BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi Belajar Mahasiswa Konsep Belajar Definisi Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannnya (Slameto, 2010). Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Hamalik (2013) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman ( learning is defined as the modification or strengthening of behavior throughexperiencing) menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain hasil dari belajar. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, 8

2 9 dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integrative dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan (Soemanto, 2006). Berdasarkan pengertian-pengertian diatas tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan suatu usaha, suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada setiap diri individu sebagai hasil pengalaman atau hasil interaksi dengan lingkungannya Tujuan Belajar Menurut Sardiman (2012) tujuan belajar dibagi menjadi 3 jenis: a. Untuk mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pengetahuan dan kemampuan berfikir dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. b. Penanaman konsep dan keterampilan Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Termasuk dalam hal masalah-masalah teknik dan pengulangan. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu

3 10 berurusan dengan masalah-masalah ketrampilan-keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. c. Pembentukan sikap Pembentukan sikap mental dan prilaku anak didik, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, maka akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktikkan segala sesuatu yang telah dipelajarinya Ciri-ciri Belajar Menurut William Burto dalam Hamalik (2013) menyimpulkan uraiannya sebagai berikut : a. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, bereaksi, dan melampaui (under going). b. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran yang berpusat pada suatu tujuan tertentu. c. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan. d. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan diri sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu. e. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan. f. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materil dipengaruhi perbedaanperbedaan individual.

4 11 g. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalam dan hasilhasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan individu tersebut. h. Proses belajar yang baik apabila individu tersebut mengetahui status dan kemajuannya. i. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur. j. Hasil-hasil belajar secara fungsioanal berikatan satu sama lain, tetapi dapat didiskusikan secara terpisah. k. Proses belajar berlangsung secara efktif dibawah bimbingan yang merangsang yang membimbing tanpa tekanan dan paksaan. l. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. m. Hasil-hasil belajar yang diterima oleh individu apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguana serta bermakna baginya. n. Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik. o. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda. p. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dapt berubah-ubah (adaptable), jadi tidak sederhana dan statis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut Slameto (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:

5 12 1. Faktor intern a. Faktor jasmaniah, meliputi kondisi kesehatan dan cacat tubuh. b. Faktor psikologis, mencakup inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. c. Faktor kelelahan, dapat bersifat jasmani dan rohani. 2. Faktor ekstern a. Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. b. Faktor institusi pendidikan mencakup, metode mengajar, kurikulum, relasi pengajar dan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin institusi pendidikan, alat pelajaran, waktu pembelajaran, standar pelajaran diatas pengukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. c. Faktor masyarakat, meliputi kegiatan peserta didik dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat Jenis-jenis Belajar Menurut Slameto (2010) jenis-jenis belajar dapat dibagi menjadi: a. Belajar bagian (part learning, fractioned learning) Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atauekstensif. Dimana individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri-sendiri.

6 13 b. Belajar dengan wawasan (learning by insight) Wawasan yang berorientasi pada data yang bersifat tingkah laku (perkembangan yang lembut dalam menyelesaikan suatu persoalan dan kemudian secara tiba-tiba terjadi reorganisasi tingkah laku). c. Belajar diskriminatif (discriminatif learning) Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi atau stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. d. Belajar global atau keseluruhan (global whole learning) Disini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya. e. Belajar insidental (incidental learning) Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarahtujuan (intensional). Sebab dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Atas dasar ini maka untuk kepentingan penelitian disusun perumusan operasional yaitu, belajar disebut insidental bila tidak ada intruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan. f. Belajar instrumental (instrumental learning) Reaksi-reaksi seseorang yang diperlihatkan dan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah orang tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Maka cepat lambatnya seseorang belajar dpat diatur dengan jalan

7 14 memberikan penguat (reinforcement) atas dasar tingkat-tingkat kebutuhannya.dalam hal ini maka salah satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah pembentukan tingkah laku. g. Belajar intensional (intensional learning) Belajar yang memiliki arah dan tujuan yang pasti, merupakan lawan dari belajar insidental. h. Belajar laten (laten learning) Diamana perubahan-perubahan tingkaha laku yang terjadi pada seseorang yang terlihat tidak secara segera.. i. Belajar Mental (mental learning) Belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerark-gerakan orang lain dan lain-lain j. Belajar produktif (produktif learning) Belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang maksimum. Dimana belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi kesituasi lainnya. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentrasfer prinsif penyelesaian satu persoalan dalam satu situasi kesituasi lainnya. k. Belajar verbal (verbal learning) Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan.

8 Konsep Motivasi Belajar Mahasiswa Definisi Motivasi Belajar Mahasiswa Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak suka, maka akan berusaha untuk mengelak perasaan tidak suka tersebut. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi biasanya tumbuh di dalm diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2012) Menurut Eysenck dan kawan-kawan dalam Slameto (2010), Motivasi dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupaka konsep yang rumit berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya. Motivasi menurut Mc. Donald dalam sardiman (2012), Motivasi itu sebagai suatu kompleks karena motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak untuk melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.

9 16 Motivasi Belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Mahasiswa yang mempunyai motivasi kuat, akan lebih tekun untuk melakukan kegiatan belajar dariapada mahasiswa yang sama sekali tidak memiliki motivasi belajar. Individu akan terdorong dan bergerak untuk memulai aktivitas atas kemauannya sendiri, menyelesaikan tugas tepat waktu dan gigih tidak mudah putus asa saat menjumpai kesulitan dalam menjalankan tugas jika individu tersebut mempunyai motivasi belajar. Motivasi belajar adalah suatu dorongan yang ada pada seseorang sehubungan dengan prestasi yaitu, menguasai, memanipulasi dan mengatur lingukungan sosial maupun fisik, mengatasi rintangan dan memelihara kualitas mengajar serta bersaing melalui usaha untuk melebihi perbuatan yang lalu dan mengiungguli perbuatan orang lain (Sardiman, 2012). Motivasi belajar mahasiswa dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan pada diri mahasiswa yang mendorong dan mengarahkan prilakunya kepada tujuan yang ingin dicapainya dalam mengikuti pendidikan tinggi ( Pujadi, 2007:43 ) Fungsi Motivasi Belajar Mahasiswa Menurut Sardiman (2012), dalam proses belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makain berhasil pula pelajaran yang biberikan. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan itensitas usaha-usaha belajar bagi mahasiswa. Motivasi memiliki 3 fungsi yaitu :

10 17 a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapainya. Dengan demikian motivasi dapt memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat agi tujuan tersebut. Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagaipendorong usaha mencapai prestasi.seseorang melakukan suatu usaah karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik. Dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Mahasiswa Menurut Suciati dan Prasetyo (2001) dalam Nursalam (2011), menyebutkan beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar di antaranya adalah sebagai berikut: a. Cita-cita dan Aspirasi Cita-cita merupakan faktor pendorong yang dapat menambah semangat sekaligus memberikan tujuan yang jelas dalam belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ektrinsik, karena terwujudnya cita-cita akan

11 18 mewujudkan aktualisasi diri. Cita-cita yang bersumber dari dalam diri sendiri seseorang akan membuat seseorang melakukan upaya lebih banyak, dapat diindikasikan dengan: 1. Sikap ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. 2. Kreativitas yang tinggi. 3. Berkeinginan untuk memp1erbaiki kegagalan yang pernah dialami. 4. Berusaha agar teman dan guru memiliki kemampuan bekerja sama 5. Brusaha menguasai seluruh mata pelajaran, dan 6. Beranggapan bahwa semua mata pelajaran penting. b. Kemampuan Peserta didik Kemampaun peserta didik akan mempengaruhi motivasi belajar. Kemampuan yang dimaksud adalah segala potensi yang berkaitan dengan intelektual atau intelegensi. Kemampuan psikomotor juga akan memeperkuat motivasi. c. Kondisi Peserta Didik Keadaan peserta didik secara jasmaniah dan rohaniah akan mempengaruhi motivasi belajar. Kondisi jasmani dan rohani yang sehat akan mendukung pemusatan perhatian dan gairah dalam belajar. d. Kondisi Lingkungan Belajar Kondisi lingkungan belajar dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan, kemasyaraktan, dan lingkungan institusi penyelenggara pendidikan. Kondisi lingkungan belajar juga termasuk hal yang penting untuk diperhatikan. Lingkungan yang kondusif juga turut mempengaruhi interaksi sosial,

12 19 minat dan kemauan belajar seseorang. Dimana, interaksi sosial merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya proses pembelajaran. e. Unsur-unsur Dinamis dan Pembelajaran Peserta didik memiliki perasaan, perhatian, ingatan, kemauan, dan pengalaman hidup yang turut mempengaruhi minat dan motivasi dalm belajar baik secara langsung maupun tidak langsung. F. Upaya Pengajar dalam Membelajarkan Peserta Didik Pengajar merupakan salah satu stimulus yang sangt besar pengaruhnya pengaruhnya dalam memotivasi peserta didik untuk belajar,.kemampuan merancang bahan ajar dan prilaku merupakan bagian dari upaya Macam-macam Motivasi Belajar Mahasiswa Menurut Sardiman (2012), macam-macam atau jenis-jenis motivasi belajar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motifmotif itu sangat bervariasi. a. Motivasi belajar dilihat dari dasar pembentukannya. 1. Motivasi-motivasi bawaan Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motivasi-motivasi yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, dorongan untuk beristirahat dan dorongan seksual. Motif-motif ini sering disebut sebagai motif secara biologis (physiological drive).

13 20 2. Motivasi-motivasi yang dipelajari Motivasi-motivasi yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu dalam masyarakat. Motivasi-motivasi ini sering disebut sebagai motivasi secara sosial (affiliative needs) Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk. b. Motivasi belajar menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis 1. Motivasi atau kebutuahan organis Motivasi ini sama dengan motivasi biologis (physiologis drives),misalnya: kebutuhan makan, minuman, istirahat dan lain-lain 2. Motivasi darurat Motivasi yang timbul karena adanya rangsangan dari luar, misalnya: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha. 3. Motivasi objektif Menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.motivasi-motivasi ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapai dunia luar secara efektif. c. Motivasi belajar jasmani dan rohani 1. Motivasi jasmani, misalnya: refleks, insting dan nafsu. 2. Motivasi rohani, misalnya: keamanan akan sesuatu

14 21 d. Motivasi belajar berdasarkan sifatnya 1. Motivasi Intrinsik Motivasi belajar intrinsik adalah motivasi-motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsic ini adalah inigin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri, seperti ingin mendapatkan pengetahuan, nilai dan keterampilan agar dapat merubah tingkah lakunya secara konstruktif. Motivasi intrinsic dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Bentuk motivasi ini seperti: cita-cita yang ingin didapat, kesadaran dan pertimbangan pribadi yang matang, pemikiran akan masa depan tentang kesuksesan. Berikut ini penjelasan masing-masing dari motivas, sebagai berikut: a) Cita-cita Yang Ingin Didapat Cita-cita atau aspirasi peserta didik akn memperkuat semangat belajar dan mengarahkan prilaku belajar. Cita-ciata atau aspirasi peserta didik akan berlangsung dalam waktu yang sangat lama bahakan berlangsung sepanjang hayat, timbulmnya dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan bahasa dan nilai-nilai kehidupan, juga perkembangan kepribadian. Cita-cita atau aspirasi peserta didik akan

15 22 memperkuat motivasi belajar intrinsic maupun ekstrinsik, sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri (Slameto, 2010) b). Kesadaran Dan pertimbangan Pribadi yang Matang Belajar yang efektif dapat diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, image seseorang.tiap orang tentu berusaha untuk memenuhi keinhinan yang dicitacitakan. Oleh karena itu siswa harus yakin bahwa denga belajar yang baik dapat membantu mecapai cita-cita yang diinginkan (Slameto, 2010) c). Pemikiran Akan Masa Depan Tentang Kesuksesan Menurut Slameto (2010) tiap orang berusaha agar keinginannya dapat berhasil. Untuk kelancaran belajar, perlu optimis, percaya akan kemampuan sendiri dan yakin bahwa ia dapat menyelesaikantugas dengan baik dan pelajar harus yakin bahwa apa yang dipelajari adalah merupakan hal-hal yang kelak akan banyak gunanya bagi dirinya sendiri. 2. Motivasi belajar Ekstrinsik Motivasi belajar ekstrinsik adala motivasi-motivasi yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.bentuk teori ini seperti pengaruh dari orang tua, pengaruh teman, dan pengaruh guru atau dosen.

16 23 a). Pengaruh orang tua Dukungan dengan cara orang tua mendidik sangat besar pengaruhnya terhadap belajar anak (Slameto, 2010). Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, tidak mengatur waktu dan tidak melengkapi alat belajarnya dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. b). Pengaruh teman Pengaruh dari teman bergaul lebih cepat masuk dalam jiwanya dari yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadapa diri individu, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi sifat yang buruk juga. c). Pengaruh Guru dan Dosen Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan junga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apbila mengalami kesulitan, bail yang bersifat pribadi maupun akademis (Uno, 2008).Lebih lanjut Uno menjelaskan bahwa pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya agar dapat memotivasi anak didiknya untuk dapat mengikuti kegiatan yang diberikan Bentuk dan Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar Mahasiswa Di dalam kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi baik dari dalam diri maupun luar diri setiap individu sangat di perlukan. Dengan motivasi yang baik, dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekuanan dalam melakukan kegiatan belajar.

17 24 Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, kadang-kadang juga bisa kurang sesuai.pendidik di sini harus berhati-hati dalam menumbuhkan dan memberikan motivasi bagi kegiatan belajar para peserta didiknya.sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar peserta didiknya. Menurut Sardiman (2012) dan Hamalik (2013) ada beberapa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi belajar, yaitu: a. Memberi angka, yaitu: sebagai symbol dari nilai kegiatan belajarnya. b. Memberi pujian, yaitu: pemberian pujian kepada peserta didik yang mendapat nilai yang baik agar mendorong motivasi lebih meningkat. c. Hadiah, yaitu: Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian. d. Saingan atau kompetisi, yaitu: dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan antara kelompok maupun individual dapat meningkatkan motivasi belajar. e. Ego-involvement, yaitu: sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting, dimana seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik untuk menjaga harga dirinya. f. Memberi ulangan, yaitu: pemberian ulangan juga merupakan peningkatan motivasi tetapi pemberian ulangan sebaiknya jangan terlalu sering karena bisa membosankan.

18 25 g. Kerja kelompok, yaitu: dimana melakukan kerja sama dalam kegiatan belajar antara anggota kelompok, kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar. h. Mengetahui hasil, yaitu: semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi dalam diri peserta didik untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat. i. Hukuman, yaitu: sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepatdan bijak bisa menjadi alat motivasi. j. Hasrat untuk belajar, yaitu: berarti ada kesengajaan, ada maksud untuk belajar. k. Minat, yaitu merupak alat motivasi yang pokok, proses belajar berjalan lancar kalau disertai minat. Minat dapat dibangkitkan dengan cara: membangkitkan adanya suatu kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau, memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik dan menggunakan berbagai macam bentuk belajar. l. Tujuan yang diakui, yaitu tujuan yang harus dicapai, dirasa sangat berguanandn menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar. m. Karyawisata dan ekskursi, yaitu: dapat membangkitkan motivasi belajar karena dalam kegiatan ini akan mendapatkan pengalaman langsung dari objek yang akan di kunjungi karena menarik minatnya. n. Film pendidikan, yaitu: dapat menarik perhatian dan minat peserta didik dalam belajar. Para peserta didik mendapat pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna.

19 26 o. Belajar melalui radio, yaitu: sebagai alat yang penting untuk mendorong motivasi untuk belajar Interaksi Sosial Definisi Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan pengaruh timbal balik antar individu,antara kelompok dengan kelompok,dan antara individu dengan kelompok (Soekanto, 2013). Menurut Ahmadi (2009), Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Menurut Beni (2013), interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik, proses tersebut semuanya didasarkan pada berbagai hubungan berbagai kebutuhan yang terwujud dalam tingkah laku manusia apa bila hubungan dengan sesamanya. Interakasi sosial juga sebagai faktor utama dalam kehidupan sosial. Karena, tanpa interaksi sosial tidak akan ada kehidupan bersama. Interaksi sosial mencerminkan bertemunya orang- perorangan yang akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial untuk bekerjasama, saling berbicara, saling memperhatikan, mengadakan persaingan, perkelahian, serta pertikaian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial Sehubungan dengan definisi interaksi sosial di atas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terciptanya suatu interaksi sosial. Menurut Soekanto (2013) dan Ahmadi (2009) Interaksi sosial dapat di bagi menjadi beberapa faktor, yaitu:

20 27 a. Faktor Imitasi Merupakan peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.namun demikian, imitasi mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif dimana misalnya, yang ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang.selain itu, imitasi juga dapat melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang. b. Faktor Sugesti Merupakan berlangsungnya seseorang memberikan suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Jadi proses ini sebenarnya hampir sama dengan imitasi, tetapi titik-tolaknya berbeda. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda oleh emosi, yang menghambat daya pikirnya secara rasional. Proses sugesti terjadi apabila seseorang yang memberikan pandangan adalah orang yang beribawa atau karena sifat orang tersebut yang otoriter. Dalam psikologi sugesti dibedakan menjadi dua, yaitu : atu-sugesti, yaitu sugesti terhadap diri yang datang dari dirinya sendiri dan heterosugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain. Sugesti akan mudah terjadi bila memenuhi syarat-syarat berikut: 1. Sugesti karena hambatan berfikir yaitu, Daya berfikir seseorang akan terhalang oleh karena adanya emosi.

21 28 2. Sugesti karena keadaan pikiran terpecah belah (dissosiasi) yaitu, Daya fikir seseorang dalam keadaan bingung dalam menghadapi berbagai masalah yang dialaminya. 3. Sugesti karena mayoritas yaitu, Dimana seseorang akan mempunyai kecenderungan untuk menerima suatu pandangan, pendapat atau norma-norma, dan sebagainya, apabila norma-norma itu mendapatkan dukungan orang banyak atau mayoritas, di mana sebagaian besar dan kelompok atau golongan itu memberikan sokongan atas pendapat pandangan-pandangan tersebut. 4. Sugesti karena minoritas yaitu, Dimana seseorang seseorang mempunyai kecenderungan bahwa akan mudah menerima apa yang akan dikemukakan oleh orang lain apabila yang memberikan itu mempunyai otoritas mengenai masalah tersebut. 5. Will to belive yaitu, Bila dalam diri individu telah ada pendapat yang mendahuluinya dan pendapatnya masih dalam keadaan yang samar-samar dan pendapat tersebut searah dengan yang disugestikan itu, maka pada umumnya orang itu akan mudah menerima pendapat terebut. c. Faktor Identifikasi Merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginandalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena keperibadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses. Proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya (secara tidak sadar), maupun dengan disengaja karena sering kali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal

22 29 tertentu didalam proses kehidupannya. Walaupun dapat berlangsung dengan sendirinya, proses identifikasi berlangsung dalam suatu keadaan diamana seseorang yang beridentifikasi benar-benar mengenal pihak lain (yang menjadi ideal) sehingga pandangan, sikap maupun kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak lain dapat melembaga dan bahkan menjiwainya. Identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh-pengaruh yang lebih mendalam ketimbang proses imitasi dan sugesti walaupun ada kemungkinan bahwa pada mulanya proses identifikasi diawali oleh imitasi atau sugesti. d. Faktor Simpati Merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaanmemegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. Inilah perbedaan utamnya dengan identifikasi yang didorong oleh keinginan untuk belajar dari pihak lain yang dianggap kedudukannya lebih tinggi dan harus dihormati karena mempunyai kelebihan-kelebihan atau kemampuan-kemampuan tertentu yang patut dijadikan contoh. Proses simpati akan dapat berkembang dalam suatu keadaan dimana faktor saling mengerti terjamin Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial Menurut Soekanto (2013), suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:

23 30 a. Kontak Sosial (social-contact) Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersamasama) dan tango (yang artinya menyentuh).jadi, arti secara harfiah adalah bersamasama menyentuh. Secara fisik, kontak terjadi apa bila ada hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti misalnya, dengan cara berbicara dengan pihak lain. Jadi Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih, melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing.kontak secara langsung dan tidak langsung. Hubungan yang terjadi dapat berupa hubungan positif maupun negatif.hubungan positif terjadi oleh karena hubungan antara kedua belah pihak terdapat saling pengertian dan saling menguntungkan, sehingga hubungan dapat berlangsung lebih lama.sedangkan kontak negatif terjadi oleh karena hubungan antara kedua belah pihak tidak melahirkan saling pengertian, mungkin juga merugikan. b.komunikasi Sosial Komunikasi sosial adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada prilaku orang lain (yang terwujud pembicaraan, gerak-gerak, atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain. Komunikasi sosial memungkinkan kerja sama antara kelompok-kelompok manusia dan memang komunikasi sosial merupakan salah satu syarat terjadinya kerja sama. Akan tetapi, tidak selalu komunikasi sosial menghasilkan kerja sama bahkan suatu

24 31 pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena masingmasing tidak mau mengalah Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Apabila syarat-syarat telah terpenuhi, interaksi sosial akan berjalan dengan mudah. Interaksi sosial tersebut memiliki beberapa bentuk. Menurut Soekanto (2013), bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa: a. Kerja sama Kerja sama merupakan interaksi sosial yang pokok. Kerja sama menggambarkan sebagaian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa segala macam bentuk interaksi tersebut dapt dikembalikan pada kerja sama. Kerja sama timbul karena orientasi orang-orang terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya. Kerja sama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya dari luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secra tradisional atau institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seorang atau segolongan orang. Kerja sama dapat dibedakan menjadi: kerja sama spontan yaitu, kerja sama yang serta merta, Kerja sama langsung yaitu, merupakan hasil dari perintah atasan atau penguasa, sedangkan kerja sama tradisional yaitu, merupakan kerja sama sebagai bagian atau unsur dari system sosial. b. Persaingan Persaingan dapat diartikan suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalu bidangbidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik

25 32 perseoranagan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunyai dua tipe umum, yakni bersifat pribadi dan tidak pribadi.tipe-tipe tersebut diatas menghasilkan bentuk-bentuk persaingan yaitu, persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan untuk mencapai kedudukan dan peranan yang tertentu dalam masyarakat, dan persaingan karena perbedaan ras. Dalam sebuah persaingan tentu ada fungsi-fungsi dari persaingan yaitu: 1. Untuk menyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat kompetitif. 2. Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian tersalurkan dengan sebaik-baiknya. 3. Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seleksi sosial. 4. Sebagai alat untuk menyaring warga golongan-golongan karya untuk mengadakan pembagian kerja. Akibat-akibat persaingan mungkin saja bersifat asosiatif atau mungkin bersifat disosiatif.hasil suatu persaingan adalah perubahan kepribadian seseorang, kemajuan, solidaritas kelompok dan disorganisasi. c. Akomodasi Istilah akomodasi di pergunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orangorang atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai suatu proses,

26 33 akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha- usaha untuk mencapai kestabilan. Tujuan dari akomodasi untuk mengurangi pertentangan atarindividu atau kelompok, untuk mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara waktu agar terjadi kerjasama. Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2013), akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiologi untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hungan sosial. Adaptasi menunjuk pada perubahan-perubahan organis yang disalurkan melalui kelahiran, di mana makhluk hidup menyesuaikan diri dengan alam sekitar sehingga dapat mempertahankan diri.akomodasi sebagai suatu proses mempunyai beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut: 1. Coercion adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilakukan oleh karena adanya paksaan. 2. Compromise adalah suatu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. 3. Arbitration merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. 4. Mediation hampir menyerupai arbitration. Pada mediation diundanglah pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. 5. Conciliation adalah suatau usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.

27 34 6. Toleration merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya. 7. Stalemate merupakan suatu akomodasi, di mana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. 8. Adjudication, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan. d. Pertikaian atau Pertentangan Pertikaian atau pertentangan merupakan bentuk persaingan yang berkembang secara negatif. Pertikaian adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana pihak yang satu berusaha menjatuhkan pihak yang lain. Pertikaian atau pertentangan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Sebab-musabab atau akar-akar dari pertentangan adalah perbedaan antara individuindividu, perbedaan budaya, perbedaan kepentingan, dan perubahan soaial. Pertentangan-pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nilai atau kepentingan bersifat positif, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam struktur sosial yang tertentu. Masyarakat biasanya mempunyai alatalat tertentuk untuk menyalurkan benih-benih permusuhan; alat tersebut dalam ilmu sosiologi dinamakan safety-valve institutions yang menyediakan objek-objek tertentu yang dapat mengalihkan perhatian pihak-pihak yang bertikai kea rah lain. Pertikaian atau pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus, yaitu:

28 35 1. Pertentangan pribadi yaitu, merupakan pertentangan yang terjadi di awal pertemuan. 2. Pertentangan rasial yaitu, para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaanperbedaan antara mereka yang sering kali menimbulkan pertentangan. 3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial yaitu, pada umumnya disebabkan oleh perbedaaan kepentingan, misalnya perbedaan kepentingan antara majikan dengan buruh. 4. Pertentangan politik yaitu, pertentangan yang menyangkut baik golongangolongandalam suatu masyarakat, maupun Negara-negara yang berdaulat 5. Pertentangan yang bersifat internasional yaitu, disebabkan karena perbedaanperbedaan kepentingan kemudian merembes ke daulatan negara. Dari bentuk-bentuk pertikaian atau pertentangan yang ada dapat mengakibatkan tambahnya solidaritas, pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu,perubahan kepribadian para individu, hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia, dan akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak Hubungan Interaksi Sosial dengan Motivasi Belajar Mahasiswa. Menurut Syafitri (2010), Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, kelompok maupun antar individu dan kelompok. Bersamaan dengan itu, telah kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, maka manusia pasti hidup berkelompok dan melakukan interaksi sosial.demikian juga remaja terutama di lingkungan sekolah

29 36 (kampus) yang cenderung hidup berkelompok secara unik yang didalamnya terdapat hubungan emosional yang erat dalam interaksi antar anggotanya. Dalam hal ini mahasiswa di kampus mempunyai perbedaan intensitas interaksi sosial dalam lingkungannya. Khususnya pada lingkungan kampus tempat terjadinya interaksi sosial mahasiswa dengan mahasiswa yang lain. Lingkungan kampus yang baik akan menciptakan interaksi sosial yang positif, sehingga terjadi suasana saling mempercayai,menghargai dan saling mendukung antar mahasiswa. Hal ini akan menguntungkan bagi kemajuan belajar mahasiswa, sehingga mahasiswa akan merasa senang dan termotivasi untuk terus belajar. interaksi sosial di lingkungan kampus sangat penting didalam upaya menciptakan kondisi-kondisi yang lebih kondusif untuk melahirkan motivasi pada mahasiswa. Suasana interaksi sosial yang kondusif dan edukatif akan sangat menguntungkan bagi tingkat kemajuan dan motivasi belajar mahasiswa, baik itu motivasi internal maupun motivasi eksternal ( Syafitri,2010 ). Menurut Dewi (2012), motivasi merupakan pengaruh yang menyebabkan terjadinya proses pembelajaran. Teori- teori pembelajaran mengatakan bahwa agar dapat belajar yang baik, seseorang harus memiliki keinginan untuk mencapai sesuatu yang pada giliranya akan menggugah peserta didik dengan menciptakan ketegangan dan kecondongan untuk bertindak dan mengubah prilaku. Motivasi merupakan suatu kondisi psikologi atau keadaan dalam diri seseorang yang akan membangkitkan, mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan, mengarahkan dan membuat seseorang tetap tertarik dalam melakukan kegiatan, baik dari internal maupun eksternal untuk

30 37 mencapai satu tujuan. Jadi interaksi sosial sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa, dimana setiap mahasiswa melaksanakan interaksi sosial yang baik dengan temannya akan membuat motivasi belajarnya meningkat karena interaksi dan motivasi sangat berhubungan erat.peneliti juga akan melihat nilai koefisien korelasi untuk melihat kuatnya hubungan. Interpretasi koefisien korelasi dapat dilihat dalam tabel 1. Tabel 1. Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,00 Tingkat hubungan Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat Sumber: Sugiyono,2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus dari interaksi sosial. Menurut Soekanto (1983: 80), berlangsungnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus dari interaksi sosial. Menurut Soekanto (1983: 80), berlangsungnya 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Interaksi Sosial Interaksi Sosial dalam masyarakat merupakan syarat utama terjadinya aktivitasaktivitas sosial. Dalam bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dukungan Keluarga 2.1.1 Definisi Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL E K O N U G R O H O, S. P T, M. S C FA K U LTA S P E T E R N A K A N U N I V E R S I TA S B R AW I J AYA S E M E S T E R G A N J I L

PROSES SOSIAL E K O N U G R O H O, S. P T, M. S C FA K U LTA S P E T E R N A K A N U N I V E R S I TA S B R AW I J AYA S E M E S T E R G A N J I L PROSES SOSIAL EKO NUGROHO, S.PT, M.SC FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA SEMESTER GANJIL 2013/2014 Pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama Perubahan-perubahan dalam struktur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Motivasi Belajar Berawal dari kata motif, maka motivasi dapat di artikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,

Lebih terperinci

BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL

BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL 1. Kimbal Young (1948) == a. Oposisi b. Kerja Sama c. Difrensiasi 2. Gillin (1951) == Proses Asosiatif dan Disosiatif 3. Tamotsu S.(1986) == Akomodasi, Ekspresi, Interaksi

Lebih terperinci

UPAYA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERKREASI MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA FUTSAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 NANGA PINOH

UPAYA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERKREASI MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA FUTSAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 NANGA PINOH UPAYA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERKREASI MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA FUTSAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 NANGA PINOH Dwinanto¹, Rif at Hamdy², Zuhermandi³ ¹Mahasiswa Program Studi Penjaskesrek Tahun

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL Proses sosial adalah cara-cara berhubungan/komunikasi apabila individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1. Pentingnya Minat Belajar Kata minat dalam bahasa Inggris disebut interest yang berarti menarik atau tertarik. Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu

Lebih terperinci

INDONESIA DALAM SOSIAL MODERN

INDONESIA DALAM SOSIAL MODERN INDONESIA DALAM SOSIAL MODERN Oleh: Moh Ali Dalam ilmu pengetahuan banyak sekali cabangcabang ilmu yang membahas tentang berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah ilmu sosiologi. Ilmu sosiologi ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Belajar Siswa Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) Strategi pembelajaran increasing the capacity

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori a. Motivasi belajar 1) Pengertian Motivasi Kata motivasi berasal dari Bahasa Inggris motivation. Kata asalnya ialah motive yang artinya tujuan. Thursan Hakim (2000

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa : II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Belajar Kegiatan belajar di perguruan tinggi merupakan suatu proses yang panjang dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan ketabahan.

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL dan INTERAKSI SOSIAL. Slamet Widodo

PROSES SOSIAL dan INTERAKSI SOSIAL. Slamet Widodo DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS TRUNOJOYO PROSES SOSIAL dan INTERAKSI SOSIAL Slamet Widodo 1 PROSES SOSIAL Cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang perorangan saling bertemu dan menentukan

Lebih terperinci

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar MOTIVASI DALAM BELAJAR Saifuddin Azwar Dalam dunia pendidikan, masalah motivasi selalu menjadi hal yang menarik perhatian. Hal ini dikarenakan motivasi dipandang sebagai salah satu faktor yang sangat dominan

Lebih terperinci

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial oleh : Ir. Agus Hasbi Noor, M.M.Pd. STKIP Siliwangi Bandung 2014 1 Manusia sebagai makhluk Individu Individu berasal dari kata in dan divided (tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Motivasi Istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengajar guru, sebab dilingkungan sekolah guru pemeran utama dalam upaya

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengajar guru, sebab dilingkungan sekolah guru pemeran utama dalam upaya BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kreativitas Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Kreativitas Mengajar Guru Faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kreativitas mengajar guru,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Disiplin BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS

MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS Jimmi Apul Maringan Manalu Sekolah Dasar Swasta Pengharapan Patumbak Deli Serdang Corresponding author: jimmimanalu94@gmail.com Abstrak Motivasi

Lebih terperinci

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa 26 INOVASI, Volume XX, Nomor 1, Januari 2018 Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Meilantifa Email : meilantifa@gmail.com Program Studi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL OLEH : LIA AULIA FACHRIAL, M.SI Definisi & Ruang Lingkup Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk memperoleh suatu kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB II PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

BAB II PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL BAB II PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL 2.1 Pengantar Proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama ( Selo Soemarjan, 1964). Khusus dalam mata kuliah Pengantar

Lebih terperinci

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial 1. Proses yang Asosiatif a. Kerjasama 1) Kerukunan Tolong Menolong dan Gotongroyong 2) Bargaining : Pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa antara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam masa globalisasi, suatu negara dianggap maju apabila memiliki kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi suatu negara untuk

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II KERANGKA TEORETIS 9 BAB II KERANGKA TEORETIS A. Konsep Teoretis 1. Pengertian Apersepsi Apersepsi adalah suatu gejala jiwa yang kita alami apabila suatu kesan baru masuk dalam kesadaran kita dan berassosiasi/bertautan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Belajar 2.1.1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu yang tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan makhluk sosial yang selalu ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1) Minat Belajar Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara 7 BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Interaksi Sosial A. Interaksi Sosial Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Motivasi Belajar IPS. 1. Pengertian Motivasi Belajar IPS. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Motivasi Belajar IPS. 1. Pengertian Motivasi Belajar IPS. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Belajar IPS 1. Pengertian Motivasi Belajar IPS Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan sebagai usaha penguasaan materi ilmu

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berawal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. motif dapat

Lebih terperinci

BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Permasalahan yang sering ditemukan dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki pengaruh yang sangat penting bagi kehidupan siswa di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang di miliki siswa secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta masyarakat yang tentram dan damai.

BAB II KAJIAN TEORI. berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta masyarakat yang tentram dan damai. BAB II KAJIAN TEORI A. Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial Manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia bergantung dan membutuhkan individu lain atau makhluk lainnya. Dalam hidup bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT

HUBUNGAN INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT HUBUNGAN INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT Makna Individu Manusia adalah makhluk individu. Makhluk individu berarti makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisahpisahkan antara jiwa dan raganya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORIRIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. kecenderungan sikap yang dimilikinya. Sebagaimana yang kita ketahui,

BAB II KAJIAN TEORIRIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. kecenderungan sikap yang dimilikinya. Sebagaimana yang kita ketahui, BAB II KAJIAN TEORIRIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Sikap Belajar Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan sangat berpengaruh terhadap hasil

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat memahami tentang arti interaksi, kontak dan komunikasi. 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan dorongan atau daya penggerak untuk mencapai suatu tujuan atau keinginan yang diharapkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan salah satu usaha yang strategis dalam rangka mempersiapkan warga negara dalam menghadapi masa depan diri sendiri dan bangsanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. direncanakan dan dilaksanakan secara berkesinambungan baik dari materi. pembelajaran maupun jenjang pendidikannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. direncanakan dan dilaksanakan secara berkesinambungan baik dari materi. pembelajaran maupun jenjang pendidikannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Pembelajaran Secara umum pembelajaran merupakan kegiatan yang dilaksanakan di dalam ruangan atau kelas dengan melibatkan antara guru dan murid untuk mencapai suatu tujuan

Lebih terperinci

MOTIVASI BELAJAR. Tiga aspek motivasi menurut Walgito, yaitu :

MOTIVASI BELAJAR. Tiga aspek motivasi menurut Walgito, yaitu : MOTIVASI BELAJAR Motivasi berasal dari bahasa Latin, movere yang berarti bergerak atau bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AFEKTIF

PERKEMBANGAN AFEKTIF PERKEMBANGAN AFEKTIF PTIK PENGERTIAN AFEKTIF Afektif menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendidikan Menurut UU No. 2o Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR Makalah yang disampaikan dalam Sarasehan Pendidikan Membentuk Siswa yang Rajin Belajar dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Balai Dukuh Mulo Wonosari, 14 Juli 2013. BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. penulis akan memberikan pengertian dari kedua istilah tersebut. Kata Motif dalam

BAB II KAJIAN TEORI. penulis akan memberikan pengertian dari kedua istilah tersebut. Kata Motif dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Motivasi Belajar 1. Definisi Motivasi Belajar Dalam Psikologi, istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan motif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa untuk terus maju dan berkembang karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL 1. Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar siswanya sehingga menghasilkan manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) menyebutkan matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Merujuk pengertian pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Merujuk pengertian pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar PKn 1. Pengertian Prestasi Belajar Merujuk pengertian pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2006:

Lebih terperinci

Interaksi Sosial. Lolytasari, M.Hum

Interaksi Sosial. Lolytasari, M.Hum Interaksi Sosial Lolytasari, M.Hum Interaksi sosial meruapakan suatu kajian mikro sosiologi yang mempelajari kehidupan seharihari Maksud dari mikro sosiologi adalah dimana manusia sebagai individu berinteraksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Sadiman,1986:6). Sementara itu Briggs (dalam Sadiman 1986:6)

TINJAUAN PUSTAKA. perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Sadiman,1986:6). Sementara itu Briggs (dalam Sadiman 1986:6) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Kartu Kuartet Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk 5 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang mutlak harus dipenuhi manusia sebagai makhluk individu maupun kelompok. Pendidikan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon dengan kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi berasal dari kata motif. Motif artinya keadaan dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan pada umumnya selalu berintikan bimbingan. Sebab pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan pada umumnya selalu berintikan bimbingan. Sebab pendidikan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan Konseling Belajar 1. Pengertian Bimbingan Konseling Pendidikan pada umumnya selalu berintikan bimbingan. Sebab pendidikan bertujuan agar anak didik menjadi kreatif,

Lebih terperinci

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10 GEJALA KONASI--MOTIVASI PERTEMUAN KE 10 aprilia_tinalidyasari@uny.ac.id MOTIVASI Motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB V INTERAKSI SOSIAL

BAB V INTERAKSI SOSIAL BAB V INTERAKSI SOSIAL 5.1. Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial Hubungan antar manusia, ataupun relasi-relasi sosial menentukan struktur dari masyarakatnya. Hubungan antar manusia

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL 1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris social interaction yang berarti saling

INTERAKSI SOSIAL 1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris social interaction yang berarti saling INTERAKSI SOSIAL 1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris social interaction yang berarti saling bertindak. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin,

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN

PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012 PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN HUSNI EL HILALI Abstrak Kemampuan mengelola kelas menjadi salah satu ciri guru yang profesional. Pengelolaan kelas diperlukan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problem Based Learning (PBL) 1. Pengertian Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang berbasis pada masalah, dimana masalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Metakognisi Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli psikologi sebagai hasil dari perenungan mereka terhadap kondisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kompetensi Guru 1. Pengertian Kompetensi Guru Sebagai pendidik seorang guru harus dibekali kompetensi. Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan melaksanakan tugas. Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Minat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu: 7 BAB II KAJIAN PUATAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Mc.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Hakekat Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Perubahan perilaku

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Menurut Slameto (2003:102) pengertian persepsi adalah proses yang menyangkut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Akuntansi a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

Lebih terperinci

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS VIII-B DI SMP NEGERI 1 BOLAANG Tjitriyanti Potabuga 1, Meyko

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

Interaksi Pustakawan Dan Pemustaka

Interaksi Pustakawan Dan Pemustaka Interaksi Pustakawan Dan Pemustaka Abstrak : Selain menguasai bidang ilmu perpustakaan, pustakawan diharapkan mampu memahami kondisi pemustaka melalui interaksi sosial. Dalam berinteraksi dengan pemustaka,

Lebih terperinci

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Interaksi sosial adalah sebagai atau merupakan dasar dari proses-proses sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Interaksi sosial adalah sebagai atau merupakan dasar dari proses-proses sosial, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Interaksi sosial Interaksi sosial adalah sebagai atau merupakan dasar dari proses-proses sosial, sebab tanpa adanya interaksi tidak mungkin kehidupan bersama akan terjalin.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Hakekat Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah

BAB II LANDASAN TEORI. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Belajar Pada hakikatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah manusia dan dialami oleh setiap orang. Hal itu disebabkan oleh pengetahuan, keterampilan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Motif Berprestasi Ditinjau dari asal katanya, motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting terutama bagi generasi muda agar dapat menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pada setiap jenjang pendidikan,

Lebih terperinci