BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrogravitasi Mikrogravitasi (microgravity) adalah kondisi dimana nilai percepatan gravitasi bumi (g) sangat kecil yaitu dalam orde mikro atau 10-6 dari nilai g. Nilai g dari satu tempat ke tempat lain adalah berbeda-beda tergantung ketinggian dan kondisi geologinya. Nilai g adalah satuan percepatan rata-rata gravitasi bumi yang menunjukkan rata-rata percepatan yang dihasilkan medan gravitasi pada permukaan bumi (permukaan laut). Medan gravitasi adalah suatu ruang dimana sebuah benda bermassa mengalami gaya gravitasi. Dalam fisika, nilai percepatan gravitasi standar atau nilai g pada permukaan bumi (permukaan laut) didefinisikan sebagai 9,80 m/s 2. Menurut International Gravity Formula 1967 (the 1967 Geodetic Reference System Formula, Helmert's equation or Clairaut's formula), nilai g pada ketinggian p adalah: g , (1 5,3024 x10 sin p 5,8 x10 sin 2 p) (2.1) 2 Atau menurut WGS (World Geodetic System) 84 Ellipsoidal Gravity Formula, nilai g sebagai fungsi ketinggian p dituliskan sebagai berikut: g 9, , sin 1 0, sin 2 2 p p m s m 2 s (2.2) Efek dari mikrogravitasi dapat dilihat ketika astronot dan benda-benda melayang di ruang angkasa. Dalam kondisi mikro, astronot dapat melayang di pesawat ruang angkasa. Di luar angkasa benda berat bergerak dengan mudah, sebagai contoh astronot dapat memindahkan peralatan berat ratusan kilogram dengan ujung jari mereka (NASA, 2012). Untuk mepelajari pengaruh lingkungan mikrogravitasi terhadap berbagai kehidupan, mikroorganisme sampai manusia, sangatlah mahal dan terbatas apabila harus menggunakan pesawat luar angkasa. Untuk itu diperlukan perangkat yang dapat mensimulasikan (meniru) lingkungan mikrogravitasi, sehingga kesempatan untuk mempelajari pengaruh tersebut menjadi lebih terbuka luas. Ada berbagai metode yang digunakan untuk mensimulasikan lingkungan gravitasi bumi, diantaranya: 5

2 6 1. Drop-towers adalah sebuah elevator teknologi tinggi. NASA s Lewis Research Centre mempunyai sebuah peralatan drop-tower berukuran 145 m, yaitu mulai dari permukaan sampai ujung mengarah turun ke bumi seperti sebuah poros tambang. Bagian ruang uji mempunyai diameter 6,1 m dan kedalaman 132 m. Mesin ini dapat menciptakan kondisi mikrogravitasi selama sekitar 5-6 detik. Di bawah ruang uji terdapat sebuah alat penangkap yang diisi dengan manik-manik polistiren. Tekanan ruang uji dipertahankan atau dibuat lebih kecil dari 10-2 Torr sehingga lingkungan mikrogravitasi dalam orde 10-5 g dapat dicapai. NASA Marshall Space Flight Centre juga mempunyai peralatan yang serupa dengan ukuran lebih kecil, yaitu tingginya 100 m dan diameter ruang uji (drop tube) 25,4 cm, seperti tampak pada Gambar 2.1. Peralatan ini dapat mencapai kondisi mikrogravitasi sampai 4,5 detik. Japan, juga mempunyai sebuah drop-tower dengan kedalaman 490 m, yang dapat mencapai lingkungan mikrogravitasi dalam orde 10-5 g selama 10 detik. Gambar 2.1 Drop tube pada Nasa Marshal Space Flight Center. 2. Penerbangan parabolik (parabolic flights) menggunakan pesawat udara juga dapat mencapai keadaan mikrogravitasi selama sekitar 25 detik. NASA Johnson Space Centre mempekerjakan pesawat komersial dengan jumlah kursi penumpang sedikit. Para penumpang di dalam pesawat dilindungi oleh dinding berlapis. Sebuah penerbangan khusus, yang membawa percobaan dan crew pesawat tersebut

3 7 berlangsung selama 2-3 jam, dimulai dari ketinggian sekitar 7 km di atas permukaan laut. Pesawat naik dengan cepat pada sudut 45º secara parabola dan akhirnya turun pada sudut 45º, seperti tampak pada Gambar 2.2 (Melissa Rogers et al., The Mathematics of Microgravity, NASA, 1-18). Selama pesawat naik dan turun, crew dan percobaan mengalami keadaan hypergravity dalam orde 2-2,5 g. Sedangkan saat pesawat terbang dengan lintasan parabola pada ketinggian berkisar 7,3-10,4 km, mereka mengalami keadaan mikrogravitasi dalam orde 10-2 g selama lebih dari 15 detik. Gambar 2.2 Karakteristik penerbangan parabolic (Melissa Rogers et al., The Mathematics of Microgravity, NASA, 1-18). 3. Klinostat telah menjadi teknik (simulasi) berbasis darat (permukaan bumi) yang sangat berguna dan penting untuk mempelajari efek dari mikrogravitasi. Baru-baru ini, Hoson T dan kawan-kawan telah mengembangkan klinostat 3-D biasa menjadi klinostat 3-D dengan sistem vektor-acak gravitasi, untuk mempelajari sistem biologi kecil (small biosystems) seperti kultur sel tunggal, organisme uniseluler, dan bibit tanaman (Hoson T. et al., 2000; Hoson T. el al., 1997). Klinostat ini dibuat untuk mensimulasikan sistem tiga dimensi dari biosystems tersebut. Perangkat ini sepenuhnya dioperasikan melalui komputer sehingga memungkinkan untuk mencapai posisi acak yang sesungguhnya. Sejumlah generator dipasang untuk menghasilkan koordinat acak pada kedua rangka pemegang sampel, dengan demikian sampel tidak diputar seperti klinostat pada umumnya tetapi

4 8 diarahkan pada posisi acak masing-masing untuk interval waktu yang sesuai. Perangkat ini disebut mesin posisi acak (Random Positioning Machines (RPM)), yang dianggap dapat mensimulasikan keadaan mikrogravitasi lebih efektif dibandingkan dengan klinostat biasa. 2.2 Klinostat Klinostat diciptakan untuk memungkinkan rotasi konstan suatu objek, di sekitar sumbu tegak lurus terhadap gaya gravitasi. Peneliti menggunakan perangkat tersebut untuk meniadakan efek gravitasi dengan cara menyamakan vektor gravitasi di sekitar sumbu horisontal (United Nations, 2013). Berbagai macam jenis klinostat telah dikembangkan, diantaranya klinostat dengan jumlah sumbu rotasi yang berbeda seperti satu sumbu dan 2 sumbu, serta klinostat dengan mode operasi seperti kecepatan dan arah rotasi yang berbeda. Rotasi pada klinostat ini sering disebut "clinorotation". Klinostat satu dimensi (1-D) memiliki satu poros rotasi yaitu pada sumbu tegak lurus terhadap vektor gravitasi dan berputar dengan kecepatan konstan, yang disesuaikan dengan kondisi mikrogravitasi yang ingin dicapai. Klinostat dua dimensi (2-D) memiliki sumbu rotasi tunggal, yang berputar tegak lurus dengan arah gravitasi. Klinostat tiga dimensi (3-D) memiliki dua sumbu rotasi, yang satu sama lainnya saling tegak lurus. Klinostat 3-D ini ada dua tipe diantaranya, pertama, klinostat yang berotasi dengan kecepatan dan arah konstan, yang disebut klinostat 3-D. Tipe kedua adalah klinostat yang kedua sumbunya berotasi dengan kecepatan dan arah yang berbeda, yang juga dikenal sebagai "mesin posisi acak" (Random Positioning Machines) (United Nations, 2013). Studi tentang mikrogravitasi saat ini difokuskan pada perbandingan hasil-hasil simulasi diantara perangkat-perangkat yang berbeda, yang bertujuan untuk mendefinisikan kondisi simulasi yang tepat terhadap obyek-obyek tertentu. Klinostat dapat dilengkapi dengan fasilitas mikroskopi. Untuk tujuan pendidikan biasanya digunakan klinostat satu-sumbu khususnya klinostat 1-D, yang dapat memberikan kecepatan rotasi pada kisaran 0 sampai 20 putaran per menit (rpm) dengan alat yang sama juga dapat digunakan untuk tujuan pendidikan, dengan kecepatan 0-90 rpm. Klinostat 1-D diperlihatkan pada Gambar 2.3 dan spesifikasinya dituliskan pada Tabel 2.1 (United Nations, 2013).

5 9 Gambar 2.3 Klinostat satu dimensi (1-D) (United Nations, 2013). Tabel 2.1 Spesifikasi klinostat satu sumbu (United Nations, 2013). 1. Ukuran equipment (cm) 2. Jumlah sumbu rotasi Satu Body Utama: 25 x 25 x 25 Kotak kontrol : 23 x 20 x rpm 3. Kecepatan rotasi 0-20 rpm: 0,5 kenaikan rpm rpm: 5 kenaikan rpm Akurasi: 1 persen 4. Sumbu rotasi 0 (sejajar dengan tanah) ke 90 (tegak lurus ke tanah) 5. Arah rotasi Searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam 6. Tegangan input 100 V-240 V 7. Bahan bangunan Aluminium 8. Kondisi percobaan Berat maksimum sampel: 500 g Diameter maksimum tempat sampel: 10 cm 2.3 Prinsip Dasar Klinostat Analisis pergerakan klinostat didasarkan pada mekanika klasik mengenai rotasi dan kerangka non-inersia (Arya, A. P., 2011). Rotasi dari klinostat menimbulkan gaya fiktif karena terdapat kerangka koordinat sistem yang diputar dan kerangka koordinat yang diam. Kerangka klinostat diputar dengan kelajuan sudut yang sama dengan sumbu putar, seperti tampak pada Gambar 2.4.

6 10 Gambar 2.4 Klinostat 2-D yang dibangun dengan satu poros, yaitu depan dan belakang; keduanya diputar dengan kecepatan sudut ω. Pada suatu kerangka koordinat, untuk sistem yang diputar berlaku persamaan (I.W Fathona, dkk, 2011): F' F F F F" (2.3) cent cor Dimana F merupakan gaya relatif terhadap kerangka acuan yang diam, F gaya relatif terhadap kerangka acuan berputar (gaya fiktif), Fcent merupakan gaya sentrifugal, F gaya yang diakibatkan oleh perubahan kecepatan putar terhadap waktu dan Fcor adalah gaya Coriolis yang ditimbulkan ketika partikel bergerak pada kerangka yang diputar. Penurunan persamaan (2.3) dianalogikan dengan dua buah kerangka koordinat dimana XYZ merupakan kerangka yang diam dan Y Z kerangka yang diputar seperti tampak pada Gambar 2.5. Titik nol dari kedua kerangka koordinat ini berhimpit. Misalkan kerangka Y Z bergerak dengan kecepatan sudut konstan ω dan ditempatkan sebuah partikel pada titik P dengan vektor A.

7 11 Z Z P A Y X Y Gambar 2.5 Kerangka koordinat acuan XYZ yang diam dan Y Z yang diputar. Dengan menerapkan beberapa kondisi pada klinostat maka beberapa gaya fiktif akan hilang atau sama dengan nol sehingga gaya fiktif yang masih berlaku ialah gaya sentrifugal (Fcent) saja. Pada sistem ini, partikel tidak bergerak terhadap kerangka koordinat yang berputar sehingga gaya koriolis (Fcor) sama dengan nol; F sama dengan nol karena kecepatan putar kerangka koordinat ω dibuat tetap; dan kita asumsikan tidak ada gaya gesek ataupun pengaruh gaya dari luar sehingga F sama dengan nol. Dengan demikian gaya yang dialami partikel hanya gaya fiktif sentrifugal yang mengarah menjauhi sumbu putar secara radial, yang besarnya adalah: F cent 2 m r (2.4) dimana m adalah massa dan r adalah jari-jari. Karena besar jari-jari dan percepatan yang diinginkan diketahui, maka kita dapat menentukan kecepatan sudut pada motor DC sehingga sampel yang diletakkan pada klinostat akan mengalami percepatan jauh lebih kecil daripada percepatan gravitasi bumi. Untuk menentukan besar gaya sentrifugal relatif pada sistem, didefinisikan gaya sentrifugal relatif (Relative Centrifugal Force (RCF)) adalah perbandingan gaya sentrifugal terhadap gaya gravitasi (Sagar Shankar Jagtap, et al., 2011), seperti persamaan 2.5. F 2 c r RCF (2.5) F 980 g Dimana ω adalah kecepatan putar kerangka koordinat (kecepatan sudut) dalam satuan radian/detik, r adalah jari-jari dalam satuan cm, dan RCF dalam satuan g (percepatan

8 12 gravitasi bumi). Konversi satuan ω dari radian/detik menjadi putaran per menit (rpm) adalah: 30 ' (2.6) Dimana ' adalah kecepatan sudut dalam satuan rpm (putaran per menit). Substistusi persamaan 2.6 ke 2.5 diperoleh 5 2 RCF x10 ( ') r (2.7) 2.4 Komponen-Komponen Utama Klinostat Komponen-komponen utama klinostat adalah roda gigi, motor DC, rangkaian catu daya, mikrokontroller ATmega16, LCD, dan DI-Rotary Encoder Versi #1. Masingmasing komponen akan diuraikan sebagai berikut: Roda Gigi Roda gigi (gear) merupakan salah satu komponen penting yang mempengaruhi 2 parameter, yaitu torsi dan kecepatan. A. Torsi Torsi merupakan perkalian dari f gaya (beban) dengan d jari-jari (panjang lengan dari poros) seperti pada Gambar 2.6. Contoh, jika beban yang harus diputar sebesar 10 N dan panjang lengan 0,1 m, maka besar torsi adalah sebesar 1 Nm. Jika ukuran beban dan panjang lengan sesuai contoh di atas dan motor memiliki torsi maksimum sebesar 0,75 Nm, maka dapat dipastikan bahwa motor tidak akan berputar. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan menggunakan kombinasi roda gigi (Budiharto, Widodo, 2014). Gambar 2.6 Torsi (Budiharto, Widodo, 2014).

9 13 B. Torsi vs kecepatan Kecepatan dan torsi adalah dua parameter dasar yang menjadi ukuran bagi suatu motor. Dua hal tersebut dapat lihat pada datasheet motor. Sering kali, torsi atau kecepatan yang dihasilkan oleh motor dijual di pasar tidak memenuhi aktuator untuk alat yang dibuat. Disinilah peran roda gigi untuk mengonversi torsi dan kecepatan supaya sesuai dengan yang diinginkan. Salah satu keuntungan dari pemakaian roda gigi adalah dapat mengubah kecepatan tinggi menjadi torsi tinggi. Pada persamaan (2.8) ditunjukkan hubungan antara parameter output dari motor dan parameter output dari roda gigi. τ 1 v 1 = τ 2 v 2 (2.8) Dimana : τ 1 = torsi1 τ 2 = torsi2 v 1 = kecepatan1 v 2 = kecepatan2 Torsi1 dan kecepatan1 merupakan parameter output dari motor, sedangkan torsi2 dan kecepatan2 merupakan parameter output dari roda gigi pada poros output (biasanya terhubung ke roda). Contoh, jika motor mempunyai parameter output sesuai datasheet, torsi sebesar 3 Nm dan kecepatan sebesar 2000 rps (round per second) dengan kecepatan minimum sebesar 1000 rps, sedangkan diinginkan torsi sebesar 20 Nm, maka sesuai perhitungan, kecepatan yang didapatkan sebesar 300 rps. Dapat diamati dari contoh tersebut bahwa untuk mendapatkan torsi yang ideal (lebih besar), harus mengorbankan kecepatan (kecepatan menjadi berkurang). Berdasarkan perhitungan di atas dan spesifikasi dari motor, maka dapat diperkirakan bahwa motor yang digunakan tidak sesuai dengan desain yang diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam desain mekanik sebuah alat adalah perhitungan kebutuhan torsi untuk menggerakkan benda. Salah satu metode yang paling umum ialah menggunakan sistem gear seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.7.

10 14 N2 Gambar 2.7 Transmisi gear hubungan langsung motor DC (Budiharto, Widodo 2014). Pada Gambar 2.7 N1 adalah jumlah gigi pada gear poros motor, N2 ialah jumlah gigi pada poros output, τ 1 ialah torsi pada poros motor dan τ 2 ialah torsi pada poros output (Budiharto, Widodo 2014). Torsi output dapat dihitung dengan persamaan (2.9): τ 2 = (N2 / N1) + τ 1 (2.9) Sedangkan putaran output dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.10): Putaranout = (N2/ N1) x Putaran motor (2.10) C. Jenis roda gigi Ada beberapa jenis roda gigi, diantaranya sebagai berikut : a. Spur gears Kombinasi roda gigi ini banyak dipakai karena pemasangannya yang mudah dan efisiensinya yang cukup tinggi. Salah satu bentuk penggunaan yang harus dihindari digunakan pada beban berat karena dapat merusak geriginya. Efisiensi yang diberikan oleh kombinasi roda gigi ini berkisar ~90% tergantung datasheet komponen (Budiharto, Widodo 2014).. Pada Gambar 2.8 diperlihatkan spur gear.

11 15 Gambar 2.8 Spur gear (Budiharto, Widodo, 2014). b. Rack dan pinion Kombinasi roda gigi ini banyak ditemukan dalam sistem pengemudian. Kombinasi roda gigi ini sangat bagus untuk mengubah gerak rotasi menjadi gerak translasi. Efisiensi sebesar ~90% (Budiharto, Widodo 2014). Pada Gambar 2.9 diperlihatkan Rack dan Pinion. Gambar 2.9 Rack dan Pinion (Budiharto, Widodo, 2014). c. Worm gears Efisiensi kombinasi roda gigi ini cukup rendah sekitar ~70%. Kombinasi ini mempunyai rasio yang cukup tinggi. Keuntungan lainnya adalah tidak bisa back-driveable sehingga yang bisa memutar roda gigi (worm gear) adalah worm yang terpasang pada motor sehingga hal seperti gravitasi atau gaya lainnya tidak bisa memutar roda gigi. Keuntungan ini hampir mirip motor servo yang biasa digunakan untuk menahan beban pada alat (Budiharto, Widodo 2014). Pada Gambar 2.10 merupakan gambar worm gear.

12 16 Gambar 2.10 Worm gear (Budiharto, Widodo, 2014). d. Roda pulley Roda pulley berbentuk seperti roda gigi tetapi tidak mempunyai gerigi dengan rongga di sisi luarnya. Fungsinya untuk mentransmisikan gaya pada jarak jauh. Jika diameter antara 2 pulley berbeda, maka fungsinya sama dengan rantai roda. Dua buah pulley terhubung satu sama lain menggunakan belt drive yang elastis. Hal ini juga didukung dengan keelastisan dari belt dri0076e yang membuat pulley dapat dihubungkan pada jarak berapa pun asalkan belt drive tidak slip atau putus. Belt drive dapat terpasang terbalik dan dapat digunakan untuk menghubungkan pulleys yang mempunyai sudut rotasi yang berbeda sesuai posisi poros. Kelemahan penggunaan pulley yang harus diwaspadai adalah putusnya pulley karena beban terlalu berat atau slip karena jarak antar pulley terlalu dekat (Budiharto, Widodo 2014). Pada Gambar 2.11 diperlihatkan konfigurasi pulley wheel.

13 17 Gambar 2.11 Konfigurasi pulley wheel (Budiharto, Widodo, 2014) Motor DC Magnet Permanen. Motor arus searah (DC) adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus searah menjadi gerak atau energi mekanik. Konstruksi dasar motor DC terdiri dari 2 bagian utama, yaitu rotor dan stator. Rotor adalah bagian yang berputar atau armature berupa koil dimana arus listrik dapat mengalir. Stator adalah bagian yang tetap dan menghasilkan medan magnet dari koilnya (Budiharto, Widodo, 2014). A. Prinsip kerja motor DC Prinsip kerja motor DC adalah jika ada kumparan dilalui arus, maka pada kedua sisi kumparan akan bekerja gaya Lorentz. Aturan tangan kiri dapat digunakan untuk menentukan arah gaya Lorentz, dimana gaya jatuh pada telapak tangan, jari-jari yang direntangkan menunjukkan arah arus, maka ibu jari yang direntangkan menunjukkan arah gaya. Kedua gaya yang timbul merupakan sebuah kopel. Kopel yang dibangkitkan pada kumparan sangat teratur, karena kopel berayun antara nilai maksimum dan nol. Kumparan-kumparan tersebut dihubungkan dengan lamel tersendiri pada komutator, sehingga motor arus searah tidak berbeda dengan generator arus searah (Budiharto, Widodo 2014). Pada Gambar 2.12 ditunjukkan ilustrasi dari prinsip kerja motor DC.

14 18 Gambar 2.12 Ilustrasi prinsip kerja motor DC (Budiharto, Widodo, 2014). Dengan mengacu pada hukum kekekalan energi, maka proses energi listrik dapat diperoleh dari hasil penjumlahan energi mekanik, energi panas, dan energi di dalam medan magnet. Maka, dalam medan magnet akan dihasilkan kumparan medan dengan kerapatan fluks sebesar B dengan arus adalah I serta panjang konduktor sama dengan L, maka diperoleh gaya sebesar F, ditunjukkan oleh persamaan (2.11): F B. I. L (2.11) Untuk motor DC yang mempunyai jari-jari sepanjang r maka hubungannya ditunjukkan oleh persamaan (2.12) sebagai berikut : r B. I. L (2.12) dengan (momen gaya/kakas) yang merupakan gaya medan magnet dikali dengan jari-jari Rangkaian catu daya Rangkaian catu daya berfungsi untuk menyediakan arus dan tegangan tertentu sesuai dengan kebutuhan beban dari sumber daya listrik yang ada. Untuk mencukupi kebutuhan beban DC dari jala-jala, diperlukan suatu rangkaian catu daya yang mengubah tegangan AC ke DC. Biasanya dilakukan dengan suatu rangkaian penyearah yang tergandeng dengan trafo untuk mendapatkan tegangan yang sesuai. Kemudian untuk mengkompensasi perubahan tegangan jala-jala dan beban, rangkaian catu daya dilengkapi dengan suatu regulator atau pengatur tegangan. Regulator linier melalui

15 19 transistor yang terpasang secara seri mengalihkan daya dari tegangan masukan (Vi) menjadi tegangan keluaran (Vo) secara kontinyu. Dalam operasi tersebut, regulator linier mendisipasi (menghamburkan) daya. Semakin besar perbedaan Vi dan Vo maka akan semakin besar daya yang terdisipasi sehingga hal ini membatasi efisiensi regulator linier. Regulator pensaklaran menggunakan transistor daya dalam ragam switching (sebagai saklar) untuk menyimpankan energi ke dalam induktor dan kapasitor yang kemudian disalurkan kepada beban. Catu daya dengan regulator pensaklaran yang beroperasi frekuensi tinggi lebih efisien, lebih ringan, dan mempunyai volume yang lebih kecil dibanding catu daya dengan regulator linier yang tergandeng trafo 50Hz. Namun regulator pensaklaran mempunyai riak (noise) yang lebih besar pada keluarannya bila dibandingkan dengan regulator linier (Istataqomawan, Zuli, dkk. 2015) Digital voltmeter ammeter amperemeter DC V 0-10 A dual Digital voltmeter ammeter amperemeter DC V 0-10 A dual red LED panel modul display, modul display yang berfungsi sebagai display pada variabel catu daya yang memperlihatkan arus serta tegangan keluaran. Pada Gambar 2.13 diperlihatkan digital voltmeter ammeter amperemeter DC V 0-10 A dual red LED panel modul display, cara penyambungan alat ini dapat dilihat pada Gambar Adapun feature adalah sebagai berikut : Brand new and high quality. Display color: Red LED (dual display). Display: 0.28" LED digital. Operating voltage: DC 4.5 ~ 30 V. Measure voltage: DC 0 ~ 100 V. Minimum resolution (V): 0.1 V. Refresh rate: 500 ms / times. Measure accuracy: 1% ( 1 digit). Minimum resolution (A): 0.01 A. Operating Current: <20 ma. Measure current: 10 A (direct measurement, built-in shunt).

16 20 Operating temperature: -10 to 65 C. Operating Humidity: 10 to 80% (non-condensing). Mounting cutout: 45.5 mm x 26.5 mm. Size: 48 mm x 29 mm x 21 mm. (Indo-ware, 2015) Gambar 2.13 Digital voltmeter ammeter amperemeter DC V 0-10 A dual red LED panel modul display (Indo-ware, 2015) Gambar 2.14 Cara penyambungan digital voltmeter ammeter amperemeter DC V 0-10 A dual red LED panel modul display (Indo-ware, 2015) Mikrokontroller ATmega16 Salah satu mikrokontroler yang banyak digunakan saat ini yaitu mikrokontroler AVR. AVR adalah mikrokontroler RISC (Reduce Instruction Set Compute) 8 bit berdasarkan arsitektur Harvard, yang dibuat oleh Atmel pada tahun AVR

17 21 memiliki kepanjangan Advanced Versatile RISC atau Alf and Vegard s Risc processor yang berasal dari nama dua mahasiswa Norwegian Institute of Technology (NTH), yaitu Alf-Egil Bogen dan Vegard Wollan. AVR memiliki keunggulan dibandingkan dengan mikrokontroler lain, keunggulan mikrokontroler AVR yaitu memiliki kecepatan eksekusi program yang lebih cepat karena sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 siklus clock, lebih cepat dibandingkan dengan mikrokontroler MCS-51 yang memiliki arsitektur CISC (Complex Instruction Set Computer) di mana mikrokontroler MCS-51 membutuhkan 12 siklus clock untuk mengeksekusi 1 instruksi. Selain itu, mikrokontroler AVR memiliki fitur yang lengkap (ADC internal, EEPROM internal, Timer/Counter, Watchdog Timer, PWM, Port I/O, komunikasi serial, komparator, I2C, dll.), sehingga dengan fasilitas yang lengkap ini, programmer dan desainer dapat menggunakannya untuk berbagai aplikasi sistem elektronika seperti robot, otomasi industri, peralatan telekomunikasi, dan berbagai keperluan lain. Secara umum mikrokontroler AVR dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu keluarga AT90Sxx, ATMega, dan ATtiny (Adrianto H, 2013). A. Fitur ATmega16 Fitur-fitur yang dimiliki ATmega16 sebagai berikut : 1. Mikrokontroler AVR 8 bit yang memiliki kemampuan tinggi, dengan daya rendah. 2. Arsitektur RISC dengan throughput mencapai 16 MIPS pada frekuensi 16 MHz. 3. Memiliki kapasitas flash memori 16 Kbyte, EEPROM 512 Byte, dan SRAM 1 Kbyte. 4. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D. 5. CPU yang terdiri atas 32 buah register. 6. Unit interupsi internal dan eksternal. 7. Port USART untuk komunikasi serial. 8. Fitur peripheral Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan.

18 22 a. Dua buah Timer/Counter 8 bit dengan prescaler terpisah dan mode compare. b. Satu buah Timer/Counter 16 bit dengan prescaler terpisah, mode compare, dan mode capture. Read Time Counter dengan oscillator tersendiri Empat channel PWM Delapan channel, 10 bit ADC a. Delapan single-ended channel b. Tujuh differential channel hanya pada kemasan TQFP c. Dua differential channel dengan programmable gain 1x, 10x, atau 100x. Byte-oriented two-wire serial interface. Programmable serial USART. Antarmuka SPI. Watchdog Timer dengan oscillator internal. On-chip Analog Compare (Adrianto H, 2013). B. Konfigurasi pin AVR ATmega16 Konfigurasi pin ATmega16 dengan kemasan 40 pin DIP (Dual In-line Package) dapat dilihat pada Gambar Gambar 2.15 Konfigurasi pin ATmega16 (Adrianto H, 2013). Fungsi dari masing-masing pin ATmega16 adalah sebagai berikut : 1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai masukan catu daya.

19 23 2. GND merupakan pin ground. 3. Port A (PA0 PA7) merupakan pin input/output dua arah dan pin masukan ADC. 4. Port B (PB0 PB7) merupakan pin input/output dua arah dan pin fungsi khusus, seperti pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Fungsi khusus port B (Adrianto H, 2013). PB7 PB6 PB5 PB4 PB3 PB2 PB1 PB0 Pin SCK (SPI Bus Serial Clock) Fungsi khusus MISO (SPI Bus Master Input/Slave Output) MOSI (SPI Bus Master Output/Slave Input) SS (SPI Slave Select Input) AIN1 (Analog Comparator Negative Input) OC1 (Timer/Counter 0 Output Compare Match Output) AIN0 (Analog Comparator Positive Input) INT2 (External Interrupt 2 Input) T1 (Timer/Counter 1 External Counter Input) T0 (Timer/Counter 0 External Counter Input) XCK (USART External Clock Input/Output) 5. Port C (PC0 PC7) merupakan pin input/output dua arah dan pin fungsi khusus, seperti pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Fungsi khusus port C (Adrianto H, 2013). Pin Fungsi khusus PC7 TOSC2 (Timer Oscillator Pin2) PC6 TOSC1 (Timer Oscillator Pin1) PC5 TDI (JTAG Test Data In) PC4 TD0 (JTAG Test Data Out) PC3 TMS (JTAG Test Mode Select) PC2 TCK (JTAG Test Clock) PC1 SDA (Two-wire Serial Bus Data Input/Output Lines) PC0 SCL (Two-wire Serial Bus Clock Line)

20 24 6. Port D (PD0 PD7) merupakan pin input/output dua arah dan pin fungsi khusus, seperti pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Fungsi khusus port D (Adrianto H, 2013). Pin Fungsi khusus PD7 OC2 (Timer/Counter 2 Output Compare Match Output) PD6 ICP (Timer/Counter 1 Input Capture Pin) PD5 OC1A (Timer/Counter 1 Output Compare A Match Output) PD4 OC1B (Timer/Counter 1 Output Compare B Match Output) PD3 INT1 (External Interrupt 1 Input) PD2 INT0 (External Interrupt 0 Input) PD1 TXD (USART Output Pin) PD0 RXD (USART Input Pin) 7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler. 8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal. 9. AVCC merupakan pin masukan tegangan ADC. 10. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC (Adrianto H, 2013) LCD LCD adalah suatu display dari bahan cairan kristal yang pengoperasiannya menggunakan dot matriks. LCD banyak digunakan sebagai display dari alat-alat elektronika seperti kalkulator, multitester digital, jam digital, dan sebagainya. LCD 2x16 diperlihatkan pada Gambar Gambar 2.16 LCD 2x16 (Adrianto, Heri, 2013). LCD dapat dengan mudah dihubungkan dengan mikrokontroler AVR ATMega16. LCD yang digunakan dalam makalah ini adalah LCD 2x16, display 2 baris 16 kolom, yang mempunyai 16 pin konektor, seperti terlihat pada Gambar 2.17.

21 25 Gambar 2.17 Hubungan PORTB dengan LCD (Adrianto H, 2013). Fungsi dari pin LCD 2x16 terlihat pada Tabel 2.5. Tabel 2.5 Fungsi dari pin pada LCD 2x16 (Adrianto H, 2013). PIN Name Function 1 VSS Ground voltage 2 VCC +5 V 3 VEE Contrast voltage 4 RS Register Select 0 = Instruction Register 1 = Data Register 5 R/W Read/Write, to choose write or read mode 0 = write mode 1 = read mode 6 E Enable 0 = start to latch data to LCD character 1 = disable 7 DB0 Data bit ke-0 (LSB) 8 DB1 Data bit ke-1 9 DB2 Data bit ke-2 10 DB3 Data bit ke-3 11 DB4 Data bit ke-4 12 DB5 Data bit ke-5 13 DB6 Data bit ke-6 14 DB7 Data bit ke-7 (MSB) 15 BPL Black Plane Light 16 GND Ground voltage

22 DI-Rotary Encoder Versi #1 (DI-REV1) DI-REV1 merupakan salah satu modul yang dibuat oleh Depok Instruments yang salah satu fungsinya adalah sebagai pengukur kecepatan putaran motor. Spesifikasi DI-REV1 A. Terdiri dari dua bagian utama: 1. Piringan derajat dengan 36 lubang pada kelilingnya dengan sudut antara dua lubang yang berdampingan terhadap titik tengahnya adalah Rangkaian sensor pembaca putaran yang menggunakan optocoupler tipe celah sebagai sensor pembaca perubahan posisi lubang piringan derajat. B. Tegangan-tegangan operasi: 1. Sumber (VCC): 3,5 5,5 V 2. Logika output 0 : 0 0,5 V 3. Logika output 1 : 3 5 V (VCC 0,5 V) 4. Logika output: 0: Saat celah sensor terhalang 1: Saat celah sensor tanpa-halangan C. Kecepatan baca sensor 1. Kondisi logika toggle (0/1): 1500 Hz 2. Rotasi dengan 36 lubang: 2500 RPM D. Deskripsi Perangkat Modul 1. Layout Pada Gambar 2.18 dapat dilihat bentuk dari piringan derajat DI-REV1, sedangkan pada Gambar 2.19 dapat dilihat rangkaian sensor DI-REV1, dan pada Gambar 2.20 merupakan isi dari modul DI-REV1.

23 27 Gambar 2.18 Piringan derajat DI-REV1 (depokinstruments.com, 2010) Gambar 2.19 Rangkaian Sensor DI-REV1 (depokinstruments.com, 2010) Gambar 2.20 Paket dalam modul DI-REV1 (depokinstruments.com, 2010) 2. Dimensi: Rangkaian Sensor: 13,91 mm (X) x 32,41 mm (Y) x 1,9 mm (Z) Piringan Derajat: 42,64 mm (Ø) x 1,9 mm (Z) 3. Keterangan fungsi pin rangkaian sensor dapat dilihat pada Tabel 2.6.

24 28 Tabel 2.6 Fungsi Pin Rangkaian Sensor DI-REV1 (depokinstruments.com, 2010) GND Sumber tegangan bawah / negatif / ground VCC Sumber tegangan atas / positif. Vout Data keluaran rangkaian sensor E. Aplikasi 1. Penghitung rotasi: Putaran motor Mekanik (seperti roda, roda gigi, dan kincir) F. Petunjuk Penggunaan 1. Pasang piringan derajat pada objek yang akan dihitung rotasinya. Pastikan piringan derajat terpasang dengan baik, kuat dan lurus. 2. Letakkan rangkaian sensor pembaca pada posisi dengan piringan derajat tepat berada di antara celah sensor optocoupler. 3. Beri sumber tegangan (lihat spesifikasi dan Tabel 2.6). 4. Hubungkan Vout pada sistem pencacah pulsa seperti mikrokontroler. 5. Sistem telah siap untuk menghitung rotasi (depokinstruments.com, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Atmel AVR adalah jenis mikrokontroler yang paling sering dipakai dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Atmel AVR adalah jenis mikrokontroler yang paling sering dipakai dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 Atmel AVR adalah jenis mikrokontroler yang paling sering dipakai dalam bidang elektronika dan instrumentasi. Mikrokontroler AVR ini memiliki arsitektur

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Jenis Mikrokontroler AVR dan spesifikasinya Flash adalah suatu jenis Read Only Memory yang biasanya diisi dengan program

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Mikrokontroler AVR merupakan salah satu jenis arsitektur mikrokontroler yang menjadi andalan Atmel. Arsitektur ini dirancang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motor DC dan Motor Servo 2.1.1. Motor DC Motor DC berfungsi mengubah tenaga listrik menjadi tenaga gerak (mekanik). Berdasarkan hukum Lorenz bahwa jika suatu kawat listrik diberi

Lebih terperinci

Mikrokontroler AVR. Hendawan Soebhakti 2009

Mikrokontroler AVR. Hendawan Soebhakti 2009 Mikrokontroler AVR Hendawan Soebhakti 2009 Tujuan Mampu menjelaskan arsitektur mikrokontroler ATMega 8535 Mampu membuat rangkaian minimum sistem ATMega 8535 Mampu membuat rangkaian downloader ATMega 8535

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. dihapus berulang kali dengan menggunakan software tertentu. IC ini biasanya

BAB III TEORI PENUNJANG. dihapus berulang kali dengan menggunakan software tertentu. IC ini biasanya BAB III TEORI PENUNJANG 3.1 Mikrokontroler ATmega8535 Mikrokontroler adalah IC (Integrated Circuit) yang dapat di program dan dihapus berulang kali dengan menggunakan software tertentu. IC ini biasanya

Lebih terperinci

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor Sistem Minimum Mikrokontroler TTH2D3 Mikroprosesor MIKROKONTROLER AVR Mikrokontroler AVR merupakan salah satu jenis arsitektur mikrokontroler yang menjadi andalan Atmel. Arsitektur ini dirancang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrokontroller 8535 Mikrokontroller adalah IC yang dapat diprogram berulang kali, baik ditulis atau dihapus. Biasanya digunakan untuk pengontrolan otomatis dan manual pada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroler Atmega8535 Mikrokontroler adalah IC yang dapat diprogram berulang kali, baik ditulis atau dihapus (Agus Bejo, 2007). Biasanya digunakan untuk pengontrolan otomatis

Lebih terperinci

PEMBUATAN KLINOSTAT 2-D DENGAN PEROTASI MOTOR DC D06D401E SKRIPSI. (Bidang Minat Elektronika, Instrumentasi, Dan Komputasi)

PEMBUATAN KLINOSTAT 2-D DENGAN PEROTASI MOTOR DC D06D401E SKRIPSI. (Bidang Minat Elektronika, Instrumentasi, Dan Komputasi) PEMBUATAN KLINOSTAT 2-D DENGAN PEROTASI MOTOR DC D06D401E SKRIPSI (Bidang Minat Elektronika, Instrumentasi, Dan Komputasi) I Made Oka Guna Antara JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Sistem Mikrokontroler FE UDINUS

Sistem Mikrokontroler FE UDINUS Minggu ke 2 8 Maret 2013 Sistem Mikrokontroler FE UDINUS 2 Jenis jenis mikrokontroler Jenis-jenis Mikrokontroller Secara teknis, hanya ada 2 macam mikrokontroller. Pembagian ini didasarkan pada kompleksitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Simbol LED [8]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Simbol LED [8] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Light Emiting Dioda Light Emiting Diode (LED) adalah komponen yang dapat memancarkan cahaya. Sstruktur LED sama dengan dioda. Untuk mendapatkan pancaran cahaya pada semikonduktor,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler AVR ATmega32

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler AVR ATmega32 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan menerangkan beberapa teori dasar yang mendukung terciptanya skripsi ini. Teori-teori tersebut antara lain mikrokontroler AVR ATmega32, RTC (Real Time Clock) DS1307,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu : Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Islam

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KLINOSTAT 2-D DENGAN PEROTASI MOTOR DC D06D401E

RANCANG BANGUN KLINOSTAT 2-D DENGAN PEROTASI MOTOR DC D06D401E RANCANG BANGUN KLINOSTAT 2-D DENGAN PEROTASI MOTOR DC D06D401E I Made Oka Guna Antara 1, I Wayan Supardi 1, Ni Nyoman Rupiasih 1 1 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan konsep dasar sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler menggunakan modul Xbee Pro. Konsep dasar sistem ini terdiri dari gambaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sensor Optocoupler Optocoupler adalah suatu piranti yang terdiri dari 2 bagian yaitu transmitter dan receiver, yaitu antara bagian cahaya dengan bagian deteksi sumber cahaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Breastpump ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi

Lebih terperinci

CAHYO APRILIYANTO S D

CAHYO APRILIYANTO S D MAKALAH KENDAI SOLAR TRACKER PADA SISTEM PLTS BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535 Disusun Oleh : CAHYO APRILIYANTO S D 4000 900 59 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, dimana

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, dimana BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino Uno R3 adalah papan pengembangan mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Mikrokontroler AVR Pada saat ini penggunaan mikrokontroler daapt kita temui pada berbagai peralatan, misalnya peralatan yang terdapat dirumah tangga, seperti handphone, microwave

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system.

BAB II LANDASAN TEORI. pada itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system. BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari pada itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system. Dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi cuaca pada suatu daerah. Banyak hal yang sangat bergantung pada kondisi

II. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi cuaca pada suatu daerah. Banyak hal yang sangat bergantung pada kondisi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Temperatur dan Kelembaban Temperatur dan kelembaban merupakan aspek yang penting dalam menentukan kondisi cuaca pada suatu daerah. Banyak hal yang sangat bergantung pada kondisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mikrokontroler ATmega8535 Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR (Alf and Vegard s Risc Processor) yang diproduksi oleh Atmel Corporation.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produk yang Sejenis 2.1.1 Produk Sejenis Alat ukur tekanan ban yang banyak ditemukan dipasaran dan paling banyak digunakan adalah manometer. Manometer adalah alat ukur tekanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merealisasikan suatu alat pengawas kecepatan pada forklift berbasis mikrokontroler.

BAB II LANDASAN TEORI. merealisasikan suatu alat pengawas kecepatan pada forklift berbasis mikrokontroler. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan membahas teori teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan suatu alat pengawas kecepatan pada forklift berbasis mikrokontroler. 2.1 Gerak Melingkar Beraturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan digunakan sebagai penelitian stabilitas santan yang dapat meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan digunakan sebagai penelitian stabilitas santan yang dapat meningkatkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Menurut [4] rancangan alat Homogenizer mixer pada tahun 2009 yang akan digunakan sebagai penelitian stabilitas santan yang dapat meningkatkan kekentalan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori penunjang yang diperlukan dalam merancang dan merealisasikan skripsi ini. Bab ini dimulai dari pengenalan singkat dari komponen elektronik utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nanda Yudip (2012) Pengguna terapi inhalasi sangat luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nanda Yudip (2012) Pengguna terapi inhalasi sangat luas di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DASAR TEORI 2.1.1 Terapi Inhalasi Terapi inhalasi adalah pemberian obat yang dilakukan secara inhalasi (hirupan) ke dalam saluran respiratorik atau saluran pernapasan. Menurut

Lebih terperinci

BAB II. Motor induksi tiga fasa adalah mesin arus bolak balik (AC) yang. berfungsi mengubah atau mengkonversi sumber tenaga listrik AC menjadi tenaga

BAB II. Motor induksi tiga fasa adalah mesin arus bolak balik (AC) yang. berfungsi mengubah atau mengkonversi sumber tenaga listrik AC menjadi tenaga BAB II 2.1 Motor Induksi Tiga Fasa TINJAUAN PUSTAKA 5 Motor induksi tiga fasa adalah mesin arus bolak balik (AC) yang berfungsi mengubah atau mengkonversi sumber tenaga listrik AC menjadi tenaga mekanik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C.

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C. BAB II DASAR TEORI 2.1 ARDUINO Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

Klinostat Tiga Dimensi sebagai Simulator Mikrogravitasi untuk Berbagai Eksperimen Tanpa Bobot

Klinostat Tiga Dimensi sebagai Simulator Mikrogravitasi untuk Berbagai Eksperimen Tanpa Bobot Klinostat Tiga Dimensi sebagai Simulator Mikrogravitasi untuk Berbagai Eksperimen Tanpa Bobot Abstrak I.W Fathona, A. Surachman, F. Iskandar, dan 1 Khairurrijal Program Studi Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT SIMULASI PEGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN SECARA OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN ALAT SIMULASI PEGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN SECARA OTOMATIS BAB III PERANCANGAN ALAT SIMULASI PEGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN SECARA OTOMATIS Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan dan pembuatan alat simulasi Sistem pengendali lampu jarak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Minimum AVR USB Sistem minimum ATMega 8535 yang didesain sesederhana mungkin yang memudahkan dalam belajar mikrokontroller AVR tipe 8535, dilengkapi internal downloader

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer).

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer). BAB II DASAR TEORI Bab ini menjelaskan konsep dan teori dasar yang mendukung perancangan dan realisasi sistem. Penjelasan ini meliputi mikrokontroler AVR, perangkat sensor, radio frequency, RTC (Real Time

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Ethanol

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Ethanol BAB II DASAR TEORI 2.1 Ethanol Ethanol yang kita kenal dengan sebutan alkohol adalah hasil fermentasi dari tetes tebu. Dari proses fermentasi akan menghasilkan ethanol dengan kadar 11 12 %. Dan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II WATERPAS DIGITAL

BAB II WATERPAS DIGITAL BAB II WATERPAS DIGITAL Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan waterpass digital yang dirancang. 2.1 Accelerometer Accelerometer adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk dapat membandingkan LM35DZ dengan DS18B20 digunakan sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga perbandinganya dapat lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Microcontroller AVR ATmega32 Microcontroller adalah sebuah alat pengendali (controller) berukuran mikro atau sangat kecil yang dikemas dalam bentuk chip 1. Microcontroller data

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI BAB II

LANDASAN TEORI BAB II 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Pengertian suhu dan kelembaban Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam atmosfer. Alat untuk mengukur suhu atau temperatur udara atau derajat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. beberapa komponen utama yang digunakan pada simulasi Pengendali Lampu. Jarak Jauh dan Dekat pada Kendaraan Secara Otomatis.

BAB II TEORI DASAR. beberapa komponen utama yang digunakan pada simulasi Pengendali Lampu. Jarak Jauh dan Dekat pada Kendaraan Secara Otomatis. BAB II TEORI DASAR Pada bab ini akan dibahas secara singkat tentang sistem pengendalian dan beberapa komponen utama yang digunakan pada simulasi Pengendali Lampu Jarak Jauh dan Dekat pada Kendaraan Secara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung pada tanggal 4 Juni 2013 hingga 23 September 2014.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor Warna TCS230 Sensor warna TCS230 adalah sensor warna yang sering digunakan pada aplikasi mikrokontroler untuk pendeteksian suatu object benda atau warna sari object yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebelumnya pernah dilakukan penelitian terkait dengan alat uji kekuatan gigit oleh Noviyani Agus dari Poltekkes Surabaya pada tahun 2006 dengan judul penelitian

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. komunikasi data serial secara UART RS-232 serta pemrograman memori melalui

BAB III TEORI PENUNJANG. komunikasi data serial secara UART RS-232 serta pemrograman memori melalui BAB III TEORI PENUNJANG Pada bab tiga penulis menjelaskan tentang teori penunjang kerja praktek yang telah dikerjakan. 3.1 DT AVR Low Cost Micro System DT AVR Low Cost Micro System merupakan sebuah modul

Lebih terperinci

BAB II TEORI. Gambar 2.1. GP2Y1010AU0F Optical Dust Sensor

BAB II TEORI. Gambar 2.1. GP2Y1010AU0F Optical Dust Sensor BAB II TEORI 2.1. GP2Y1010AU0F Optical Dust Sensor GP2Y1010AU0F Optical Dust Sensor ialah sensor debu yang berbasis inframerah. Sensor ini sangat efektif dalam mendeteksi partikel yang sangat halus seperti

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... PERNYATAAN KEASLIAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... PERNYATAAN KEASLIAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... PERNYATAAN KEASLIAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii iv v vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR SINGKATAN...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ATMega 8535 adalah mikrokontroller kelas AVR (Alf and Vegard s Risc

BAB II LANDASAN TEORI. ATMega 8535 adalah mikrokontroller kelas AVR (Alf and Vegard s Risc BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller ATMega 8535 ATMega 8535 adalah mikrokontroller kelas AVR (Alf and Vegard s Risc Processor) keluarga ATMega. Mikrokontroller AVR memiliki arsitektur 8 bit, dimana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Sensor Accelerometer Percepatan merupakan suatu keadaan berubahnya kecepatan terhadap waktu. Bertambahnya suatu kecepatan dalam suatu rentang waktu disebut juga percepatan (acceleration).

Lebih terperinci

Kotak Surat Pintar Berbasis Mikrokontroler ATMEGA8535

Kotak Surat Pintar Berbasis Mikrokontroler ATMEGA8535 Kotak Surat Pintar Berbasis Mikrokontroler ATMEGA8535 Parulian Sepriadi, Agus Wahyudi, Iman Fahruzi, Siti Aisyah Politeknik Batam Parkway Street Batam Centre, Batam 24961, Kepri, Indonesia E-mail: paru0509@yahoo.com;

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. dibuat. Gambar 3.1. menunjukkan blok diagram alat secara keseluruhan.

BAB III PERANCANGAN ALAT. dibuat. Gambar 3.1. menunjukkan blok diagram alat secara keseluruhan. BAB III PERANCANGAN ALAT Bab ini akan membahas mengenai perancangan alat dan realisasi perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang mendukung keseluruhan alat yang dibuat. Gambar 3.1. menunjukkan

Lebih terperinci

APLIKASI CHATTING DENGAN JARINGAN MIKROKONTROLER Eka Purwa Laksana, Sujono

APLIKASI CHATTING DENGAN JARINGAN MIKROKONTROLER Eka Purwa Laksana, Sujono APLIKASI CHATTING DENGAN JARINGAN MIKROKONTROLER Eka Purwa Laksana, Sujono Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Budi Luhur Jl. Ciledug Raya Petukangan Utara Jakarta Selatan 12260

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroler Mikrokontroler berbentuk sebuah chip yang fungsinya dapat dianalogikan dengan sebuah komputer. Karena di dalamnya sudah terdapat kebutuhan minimal agar mikroprosesor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi dari peneliti-peneliti sebelumnya sebagai bahan perbandingan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi dari peneliti-peneliti sebelumnya sebagai bahan perbandingan, 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Dalam penulisan Karya Ilmiah ini, penulis meneliti dan menggali informasi dari peneliti-peneliti sebelumnya sebagai bahan perbandingan, baik mengenai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hidroponik Hidroponik merupakan pertanian masa depan sebab hidroponik dapat diusahakan di berbagai tempat, baik di desa, di kota maupun di lahan terbuka, atau di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Total Dissolved Solid (TDS) Meter dengan Mikrokontroller 80C31. Adapun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Total Dissolved Solid (TDS) Meter dengan Mikrokontroller 80C31. Adapun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada tahun 1991 telah dilakukan penelitian oleh salah satu mahasiswa Universitas Gadjah Mada dengan judul penelitian Perencanaan dan Pembuatan Total Dissolved

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor MLX 90614[5]

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor MLX 90614[5] BAB II DASAR TEORI Dalam bab ini dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan skripsi yang dibuat. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah sensor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori-teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan suatu sistem penjejak obyek bergerak. 2.1 Citra Digital Citra adalah suatu representasi (gambaran),

Lebih terperinci

MENGENAL MIKROKONTROLER ATMEGA-16

MENGENAL MIKROKONTROLER ATMEGA-16 MENGENAL MIKROKONTROLER ATMEGA-16 AVR merupakan seri mikrokontroler CMOS 8-bit buatan Atmel, berbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computer). Hampir semua instruksi dieksekusi dalam satu siklus

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM PARKIR TERPADU BERBASIS SENSOR INFRA MERAH DAN MIKROKONTROLER ATMega8535

RANCANGAN SISTEM PARKIR TERPADU BERBASIS SENSOR INFRA MERAH DAN MIKROKONTROLER ATMega8535 RANCANGAN SISTEM PARKIR TERPADU BERBASIS SENSOR INFRA MERAH DAN MIKROKONTROLER ATMega8535 Masriadi dan Frida Agung Rakhmadi Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Selain dari pada itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam

BAB II LANDASAN TEORI. Selain dari pada itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari pada itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system. Dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modul Bluetooth HC-05 Bluetooth adalah protokol komunikasi wireless yang bekerja pada frekuensi radio 2.4 GHz untuk pertukaran data pada perangkat bergerak seperti PDA, laptop,

Lebih terperinci

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut.

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut. Arsitektur mikrokontroler MCS-51 diotaki oleh CPU 8 bit yang terhubung melalui satu jalur bus dengan memori penyimpanan berupa RAM dan ROM serta jalur I/O berupa port bit I/O dan port serial. Selain itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor Sensor adalah sesuatu yang digunakan untuk mendeteksi adanya perubahan lingkungan fisik atau kimia. Variabel keluaran dari sensor yang diubah menjadi besaran listrik

Lebih terperinci

Gambar 2.1 ATMEGA16 (http://produk-inovatif.com)

Gambar 2.1 ATMEGA16 (http://produk-inovatif.com) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ATMEGA16 Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer lengkap dalam satu chip. Mikrokontroler lebih dari sekedar sebuah mikroprosesor karena sudah terdapat atau berisikan ROM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah membuat Data Logger Autoclave, prinsip kerja alat ini adalah pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah membuat Data Logger Autoclave, prinsip kerja alat ini adalah pada 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Dwinta Mussetyarsih (2014) yang telah membuat Data Logger Autoclave, prinsip kerja alat ini adalah pada saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sensor Fotodioda Sensor photodioda merupakan sensor dioda yang peka terhadap cahaya, sensor photodioda dapat bekerja dengan menggunakan perubahan cahaya yang ada dan mengalami

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN ROBOT PENJEJAK GARIS BERBASIS MIKROKONTROLER

PEMROGRAMAN ROBOT PENJEJAK GARIS BERBASIS MIKROKONTROLER PEMROGRAMAN ROBOT PENJEJAK GARIS BERBASIS MIKROKONTROLER Oleh : Ihyauddin, S.Kom Disampaikan pada : Pelatihan Pemrograman Robot Penjejak Garis bagi Siswa SMA Negeri 9 Surabaya Tanggal 3 Nopember 00 S SISTEM

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER. program pada software Code Vision AVR dan penanaman listing program pada

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER. program pada software Code Vision AVR dan penanaman listing program pada BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER Pada tahap perancangan ini dibagi menjadi 2 tahap perancangan. Tahap pertama adalah perancangan perangkat keras (hardware), yang meliputi rangkaian rangkaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Mikrohidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan

Lebih terperinci

PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535

PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 Alamsyah* * Abstract It has built a simulator traffic lights to set the length of time the light is green, yellow, and red on a two-way street.

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori 2.1 RFID

BAB II Dasar Teori 2.1 RFID BAB II Dasar Teori Pada bab ini akan dibahas teori yang digunakan untuk merealisasikan sistem presensi dosen dan mahasiswa on-line dengan menggunakan RFID dan wifi. Dalam perancangan ini komponen perangkat

Lebih terperinci

Gambar 2.7. Susunan pin mikrokontroler ATMega8535 Berikut ini adalah tabel penjelasan mengenai pin yang terdapat pada mikrokontroler ATMega8535:

Gambar 2.7. Susunan pin mikrokontroler ATMega8535 Berikut ini adalah tabel penjelasan mengenai pin yang terdapat pada mikrokontroler ATMega8535: 11 9. RAM Internal 128 X 8 bit, 10. Memiliki 32 jalur I/O yang dapat diprogram, 11. Satu pencacah 8 bit dengan separate prescaler, 12. Satu pencacah16 bit dengan separate prescaler, 13. Sumber interupsi

Lebih terperinci

PENGONTROLAN DAN MONITORING KECEPATAN MOTOR DC MENGGUNAKAN RADIO FREKUENSI

PENGONTROLAN DAN MONITORING KECEPATAN MOTOR DC MENGGUNAKAN RADIO FREKUENSI PENGONTROLAN DAN MONITORING KECEPATAN MOTOR DC MENGGUNAKAN RADIO FREKUENSI Ali Basrah Pulungan *, Aswardi, Megia Dugusra Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang Email: *) alibpft@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Bentuk Fisik Sensor Gas LPG TGS 2610 Bentuk fisik sensor TGS 2610 terlihat pada gambar berikut :

BAB II DASAR TEORI Bentuk Fisik Sensor Gas LPG TGS 2610 Bentuk fisik sensor TGS 2610 terlihat pada gambar berikut : BAB II DASAR TEORI 2.1 SENSOR TGS 2610 2.1.1 Gambaran Umum Sensor gas LPG TGS 2610 adalah sebuah sensor gas yang dapat mendeteksi adanya konsentrasi gas LPG di sekitar sensor tersebut. Sensor gas LPG TGS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor 2.1.1 Pengertian Umum Sensor Sebenarnya sensor secara umum didefinisikan sebagai alat yang mampu menangkap fenomena fisika atau kimia kemudian mengubahnya menjadi sinyal

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur 6 BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Tombol Kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur sebagai berikut: 1. tombol pengolah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Uraian Umum Dalam perancangan alat akses pintu keluar masuk menggunakan pin berbasis mikrokontroler AT89S52 ini, penulis mempunyai pemikiran untuk membantu mengatasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroller Mikrokontroler merupakan sebuah single chip yang didalamnya telah dilengkapi dengan CPU (Central Processing Unit), RAM (Random Acces Memory), ROM (Read Only Memory),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrokontroler Mikrokontroler merupakan suatu terobosan dari teknologi microprocessor. Seperti halnya microprocessor yang berfungsi sebagai otak pada komputer, microcontroller

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di BAB III TEORI PENUNJANG 3.1. Microcontroller ATmega8 Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di dalamnya terkandung sebuah inti proccesor, memori (sejumlah kecil RAM, memori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian sebelumnya sudah dibuat alat monitoring BPM secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian sebelumnya sudah dibuat alat monitoring BPM secara 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka Pada penelitian sebelumnya sudah dibuat alat monitoring BPM secara portable karya dari Fahmi Farisandi dengan judul PATIENT DIAGNOSTIC PORTABLE, dari jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai dasar teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Dasar teori yang digunakan dalam merealisasikan sistem ini antara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor Ultrasonik (HC-SR04) Secara umum sensor didefenisikan sebagai alat yang mampu menangkap fenomena fisika atau kimia kemudian mengubahnya menjadi sinyal electrik baik arus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengaruh Tekanan Udara (Atmosfer) Terhadap Cuaca dan Penerbangan

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengaruh Tekanan Udara (Atmosfer) Terhadap Cuaca dan Penerbangan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengaruh Tekanan Udara (Atmosfer) Terhadap Cuaca dan Penerbangan Tekanan udara (atmosfer) pada suatu permukaan adalah gaya yang diberikan kepada suatu permukaan atau area oleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Robotika Istilah robot yang biasa terdengar umumnya mengandung pengertian suatu alat yang menyerupai manusia atau bahkan bertingkah laku seperti manusia, namun struktur tubuhnya

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan dari prototype yang dibuat, yaitu konsep dasar alat, diagram blok, perancangan elektronika yang meliputi rangkaian rangkaian elektronika

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pembentukan Karakter Setiap karakter yang akan ditampilkan pada display adalah tulisan berjalan dari kanan ke kiri. Untuk menampilkan sebuah huruf pada display, maka kolomkolom

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. frekuensi 20 Hz sampai 20KHz. Lebih dari itu hanya beberapa jenis binatang yang

BAB II TEORI DASAR. frekuensi 20 Hz sampai 20KHz. Lebih dari itu hanya beberapa jenis binatang yang 5 BAB II TEORI DASAR 2.1 Sensor Ultrasonik Ultrasonik, sebutan untuk jenis suara diatas batas suara yang bisa didengar manusia. Seperti diketahui, telinga manusia hanya bisa mendengar suara dengan frekuensi

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Batterai Baterai sebagai sumber arus listrik searah (DC) dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu baterai elemen kering dan elemen basah. Baterai dapat disebut juga dengan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN VIP LIFT DENGAN RFID BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

RANCANG BANGUN VIP LIFT DENGAN RFID BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 RANCANG BANGUN VIP LIFT DENGAN RFID BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 Eko Ihsanto 1, Andhy Tri Wijayanto 2 1,2 Jurusan Elektro, Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan, Kebun Jeruk - Jakarta Barat. Telepon:

Lebih terperinci