PERANCANGAN Perancangan Rancangan Green Wall (

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN Perancangan Rancangan Green Wall ("

Transkripsi

1 42 PERANCANGAN Perancangan Simonds (1983) mengatakan perancangan akan menghasilkan ruang tiga dimensi. Perhatian dalam perancangan ini ditujukan pada penggunaan volume atau ruang, dimana setiap volume memiliki bentuk, ukuran, bahan, warna, tekstur dan kualitas lainnya. Kesemuanya ini dapat dengan baik mengespresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai. Pemilihan bahan atau material juga merupakan hal penting dalam kegiatan perancangan lanskap (Laurie, 1984). Perbedaan jenis bahan yang digunakan dapat mengkomunikasikan kegunaan-kegunaan tertentu. Begitu pula dengan merancang objek, ruang dan materi harus didesain seefektif mungkin dalam fungsinya (Simonds, 1983). Rancangan Green Wall Green wall merupakan penanaman ini dilakukan pada struktur vertikal seperti dinding atau panel dan dapat dilakukan dimana saja. Penanaman atau penghijauan pada area ini menjadikan dinding lebih menarik dan bahkan dapat menciptakan habitat satwa (Arifin et al., 2008).Ada dua kategori mayor dari green wall, yaitu green facade dan living wall. Rancangan yang dihasilkan adalah struktur green wall yang memiliki fungsi estetika dan fungsi ameliorasi iklim mikro atau sebagai insulator panas yang diakibatkan radiasi matahari pada bangunan MO. Menurut Brown dan Gillespie (1995) iklim mikro adalah area kecil dimana cuaca terasa berbeda. Pengertian dari iklim mikro dapat digunakan sebagai alat untuk menciptakan habitat yang nyaman secara suhu dan efisisen energi untuk bangunan. Green wall ini menjadi elemen yang menyatu dengan bangunan MO. Green wall ini memperkuat konsep bangunan sebagai green building. Secara arsitektural, green wall ini memperkuat keindahan bangunan sehingga meningkatkan nilai arsitekturnya pula. Menurut Sharp (2007) ada dua kategori mayor dari green wall, yaitu green facade dan living wall. Green facade merupakan sistem dinding dimana tanaman merambat diberi perlakuan khusus untuk menutup dinding dengan struktur

2 43 pendukung yang didesain dengan khusus. Green facade dapat pula ditambahkan pada dinding atau bangunan eksisting sebagai struktur bebas. Living wall merupakan susunan dari panel vegetasi yang terintegrasi yang diletakkan pada struktur dinding atau bingkai. Kedua jenis green wall tersebut digunakan pada perancangan ini. Hasil perancangan berupa site plan dapat dilihat pada Gambar 26. Site plan ini menjelaskan letak elemen green wall pada tapak. Peletakan elemen green wall didasarkan pada analisis mengenai aspek kondisi bangunan, visual, dan aktivitas pengguna yang dapat diakomodasi oleh elemen green wall ini. Elemen green wall diletakan pada bagian bangunan yang mampu mendukung elemen ini secara struktur. Bagian dari elemen green wall seperti planter box akan diletakan menempel pada bangunan, sehingga peletakannya dilakukan pada struktur balok. Sebagai elemen yang berfungsi untuk menambah estetika elemen green wall harus diletakan pada bagian gedung yang mudah terlihat. Visual ke tapak atau ke bangunan ini sangat ditentukan oleh sirkulasi. Dinding bangunan sebelah timur merupakan bagian yang udah terlihat oleh pengguna jalan. Hal tersebut dikarenakan bagian tersebut adalah bagian tertinggi dari bangunan. Oleh karenanya pada bagian tersebut dibuat struktur green wall dengan jenis green facade (Gambar 27). Aktivitas pengguna MO dapat diakomodasi oleh rancangan green wall ini. Aktivitas yang terjadi seperti menuju ke tapak dan bangunan, dan aktivitas social gathering di plaza belakang MO. Green wall mengakomodasi setiap aktivitas dengan menjadi setting dari aktivitas tersebut. Green wall yang diletakan pada bagian bangunan sebelah timur (bagian A) akan membantu mengarahkan pengguna jalan yang ingin menuju ke MO. Selain itu, green wall pada bagian tersebut memberikan naungan kepada bangunan. Sehingga diharapkan dapat menurunkan suhu di dalam bangunan. Ilustrasi suasana dapat dilihat pada Gambar 27. Bagian dinding sebelah timur tersebut lebih terlihat dari jauh, sehingga desain dari pola tanaman dibuat dengan pola yang besar. Pola tersebut dibuat mengikuti tarikan garis yang ada pada dinding

3 44 bangunan. Menurut Reid (1993), kesamaan pola dapat membuat sebuah kesatuan yang akhirnya tercipta suatu keharmonisan. Pada bagian drop area, tepatnya pada pintu masuk utama bangunan dibuat suatu struktur green wall dengan jenis living wall. Elemen green wall ini dimaksudkan sebagai elemen estetika untuk menyambut pengunjung yang datang. Jenis living wall memungkinkan penggunaan vegetasi yang lebih beragam sehingga rancangan lebih menarik. Elemen ini dapat mencirikan ruang sebagai ruang penerimaan dengan memberikan penekanan akses masuk ke dalam bangunan. Elemen tanaman dari green wall mampu memberikan kontras kepada dinding bangunan yang terbuat dari kaca. Tanaman juga melembutkan bangunan dari kesan kaku. Ilustrasi suasana dapat dilihat pada Gambar 27. Aktivitas pengguna sangat berdekatan dengan elemen green wall pada bagian pintu masuk ini. Desain dari pola tanaman dibuat lebih detail dengan ukuran pola yang lebih kecil dan penggunaan jenis tanaman yang lebih banyak. Pola diagonal yang digunakan mengikuti tarikan garis dari pola dinding bangunan. Pengguna dapat turun di drop area kemudian memarkir kendaraannya di tempat parkir yang letaknya di selatan bangunan. Kemudian pengguna berjalan melalui pedestrian path yang ada di sebelah barat bangunan untuk menuju pintu masuk utama. Pada bagian C dan D ini pengguna diarahkan untuk menuju pintu utama bangunan dengan elemen green wall berjenis green facade. Bougainvillea spectabilis yang memiliki warna ungu dalam planter box diletakkan pada dinding. Peletakan dilakukan secara berderet membentuk garis lurus. Menurut Van Dyke (1982) penanaman yang berulang dapat menciptakan suatu kesatuan (unity). Green wall tersebut mengarahkan pandangan pengguna yang juga akan mengarahkan pergerakan pengguna menuju pintu utama. Ilustrasi suasana dapat dilihat pada Gambar 28. Kegiatan social gathering terkadang dilakukan oleh pihak Sentul City di plaza belakang MO. Kegiatan tersebut dilakukan ketika Sentul City memiliki even tertentu seperti ulang tahun, syukuran, dan launching produk. Aktivitas tersebut dapat diakomodasikan oleh elemen green wall. Green wall disini berfungsi sebagai setting dari aktivitas social gathering tersebut. Rancangan dibentuk menyerupai panggung dengan living wall sebagai background dari panggung

4 45 tersebut. Ilustrasi suasana dapat dilihat pada Gambar 28. Aktivitas pengguna sangat dekat dengan elemen green wall ini sehingga pola dari tanaman dibuat lebih detail dengan permainan warna dan tekstur tanaman. Pola yang organik berupa garis lengkung digunakan dalam penataan tanaman. Pola ini menyesuaikan dengan logo Sentul City yang berupa garis lengkung. Pola ini lebih memberikan kesan dinamis pada tapak. Hal ini sesuai dengan aktivitas social gathering yang dilakukan pada plaza. Penambahan elemen green wall memberikan pandangan yang berbeda pada tapak dan bangunan. Gambaran pandangan setelah adanya penambahan elemen green wall dapat dilihat pada Gambar 29 dan Gambar 30.

5 46

6 47

7 Gambar 42. Perspektif Green Wall 48

8 49

9 50

10 51 Rancangan Detail Konstruksi Pemilihan bahan atau material juga merupakan hal penting dalam kegiatan perancangan lanskap (Laurie, 1984). Perbedaan jenis bahan yang digunakan dapat mengkomunikasikan kegunaan-kegunaan tertentu. Begitu pula dengan merancang objek, ruang dan materi harus didesain seefektif mungkin dalam fungsinya (Simonds, 1983). Pada perancangan green wall ini dihasilkan green wall dengan jenis living wall dan green facade. Struktur green wall yang dibuat berdasarkan rancangan yang diinginkan. Struktur konstruksi green wall terdiri dari struktur penyangga, dan struktur sistem irigasi. Struktur tersebut dibuat dengan melihat kondisi konstruksi bangunan. Untuk bagian dinding sebelah timur bangunan (bagian A) green facade yang digunakan menggunakan bantuan struktur penyangga. Struktur tersebut terbuat dari besi baja (biasa disebut besi IWF) sebagai rangkanya. Struktur penyangga diperlukan karena pada bagian dinding ini memiliki tinggi 24 m sehingga sulit dalam melakukan pemasangan green wall. Selain itu, untuk mengarahkan pertumbuhan tanaman merambat membutuhkan perlakuan (train) sehingga struktur ini diperlukan untuk memudahkan perawatan. Struktur penyangga menyerupai bangunan bertingkat. Setiap level berjarak 3 m yang dihubungkan dengan tangga. Pintu masuk dibuat pada bagian selatan struktur. Tanaman dirambatkan pada struktur menyerupai tralis yang terbuat dari wire mesh. Perambatan tanaman diatur agar tidak menutupi kaca bangunan dengan rangka besi. Berat dari planter box dan tanaman didistribusikan melalui struktur penyangga sehingga struktur bangunan tidak terganggu oleh green wall. Detail dari konstruksi green facade ini dapat dilihat pada Gambar 31. Rancangan living wall yang dihasilkan berada di bagian pintu masuk utama bangunan (bagian B) dan plaza belakang MO (bagian E). Struktur living wall ini dibuat dengan menggunakan vertical greening moduls (VGM). Modul ini merupakan struktur yang dibuat oleh pabrik. Struktur VGM memiliki kelebihan diantaranya ringan, kuat, dan mudah dalam pemasangannya. Selain itu, kita dapat lebih leluasa dalam membuat pola dengan menggunakan bermacam jenis tanaman yang kita inginkan. Spesifikasi unit dari modul VGM dapat dilihat pada Tabel 9.

11 52 Tabel 9. Spesifikasi Unit Modul VGM Spesifikasi Unit Modul Green Wall Material Recycled PP( polypropylene) Dimensi 500 (P) x 250 (L) x 560 (T) mm Volume 0.07 m 3 Berat kosong ~6.0 kg Berat isi ~20.0 kg Sumber : Elmich Green Wall Spesification Prinsip dari green wall dengan modul VGM ini adalah mengubah penanaman dari bidang horizontal ke bidang vertikal. Bagian depan panel memiliki grid yang memungkinkan penanaman hingga 16 tanaman dalam satu modul. Media tanam ditempatkan dalam sebuah wadah berupa kotak yang berlubang dengan lapisan geotekstil untuk menjaga media berada pada tempatnya. VGM disusun seperti struktur rak. Struktur rak ini dibuat dengan menggunakan besi hollow (RHS). Untuk Penyangganya terbuat dari besi siku dengan tebal 2 mm. Besi siku ini menjepit tiap unit VGM agar berdiri kokoh. Detail dari konstruksi living wall yang berada di pintu masuk (bagian B) dan plaza belakang MO (bagian E) dapat dilihat pada Gambar 32 dan 34. Masing-masing modul diikat ke besi siku dengan mekanisme baut (Gambar 35). Dengan mekasnisme ini modul dapat dengan mudah dilepaskan dari rak. Dengan demikian struktur ini memudahkan dalam penggantian tanaman dan penambahan media tanam. Rancangan green facade yang dihasilkan berada di bagian dinding sebelah timur, utara dan barat bangunan atau bagian A, C, dan D pada site plan. Green facade yang dihasilkan berupa planter box yang ditempelkan di dinding secara lansung ke dinding dan planter box dengan struktur penyangga. Kedua green facade tersebut menggunakan planter box dengan spesifikasi yang sama. Hal yang membedakan adalah cara menempelnya ke dinding bangunan. Green facade yang menempel langsung pada dinding (bagian C dan D) menggunakan bantuan struktur yang menyerupai keranjang. Keranjang tersebut berfungsi sebagai penahan planter box. Struktur keranjang tersebut terbuat dari besi hollow. Kemudian struktur tersebut ditempelkan ke dinding dengan mur. Struktur tersebut disusun secara berderet untuk memberikan fungsi sebagai pengarah. Detail dari kostruksi green facade ini dapat dilihat pada Gambar 33.

12 53

13 54

14 55

15 56

16 57

17 58 Rencana Irigasi Irigasi menjadi faktor kritis yang perlu diperhatikan dalam pembuatan green wall. Ketersediaan air menjadi keharusan bagi tanaman. Bila kekurangan air, maka tanaman akan layu. Bahkan akan mati ketika melewati titik layu permanen. Namun, dalam sistem green wall keberadaan air tidak boleh terlalu banyak karena akan berpengaruh pada beban sistem. Oleh karena itu, irigasi air perlu diatur agar kebutuhan air dapat tercukupi dengan takaran yang sesuai. Dalam rancangan green wall ini air yang digunakan berasal dari air PDAM. Irigasi yang digunakan menggunakan sistem drip. Hal tersebut ditujukan untuk mencegah air terbuang. Air digerakan ke atas menggunakan pompa listrik dari sumbernya, Pengaturan irigasi ini dilakukan dalam satu kendali menggunakan kran air. Filter diperlukan untuk menyaring air yang digunakan untuk menyiram tanaman agar kotoran tidak terbawa. Menurut Hannebaum (2002), dalam membuat rencana irigasi penyusunan jaringan aliran air merupakan hal yang penting. Air dialirkan dalam satu pipa utama yang menyalurkan ke pipa-pipa cabangnya hingga berujung pada nozzle di masing-masing planter atau modul. Mekanisme penyiraman diatur oleh kran. Mekanisme ini tergolong sederhana dan memudahkan dalam mengontrol ketersediaan air. Curah hujan yang tinggi dan tingginya radiasi matahari membuat ketersediaan air sulit untuk diprediksi. Ketika ketersediaan air dirasa kurang katup kran dibuka hingga air dirasa cukup. Sistem yang sederhana ini juga sesuai dengan keinginan pihak Sentul City. Rencana irigasi berupa aliran air dan komponen penyusun sistem irigasi dapat dilihat pada Gambar 33-Gambar 35. Menurut Suhaya (2008) sistem irigasi drip memiliki keuntungan seperti: (1) tidak membuang-buang air, (2) tidak menyebabkan erosi dan (3) sedikit air yang menguap. Hal itu dikarenakan air memiliki waktu untuk menyerap ke dalam dan secara kapiler ke seluruh area perakaran. Sehingga irigasi tetes memiliki efisiensi hingga 95% dibanding sistem sprinkler yang hanya 50%-65%.

18 59

19 60

20 61

21 62 Rencana Vegetasi Struktur vertikal tidak terlihat bagus tanpa adanya vegetasi seperti bunga, semak dan tanaman berukuran sedang. Mata akan lebih tertarik melihat sesuatu yang berbeda atau sesuatu yang tidak datar. Keindahan tanaman yang ada di struktur vertikal memberikan kita kebahagiaan tersendiri ketika kita melihatnya (Jekyl,1994). Menurut Brown dan Gillespie (1995) Soft landscape elements (tumbuhan hidup) memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dari elemen keras yang membuat tanaman memilikii nilai sebagai alat dalam memodifikasi radiasi.matahari (Gambar.39.). Gambar 39. Kemampuan Tanaman Dalam Menyerap Radiasi Matahari Sumber: Brown dan Gillespie (1995) Pemilihan jenis vegetasi dalam perancangan green walll ini disesuaikan dengan fungsi dan tujuan yang telah ditetapkan dalam konsep perancangan. Vegetasi yang akan digunakan dalam struktur green wall adalah vegetasi yang memiliki fungsi estetika dan fungsi ameliorasi iklim mikro yaitu sebagai insulator panas pada bangunann (Gambar 40). Beberapa dari jenis tanaman yang ada dapat digunakan sebagai material green wall, agar sesuai dengan prinsip-prinsip minimum energy footprint Moughtin (2005).

22 63 Gambar 40. Penggunaan Vegetasi Sebagai kontrol Radiasi Matahari Sumber: Grey dan Deneke (1978) Pemilihan tanaman yang tepat sangat penting untuk keberlanjutan taman dinding (Jekyl,1994). Pemilihan tanaman akan mempengaruhi sistem yang medukung desain. Jenis tanaman biasanya dipilih berdasar pada toleransi mereka dalam sistem pertumbuhan, kondisi lingkungan spesifik, warna, tekstur, kecepatan perbanyakan, dan sistem perakaran. Vegetasi yang akan digunakan adalah jenis tanaman merambat dan ground cover. Tanaman yang digunakan dalam rancangan green wall dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Spesies Tanaman yang Digunakan dalam Green Wall Jenis Green Wall Nama Spesies Jumlah Living Wall (Modul VGM) Green Fascade (Planter box) 1. Ananas camosus 2. Bromelia sp. 3. Carex morrowii 4. Clorophytum sp. 5. Lantana camara 6. Neprolephis sp. 7. Pandanus pygmaeus 8. Rhoeo discolor 9. Scindapsus aureus 10. Syngonium podophylum 1. Baugenvillea sp. 2. Pasiflora sp. 3. Thunbergia sp

23 64 Tanaman yang digunakan pada eksterior vertikal atau outdoor dihadapkan pada kondisi iklim yang lebih keras dari pada bagian indoor. Sehingga, spesies yang lebih tahan harus dipilih untuk eksterior vertikal. Karakteristik tanaman yang digunakan dalam rancangan green wall ini dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12. Tanaman dengan toleransi terhadap angin dan panas harus dipilih pada tempat yang memiliki iklim kurang bersahabat (Sharp, 2007). Pada dinding bangunan bagian timur (bagian A) menggunakan green facade dengan struktur penyangga untuk perambatan tanaman. Tanaman yang digunakan adalah tanaman merambat Thunbergia sp. dan Pasiflora sp. Tanaman ini dipilih karena tahan akan penyinaran penuh dari matahari. Selain itu tanaman tersebut juga memiliki tajuk yang mampu memberikan naungan pada bangunan dan juga memiliki bunga yang memberikan warna pada bangunan. Sharp (2007) juga menyebutkan bahwa tanaman merambat dapat mencapai penutupan sempurna hingga 3-5 tahun. Baugenvillea sp. digunakan sebagai tanaman pengarah yang mengarahkan pergerakan pengguna dari tempat parkir menuju pintu masuk utama bangunan (bagian C dan D). Tanaman ini dipilih karena memliliki warna yang menarik. Karakter tanaman ini memang sesuai untuk penggunaan di outdoor. Dengan penyinaran matahari yang penuh tanaman akan tumbuh dengan baik. Living wall pada plaza belakang MO (bagian E) menggunakan tanaman yang memiliki karakter tahan terhadap penyinaran penuh dari matahari. Tanaman yang digunakan adalah Ananas camosus, Lantana camara, Pandanus pygmaeus, Rhoeo discolor, dan Syngonium podophylum. Living wall juga diletakan pada pintu masuk utama bangunan (bagian B). Meskipun berada di luar bangunan (outdoor), Living wall mendapatkan naungan dari kanopi teras. Dengan demikian tanaman yang digunakan adalah tanaman yang memiliki karakter tahan terhadap naungan. Tanaman yang digunakan pada bagian ini adalah Bromelia sp., Carex morrowii, Clorophytum sp., Neprolephis sp., Scindapsus aureus, dan Syngonium podophylum.

24 65 Tabel 11. Karakterisitik Tanaman untuk Living Wall Spesies Hortikultural Arsitektural Ananas camosus Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tahan kondisi minim air Tidak mudah stress Bromelia sp. Carex morrowii Clorophytum sp. Lantana camara Neprolephis sp. Pandanus pygmaeus Rhoeo discolor Scindapsus aureus Syngonium podophylum Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress Tahan kondisi minim air Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah sress Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress terhadap kondisi minim air Perakaran tidak intensif Tahan naungan maupun penyinaran Tidak mudah stress Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress Warna daun merah Daun kaku Tekstur kasar Fungsi aksentuasi Warna daun menarik berwarna merah Daun kaku Tekstur kasar Fungsi aksentuasi Warna daun hijau tua Tajuk berumpun Tekstur kasar Warna daun variegata Tajuk berumpun Tekstur halus Warna daun hijau dengan bunga merah yang berbunga sepanjang tahun dan tumbuh bergerombol Tajuk berumpun Tekstur halus Warna daun hijau muda Tajuk berumpun Tekstur halus Warna daun kuning kehijauan Tajuk membentuk permukaan Tekstur kasar Warna daun ungu dan hijau tua Tajuk berumpun, Memberikan tutupan Tekstur kasar Warna daun hijau kekuningan Tekstur agak kasar Warna daun variegata Tekstur kasar

25 66 Tabel 12. Karakterisitik Tanaman untuk Green Facade Spesies Fisiologis Arsitektural Baugenvillea sp. Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress Warna daun ungu Tajuk menjuntai Tekstur kasar Pasiflora sp. Thunbergia sp. Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress terhadap kondisi minim air Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress Pertumbuhan tajuk cepat sehingga penutupan maksimal Warna daun hijau dan bunga berwarna merah Tajuk memberikan tutupan yang rapat Tekstur kasar Warna daun hijau dengan bunga putih Tajuk memberikan tutupan yang rapat Tekstur kasar Rencana penanaman (planting plan) pada green wall dapat dilihat pada Gambar 41 dan Gambar 42. Material tanaman yang digunakan dalam rancangan green wall dapat dilihat pada gambar 43. Teknik penanaman sangat penting untuk keberlangsungan hidup tanaman. Teknik penanaman green wall dalam modul VGM dan Planter box dapat dilihat pada Gambar 44.

26 67

27 68

28 69

29 70

30 71 Media Tanam Media tanam merupakan tempat tumbuh bagi tanaman. Green wall menggunakan media buatan sebagai media tanam. Kriteria yang cocok dari media tanam green wall (Anderson, 2008): adalah: (1) ringan, (2) memiliki kemampuan memegang nutrisi, (3) memberikan kelembaban yang cukup, (4) dapat memberikan ruang tumbuh akar, (5) dapat kering dengan mudah, dan (6) memberikan udara yang cukup. Menurut Lestari (2009) beberapa media yang dapat digunakan sebagai media tanam green wall antara lain: sabut kelapa, batang pakis, rumput laut, arang dan sekam. Dalam rancangan green wall ini media yang digunakan adalah campuran dari sabut kelapa dan sekam bakar. Media tersebut digunakan karena memenuhi persyaratan sebagai media green wall. Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), dan fosfor (P). Sekam bakar memiliki karakter rewetable, yaitu kemampuan untuk kembali memegang air setelah kondisi kekeringan hebat. Sekam bakar berperan penting dalam perbaikan sistem aerasi dan drainase sehngga media tanam menjadi lebih baik. Penggunaan sekam bakar sebagai media tanam tidak perlu disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Selain itu, sekam bakar juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur. Perbandingan campuran media tersebut 70:30 (sekam bakar : sabut kelapa). Media tersebut mudah didapatkan dan harganya relatif murah.

BAB VII DESAIN TAMAN VERTIKAL

BAB VII DESAIN TAMAN VERTIKAL 68 BAB VII DESAIN TAMAN VERTIKAL 7.1 Tema Desain Desain merupakan tahap setelah perencanaan yang menghasilkan gambar lebih detil. Desain taman vertikal di kluster Pine Forest, Sentul City merupakan implementasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR. I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Kerangka Pikir.

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR. I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Kerangka Pikir. DAFTAR ISI DAFTAR TABEL.... DAFTAR GAMBAR i ii I PENDAHULUAN.. 1 1.1 Latar Belakang. 1 1.2 Tujuan.. 2 1.3 Manfaat 2 1.4 Kerangka Pikir. 3 II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Kota Berkelanjutan.. 4 2.2 Ruang Terbuka

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1.Konsep Dasar Konsep dasar pada bangunan baru ini adalah dengan pendekatan arsitektur kontekstual, dimana desain perancangannya tidak lepas dari bangunan eksisting yang ada.

Lebih terperinci

BAB V DATA DAN ANALISIS

BAB V DATA DAN ANALISIS 37 BAB V DATA DAN ANALISIS 5.1 Kondisi Umum Pine Forest Pine Forest merupakan salah satu kluster di Sentul City yang lokasinya di bagian barat Sentul City. Salah satu konsep pembangunan kluster ini adalah

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

sentuhan TROPIS pada DINDING HIJAU

sentuhan TROPIS pada DINDING HIJAU sentuhan TROPIS pada DINDING HIJAU Pe n u lis Viva Rahwidhiyasa Foto g r a f e r Tri Rizeki Darusman Halaman sebuah rumah tinggal menjadi alternatif area beraktivitas keluarga di ruang luar. Khusus untuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN GREEN WALL PADA MARKETING OFFICE SENTUL CITY, BOGOR

PERANCANGAN GREEN WALL PADA MARKETING OFFICE SENTUL CITY, BOGOR 1 PERANCANGAN GREEN WALL PADA MARKETING OFFICE SENTUL CITY, BOGOR ANDHIKA GALIH ADI NUGRAHA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS VERTICAL GARDEN (TANAMAN HIAS VERTICAL)

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS VERTICAL GARDEN (TANAMAN HIAS VERTICAL) KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS VERTICAL GARDEN (TANAMAN HIAS VERTICAL) Disusun Oleh : Nama : Sasanti Setianingsih Nim : 11.01.2937 Kelas : 11.D3TI.02 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Bisnis tanaman hias

Lebih terperinci

PERANCANGAN VERTIKAL GARDEN UNTUK KANTOR PLN AJP SURAKARTA (DP3A)

PERANCANGAN VERTIKAL GARDEN UNTUK KANTOR PLN AJP SURAKARTA (DP3A) TUGAS AKHIR PERANCANGAN VERTIKAL GARDEN UNTUK KANTOR PLN AJP SURAKARTA (DP3A) Digunakan sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur UMS Disusun Oleh : FILIA MUTIARA SARI

Lebih terperinci

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1 0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar.  Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir BAB IV : KONSEP 4.1 Konsep Dasar Table 5. Konsep Dasar Perancangan Permasalahan & Kebutuhan Konsep Selama ini banyak bangunan atau gedung kantor pemerintah dibangun dengan hanya mempertimbangkan fungsi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.. Penerapan Konsep Pada Rancangan 6... Konsep Rancangan Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu penyedia fasilitas yang mampu menampung kegiatan MICE

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terstruktur. Begitu pula dengan perencanaan lansekap (landscape planning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. terstruktur. Begitu pula dengan perencanaan lansekap (landscape planning) 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Perencanaan adalah kegiatan yang dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terstruktur. Begitu pula dengan perencanaan lansekap (landscape

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 160 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang di gunakan dalam perancangan ini adalah konsep yang berlandaskan pada tema sustainable building. Perancangan ini mengambil prinsip sustainable

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN 1 BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Site Plan Akses masuk ke site ini melalui jalan utama. Jalan utama tersebut berasal dari arah Cicaheum Bandung. Jalur mobil/ kendaraan di dalam bangunan dibuat satu arah

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Taman Pintar dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang publik yang semakin menurun, salah satunya adalah Taman Senaputra di kota Malang. Seperti

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Hasil rancangan pada Perancangan Kompleks Gedung Bisnis Multimedia di Malang ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE)

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Magister Desain Kawasan Binaan (MDKB) LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP., MAgr, PhD. Pendahuluan Tujuan : Memberi pemahaman tentang: - Pengertian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN VI.1. Landasan Konseptual Sebagai sebuah planet kehidupan, Bumi memiliki beberapa lapisan penting yaitu: Atmosfer, Hidrosfer, Geosfer dan Biosfer. Dimana lapisanlapisan penting

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 43 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Pengaruh RTH Terhadap Iklim Mikro 5.1.1 Analisis Pengaruh Struktur RTH Pohon Terhadap Iklim Mikro Pohon merupakan struktur RTH yang memiliki pengaruh cukup besar

Lebih terperinci

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat pembudidayaan dan wisata penangkaran buaya dirancang berangkat dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin menurun. Hal

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik. BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tapak Setelah merangkum hasil dari analisa dan studi tema maka dijadikan acuan untuk mengeluarkan konsep tapak dengan pendekatan ruang publik dengan cara sebagai berikut: a. Memberikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. RESPON KONTEKS DAN KONSEP UMUM Konsep umum dari bangunan terdiri dari beberapa teori yang mencakup Building Shape, Building Context, dan Building Function. Dalam fungsinya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Konsep Dasar Perancangan 5.1.1. Konsep Kinerja Bangunan 1. Sistem Distribusi Listrik Distribusi listrik berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama atau trafo.

Lebih terperinci

PENGANTAR ARSITEKTUR PERTAMANAN

PENGANTAR ARSITEKTUR PERTAMANAN Materi 3 PENGANTAR ARSITEKTUR PERTAMANAN Bambang B. Santoso Semester Genap Tahun Ajaran 2009/2010 PENGENALAN ELEMEN PEMBENTUK TAMAN TUJUAN BELAJAR BAB INI : Mampu menyebutkan dan kemudian menjelaskan macam-macam

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR TABEL xvii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pentingnya Pengadaan Kantor Sewa di Yogyakarta 1 A. Pertumbuhan Ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut: BABV ADAPTIVE RE-USE Dengan melihat kondisi eksisting Omah Dhuwur Gallery pada Bab III dan analisa program pada Bab IV, maka pembahasan-pembahasan tersebut di atas digunakan sebagai dasar pertimbangan

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Berdasarkan dari tema yang di angkat yaitu Green Architecture maka

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Berdasarkan dari tema yang di angkat yaitu Green Architecture maka BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Berdasarkan dari tema yang di angkat yaitu Green Architecture maka konsep dasar yang diambil adalah konsep keterbukaan, hal ini didasarkan atas keterkaitan konsep

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 26 BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 5.1 Konsep Pengembangan Ancol Ecopark Hingga saat ini Ancol Ecopark masih terus mengalami pengembangan dalam proses pembangunannya. Dalam pembentukan konsep awal,

Lebih terperinci

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Sawi Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama spesies Brassica juncea (L.) Czern. Jenis sawi dikenal juga dengan nama caisim atau sawi bakso.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar 5.1.1 Konsep Site Plan Dalam standarnya, area parkir pengunjung harus berada di bagian depan site agar terlihat langsung dari jalan. Untuk itu, area parkir diletakkan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2 BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH AKULTURASI BUDAYA KAMPUNG LAYUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Berdasarkan analisa mengenai kebutuhan dan besaran ruang pada Rumah Akulturasi

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Makro Indonesia merupakan Negara yang kaya keberagaman tradisi dan budaya. Salah satu daerah di Indonesia yang masih kental dengan budaya, kerajinan dan kesenian adalah

Lebih terperinci

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1)  ; (2)  (3) 48 PERENCANAAN LANSKAP Konsep dan Pengembangannya Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi untuk : (1) upaya perlindungan fungsi kanal dan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN VERTIKAL GARDEN UNTUK KANTOR PLN AJP SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN VERTIKAL GARDEN UNTUK KANTOR PLN AJP SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN VERTIKAL GARDEN UNTUK KANTOR PLN AJP SURAKARTA Digunakan sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur UMS Disusun Oleh : FILIA MUTIARA SARI D

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. struktur sebagai unsur utamanya. Konsep High-Tech Expression juga

BAB V KONSEP PERANCANGAN. struktur sebagai unsur utamanya. Konsep High-Tech Expression juga BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan yang digunakan adalah High-Tech Expression yaitu high tech yang tidak hanya terpaku pada satu unsur saja tetapi unsur yang lain juga ada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan merupakan proses pengambilan keputusan dalam melakukan desain pengembangan kawasan Agrowisata berdasarkan analisis perancangan. Konsep perancangan tersebut di

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar dalam perancangan Terminal Penumpang Pelabuhan di Paciran Lamongan adalah penggabungan Teknologi Bangunan dan pergerakan manusia teknologi bangunan yang dimaksud

Lebih terperinci

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/ Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Perancangan Berdasarkan tinjauan dan proses analisis, permasalahan dalam perencanaan dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ciri Tanaman Lanskap 9/5/2014 TANAMAN DAN DESAIN PENANAMAN

PENDAHULUAN. Ciri Tanaman Lanskap 9/5/2014 TANAMAN DAN DESAIN PENANAMAN PENDAHULUAN TANAMAN DAN DESAIN PENANAMAN Tanaman merupakan elemen utama lanskap, tidak ada lanskap tanpa elemen tanaman, bahkan pada rock garden di sekitarnya juga terdapat tanaman. Tanaman merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Tujuan Perencanaan dan Perancangan a. Merancang bangunan Showroom dan Service Station Vespa di Semarang yang mengakomodasi segala

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanaman merupakan sumber keindahan, kenyamanan dan memberi daya dukung terhadap kehidupan

PENDAHULUAN. Tanaman merupakan sumber keindahan, kenyamanan dan memberi daya dukung terhadap kehidupan TANAMAN DAN DESAIN PENANAMAN PENDAHULUAN Tanaman merupakan elemen utama lanskap, tidak ada lanskap tanpa elemen tanaman, bahkan pada rock garden di sekitarnya juga terdapat tanaman. Tanaman merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1. Konsep Dasar Konsep dasar yang melatarbelakangi perancangan stasiun tv TPI didasarkan pada empat isu utama, yaitu : Pembagian sirkulasi yang sederhana, jelas, dan efisien

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR. Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion. Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku

BAB V KONSEP DASAR. Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion. Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku BAB V KONSEP DASAR 5.1 Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion Park ini mencangkup tiga aspek yaitu: Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku Kriteria dalam behaviour

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bagi warga kota. Selain sebagai sarana tersebut, kehadiran lapangan golf

II. TINJAUAN PUSTAKA. bagi warga kota. Selain sebagai sarana tersebut, kehadiran lapangan golf 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lapangan golf merupakan salah satu fasilitas umum kota yang dapat digunakan sebagai sarana olah raga dan rekreasi melalui permainan golf yang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. HasilPerancanganTapak 6.1.1 Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak Pada PerancanganPusat Industri Jajanan di Sanan Kota Malang ini mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar

Lebih terperinci

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB AR 3232 ARSITEKTUR INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN Dosen : Dr. Ir. Himasari Hanan, MAE DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB LAPORAN Oleh: Teresa Zefanya 15213035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR SEKOLAH ARSITEKTUR,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Desain Kawasan Konsep dasar kawasan mengambil konsep terbuka tertutup seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya. Terbuka dan tertutup merupakan dua kata berlawanan yang merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema BAB VI HASIL RANCANGAN Pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang konsep perancangan yang mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema yang terkandung antara lain celebration

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Batu adala Trade Eco Tourism (TET). Trade Eco Tourism (TET) market merupakan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Batu adala Trade Eco Tourism (TET). Trade Eco Tourism (TET) market merupakan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan pada Perancangan Pasar Wisata Holtikultura Batu adala Trade Eco Tourism (TET). Trade Eco Tourism (TET) market merupakan penurunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sirih Merah. (Duryatmo 2005). Oleh karena itu, menurut Candra (2010) dalam Sudewo (2005),

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sirih Merah. (Duryatmo 2005). Oleh karena itu, menurut Candra (2010) dalam Sudewo (2005), II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sirih Merah Tanaman sirih merah ini merupakan tanaman merambat, yang tumbuh hingga mencapai ketinggian 10 kaki atau lebih, mudah tumbuh di daerah tropis (khususnya daerah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kota Berkelanjutan Menurut King, Ross dan Yuen (1999) yang disitir oleh Uniaty (2008), kota berkelanjutan atau Eco-city adalah kota yang memiliki konsep berkelanjutan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 4.1. Deskripsi Lokasi Perumahan Taman Nirwana terletak di pinggir kota Klaten. Untuk mencapai lokasi dapat dilalui dengan kendaraan bermotor sedang,

Lebih terperinci