STRATEGI KESANTUNAN TINDAK MEMBUKA PERCAKAPAN PADA CHATTING DI INTERNET

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI KESANTUNAN TINDAK MEMBUKA PERCAKAPAN PADA CHATTING DI INTERNET"

Transkripsi

1 STRATEGI KESANTUNAN TINDAK MEMBUKA PERCAKAPAN PADA CHATTING DI INTERNET Novi Eka Susilowati Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang Abstrak: Tulisan ini mendeskripsikan kesantunan dalam membuka percakapan pada chatting di internet. Kesantunan dalam membuka percakapan pada chatting diperlukan karena chatting merupakan salah satu bentuk komunikasi tidak tatap muka sehingga memungkinkan terjadinya konflik. Pembahasan menunjukkan bahwa banyak ragam dalam membuka percakapan pada chatting di internet. Namun, tidak semua ragam dalam membuka percakapan tersebut merepresentasikan kesantunan. Kesantunan dalam chatting berbeda dengan kesantunan dalam komunikasi langsung. Dalam komunikasi langsung, kesantunan dapat diukur dari kelangsungan tuturan, tetapi dalam chatting, kelangsungan tuturan tidak selalu menunjukkan bahwa tuturan tersebut santun. Kata kunci: kesantunan, membuka percakapan, chatting Pada abad ke 21, komputer menjadi suatu media yang sangat konvensional di dunia, terlebih dengan teknologi lain yang telah ditanamkan di dalamnya yaitu jaringan Internet. Kemajuan teknologi di bidang informasi dan komunikasi tersebut telah memberikan pengaruh besar terhadap pola dan gaya interaksi umat manusia. Jarak dan luas wilayah komunikasi telah menembus batas dimensi ruang dan waktu. Manusia masa kini tak cukup hanya berkomunikasi secara sosial di dunia nyata, tetapi juga telah jauh merambah berinteraksi secara maya melalui media internet. Kemudahan-kemudahan dan keuntungan yang diperoleh dalam menggunakan internet mengakibatkan banyak masyarakat yang menggunakan internet dalam berkomunikasi. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya pengguna internet dari hari ke hari. Dari data Internet World Stats, dalam satu dasawarsa terakhir jumlah pengguna internet (netter) di dunia meningkat drastis. Dari 0.4% pengguna dari seluruh penduduk dunia, kini naik hampir 60 kali lipat di tahun Sejak tahun 2000, pertumbuhan netter dunia naik rata-rata 2% terhadap total populasi dunia. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data IDC (Internet Indo Data Centra Indonesia), ada sekitar 25 juta pengguna internet. Jumlah ini sama halnya dengan sepuluh 10% dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat tiap tahunnya seiring dengan meningkatnya jumlah jejaring sosial yang memberikan kemudahan dan memanjakan penggunanya dalam berinteraksi secara maya sebagai media ekspresi untuk beraktualisasi diri (Tuhusetya, 2009). Meningkatnya pengguna internet jelas akan berimplikasi pada penggunaan ragam bahasanya. Dalam memanfaatkan internet, pengguna internet tentunya tidak hanya puas menggunakan internet secara pasif, tetapi juga telah meningkat intensi- 9

2 10, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015 tasnya sebagai pengguna aktif. Pengguna internet tidak hanya memanfaatkan informasi-informasi yang dapat mereka unduh dari internet, melainkan juga memberikan informasi maupun melakukan ragam-ragam komunikasi melalui internet. Apalagi dengan banyak bermunculannya situs-situs jejaring sosial, peluang pengguna internet untuk berkomunikasi melalui internet semakin besar. Salah satu fasilitas di internet yang banyak digunakan pengguna internet untuk berkomunikasi adalah layanan chatting. Chatting ini menjadi sangat populer karena dianggap dapat menggantikan kegiatan berkomunikasi secara tradisional yang mengharuskan partisipan tutur untuk bertatap muka (face to face). Dengan adanya fasilitas chatting ini, partisipan tutur tidak harus bertatap muka untuk melakukan komunikasi secara langsung. Mereka dapat melakukan komunikasi langsung tersebut melalui percakapan secara tertulis. Dalam melakukan aktivitas percakapan tersebut, chatter (orang yang melakukan kegiatan chatting) tersebut menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa pada hakikatnya merupakan kombinasi berbagai macam simbol yang diatur secara sistematis sehingga dapat dipergunakan sebagai alat komunikasi secara arbitrer (mana suka). Simbol-simbol yang tertata secara sistematis akan melahirkan kata sebagai bagian esensial dari sebuah bahasa yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu hingga akhirnya melahirkan sebuah wacana, baik lisan maupun tulisan. Karena berupa lambang atau simbol, dengan sendirinya bahasa membutuhkan kesepakatan, sehingga antara komunikator dan komunikan bisa saling memahami maksud yang tersirat di balik simbolsimbol bahasa yang digunakan (Tuhusetya, 2009). Sejalan dengan pemaparan Tuhusetya di atas, Sumarsono (2009:19) memandang bahwa bahasa memang digunakan sebagai alat tingkah laku sosial yang dipakai dalam berkomunikasi. Setiap individu dapat bertingkah laku dalam wujud bahasa, dan tingkah laku bahasa individual ini dapat berpengaruh luas pada anggota masyarakat bahasa yang lain. Hal ini membawa implikasi bahwa dalam melakukan kegiatan berkomunikasi, peserta komunikasi harus mengikuti sejumlah kaidah yang berlaku dalam guyub tutur tersebut agar interaksi di antara mereka dapat berjalan dengan harmonis. Dalam berkomunikasi melalui chatting, peserta komunikasi sebenarnya sedang mentransfer secara tertulis ide atau pikiran yang seharusnya mereka lakukan secara langsung (melalui media lisan). Dengan kata lain, ketika melakukan kegiatan chatting, chatter sedang melakukan kegiatan berbahasa lisan tetapi melalui media tulis. Karena itu, sama halnya dengan percakapan lisan, peserta komunikasi melakukan beberapa kegiatan untuk menjadikan kegiatan komunikasi tersebut lancar. Kegiatan yang dilakukan tersebut di antaranya yaitu kegiatan interaksi yang meliputi kegiatan membuka percakapan. Ketika membuka percakapan, partisipan tutur memilih strategi kesantunan berbahasa tertentu. Hal ini dimaksudkan agar komunikasi yang terjadi di antara partisipan tutur berjalan dengan harmonis. Pemilihan strategi kesantunan juga dimaksudkan untuk menjaga muka peserta tutur. Kesantunan merupakan salah satu bentuk norma dalam bermasyarakat sehingga sifatnya subjektif. Hal ini membawa konsekuensi bahwa sesuatu dikatakan santun bagi seseorang atau anggota kelompok tertentu, belum tentu dikatakan santun bagi orang atau anggota kelompok lain. Dengan demikian, pemaknaan kesantunan dalam sebuah interaksi tidak dapat disamakan antara interaksi yang satu dengan lainnya, termasuk juga dalam inter-

3 Susilowati, Strategi Kesantunan Tindak Membuka Percakapan, 11 aksi melalui chatting di internet. Dalam kegiatan interaksi ini, chatter mempunyai norma-norma sendiri untuk mengatakan sesuatu itu dianggap santun atau tidak. Apalagi, bahasa chatting di internet memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan karakteristik bahasa pada percakapan lainnya. Untuk itulah, tulisan ini berusaha untuk mengungkap kesantunan pada kegiatan chatting di internet, utamanya pada kegiatan membuka dan menutup percakapan. KARAKTERISTIK BAHASA INTERNET Berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, wacana dapat dibedakan menjadi wacana tulis dan wacana lisan. Wacana tulis adalah teks yang berupa rangkaian kalimat yang menggunakan ragam bahasa tulis, sedangkan wacana lisan adalah teks lisan merupakan rangkaian kalimat yang ditranskrip dari rekaman bahasa lisan. Wacana tulis, dapat ditemukan dalam bentuk buku, berita di koran, artikel, makalah, dan sebagainya, sedangkan wacana lisan misalnya percakapan, khotbah, dan siaran langsung di radio atau TV (Rani, dkk, 2006:26). Lebih lanjut, Rani, dkk (2006) mengemukakan perbedaan bahasa lisan dan bahasa tulis. Perbedaan tersebut dijabarkan berikut ini.. Pertama, kalimat dalam bahasa lisan cenderung kurang terstruktur (gramatikal) apabila dibandingkan dengan bahasa tulis, sebaliknya, bahasa tulis cenderung lengkap dan panjang bahkan ada yang terdiri atas beberapa klausa. Kedua, penataan subordinatif bahasa dalam wacana lisan lebih sedikit apabila dibandingkan bahasa tulis. Dalam wacana lisan cenderung tidak digunakan kalimat majemuk subordinatif. Ketiga, bahasa dalam wacana lisan jarang menggunakan piranti hubung karena didukung oleh konteksnya. Bahasa dalam wacana tulis sering menggunakan piranti hubunguntuk menunjukkan suatu hubungan ide. Keempat, bahasa dalam wacana lisan cenderung tidak menggunakan frase benda yang panjang sedangkan dalam wacana tulis menggunakan. Kelima, kalimatkalimat dalam bahasa tulis cenderung berstruktur subjek-predikat, sedangkan bahasa lisan menggunakan struktur topikkomen. Keenam, dalam bahasa lisan, pembicara dapat mengubah struktur atau memperhalus ekspresi yang kurang tepat pada saat itu juga, sedangkan dalam bahasa tulis hal itu tidak dapat terjadi. Ketujuh, dalam bahasa lisan, khususnya dalam percakapan sehari-hari, pembicara cenderung menggunakan kosakata umum. Sebaliknya, dalam bahasa tulis, sering digunakan istilah teknis yang mempunyai makna khusus. Kedel apan, dalam bahasa lisan sering diulang bentuk sintaksis yang sama dan digunakan sejumlah filler, misalnya saya pikir, Anda ketahui, jika Anda mengetahui apa yang saya maksud, dan sebagainya. Pada bahasa tulis, jarang sekali pemakaian filler dan pengulangan bentuk yang sama tersebut. Berdasarkan perbedaan-perbedaan bahasa tulis dan bahasa lisan di atas, bahasa chatting dapat dikategorikan dalam bahasa lisan. Hal ini disebabkan oleh dominannya karakteristik bahasa lisan pada bahasa chatting, meskipun bahasa chatting juga dituliskan seperti bahasa tulis. Meskipun bahasa chatting dapat dikategorikan sebagai bahasa lisan, namun bahasa chatting masih memiliki perbedaan dengan bahasa lisan atau bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Perbedaan penggunaan bahasa tersebut berkisar pada pemakaian sejumlah kata atau ungkapan yang khusus digunakan dalam chatting. Artinya, dalam melakukan kegiatan chatting, para chatter memiliki ragam bahasa sendiri yang tidak digunakan

4 12, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015 dalam komunikasi di luar komunikasi chatting, misalnya penggunaan asl yang biasanya digunakan untuk menanyakan umur (a=age), jenis kelamin (s=sex), dan asal (l=location). Istilah-istilah semacam inilah yang hanya digunakan dalam chatting. Selain karakteristik yang telah disebutkan di atas, bahasa chatting juga mempunyai beberapa karakteristik lain. Karakter tersebut terletak pada penggunaan singkatan yang digunakan dalam berkomunikasi. Contoh pada bagian sebelumnya juga merupakan salah satu bentuk singkatan yang dapat ditemukan pada komunikasi chatting di internet. Penggunaan singkatan ini dilakukan dalam rangka untuk membuat tuturan cepat disampaikan kepada mitra tutur. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuniarti (2008) menunjukkan bahwa singkatan yang digunakan dalam chatting merupakan bentukan kata yang telah mengalami proses morfologis. Hanya saja, bentukan tersebut merupakan bentukan nonstandar yang tidak sesuai dengan kaidah pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Tak hanya itu, dalam komunikasi chatting, para chatter juga cenderung menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa pengantar komunikasi mereka. JENIS-JENIS STRATEGI KESANTUNAN Menurut Allan (dalam Rahardi, 2005), bertutur adalah kegiatan yang berdimensi sosial. Seperti lazimnya kegiatan-kegiatan sosial lain, kegiatan bertutur dapat berlangsung dengan baik apabila para peserta pertuturan itu semuanya terlibat aktif di dalam proses bertutur tersebut. Apabila terdapat satu atau lebih pihak yang tidak terlibat aktif dalam kegiatan bertutur, dapat dipastikan pertuturan itu tidak dapat berjalan lancar. Dengan kata lain, agar proses komunikasi penutur dan mitra tutur dapat berjalan baik dan lancar, mereka haruslah dapat saling bekerja sama. Terkait pembicaraan tentang kerja sama dalam berkomunikasi, Grice (dalam Leech, 1993:11) telah menuangkan beberapa prinsip. Prinsip tersebut dikenal dengan Prinsip Kerja Sama (PK) yang meliputi empat maksim, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi/hubungan, dan maksim cara. Jika diperhatikan, teori Grice tersebut didasarkan pada prinsip logika sehingga efektivitas komunikasi sematamata diukur dari aspek kebenaran informasi dan ketepatan proses penyampaian informasi tersebut. Padahal, dalam proses komunikasi, penutur dan petutur mungkin saja harus berbohong dan penyampaian informasi tidak dilakukan secara langsung. Hal itu dilakukan karena penutur atu petutur mempunyai maksud-maksud tertentu. Dengan kata lain, PK Grice tidak sepenuhnya dapat dipenuhi. Bahkan, kadangkala harus dilanggar. Untuk masalahmasalah interpersonal, PK Grice tidak lagi banyak digunakan. PK Grice kurang menekankan aspek kesantunan dalam berkomunikasi. Karena hal itulah, beberapa linguis mengembangkan model-model teori atau strategi kesantunan berbahasa. Watts (2003:1) menyatakan bahwa tidak mudah memberikan definisi tentang kesantunan. Dalam usaha untuk memperoleh kesepakatan tentang definisi kesantunan, biasanya ditemui kesulitan untuk memberikan definisi yang bisa mewadahi pemahaman tentang kesantunan secara menyeluruh karena subjektivitas dalam memahami kesantunan. Namun demikian, masyarakat memiliki sebuah konvensi umum untuk menyebutkan sesuatu dikatakan santun atau tidak. Untuk itulah, Lakoff (dalam Yule, 1996:183) mendefinisikan kesantunan sebagai suatu sistem hubungan antarmanusia yang diciptakan untuk mempermudah hubungan dengan meminimal-

5 Susilowati, Strategi Kesantunan Tindak Membuka Percakapan, 13 kan potensi konflik dan perlawanan yang melekat dalam segala kegiatan manusia. Ada beberapa jenis strategi kesantunan yang pernah dicetuskan para ahli. Namun, sedikitnya terdapat tiga macam jenis kesantunan yang sampai dengan saat ini banyak digunakan sebagai dasar acuan dalam penelitian kesantunan. Ketiga macam kesantunan itu adalah (1) kesantunan menurut Robin Lakoff, (2) kesantunan menurut Leech, dan (3) kesantunan menurut Brown dan Levinson. Eelen (dalam Jumadi, 2005:51) menganggap Robin Lakoff sebagai ibu teori kesantunan modern. Lakoff mendefinisikan kesantunan sebagai sistem hubungan interpersonal yang dirancang untuk mendukung interaksi dengan meminimalkan potensi konflik dan kofrontasi yang terjadi pada semua hubungan manusia. Teori yang disusun Lakoff ini sebenarnya beranjak dari teori PK Grice dengan menambahkan sejumlah prinsip yang diukur dari parameter sosial. Teori kesantunan Lakoff memuat tiga aturan, yaitu (a) skala formalitas (formality scale): jangan memaksakan aturan (aturan 1); (b) skala ketidaktegasan (hesitancy scale): berilah pilihan (aturan 2); dan (c) ciptakan suasana nyaman dan ramah (aturan 3). Aturan ini selalu dijumpai dalam komunikasi apapun, tetapi berbagai budaya cenderung menekankan salah satunya. Budaya Asia misalnya, lebih menekankan kepada rasa hormat, sedangkan budaya Eropa cenderung menekankan menjaga jarak, dan budaya Amerika menekankan pada persahabatan. Teori kesantunan yang lain diungkapkan oleh Leech. Teori kesantunan Leech dikembangkan berdasarkan parameter skala untung-rugi (cost benefit-scale). Semakin menguntungkan petutur, tuturan yang dibuat semakin santun, demikian juga sebaliknya. Selanjutnya, Leech mengembangkan parameter tersebut disajikan dalam sejumlah maksim, maksim kearifan/ kebijaksanaan (tact maxim) (dalam ilokusi impositif dan komisif), maksim kedermawanan (generosity maxim) (dalam ilokusi impositif dan komisif), maksim penghargaan/pujian (approbation maxim) (dalam ilokusi ekspresif dan asertif), maksim kerendahan hati (modesty maxim) (dalam ilokusi ekspresif dan asertif), maksim kesepakatan (agreement maxim) (dalam ilokusi asertif), dan maksim simpati (sympathy maxim) (dalam ilokusi asertif). Teori kesantunan yang lain dikemukakan oleh Brown dan Levinson (1987). Walaupun bukan termasuk tokoh pertama, teori kesantunan Brown dan Levinson paling berpengaruh bila dibandingkan dengan teori kesantunan yang lain. Brown dan Levinson mengembangkan model sopan santun eksplisit yang memiliki validitas antarkebudayaan (Ibrahim, 1993: 323). Gagasan yang umum adalah upaya memahami berbagai strategi perilaku interaksi yang didasarkan pada kenyataan bahwa orang yang terlibat dalam perilaku interaksi berusaha mencapai keinginan tertentu. Keinginan yang berkaitan dengan sopan santun adalah keinginan untuk menghadapi sesuatu yang terikat secara emosional. Konsep ini berhubungan dengan ekspresi kehilangan muka yang berarti terhina. Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui pula bahwa teori kesantunan Brown dan Levinson didasarkan pada kepada tindakan penyelamatan muka (saving face-act) dengan penghindaran tindakan mengancam muka (face threatening act/fta). Pandangan kesantunan Brown dan Levinson ini banyak digunakan sebagai ancangan penelitian. Pandangan ini kemudian dikenal dengan pandangan penyelamatan muka (saving face-act). Pandangan Brown dan Levinson ini mendasarkan asumsi pokoknya pada aliran Weber (Weberian School) yang

6 14, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015 memandang komunikasi sebagai kegiatan rasional yang mengandung maksud dan sifat tertentu (purposeful-rational activity). Menurut Rahardi (2005:39), pandangan ini pada awal mulanya diilhami dari konsep muka seorang antropolog Cina yang bernama Hsien Chin Hu. Selain itu, pandangan kesantunan ini juga didasari oleh konsep mua yang dikembangkan Goffman, yakni bahwa kesantunan atau penyelamatan muka itu merupakan manifestasi penghargaan terhadap individu anggota suatu masyarakat. Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut, Brown dan Levinson menyimpulkan tema utama teori ini, yaitu rasionalitas dan muka. Rasionalitas adalah alasan atau logika. Adapun muka adalah wujud pribadi seseorang dalam masyarakat (Yule, 1996:104). Muka mengacu pada makna sosial dan emosional itu sendiri yang setiap orang memiliki dan mengharapkan orang lain untuk mengetahui. Dengan demikian, kesopanan dalam suatu interaksi dapat didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk menunjukkan kesadaran tentang muka orang lain. Kekuatan pendekatan Brown dan Levinson dibanding penyajian sopan santun Leech dan Robin Lakoff yang berorientasi pada kaidah adalah bahwa Brown dan Levinson berusaha menjelaskan sopan santun dengan mengambil konsep-konsep yang lebih fundamental tentang manusia (rasional dan memiliki keinginan). Meskipun demikian, di antara ketiga macam teori kesantunan tersebut, dapat ditarik sebuah kesamaan bahwa dalam kesantunan, ketidaklangsungan dapat berfungsi sebagai bentuk kesantunan (Yule, 1996:183). Teori-teori kesantunan tersebut menyimpulkan bahwa salah satu indikator kesantunan adalah dengan menyusun ketidaklangsungan tuturan. Artinya, semakin langsung sebuah tuturan, maka akan semakin tidak santunlah tuturan itu. Leech (1993: 108) mencontohkan sebagai berikut. a. Angkat telepon! (Answer the phone!) b. Saya ingin kamu angkat telepon! (I want you to answer the phone!) c. Maukah Anda mengangkat telepon? (Will you answer the phone?) d. Dapatkan Anda mengangkat telepon? (Would you mind answering the phone?) e. Apa mungkin Anda mengangkat telepon? (Could you possibly answer the phone?) Ketidaklangsungan Kurang santun Lebih santun STRATEGI KESANTUNAN PADA PERCAKAPAN CHATTING DI INTERNET Kesantunan merupakan salah satu bentuk norma dalam bermasyarakat sehingga sifatnya subjektif. Dengan demikian, sesuatu dikatakan santun bagi seseorang atau anggota kelompok tertentu, belum tentu dikatakan santun bagi orang atau anggota kelompok lain. Hal ini menyebabkan ukuran-ukuran kesantunan berbeda antara anggota masyarakat yang satu

7 Susilowati, Strategi Kesantunan Tindak Membuka Percakapan, 15 dengan lainnya, budaya yang satu dengan lainnya, maupun saluran komunikasi yang satu dengan lainnya. Sebagai contoh, bagi orang Asia (misalnya Jawa), berbicara dengan melihat mata untuk orang yang lebih tua atau berstatus lebih tinggi akan dikatakan tidak sopan. Sebaliknya, bagi orang barat, berbicara tanpa memandang mata justru akan dikatakan tidak sopan. Contoh lain, dalam komunikasi melalui short message service (SMS), pesan dikatakan tidak sopan jika menggunakan bahasa yang disingkat jika SMS itu diberikan kepada orang yang berstatus lebih tinggi. Namun, SMS yang disingkat tersebut tetap dikatakan sopan jika diberikan kepada teman sebaya atau teman yang sudah akrab. Berdasarkan paparan tersebut, dapat diketahui bahwa dalam berinteraksi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kesantunan berkomunikasi. Hal-hal tersebut yaitu derajat keakraban, status sosial, umur, latar belakang budaya, maupun kekuasaan. Jika para partisipan tutur dapat memperhatikan aspekaspek tersebut maka niscaya komunikasi akan dapat berjalan dengan harmonis, mulai dari pembukaan komunikasi hingga penutup. Persyaratan kesantunan dalam berkomunikasi yang semacam ini juga berlaku untuk komunikasi pada chatting di internet. Walaupun komunikasi melalui chatting di internet lebih mendekati karakteristik bahasa lisan, namun komunikasi pada chatting di internet masih berbeda dengan karakteristik bahasa lisan. Dalam komunikasi lisan, untuk membuat percakapan dikatakan santun, penutur dapat memilih diksi-diksi yang dapat menjaga keharmonisan komunikasi di antara penutur dan penutur. Sebagai contoh, dalam membuka percakapan, penutur lazimnya mengucapkan salam, ataupun menanyakan kabar. Jika tidak mengucapkan kata-kata pembukaan ini, maka penutur dapat dikatakan kurang sopan dalam membuka percakapan. Apalagi jika percakapan itu dilakukan kepada orang yang lebih tua, berkuasa, berstatus lebih tinggi, atau bahkan orang yang tidak dikenal. Namun, dalam komunikasi pada chatting di internet, chatter dapat tidak mengucapkan kata-kata tersebut. Bahkan, jika chatter melakukan chatting dengan chatter lain yang belum dikenal sebelumnya, chatter dapat langsung menanyakan umur, jenis kelamin, dan asal lawan chatting untuk membuka percakapan. Pembukaan yang semacam ini akan sangat tidak lazim dilakukan dalam komunikasi lisan secara langsung. Apalagi jika komunikasi tersebut dilakukan dengan lawan tutur yang belum dikenal sebelumnya. Pertanyaan tentang umur bahkan dirasa sangat tidak sopan jika dilontarkan kepada orang yang belum dikenal. Bahkan, sebagian besar orang barat merasa bahwa pertanyaan tentang umur adalah pertanyaan pribadi yang tidak sopan jika ditanyakan kepada orang lain. Namun, dalam komunikasi chatting, pertanyaan tentang umur untuk membuka percakapan dirasa sangat lazim. Tak hanya itu, dalam membuka percakapan dengan lawan chatting yang belum dikenal, chatter dapat juga hanya menanyakan jenis kelamin. Chatter biasanya langsung hanya mengetik f/m pada layar untuk menanyakan jenis kelamin dalam membuka percakapan. Pembukaan yang semacam ini juga tidak akan ditemukan pada komunikasi lisan. Bahkan, komunikasi yang semacam ini justru dirasa tidak sopan. Meskipun demikian, dalam membuka percakapan chatting, chatter kadangkala juga masih menggunakan sapaansapaan pembuka seperti halnya pembukaan percakapan pada komunikasi lisan. Penggunaan sapaan seperti assalamu alaikum, selamat pagi, hai, halo, apa kabar, lagi

8 16, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015 ngapain, dan sejenisnya juga masih digunakan. Hanya saja, sapaan-sapaan pembukaan semacam ini lebih banyak digunakan pada chatting yang para chatter-nya sudah saling mengenal. Adapun untuk chatting yang para chatter- nya belum saling mengenal, sapaan pembuka yang sering digunakan adalah asl (age, sex, and location) maupun f/m (female/male). Tak hanya itu, sama halnya dengan komunikasi melalui SMS, komunikasi chatting biasanya juga menggunakan bahasa yang disingkat. Misalnya saja sapaan assalamu alaikum disingkat dengan ass, asslm, ataupun aslkum. Dalam komunikasi chatting semacam ini, pembukaan percakapan dengan model yang semacam itu sudah dianggap santun. Kesantunan memang bersifat subjektif dan normatif sehingga kesantunan yang semacam ini hanya berlaku untuk komunikasi pada chatting. Adapun jika model pembukaan percakapan yang semacam ini diterapkan pada bentuk percakapan lain, maka bisa jadi percakapan tersebut menjadi tidak sopan. Tak hanya itu, dalam komunikasi chatting, kesantunan berbahasa, termasuk kesantunan dalam membuka percakapan, ternyata tidak didasarkan atas ketidaklangsungan percakapan. Seperti yang pernah dipaparkan Yule (1996) dan Leech (1993), salah satu indikator kesantunan adalah dari ketidaklangsungan tuturan. Namun, dalam kegiatan membuka percakapan chatting, ketidaklangsungan tidaklah dianggap sebagai salah satu indikator kesantunan percakapan. Hal ini terlihat dari kelangsungan pemilihan pertanyaanpertanyaan yang dipilih untuk membuka percakapan. Hal semacam ini sudah dianggap lazim dan sopan dalam komunikasi chatting. Permbukaan yang semacam ini dianggap tidak sopan jika dilakukan kepada lawan chatting yang status atau kedudukannya lebih tinggi. Jika chatting dilakukan kepada orang yang lebih tinggi status atau kedudukannya, maka pembukaan chatting dilakukan selayaknya pembukaan percakapan secara lisan, misalnya menggunakan assalamu alaikum, selamat pagi, apa kabar, dan sebagainya. Dalam komunikasi lisan, selain dari segi pemilihan kata atau bahasa, peserta tutur juga dapat menggunakan intonasi, volume, mimik, maupun gesture untuk menunjukkan kesantunan ujaran. Dalam komunikasi melalui chatting, hal-hal semacam ini tidak dapat dilakukan karena tidak ada kegiatan bersemuka di antara penutur dan mitra tutur. Oleh karena itulah, penutur seringkali menggunakan simbolsimbol tertentu untuk menunjukkan Kenyamanan mereka terhadap ujaran mitra tutur. Hal ini digunakan sekaligus untuk menunjukkan kesantunan berbahasa mereka. Simbol-simbol ini dianggap dapat menggantikan unsur-unsur suprasegmental yang tidak dapat mereka lakukan sebagaimana yang biasanya dilakukan pada percakapan lisan bersemuka. Adapu simbol yang biasa digunakan adalah simbol (senyum) untuk menunjukkan bahwa mereka menikmati atau tersinggung dengan percakapan yang ada, atau mungkin simbol untuk menunjukkan bahwa mereka kurang berkenan dengan isi percakapan. Jika dianalisis menggunakan skema kesantunan yang dirancang oleh Brown dan Levinson, kesantunan yang dilakukan oleh penutur pada chatting di internet lebih banyak menggunakan strategi bald on record atau ujaran yang disampaikan dengan polos atau apa adanya. Pada pembukaan chatting di internet, khususnya chatting yang dilakukan dengan chatter yang belum dikenal, penutur seringkali menggunakan pertanyaan-pertanyaan langsung, bahkan kadangkala tanpa salam pembuka. Strategi-strategi lain, misalnya strategi off record, strategi positif, maupun strategi negatif, jarang digunakan oleh chatter. Para chatter biasanya langsung

9 Susilowati, Strategi Kesantunan Tindak Membuka Percakapan, 17 memberikan pertanyaan-pertanyaan tertentu dalam membuka percakapan mereka dan hal ini sudah dianggap santun dalam konteks interaksi melalui chatting. Dari pemaparan tersebut terlihat juga bahwa pertanyaan-pertanyaan untuk membuka percakapan yang demikian sudah dirasa dapat menjaga muka lawan bicara. PENUTUP Kesantunan merupakan skala yang bersifat normatif dan subjektif. Oleh karena itulah, indikator kesantunan berbeda-beda pada masing-masing jenis tuturan, latar belakang budaya, maupun tempat yang berbeda. Sesuatu dikatakan santun pada konteks tertentu, belum tentu dikatakan santun pada konteks lainnya, termasuk DAFTAR RUJUKAN Brown, Penelope and Levinson, Stephen C Politeness Some Universals in Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press. Ibrahim, Abdul Syukur Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Jumadi Representasi Kekuasaan dalam Wacana Kelas. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Leech, Geoffrey Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan oleh M.D.D. Oka Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Rahardi, Kunjana Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Rani, Abdul, Arifin, Bustanul dan Martutik Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia. kesantunan pada tindak membuka percakapan pada chatting di internet. Dalam komunikasi melalui chatting di internet, ada beberapa bentuk kelangsungan yang digunakan dalam membuka percakapan. Kelangsungan tersebut dirasa sudah cukup santun dalam membuka percak apan, meskipun pada konteks lain, kelangsungan tersebut justru dianggap tidak santun. Dengan demikian, pada percakapan chatting di internet, ketidaklangsungan dalam membuka percakapan belum tentu dapat dikatakan sebagai indikator kesantunan karena dalam membuka percakapan, chatter kadangkala menggunakan tuturan yang justru langsung dan menganggap hal tersebut sudah santun untuk konteks komunikasi itu. Sumarsono Sosiolinguistik (cetakan V). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tuhusetya, Sawali Ragam Bahasa Internet dan Euforia Berekspresi, (Online), ( 2010/01/21/ragam -bahasa - internet /, diakses tanggal 13 Maret 2010). Wahyuniarti, Fitri Resti Pola Afiksasi Kata Bentukan Bahasa Indonesia dalam Bahasa Chatting. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan Universitas Muhamadiyah Malang. Watts, Richard J Politeness. Cambridge: Cambridge University Press. Yule, George Pragmatik. Terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) IMPLEMENTASI KESANTUNAN LEECH TERHADAP KEHIDUPAN BERMASYARAKAT (Suatu Strategi untuk Menciptakan Kerukunan Hidup Bermasyarakat yang Damai dan Harmonis) Nisa Afifah S111308007 Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seseorang ketika berbicara tidak lepas dari penggunaan bahasa. Pengertian bahasa menurut KBBI (2007:88) adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunkaan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan

Lebih terperinci

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia merupakan suatu makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan bahasa baik lisan maupun tulisan guna bergaul dengan manusia lain,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejatinya, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi antarsesama. Akan tetapi, tidak jarang bahasa juga digunakan oleh manusia sebagai sarana

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.

Lebih terperinci

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA RUBRIK INDIKATOR HARIAN REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2009

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA RUBRIK INDIKATOR HARIAN REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2009 ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA RUBRIK INDIKATOR HARIAN REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2009 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat sarjanah S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU

REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU Netty Nurdiyani Politeknik Negeri Semarang nettynurdiyani@ymail.com Abstrak Surat pembaca merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi yang paling utama bagi manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal 1 I. PENDAHULUAN Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal yang menjadi latar belakang pemilihan topik penelitian, termasuk mensignifikasikan pemilihan topik penelitian

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER. Suci Indah Karunia

KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER. Suci Indah Karunia KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER Suci Indah Karunia Suciindah590@gmail.com Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu dalam kehidupan. Bahasa pada dasarnya dapat digunakan untuk menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran kita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson

BAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal terpenting bagi manusia untuk menjaga hubungan dengan manusia lain, bahkan sejak lahir di dunia. Salah satu bentuk umum dari komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

Oleh : Dwi Prihatin NIM K BAB I PENDAHULUAN

Oleh : Dwi Prihatin NIM K BAB I PENDAHULUAN Kajian pemakaian bahasa dalam SMS (Short Message Service) mahasiswa program studi pendidikan bahasa, sastra indonesia dan daerah FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses tersebut dapat ditemukan dalam lingkungan yang paling kecil,

I. PENDAHULUAN. Proses tersebut dapat ditemukan dalam lingkungan yang paling kecil, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, kehidupan manusia tidak akan lepas dari interaksi. Agar interaksi dapat berjalan dengan baik, tiap manusia memerlukan proses berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zeta_Indonesia btarichandra Mimin Mintarsih, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zeta_Indonesia btarichandra Mimin Mintarsih, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini media sosial twitter banyak digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk memperoleh informasi maupun untuk berkomunikasi. Pengguna

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK STIMULUS KESANTUNAN BERBAHASA MEMBENTUK KARAKTER PADA ANAK Octaria Putri Nurharyani Roch Widjatini Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Email: octariaputri97@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan sosial dalam masyarakat. Kesantunan berbahasa sendiri merupakan pengungkapan gagasan, ide atau pendapat

Lebih terperinci

JENIS-JENIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN BERDASARKAN PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA DALAM TALK SHOW BUKAN EMPAT MATA DI TRANS 7

JENIS-JENIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN BERDASARKAN PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA DALAM TALK SHOW BUKAN EMPAT MATA DI TRANS 7 1 JENIS-JENIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN BERDASARKAN PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA DALAM TALK SHOW BUKAN EMPAT MATA DI TRANS 7 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN

STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN Sri Mulatsih Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dian Nuswantoro Semarang ABSTRACT Kesantunan berbahasa merujuk pada keaadaan yang menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses interaksi manusia satu dengan yang lainnya. Komunikasi bertujuan memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada mitra tutur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau simbol sebagai media ( Uchjana Effendy, 2001 :11). Lambang

BAB I PENDAHULUAN. atau simbol sebagai media ( Uchjana Effendy, 2001 :11). Lambang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dalam berkomunikasi pun mengalami kemajuan yang pesat. Seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain tanpa harus bertatapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pada masa kini, penggunaan HP (handphone) semakin marak. HP tidak

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pada masa kini, penggunaan HP (handphone) semakin marak. HP tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat komunikasi dari zaman ke zaman mengalami perkembangan pesat sehingga informasi didapat dengan mudah dan cepat. Seiring dengan kemajuan teknologi pada masa

Lebih terperinci

Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN Sri Mulatsih Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dian Nuswantoro Semarang asihpnrg@yahoo.com ABSTRAK Dalam kehidupan sehari-hari kita

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN, METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan

BAB III PENDEKATAN, METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan BAB III PENDEKATAN, METODE DAN TEKNIK PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan kualitatif. Arikunto (2009:195) menyebutkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang telekomunikas. Saat ini untuk berkomunikasi dengan orang lain sangatlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis BAB III METODE PENELITIAN Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis penelitian, data dan sumber data, pengembangan instrumen, prosedur pengumpulan data, dan prosedur pengolahan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu terpenuhi. Salah satunya adalah kesadaran terhadap bentuk sopan santun. Kesopansantunan

Lebih terperinci

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU 194 PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU Titje Puji Lestari, M.Pd. Dosen Bahasa Indonesia Universitas Dehasen Bengkulu titjepujilestari90@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan dalam drama seri House M.D. di mana tuturantuturan dokter Gregory House

Lebih terperinci

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia   ABSTRAK REALISASI PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN SMA MUHAMMADIYAH PURWOREJO TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMA Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap 1 BAB 1 PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai manusia yang berpikir, berperasaan, dan berkinerja. Pikiran, perasaan, dan keinginan baru terwujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Chaer (2011: 1) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi, bersifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian penulisan. Hal ini dikarenakan hasil dari suatu karya ilmiah haruslah

Lebih terperinci

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON SKRIPSI Oleh JANJI WIJANARKO NIM 09340080 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu kehidupan masyarakat sehari-hari komunikasi sangat penting digunakan untuk berinteraksi antar manusia di dalam lingkungan masyarakat. Setiap manusia

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya senantiasa berkomunikasi dengan manusia lain dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi melalui media bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya sangat penting untuk diungkapkan karena dapat dipakai sebagai sumber informasi dan bahan acuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi seseorang dapat diidentifikasi dari perkataan yang ia ucapkan. Penggunaan

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO Oleh Yorista Indah Astari Nurlaksana Eko Rusminto Munaris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: yoristaindahastari@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu 1) realisasi tindak tutur petugas penerangan dengan masyarakat di kelurahan, 2) alas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan ide, pikiran, dan keinginan kepada orang lain. Manusia dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama. Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama. Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Percakapan adalah sebuah bentuk komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk menyampaikan ide, pendapat, komentar, atau perasaannya. Sebagai makhluk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK Dr.H.Muhammad Sukri,M.Hum., dan Siti Maryam, M.Pd. FKIP Universitas Mataram sukrimuhammad75@gmail.com Abstrak Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam

BAB V PENUTUP. serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dideskripsikan, serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam novel Dom Sumurup Ing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemakaian bahasa sebagai sarana komunikasi kurang begitu diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. Mereka berfikir bahwa yang terpenting dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). Komunikasi merupakan suatu hal penting dalam membangun relasi antarindividu. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Untuk berkomunikasi manusia membutuhkan bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Untuk berkomunikasi manusia membutuhkan bahasa. Bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahkluk sosial, sehingga manusia tidak akan pernah terlepas dari manusia lain. Setiap manusia pasti membutuhkan komunikasi dengan manusia lain. Untuk

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA Ratna Susanti, S.S.,M.Pd. Politeknik Indonusa Surakarta ratnasusanti19@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini membahas

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP SOPAN SANTUN PADA DIALOG ACARA MATA NAJWA EPISODE MELIHAT KE TIMUR

PELANGGARAN PRINSIP SOPAN SANTUN PADA DIALOG ACARA MATA NAJWA EPISODE MELIHAT KE TIMUR PELANGGARAN PRINSIP SOPAN SANTUN PADA DIALOG ACARA MATA NAJWA EPISODE MELIHAT KE TIMUR Oleh: Nanang Maulana Email: abiemaulana7@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mathla ul Anwar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang dirilis pada 10 Mei 2013, banyak pro dan kontra dalam pembuatanya, seperti yang dikutip oleh penulis

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK

KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 ERWITIAN MARYA AGUSTINE

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) Oleh Latifah Dwi Wahyuni dan Nisa Afifah Abstrak Pada proses jual beli, baik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

TUTURAN RESPONSIF SISWA TERHADAP TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM WACANA INTERAKSI KELAS DI SMA NEGERI 1 BATU

TUTURAN RESPONSIF SISWA TERHADAP TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM WACANA INTERAKSI KELAS DI SMA NEGERI 1 BATU TUTURAN RESPONSIF SISWA TERHADAP TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM WACANA INTERAKSI KELAS DI SMA NEGERI 1 BATU Siska Indri Febriana * Imam Suyitno Widodo Hs. E-mail: fchizka@gmail.com Universitas Negeri Malang,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik tata krama (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 1493). Kesopanan juga merupakan

Lebih terperinci

TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan situasi tidak resmi akan memberikan kesan menghormati terhadap keadaan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. dan situasi tidak resmi akan memberikan kesan menghormati terhadap keadaan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi yang dijadikan sebagai perantara dalam pembelajaran. Penggunaan bahasa sesuai dengan kedudukannya yaitu pada situasi resmi

Lebih terperinci

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik I Made Rai Arta 1 Abstrak Tulisan ini memuat kajian prinsip kerjasama dan kesantunan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasai untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Ada dua cara untuk dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi jual-beli. Hal ini dapat ditemukan dalam setiap transaksi jual-beli di

BAB I PENDAHULUAN. interaksi jual-beli. Hal ini dapat ditemukan dalam setiap transaksi jual-beli di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mendengar kata pasar tidak lebih dari anggapan bahwa adanya pembeli dan penjual harus bertemu secara langsung untuk mengadakan interaksi jual-beli. Hal ini dapat ditemukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memerlukan manusia lain untuk memenuhi segala kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula merusak hubungan diantaranya adalah hubungan sosial dapat terlihat dalam aktifitas jual beli dipasar. Keharmonisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar sesamanya di dalam suatu lingkungan pergaulan hidup untuk melaksanakan maksud tertentu. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi, digunakan oleh anggota masyarakat untuk berinteraksi, dengan kata lain interaksi atau segala macam kegiatan komunikasi di dalam

Lebih terperinci