Bab III. Metodologi Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab III. Metodologi Penelitian"

Transkripsi

1 Bab III. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian normative dengan pendekatan secara historis (historical approach), pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach), dan pendekatan sosiologi. III.1.Metodologi penelitian 1. Persiapan Tahap persiapan meliputi a. Studi pustaka dengan melakukan studi pustaka dengan membaca, mempelajari serta menginventaris berbagai teori hukum yang relevan dengan penelitian ini. b. Menetapkan contoh kasus pertama yaitu sengketa tanah wakaf antara Yayasan Sulit Air Sepakat dengan PT dan kedua studi kasus pengelolaan tanah wakaf untuk tempat pemakaman umum oleh Kantor Pelayanan Pemakaman DKI Jakarta. c. Studi kasus tersebut diambil untuk mencari hubungan antara pendaftaran dan pengelolaan tanah wakaf dalam hokum agrarian nasional. Dengan demikian akan diperoleh fakta-fakta yang diambil dari kedua kasus tersebut. d. Menentukan responden atau narasumber penelitian yaitu : Pihak-pihak yang berperkara Anas Syamsi selaku wakif. Organisasi Sulit Air Sepakat DPC. Tanah Abang, Jakarta Pusat selaku nadzir. PT. Cipta Multi Permai Wirasta selaku pihak ke tiga. Penentuan responden pihak berperkara dilakukan untuk memperoleh keterangan langsung sehingga diharapkan peneliti mampu menggali informasi detil mengenai perkara yang sedang mereka hadapi. Birokrasi dan Lembaga Kepala Pusat Hukum dan Dokumentasi BPN RI Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Pengembangan Wakaf Departemen Agama RI Divisi Penelitian dan Pengembangan Badan Wakaf Indonesia Panitera Pengadilan Agama Jakarta Pusat Kantor Pelayanan Pemakaman DKI Jakarta 23

2 Dari pihak birokrasi peneliti mengharapkan data yang sahih, terkini dan relevan dengan penelitian ini. Data yang dikumpulkan berupa keterangan langsung dengan teknik wawancara, dokumen berupa laporan-laporan resmi maupun tidak resmi, peraturan, foto, dan gambar. Akademisi Prof. Boedi Harsono, S.H. pakar hukum agraria Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta. Dr. Uswatun Hasanah, M.A pakar perwakafan Indonesia dari Pusat Studi Kajian Timur Tengah, FHUI. (Anggota Tim Penyusun Undang Undang Wakaf). Wawancara dilakukan dengan para ahli untuk memperoleh keterangan yang berupa teori-teori yang relevan dengan penelitian ini. 2. Mengumpulkan data berupa Data primer yaitu data hukum primer berupa peraturan perundang-undangan dengan teknik inventarisasi hukum positif yang berhubungan dengan pendaftaran dan pengelolaan tanah wakaf, baik peraturan yang sedang berlaku maupun yang pernah berlaku serta data kajian hukum Islam mengenai wakaf. Data primer juga yang diperoleh langsung dari dari para narasumber yang dilakukan dengan teknik wawancara dengan baik secara lisan maupun tertulis. Data sekunder berupa data kepustakaan, meliputi literatur-literatur tentang agraria khususnya pendaftaran tanah dan wakaf. Literatur-literatur tersebut meliputi karya ilmiah berupa buku, makalah,hasil penelitian, artikel dalam majalah dan bahan hukum sejenisnya. Data sekunder dikumpulkan dengan teknik studi pustaka dan penelusuran data online via internet/research on line. 6. Pengolahan data dilakukan dengan cara Menarik asas hukum yang mengatur pendaftaran & pengelolaan tanah wakaf. Menyusun sistematika peraturan perundangan-undangan mengenai pendaftaran & pengelolaan tanah wakaf. Menyusun jawaban responden secara sistematis dan tertulis. 24

3 7. Analisis data Semua data yang terkumpul dianalisa secara descriptive dengan teknik analisa konten (Content Analysis) 8. Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan dilakukan setelah memperoleh analisis dari data yang telah dikumpulkan. 9. Penyusunan laporan akhir. III.2. Bagan alir penelitian Adapun bagan alir penelitian dapat diperhatikan sebagaimana berikut di bawah ini 25

4 Gambar III.1. Bagan Alir Penelitian 26

5 III.3.Pelaksanaan penelitian III.3.1.Lokasi penelitian Penelitian ini mengambil dua studi kasus masing-masing adalah sengketa tanah wakaf antara Anas Syamsi dengan organisasi SAS kemudian studi pengelolaan tanah TPU oleh Kantor Pelayanan Pemakaman DKI Jakarta Untuk studi kasus pertama dilaksanakan di Kecamatan Tanah Abang, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Adapun secara administrasi Kecamatan Tanah Abang terbagi menjadi 7 kelurahan masing-masing yaitu : 1. Kelurahan Kampung Bali 2. Kelurahan Kebon Kacang 3. Kelurahan Kebon Melati 4. Kelurahan Petamburan 5. Kelurahan Bendungan Hilir 6. Kelurahan Karet Tengsin dan 7. Kelurahan Gelora Sedangkan secara geografis letak kecamatan Tanah Abang adalah Lintang Selatan dan Bujur Timur. 27

6 Gambar III.2. Lokasi penelitian Sedangkan studi kasus kedua mengambil upaya pengelolaan tanah wakaf oleh Kantor Pelayanan Pemakaman DKI Jakarta. Kantor tersebut mengelola 22 TPU yang tersebar di beberapa wilayah DKI Jakarta. Seperti tampak pada gambar di bawah ini : 28

7 Gambar III.3. Sebaran Lokasi TPU di DKI Jakarta III.3.2.Batasan masalah : Selain pembahasan dibatasi studi kasus pada referensi putusan Mahkamah Agung Nomor 392.K/AG/2006 tanggal 17 Oktober Pada penelitian ini penulis menarik asas-asas yang terpenting terhadap pendaftaran dan pengelolaan tanah wakaf. Asas-asas ini dapat ditemukan pada peraturan perundang-undangan yang telah diiventaris sebelumnya seperti : 1. Undang-Undang Pokok Agraria 2. Undang-Undang Wakaf 29

8 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Wakaf 4. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Pendaftaran Tanah Wakaf Hak Milik. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Adapun asas-asas tersebut adalah : 1. Asas penyerahan tanah wakaf tanpa ada hak untuk diminta kembali. 2. Asas pembuktian tanah wakaf 3. Asas penggantian tanah wakaf 4. Asas pengelolaan tanah efisien dan efektif III.4. Pengumpulan data Pengumpulan data primer (bahan hukum primer) dengan teknik inventarisasi meliputi semua peraturan perundangan-undangan pengadilan yang mengatur mengenai pendaftaran dan pengelolaan tanah wakaf bertujuan untuk menyusun sistematika peraturan perundangan-undangan mengenai wakaf. Pengumpulan data primer terhadap responden dilakukan dengan teknik wawancara baik secara tertulis maupun lisan dengan tujuan mendapat keterangan lebih detil mengenai permasalahan yang dihadapi Data sekunder yang menunjang seperti dokumen baik yang formal/resmi atau pribadi, peta, foto maupun gambar serta literature berupa jurnal ilmiah, buku teks, Koran dan internet penulis lakukan dengan teknik dokumentasi. Setelah inventaris berbagai peraturan perundangan-undangan dilakukan tahapan selanjutnya adalah melakukan identifikasi terhadap isi peraturan peraturan yang mengatur langsung mengenai pendaftaran dan pengelolaan tanah wakaf. Identifikasi isi dari masing-masing peraturan perundang-undangan dilakukan agar dapat mengenali asas-asas yang terpenting dan relevan dengan tujuan penelitian. Pada penelitian ini telah berhasil diinventaris beberapa peraturan perundanganundangan yang mengatur pendaftaran & pengelolaan tanah wakaf antara lain yaitu : 30

9 1. UUPA 2. UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf 3. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik 4. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah 5. PP No. 42 Tahun 2006 tentang Peraturan Pelaksanaan Wakaf 6. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam 7. Peraturan Menteri Negara Agraria No. 26 Tahun 1997 tentang Pelaksanaan Pendaftaran Tanah 8. Peraturan Menteri Negara Agraria No. 1 Tahun 1978 tentang Pedoman Pelaksanaan Perwakafan Tanah Wakaf Milik. Peraturan perundangan-undangan tersebut dikeluarkan setelah kemerdekaan. Sedangkan peraturan yang dikeluarkan pada masa pemerintahan Belanda adalah : 1. SE Sekretaris Governement No tanggal SE Sekretaris Governement No tanggal SE Sekretaris No. 3088/A tanggal SE Sekretaris Governement No. 1273/A tanggal III.5. Pengolahan data III Data primer Pengolahan data dilakukan masing-masing terhadap data primer yang berupa peraturan perundang-undangan dan jawaban dari responden serta data sekunder yang telah dikumpulkan. Berdasarkan identifikasi isi dari peraturan perundang-undangan, maka asas-asas hukum yang berhubungan dengan masalah pendaftaran dan pengelolaan tanah yang peneliti revelan dengan tujuan penelitian yaitu : 1. Asas penyerahan tanah wakaf tanpa hak untuk diminta kembali. 2. Asas pembuktian tanah wakaf. 3. Asas penggantian tanah wakaf. 4. Asas pengelolaan tanah wakaf yang efektif dan efisien. Dengan menarik keempat asas hukum ini memudahkan peneliti untuk menganalisis rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya. 31

10 Terhadap data yang berasal dari wawancara peneliti melakukan cek silang (crosscheck) untuk menilai konsistensi jawaban dari responden. Setelah semua data diperiksa selanjutnya dilakukan penyusunan hasil wawancara tersebut ke dalam bentuk tulisan yang sistematis agar mudah untuk dipahami. III.5.2. Data sekunder Data sekunder yang berhasil peneliti kumpulkan berupa : 1. Numeris/angka/prosentase laporan dari responden 2. Peta 3. Foto dan gambar Data sekunder yang bersifat kuantitatif akan diolah ke dalam bentuk table/chart dengan program MS Office (Word dan Excel). Sedangkan data yang berupa peta diolah dengan menggunakan peranti lunak Autocad 2000 dan MapInfo versi 7.5. Data foto diolah dengan Adobe Photoshop CS2 dan CorelDraw versi 7. Data sekunder dikumpulkan dan diolah dimaksudkan untuk memperkokoh dan memperluas dasar-dasar menarik generalisasi dari hasil-hasil penelitian (Soerjono Soekanto et al 1979 :17). A. Data dari Putusan Mahkamah Agung Nomor 392.K/AG/2006 Berdasarkan putusan Mahkamah Agung tersebut ditemukan pokok-pokok masalah : 1. Subyek hukum : a. Anas Syamsi selaku penggugat dan sekaligus wakif. b. Yusman (Ketua DPC SAS Tanah Abang) selaku tergugat I c. DPC SAS Tanah Abang selaku tergugat II sekaligus nadzir. d. PT. Multi Cipta Permai Wirasta selaku tergugat III e. Notaris Sri Dewi, SH selaku tergugat IV 2. Obyek hukum : Sebidang tanah wakaf dengan luas 120 m2 dengan bukti kepemilikan Verponding Indonesia Nomor 49/1964 yang terletak di Jalan Jatibaru Gang VI dengan batas-batas : 32

11 Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah timur Sebelah barat : Jl. Jatibaru Gang VI : Pekarangan milik Minin : Pekarangan milik Sahadi bi Dani : Kamar mandi umum Gambar III.4 : Visualisasi obyek sengketa (Sumber diolah kembali dari PT Jasindo Abadi Utama) 33

12 3. Perbuatan hukum : a. Jual beli tanah dari Nurlaila kepada Anas Syamsi pada tanggal 25 Oktober b. Penyerahan tanah sebagai tanah wakaf dari Anas Syamsi kepada Organisasi SAS DPC Tanah Abang tanggal 15 Oktober 1981 dengan akta notaries nomor 15 dihadapan pejabat notaries Yetty Taher, SH. c. Tukar-menukar tanah antara DPC SAS Tanah Abang dengan PT. Multi Cipta Wirasta dengan akta pengikatan tukar menukar nomor 13 tanggal 16 April 2002 dihadapan pejabat notaries Sri Dewi, SH. d. Serah terima tanah ruko antara PT Cipta Multi Wirasta dan dengan Berita Acara Serah Terima Ruko Blok F Nomor 013/BAST/MCPW/II/03 tanggal 20 Pebruari B. Data Organisasi Sulit Air Sepakat Sulit Air Sepakat adalah sebuah organisasi warga perantau berasal dari kenagarian Sulit Air, Kabupaten Solok, Sumater Barat. Organisasi ini didirikan oleh tokoh-tokoh perantau perantau yang berada di kota Padang pada tahun Organisasi SAS didirikan oleh Mahyudin Dt. Sutan Maharjo Nan Besar atau sering disebut dengan gelar Datuk Bangkik, yang berasal dari keluarga bangsawan Minangkabau Tuanku Laras II yang memimpin nagari Sulit Air pada abad ke 19. Perjalanan SAS kemudian dilanjutkan dan dikembangkan oleh para tokoh Sulit Air yang berada di Jakarta. Eksistensi SAS sebagai organisasi mengalami kemajuan terutama setelah sukses melaksanakan musyawarah besar (Mubes) di Ciloto, Jawa Barat pada tanggal 3 Juli 1970, yang mendeklarasikan sebagai organisasi formal perkumpulan bagi masyarakat perantau Sulit Air. Organisasi sekarang telah mempunyai 80 Daerah Perwakilan Cabang di seluruh Indonesia dan 4 Dewan Perwakilan Cabang di luar negeri yaitu di Kualalumpur, Sidney, Melbourne, dan Washington, DC. ( : 2008) 34

13 Tabel III. 1 : Periode Ketua Umum DPP SAS No Ketua Umum Periode 1 H.Syamsul Bahri Nur H.Rozali Usman Armon Syamsuddin Fakruddin Panuh H.Rozali Usman, SH Nurakhsar Drs.H. Rainal Rais H. Zulherfin Zubir 1996 sd sekarang (Sumber diolah kembali dari Huri : 2006) DPP SAS di dalam menjalin dan membina hubungan dengan masing-masing DPC di daerah rantau lebih berpola sebagai perpanjangan tangan dan perwakilan DPP di setiap daerah atau DPC bertugas sebagai perbantuan DPP di tingkat propinsi. (Huri : 2006). Untuk menganalisis pola hubungan DPP SAS dengan PDC SAS di daerah serta angota-anggota Susunan organisasi DPP SAS dapat diperhatikan pada bagan struktur organiasis sebagai berikut 35

14 Gambar III.5 : Bagan Struktur Organisasi SAS C. Data Tempat Pemakaman Umum Salah satu tujuan wakaf yang sering dilakukan pada masyarakat wakaf tanah adalah untuk kepentingan tempat pemakaman umum (TPU). Bagi daerah perkotaan Jakarta ketersedian adanya tanah untuk tempat pemakaman umum adalah masalah yang cukup serius, setidaknya data dari Kantor Pelayanan Pemakamanan DKI Jakarta menunjukkan bahwa jika tidak ada pengelolaan tempat pemakaman umum yang efisien dan efektif maka Jakarta akan kehabisan tanah tempat pemakaman umum. 36

15 Diperkirakan bahwa lahan yang dibutuhkan agar menjadi ideal adalah sekitar 300 hektare lagi agar krisis lahan ini dapat diselesaikan. Namun untuk propinsi Daerah Khusus Ibukota yang berpenduduk tidak kurang dari 8.2 juta jiwa dengan luas tanah yang terbatas, kebutuhan lahan seluas 300 hektare untuk areal pemakaman adalah hal cukup serius jika tidak segera ditangani. Menurut data Subbid Pengendalian Teknis Kantor Pelayanan Pemakaman (KPP) DKI Jakarta, memiliki 95 Taman Pemakaman Umum (TPU) dengan luas 580 hektar. Dalam laporan tahun 2006 bahwa luas ideal yang harus disediakan untuk areal pemakaman di Jakarta itu 875 hektar. Jika tidak ada solusi nyata bagi lahan pemakaman diperkirakan DKI Jakarta akan mengalami krisis lahan pemakaman. Sejak lima tahun terakhir rata-rata setiap harinya TPU di Jakarta menerima 100 orang sehingga luas areal yang ada saat ini tidak mencukupi. Tabel III.2. Jumlah TPU di DKI Jakarta menurut wilayah Tahun 2006 Kota Muslim Kristen Budha/Hindu Campuran Jumlah Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara Kep. Seribu Jumlah (Sumber diolah dari Jakarta Dalam Angka Tahun 2006) Menurut data dari Kantor Pelayanan Pemakaman Propinsi DKI Jakarta di wilayah Jakarta tempat pemakaman umum yang dikelola oleh Kantor Pelayanan Pemakaman hanya ada 22 TPU, sedangkan sisanya sejumlah 73 TPU dikelola secara swadaya oleh masyarakat. 37

16 Tabel III.3 : TPU yang dikelola Kantor Pelayanan Pemakaman DKI Jakarta No. Nama TPU Kelas Alamat Luas (ha) 1 Karet Bivak Induk Jl. Penjernihan 16 2 Karet Pasar Br. Barat L Jl. Pasar Baru Barat 10 3 Petamburan Kawi-Kawi L Senen 11 5 Utan Kayu L Jl. Rawamangun Muka No Pondok Ranggon Induk Jl. Pondok Ranggon 57 7 Cipinang Besar Induk Jl. Kebon Nanas Raya 16 8 Kober Jatinegara L Jl. Kober Jatinegara 10 9 Pondok Kelapa-Malaka Induk Jl. H. Naman Pondok Kelapa-Mlk II Induk Jl. Pondok Kelapa Raya Penggilingan L Tegal Alur Induk Jl. Kamal Raya No. 1 A Grogol kemanggisan Joglo Cabang Jl. Joglo Raya Semper Induk Jl. Budi Darma Kamp. Kandang P Jl. Moh. Kahfi I No Tanjung Barat Induk Jl. H. Saidi Rt 007 / Rw Srengseng Sawah Induk JL. Kp. Kalibata Tanah Kusir Induk Jl. Bintaro Raya Jeruk Purut Induk Jl. Madrasah No Menteng Pulo II Induk Jl.Menteng Pulo Menteng Pulo Induk Jl. Menteng Pulo 32 ( Sumber dari Kantor Pelayanan Pemakaman Pemprov. DKI Jakarta Untuk mengetahui daya tampung masing-masing TPU yang dikelola oleh Kantor Pelayanan Pemakaman DKI Jakarta dapat diamati pada tabel di bawah ini. Tabel III.4. Daya Tampung TPU di DKI Jakarta No. TPU Tumpangan Petak Isi Petak Kosong 1 Karet Pasar Br. Barat Kawi-Kawi Karet Bivak Petamburan Cipinang Besar Pondok Kelapa-Malaka Pondok Kelapa-Mlk II Utan Kayu Jumlah (Petak Isi + Kosong) 38

17 9 Pondok Ranggon Kober Jatinegara Penggilingan Tegal Alur Grogol kemanggisan Joglo Srengseng Sawah Tanah Kusir Jeruk Purut Menteng Pulo Kamp. Kandang Tanjung Barat Menteng Pulo II Jumlah (Sumber Laporan Kantor Pelayanan Pemakaman DKI Jakarta) D. Data Demografi Data demografi diambil untuk menganalisa hubungan antara jumlah penduduk dengan kebutuhan lahan yang diperlukan untuk suatu kegiatan pembangunan. Adapun data demografi yang diambil adalah : 1. Data jumlah penduduk 2. Data luas wilayah 3. Data kepadatan penduduk 4. Data angka kematian pada 4 tahun terakhir Tabel III.5. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Wilayah Luas Jumlah Kepadatan Jakarta Pusat ,618 Jakarta Utara ,203 Jakarta Barat ,890 Jakarta Selatan ,092 Jakarta Timur ,858 Kep. Seribu ,646 (Sumber : SUSENAS 2002) 39

18 Tabel III.6. Jumlah Kematian, Penduduk dan Angka Kematian Tahun Jumlah Pddk Mati Penduduk Angka Kematian Kasar (CDR) , , , , (Sumber : Kantor Catatan Sipil DKI Jakarta : 2002) E. Data Tanah Wakaf se DKI Jakarta Menurut data laporan dari Departemen Agama jumlah tanah wakaf di DKI Jakarta adalah sebagai berikut di bawah ini. Tabel III.7. Jumlah tanah wakaf se DKI Jakarta No Kota Jumlah 1 Jakarta Pusat 206 bidang 2 Jakarta Selatan 250 bidang 3 Jakarta Barat 217 bidang 4 Jakarta Timur 292 bidang 5 Jakarta Utara 281 bidang Adapun luas tanah wakaf seluruh DKI Jakarta adalah ,229 m2 dengan rincian berdasarkan laporan : 1. Sudah mempunyai akta ikrar wakaf sejumlah 1095 bidang 2. Sudah bersertipikat 1236 bidang 3. Belum bersertipikat 8 bidang Data-data tersebut di atas belum dapat menunjukkan posisi relative dari bidang tanah wakaf oleh karena itu untuk mendapatkan analisis spasial masih diperlukan peta, dalam hal peneliti membuat contoh peta sebaran tanah wakaf. Pada penelitian sebagai contoh peneliti tunjukkan sebaran lokasi tanah wakaf di Jakarta Pusat dalam bentuk peta sebagai mana dapat dilihat pada Lampiran G 40

Bab I. Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. I.1. Latar Belakang Bab I. Pendahuluan I.1. Latar Belakang Lembaga wakaf dan tanah wakaf di Indonesia adalah termasuk dalam bidang Hukum Agraria, yaitu sebagai perangkat peraturan yang mengatur tentang penggunaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3069/ 2003 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3069/ 2003 TENTANG KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3069/ 2003 TENTANG KELURAHAN SASARAN PENEMPATAN KOMPUTER PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN AKTA CATATAN SIPIL DALAM WILAYAH PROPINSI

Lebih terperinci

DATA SURAT KETERANGAN DOMISILI SEMENTARA TAHUN 2014

DATA SURAT KETERANGAN DOMISILI SEMENTARA TAHUN 2014 DATA SURAT KETERANGAN DOMISILI SEMENTARA TAHUN 2014 TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KABUPATEN KOTA NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN LAKI-LAKI PEREMPUAN 2014 PROVINSI DKI JAKARTA KAB.ADM.KEP.SERIBU KEP. SERIBU UTR

Lebih terperinci

DATA JUMLAH KEPALA KELUARGA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014

DATA JUMLAH KEPALA KELUARGA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014 DATA JUMLAH KEPALA KELUARGA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014 TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KABUPATEN/KOTA NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN JUMLAH KK JUMLAH KK LAKI-LAKI PEREMPUAN 2014 PROVINSI DKI JAKARTA KAB.ADM.KEP.SERIBU

Lebih terperinci

DATA KEPADATAN PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014

DATA KEPADATAN PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014 DATA KEPADATAN PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014 TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KABUPATEN/KOTA NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN LUAS WILAYAH (KM2) KEPADATAN (JIWA/KM2) 2014 PROVINSI DKI JAKARTA KAB.ADM.KEP.SERIBU

Lebih terperinci

NAMA WAJIB KTP WAJIB KTP TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN KABUPATEN/KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN

NAMA WAJIB KTP WAJIB KTP TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN KABUPATEN/KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN TAHUN NAMA PROVINSI NAMA WAJIB KTP WAJIB KTP NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN KABUPATEN/KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN 2013 PROVINSI DKI JAKARTA KAB.ADM.KEP.SERIBU KEP. SERIBU UTR P. PANGGANG 2094 2002 2013 PROVINSI

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA BERDASARKAN WAJIB KTP TAHUN 2014

DATA PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA BERDASARKAN WAJIB KTP TAHUN 2014 DATA PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA BERDASARKAN WAJIB KTP TAHUN 2014 TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KABUPATEN/KOTA NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN WAJIB KTP LAKI-LAKI WAJIB KTP PEREMPUAN 2014 PROVINSI DKI JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia adalah negara yang susunan kehidupan rakyat dan perekonomiannya masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam

Lebih terperinci

DATA JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA TAHUN 2014

DATA JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA TAHUN 2014 DATA JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA TAHUN 2014 TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KABUPATEN/KOTA NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN Islam Kristen Katholik Hindu Budha Khonghuchu Aliran Kepercayaan 2014 PROVINSI DKI

Lebih terperinci

REKAPITULASI KEJADIAN BANJIR BULAN JANUARI cm cm cm

REKAPITULASI KEJADIAN BANJIR BULAN JANUARI cm cm cm REKAPITULASI KEJADIAN BANJIR BULAN JANUARI 2014 NO 1 JAKARTA TIMUR 1 2 1 JATINEGARA 1 Bidara Cina 2 Kampung Melayu 3 Cipinang Muara 2 KRAMAT JATI 5 Cawang 4 Cipinang Besar Selatan TERDAMPAK KECAMATAN KELURAHAN

Lebih terperinci

BUKU XI KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA

BUKU XI KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA BUKU XI KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA K O D E (Km) DKI JAKARTA.0. ADM. KEP. SERIBU - 0,.09 UU No. 9/00.0.0 Kepulauan Seribu Utara -.0.0.00 Pulau Panggang.0.0.00 Pulau Kelapa.0.0.00

Lebih terperinci

REKAPITULASI KINERJA HARIAN 21-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah ,0 1.

REKAPITULASI KINERJA HARIAN 21-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah ,0 1. REKAPITULASI KINERJA HARIAN 21-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah 2226 460 96.78 2,0 1.897 2 Kota Administrasi Jakarta Selatan 1474 300 98.26 2,0 1.298

Lebih terperinci

REKAPITULASI KINERJA HARIAN 22-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah ,0 1.

REKAPITULASI KINERJA HARIAN 22-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah ,0 1. REKAPITULASI KINERJA HARIAN 22-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah 1837 397 92.54 2,0 1.581 2 Kota Administrasi Jakarta Timur 1521 309 98.44 2,0 1.335 3

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 HASIL PEROLEHAN AN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 20 1 2 3 4 5 6 1 P. PANGGANG 10 4.029 3.049 980 48 3 3.100 76,94 1.668 54,85 20 0,66 210 6,91 587 19,30 33 1,09

Lebih terperinci

DATA KEJADIAN BANJIR BULAN FEBRUARI 2015 JUMLAH TERDAMPAK KETINGGIAN AIR

DATA KEJADIAN BANJIR BULAN FEBRUARI 2015 JUMLAH TERDAMPAK KETINGGIAN AIR DATA KEJADIAN BANJIR BULAN FEBRUARI 2015 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 13 14 15 16 1 JAKARTA BARAT 1 CENGKARENG 1 CENGKARENG BARAT 2 CENGKARENG TIMUR 3 DURI KOSAMBI 4 KAPUK 5 KEDAUNG KALI ANGKE 6 RAWA BUAYA

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA HASIL PEROLEHAN AN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA NO KELURAHAN TPS PASANGAN CALON 1 3 1 P. PANGGANG 10 4.051 2.861 1.190 27 1 2.889

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA HASIL PEROLEHAN AN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA NO KELURAHAN TPS DLM DPT PASANGAN CALON 1 3 TIDAK 1 P. PANGGANG 10 4.051 2.861

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN I

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN I HASIL PEROLEHAN PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JARTA TAHUN 2012 PUTARAN I PEMILIH DPT DPT PEMILIH TID 1 4.029 3.049 3.100 P. PANGGANG 10 980 48 3 3.100 76,94

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Agraria Isi dan Pelaksanaannya Jilid I Hukum Tanah Nasional, (Jakarta : Djambatan, 2005), hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Agraria Isi dan Pelaksanaannya Jilid I Hukum Tanah Nasional, (Jakarta : Djambatan, 2005), hal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah dalam wilayah Negara Republik Indonesia merupakan salah satu sumber daya alam utama, yang selain mempunyai nilai batiniah yang mendalam bagi rakyat Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS YURIDIS PENDAFTARAN DAN PENGELOLAAN TANAH WAKAF DALAM HUKUM AGRARIA NASIONAL (Studi Kasus Tanah Wakaf di DKI Jakarta) TESIS

ANALISIS YURIDIS PENDAFTARAN DAN PENGELOLAAN TANAH WAKAF DALAM HUKUM AGRARIA NASIONAL (Studi Kasus Tanah Wakaf di DKI Jakarta) TESIS ANALISIS YURIDIS PENDAFTARAN DAN PENGELOLAAN TANAH WAKAF DALAM HUKUM AGRARIA NASIONAL (Studi Kasus Tanah Wakaf di DKI Jakarta) TESIS Karya tulis ini sebagai salah satu syarat Memperoleh gelar Magister

Lebih terperinci

No Kota_administrasi Kecamatan Kelurahan RW 1 Jakarta Pusat Sawah Besar Pasar Baru 0 2 Jakarta Pusat Tanah Abang Gelora 0 3 Jakarta Pusat Gambir

No Kota_administrasi Kecamatan Kelurahan RW 1 Jakarta Pusat Sawah Besar Pasar Baru 0 2 Jakarta Pusat Tanah Abang Gelora 0 3 Jakarta Pusat Gambir No Kota_administrasi Kecamatan Kelurahan RW 1 Jakarta Pusat Sawah Besar Pasar Baru 0 2 Jakarta Pusat Tanah Abang Gelora 0 3 Jakarta Pusat Gambir Kebon Kelapa 0 4 Jakarta Pusat Menteng Menteng 2 5 Jakarta

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM YANG LUASNYA TIDAK LEBIH DARI

Lebih terperinci

N A M A / J U M L A H

N A M A / J U M L A H LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN B. KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI, UPATEN/. DAN DESA/ SELURUH INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang memiliki peran sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, bisnis, industri,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian normatif dan didukung pula dengan data lapangan (empirik). Penelitian hukum normatifmenurut Soerjono

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005

Lebih terperinci

Poverty Map of Jakarta Poverty Headcount Poverty Headcount Level, Code

Poverty Map of Jakarta Poverty Headcount Poverty Headcount Level, Code Province: 3100000000 D K I JAKARTA 2,204,219 8,246,736 0.0298 0.0053 District: 3171000000 JAKARTA SELATAN 458,352 1,763,159 0.0211 0.0053 3172000000 JAKARTA TIMUR 607,959 2,322,795 0.0254 0.0069 3173000000

Lebih terperinci

25 The SMERU Research Institute, January 2003

25 The SMERU Research Institute, January 2003 Province: 3100000000 D K I JAKARTA 2,204,219 8,246,736 0.2928 0.0078 District: 3171000000 JAKARTA SELATAN 458,352 1,763,159 0.2967 0.0101 3172000000 JAKARTA TIMUR 607,959 2,322,795 0.2814 0.0094 3173000000

Lebih terperinci

Poverty Map of Jakarta Monthly Per Capita Expenditure (Rupiah) Number Number

Poverty Map of Jakarta Monthly Per Capita Expenditure (Rupiah) Number Number Province: 3100000000 D K I JAKARTA 2,204,219 8,246,736 305,577.82 8,336.69 District: 3171000000 JAKARTA SELATAN 458,352 1,763,159 329,076.13 14,033.11 3172000000 JAKARTA TIMUR 607,959 2,322,795 303,242.49

Lebih terperinci

19 The SMERU Research Institute, January 2003

19 The SMERU Research Institute, January 2003 Province: 3100000000 D K I JAKARTA 2,204,219 8,246,736 0.0014 0.0003 District: 3171000000 JAKARTA SELATAN 458,352 1,763,159 0.0010 0.0003 3172000000 JAKARTA TIMUR 607,959 2,322,795 0.0012 0.0004 3173000000

Lebih terperinci

BAB 4 PENERAPAN UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD

BAB 4 PENERAPAN UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD BAB 4 PENERAPAN UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD 4.1. POSISI KASUS 4.1.1. Para Pihak Para pihak yang berperkara dalam kasus gugatan perdata ini diantaranya adalah: 1) Penggugat Pihak yang menjadi Penggugat dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar dan penting dalam kehidupan manusia, sehingga dalam melaksanakan aktivitas dan kegiatannya manusia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN KELAPA GADING DAN PADEMANGAN DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA UTARA, KECAMATAN PALMERAH, KALIDERES DAN KEMBANGAN DI

Lebih terperinci

N A M A / J U M L A H

N A M A / J U M L A H BUKU XI PROVINSI DKI JAKARTA LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI, UPATEN/.

Lebih terperinci

KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA

KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA K O D E (Km) DKI JAKARTA.0. ADM. KEP. SERIBU - 0,.0.0.0 Kepulauan Seribu Utara -.0.0.00 Pulau Panggang.0.0.00 Pulau Kelapa.0.0.00 Pulau Harapan.0.0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu kehidupan masyarakat Indonesia yang tata kehidupannya masih bercorak agraris dan sebagian besar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NO.60 TAHUN 1990, TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH NO.60 TAHUN 1990, TENTANG PERATURAN PEMERINTAH NO.60 TAHUN 1990, TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN KELAPA GADING DAN PADEMANGAN DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA UTARA, KECAMATAN PALMERAH, KALIDERES DAN KEMBANGAN DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini dapat dilihat bahwa mata kuliah Hukum Islam telah menjadi mata kuliah dalam perguruan tinggi umum.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kedudukan akan tanah dalam kehidupan manusia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

I. PENDAHULUAN. kedudukan akan tanah dalam kehidupan manusia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak-hak atas tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, makin padat penduduknya akan menambah lagi pentingnya kedudukan akan tanah dalam

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PEMENANG LELANG Nomor : 220 / PPBJ / SDPGP-JP / F / VIII / 2011

PENGUMUMAN PEMENANG LELANG Nomor : 220 / PPBJ / SDPGP-JP / F / VIII / 2011 PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA SUKU DINAS PERUMAHAN DAN GEDUNG PEMDA JAKARTA PUSAT PENGUMUMAN PEMENANG LELANG Nomor : 220 / PPBJ / SDPGP-JP / F / VIII / 2011 PROGRAM : 04. PROGRAM PENINGKATAN KESEHATAN

Lebih terperinci

DATA KELURAHAN DAN KOPERASI PENERIMA DANA BERGULIR PEMK TAHUN 2014

DATA KELURAHAN DAN KOPERASI PENERIMA DANA BERGULIR PEMK TAHUN 2014 DATA KELURAHAN DAN KOPERASI PENERIMA DANA BERGULIR PEMK TAHUN 2014 No Nama Koperasi 1 KJK PEMK Cengkareng Barat Cengkareng Barat CENGKARENG JAKARTA BARAT 2 KJK PEMK Cengkareng Timur Cengkareng Timur CENGKARENG

Lebih terperinci

JADWAL BIMTEK PENERAPAN TKD DINAMIS

JADWAL BIMTEK PENERAPAN TKD DINAMIS JADWAL BIMTEK PENERAPAN TKD DINAMIS No. Hari: Kamis Tanggal : 5 Februari 2015 Waktu : Pukul 07.30 s.d selesai Tempat : Ruang Rapat Serbaguna Lt.22, Gd. Balaikota SKPD/UKPD PESERTA RAPAT I II III Kota Administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik langsung untuk kehidupan seperti bercocok tanam atau tempat tinggal,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, cet. 9, (Jakarta: Djambatan, 2003), hal. 358.

BAB I PENDAHULUAN. Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, cet. 9, (Jakarta: Djambatan, 2003), hal. 358. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Pertambahan jumlah penduduk di kota-kota besar seperti halnya yang terjadi di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, mengakibatkan adanya keterbatasan tanah untuk

Lebih terperinci

PERBANDINGAN JUMLAH DPT, JUMLAH TPS PILPRES II TAHUN 2004 DAN PILKADA 2007 PROVINSI DKI JAKARTA

PERBANDINGAN JUMLAH DPT, JUMLAH TPS PILPRES II TAHUN 2004 DAN PILKADA 2007 PROVINSI DKI JAKARTA PERBANDINGAN, TAHUN DAN 1 PETOJO UTARA 14.391 12.074 17.918 51 27 2 PETOJO SELATAN 10.025 10.450 14.550 38 20 3 DURI PULO 17.914 15.530 19.631 68 32 4 CIDENG 13.191 11.540 15.738 50 25 5 GAMBIR 2.834 2.406

Lebih terperinci

PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK (DPR) TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA

PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK (DPR) TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA 1 PETOJO UTARA 7 12 146 7 767 24 21 72 1.929 38 20 12 534 88 414 1.901 337 1.201 756 709 57 13 3 6 9.074 2 PETOJO SELATAN 5 7 63 14 598 27 16 14 1.366 13 12 12 558 86 215 1.524 451 926 571 510 46 5-5 7.044

Lebih terperinci

PEROLEHAN SUARA CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PUTARAN I TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA

PEROLEHAN SUARA CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PUTARAN I TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA B H I N EK G G AL I KA PEMILIHAN 6 7 8 1 PETOJO UTARA 898 2.965 2.970 3.468 275 10.576 2 PETOJO SELATAN 863 1.934 2.395 2.803 138 8.133 3 DURI PULO 1.286 4.306 3.482 5.179 346 14.599 4 CIDENG 724 3.727

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu sumber alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena fungsi dan perannya mencakup berbagai aspek kehidupan serta penghidupan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta. Posisi Kota Jakarta Pusat terletak antara 106.22.42 Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah bukan lagi suatu perjanjian seperti dalam pasal 1457 jo 1458 KUH Perdata Indonesia. Jual-beli tanah diatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan tanah diselenggarakan atas dasar peraturan perundangundangan tertentu, yang secara teknis menyangkut masalah pengukuran, pemetaan dan pendaftaran peralihannya.

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebut tanah, selain memberikan manfaat namun juga melahirkan masalah lintas sektoral

BAB I PENDAHULUAN. sebut tanah, selain memberikan manfaat namun juga melahirkan masalah lintas sektoral BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Sumber daya agraria atau sumber daya alam berupa permukaan bumi yang di sebut tanah, selain memberikan manfaat namun juga melahirkan masalah lintas sektoral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah hukum dasar di Negara Republik Indonesia. Seiring perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan.

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan dari berbagai dinamika masyarakat, semakin tinggi pula tuntutan terhadap pembangunan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Perundangan yang terbaru. Yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun tentang Perdaganganyang terkait dengan e Commerce.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Perundangan yang terbaru. Yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun tentang Perdaganganyang terkait dengan e Commerce. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjual barang melalui media internet tak lagi hemat bagi pengusaha. Mereka harus berpikir ulang mencari untung setelah pemerintah melalui Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Banten yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata pada tingkat banding, dalam

Lebih terperinci

DAFTAR LOKASI TPS/DIPO WILAYAH SUKU DINAS KEBERSIHAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT

DAFTAR LOKASI TPS/DIPO WILAYAH SUKU DINAS KEBERSIHAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT DAFTAR TPS/DIPO WILAYAH SUKU DINAS KEBERSIHAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT NO KECAMATAN KELURAHAN I GAMBIR A Monas & Gambir 1 Jl. Pejambon LPS B Kebon Kelapa 1 RW 04 Dipo 120 Swasta C Petojo Selatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. pengembangan produk permainan anak yang dapat meningkatkan daya

BAB 3 METODOLOGI. pengembangan produk permainan anak yang dapat meningkatkan daya BAB 3 METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian untuk penyusunan skripsi ini meliputi langkah-langkah pengembangan produk permainan anak yang dapat meningkatkan daya intelegensia anak yang disesuaikan

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAYANAN KAS DI LINGKUNGAN KANTOR PERBENDAHARAAN DAN

Lebih terperinci

PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK (DPRD) TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA

PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK (DPRD) TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA BHIN E KA TUNGGA L IKA PEMILIHAN UMUM 25 26 27 1 PETOJO UTARA 11 12 151 11 737 11 19 60 1.886 45 19 10 525 103 304 1.891 321 1.322 806 720 68 14 6 1 9.053 2 PETOJO SELATAN 8 5 65 11 569 9 15 21 1.327 16

Lebih terperinci

PEROLEHAN SUARA CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PUTARAN II TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA

PEROLEHAN SUARA CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PUTARAN II TINGKAT KELURAHAN DI DKI JAKARTA BH IN E K A TU NGG AL IKA PEMILIHAN 3 4 8 1 PETOJO UTARA 3.637 6.088 9.725 2 PETOJO SELATAN 2.469 5.122 7.591 3 DURI PULO 5.712 8.096 13.808 4 CIDENG 4.418 5.076 9.494 5 GAMBIR 782 1.463 2.245 6 KEBON

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisa (Soerjono Soekanto,

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisa (Soerjono Soekanto, III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan IV.1. Asas penyerahan tanah wakaf tanpa dapat diminta kembali. Berdasarkan pendapat dari ahli hukum Islam meskipun perbuatan wakaf dari Anas Syamsi dilaksanakan secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara yang corak kehidupan serta perekonomian rakyatnya masih bercorak agraris, sebagian besar kehidupan rakyatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan lahan atau tempat sebagai fondasi untuk menjalankan aktifitasnya

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sertifikat ganda..., Joshua Octavianus, FH UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Sertifikat ganda..., Joshua Octavianus, FH UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam sistem hukum nasional demikian halnya dengan hukum tanah, maka harus sejalan dengan kontitusi yang berlaku di negara kita yaitu Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, hal ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya ditulis UUD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Hukum tanah disini bukan

BAB I PENDAHULUAN. berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Hukum tanah disini bukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pengertian konteks agraria, tanah berarti permukaan bumi paling luar berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Hukum tanah disini bukan mengatur tanah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Rembuk RW Berdasarkan Kota/Kab. Total Usulan RW 1 JAKARTA PUSAT 366 7,914 5,036,617,729,176 1,622

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Rembuk RW Berdasarkan Kota/Kab. Total Usulan RW 1 JAKARTA PUSAT 366 7,914 5,036,617,729,176 1,622 Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Rembuk RW Berdasarkan Kota/Kab NO Wilayah RW Anggaran Usulan 1 JAKARTA PUSAT 366 7,914 5,036,617,729,176 1,622 2 JAKARTA UTARA 381 7,009 13,062,560,072,362 686 3 JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, manusia pun merasa aman untuk tinggal (rumah, bangunan tempat

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, manusia pun merasa aman untuk tinggal (rumah, bangunan tempat BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia, tanah merupakan salah satu faktor terpenting dan harta yang paling berharga yang banyak diminati oleh setiap warga, khususnya warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di Indonesia sangat luas dan subur sehingga memberi banyak manfaat khususnya dibidang pertanian.

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Lt 4 Jl Jenderal Gatot Subroto Kav Jakarta Selatan Telp: Fax: BELUM MENGAJUKAN

Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Lt 4 Jl Jenderal Gatot Subroto Kav Jakarta Selatan Telp: Fax: BELUM MENGAJUKAN BELUM MENGAJUKAN NO NAMA SATUAN PENDIDIKAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAMATAN KOTA TELPON BERAKHIR 1 SDN Pulau Harapan 02 - Kepulauan Seribu Selatan Kepulauan Seribu / 2013-12-30 2 SDS Budi Mulia - Sawah Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli tanah merupakan suatu perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai tanah (penjual) berjanji dan mengikatkan diri untuk menyerahkan haknya atas tanah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk memperoleh pemecahan masalah atau jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki masyarakat majemuk. Kemajemukan masyarakat di negara Indonesia terdiri dari berbagai etnis, suku, adat dan budaya.

Lebih terperinci

No:115/Pdt.G/2012/PTA Bdg BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

No:115/Pdt.G/2012/PTA Bdg BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P U T U S A N No:115/Pdt.G/2012/PTA Bdg BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Bandung telah memeriksa dan mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM SKALA KECIL BAGI PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP SENGKETA SERTIFIKAT TANAH WAKAF. A. Analisis terhadap Sengketa Sertifikat Tanah Wakaf

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP SENGKETA SERTIFIKAT TANAH WAKAF. A. Analisis terhadap Sengketa Sertifikat Tanah Wakaf BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP SENGKETA SERTIFIKAT TANAH WAKAF A. Analisis terhadap Sengketa Sertifikat Tanah Wakaf Dalam al-qur an maupun hadith memang tidak disebutkan secara detail tentang perintah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu kehidupan masyarakat Indonesia yang tata kehidupannya masih bercorak agraris dan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga, dipelihara, dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga, dipelihara, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konsep hukum tanah nasional, tanah di wilayah Republik Indonesia adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga, dipelihara, dan dimanfaatkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah adalah elemen sangat penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai Negara agraris karena sebagian besar penduduknya adalah petani yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan Undang Undang No 5 Tahun 1960

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan Undang Undang No 5 Tahun 1960 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan Undang Undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) adalah untuk memberikan jaminan kepastian hukum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan akan meningkat, baik sebagai tempat bermukim maupun untuk kegiatan usaha, yang meliputi bidang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sebagai salah satu sumber daya alam yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan vital artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Usaha Pemerintah di dalam mengatur tanah-tanah di Indonesia baik bagi perorangan maupun bagi badan hukum perdata adalah dengan melakukan Pendaftaran Tanah

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA PEMILU. Oleh; YOSRAN,S.H,M.Hum

PENYELESAIAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA PEMILU. Oleh; YOSRAN,S.H,M.Hum PENYELESAIAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA PEMILU OLEH PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA Oleh; YOSRAN,S.H,M.Hum Kewenangan absolut pengadilan dilingkungan peradilan tata usaha negara adalah memeriksa, memutus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal juga sebagai sumber penghidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal juga sebagai sumber penghidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tanah sebagai salah satu sumber daya alam merupakan salah satu kebutuhan manusia terutama untuk pembangunan. Berkenaan dengan pertumbuhan pembangunan saat ini maka segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada umat manusia di muka bumi yang juga menjadi kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir sampai meninggal dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.

Lebih terperinci

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara C193 Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan, Jakarta Utara Shella Anastasia dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah dalam wilayah Negara Republik Indonesia merupakan salah satu sumber daya alam utama, yang selain mempunyai nilai batiniah yang mendalam bagi rakyat Indonesia,

Lebih terperinci

MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA

MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA Diklat Perencanaan dan Persiapan Pengadaan Tanah KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH SEMENTARA (PPATS)

PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH SEMENTARA (PPATS) PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH SEMENTARA (PPATS) CAMAT KECAMATAN TEMANGGUNG KABUPATEN TEMANGGUNG SK. KEPALA KANTOR WILAYAH BPN PROPINSI JAWA TENGAH Nomor : 2440/KEP.33.11/IV/2012 Tanggal 2 April 2012 Jl. Jenderal

Lebih terperinci