Oleh: Tarwiyah SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Tranggalek
|
|
- Erlin Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 258 Tarwiyah, Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa... PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP PADA SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 POGALAN TAHUN AJARAN 2013/2014 Oleh: Tarwiyah SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Tranggalek Abstrak. Dalam belajar IPA seharusnya siswa diajak secara aktif untuk mengenal obyek. Materi klasifikasi makhluk hidup merupakan materi IPA yang sulit bagi siswa maupun guru, karena materi klasifikasi makhluk hidup banyak menghafal dan menggunakan istilah dan nama ilmiah, guru juga kesulitan menanamkan konsep dan pemahaman pada siswa. Oleh karena itu seorang guru harus pandai memilih pendekatan, strategi, ataupun metode yang sesuai dengan karakter materi pembelajaran maupun karakter peserta didik. Strategi pembelajaran atau pendekatan yang lebih menarik perhatian siswa, efektif, menyenangkan dan memudahkan siswa dalam memahami konsep, salah satunya adalah melalui pendekatan keterampilan proses (PKP) dalam pembelajaran klasifikasi makhluk hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktifitas dan hasil belajar pada siswa kelas VII-A SMPN 1 Pogalan tahun pelajaran 2013/2014 melalui pendekatan keterampilan proses. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktifitas siswa baik proses pembelajaran maupun hasil belajar yang meliputi partisipasi, ketepatan waktu mengerjakan tugas, interaksi, dan mengkomunikasikan hasil kegiatan, serta hasil tes. Hal itu ditandai dari hasil belajar pra siklus hanya 47% dengan rata-rata hasil belajar 66,8. Sedangkan uji kompetensi diakhir seluruh pembelajaran ketuntasan mencapai 86%. Kata kunci: peningkatan aktivitas dan hasil belajar, pendekatan keterampilan proses, pembelajaran klasifikasi makhluk hidup Memasuki abad 21 persaingan bebas antar bangsa mulai muncul sebagai dampak dari era reformasi dan globalisasi. Bangsa Indonesia yang merupakan bagian dari bangsabangsa di dunia ini harus mampu turut dalam persaingan bebas tersebut. Untuk itu perlu dibangun manusia yang berkualitas melalui pendidikan formal maupun informal. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan pengantar bagi kemajuan kebudayaan manusia. Melalui IPTEK diharapkan manusia dapat memperoleh bekal pengetahuan agar tetap bertahan secara produktif dalam kehidupannya. Dengan demikian IPTEK menjadi kebutuhan dasar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Globalisasi yang telah menyentuh hampir semua bidang kehidupan masyarakat, mengantarkan ke dunia keterbukaan yang hampir tanpa batas yang penuh peluang dan tantangan. Oleh karena itu agar tidak terjebak dalam arus kehidupan yang dapat melunturkan nilai-nilai jati diri bangsa, diperlukan kedewasaan sebagai filter dalam bersikap dan bertindak. Lembaga pendidikan formal mempunyai tanggung jawab moral untuk berperan secara aktif dan sinergis bekerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk menyiapkan SDM yang berkualitas unggul yang memiliki kompetensi profesional, berbudaya dan berkarakter. Pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar, keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi proses belajar mengajar. Belajar
2 JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003). Salah satu tanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang disebabkan terjadinya perubahan pada peningkatan keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyebutkan bahwa pembelajaran sains sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Pembelajaran sains di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Menurut Carin & Sund (1990) pembelajaran sains setidaknya meliputi 4 hal, yaitu: produk (content), proses, sikap dan teknologi. Dengan demikian, jika diajarkan sesuai dengan hakikat pembelajarannya maka sains merupakan sarana strategis untuk mengembangkan berbagai aspek pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang merupakan dasar dalam membangun karakter peserta didik. Melalui keterampilan proses, kepada peserta didik dapat diberikan pengalaman beraktivitas yang melibatkan keterampilan kognitif (minds on), keterampilan manual (hands on) dan keterampilan sosial (hearts on). Berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan proses diantaranya: mengamati (observation), mengelompokkan (classification), menafsirkan (interpretation), meramalkan (prediction), mengajukan pertanyaan (question), berhipothesis (hipothesis), melakukan percobaan (experiment), mengkomunikasikan hasil percobaan (communication). Melalui kegiatan keterampilan proses, diharapkan akan dapat dikembangkan sikap ilmiah seperti: kesabaran, kejujuran, ketelitian, rasa tenggang rasa, dll., dimana sikap-sikap tersebut merupakan modal dasar dalam membangunan karakter moral yang kuat pada peserta didik. Berdasarkan uraian tersebut, maka idealnya pembelajaran biologi mengacu pada proses, produk, bahkan hingga penerapannya dalam kehidupan di masyarakat. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains adalah mata pelajaran yang dikembangkan melalui kemamapuan berfikir analitis, induktif, dan deduktif. Susiwi (2009) menerangkan bahwa tujuan dari pembelajaran sains adalah menjelaskan fenomena alam sekitar. Sains harus melibatkan siswa pada pengalaman langsung. Proses belajar biologi melibatkan siswa pada pengalaman belajar yang memuat keterampilan proses sains (Wenno, 2008). Dalam praktek pembelajaran sains di sekolah kondisi ideal tersubut belum dapat diwujudkan sepenuhnya. Pada umumnya guru di berbagai jenjang pendidikan mengajar biologi dengan metode ceramah, tekstual dan kurang berbasis proses ilmiah, akibatnya pengembangan ketiga aspek (kognitif, psikomotor, afektif) pada peserta didik kurang berimbang. Salah satu faktor penyebabnya karena guru cenderung belum memahami hakikat pembelajaran biologi secara benar. Pembelajaran biologi belum dipahami sebagai sebagai proses dan produk, melainkan hanya sebagai produk (content) saja. Akibatnya mengajar biologi sama dengan memindahkan ilmu pengetahuan (transfer knowledge) semata, sehingga pembelajaran cenderung verbal dan berorientasipada kemampuan kognitif siswa.
3 260 Tarwiyah, Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa... Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Conny, 1992). Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini. Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum melaksanakan penelitian, siswa harus lebih dahulu mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis agar siswa dapat menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap permasalahan yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti permasalahannya. Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa keunggulan pendekatan keterampilan proses di dalam proses pembelajaran, antara lain adalah: (1) siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, (2) siswa menemukan sendiri konsepkonsep yang dipelajari, (3) melatih siswa untuk berpikir lebih kritis, (4) melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran, (5) mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru, dan (6) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah. Pendekatan keterampilan proses berbeda dengan pendekatan tradisional, karena di dalam pembelajaran dengan pendekatan tradisional, guru hanya memberikan materi pelajaran yang berfokus pada pemberian konsep-konsep, informasi, dan fakta yang sebanyak-banyaknya kepada siswa. Akibatnya, hasil belajar yang diperoleh siswa pun hanya terbatas pada aspek pengetahuan saja, sedangkan aplikasinya belum tentu dapat dilakukan. Padahal di dalam pembelajaran sains, siswa juga dituntut untuk mengalihgunakan informasi yang diperolehnya pada bidang lain dan bahkan di dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga harus mampu mengkomunikasikan gagasan-gagasan sains dalam berbagai bentuk seperti tabel, grafik, diagram, dan lain-lain. Dengan demikian, penerapan pendekatan tradisional di dalam pembelajaran sains tidaklah cocok. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan menyelidiki. Serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk siswa agar tingkah laku siswa berubah disebut pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik melalui nteraksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar disebut hasil belajar. Hasil belajar oleh Anni, dkk (2006) dibedakan menjadi tiga, di antaranya adalah ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Menurut Suryabrata (1989:142), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi tiga, yaitu: faktor dari dalam, faktor dari luar, dan faktor instrumen.
4 JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar. Faktor-faktor ini diantaranya adalah: (a) minat individu merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu. Minat belajar siswa yang tinggi menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan cepat (b) motivasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tidaklah sama. Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: cita-cita siswa, kemampuan belajar siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar, dan upaya guru membelajarkan siswa. Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini diantaranya adalah lingkungan sosial. Yang dimaksud dengan lingkungan sosial di sini yaitu manusia atau sesama manusia, baik manusia itu hadir ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar, sering mengganggu aktivitas belajar. Salah satu dari lingkungan sosial tersebut yaitu lingkungan siswa di sekolah yang terdiri dari teman sebaya, teman lain kelas, guru, kepala sekolah serta karyawan lainnya yang dapat juga mempengaruhi proses dan hasil belajar individu. Faktor instrumen yaitu faktor yang berhubungan dengan perangkat pembelajaran seperti kurikulum, struktur program, sarana dan prasarana pembelajaran (media pembelajaran), serta guru sebagai perancang pembelajaran. Dalam penggunaan perangkat pembelajaran tersebut harus dirancang oleh guru sesuai dengan hasil yang diharapkan. METODE PENELITIAN Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII-A SMPN 1 Pogalan sebanyak 30 siswa. Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar (kognitif, afektif, psikomotorik). Lokasi penelitian yang digunakan berada di SMPN 1 Pogalan Trenggalek. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan. Menurut (Sugiyono, 2007:110) hasil dari perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Model ini lebih sempurna karena sudah menggunakan tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test), sehingga besarnya efek dari eksperimen dapat diketahui dengan pasti. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes, dokumentasi dan observasi. Teknik tes digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini berupa daftar nilai hasil ulangan kelas VII-A tahun pelajaran 2013/2014 sebagai data awal yang digunakan untuk keseimbangan. Tekik observasi digunakan untuk melihat keterlaksanaan metode yang diterapkan di kelas. Data hasil belajar dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Untuk data hasil belajar menggunakan rumus: skor yang diperoleh Nilai = x 100 skor maksimal (Arikunto, 2007) HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dijelaskan sebagai berikut: pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses ditunjang dengan RPP, LKS, dan soal evaluasi yang telah disesuaikan dengan model pembelajaran yaitu dengan pendekatan keterampilan proses dan kemampuan berpikir kreatif yang hendak diukur.
5 262 Tarwiyah, Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa... Dari hasil pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses terlihat peningkatan hasil belajar dari sebelum siklus hingga siklus II berakhir. Siklus I pertemuan I ketuntasan 53%, siklus I pertemuan 2 angka ketuntasan 60%, siklus II pertemuan I ketuntasan sebesar 80%, siklus II pertemuan II ketuntasan meningkat menjadi 86%, dan di akhir seluruh pembelajaran ketuntasan mencapai 86% dengan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 4 siswa. Tabel 1 Hasil Evaluasi No Inisial S1 S1 S2 S2 U P1 P2 P1 P2 Kom 1. AP AIA ANR BAK BAS DM DL EE FAS GSC IP IPR KHK MAM MIA NDS NM NA NR RPR RP RAP RP SW SKA SF TPD TY WA YDP Jumlah Rata-rata 69,1 68,1 72,9 77,2 79, 7 Ketuntasan (%) Dari data yang diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan ternyata pendekatan keterampilan proses dalam KBM dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dan meningkatkan hasil pembelajaran IPA Kelas VII-A materi klasifikasi makhluk hidup, hal ini ditandai adanya peningkatan secara signifikan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa sangat antusias, keterlibatan siswa secara menyeluruh tidak hanya didominasi siswa pandai saja. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dan kesulitan guru menanamkan konsep pembelajaran, meningkatkan aktivitas, antusias, keberanian, rasa percaya diri belajar siswa dan membuat siswa senang atau tidak bosan yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil pembelajaran. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses mampu meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai ratarata dari tiap siklus. Penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa meliputi berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinal, kemampuan mengelaborasi dan kemampuan mengevaluasi. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran menyebabkan pengasaan materi dari tiap siklus meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2009) yang menyatakan bahwa belajar memerlukan keterlibatan pembelajaran secara aktif. Penerapan pendekatan keterampilan proses, menyebabkan siswa tidak pasif menerima dan menghafal informasi yang diberikan guru, tetapi berusaha menemukan konsep melalui pengalaman langsung bukan hanya sekedar mendengar dan menerima konsep dari apa yang disampaikan guru. Menurut Turpin (2000), pengajaran ilmu yang efektif terdiri
6 JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April dari proses yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan proses penyelidikan ilmiah, menampilkan kemampuan berpikir kritis dan menginternalisasikan konsep ilmiah dan prinsip-prinsip ilmiah. Ketuntasan belajar siswa pada uji kompetensi sudah memenuhi indikator keberhasilan, sehingga pembelajaran dikatakan tuntas. Ketuntasan hasil belajar siswa dalam penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses membawa siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Pengalaman secara langsung dan pembiasaan sikap kerjasama dan menghargai pendapat orang lain inilah yang membawa perubahan sikap ke arah lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Anni, dkk (2005) bahwa perubahan perilaku dalam belajar terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. PENUTUP Kesimpulan Penerapan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Melalui pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dapat dikembangkan sikap ilmiah yang mencakup berbagai sikap diantaranya: kejujuran, kesabaran, keterbukaan, ketelitian, kemandirian, sikap menghargai orang lain, disiplin, dll. Sikap ilmiah yang berkembang setelah melakukan keterampilan proses merupakan sikap dalam membangun landasan karakter moral yang kuat pada peserta didik. Dalam mengimplementasikan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran peran guru sangat penting, sehingga untuk membantu peserta didik diperlukan prasyarat tertentu yang harus dilakukan oleh guru. Pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses memiliki keunggulan yakni memungkinkan peserta didik dapat terlibat aktif secara intelektual, manual dan sosial yang dapat mengantarkan peserta didik untuk belajar IPA secara bermakna dan dapat mengoptimalkan hasil belajar juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Saran Penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran harus sesuai dengan materi pokok pelajaran yang diajarkan. Dengan mempertimbangan keuntungan dalam proses pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses, maka disarankan untuk dapat digunakan dalam pembelajaran IPA di berbagai jenjang pendidikan. Pendekatan keterampilan proses disarankan penggunaannya karena sangat strategis sebagai wahana pengembangan ranah kognitif, afektif, psikomotor, terutama sebagai pendukung dalam pembangunan landasan karakter peserta didik secara utuh. Data yang baik dalam penelitian tindakan kelas adalah data yang mempunyai peningkatan secara signifikan. Dengan data yang signifikan dapat diketahui secara jelas bahwa perubahan aktivitas dan hasil belajar menjadi lebih baik setelah dilakukan tindakan. DAFTAR RUJUKAN
7 264 Tarwiyah, Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa... Anni, C. dkk Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK Unnes. Arikunto, S Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Badan Standar Nasional Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun Jakarta: BSNP. Carin, A.A., & Sund, R.B Teaching Modern Science. New York: Merril Publishing Company. Conny, S Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia Widisarana Indonesia Dimyati dan Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Slameto Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV.Alfabeta. Suryabrata, S Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Andi Offset. Susiwi Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Model Pembelajaran Praktikum D-E-H. Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 14, 920: Turpin, T. J. (2000). A study of The Effects of An Integrated, Activity-Based Science Curriculum on Student Achievement, Science Process Skills, and Science Attitudes. Upon The Science Process Skills of Urban Elementary Students. Journal of Education, 2000, Vol 37(2) Wenno, I.H Strategi Belajar Mengajar Sains Berbasis Konteksual. Yogyakarta: Inti Media.
MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS KETERAMPILAN PROSES
MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS KETERAMPILAN PROSES Suciati Sudarisman Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Email: widya_dharma_company@yahoo.com
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011): 106-110
ISSN: 1693-1246 Juli 2011 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011): 106-110 J P F I http://journal.unnes.ac.id PEMBELAJARAN SAINS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR PLH MAHASISWA S-1 PGSD BOJONEGORO ABSTRAK
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR PLH MAHASISWA S-1 PGSD BOJONEGORO 1 Barokah Widuroyekti 2 Pramonoadi Penanggung Jawab Wilayah PW Bojonegoro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,
Lebih terperinciPENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Jurnal Pengajaran MIPA, FPMIPA UPI. Volume 12, No. 2, Desember 2008. ISSN:1412-0917 PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA
PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA Albertus D Lesmono, Supeno, Tita Riani Program Studi Pendidikan Fisika FKIP
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.2014/2015 Martogi Bangun Sianturi Guru Mata Pelajaran Fisika SMA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE (5E) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS BIOLOGI SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE (5E) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS BIOLOGI SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : LATIF SOFIANA NUGRAHENI K4308096 FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru dan peserta didik sebagai pemeran utama. Dalam pembelajaran terdapat
Lebih terperinciPENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI
PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Unsur terpenting dalam mengajar adalah merangsang serta mengarahkan siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang Sekolah Dasar
Lebih terperinciSkripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar yang dipelajari di Sekolah Dasar. Sesuai dengan tingkatan pendidikan yang ada, pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dikemukakan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2006:443)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan memberikan kemampuan dasar baca, tulis, hitung, pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu SMP negeri di kabupaten garut tahun pelajaran
Lebih terperinciAprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII-A MTs MIFTAHUL ULUM BATOK, MADIUN Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Biologi. Disusun Oleh : YULI WIDY ASTUTI A
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA POKOK BAHASAN JARINGAN TUMBUHAN DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I NGADIROJO WONOGIRI TAHUN PELAJARAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori dijabarkan berbagai landasan sebagai pendukung penelitian, permasalahan dan variabel penelitian yang diteliti semua ditulis pada kajian teori. Untuk
Lebih terperinciE043 PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY DAN MODIFIED INGUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI
E3 PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY DAN MODIFIED INGUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI Widodo SMP Negeri 1 Sidoharjo Kabupaten Wonogiri Email: dwijowidodo@gmail.com
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa. Pembelajaran menurut Siregar dan Nara (2010) merupakan interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global sekarang ini menuntut individu untuk berkembang menjadi manusia berkualitas yang memiliki
Lebih terperinciPENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Ulfatun Rohmah 1, Suhartono 2, Ngatman 3 PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Kepodang 67A Panjer Kebumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan abad 21 saat ini ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi. Terutama pada pembangunan nasional yaitu bidang pendidikan. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM Tri Sari Wijayanti Guru IPA SMAN 7 Mataram E-mail:- ABSTRAK:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arus globalisasi yang semakin meluas mengakibatkan munculnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan terutama lapangan kerja, dibutuhkan sumber daya manusia yang
Lebih terperinciPENERAPAN SCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY DISERTAI CONCEPT MAP TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN SISWA SMPN 1 KEBAKKRAMAT
PENERAPAN SCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY DISERTAI CONCEPT MAP TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN SISWA SMPN 1 KEBAKKRAMAT SKRIPSI Oleh: IVA YUNI LISTIANI NIM K4308094 FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
Lebih terperinciJurnal Pendidikan IPA Indonesia
JPII 1 (1) (2012) 57-62 Jurnal Pendidikan IPA Indonesia http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii UPAYA MENGEMBANGKAN LEARNING COMMUNITY SISWA KELAS X SMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan utama dalam upaya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang ideal untuk jenjang pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan (Knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/ keterampilan (Skills development), sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Pengelolaan sumber daya alam dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat bagi manusia. Pendidikan sangat penting, sebab dengan proses pendidikan manusia dapat mengembangkan semua potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia serta kemajuan bangsa, sehingga maju dan mundurnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia serta kemajuan bangsa, sehingga maju dan mundurnya suatu bangsa dapat di lihat dari tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia harus menapaki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen. Ilmu kimia merupakan produk pengetahuan yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum, temuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, seluruh negara di dunia berusaha melakukan pembenahan di segala bidang, termasuk bidang pendidikan. Kemajuan suatu negara salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan memberikan kemungkinan pada siswa untuk memperoleh kesempatan, harapan, dan pengetahuan agar dapat hidup secara lebih baik. Besarnya kesempatan dan harapan
Lebih terperinciA. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan salah satu tahap yang sangat menentukan terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Guru sebagai agen pembelajaran merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan
Lebih terperinciPENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Ulfatun Rohmah 1, Suhartono 2, Ngatman 3 PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Kepodang 67A Panjer Kebumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. IPA berkaitan dengan cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas, mampu bersaing, dan memiliki budi pekerti yang luhur serta moral yang baik, sedangkan pendukung
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
Lebih terperinciUpaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lebih terperincidapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.
PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan perbaikan sistem pendidikan. Dengan adanya perombakan dan pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan, mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu dunia pendidikan dituntut untuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPA harus menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak hanya penguasaan kumpulan
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMAN 9 MAKASSAR Reskiwati Salam Universitas Negeri Makassar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Heri Sugianto, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan),
Lebih terperinciProsiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Cahaya Kelas VII6 Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbasis Laboratorium di SMPN 14 Kota Bengkulu Rosane Medriati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, dinyatakan bahwa: Proses pembelajaran
Lebih terperinciOleh: Supardi SDN 2 Watulimo, Trenggalek
130 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI SDN 2 WATULIMO TRENGGALEK PADA BIDANG STUDI IPA MATERI KONDUKTOR DAN ISOLATOR PANAS MELALUI METODE EKSPERIMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia dan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan keahlian
Lebih terperinciPENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI
PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SKRIPSI Oleh: VALENT SARI DANISA K4308123 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini peranan guru masih mendominasi suasana pembelajaran (teacher centered), indikasinya adalah guru lebih banyak memberikan pengajaran yang bersifat instruksi
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan 2.1.1 Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi
Lebih terperinciPENERAPAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DISERTAI OUTDOOR LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI EKOSISTEM DI SMA
PENERAPAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DISERTAI OUTDOOR LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI EKOSISTEM DI SMA ARTIKEL PENELITIAN Oleh: SARTIKA NIM F05110036 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PMIPA
Lebih terperinciJKPM VOLUME 3 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016 ISSN :
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI KELAS X-7 SEMESTER 2 SMA 15 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Sri Wigati SMA N 15 Semarang
Lebih terperinciElok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ASAM BASA DAN GARAM Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,
Lebih terperinciOleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek
24 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI SUMBER DAYA ALAM DAN KEGIATAN EKONOMI MELALUI METODE KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, sosial maupun fisik yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut pengetahuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan dengan baik yang berkaitan dengan peningkatan kuantitas maupun kualitasnya. Dalam prakteknya, upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar secara aktif dalam mengembangkan kreativitas berfikirnya. Tujuan pokok
Lebih terperinciPENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF
Journal of Mechanical Engineering Education, Vol. 3, No. 2, Desember 2016 256 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF Saepuloh 1, Dede Suhayat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup seseorang bahkan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan kesejahteraan hidup seseorang bahkan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pendidikan seseorang akan terhindar
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Konsep Belajar dan Mengajar Belajar merupakan proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu pendidikan, upaya tersebut harus dilakukan secara menyeluruh mencakup berbagai perkembangan aspek/dimensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembentukan kepribadian manusia. Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk manusia yang berakal, berilmu, dan bermoral.
Lebih terperinciPenerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1 ISSN 2354-614X Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Nuriati, Najamuddin Laganing, dan Yusdin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem
kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah proses transformasi menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI SMPN 239 JAKARTA. Supriyono SMPN 239 Jakarta
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI SMPN 239 JAKARTA Supriyono SMPN 239 Jakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui
Lebih terperinciJIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah
JIPFRI, Vol. 1 No. 2 Halaman: 83-87 November 2017 JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK
Lebih terperincidepan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan sadar dan bertujuan, maka pelaksanaannya berada dalam suatu
Lebih terperinciOleh: Rusmiati SD Negeri 1 Punjul Karangrejo Tulungagung
16 Rusmiati, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS... PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI SEJARAH HINDU MENERAPKAN MODEL CTL PADA SISWA KELAS V SDN 1 PUNJUL KARANGREJO TULUNGAGUNG
Lebih terperinci2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan latar belakang masalah menentukan penelitian mengenai PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL
PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL Husnah Guru SDN 001 Pasar Inuman Kecamatan Inuman husnah683@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang
Lebih terperinciWardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
PENGARUH MODEL INQUIRY TRAINING DISERTAI MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR DAN RETENSI HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) DI MTs 1) Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1)
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 METODE DISKUSI KELOMPOK BERBASIS INQUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMA
METODE DISKUSI KELOMPOK BERBASIS INQUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMA Lutfatul Latifah 1 Guru mata pelajaran Fisika di SMA Negeri 1 Imogiri Kab. Bantul ABSTRAK Fisika sebagai bagian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang mengandung pertanyaan, pencarian pemahaman, serta penyempurnaan jawaban tentang suatu gejala dan karakteristik
Lebih terperinci