamat Panitia Penyelenggara Alamat Panitia Penyelenggara Pemberian Penghargaan APN di tingkat Pusat: Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan/Badan Ketahanan Pangan, Gedung E lantai IV Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jalan Harsono RM. No. 3 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan (12550) Telp/fax Website: dkp@deptan.go.id Alamat panitia penyelenggara daerah berada di masing-masing Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. C. Penyebaran Informasi dan Sosialisasi Informasi tentang pelaksanaan pemberian Penghargaaan APN disebarluaskan dan disosialisasikan oleh Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Penyebaran informasi kepada khalayak, dapat melalui berbagai media komunikasi, baik media cetak dan elektronik di tingkat lokal, regional maupun nasional. Sementara itu, sosialisasi dilakukan melalui forum koordinasi dan sinkronisasi dari kementerian/lembaga anggota Dewan Ketahanan Pangan di pusat maupun masing-masing daerah. Sasaran penyebaran informasi dan sosialisasi antara lain perorangan, kelompok masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi non pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat, instansi pemerintah, dunia usaha, dan perguruan tinggi. Tujuan penyebaran informasi dan sosialisasi tersebut, dimaksudkan untuk: 1. Memperkenalkan penyelenggaraan penghargaan APN kepada masyarakat luas, di tingkat pusat dan daerah melalui pertemuan dan penyebarluasan informasi di media massa; 2. Memberikan penjelasan kepada daerah tentang pelaksanaan pemberian penghargaan APN yang meliputi : persiapan, seleksi/verifikasi, penilaian, dan proses penyelenggaraan; 3. Memperkenalkan calon penerima penghargaan sehingga dapat dinilai kelayakannya oleh masyarakat luas. D. Proses Pemberian Penghargaan 1. Penjaringan/Pengusulan Calon Penerima Penghargaan Penjaringan dan usulan calon penerima: a. Penghargaan APN Penjaringan melalui Dewan Ketahanan Pangan, Penjaringan calon penerima penghargaan dapat dilakukan melalui jalur Dewan Ketahanan Pangan secara berjenjang dan/atau langsung usulan dari masyarakat, yaitu: 9

10 Penjaringan calon penerima penghargaan dilakukan berjenjang mulai dari kabupaten/kota ke provinsi kemudian ke pusat yang terkoordinasi melalui Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan; Penjaringan secara langsung oleh kelompok masyarakat dan/atau organisasi kemasyarakatan dilakukan khusus untuk kategori Pelopor Ketahanan Pangan dan kategori Pemangku Ketahanan Pangan. Pengusulan tersebut dilakukan kepada panitia penyelenggara pusat disertai rekomendasi dari instansi terkait. Pencalonan dilakukan dengan mengisi formulir, disertai dengan data pendukung seperti: profil, photo, audiovisual, artikel, karya ilmiah, contoh produk, dan/atau rekomendasi dari instansi atau lembaga terkait. Rekapitulasi data calon penerima penghargaan dan data pendukungnya selanjutnya disampaikan kepada anggota Tim Penilai untuk diteliti dan dinilai. Apabila diperlukan, Tim Penilai dapat melakukan verifikasi lapangan. Seleksi, pengusulan, dan penetapan penerima penghargaan APN dilakukan secara berjenjang mulai dari kabupaten/kota, provinsi, hingga ke tingkat pusat, dengan mekanisme seperti pada Gambar 1, Matriks 1, Matriks 2, dan Matriks 3. Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (75 penerima) Pusat A B C D E Provinsi DKP (P) - Pembina (3) - Pelopor (1) - Pelaku (3) - Pelayan (3) - Pemangku (1) Kab/Kota DKP (K) - Pembina (2) - Pelopor (1) - Pelaku (3) - Pelayan (3) - Pemangku (1) Gambar 1. Mekanisme seleksi calon penerima penghargaan APN Usulan calon penerima penghargaan dari kabupaten/kota maksimal sebanyak 10 (sepuluh) calon, terdiri dari Pembina, Pelopor, Pelaku, Pelayan, dan Pemangku. Untuk kategori Pembina terdiri dari bupati/walikota dan kepala desa. Untuk kategori Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan terdiri dari 3 (tiga) calon yang mewakili kelompok produksi, pemberdayaan, dan pengembangan 10

11 industri/perakit teknologi pangan. Untuk kategori Pelayanan Ketahanan Pangan terdiri dari 3 (tiga) calon yang mewakili penyuluh, pengawas/medik veteriner/pengendali hama penyakit tanaman dan ikan, dan peneliti. Untuk kategori lainnya masingmasing 1 (satu) calon. Usulan calon penerima dari tingkat kabupaten/kota diseleksi kembali di tingkat provinsi, kemudian 11 (sebelas) calon terbaik diusulkan ke tingkat nasional. Usulan tingkat provinsi tersebut terdiri dari Pembina, Pelopor, Pelaku, Pelayan, dan Pemangku. Untuk kategori Pembina terdiri dari gubernur, bupati/walikota, dan kepala desa. Untuk kategori Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan terdiri dari 3 (tiga) calon yang mewakili kelompok produksi, pemberdayaan, dan pengembangan industri/perakit teknologi pangan. Untuk kategori Pelayanan Ketahanan Pangan terdiri dari 3 (tiga) calon yang mewakili penyuluh, pengawas/medik veteriner/ pengendali hama penyakit tanaman dan ikan, dan peneliti. Untuk kategori lainnya masing-masing 1 (satu) calon. b. Penghargaan Ketahanan Pangan Unit Kerja Eselon I lingkup Kementerian Pertanian (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Hortikultura, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Badan Karantina Pertanian, Badan Ketahanan Pangan) dapat melaksanakan seleksi calon penerima Penghargaan Ketahanan Pangan bagi aparatur pemerintah dan masyarakat. Jumlah seluruh calon penerima hasil seleksi maksimal sebanyak 60 (enam puluh) calon dengan sebaran sebagaimana dalam Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Penerima Penghargaan Ketahanan Pangan No. Uraian Jumlah 1. Kelompok Tanaman Pangan Kelompok Peternakan dan Kesehatan 10 Hewan 3. Kelompok Tanaman Hortikultura 8 4. Kelompok Perkebunan 6 5. Kelompok Pengolahan dan Pemasaran 6 Hasil Pertanian 6. Kelompok Prasarana dan Sarana 6 Pertanian 7. Kelompok Ketahanan Pangan 6 8. Kelompok Penelitian dan Pengembangan 2 Pertanian 9. Kelompok Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kelompok Karantina Pertanian 2 Total 60 11

12 Dari 60 (enam puluh) calon tersebut, masing-masing unit Eselon I Lingkup Kementerian Pertanian memilih 1 (satu) calon terbaik untuk diusulkan mendapat Penghargaaan Adhikarya Pangan Nusantara. Prosedur penjaringan calon penerima penghargaan disesuaikan dengan Petunjuk Pelaksanaan dari masing-masing Unit Kerja Eselon I. 2. Persyaratan bagi Calon Penerima Penghargaan a. Penerima Penghargaan APN Persyaratan calon penerima Penghargaan APN mengacu pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia adalah untuk: (1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; (2) memajukan kesejahteraan umum; (3) mencerdaskan kehidupan bangsa; dan (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Amanat tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan bahwa pembangunan pangan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil dan merata berdasarkan kemandirian dan tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat. Memperhatikan hal tersebut, calon penerima Penghargaan APN harus memenuhi persyaratan umum dan khusus, yaitu: 1) Persyaratan umum: a) Masyarakat yang diusulkan sebagai calon penerima penghargaan adalah mereka yang memberikan kontribusi nyata dan memenuhi persyaratan umum antara lain: (i) melindungi kehidupan masyarakat; (ii) mencerdaskan kehidupan bangsa; dan (iii) memajukan kesejahteraan masyarakat, sehingga kemandirian pangan masyarakat dapat diwujudkan sesuai amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun b) Aparatur pemerintah yang diusulkan sebagai calon penerima penghargaan adalah mereka yang berhasil memenuhi persyaratan umum yaitu mampu melaksanakan tugas pokok penyelenggaraan pemerintahan dalam hal: pelayanan, regulasi, fasilitasi, dan inisiasi tersebut sesuai dengan amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun c) Calon penerima Penghargaan APN yang diusulkan harus bebas atau tidak pernah/terkait dengan kasus tindak pidana korupsi atau tindak pidana lainnya. Hubungan peran dan persyaratan bagi calon penerima penghargaan dapat dilihat pada Matriks 4. 2) Persyaratan khusus bagi masing-masing penerima penghargaan untuk setiap kategori penerima penghargaan beserta persyaratannya dijabarkan pada Matriks 5, namun tidak menutup kemungkinan adanya kriteria lain yang ditetapkan oleh Tim Penilai. 12

13 b. Penerima Penghargaan Ketahanan Pangan Persyaratan bagi calon penerima Penghargaan Ketahanan Pangan disesuaikan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh masingmasing unit Eselon I Lingkup Pertanian. Namun demikian, calon penerima penghargaan ketahanan pangan hanya berlaku untuk mereka yang menangani komoditas pangan, tidak termasuk komoditas non-pangan seperti karet, kayu, dan tanaman hias. 3. Kriteria Penilaian a. Penerima Penghargaan APN Penilaian prestasi dan kontribusi calon penerima Penghargaan APN dalam mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan dilakukan oleh Tim Penilai berdasarkan prinsip obyektivitas dan keadilan dengan mengacu pada Tata Kerja Tim Penilai dan kriteria penilaian. Kriteria penilaian tersebut sekurang-kurangnya mencakup: 1) Pemenuhan persyaratan umum dan khusus; 2) Jenis kegiatan (memperhatikan kategori penghargaan); 3) Tingkat kebaruan dan kreativitas (teknologi, inovasi); 4) Ukuran cakupan (scope) kegiatan (cakupan wilayah, kelompok dan individu); 5) Frekuensi dan intensitas kegiatan (kontinyuitas/ keberlanjutan); 6) Durasi kegiatan (setidak-tidaknya tiga tahun, sehingga dapat dilihat dampak, manfaat dan ada yang meniru); 7) Biaya kegiatan, keswadayaan, dan pengorbanan calon; 8) Tingkat keberhasilan (misalnya: prestasi, produktivitas, penghargaan yang diterima); 9) Prakarsa dan motivasi (terutama untuk kategori pelopor); 10) Manfaat, prospek dan dampak terhadap lingkungan fisik dan sosial; b. Penerima Penghargaan Ketahanan Pangan Kriteria penerima Penghargaan Karya Pangan ditetapkan oleh masing-masing Unit Kerja Eselon I penyelenggara. 4. Penentuan Penerima Penghargaan Penentuan penerima penghargaan dilakukan dengan dua cara, yaitu: a. Penetapan: Penetapan dilakukan pada calon penerima penghargaan untuk kategori pelopor dan pemangku ketahanan pangan yang memberikan kontribusi nyata dan besar dalam mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan, misalnya: pelopor konservasi lahan dan air, pelopor pengembangan irigasi pedesaan, dan penangkar benih lokal. b. Perlombaan: Perlombaan dilakukan bagi calon penerima penghargaan kategori pelayan, pelaku pembangunan ketahanan pangan, dan pembina, yang memiliki kegiatan atau bench mark start yang sama, sehingga dapat dibandingkan antara satu calon penerima dengan calon lainnya. 13

14 Tabel 3. Penentuan Penerima Penghargaan Berdasarkan Kategori Kategori Penghargaan Penetapan Perlombaan 1. Pembina Ketahanan v Pangan 2. Pelopor Ketahanan v Pangan 3. Pelayanan Ketahanan v Pangan 4. Pelaku Pembangunan v Ketahanan Pangan 5. Pemangku Ketahanan Pangan v 5. Waktu dan Tempat Pemberian Penghargaan a. Waktu Pemberian Penghargaan APN dijadwalkan pada bulan Oktober Jadwal penyelenggaraan pemberian penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4. b. Tempat Pemberian Penghargaan APN bagi 75 (tujuh puluh lima) penerima akan dilaksanakan di Istana Negara dan pemberian penghargaan Ketahanan Pangan bagi 50 (lima puluh) penerima dilaksanakan di Kantor Pusat Kementerian Pertanian. Namun demikian, 50 (lima puluh) penerima penghargaan ketahanan pangan akan hadir di Istana Negara sebagai undangan. 14

15 Tabel 4. Jadwal Pemberian Penghargaan No Kegiatan Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Keterangan 1 Persiapan: - Penetapan Panitia Penyelenggara - Penyempurnaan Pedum dan Pedoman Pelaksanaan X 2 Sosialisasi : - Pusat- Provinsi - Provinsi Daerah X 3 Penjaringan dan Seleksi Calon X X 4 Verifikasi dan Penilaian X X 5 Penetapan Calon Penerima APN X X 6 Penyerahan Penghargaan X 7 Temu Wicara X 15

16 IV. PEMBINAAN, EVALUASI DAN PENGEMBANGAN A. Pembinaan Masing-masing penerima penghargaan diharapkan dapat mempertahankan prestasi/kinerja yang telah diperolehnya. Untuk itu Kementerian/Lembaga anggota Dewan Ketahanan Pangan perlu melakukan pembinaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. B. Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk mengukur efektivitas dan pencapaian tujuan pemberian penghargaan ketahanan pangan. Melalui evaluasi, penerima penghargaan diharapkan dapat diikuti perkembangannya, sehingga permasalahan yang muncul di lapangan dapat segera diketahui dan dicari pemecahannya. Evaluasi dilaksanakan oleh Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan secara berkelanjutan. Pihak yang mencalonkan dan/atau menerima penghargaan ketahanan pangan diwajibkan secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun menyampaikan laporan kegiatan kepada Kementerian Pertanian, melalui alamat panitia penyelenggara. Laporan diharapkan berisi: 1. Keadaan ketika ditetapkan sebagai penerima penghargaan; 2. Keadaan setelah ditetapkan sebagai penerima penghargaan; 3. Permasalahan yang dihadapi; 4. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah; dan 5. Pengembangan kegiatan. C. Pengembangan Bagi penerima Penghargaan APN yang dapat mempertahankan kinerjanya dalam tiga tahun berturut-turut atau lebih, Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan c.q. Badan Ketahanan Pangan melalui Kementerian Pertanian dapat mempertimbangkan yang bersangkutan untuk diusulkan memperoleh penghargaan yang lebih tinggi seperti Penghargaan Satyalancana Pembangunan. Penghargaan dapat dicabut apabila penerima Penghargaan APN terlibat dalam kasus pidana yang berkekuatan hukum tetap. 16

17 V. PENUTUP Pedoman Umum (Pedum) Pemberian Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara Tahun 2012 ini merupakan penyempurnaan Pedum Pemberian Penghargaan Ketahanan Pangan Adhikarya Pangan Nusantara Tahun Pedoman Umum ini akan dijabarkan lebih lanjut ke dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Adhikarya Pangan Nusantara dan Juklak Penghargaan Ketahanan Pangan. MENTERI PERTANIAN, SUSWONO 17

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN KETAHANAN PANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR 66/Permentan/OT.140/6/2013 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBERIAN PENGHARGAAN

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN KETAHANAN PANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR 66/Permentan/OT.140/6/2013 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBERIAN PENGHARGAAN KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN KETAHANAN PANGAN. Harsono RM No.3 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 66/Permentan/OT.140/6/2013 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBERIAN PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2013

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TANGGAL : PEDOMAN UMUM PEMBERIAN PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2016

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TANGGAL : PEDOMAN UMUM PEMBERIAN PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2016 DRAFT LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TANGGAL : PEDOMAN UMUM PEMBERIAN PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak tahun

Lebih terperinci

DRAFT PEDOMAN UMUM PEMBERIAN PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2016

DRAFT PEDOMAN UMUM PEMBERIAN PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2016 DRAFT PEDOMAN UMUM PEMBERIAN PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2016 DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 PEDOMAN UMUM PEMBERIAN PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 78/Permentan/KP.450/6/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 78/Permentan/KP.450/6/2014 TENTANG i MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 78/Permentan/KP.450/6/2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBERIAN PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 1979, pemerintah melalui Departemen Pertanian telah memberikan apresiasi dengan menyelenggarakan lomba intensifikasi pertanian bagi kelompoktani nelayan.

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/Permentan/KP.590/7/2016 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/Permentan/KP.590/7/2016 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/Permentan/KP.590/7/2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBERIAN PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2016 DENGAN

Lebih terperinci

PEDOMANUMUM PEMBERIANPENGHARGAAN ADHIKARYAPANGANNUSANTARA TAHUN2015

PEDOMANUMUM PEMBERIANPENGHARGAAN ADHIKARYAPANGANNUSANTARA TAHUN2015 PEDOMANUMUM PEMBERIANPENGHARGAAN ADHIKARYAPANGANNUSANTARA TAHUN2015 DEWANKETAHANANPANGAN TAHUN 2015 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/Permentan/KP.590/6/2015

Lebih terperinci

PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2016

PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2016 SOSIALISASI PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2016 Disampaikan pada Sidang Regional Dewan Ketahanan Pangan Wilayah Barat Tahun 2016 Surabaya, 16 18 Mei 2016 Oleh : Kepala Pusat Penganekaragaman

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN TUJUAN SASARAN

1. PENDAHULUAN TUJUAN SASARAN 1. PENDAHULUAN TUJUAN 1. Menumbuhkan dan mendorong semangat, kreativitas, serta partisipasi masyarakat; 2. Memberikan motivasi kepada aparatur pemerintah dalam rangka mewujudkan Kedaulatan Pangan, Kemandirian

Lebih terperinci

PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2016

PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2016 SOSIALISASI PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA TAHUN 2016 Disampaikan pada Sidang Regional Dewan Ketahanan Pangan Wilayah Timur Pontianak, 3 Agustus 2016 Oleh : Dr. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi...

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Pedoman Teknis Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim ii Hal I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang. 1 B. Sasaran Nasional... 3 C. Tujuan. 3 D. Pengertian..

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN 2014 DAN RENCANA Bali, 27 Juni 2014

PELAKSANAAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN 2014 DAN RENCANA Bali, 27 Juni 2014 PELAKSANAAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN 2014 DAN RENCANA 2015 Bali, 27 Juni 2014 1 1. Pemotongan anggaran BKP 2014 Surat Edaran Menseskab No. SE- 7/Seskab/V/2014 Inpres No. 4 Tahun 2014 Penghematan dan Pemotongan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK) MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 273/Kpts/OT.160/4/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI LAMPIRAN 2 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN GABUNGAN KELOMPOK TANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA DAN PENUYUH PERTANIAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 28/Permentan/OT.140/4/2012 TANGGAL : 23 April 2012 PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai amanat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa untuk mengoptimalkan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA DAN PENYULUH PERTANIAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I

Lebih terperinci

LAMPIRAN MEKANISME PENILAIAN DAN PEMBERIAN PENGHARGAAN

LAMPIRAN MEKANISME PENILAIAN DAN PEMBERIAN PENGHARGAAN LAMPIRAN MEKANISME PENILAIAN DAN PEMBERIAN PENGHARGAAN MEKANISME PENGUSULAN DAN PENETAPAN PENERIMA PENGHARGAAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA Matriks 1 Matriks 2 MEKANISME PENGUSULAN DAN PENETAPAN PENERIMA PENGHARGAAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03//Permentan/OT.140/1/2011 TANGGAL : 31 Januari 2011 PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN BERPRESTASI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN BERPRESTASI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENILAIAN PETANI BERPRESTASI TINGGI PADA LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang I PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal. No.397, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 43/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN

Lebih terperinci

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG KOMISI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KARO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 55,2012 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 08/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 08/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 08/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : : a. bahwa

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN BAGI KEPALA DAERAH DAN PETANI BERPRESTASI TINGGI PENGELOLA LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN BAGI KEPALA DAERAH DAN PETANI BERPRESTASI TINGGI PENGELOLA LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN BAGI KEPALA DAERAH DAN PETANI BERPRESTASI TINGGI PENGELOLA LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DEWAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH 2016 KATA PENGANTAR Dalam rangka

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 42/Permentan/OT.140/3/2013 TANGGAL : 21 Maret 2013 PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Ungaran, Februari 2017

KATA PENGANTAR Ungaran, Februari 2017 KATA PENGANTAR Dalam rangka menjaga dan mendorong petani dan kepala daerah kabupaten/kota agar termotivasi dalam mempertahankan dan tidak mengalihfungsikan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B),

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 13/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN TELADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 13/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN TELADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 13/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN TELADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN GABUNGAN KELOMPOK TANI BERPRESTASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 54/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 54/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 54/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 i ii KATA PENGANTAR Pengembangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2009 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.52, 2010 Kementerian Pertanian. Pelatihan. Pertanian Swadaya. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.52, 2010 Kementerian Pertanian. Pelatihan. Pertanian Swadaya. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.52, 2010 Kementerian Pertanian. Pelatihan. Pertanian Swadaya. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/Permentan/PP.410/1/2010 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 23/Permentan/OT.140/4/2012 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN TELADAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 23/Permentan/OT.140/4/2012 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN TELADAN 210/ 07/2003 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 23/Permentan/OT.140/4/2012 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN TELADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN PELAKSANA PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BIMA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/OT.210/3/2014 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/OT.210/3/2014 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN HORTIKULTURA DRAF FINAL+MASUKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/OT.210/3/2014 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam melaksanakan pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa ketahanan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 46/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI BERPRESTASI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 46/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI BERPRESTASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 46/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TELADAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TELADAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TELADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN BANTUAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO.

MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN BANTUAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO. BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN BANTUAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1136, 2014 KEMEN KP. Penyuluh Perikanan. Swasta. Swadaya. Pemberdayaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2014

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.274, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/Permentan/OT.140/3/2012 TENTANG PROGRAM PENINGKATAN DIVERSIFIKASI DAN KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN : 2016 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN TANI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN KETAHANAN PANGAN, PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 60/Permentan/HK.060/8/2007 TENTANG UNIT PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 60/Permentan/HK.060/8/2007 TENTANG UNIT PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI TAHUN 2010 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 60/Permentan/HK.060/8/2007 TENTANG UNIT PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.454, 2014 KEMENTAN. Penilaian. Pusat Pelatihan. Pertanian. Pedesaan. Berprestasi. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.454, 2014 KEMENTAN. Penilaian. Pusat Pelatihan. Pertanian. Pedesaan. Berprestasi. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.454, 2014 KEMENTAN.. Pusat Pelatihan. Pertanian. Pedesaan. Berprestasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/Permentan/OT.140/4/2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 - 2 - Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN PENGHARGAAN ADIBAKTI MINA BAHARI.

MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN PENGHARGAAN ADIBAKTI MINA BAHARI. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/212 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN PENGHARGAAN ADIBAKTI MINA BAHARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 39 TAHUN 2007

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 39 TAHUN 2007 GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATAKERJA SEKRETARIAT BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN PROVINSI LAMPUNG

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TELADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015 PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA BIDANG PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN KETAHANAN PANGAN DAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.496, 2012 KEMENTERIAN SOSIAL. Penghargaan. Kesejahteraan Sosial. Lanjut Usia. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG PENGHARGAAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG, BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da No.124, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyuluhan Pertanian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/Permentan/SM.200/1/2018 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

2017, No Penyesuaian/Inpassing Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional Bidang Pertanian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

2017, No Penyesuaian/Inpassing Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional Bidang Pertanian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 No.526, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. INPASSING. Jabatan Fungsional bidang Pertanian. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PERMENTAN/OT.110/3/2017 TENTANG TATA CARA PENYESUAIAN/INPASSING

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 91/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 91/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 9/Permentan/OT.40/9/03 TENTANG PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci