PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGAN JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGAN JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI"

Transkripsi

1 T A T A L O K A JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI Biro Penerbit Planologi UNDIP PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERBATASAN ANTAR NEGARA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Directions Strategy And Development Priorities Of The State Border Between In West Kalimantan Province Enni Lindia Mayona, Salahudin, dan Rahmi Kusmastuti Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, ITENAS Bandung emayona@yahoo.com, salahudin.fs@gmail.com,toeti2001@yahoo.com Abstract : Konsentrasi pembangunan pemerintah yang lebih menekankan keamanan dan bukan kesejahteraan seperti daerah-daerah lainnya menjadi sebuah anggapan bahwa perbatasan merupakan daerah yang terlupakan. Rencana-rencana pengembangan Kawasan Perbatasan Kalimantan telah disusun sejak tahun 2002 tetapi belum dapat direalisasikan. Kondisi tersebut disebabkan oleh kebutuhan dana yang sangat besar dalam pengembangan kawasan dan terbatasnya dana yang tersedia. Pada mulanya kawasan perbatasan hanya sebagai kepentingan keamanan semata sehingga pembangunan tidak berjalan dengan baik dan mengabaikan kesejahteraan masyarakatnya. Tujuan dalam penelitian ini adalah menentukan arahan strategi dan prioritas pengembangan perbatasan berdasarkan kondisi di 15 (lima belas) kecamatan yang secara langsung berbatasan dengan Malaysia (Sarawak) yaitu Kecamatan Paloh, Kecamatan Sajingan Besar, Kecamatan Jagoi Babang, Kecamatan Entikong, Kecamatan Sekayam, Kecamatan Ketungau Hulu, Kecamatan Ketungau Tengah, Kecamatan Putussibau, Kedamin, Puring Kencana, Empanang, Badau, Batang Lupar, dan Embaloh Hulu. Analisis yang digunakan adalah analisis secara deskriptif dengan pendekatan analisis data kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan analisis SWOT dan analisis Analytical Hierarchy Process (AHP). Penentuan prioritas pengembangan kawasan menggunakan variabel-variabel yang terkait dengan Pengembangan Perbatasan, yaitu variabel ekonomi, sosial, dan fisik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana menjadi prioritas untuk pengembangan Perbatasan. Kata Kunci: Pengembangan Perbatasan, Prioritas, Strategi Abstract : The government s development planning which concentrates to the security affairs not to the region s prosperity shows a tendency that most of border regions are the forgotten ones. The plans for developing the west Kalimantan border regions have been compiled since 2002, however, most of them have not emerged into a realization. It is caused due to a requirement of huge amount of finance and limited availability of the finance source. At the first, a border region emphasizes the security affairs merely; consequently the development process has not been conducted well and ignored its people s prosperity. The purpose of this research is to determine the strategy direction and priority for developing internations border regions in the province of West Kalimantan based on the condition of 15 (fifteen) districts which directly have a border with Malaysia (Sarawak), they are District of Paloh, District of Sajingan Besar, District of Jagoi Babang, District of Entikong, District of Sekayam, District of Ketungau Hulu, District of Ketungau Tengah, District of Putussibau, Kedamin, Puring Kencana, Empanang, Badau, Batang Lupar, and Embaloh Hulu. The analysis applied here is a descriptive analysis with an approach of qualitative and quantitative data using SWOT analysis and Analytical Hierarchy Process (AHP).The determination of a priority of region development is using variables connected with the development of West Kalimantan Region, which are variables of social, economy, and physic. The result of this research shows that facilities and infrastructure become a significant priority to develop the region borders of West Kalimantan. Key word : development of border, priority, strategy 119

2 PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PENDAHULUAN Kawasan perbatasan berdasarkan Undang- Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, termasuk ke dalam kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan termasuk pulau kecil terdepan, dan kawasan latihan militer. Selain itu, kawasan perbatasan juga merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, namun pada kenyataannya mayoritas kawasan perbatasan masih merupakan kawasan tertinggal. Kawasan perbatasan adalah wilayah yang secara geografis berbatasan langsung, baik terletak di daratan, di lautan, dan di udara dengan negara tetangga yang batasnya ditetapkan sesuai fungsi security, prosperity dan lingkungan (Dardak, 2007) Kawasan perbatasan di Indonesia dapat dibedakan menjadi kawasan perbatasan laut dan kawasan perbatasan darat. Kawasan perbatasan antar negara di Indonesia merupakan salah satu kawasan perbatasan terpanjang di dunia yang memiliki kondisi dan permasalahan yang berbeda-beda pada tiap kawasan. Kawasan Perbatasan Kalimantan 1 merupakan salah satu kawasan perbatasan darat yang berbatas langsung dengan Negara Malaysia. Kalimantan memiliki 2 (dua) provinsi yang langsung berbatasan dengan negara tetangga, yaitu Provinsi yang berbatasan dengan Sarawak dan Provinsi Kalimantan Timur berbatasan dengan Sabah. Perkembangan Kawasan Perbatasan lebih maju dibandingkan Provinsi Kalimantan Timur hal ini disebabkan Provinsi memiliki hubungan yang intens dengan Negara Malaysia dibandingkan dengan Kawasan Perbatasan Kalimantan Timur yang sebagian besar daerah perbatasannya masih berupa hutan konservasi. Anggapan di masa lalu, bahwa wilayah perbatasan ini merupakan kawasan mengerikan yang perlu diawasi secara ketat karena dikhawatirkan akan menjadi tempat persembunyian para pemberontak dan peyelundup. Kondisi tersebut telah menjadikan paradigma pembangunan di wilayah ini lebih mengutamakan pada pendekatan keamanan (security approach) daripada pendekatan kesejahteraan (prosperity approach). Dampak dari cara pandang tersebut mengakibatkan wilayah perbatasan menjadi daerah yang tidak tersentuh oleh dinamika pembangunan dan pusat-pusat pelayanan pemerintah lainnya yang menyebabkan masyarakatnya menjadi relatif miskin dan tertinggal. Selama ini Kawasan Perbatasan Kalimantan kurang mendapat perhatian dari 1 Untuk selanjutnya Perbatasan yang dimaksud adalah kecamatan-kecamaan di Provinsi yang secara langsung berbatasan dengan Sarawak-Malaysia pemerintah, sehingga ketertinggalan pembangunan baik itu fisik, ekonomi maupun sumber daya manusia dibandingkan dengan negara tetangga (Malaysia) semakin lama semakin terlihat Hal tersebut menyebabkan masyarakat Kawasan Perbatasan Kalimantan dari aspek ekonomi dan perdagangan lebih berorientasi kepada Pemerintah Negara Malaysia. Seperti contoh, Malaysia saat ini telah memiliki sarana dan prasarana yang lengkap sehingga kegiatan ekonomi pun dapat berjalan dengan baik (Bappenas, 2003). Kawasan Perbatasan dibandingkan dengan kawasan sekitarnya yang masih termasuk Provinsi termasuk kedalam kawasan tertinggal. Hal tersebut terkait dengan kawasan perbatasan yang masih jauh dari dinamika pembangunan. Sarana dan prasarana yang minim menghambat kawasan perbatasan untuk lebih maju. Konsentrasi pembangunan pemerintah yang lebih menekankan keamanan dan bukan kesejahteraan seperti daerah-daerah lainnya menjadi sebuah anggapan bahwa perbatasan merupakan daerah yang terlupakan. Rencana-rencana pengembangan Kawasan Perbatasan Kalimantan telah disusun sejak tahun 2002 tetapi belum dapat direalisasikan. Hal tersebut disebabkan oleh kebutuhan dana yang sangat besar dalam pengembangan kawasan dan dana yang dibutuhkan belum tersedia. Rencana yang telah dijalankan dan sedang diupayakan saat ini hanyalah rencana-rencana sektoral yang dilakukan oleh beberapa departemen teknis yang terkait, sedangkan untuk rencana yang sifatnya umum belum dapat direalisasikan. Rencana umum yang ada saat ini belum melihat bagaimana kondisi suatu kawasan, karena masih bersifat general. Kondisi suatu kawasan sangat diperlukan untuk mengetahui prioritas pengembangan yang sesuai. Kawasan Perbatasan berpotensi sebagai pusat pertumbuhan akan tetapi memiliki beberapa permasalahan dari aspek fisik, sarana dan prasarana wilayah, sosial, ekonomi, serta politik. Permasalahan pada Kawasan Perbatasan dapat dilihat pada tabel di bawah ini Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan arahan strategi dan prioritas pengembangan Kawasan Perbatasan Kalimantan Barat berdasarkan kondisi kawasan, dengan sasaran yang ingin dicapai adalah: Mengidentifikasi kondisi Kawasan Perbatasan. Merumuskan potensi dan masalah Kawasan Perbatasan. JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI

3 PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGA Menentukan strategi pengembangan Kawasan Perbatasan. Menentukan prioritas pengembangan Kawasan Perbatasan. Tabel 1. Permasalahan Kawasan Perbatasan Aspek Permasalahan Fisik Pada umumnya kawasan perbatasan darat berada di daerah yang terisolir dan pedalaman dengan kondisi alam yang sulit dijangkau. Prasarana Kurangnya dukungan prasarana wilayah seperti jaringan jalan, tenaga listrik, air bersih dan Wilayah telekomunikasi sebagai faktor penggerak kegiatan ekonomi di kawasan perbatasan Kurangnya perhatian terhadap infrastruktur yang ada sehingga Kawasan Perbatasan Kalimantan Barat menjadi kawasan tertinggal Sosial Ekonomi Kesenjangan antara penduduk kawasan perbatasan dengan penduduk negara tetangga, sehingga kehidupan masyarakat Kawasan Perbatasan Kalimantan lebih condong ke negara tetangga Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat setempat melatarbelakangi maraknya kegiatankegiatan ilegal seperti illegal logging, illegal trading, traficking serta kegiatan illegal lainnya Politik Kecenderungan masyarakat terhadap negara tetangga akibat rendahnya akses informasi dan komunikasi yang diperoleh menyebabkan lunturnya nilai nasionalisme terhadap NKRI Sumber: Berbagai sumber Metode Penelitian Lingkup wilayah penelitian ini adalah Perbatasan yang meliputi 15 (lima belas) kecamatan yang secara langsung berbatasan dengan Sarawak yang merupakan bagian dari 5 (lima) kabupaten. Kecamatankecamatan tersebut meliputi Kecamatan Paloh dan Sajingan Besar yang berada di Kabupaten Sambas; Kecamatan Jagoi Babang dan Siding yang terdapat di Kabupaten Bengkayang; Kecamatan Entikong dan Sekayam yang terdapat di Kabupaten Sanggau; Kecamatan Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah yang terdapat di Kabupaten Sintang, dan Kecamatan Putussibau, Kedamin, Puring Kencana, Empanang, Badau, Batang Lupar, dan Embaloh Hulu yang terdapat di Kabupaten Kapuas Hulu. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui data primer dan data sekunder sebagai berikut: Data Primer Penelitian ini menggunakan wawancara bebas, karena dalam melakukan wawancara peneliti hanya terpusat pada masalah yang akan diteliti. Wawancara yang dilakukan yakni dengan wawancara langsung kepada staf dari instansi yang menangani masalah perbatasan (Bappenas dan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal). Wawancara ini bertujuan untuk menggali informasi tentang kondisi eksisting Kawasan Perbatasan, permasalahan, dan rencana-rencana yang telah disusun untuk mengembangkan kawasan perbatasan dari tiaptiap departemen yang terkait dengan pengembangan Kawasan Perbatasan. Hasil wawancara yang telah dilakukan dicatat dan digunakan sebagai data tambahan dalam penyusunan gambaran umum dan analisis. Teknik pengumpulan data lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau yang lebih dikenal dengan metoda kuesioner. Pada penelitian ini jenis angket yang digunakan adalah jenis angket langsung karena peneliti mengirimkan dan memberikan lembar pertanyaan (kuisioner) kepada 7 (tujuh) responden yang terdiri dari: Praktisi Tata Ruang, Akademisi, Kepala Bidang Perbatasan Darat Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, Kepala Bidang Fisik Prasarana, Bappeda Provinsi dan Staf Direktorat Kawasan Khusus dan daerah Tertinggal Bappenas. Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan responden dalam wawancara dan penyebaran angket menggunakan teknik purposive sampling. Responden tersebut dipilih karena peneliti anggap cukup memahami permasalahan mengenai kawasan perbatasan. Kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui prioritas 121 JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI 2011

4 PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGAN pengembangan Kawasan Perbatasan Kalimantan Barat yang juga menjadi hasil akhir dalam penelitian ini. Data Sekunder Data-data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari instansi yang terkait dengan pengembangan kawasan perbatasan. Data yang didapat berupa kajian-kajian tentang kawasan perbatasan baik itu Kawasan Perbatasan maupun Kalimantan Timur. Data sekunder lainnya diperoleh melalui media informasi baik itu elektronik online (internet) maupun media cetak dan jurnal. Data tersebut berupa studi-studi terdahulu dan kebijakan tentang Kawasan Perbatasan Kalimantan Barat. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Penelitian deskripftif menurut Surachmad (1975) tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, sedangkan menurut Nazir (1988) penelitian deskriptif adalah metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengacu pada suatu objek atau peristiwa yang terjadi saat ini. Pendekatan analisis data kualitatif dalam penelitian ini dipergunakan untuk meninjau kondisi kawasan perbatasan dan menentukan potensi, masalah serta arahan strategi pengembangan kawasan Perbatasan Kalimantan Barat dengan menggunakan alat analisis SWOT. Pendekatan kuantitatif pada penelitian ini dipergunakan untuk menentukan prioritas pengembangan kawasan perbatasan kalimantan barat dengan menggunakan alat analisis Analytical Hierarchy Process (AHP). Tahapan Analisis Tahapan-tahapan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel tahapan analisis dapat dilihat pada tabel 1. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Umum Kawasan Perbatasan Wilayah perbatasan merupakan wilayah yang secara geografis berbatasan langsung dengan Negara tetangga dan yang langsung berhadapan dengan negara lain (Sudibyo 2006). Wilayah perbatasan meliputi wilayah perbatasan yang ada di daratan, di lautan, dan di udara dengan negara tetangga. Wilayah yang dimaksud adalah bagian wilayah provinsi, kabupaten, atau kota yang langsung bersinggungan dengan garis batas negara (atau wilayah negara tetangga). Penentuan luas wilayah perbatasan dilakukan dengan mempertimbangkan perwujudan fungsi-fungsi perbatasan negara, yaitu fungsi security dan fungsi prosperity dengan memperhatikan realitas perkembangan kondisi di daerah melalui kajian dan observasi lapangan yang terukur. Indonesia merupakan sedikit negara di dunia yang memiliki dua bentuk kawasan perbatasan, yaitu kawasan perbatasan darat dan kawasan perbatasan laut. Secara umum, karakteristik kedua bentuk kawasan perbatasan ini hampir sama. Namun demikian, untuk kawasan perbatasan laut ada beberapa hal yang spesifik, terutama karena bentuknya berupa pulau dan letaknya di tengah laut, bahkan samudera. Karakteristik kawasan perbatasan laut seperti ini menyebabkan batas laut lebih rentan, karena pulau tersebut tenggelam atau hilang. Kerentanan batas laut tadi dapat dikarenakan faktor lingkungan alami (bencana alam, badai, tsunami, dan lain-lain) maupun faktor lingkungan buatan (pengerukan pasir). Sementara itu, kawasan perbatasan darat meliputi provinsi dan Kalimantan Timur yang berbatasan dengan Malaysia, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berbatasan dengan Timor Leste, dan Provinsi Papua yang berbatasan dengan Papua Nugini seperti terlihat pada tabel 2. JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI

5 PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGA Tabel 2. Kawasan Perbatasan Darat Indonesia dengan Negara Tetangga Negara Provinsi Kabupaten Malaysia Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Saggau, dan Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Timur Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Kutai Barat Timor Leste Nusa Tenggara Timur Kabupaten Kupang, Kabupaten Belu, dan Kabupaten Timor Tengah Utara Papua Nugini Papua Kabupaten Jayapura, Kabupaten Merauke, Kabupaten Jayawijaya, dan Kota Jayapura Sumber: Alkadri dan Hamid Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki batas negara di laut dengan sepuluh negara tetangga, yakni India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua Nugini, Australia, dan Timor Leste (I Nyoman Arinu dalam Alkadri dan Hamid 2007). Pulau-pulau kecil yang berbatasan dengan sepuluh negara tetangga berjumlah 88 pulau dan tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua. Tabel 3. Kawasan Perbatasan Laut Indonesia dengan Sepuluh Negara Tetangga Negara Provinsi India Nanggroe Aceh Darussalam Malaysia, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau Singapura Kepulauan Riau Thailand Kepulauan Riau Vietnam Kepulauan Riau Filipina Sulawesi Utara, Maluku Utara Timor Leste Nusa Tenggara Timur, Maluku Papua Nugini Papua Australia Papua dan Maluku Palau Papua Sumber: I Nyoman Arinu dalam Alkadri dan Hamid 2007 Sasaran Mengidentifikasi kondisi Kawasan Perbatasan dengan meninjau kondisi eksisting Tabel 4. Tahapan Analisis Tahapan Analisis Metode dan Alat Analisis Tinjauan kondisi eksisting kawasan Metode yang perbatasan digunakan adalah berdasarkan data dari dinas terkait. deskriptif kualitatif Kondisi eksisiting kawasan dikhususkan pada kondisi fisik dan fasilitas kawasan perbatasan melalui Output Mengetahui kondisi fisik Kawasan Perbatasan saat ini 123 JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI 2011

6 PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGAN kawasan Sasaran Merumuskan potensi masalah Kawasan Perbatasan Menentukan strategi pengembangan Kawasan Perbatasan Menentukan prioritas pengembangan Kawasan Perbatasan Sumber: Hasil Analisis Tahapan Analisis tinjauan kondisi fisik sarana serta prasarana yang terdapat di wilayah studi Menentukan variabel-variabel yang terkait dengan pengembangan kawasan perbatasan Kalimantan Barat. Menentukan potensi masalah berdasarkan hasil identifikasi kondisi Perbatasan kalimantan Barat yang dibatasi pada sektor ekonomi, sosial budaya, serta fisik. Strategi pengembangan Kawasan Perbatasan ditentukan dengan mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal Kawasan Perbatasan Kalimantan Barat. Identifikasi kondisi internal diarahkan pada: Semua kondisi yang terdapat pada kecamatan-kecamatan yang secara langsung berbatasan dengan Malaysia Identifikasi Kondisi eksternal diarahkan pada: Semua kondisi yang terdapat pada wilayah eksternal yaitu Kabupaten yang secara langsung berbatasan dengan Malaysia dan Provinsi Setelah mengidentifikasi kondisi eksternal dan internal, maka hasil identifikasi tersebut dimasukkan kedalam matrik SWOT Pengelompokkan strategi dari analisis SWOT Menentukan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan kawasan perbatasan kalimantan Barat Menentukan prioritas berdasarkan hasil kuisioner yang dihitung melalui proses AHP (Analytical Hierarhy Process) Metode dan Alat Analisis Pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif menggunakan LQ Pendekatan kualitatif dengan menggunakan alat analisis SWOT. Pendekatan kuantitatif dengan menggunakan alat analisis AHP Output Mengetahui potensi masalah yang akan digunakan dalam penentuan strategi pengembangan kawasan perbatasan. Hasil dari analisis SWOT ini dapat digunakan untuk melihat potensi arah pengembangan dari suatu wilayah, serta dapat digunakan untuk melihat kelemahan dan ancaman yang dihadapi oleh suatu wilayah dan berusaha untuk dicari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut Mengetahui prioritas pengembangan Kawasan Perbatasan Kalimantan Barat berdasarkan faktorfaktor yang telah ditentukan. Karakteristik Kawasan Perbatasan Indonesia A. Karakteristik Fisik dan Infrastruktur Menurut Alkadri dan Hamid (2007) Ditinjau dari aspek fisik dan infrastruktur, maka karakteristik kawasan perbatasan Indonesia dewasa ini adalah sebagai berikut: 1. Batas fisik wilayah negara di kawasan perbatasan sangat memprihatinkan, karena banyak patok batas yang hilang dan sebagian besar kondisinya kurang baik. Hal ini antara lain terjadi di sekitar perbatasan JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI

7 PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGA dengan Serawak (Malaysia). 2. Pada umumnya kawasan perbatasan darat berada didaerah yang terisolir dan pedalaman dengan kondisi alam yang sulit dijangkau. Misalnya, beberapa desa di Kecamatan Krayan (Kabupaten Nunukan) yang berbatasan langsung dengan Serawak (Malaysia), sedangkan kawasan perbatasan laut brada di pulau-pulau kecil terluar dan sebagian tidak berpenghuni dan tidak ada aktivitas, serta hampir tenggelam baik akibat proses alami maupun perbuatan manusia (pengambilan pasir). 3. Hutan yang ada di sepanjang kawasan perbatasan umumnya hutan alam dan sebagian besar dikategorikan sebagai kawasan konservasi atau kawasan lindung dengan kandungan kenekaragaman hayati yang tinggi. Contoh, hutan di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur. 4. Infrastruktur di kawasan perbatasan relatif masih sangat terbatas dan perlu penanganan yang serius, terutama untuk bidang pendidikan, kesehatan, perhubungan, telekomunikasi, dan informasi, serta pemukiman. Sebagai ilustrasi, selain telekomunikasi dan informasi yang hampir tidak memadai, Kecamatan Krayan juga mengalami keterbatasan sarana dan prasarana perhubungan darat. Aksesibilitas kecamatan ini terhadap daerah lain, seperti Kecamatan Nunukan (bagian pulau) atau Kota Tarakan, harus ditempuh dengan biaya yang cukup mahal karena dengan menggunakan pesawat terbang jenis C-212 dan C PPLB (Pos Pelayanan Lintas Batas) belum memadai dan belum lengkap dibandingkan dengan luas kawasan perbatasan. Contohnya PPLB Entikong di Kabupaten Sanggau (Provinsi ) tidak hanya melayani lintas batas dari dan ke Kabupaten Sanggau, tetapi juga beberapa kabupaten atau kota lain di Provinsi ini seperti Kabupaten Sambas, Bengkayang, Pontianak, Singkawang, dan lain-lain. B. Karakteristik Sosial Ekonomi Beberapa karakteristik kawasan perbatasan Indonesia dilihat dari aspek sosial ekonomi adalah seperti di bawah ini (Alkadri dan Hamid, 2007): 1. Kualitas sumberdaya manusia masih rendah, terutama dari segi pendidikan 2. Penyebaran penduduk tidak merata dan di kawasan perbatasan laut, khususnya di pulau-pulau terluar, banyak yang tidak berpenghuni. 3. Arus keluar-masuk tenaga kerja dan penduduk ke dan dari kawasan perbatasan cukup tinggi. Contoh: Kabupaten Nunukan yang melayani arus keluar-masuk Kalimantan-Sulawesi dengan Sabah. 4. Penduduk di perbatasan umumnya memiliki hubungan keluarga dengan penduduk di kawasan perbatasan negara tetangga. Misalnya suku dayak yang bermukim didaerah perbatasan masih memiliki banyak kerabat di wilayah Sarawak (Malaysia). 5. Terdapat kesenjangan pendapatan yang cukup besar antara penduduk di perbatasan dengan penduduk di negara tetangga. Contoh: pada tahun 2001 lalu pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Nunukan hanya Rp 6,5 juta setahun, sementara penghasilan per kapita penduduk di Negara Bagian Sabah (Malaysia) mencapai Rp 17,5 juta. 6. Aktivitas perdagangan ilegal dan penyelundupan di kawasan perbatasan cukup tinggi. Sebagai ilustrasi, perdagangan ilegal kayu gelondongan maupun hasil-hasil pertanian antara Nunukan dan Tawau hingga kini masih terus berlangsung. 7. Nilai tambah produk, terutama yang berasal dari sumberdaya alam, masih sangat kecil. Kakao yang dihasilkan oleh Kabupaten Nunukan hanya mendatangkan nilai tambah dalam bentuk perkebunan, sedangkan nilai tambah dalam bentuk industri pengolahannya dinikmati oleh negara tetangga, Sabah (Malaysia). 8. Mata pencaharian penduduk di kawasan perbatasan sebagai besar adalah petani, pekebun, dan nelayan. 9. Sistem perdagangan antarpenduduk di kawasan perbatasan masih bersifat tradisional, karena belum memadainya infrastruktur perekonomian (seperti bank dan pasar). 10. Pendapatan (hasil usaha) yang diperoleh sebagian besar untuk memnuhi kebutuhan primer keluarga (kebutuhan pokok). 125 JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI 2011

8 PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGAN 11. Rendahnya aktivitas dan efektivitas ekonomi masyarakat di kawasan perbatasan. 12. Alokasi dana pembangunan kawasan perbatasan hungga kini relatif masih kecil. maupun teknologi serta tidak terdapatnya penghalang dalam arti secara fisik maupun ideologi di antara kedua negara sehingga hubungan kerjasama dapat terjalin. C. Karakteristik Pertahanan Menurut sudut pandang pertahanan, beberapa karakteristik kawasan perbatasan Indonesia dapat dikemukakan di bawah ini (Alkadri dan Hamid, 2007): 1. Adanya kegiatan penyelundupan barang dan tenaga kerja Indonesia (TKI). 2. Rentannya persoalan yang berkait dengan nasionalisme penduduk karena kurangnya informasi yang masuk dari Indonesia. 3. Rendahnya penegakan supremasi hukum, akibat sangat kecilnya tenaga penegak hukum (terutama polisi perbatasan). 4. Derasnya informasi dan komunikasi dari negara tetangga menyebabkan masyarakat di kawasan perbatasan lebih mengenal negara tetangga dibandingkan negaranya sendiri. 1.1 Cross Border Approach (CBA) Menurut Guo (1996) pendekatan Cross Border Approach (CBA) lebih mengutamakan pola kerjasama antar daerah perbatasan untuk saling mengambil keuntungan dalam mengembangkan wilayah perbatasan di masing-masing negara. Pola kerjasama ini dapat dilaksanakan pada wilayah dengan karakteristik sebagai berikut: Adanya perbedaan konsep pengembangan sosial ekonomi dengan wilayah tetangga. Adanya keterbatasan jaringan penghubung, baik jalan maupun telekomunikasi di kota yang merupakan pusat kegiatan. Berdasarkan karakteristik tersebut, baik adanya perbedaan konsep maupun keterbatasan jaringan penghubung, maka langkah awal yang perlu ditempuh adalah membuka penghalang pada daerah tersebut dan menerapkan sistem yang lebih terbuka agar jalinan kerjasama yang baik dapat terwujud. Dengan pola kerjasama ini akan membuka aliran barang, uang serta orang yang masuk lebih cepat dan akhirnya diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sosial ekonomi yang lebih baik antar kedua negara. Hal lain yang perlu mendapat perhatian agar pendekatan ini berjalan efisien yaitu salah satu wilayah hendaknya memiliki keuntungan komparatif baik dari segi ekonomi PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN KALIMANTAN BARAT Perbatasan yang umumnya merupakan kawasan tertinggal memiliki potensi nilai strategis yang disebabkan secara langsung berbatasan dengan negara Malaysia bagian Sarawak. Ketertinggalan tersebut dapat dilihat dari perbandingan di sektor ekonomi, kependudukan, dan infrastruktur dengan Malaysia. Tingkat perekonomian negara tetangga lebih tinggi dibandingkan dengan perbatasan Kalimantan Barat. Kondisi infrastruktur yang ada di kawasan perbatasan Kalimantan sangat terbatas berbeda dengan Malaysia yang telah memadai. Untuk itu kondisi perbatasan Kalimantan khususnya perlu dibenahi terkait dengan kawasan perbatasan sebagai beranda negara dan memungkinkan terjadinya hubungan lagsung dengan negara tetangga. Kondisi ini merupakan pasar potensial yang dapat dimanfaatkan tidak saja bagi produsen internal di masing-masing daerah pada wilayah perbatasan tetapi juga secara nasional. Untuk menunjang kawasan perbatasan sebagai beranda negara, kawasan perbatasan diarahkan menjadi kawasan yang: 1. Memiliki pos lintas batas yang dilengkapi dengan fasilitas CISQ (Custom Immigration Security Quarantine) di tiap-tiap daerah yang secara langsung berbatasan 2. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar perbatasan. 3. Memiliki kualitas pendidikan yang tinggi dengan rata-rata lama sekolah di atas 6 tahun. 4. Memiliki kualitas sumber daya manusia yang dapat diandalkan dari segi pendidikan, kesehatan, dan keterampilan masyarakatnya. 5. Memiliki tingkat kesejahteraan masyarakat yang dapat disejajarkan dengan masyarakat negara tetangga. JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI

9 PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGA 4.1 Analisis Potensi Ekonomi dan Ketersediaan Sarana Prasarana Kawasan Perbatasan Pada analisis potensi ekonomi akan dijelaskan mengenai potensi basis di sektor pertanian dan perkebunan yang terdapat di 15 (lima belas) kecamatan yang secara langsung berbatasan dengan Malaysia Potensi tersebut didapat berdasarkan perhitungan menggunakan LQ (Location Quotient). Untuk nilai LQ>1 berpotensi sektor tersebut dapat menjadi komoditas ekspor yang bertujuan untuk mengembangkan perbatasan. Untuk analisis ketersediaan sarana prasarana wilayah perbatasan akan dijelaskan mengenai memadai atau tidaknya sarana dan prasarana umum yang terdapat di Kecamatan Perbatasan berdasarkan standar yang ada. Sarana dan Prasarana umum itu meliputi sarana kesehatan, pendidikan, komunikasi, informasi, dan kelistrikan Analisis Potensi Ekonomi Perkebunan dan Pertanian Berdasarkan kajian ekonomi diketahui bahwa potensi basis di kawasan perbatasan adalah sektor pertanian dan perkebunan. Potensi basis yang dimiliki tiap kecamatan untuk sektor pertanian dan perkebunan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Potensi Basis Pada Sektor Pertanian dan Perkebunan No Kabupaten Kecamatan Pertanian Perkebunan 1 Sambas Sajingan Besar Padi Karet dan Coklat Paloh Padi Kopi dan Lada 2. Bengkayang Jagoi Babang Palawija Kelapa Siding Palawija dan Sayuran Karet dan Coklat 3. Sanggau Sekayam - - Entikong Palawija dan Sayuran Karet 4. Sintang Ketungau Hulu Padi Karet Ketungau Tengah Palawija Karet 5. Kapuas Hulu Kedamin Padi Karet dan Coklat Puring Kencana Padi - Badau Palawija - Batang Lupar Padi dan Buah-buahan Karet Embaloh Hulu Padi Karet dan Coklat Putussibau Sayuran dan Buah-buahan Karet Empanang Padi Karet Sumber: Hasil Perhitungan LQ dari data Hasil Produksi Pertanian dan Perkebunan Kecamatan Perbatasan, 2006 Analisis Ketersediaan Sarana Prasarana Perbatasan Berdasarkan potensi basis pada sektor pertanian dan perkebunan dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar produksi pertanian di 15 (lima belas) kecamatan yang secara langsung berbatasan dengan Malaysia adalah pada produksi padi dan palawija, sedangkan untuk produksi perkebunan sebagian besar menghasilkan produksi karet. Pada Kecamatan Sekayam, Puring Kencana, dan Badau tidak tersedianya data mengenai hasil produksi pertanian dan perkebunan, maka tidak di temukan potensi basis yang terdapat pada 3 (tiga) kecamatan tersebut. Analisis ketersediaan prasarana dan sarana perbatasan dilakukan untuk mengetahui memadai atau tidaknya prasarana dan sarana yang tedapat di perbatasan berdasarkan standar yang ada. Standar yang digunakan adalah standar SNI tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun di Daerah Perkotaan. Lengkapnya sarana dan prasarana yang ada mendukung pengembangan perbatasan sebagai beranda negara yang memiliki nilai strategis. Berikut ini kondisi sarana dan 127 JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI 2011

10 PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGAN prasarana yang belum memadai yang ada di dapat dilihat pada Tabel5. Tabel 5. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Umum di Kecamatan Perbatasan Antar Negara di Provinsi Aspek Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat pertama (SLTP) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Kesehatan Puskesmas Tenaga Kesehatan Komunikasi Ketersediaan sarana komunikasi (telepon rumah dan radio komunikasi) Informasi Ketersediaan akses informasi (kantor pos, pos keliling, surat kabar) Kelistrikan Ketersediaan listrik Sumber: BPS 2007 dan SNI Berdasarkan hasil analisis di atas dapat terlihat sebagian besar sarana dan parasarana umum yang terdapat di Perbatasan Kalimantan Barat belum memadai. Hal tersebut menjelaskan selama ini perbatasan masih mengalami ketertinggalan dengan negara tetangga berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana umum. Analisis SWOT Penyusunan Rencana pengembangan kawasan perbatasan dapat dilakukan dengan pendekatan analisis SWOT (Strengthness, Weakness, Opportunity, and Threats), yaitu suatu analisis yang bertujuan mengetahui potensi dan kendala yang dimiliki, sehubungan dengan kegiatan pembangunan yang akan dilakukan di masa datang (Rangkuty 1997). Analisis ini meliputi tinjauan terhadap Kekuatan (strengthness), Kelemahan (weakness), Peluang (opportunity) dan Ancaman (threats) terhadap pengembangan Perbatasan Kecamatan Ketungau Hulu, Puring Kencana, Badau, Batang Lupar, Embaloh Hulu, Empanang Ketungau Hulu, Kedamin, Puring Kencana, Badau, Batang Lupar, Embaloh Hulu, Empanang Sajingan Besar, Siding, Sekayam, Entikong, Ketungau Hulu, Ketungau Tengah, Kedamin, Puring Kencana, Batang Lupar, Embaloh Hulu Sajingan Besar, Paloh, Jagoi Babang, Siding, Sekayam, Entikong, Ketungau Hulu, Ketungau Tengah, Kedamin, Puring Kencana, Badau, Batang Lupar, Embaloh Hulu, Putussibau, Empanan Sajingan Besar, Jagoi Babang, Siding, Sekayam, Ketungau Hulu, Ketungau Tengah, Kedamin, Puring Kencana, Badau, Batang Lupar, Embaloh Hulu Sajingan Besar, Jagoi Babang, Siding, Entikong, Ketungau Hulu, Ketungau Tengah, Kedamin, Puring Kencana, Badau, Batang Lupar, Embaloh Hulu, Putussibau Sajingan Besar, Jagoi Babang, Siding, Sekayam, Entikong, Ketungau Hulu, Ketungau Tengah, Kedamin, Puring Kencana, Batang Lupar, Embaloh Hulu yang berasal dari kondisi internal dan eksternal kawasan Perbatasan. Sebelum menentukan strategi SWOT ditentukan terlebih dahulu isu strategis yang terdapat di sepanjang perbatasan Kalimantan Barat. Isu strategis ini terkait dengan permasalahan umum yang terdapat di sepanjang perbbatasan. Melalui analisis SWOT ini diharapkan akan dapat diketahui akar masalah yang ada, potensi dan kekuatan yang dapat diberdayakan dalam pembangunan daerah, menentukan tujuan dan sasaran yang akan dicapai dan membuat metode pemecahan masalah serta metode untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut melalui strategi-strategi S+O, Strategi S+T, Strategi W+O, dan Strategi W+T. Analisis SWOT dalam penelitian ini dilakukan per kecamatan yang terdapat di 5 (lima) kabupaten sehingga dihasilkan arahan strategi pengembangan Perbatasan. JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI

11 PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGA Setelah strategi terbentuk dan sebelum melakukan analisis AHP (Analytical Hierarchy Process) disusun pengelompokkan strategi SWOT yang nantinya akan menjadi dasar dalam melakukan analisis AHP. Untuk melakukan analisis AHP dibutuhkan faktor-faktor yang akan dicari prioritas yang nantinya menjadi prioritas pengembangan Perbatasan. Faktor tersebut didapat dari pengelompokkan strategi SWOT 15 (lima belas) kecamatan yang secara langsung berbatasan dengan Malaysia. Tabel 6. Pengelompokkan Faktor berdasarkan Variabel Penentu Pengembangan Perbatasan Variabel Dimensi Indikator Pengelompokan Faktor Ekonomi Pengembangan sektor- Potensi sektor basis di kawasan Ekonomi sektor unggulan Perekonomian Daerah perbatasan Jumlah angkatan kerja LPE Pergerakan jasa (lalu lintas tenaga kerja Indonesia yang bekerja di negara tetangga) Pendapatan Daerah PDRB PDRB per Kapita Sosial Struktur penduduk Jmlh penduduk kawasan perbatasan Jmlh penduduk berdasarkan jenis kelamin Jmlh penduduk berdasarkan tingkat pendidikan Jmlh Penduduk berdasarkan umur Jmlh penduduk berdasarkan jenis pekerjaan Pertumbuhan rata-rata per tahun (%) Tingkat pengangguran Fisik Sarana dan Prasarana Ketersediaan sarana perbatasan (kantor bea dan cukai, kantor imigrasi, serta pos keamanan) Katersediaan sarana dan prasarana umum di kawasan perbatasan Ekonomi Pendidikan Sumber Daya Manusia Keamanan Sarana dan Prasarana Terdapat 5 (lima) faktor yang terbentuk, faktor-faktor tersebut adalah 1) Keamanan; 2) Sarana dan prasarana; 3) Pendidikan; 4) Sumber daya manusia; dan 5) Ekonomi. Pembentukan 5 (faktor) tersebut berdasarkan permasalahan umum yang terjadi di sepanjang perbatasan. Permasalahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Permasalahan Umum yang Terdapat di Sepanjang Perbatasan Keamanan Faktor Permasalahan Penyelundupan dan perdagangan gelap yang merugikan kekayaan negara, baik dalam bentuk penerimaan bea ekspor-impor maupun penyusutan sumber daya alam, dan juga mengakibatkan ketegangan politik di dalam negeri akibat masih lemahnya sarana dan prasarana kepabean (Sudibyo 2006) Jumlah pos perbatasan yang sangat kecil dan jumlah aparat yang tidak sebanding dengan panjangnya garis perbatasan serta masih lemahnya koordinasi antar instansi di kawasan perbatasan (TNI, Polri, Bea Cukai, Imigrasi, dll) 129 JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI 2011

12 PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGAN Faktor Sarana Prasarana Pendidikan Permasalahan menimbulkan kesulitan pengawasan terhadap pelintas batas ilegal, illegal trading, dan kegiatan illegal logging (Program Aksi Pengelolaan Perbatasan Antar Negara 2007) Wilayah perbatasan antar negara di masih merupakan wilayah tertinggal dengan sarana dan prasarana yang masih sangat terbatas, akibat dari kebijakan pendekatan pembangunan di wilayah tersebut selama ini lebih mengutamakan pada pendekatan keamanan daripada pendekatan kesejahteraan (Program Aksi Pengelolaan Perbatasan Antar Negara 2007) Rendahnya ketersediaan infrastruktur dasar yang menunjang kegiatan ekonomi pelintas batas oleh masyarakat sekitar perbatasan dan pihak swasta dalam negeri maupun luar negeri (Koespramoedyo 2004) Rendahnya kualitas pendidikan di sepanjang perbatasan akibat adanya tawaran pekerjaan pekerjaan dari negara tetangga Malaysia. Gaji yang cukup besar menjadi alasan yang memicu anak-anak desa perbatasan yang setelah tamat SD tak bersedia melanjutkan ke SLTP (Program Aksi Pengelolaan Perbatasan Antar Negara 2007) Sumber Manusia Ekonomi Daya Kualitas sumberdaya manusia di kawasan perbatasan masih rendah dilihat dari tingkat kesehatan, pendidikan maupun ketrampilan masyarakatnya (Program Aksi Pengelolaan Perbatasan Antar Negara 2007) Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat setempat melatarbelakangi maraknya kegiatan-kegiatan ilegal seperti illegal logging, illegal trading, traficking serta kegiatan ilegal lainnya (Program Aksi Pengelolaan Perbatasan Antar Negara 2007) Sumber: Berbagai Sumber Masing-masing faktor terdapat starategi yang berasal dari 15 (lima belas) kecamatan yang secara langsung berbatasan dengan Malaysia. Lebih jelasnya untuk pengelompokkan strategi SWOT dapat dilihat pada tabel di bawah sebagai berikut: Faktor Keamanan Sarana dan Prasarana Tabel 8. Pengelompokkan Strategi Berdasarkan Analisis SWOT Strategi Mempercepat pembangunan PLB (bordergate) yang dilengkapi dengan fasilitas CISQ (Custom, Immigration, Security, Quarantine) untuk mengurangi usaha illegal logging dan penyelundupan Peningkatan fungsi pos lintas batas untuk meminimalisasi adanya kegiatan penyelundupan, penjarahan kayu dan TKI illegal Peningkatan kerjasama masyarakat dengan pemerintah guna menjaga pemanfaatan, keamanan, dan kelestarian hutan untuk mencegah terjadinya kegiatan illegal logging Peningkatan sarana dasar khususnya jaringan komunikasi untuk menunjang pengembangan perbatasan Segera menyelesaikan pembangunan pos lintas batas untuk mendukung pengembangan wilayah dan mempermudah kegiatan ekspor hasil perkebunan dan kayu ke Malaysia Perbaikan prasarana jalan di sepanjang perbatasan RI-Malaysia untuk peningkatan pengembangan perbatasan Peningkatan kualitas akses komunikasi untuk mempermudah penyampaian informasi mengenai kegiatan illegal logging dan penyelundupan TKI Mempercepat pembangunan pos lintas batas untuk mendukung kawasan JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI

13 PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGA Pendidikan Faktor Sumber Daya Manusia Ekonomi Strategi perbatasan sebagai beranda depan Peningkatan kualitas pendidikan masyarakat setempat dengan mengampanyekan pentingnya pendidikan, serta subsidi pendidikan bagi keluarga tidak mampu Peningkatan kualitas pendidikan untuk menghasilkan mutu SDM melalui pembebasan pembayaran uang sekolah bagi kelompok anak usia sekolah dasar Peningkatan kualitas pendidikan masyarakat dengan menambah tenaga pendidik yang handal Membuka lapangan pekerjaan di sector pengembangan industri kayu dan pengolahan hasil perkebunan rakyat Menambah kualitas kesehatan dengan menambah tenaga medis yang berkualitas untuk meningkatkan kualitas SDM guna mendukung pengembangan perbatasan Memberikan pelatihan khusus bagi para pekerja di sektor pertanian dan perdagangan sehingga menjadikan pekerja yang berkualitas meski jenjang pendidikan hanya sampai SLTA Mengadakan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat yang akan bekerja menjadi TKI di Malaysia dan menyalurkannya melalui biro yang legal Membuka kerjasama pembangunan antar kawasan dengan Malaysia di sektor ekonomi dengan mengekspor hasil produksi pertanian dan perkebunan Menciptakan peluang dan promosi investasi pembangunan kawasan didukung komitmen kelembagaan dan pendanaan yang memadai berdasarkan kekayaan sumberdaya alam setempat, serta partisipasi swasta dan masyarakat Peningkatan perdagangan lintas batas (kegiatan ekspor dan impor) melalui jalur darat maupun laut secara lebih berdayaguna dan berhasil guna Melakukan pengembangan dan promosi kegiatan pariwisata untuk menarik kunjungan wisata Sumber: Ringkasan Matrik Strategi Masing-Masing Kecamatan Perbatasan 4.2 Analisis Prioritas Pengembangan Perbatasan Proses penentuan prioritas pengembangan Perbatasan menggunakan alat analisis AHP dan didasari oleh nilai bobot prioritas yang dihitung dengan beberapa tahap.berdasarkan hasil penghitungan dengan menggunakan alat analisis AHP (Analytical Hierarchy Process) ditemukan prioritas pengembangan untuk Perbatasan Kalimantan Barat adalah faktor sarana dan prasarana yang diikuti dengan faktor sumber daya manusia, ekonomi, pendidikan, dan terakhir adalah keamanan. Prioritas tersebut didapat berdasarkan nilai bobot prioritas. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 9 Tabel 9. Nilai Bobot Prioritas Kriteria Bobot Prioritas Sarana dan Prasarana 31% Sumber Daya Manusia 21% Ekonomi 19% Pendidikan 17% Keamanan 12% Sumber: Hasil Pengolahan 131 JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI 2011

14 PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGAN Sarana dan prasarana sangat dibutuhkan dalam pengembangan Perbatasan yang selama ini selalu menjadi kendala. Umumnya wilayah perbatasan memiliki sarana dan prasarana yang belum memadai. Pada Perbatasan Kalimantan Barat, sarana dan prasarana yang dibutuhkan meliputi sarana dan prasarana perbatasan (Pos Lintas Batas, jalan) serta pendidikan (gedung sekolah). Ketidakmerataan sarana dan prasarana yang ada di perbatasan menyebabkan adanya ketimpangan terutama dengan Malaysia sebagai negara tetangga. Pada penelitian Calderón dan Servén (2004) yang berjudul The Effects of Infrastructure Development on Growth and Income Distribution menghasilkan kesimpulan bahwa pembangunan fasilitas layanan infrastruktur merupakan bagian penting untuk tercapainya pertumbuhan suatu wilayah, pertumbuhan secara positif dipengaruhi oleh persediaan aset infrastruktur, sedangkan pada Perbatasan infrastruktur yang ada masih belum memadai untuk pengembangan Perbatasan sehingga pertumbuhan di sepanjang Perbatasan Kalimantan Barat masih sangat lambat. Infrastruktur dalam pengembangan wilayah strategis juga dapat dikatakan sebagai strategic point yang diperuntukkan untuk memperkuat wilayah startegis tersebut. Selain itu Infrastructure as a tools to regional development karena peran infrastruktur yang sangat penting. Pengembangan wilayah tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya infrastruktur yang memadai. Menyadari pentingnya infrastruktur dalam mendorong pertumbuhan suatu wilayah, para pakar infrastruktur sepakat bahwa dalam mendorong pembangunan infrastruktur, pemerintah sebagai pemeran utama dalam sektor infrastruktur seharusnya menjaga kesinambungan investasi pembangunan infrastruktur dan memprioritaskan infrastruktur dalam rencana pembangunan nasional, sehingga infrastruktur dapat dibenahi baik secara kuantitas maupun kualitas. Pembangunan infrastruktur juga seharusnya melibatkan pihak swasta dan masyarakat demi tercapainya pembangunan yang berkesinambungan. Sebaiknya ada kombinasi yang tepat antara infrastruktur berskala besar dan kecil untuk mencapai target penanggulangan kemiskinan. Untuk itu perlu pendekatan lebih terpadu dalam pembangunan infrastruktur mulai dari perencanaan sampai pelayanannya kepada masyarakat, guna menjamin sinergi antar sektor, daerah maupun wilayah. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan tujuan dan sasaran pada penelitian ini yaitu merumuskan arahan strategi dan prioritas pengembangan Perbatasan Kalimantan Barat dengan mengidentifikasi kondisi eksisting maka dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi-strategi pengembangan kawasan perbatasan 15 (lima belas) kecamatan yang secara langsung berbatasan dengan Negara tetangga (Malaysia) yaitu Kecamatan Paloh, Kecamatan Sajingan Besar, Kecamatan Jagoi Babang, Kecamatan Entikong, Kecamatan Sekayam, Kecamatan Ketungau Hulu, Kecamatan Ketungau Tengah, Kecamatan Putussibau, Kedamin, Puring Kencana, Empanang, Badau, Batang Lupar, dan Embaloh Hulu,dikelompokkan menjadi 5 (lima) faktor yang berasal dari variabel penentu pengembangan (sosial, ekonomi dan fisik). Faktor-faktor tersebut adalah keamanan, sarana dan prasarana, pendidikan, ekonomi, dan sumber daya manusia. Adapun strategi yang disusun untuk pengembangan Perbatasan yaitu: Peningkatan sarana dasar khususnya jaringan komunikasi untuk menunjang pengembangan perbatasan Kalimantan Barat Segera menyelesaikan pembangunan pos lintas batas untuk mendukung pengembangan wilayah dan mempermudah kegiatan ekspor hasil perkebunan dan kayu ke Malaysia Perbaikan prasarana jalan di sepanjang perbatasan RI-Malaysia untuk peningkatan pengembangan perbatasan Peningkatan kualitas akses komunikasi untuk mempermudah penyampaian informasi mengenai kegiatan illegal logging dan penyelundupan TKI Mempercepat pembangunan pos lintas batas untuk mendukung kawasan perbatasan sebagai beranda depan Berdasarkan hasil penghitungan AHP didapat prioritas pengembangan Kawasan JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI

15 PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGA Perbatasan adalah pada faktor sarana dan prasarana. Prioritas pengembangan sarana dan prasarana didapat berdasarkan hasil analisis AHP dengan bobot prioritas paling tinggi dari faktor-faktor lainnya yaitu sebesar 31% yang kemudian diikuti dengan sumber daya manusia, ekonomi, pendidikan, dan keamanan. Sarana dan prasarana menjadi prioritas pengembangan karena untuk mengembangkan Perbatasan Kalimantan Barat sarana dan prasarana perlu dikembangkan terlebih dahulu mengingat berdasarkan teori yang ada menjelaskan fasilitas layanan infrastruktur merupakan bagian penting untuk tercapainya pertumbuhan suatu wilayah. Kondisi sarana dan prasarana yang ada di Perbatasan yang masih sangat memprihatinkan menyebabkan tertinggalnya pembangunan di sepanjang perbatasan sehingga menyebabkan masyarakat memiliki kecenderungan hidup dengan berorientasi ke negara tetangga (Malaysia). Berdasarkan penjabaran simpulan diatas dapat disusun rekomendasi untuk pengembangan Perbatasan sebagai berikut: 1. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana di sepanjang Perbatasan untuk mendukung pengembangan Perbatasan sebagai beranda negara terutama kualitas kondisi jalan. 2. Peningkatan peran serta dan kerjasama pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah dalam menangani permasalahan dan pengembangan Perbatasan. 3. Meningkatkan kualitas pos lintas batas dengan melengkapi fasilitas CISQ (Custom Immigration Security dan Quarantine). 4. Peningkatan Kualitas keamanan di sepanjang perbatasan dengan menambah personil petugas keamanan di tiap pos keamanan perbatasan. DAFTAR PUSTAKA Alkadri, dan Hamid Model dan Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan Kabupaten Nunukan. Jakarta: Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BAPPENAS Strategi dan Model Pengembangan Wilayah Perbatasan Kalimantan. Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal Deputi Bidang Otonomi Daerah dan Pengembangan Regional Badan Persiapan Pengembangan Kawasan Khusus Perbatasan Potensi dan Permasalahan Kawasan Perbatasan Antar Negara di. Provinsi BPS Kabupaten Bengkayang Dalam Angka Kabupaten Bengkayang: BPS BPS Kabupaten Kapuas Hulu Dalam Angka Kabupaten Kapuas Hulu: BPS BPS Kabupaten Sambas Dalam Angka Kabupaten Sambas: BPS BPS Kabupaten Sanggau Dalam Angka Kabupaten Sanggau: BPS BPS Kabupaten Sintang Dalam Angka Kabupaten Sintang: BPS Dardak, H Percepatan Pembangunan Infrastruktur di Daerah Perbatasan Dalam Rangka Pembangunan Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Binamarga Departemen Pekerjaan Umum Dardak, Hermanto Kota-kota Perbatasan Antar Negara di Pulau Kalimantan (Kota Aru, Entikong, Simanggaris, dan Nunukan). Program Terpadu Pemanfaatan Ruang. Edisi 1. hal.3 Guo, Rongxing Border-Regional Economics. China: Physica-Verlag Koespramoedyo, Deddy Menjadikan Kawasan Perbatasan Antar Negara sebagai Halaman Depan Negara. Buletin Kawasan Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Deputi Otonomi Daerah dan Pengembangan Regional Bapenas, Vol. 3 No. 1, Februari 2004 Nazir, Moh, Ph.D Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 133 JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI 2011

16 PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGAN Sudibyo, P Ancaman Terhadap Kelestarian Sumberdaya Alam di Kawasan Perbatasan Negara. Penataan Ruang dan Daerah Perbatasan. Juli-Agustus hal 6-8 Surachmad, Winarno Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung: CV Tarsito Rangkuty, Freddy Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Pemutakhiran Data dan Informasi Kawasan Perbatasan dan Pulaupulau Terluar. JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang banyak memiliki wilayah perbatasan dengan negara lain yang berada di kawasan laut dan darat. Perbatasan laut Indonesia berbatasan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Provinsi Kalimantan Barat Propinsi Kalimantan Barat terdiri atas 12 kabupaten dan 2 kota di mana dari 12 kabupaten tersebut, 5 diantaranya berada pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbatasan negara merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah suatu negara yang memiliki perananan penting baik dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan dengan garis pantai kurang lebih 81.900 km dan memiliki kawasan yang berbatasan dengan sepuluh negara,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PERBATASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PERBATASAN IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PERBATASAN Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah darat kurang lebih sebesar 1,86 juta km 2 dan wilayah laut mencapai 7,9 juta km 2.

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA

PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA Oleh Staf Ahli Menneg PPN Bidang Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia dan Kawasan Tertinggal ikhwanuddin@bappenas.go.id

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA WORKSHOP DAU & DAK DAERAH PERBATASAN. Pontianak, 26 Juni 2008

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA WORKSHOP DAU & DAK DAERAH PERBATASAN. Pontianak, 26 Juni 2008 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA WORKSHOP DAU & DAK DAERAH PERBATASAN Yang saya hormati, Pontianak, 26 Juni 2008 - Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal;

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)

Lebih terperinci

BORDER DEVELOPMENT CENTER (BDC) E N T I K O N G

BORDER DEVELOPMENT CENTER (BDC) E N T I K O N G BORDER DEVELOPMENT CENTER (BDC) E N T I K O N G LUAS WILAYAH : 5.000 Ha LOKASI : Kec. Entikong dan Sekayam (Kab. Sanggau) JARAK DARI IBU KOTA KAB : 147 Km JUMLAH PENDUDUK : 39.510 Jiwa (jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. UU No. 24 tahun 1992, wilayah perbatasan juga merupakan salah satu kawasan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. UU No. 24 tahun 1992, wilayah perbatasan juga merupakan salah satu kawasan 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Wilayah perbatasan merupakan wilayah yang secara geografis berbatasan langsung dengan negara lain (UU No. 43 Tahun 2008). Menurut pasal 10 ayat 3 UU No. 24 tahun 1992,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbandingan kebijakan pemerintah Indonesia dan pemerintah Malaysia dalam

BAB I PENDAHULUAN. perbandingan kebijakan pemerintah Indonesia dan pemerintah Malaysia dalam BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ada beberapa alasan yang mendorong penulis untuk menetapkan perbandingan kebijakan pemerintah Indonesia dan pemerintah Malaysia dalam pengelolaan wilayah perbatasan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN PERGURUAN TINGGI DALAM KAWASAN PERBATASAN KAWASAN NEGARA 1) Dr. Bambang Istijono, ME 2)

MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN PERGURUAN TINGGI DALAM KAWASAN PERBATASAN KAWASAN NEGARA 1) Dr. Bambang Istijono, ME 2) MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN PERGURUAN TINGGI DALAM KAWASAN PERBATASAN KAWASAN NEGARA 1) Dr. Bambang Istijono, ME 2) ABSTRAK Pengelolaan wilayah perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil terluar, selama ini

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2017 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Kementerian Pariwisata. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN Ir. Sunarsih, MSi Pendahuluan 1. Kawasan perbatasan negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan dan pembangunan suatu daerah haruslah disesuaikan dengan potensi yang dimiliki daerah bersangkutan dan inilah kunci keberhasilan program pengembangan

Lebih terperinci

PENGERTIAN, LINGKUP & KEBIJAKAN PERENCANAAN WILAYAH PERBATASAN (MKP 3) aris SUBAGIYO

PENGERTIAN, LINGKUP & KEBIJAKAN PERENCANAAN WILAYAH PERBATASAN (MKP 3) aris SUBAGIYO PENGERTIAN, LINGKUP & KEBIJAKAN PERENCANAAN WILAYAH PERBATASAN (MKP 3) aris SUBAGIYO PENGERTIAN Tipologi wilayah (Rustiadi, 2007): Wilayah homogen, faktor-faktor dominan wilayah homogen. Wilayah sistem/fungsional,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN SANGGAU

GAMBARAN UMUM KABUPATEN SANGGAU PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU PROPINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI SANGGAU Mei 2015 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SANGGAU Kabupaten terluas keempat di Prov. Kalbar, terletak 265 km timur Pontianak Luas wilayah Posisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakekat pembangunan dalam suatu wilayah adalah proses multidimensional yang mencakup perubahan yang mendasar meliputi strukturstruktur sosial, sikap-sikap masyarakat

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko. RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, 2005. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat. Di Bawah bimbingan E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

BAB III ISU DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN

BAB III ISU DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN BAB III ISU DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN Pada bagian ini dipaparkan berbagai isu dan permasalahan yang dihadapi kawasan perbatasan, baik perbatasan darat maupun laut. Agar penyelesaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN KEMENTERIAN DESA, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN NASIONAL PERCEPATAN TAHUN 2015-2019 ? adalah daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan

Lebih terperinci

SENGKETA-SENGKETA PERBATASAN DI WILAYAH DARAT INDONESIA. Muthia Septarina. Abstrak

SENGKETA-SENGKETA PERBATASAN DI WILAYAH DARAT INDONESIA. Muthia Septarina. Abstrak SENGKETA-SENGKETA PERBATASAN DI WILAYAH DARAT INDONESIA Muthia Septarina Abstrak Sengketa perbatasan antar negara merupakan suatu ancaman yang konstan bagi keamanan dan perdamaian bukan hanya secara nasional

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb No.580, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Pengamanan Perbatasan. Pengerahan Tentara Nasional Indonesia. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGERAHAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Perkembangan Wilayah Perkembangan suatu wilayah merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan, yang bertujuan untuk memacu perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk mengembangkan daerah dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah, antar

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel 14 IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret-April 2009. Tempat penelitian berlokasi di Kota Sabang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 4.2 Metode Penelitian

Lebih terperinci

TANTANGAN PENGEMBANGAN INFSRASTRUKTUR PERMUKIMAN DI KAWASAN PERBATASAN ANTAR NEGARA Studi Kasus : Pulau Nunukan

TANTANGAN PENGEMBANGAN INFSRASTRUKTUR PERMUKIMAN DI KAWASAN PERBATASAN ANTAR NEGARA Studi Kasus : Pulau Nunukan TANTANGAN PENGEMBANGAN INFSRASTRUKTUR PERMUKIMAN DI KAWASAN PERBATASAN ANTAR NEGARA Studi Kasus : Pulau Nunukan Oleh Kuswara Peneliti Muda Bidang Tata Ruang Bangunan dan Kawasan Puslitbang Permukiman Departemen

Lebih terperinci

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU GAMBARAN UMUM WILAYAH - Provinsi Kepulauan Riau dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya sektor pariwisata. Pembangunan bidang pariwisata

Lebih terperinci

1 Informasi tersebut diambil dari sebuah artikel yang dimuat di website:

1 Informasi tersebut diambil dari sebuah artikel yang dimuat di website: BAB I Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Masalah (perbatasan darat Indonesia Malaysia) Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau yang berbatasan langsung dengan negara lain, yaitu Malaysia. Pulau ini terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

Profil Tata Ruang. Provinsi Kalimantan Barat

Profil Tata Ruang. Provinsi Kalimantan Barat Profil Tata Ruang Provinsi Kalimantan Barat Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Profil Tata Ruang Provinsi Direktorat

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN

PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN Oleh: Dr. Suprayoga Hadi Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, BAPPENAS 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang berbatasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan Indonesia seluas 120,35 juta hektar merupakan salah satu kelompok hutan tropis ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan Zaire, yang mempunyai fungsi utama sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam melaksanakan pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dimana prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI PERATURAN PRESIDEN NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DAN PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG BERTUGAS DALAM OPERASI PENGAMANAN PADA PULAU-PULAU KECIL

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN. Secara jelas telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32

BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN. Secara jelas telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32 BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN Secara jelas telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa misi terpenting dalam pembangunan adalah untuk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi hanya dipandang pasif dan bahkan hanya dianggap sebagai unsur penunjang semata. Peranan utama pertanian dianggap hanya sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Konsep pengembangan wilayah mengandung prinsip pelaksanaan kebijakan desentralisasi dalam rangka peningkatan pelaksanaan pembangunan untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan akhir dari studi yang dilakukan dan beberapa saran dan rekomendasi terhadap studi lanjutan pengembangan pariwisata daerah studi. Kesimpulan berupa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Tahun 2010 Kabupaten Sintang sudah berusia lebih dari setengah abad. Pada usia ini, jika merujuk pada indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BUKU III RPJMN TAHUN PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN : MEMPERKUAT SINERGI ANTARA PUSAT-DAERAH DAN ANTARDAERAH

DAFTAR ISI BUKU III RPJMN TAHUN PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN : MEMPERKUAT SINERGI ANTARA PUSAT-DAERAH DAN ANTARDAERAH DAFTAR ISI BUKU III RPJMN TAHUN 2010-2014 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN : MEMPERKUAT SINERGI ANTARA PUSAT-DAERAH DAN ANTARDAERAH BAB.I ARAH KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN WILAYAH 2010-2014 1.1 Pendahuluan...

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

Pembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan

Pembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan Rilis PUPR #1 18 Juli 2017 SP.BIRKOM/VII/2017/352 Pembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan Yogyakarta--Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki

Lebih terperinci

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand). GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 24 Sesi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG : 2 A. PENGERTIAN NEGARA BERKEMBANG Negara berkembang adalah negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi rendah, standar

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Ekonomi di Kabupaten Rokan Hulu Identify of Economic s Potency in Rokan Hulu Regency.

Identifikasi Potensi Ekonomi di Kabupaten Rokan Hulu Identify of Economic s Potency in Rokan Hulu Regency. Identifikasi Potensi Ekonomi di Kabupaten Rokan Hulu Identify of Economic s Potency in Rokan Hulu Regency. Rahmanisyak Program Studi Manajemen / S1 Universitas Pasir Pengaraian ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan sebaliknya, Provinsi Riau akan menjadi daerah yang tertinggal

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan sebaliknya, Provinsi Riau akan menjadi daerah yang tertinggal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila dicermati kembali proses pemekaran Provinsi Riau menjadi Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau, ada dua perkiraan yang kontradiktif bahwa Provinsi Riau Kepulauan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

UPAYA-UPAYA PENANGANAN WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA-PAPUA NEW GUINEA OLEH BADAN PENGELOLA PERBATASAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI PROVINSI PAPUA

UPAYA-UPAYA PENANGANAN WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA-PAPUA NEW GUINEA OLEH BADAN PENGELOLA PERBATASAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI PROVINSI PAPUA UPAYA-UPAYA PENANGANAN WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA-PAPUA NEW GUINEA OLEH BADAN PENGELOLA PERBATASAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI PROVINSI PAPUA ANNISA WANGGAI ABSTRAK Penelitian ini berjudul Upaya

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN 2005-2014 Sri Hidayah 1) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Uniersitas Siliwangi SriHidayah93@yahoo.com Unang 2) Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

LAMPIRAN II RENCANA KERJA PENATAAN RUANG UNTUK PEMANTAPAN KEAMANAN NASIONAL (PENANGANAN KAWASAN PERBATASAN)

LAMPIRAN II RENCANA KERJA PENATAAN RUANG UNTUK PEMANTAPAN KEAMANAN NASIONAL (PENANGANAN KAWASAN PERBATASAN) LAMPIRAN II RENCANA KERJA PENATAAN RUANG UNTUK PEMANTAPAN KEAMANAN NASIONAL (PENANGANAN KAWASAN PERBATASAN) 1 2 3 4 5 1. INDONESIA MALAYSIA. Garis batas laut dan 1. Departemen Pertahanan (Action - Anggaran

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG 5.1 Analisis SWOT Analisis strengths, weakness, oppurtunities dan threats (SWOT) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan

Lebih terperinci

PERDAGANGAN ORANG (TRAFFICKING) TERUTAMA PEREMPUAN & ANAK DI KALIMANTAN BARAT

PERDAGANGAN ORANG (TRAFFICKING) TERUTAMA PEREMPUAN & ANAK DI KALIMANTAN BARAT PERDAGANGAN ORANG (TRAFFICKING) TERUTAMA PEREMPUAN & ANAK DI KALIMANTAN BARAT BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, ANAK, MASYARAKAT DAN KELUARGA BERENCANA PROVINSI KALIMANTAN BARAT JL. SULTAN ABDURRACHMAN NO.

Lebih terperinci

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI 28 Februari 2011 Indonesia memiliki keunggulan komparatif

Lebih terperinci

BAB III KONDISI PERBATASAN INDONESIA DAN MALAYSIA DI KALIMANTAN

BAB III KONDISI PERBATASAN INDONESIA DAN MALAYSIA DI KALIMANTAN BAB III KONDISI PERBATASAN INDONESIA DAN MALAYSIA DI KALIMANTAN Pada bab 3 ini membahas masalah-masalah di akibatkan oleh penyelundupan narkoba di Provinsi-provisni yang berbatasan langsung dengan Malaysia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setelah Mahkamah Hukum Internasional menjatuhkan putusan kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia pada tanggal 17 Desember 2002, Indonesia memasuki suatu

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Dalam hierarki struktur pemerintahan, desa adalah menempati posisi terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi terdepan dan langsung

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI B A B BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berbagai upaya ditempuh untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, pengurangan pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan antarwilayah Dalam konteks pembanguan saat ini,

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS KEMAMPUAN FASILITAS PELAYANAN DAN HIRARKI PUSAT PENGEMBANGAN WILAYAH DI WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU

VIII. ANALISIS KEMAMPUAN FASILITAS PELAYANAN DAN HIRARKI PUSAT PENGEMBANGAN WILAYAH DI WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU VIII. ANALISIS KEMAMPUAN FASILITAS PELAYANAN DAN HIRARKI PUSAT PENGEMBANGAN WILAYAH DI WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 8.1. Kemampuan Fasilitas Pelayanan Pusat Pengembangan Analisis kemampuan fasilitas

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN

Lebih terperinci

Markas Komando Daerah Militer di Pontianak BAB I PENDAHULUAN

Markas Komando Daerah Militer di Pontianak BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdiri dari ribuan pulau yang terbentang di khatulistiwa serta terletak pada posisi silang yang sangat

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA KUNJUNGAN PASIS SESKOAU

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA KUNJUNGAN PASIS SESKOAU 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA KUNJUNGAN PASIS SESKOAU Yang saya hormati: Hari : Selasa Tanggal : 2 September 2008 Pukul : 10.30 WIB Tempat : Balai Petitih - Komandan Sekolah Staf dan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10 REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Serawak-Malaysia yaitu Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau,

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi merupakan visualisasi dari apa yang ingin dicapai oleh Kota Sorong dalam 5 (lima) tahun mendatang melalui Walikota dan Wakil Walikota terpilih untuk periode

Lebih terperinci

Indikator Pelayanan Sosial Dasar di Desa

Indikator Pelayanan Sosial Dasar di Desa SASARAN STRATEGIS TAHUN 2019 AGENDA NAWA CITA 3 "PENGENTASAN 5000 DESA TERTINGGAL, MEWUJUDKAN 2000 DESA MANDIR" PermenDesa PDTT No 2 Tahun 2016 INDEKS DESA MEMBANGUN (Sosial, Ekonomi, Ekologi) Indikator

Lebih terperinci

Pembangunan Kawasan Perbatasan Kalimantan Timur Rabu, 08 April 2009

Pembangunan Kawasan Perbatasan Kalimantan Timur Rabu, 08 April 2009 Pembangunan Kawasan Perbatasan Kalimantan Timur Rabu, 08 April 2009 Adri Patton Direktur Program Magister Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman, Samarinda,

Lebih terperinci

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan satuan kasus adalah sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal. Studi kasus adalah metode

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sambas dengan luas wilayah 6.395,70 km 2 atau 639.570 Ha (4,36% dari luas wilayah propinsi Kalimantan Barat), merupakan wilayah kabupaten

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari s/d Juli 2007 di Kabupaten Jayapura dan Merauke Provinsi Papua.

3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari s/d Juli 2007 di Kabupaten Jayapura dan Merauke Provinsi Papua. 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari s/d Juli 2007 di Kabupaten Jayapura dan Merauke Provinsi Papua. 3.2 Identifikasi kegiatan IUU-Fishing

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci