ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN PETUGAS LINEN LAUNDRY TERHADAP SOP PENCUCIAN LINEN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT X DI YOGYAKARTA TAHUN 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN PETUGAS LINEN LAUNDRY TERHADAP SOP PENCUCIAN LINEN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT X DI YOGYAKARTA TAHUN 2013"

Transkripsi

1 ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN PETUGAS LINEN LAUNDRY TERHADAP SOP PENCUCIAN LINEN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT X DI YOGYAKARTA TAHUN 2013 Eskariana Nugraheni, Surahma Asti Mulasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta * rahmasti_fkmuad@yahoo.com ABSTRACT Background : An hospital functioning as an effort of health recovery which performed health service had actually both positive and negative impact on the surrounding environment. The X hospital of Yogyakarta had its own laundry service. Based on the observation conducted on 20 th January 2013 in X hospital of Yogyakarta at the laundry section, it was found that there was a problem concerning about some staff who ignored SOP in linen laundry. Staffs should perform on the basis of SOP in The X hospital of Yogyakarta, which set the right and good process of linen laundry. If the staffs didn t conform to the SOP of linen laundry in The X hospital of Yogyakarta it would cause disease. This study aimed at identifying the process of linen laundry and the obedient of the staffs on the SOP of linen laundry in The X hospital of Yogyakarta. Method : This study was a descriptive study. The subject of this study was a staff of linen laundry, while the object of this study was an unit of linen and laundry of The X hospital of Yogyakarta. Result : The result of this study indicated that the process of linen laundry in The X hospital of Yogyakarta started from measuring of the linen, diving, changing or adding of detergent, softener adding, squeezing and drying. SOP of laundry of light and heavy dirty linen had been done thoroughly, and SOP of laundry of infectious dirty linen hadn t been done thoroughly by the staff. Conclusion : The conclusion of this study were : (1) The process of linen laundry in RSU Muhammadiyah Yogayakarta Hospital has matched with the existing SOP of laundry. (2) The staff conformed with the laundry SOP of light dirty linen and heavy dirty linen. (3) the staff didn t obey the laundry SOP of infectious linen. Keywords : Obedient, SOP, Linen

2 PENDAHULUAN Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. 1 Peningkatan mutu pelayanan dapat dilaksanakan melalui pengembangan sarana dan prasarana rumah sakit, pengadaan peralatan, dan ketenagaan serta perangkat lainnya, termasuk pengelolaan kebutuhan dan persediaan linen di ruang rawat inap rumah sakit. Rumah sakit sebagai suatu sistem terpadu terdiri dari berbagai subsistem yang paling terkait. Subsistem yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan linen adalah bagian laundry METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran proses pencucian linen dan gambaran mengenai tingkat kepatuhan petugas linen laundry terhadap SOP pencucian linen laundry kotor ringan, kotor berat, dan kotor infeksius di Rumah Sakit X Yogyakarta. (binatu), mulai dari perencanaan, pencucian linen kotor menjadi linen bersih yang dapat membuat pasien nyaman dan mencegah penyebaran infeksi. 2 Rumah Sakit X Yogyakarta telah memiliki sarana laundry sendiri artinya dalam pengelolaan linen tidak bekerja sama dengan pihak ketiga. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 20 Januari 2013 di Rumah Sakit X Yogyakarta di bagian laundry, ditemukan permasalahan yaitu ada beberapa petugas yang mengabaikan SOP pencucian linen Laundry. Seharusnya petugas mematuhi SOP yang ada di Rumah Sakit X Yogyakarta yang mengatur tentang proses pencucian linen yang baik dan benar. Jika petugas tidak mematuhi SOP maka akan menyebabkan penyebaran penyakit, khususnya pada linen kotor berat. Dengan demikian, maka peneliti berminat untuk meneliti tentang Analisis Tingkat Kepatuhan Petugas Linen Laundry Terhadap SOP Pencucian Linen Laundry di Rumah Sakit X Yogyakarta Tahun Subjek dalam penelitian ini adalah petugas pencucian linen laundry di Rumah Sakit X Yogyakarta. Jumlah petugas bagian pencucian linen menurut Kepala Unit Linen dan Laundry adalah 1 orang petugas inti dan dibantu 2-3 orang setiap jam kerjanya. Objek pada penelitian ini yaitu Unit Linen dan Laundry di Rumah Sakit X Yogyakarta.

3 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu panduan wawancara dan Panduan observasi (checklist) yang mengacu pada SOP pencucian linen di Unit Linen dan Laundry Rumah Sakit X Yogyakarta. Data yang diperoleh dari hasil penelitian nantinya akan dianalisis dengan teknik analisis kualitatif dan dilakukan uji triangulasi data. Analisis Kualitatif yaitu suatu proses berfikir induktif yang bertitik tolak dan data yang terkumpul kemudian disimpulkan. Proses berfikir induktif ini dimulai dari keputusankeputusan khusus (data yang terkumpul) kemudian diambil secara umum. 3 Triangulasi data yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber dan teknik. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1) Gambaran Proses Pencucian Linen di RS X Yogyakarta a) Proses pencucian linen kotor ringan Berikut ini adalah bagan tahapan pencucian linen kotor ringan: Gambar 3. Tahapan pencucian linen kotor ringan Gambar 3 menunjukkan tahapan proses pencucian linen kotor ringan di Unit Linen dan Laundry RS X Yogyakarta yaitu dimulai dari petugas linen menimbang berat linen yang akan dicuci, petugas linen memasukkan linen kedalam mesin cuci kemudian ditambahkan air dan merendamnya selama 5 menit. Petugas linen mengganti air tersebut dengan air panas dan menambahkan deterjen untuk proses pencucian. Lama waktu pencucian sekitar 15 menit. Setelah itu petugas linen melakukan pembilasan 2 kali, dan pada pembilasan terakhir ditambahkan softener. Kemudian yang terakhir, linen diperas dan dimasukkan kedalam mesin pengering. Berikut ini adalah hasil wawancara kepada petugas linen tentang tahapan proses pencucian linen kotor ringan, yaitu: Pertama kan yang biasanya ditimbang dulu. Satu mesin beratnya 45 kg, itu dimasukkan dulu ke istilahnya prewash alat cuci, setelah itu dibuang, diisi air lagi tu air ya kira-kira menurut.. sepertiga dan apa itu.. tabung mesin, dikasih bahan cucinya kira-kira untuk.. sudah ada ketentuannya mbak. Dikasih bahan

4 cucinya, sabun sama apa itu yang kemudian yang terakhir dibilas, biasanya mengandung klorin itu. Pembilasan setelah diapa.. stelah air mbak dibilas dua kali pake pewangi pelembut. pencucian dibuang dibilas dua kali, b) Proses pencucian linen kotor berat, meliputi tahapan sebagai berikut: Berikut ini adalah bagan tahapan pencucian linen kotor berat: Gambar 4. Tahapan pencucian linen kotor berat Gambar 4 menunjukkan tahapan proses pencucian linen kotor berat di Unit Linen dan Laundry RS X Yogyakarta yaitu dimulai dari petugas linen menimbang berat linen yang akan dicuci, petugas linen memasukkan linen kedalam mesin cuci kemudian ditambahkan air dan merendamnya selama 5 menit. Noda yang menempel pada linen seperti darah, kotoran, dan lain sebagainya disikat sampai hilang nodanya. Setelah itu, petugas linen mengganti air tersebut dengan air panas dan menambahkan deterjen untuk proses pencucian. Lama waktu pencucian sekitar 30 menit. Petugas linen melakukan pembilasan 2 kali, dan pada pembilasan terakhir ditambahkan softener. Kemudian yang terakhir petugas linen mematikan mesin dan mengangkat linen untuk diperas kemudian dimasukkan kedalam mesin pengering. Berikut ini adalah hasil wawancara kepada petugas linen tentang tahapan proses pencucian linen kotor berat, yaitu: Sama semua, ditimbang dulu. Prosesnya itu biasanya khusus, kadang tidak sekaligus. Kalo banyak tu campuran apa.. darah atau kotoran yang lain seperti tinja itu.. biasanya sampai 2 kali dosisnya. Setelah air yang keluar itu jernih, tidak berbau dan tidak ada warna darah campur anu tu.. lalu dikasih apa itu.. obat cuci sabun atau klorin. Dan itu dosis biasanya sampai lebih dari 2 sampai 3 lebih dosis untuk kotoran ringan itu. Dan untuk proses pembilasan sama. Diganti. Setiap proses ganti. Yang untuk pembilasan satu, yang pembilasan kedua airnya juga diganti semua.

5 Ya, air panas dan disikat. Dan yang tadi saya hampir lupa yang untuk proses pencucian itu memakai air panas. Ya terakhir sama, ditambah pelembut dan pewangi. proses terakhir itu sebelum masuk ke proses pemerasan. Biasa itu memakai air panas untuk waterwash yang 80 derajat. Sama, sama 2 kali pembilasan dan setiap pembilasan yang pengopyokan atau prewasah itu yang berbeda. Yang kotor berat biasanya sampe 2 kali pengopyokan atau prewasah 2 kali. c) Proses pencucian linen kotor infeksius, meliputi tahapan sebagai berikut: Berikut ini adalah bagan tahapan pencucian linen kotor infeksius: Gambar 5. Tahapan pencucian linen kotor infeksius Gambar 5 menunjukkan tahapan proses pencucian linen kotor berat di Unit Linen dan Laundry RS X Yogyakarta yaitu dimulai dari petugas linen menimbang berat linen yang akan dicuci, kemudian linen dimasukkan kedalam ember khusus yang berisi campuran brodklin dan herviklir dengan air panas selama minimal 2 jam. Petugas linen memasukkan linen kedalam mesin cuci kemudian ditambahkan air dan merendamnya selama 5 menit. Kemudian petugas linen mengganti air tersebut dengan air panas dan menambahkan deterjen untuk proses pencucian. Lama waktu pencucian sekitar 20 menit. Petugas linen melakukan pembilasan 2 kali, dan pada pembilasan terakhir ditambahkan softener. Kemudian yang terakhir, petugas linen mematikan mesin dan mengangkat linen untuk diperas kemudian dimasukkan kedalam mesin pengering. Berikut ini adalah hasil wawancara kepada petugas linen tentang tahapan proses pencucian linen kotor infeksius, yaitu: Itu biasanya dari, dari bangsal dan tempat pasien sudah ada. Apa itu.. khusus, wadah khusus. Kalo yang infeksius itu tidak langsung mesin cuci, tapi di apa.. Dibedakan warna, direndam dulu pake..

6 Semua air panas 24 jam, selama 24 jam perendaman. Itu langsung di apa.. kalo linen infeksius yang datang langsung dimasukkan kedalam ember khusus, embernya khusus, dan itu dikasih air panas lalu direndam dengan larutan klorin sama anu.. yang mengandung disinfektan. Infeksius dengan air panas semuanya, air dingin itu untuk proses pembilasan dan pelembut dan pewangi. Kalo yang infeksius dan cuci berat langsung pake air panas. Untuk yang linen putih itu lebih banyak penghilang nodanya kalo yang warna tidak soalnya dapat ngerusak warna. Penetralnya tergantung apa itu, tingkat kekotorannya. Ya softener untuk pewangi dan pelembut itu. 2) Tingkat Kepatuhan Petugas Linen Laundry Terhadap SOP Pencucian Linen Laundry Kotor Ringan, Kotor Berat, dan Kotor Infeksius di Rumah Sakit X Yogyakarta a) Hasil Observasi Kepatuhan Petugas Linen Terhadap SOP Observasi atau pengamatan penelitian ini dilakukan kepada petugas linen yang bertugas pada jam kerja pagi tanggal 3 Mei 2013 yang berjumlah 4 orang. Berikut ini adalah hasil observasi di lapangan tentang kepatuhan petugas linen terhadap SOP pencucian linen di Unit Linen dan Laundry RS Yogyakarta: Tabel 4. Hasil Observasi Kepatuhan Petugas Linen Terhadap SOP Pencucian Linen Kotor Ringan di Unit Linen dan Laundry RS X Yogyakarta Tahun 2013 A. Linen Kotor Ringan No SOP Hasil Keterangan 1 Penimbangan a. Menimbang linen kotor seberat 45 kg 2 Pembasahan a. Mengisi air bersih di bak mesin cuci ¾ volume bak mesin b. Melakukan pembasahan selama 5 menit c. Membuang air dingin dan mengganti air panas ¾ volume bak mesin 3 Pencucian a. Melakukan pencucian selama 15 menit dengan menambah bahan cucian ditambah bahan penghilang noda Petugas menimbang linen kotor Mengisi air bersih di bak mesin cuci ¾ volume bak mesin Melakukan pembasahan Membuang air dingin dan mengganti air panas ¾ volume bak mesin Melakukan pencucian selama 15 menit dengan menambah bahan cucian ditambah bahan penghilang noda X Berat timbangan disesuaikan dengan jumlah linen setiap harinya b. Membilas dengan air Membilas dengan air bersih

7 bersih selama 2x masing-masing pembilasan selam 5 menit c. Pembilasan ketiga ditambahkan pewangi dan pelembut diproses selama 5 menit selama 2x masing-masing pembilasan selam 5 menit Pembilasan ketiga ditambahkan pewangi dan pelembut diproses selama 5 menit d. Mematikan mesin Mematikan mesin e. Mengangkat linen dan Mengangkat linen dan memeras linen memeras linen Tabel 5. Hasil Observasi Kepatuhan Petugas Linen Terhadap SOP Pencucian Linen Kotor Berat di Unit Linen dan Laundry RS X Yogyakarta Tahun 2013 B. Linen Kotor Berat No SOP Hasil Keterangan 1 Penimbangan a. Menimbang linen kotor seberat 45 kg 2 Pembasahan a. Melakukan pembasahan selama 5 menit b. Menyikat noda yang menempel c. Melakukan pembasahan selama 5 menit d. Membuang air dingin dan mengganti air panas ¾ volume bak mesin 3 Pencucian a. Mencuci selama 30 menit dengan menambah bahan cucian dan ditambah bahan pengilang noda b. Membilas dengan air bersih selama 2x masing-masing pembilasan selam 5 menit c. Pembilasan ketiga ditambahkan pewangi dan pelembut diproses selama 5 menit Petugas menimbang linen kotor Melakukan pembasahan Menyikat noda yang menempel Melakukan pembasahan Membuang air dingin dan mengganti air panas ¾ volume bak mesin Mencuci selama 30 menit dengan menambah bahan cucian dan ditambah bahan pengilang noda Membilas dengan air bersih selama 2x masing-masing pembilasan selam 5 menit Pembilasan ketiga ditambahkan pewangi dan pelembut diproses selama 5 menit Berat timbangan disesuaikan dengan jumlah linen setiap harinya d. Mematikan mesin Mematikan mesin e. Mengangkat linen Mengangkat linen dan dan memeras linen memeras linen Tabel 6. Hasil Observasi Kepatuhan Petugas Linen Terhadap SOP Pencucian Linen Kotor Infeksius di Unit Linen dan Laundry RS X Yogyakarta Tahun 2013 C. Linen Kotor Infeksius No SOP Hasil Keterangan 1 Penimbangan a. Memisahkan linen kotor infeksius antara yang berwarna dan Linen kotor infeksius warna dan putih dipisahkan

8 putih 2 Perendaman a. Mengguyur linen kotor dengan air b. Merendam linen kotor putih dengan chlorine 50 cc/50 liter air suhu 70 C selama 5 menit c. Memasukkan linen kotor infeksius putih ke dalam mesin cuci Mincer d. Memasukkan linen infeksius berwarna ke dalam mesin cuci Sunlight e. Menambahkan air dingin ¾ dari isi mesin cuci f. Melakukan pembasahan selama 5 menit 3 Pencucian a. Membuang air dan diisi ulang air panas 70 C sebanyak ½ isi mesin cuci b. Memasukkan deterjen 350 gram dan menambahkan penghilang noda 350 ml untuk linen putih dan bleach 350 ml untuk linen berwarna c. Melakukan proses pencucian selama 20 menit d. Membuang air dan mengisi ulang dengan air dingin sebanyak ¾ permukaan mesin cuci e. Menambahkan penetral 150 gram dan mendiamkan selama 7 menit f. Membuang air dan mengisi dengan air dingin ½ dari isi mesin cuci dan menambahkan softener 200 ml 4 Pembilasan a. Melakukan proses pembilasan selama 5 menit Mengguyur linen kotor dengan air Merendam linen dengan air panas ditambah brodklyn dan herviklir Pencucian dilakukan mesin cuci yang sama Pencucian dilakukan mesin cuci yang sama Menambahkan air dingin ¾ dari isi mesin cuci Melakukan selama 5 menit pembasahan Membuang air dan diisi ulang air panas 70 C sebanyak ½ isi mesin cuci Memasukkan deterjen dan penghilang noda Melakukan proses pencucian selama 20 menit Membuang air dan mengisi ulang dengan air dingin sebanyak ¾ permukaan mesin cuci Menambah penetral Membuang air dan mengisi dengan air dingin ½ dari isi mesin cuci dan menambahkan softener Melakukan proses pembilasan selama 5 menit Adanya penggantian zat pengehilang noda yaitu chlorine di ganti brodklyn dan herviklir Tidak sesuai Tidak sesuai b. Membuang air Membuang air c. Memeras cucian Memeras cucian Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat ketidakpatuhan petugas linen laundry mematuhi SOP yaitu pada petugas bagian pencucian linen kotor infeksius, sedangkan pada pencucian kotor ringan dan

9 kotor berat petugas dapat mematuhi SOP yang ada. Pembahasan Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda (bersih), awet (tidak cepat rapuh), namun memenuhi persyaratan sehat yaitu bebas dari mikroorganime pathogen. 4 Standar Opeasional Prosedur (SOP) pencucian linen adalah aturan atau pedoman untuk menjelaskan prosedur dalam pelaksanaan pencucian linen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran proses pencucian linen dan tingkat kepatuhan petugas linen terhadap Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1995 pasal 3 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit bagi setiap rumah sakit yang : 1. Telah beroperasi sebelum dikeluarkannya keputusan ini, berlaku baku Mutu Limbah cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran A dan wajib memenuhi Baku mutu limbah cair sebagaimana tersebut dalam lampiran B selambat-lambatnya tanggal 1 Januari Tahap perencanaannya dilakukan sebelum dikeluarkannya keputusan ini, dan beroperaasi setelah dikeluarkannya keputusan ini, berlaku baku Mutu Limbah Cair lampiran A dan wajib SOP pencucian linen di Unit Linen dan Laundry RS X Yogyakarta. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dan observasi atau pengamatan yang dilakukan pada petugas bagian pencucian. Jumlah petugas bagian pencucian adalah 1 petugas inti dan dibantu 2-3 orang petugas lainnya karena rata-rata jumlah linen yang dicuci setiap harinya adalah ±500 kg sehingga membutuhkan jumlah tenaga yang banyak. memenuhi Baku Mutu Limbah cair lampiran B selambat-lambatnya tanggal 1 Januari tahun Tahap perencanaannya dilakukan dan beroperasi setelah dikeluarkannya keputusan ini berlaku Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam lampiran B. 5 Proses pencucian linen di RS X Yogyakarta dimulai dari linen kotor yang berasal dari berbagai unit di RS PKU dikumpulkan dipisahkan menjadi dua macam linen yaitu linen infeksius dan linen non infeksius (kotor ringan dan berat). Linen yang telah dikumpulkan tadi kemudian diterima petugas penerima linen kotor dan dibawa ke unit laundry. Setelah sampai di unit laundry, linen-linen tersebut kemudian disortir, dihitung berdasarkan

10 jenisnya dan kemudian dilakukan penimbangan. Setelah dilakukan proses penimbangan, linen kemudian masuk dalam tahap pencucian. 1) Proses Pencucian Linen di RS X Yogyakarta a) Proses Pencucian Linen Kotor Non Infeksisus (Kotor Ringan dan Berat) Linen kotor non infeksisus (kotor ringan dan berat) adalah linen yang mesin pencuci setiap kali cucinya. Mesin cuci yang ada di RS X ada 3 unit yaitu 2 tidak terkontaminasi oleh darah, cairan unit berkapasitas 80 kg dan 1 unit tubuh dan feses yang berasal dari pasien berkapasitas 10 kg. lainnya (bukan pasien penyakit infeksi) secara rutin, meskipun mungkin linen Penimbangan sesuai dengan kapasitas dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan yang diklasifikasikan dari seluruh bahan-bahan kimia dalam proses pencucian. 4 pasien berasal dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi. 4 Proses pencucian linen kotor ringan dan berat hampir sama Setelah penimbangan, kemudian linen dimasukkan ke dalam mesin cuci untuk dilakukan perendaman dengan air biasa yaitu dimulai dari penimbangan, selama 5 menit. Tujuan perendaman ini perendaman, penggantian air & yaitu untuk menghilangkan noda kering penambahan deterjen, pembilasan & penambahan softener, dan pemerasan & pengeringan. Perbedan dari pencucian yang menempel. Selain perendaman, untuk pencucian linen kotor berat dilakukan penyikatan agar noda yang sukar dapat tersebut hanya pada dosis bahan dihilangkan. penghilang noda dan waktu Setelah perendaman, air untuk pencuciannya. Dosis bahan penghilang noda untuk pencucian linen kotor berat 2-3 kali lipat dari dosis untuk pencucian linen kotor ringan agar kotoran mudah hilang. Waktu pencucian linen berbeda tergantung dari jenis linen yang dicuci, perendaman diganti dengan air panas dan ditambahkan deterjen atau bahan penghilang noda sesuai dengan tingkat kekotorannya yaitu untuk pencucian linen kotor berat 2-3 kali dosis untuk pencucian linen kotor ringan. Pemakaian air panas bertujuan untuk misalnya untuk mencuci ringan membantu fungsi dari deterjen yaitu dilakukan selama 15 menit sedangkan untuk pencucian linen kotor berat sekitar 30 menit. menghilangkan noda agar lebih cepat. Proses ini berlangsung selama 15 menit untuk pencucian linen kotor ringan dan 30 Penimbangan dilakukan untuk menit untuk pencucian linen kotor berat. mengetahui berat linen kotor yang akan dicuci karena keterbatasan kapasitas Waktu perlu diperhatikan karena waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan

11 dengan temperatur dan bahan kimia guna mencapai hasil cucian yang bersih dan sehat. Jika waktu tidak tidak tercapai sesuai yang dipersyaratkan, maka kerja bahan kimia tidak berhasil dan yang terpenting mikroorganisme dan jenis pests seperti kutu dan tungau dapat mati. 4 Tahap selanjutnya yaitu dilakukan pembilasan sebanyak 2 kali dengan air biasa yang bertujuan agar sisa-sisa deterjen atau penghilang noda hilang. Kemudian melakukan pembilasan terakhir dengan ditambahkan softener agar linen bersih dan wangi. Tahap terakhir kegiatan yang ada di ruang pencucian adalah pemerasan sekaligus pengeringan linen. Pemerasan dan pengeringan dilakukan di mesin peras b) Proses Pencucian Linen Kotor Infeksius Linen kotor infeksius adalah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh atau feses terutama yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi salmonella dan shigella (sekresi dan ekskresi), HBV, dan HIV (jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya yang spesifik (SARS) dimasukkan ke dalam dengan kantung segel yang dapat terlarut di air dan kembali ditutup dengan kantung luar berwarna kuning bertuliskan infeksi. 4 Proses pencucian linen kotor infeksius hampir sama dengan pencucian linen kotor ringan yaitu dimulai dari penimbangan, perendaman, penggantian air & penambahan deterjen, pembilasan & dan pengering. Jumlah mesin peras dan pengering di RS X Yogyakarta sebanyak 2 unit mesin peras dengan kapasitas 80 kg dan 2 unit mesin pengering dengan kapasitas 80 kg. Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap pencucian selesai. Lama proses pemerasan selama 5-8 menit dengan mesin pada putaran tinggi, sedangkan pengeringan dilakukan dengan mesin pengering yang mempunyai suhu 70 0 C selama 10 menit. 4 Setelah proses pencucian selesai, linen kemudian dibawa ke bagian proses finishing untuk dilakukan pengerolan, penyetrikaan dan pelipatan. Setelah selesai dilipat, linen disimpan di tempat penyimpanan sementara sebelum akhirnya didistribusikan ke bangsal-bangsal sesuai dengan fungsinya masing-masing. penambahan softener, dan pemerasan & pengeringan. Perbedaaan terletak pada sebelum tahap perendaman di mesi cuci dilakukan perendaman terlebih dahulu di dalam ember khusus yang berisi campuran bahan disinfektan dan air panas yang berguna untuk menetralkan linen yang terkontaminasi infeksi. Lama perendaman di ember khusus ini dilakukan selama 24 jam. Permasalahan dari pengelolaan tempat pencucian linen di Unit Linen dan Laundry RS X Yogyakarta terletak pada keterbatasan alat dan minimnya

12 pengawasan. Keterbatasan alat yaitu ditujukan untuk memberikan informasi kurangnya jumlah mesin cuci, misalnya untuk pencucian linen kotor infeksius seharusnya dipisah dengan mesin cuci yang digunakan untuk pencucian linen tentang sebab dan akibat dari suatu kebijakan yang sedang diimplementasikan dengan tujuan: (1) Menjaga agar kebijakan yang sedang kotor ringan dan berat. dimplementasikan sesuai dengan Akibat dari penggunaan mesin cuci tujuan dan sasaran. yang sama bisa memungkinkan adanya (2) Menemukan kesalahan sedini infeksi karena salah satu faktor yang menimbulkan terjadinya infeksi menurut mungkin sehingga mengurangi resiko yang lebih besar. Depkes RI (2004) 4 adalah penggunaan alat (3) Melakukan tindakan yang terkontaminasi. Pengawasan perlu dilakukan pada modifikasi terhadap kebijakan apabila hasil monitoring mengharuskan untuk petugas dalam menjalankan SOP itu. pencucian agar hasil pencucian tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu linen yang bersih dan sehat. Subarsono (2009) 5 menyatakan pengawasan atau monitoring adalah aktivitas yang 2) Tingkat Kepatuhan Petugas Pencucian Linen Laundry Kepatuhan adalah tingkat seseorang membantu pihak berwenang dan dalam melaksanakan suatu aturan dalam pelaksana serta masyarakat yang terlibat dan perilaku yang disarankan. Pengertian baik secara langsung maupun tidak dari kepatuhan adalah menuruti suatu langsung untuk menentukan strategi perintah atau suatu aturan. Kepatuhan pengelolaan linen yang tepat dengan adalah tingkat seseorang dalam memperhatikan faktor-faktor khusus dan melaksanakan perawatan, pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lainnya. 6 unit yang ada pada setiap situasi, kondisi lokal, persyaratan atau peraturan yang berlaku. 4 Hasil observasi yang dilakukan Salah satu faktor yang pada unit linen RS X Yogyakarta mempengaruhi kinerja pengelolaan linen diketahui bahwa unit linen telah Rumah Sakit adalah adanya pedoman yang jelas. Tujuan dibuatnya pedoman mempunyai Standar Operasional Prosedur (SOP). tersebut adalah untuk menjelaskan Standar Operasional Prosedur prosedur dalam pelaksanaan pengelolaan (SOP) yang dimiliki RS X untuk unit linen khususnya dalam proses pencucian linen dan laundry diantaranya adalah linen. Hal ini dimaksudkan untuk membahas tentang tatacara pencucian

13 linen kotor ringan, linen kotor berat, dan linen infeksius. Hasil observasi yang dilakukan di Unit Linen dan Laundry khususnya pada proses pencucian terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan SOP yang berlaku. Proses pencucian linen kotor ringan di RS X Yogyakarta sudah sesuai dengan SOP, namun ada beberapa hal yang harus lebih diperhatikan mengenai proses penimbangan linen. Pada SOP, tertulis bahwa harus dilakukan penimbangan seberat 45 kg sebelum dimasukkan ke dalam mesin cuci. Pada pelaksanaannya, linen kotor ringan hanya ditimbang sebagai data untuk laporan. Linen bukan ditimbang untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin cuci. Setelah ditimbang, linen kotor disortir berdasarkan jenisnya (baju, handuk, selimut, dll) kemudian dimasukkan ke dalam ember-ember besar. Setelah selesai disortir, linen tersebut kemudian dicuci. Pada alur pengelolaan linen yang terdapat di RS X Yogyakarta, seharusnya dilakukan pensortiran terlebih dahulu baru setelahnya dilakukan proses penimbangan (seberat 45kg) agar sesuai dengan kapasitas mesin cuci. Proses pencucian linen kotor berat di RS X Yogyakarta hampir sama dengan proses pencucian linen kotor ringan. Hanya ada perbedaan pada proses penyikatan dan durasi pencucian. Kalau pada linen ringan tidak ada proses penyikatan dan durasi pencucian di dalam mesin cuci hanya sekitar 15 menit, sedangkan untuk linen kotor berat ada proses penyikatan untuk menghilangkan noda noda berat dan durasi pencucian di mesin cuci selama 30 menit. Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan temperatur dan bahan kimia guna mencapai hasil cucian yang bersih, sehat. Jika waktu tidak tercapai sesuai dengan yang dipersyaratkan, maka kerja bahan kimia tidak berhasil dan yang terpenting mikroorganisme dan jenis pests seperti kutu dan tungau dapat mati. 4 Proses pencucian linen kotor berat sudah sesuai SOP, namun ada beberapa hal yang harus lebih diperhatikan mengenai proses penimbangan linen seperti yang terjadi pada proses pencucian linen kotor ringan. Proses pencucian linen kotor infeksius di RS X Yogyakarta tidak sesuai dengan SOP yang berlaku di Rumah Sakit tersebut karena dalam pencucian kotoran infeksius menggunakan mesin cuci yang sama dengan mesin cuci untuk linen kotor ringan dan berat. Penggunaan mesin cuci untuk linen kotor infeksius seharusnya dibedakan dengan mesin cuci linen kotor ringan dan berat untuk meminimalisir terjadinya penyebaran penyakit. Ketidakpatuhan petugas melaksanakan SOP pencucian linen kotor infeksius di RS X Yogyakarta berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung oleh peneliti dipengaruhi oleh beban kerja petugas yang terlalu banyak dan kurangnya ketersedian sarana penunjang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kepala

14 Unit Linen dan Laundry bahwa ketidakpatuhan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut, yaitu: petugas lupa waktu, terburu-buru bekerja, beban kerja yang terlalu banyak. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Yuliza (2001) 7 yang menyimpulkan bahwa beban kerja terlalu besar dan kelengkapan sarana kesehatan yang kurang memadai dapat mempengaruhi kepatuhan bidan di desa terhadap SOP layanan antenatal di polindes Kabupaten Muara Enim. Hasil penelitian di Purbalingga 8 juga menyimpulkan bahwa beban kerja memiliki hubungan dengan tingkat kepatuhan petugas dalam pelayanan MTBS di Puskesmas Kabupaten Purbalingga. Hasil penelitian dari Retnaningsi dkk 9 juga menyimpulkan bahwa ketersediaan sarana fasilitas kesehatan berhubungan dengan tingkat kepatuhan tenaga kesehatan dalam menjalankan SOP pertolongan persalinan. Hal yang serupa juga ditemukan di RSUP. DR. Kariadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan mencuci tangan yang rendah pada petugas kesehatan di RSUP. DR. Kariadi dipengaruhi oleh beberapa faktor, daintaranya prosedur yang ada membuat semakin lama cuci tangan, ketersediaan fasilitas masih kurang memadai, dan iritasi kulit. 10 Oleh karena itu, RS X Yogyakarta khususnya pada Unit Linen dan Laundry agar mengatur kembali beban kerja petugas linen yang bertugas di bagian pencucian linen dan menambah sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan proses pencucian linen sehingga semua SOP yang ada dapat dipatuhi oleh semua petugas pencucian linen. Dampak apabila SOP pencucian yang ada tidak dipatuhi oleh petugas pencucian maka salah satu akibatnya adalah terjadinya penyebaran penyakit Infeksi Nosokomial. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan 1) Proses pencucian linen di RS X Yogyakarta sudah sesuai dengan SOP pencucian yang sudah ada. 2) Petugas patuh terhadap SOP pencucian linen kotor ringan dan kotor berat. 3) Petugas tidak patuh terhadap SOP pencucian linen infeksius.

15 b. Saran 1) Bagi Direktur RS X Yogyakarta agar menambah mesin cuci guna menunjang kegiatan proses pencucian linen. 2) Bagi Direktur RS X Yogyakarta agar menambah jumlah petugas pencucian linen dan mengatur kembali beban kerjanya. 3) Bagi petugas pencucian linen agar menerapkan SOP pencucian linen khususnya pada SOP pencucian linen kotor infeksius dengan baik dan selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat melakukan proses pencucian.

16 DAFTAR PUSTAKA 1. Adisasmito, 2009, Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta. Milawati, N.W., 2008, Perencanaan Persediaan Linen dengan Membandingkan Metode Economic Order Quantity, Maximum-Minumim Stoc Level dan Master Production Schedule. Journal Perencanaan Persediaan Linen.Vol. 6, No. 2, Denpasar Bali Hal: Arikunto, S., 2010, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Rineka Cipta, Jakarta. Hal : 22, Depkes, R.I., 2004 Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit, Kepmenkes,1204/Menkes/SK/X Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta. 4. KEPMENLH, 1995, Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup tahun 1995 nomor 58 ayat Subarsono, A., 2009, Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi, Cetakan IV, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Hal Smet, B., 1994, Psikologi Kesehatan, Grasindo Anggota IKAPI, Jakarta. Hal: Yuliza, H., 2001, Analisis Kepatuhan Bidan di Desa Terhadap SOP Layanan Antenatal di Polindes Kabupaten Muara Enim, Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 8. Kurniawan, F., 2012, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Petugas dalam Pelayanan MTBS di Puskesmas Kabupaten Purbalingga, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto. 9. Retnaningsi, E., Nuryanto, Ismed, S., 2012, Kepatuhan Tenaga Kesehatan Terhadap Standar Operasioanal Prosedur Pertolongan Persalinan untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Selatan, Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.3, Balitbangnovda Provinsi Sumatera Selatan. Suryoputri, A.D., 2011, Perbedaan Angka Kepatuhan Cuci Tangan Petugas Kesehatan di RSUP DR. Kariadi Studi di Bangsal Bedah, Anak, Interna, dan ICU, Artikel Ilmiah, Universitas Diponegoro, Semarang.

PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1. RS Siti Khodijah Pekalongan

PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1. RS Siti Khodijah Pekalongan Pekalongan PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman STANDAR Adalah proses penanganan linen yang telah dipergunakan oleh pasien, yang tidak terkontaminasi

Lebih terperinci

SPO PERENCANAAN/PENANGANAN LINEN. No.Dokumen : No.Revisi : Halaman : Direktur Utama RS Trimitra STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR. Dr.

SPO PERENCANAAN/PENANGANAN LINEN. No.Dokumen : No.Revisi : Halaman : Direktur Utama RS Trimitra STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR. Dr. SPO PERENCANAAN/PENANGANAN LINEN No.Dokumen : No.Revisi : Halaman : Tanggal Terbit : Perencanaan linen adalah suatu kegiatan yang dimulai dari pengumpulan linen kotor dari masing-masing ruangan, pengangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata

Lebih terperinci

ALUR PENCUCIAN KAIN LINEN DI INSTALASI LAUNDRY RS. ROYAL PRIMA KOTA MEDAN

ALUR PENCUCIAN KAIN LINEN DI INSTALASI LAUNDRY RS. ROYAL PRIMA KOTA MEDAN 85 ALUR PENCUCIAN KAIN LINEN DI INSTALASI LAUNDRY RS. ROYAL PRIMA KOTA MEDAN Gambar 1. Tempat pengumpulan kain linen Gambar 2. Proses pemilihan linen infeksiun dan non infeksius 86 Gambar 3. Timbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengelolaan linen adalah suatu kegiatan yang dimulai dari pengumpulan linen kotor dari masing-masing ruangan, pengangkutan, pencucian, penyetrikaan, penyimpanan, dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA KOTA BANDA ACEH NOMOR : /TU.K/ / /2015

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA KOTA BANDA ACEH NOMOR : /TU.K/ / /2015 PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA Jl. Soekarno-Hatta, Banda Raya, Banda Aceh (23238) Telp./Faks. (0651) 43097/ 43095 Email: rsum@bandaacehkota.go.id Website: http://rsum.bandaacehkota.go.id

Lebih terperinci

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Jumlah bagian air = (% larutan konsentrat : % larutan yang diinginkan)- 1 Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

PERANAN JASA LAUNDRY Laundry Service

PERANAN JASA LAUNDRY Laundry Service PERANAN JASA LAUNDRY Laundry Service Kepuasan para tamu akan hasil pencucian anda adalah sangat tergantung kepada diri anda, yakinkan proses pencucian yang anda lakukan sudah baik dan benar guna menciptakan

Lebih terperinci

LINEN: Upaya Pengendalian Infeksi Nosokomial, Sebuah Studi di Rumah Sakit Umum di Indonesia.

LINEN: Upaya Pengendalian Infeksi Nosokomial, Sebuah Studi di Rumah Sakit Umum di Indonesia. 1 PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL Kesehatan Masyarakat Ke 1 Program Studi S3 Ilmu Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya 21-22 Agustus 2015, page: 238-247 LINEN: Upaya Pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perhatian dunia saat ini terhadap keberlangsungan bumi dan lingkungan semakin meningkat. Berbagai forum internasional tentang lingkungan terus digelar yang telah menghasilkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN LINEN RUMAH SAKIT

PERENCANAAN KEBUTUHAN LINEN RUMAH SAKIT PERENCANAAN KEBUTUHAN LINEN RUMAH SAKIT 549/SPO/RSI-SA/I/214 1 Januari 214 Prosedur Adalah Standar baku untuk merencanakan kebutuhan linen di RSI Sultan Agung agar kebutuhan linen tercukupi 1. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang RS Permata Medika merupakan rumah sakit tipe c. Pengelolaan laundry rumah sakit berada dibawah tanggung jawab bagian logistik rumah sakit. Dikepalai oleh kepala logistik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5 DAFTAR ISI 1.1 Latar belakang...1 1.2 Definisi...4 1.3 Pengelolaan Linen...5 i PEMROSESAN PERALATAN PASIEN DAN PENATALAKSANAAN LINEN Deskripsi : Konsep penting yang akan dipelajari dalam bab ini meliputi

Lebih terperinci

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat BAB 1 PENDAHULUAN Setiap kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan atau meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan masalah besar yang dihadapi rumah sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi yang didapatkan dan berkembang

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI UNIT CSSD DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN BANYUWANGI

TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI UNIT CSSD DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN BANYUWANGI KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN BANYUWANGI NOMOR : /SK/DIR/ /2016 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI UNIT CSSD DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal) Lampiran 1. No.Responden : Tanggal : Karakteristik Responden 1. Pendidikan Bidan a. DI b. DIII c. DIV d. S2 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. a. < 5 Tahun b. 5-10 Tahun c. >10 Tahun 3.Mengikuti pelatihan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT UMUM YARSI PONTIANAK

GAMBARAN PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT UMUM YARSI PONTIANAK GAMBARAN PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT UMUM YARSI PONTIANAK Zulkifli, Sunarsieh dan Susilawati Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail: osp_zulkifli@yahoo.com Abstrak: Gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY Pengendalian Bahaya berguna agar terjadinya incident, accident penyakit akibat hubungan kerja ditempat kerja berkurang atau tidak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian memiliki

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 30 TAHUN : 2014 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG TATA KELOLA HIJAU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WATES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamu alaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat, Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas USU. Saya sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paripurna. Keseluruhan persyaratan tersebut harus direncanakan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. paripurna. Keseluruhan persyaratan tersebut harus direncanakan sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat. Kegiatannya tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat. Kegiatannya tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit mempunyai fungsi dan tugas memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kegiatannya tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat di sekitarnya, melainkan

Lebih terperinci

PANDUAN LINEN DAN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA

PANDUAN LINEN DAN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA PANDUAN LINEN DAN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA Jl. Raya Plumpang Jakarta Utara KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat Nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Islam At Tin Husada adalah melalui pelayanan penunjang medis, salah satunya dalam upaya pengelolaan linen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang potensial menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Seperti halnya sektor industri, kegiatan rumah sakit berlangsung

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT III MANADO Cristallica Mogolaingo Safrudin*, Woodford Baren Solaiman Joseph*, Finny Warouw* *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi INSTRUMEN Pengertian Instrumen (1) Alat yg dipakai untuk me-ngerjakan sesuatu (spt alat yg dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia); perkakas; (2) Sarana penelitian (berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas tentang: latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Di jaman

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Universal precaution (kewaspadaan standar) merupakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM UPT. PUSKESMAS PENANAE PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM No. Dokumen : No Revisi : SOP Tanggal terbit: Halaman: Ttd.Ka.Puskesmas : N u r a h d i a h Nip.: 196612311986032087 1. PENGERTIAN Limbah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

Kebijakan-kebijakan CSSD:

Kebijakan-kebijakan CSSD: Kebijakan-kebijakan CSSD: 1. Pofesionalisme di dalam pelayanan sterilisasi: Kecepatan pelayanan pemprosesan, penyediaan barang-barang steril dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikerjakan

Lebih terperinci

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien, keselamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi dokter gigi tidak terlepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. Penyebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang penting dalam meningkatkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dijelaskan bahwa

Lebih terperinci

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200 PENGERTIAN : 1. Dekontaminasi adalah langkah awal untuk memproses benda mati agar lebih aman ditangani petugas sebelum dicuci. 2. Pembersihan adalah proses menghilangkan secara fisik seluruh kotoran, darah

Lebih terperinci

CHECK LIST METODE PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT BHAKTI KARTINI, BEKASI TAHUN 2014

CHECK LIST METODE PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT BHAKTI KARTINI, BEKASI TAHUN 2014 CHECK LIST METODE PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT BHAKTI KARTINI, BEKASI TAHUN 2014 NO KETERANGAN YA TIDAK 1 Tahap Pengumpulan Pemilihan antara linen infeksius dan linen non infeksius dimasukkan ke kantong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perawat profesional dalam melaksanakan peran dan fungsinya sehari hari, selalu beresiko tertular terhadap berbagai penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi secara kontak

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN METODE THREE COMPARTEMENT SINK DENGAN AIR PANAS DAN LARUTAN KLORIN TERHADAP ANGKA KUMAN ALAT MAKAN DI RSU QUEEN LATIFA

NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN METODE THREE COMPARTEMENT SINK DENGAN AIR PANAS DAN LARUTAN KLORIN TERHADAP ANGKA KUMAN ALAT MAKAN DI RSU QUEEN LATIFA NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN METODE THREE COMPARTEMENT SINK DENGAN AIR PANAS DAN LARUTAN KLORIN TERHADAP ANGKA KUMAN ALAT MAKAN DI RSU QUEEN LATIFA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petugas kesehatan yang paling sering berinteraksi dan paling lama kontak dengan pasien dalam memberikan asuhan salah satunya adalah perawat (Nursalam, 2011). Perawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kewaspadaan umum (universal precaution) merupakan salah satu upaya pengendalian infeksi di rumah sakit yang oleh Departemen Kesehatan telah dikembangkan sejak tahun

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN LINEN KOTOR DI UNIT LAUNDRY RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG TAHUN 2016

ANALISIS PENGELOLAAN LINEN KOTOR DI UNIT LAUNDRY RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG TAHUN 2016 ANALISIS PENGELOLAAN LINEN KOTOR DI UNIT LAUNDRY RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG TAHUN 2016 Yana Nova Endiyono *) dr.zaenal Sugiyanto, M.Kes **) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Febriyani Bobihu, 811408025 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan pencegahan universal merupakan salah satu strategi yang telah direkomendasikan oleh Centers for Desease Control and Prevention (CDC) dalam upaya pengendalian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak menular. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. Seperti halnya di Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan

Lebih terperinci

STERILISASI & DESINFEKSI

STERILISASI & DESINFEKSI STERILISASI & DESINFEKSI Baskoro Setioputro 6-1 Cara penularan infeksi : 1. Kontak Langsung, tidak langsung, droplet 2. Udara Debu, kulit lepas 3. Alat Darah, makanan, cairan intra vena 4. Vektor / serangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan profesional, pusat terapi dan diagnosis yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu tempat pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk masyarakat yang sedang sakit. Tujuan utama rumah sakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laundry & Colours Laundry maka beberapa informasi yang dapat disampaikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laundry & Colours Laundry maka beberapa informasi yang dapat disampaikan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan hasil olahan data penulis melalui wawancara dengan pemilik QQ Laundry & Colours Laundry maka beberapa informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari perawat selalu berinteraksi dengan pasien dan bahaya-bahaya di rumah sakit, hal tersebut membuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit 3 x 24 jam. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 Sumber : Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit Departement Kesehatan RI Dirjen Pelayanan Medik Tahun 2004

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 Sumber : Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit Departement Kesehatan RI Dirjen Pelayanan Medik Tahun 2004 BAB III METODE PENELITIAN A. Alur penelitian Pengambilan Penimbangan Pemilihan Pencucian Penggantian linen kotor Penyimpanan Pengelolaan linen Gambar 3.1 Sumber : Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh petugas medis untuk kesehatan masyarakat bisa dilakukan di poliklinik maupun di rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu

Lebih terperinci

KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR

KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR Tabel Hasil Pengamatan Sampel Warna Endapan Suhu ph Ikan Jumlah gerak mulut ikan dalam 1 menit Keadaan akhir Jernih Tidak Tanpa 25-7 35-75 Hidup sumur

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK CUCI TANGAN MEDIS

DAFTAR TILIK CUCI TANGAN MEDIS CUCI TANGAN MEDIS N0 PROSEDUR TINDAKAN NILAI 1 Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan 2 Melepas semua perhiasan yang menempel di tangan dan lengan 3 Membasahi kedua belah tangan dengan air mengalir 4 Memberi

Lebih terperinci

tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau

tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau STERILISASI ALAT 1. Definisi Sterilisasi adalah proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan. Suatu benda steril dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari semua bentuk kehidupan (Mulyanti

Lebih terperinci

3. PANEL KONTROL. 3.1 Deskripsi Panel Kontrol. 3.2 Layar A B C D E F

3. PANEL KONTROL. 3.1 Deskripsi Panel Kontrol. 3.2 Layar A B C D E F 3. PANEL KONTROL 3.1 Deskripsi Panel Kontrol BAHASA INDONESIA 41 1 2 3 4 5 6 7 14 13 12 11 10 9 8 1 2 3 4 5 6 7 Knop Pemilih Program Tombol Sentuh Pilihan Perasan Tombol Sentuh Suhu Layar Opsi Kunci Pengaman

Lebih terperinci

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK Demam pada anak merupakan salah satu pertanda bahwa tubuhnya sedang melakukan perlawanan terhadap kuman yang menginfeksi. Gangguan kesehatan ringan ini sering

Lebih terperinci

Pengemasan dengan sterilisasi steam/gas. Sterilisasi dengan steam/gas. Pembungkus dapat ditembus oleh uap/gas Impermiabel bagi mikroba Tahan lama

Pengemasan dengan sterilisasi steam/gas. Sterilisasi dengan steam/gas. Pembungkus dapat ditembus oleh uap/gas Impermiabel bagi mikroba Tahan lama PERAWATAN DAN MAINTENANCE PREPARASI OPERASI Dr. Drh.Gunanti S,MS Bag Bedah dan Radiologi PERSIPAN PENGEMASAN Prinsip : bebas dari kontaminasi Peralatan dan bahan harus bersih : Alat dibersihkan manual/pembersih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2006). Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2013 AKI

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2006). Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2013 AKI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Ibu bersalin yang menerima pelayanan medis dan kesehatan, baik di rumah

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang potensial menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Seperti halnya sektor industri, kegiatan rumah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN DINAS KESEHATAN PUSKESMAS PASAR MANNA Jalan Pangeran Duayu Pasar Manna Bengkulu Selatan Kode Pos 38516

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN DINAS KESEHATAN PUSKESMAS PASAR MANNA Jalan Pangeran Duayu Pasar Manna Bengkulu Selatan Kode Pos 38516 PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN DINAS KESEHATAN PUSKESMAS PASAR MANNA Jalan Pangeran Duayu Pasar Manna Bengkulu Selatan Kode Pos 38516 KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PASAR MANNA NOMOR :.../.../.../2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pekerjaan mempunyai risiko kerja masing-masing, termasuk bagi praktisi yang memiliki pekerjaan dalam bidang kedokteran gigi. Salah satu risiko tersebut adalah

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DI RUMAH SAKIT TK.II KARTIKA HUSADA KABUPATEN KUBU RAYA

GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DI RUMAH SAKIT TK.II KARTIKA HUSADA KABUPATEN KUBU RAYA GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DI RUMAH SAKIT TK.II KARTIKA HUSADA KABUPATEN KUBU RAYA Desi Juliannur, Sunarsieh dan Aryanto Purnomo Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail:

Lebih terperinci

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 PENDAHULUAN KEWASPADAAN ISOLASI PELAKSANAAN PPI DI RS & FASILITAS PETUNJUK PPI UNTUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fasilitas pelayanan kesehatan yang membuang air limbahnya tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dan fasilitas pelayanan kesehatan yang membuang air limbahnya tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, telah menunjukan gejala yang cukup serius, penyebab dari pencemaran tidak

Lebih terperinci

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE Disusun Oleh : 1. Agustia Hastami P17420108041 2. Arsyad Sauqi P17420108044 3. Asih Murdiyanti P17420108045 4. Diah Ariful Khikmah P17420108048 5. Dyah Faria Utami P17420108050

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat penting pada saat sekarang ini, karena akan menambah masa perawatan pasien di rumah sakit sekaligus akan memperberat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur lingkungan hidup untuk kelangsungan hidupnya. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur lingkungan hidup untuk kelangsungan hidupnya. Kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang alamiah. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan hidup

Lebih terperinci

Pelaksanaan Kegiatan UKS No. Dokumen No. Revisi : Tanggal Terbit Halaman :

Pelaksanaan Kegiatan UKS No. Dokumen No. Revisi : Tanggal Terbit Halaman : Pelaksanaan Kegiatan UKS No. Dokumen Tanggal Terbit NIP196704241988031005 1. Pengertian Merupakan salah satu kegiatan rutin untuk memeriksa kesehatan anak sekolah 2. Tujuan Sebagai acuan untuk kelancaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen- komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan

BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan penunjang yang mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan ikan segar. Menurut Handajani (1994) (dalam Sari, 2011), ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan ikan segar. Menurut Handajani (1994) (dalam Sari, 2011), ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan. 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan ilmu dan teknologi maka berkembang pula peralatan-peralatan mekanis yang dapat mempercepat dan memperbaiki mutu produknya. Produkproduk perikanan

Lebih terperinci

Surahma Asti Mulasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Surahma Asti Mulasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENGOLAH SAMPAH DI DUSUN PADUKUHAN DESA SIDOKARTO KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA Surahma

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan

KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatnya sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul.peluang Usaha Laundry Kiloan Dalam penyusunan

Lebih terperinci

DAYA ANTIMIKROBA DAN PERBANDINGAN ACCEPTABILITY SERTA TOLERABILITY CAIRAN PENCUCI TANGAN FORMULA WHO DENGAN CAIRAN

DAYA ANTIMIKROBA DAN PERBANDINGAN ACCEPTABILITY SERTA TOLERABILITY CAIRAN PENCUCI TANGAN FORMULA WHO DENGAN CAIRAN DAYA ANTIMIKROBA DAN PERBANDINGAN ACCEPTABILITY SERTA TOLERABILITY CAIRAN PENCUCI TANGAN FORMULA WHO DENGAN CAIRAN PENCUCI TANGAN KOMERSIAL Dewi Anggraini Abstrak Mencuci tangan merupakan tindakan paling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rehabilitatif, yang menyediakan, pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rehabilitatif, yang menyediakan, pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Pengertian Rumah Sakit Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif,

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu. Kamar Operasi 1 A. PENGERTIAN Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan suci hama (steril). B.

Lebih terperinci

Laporan bulanan PPI Bulan September

Laporan bulanan PPI Bulan September Laporan bulanan PPI Bulan September EVALUASI PROGRAM 1. Rancangan program PPI Program rancangan PPI mengacu kepada standar program PPI yang terdiri atas pencegahan infeksi, kewaspadaan isolasi, surveilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah usaha yang diarahkan agar setiap penduduk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Upaya tersebut sampai saat

Lebih terperinci

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS SOLUSI BISNIS LAUNDRY DENGAN MEMANFAATKAN TEROBOSAN ECOBALL

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS SOLUSI BISNIS LAUNDRY DENGAN MEMANFAATKAN TEROBOSAN ECOBALL TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS SOLUSI BISNIS LAUNDRY DENGAN MEMANFAATKAN TEROBOSAN ECOBALL Disusun Oleh : Rendhi Triwinarto 10.12.4566 JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah sakit sebagai unit pelayanan medis tentunya tidak lepas dari pengobatan dan perawatan penderita

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Observasi terhadap tujuh linen tempat tidur pasien yang berbeda menunjukkan jumlah bakteri stafilokokus bervariasi (Gambar 1.). Jumlah stafilokokus (log) 3.0 2.5 2.0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir akhir ini persoalan limbah menjadi masalah yang cukup serius bagi pencemaran lingkungan, dimana aktiftitas dan jumlah penduduk yang semakin bertambah menambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah industri yang bergerak dibidang layanan jasa kesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap masyarakat sebagai usaha meningkatkan

Lebih terperinci

SOP UPTD PUSKESMAS LAPPADATA

SOP UPTD PUSKESMAS LAPPADATA UPTD PUSKESMAS LAPPADATA SOP SOP STRILISASI ALAT KESEHATAN No. Dokumen : /PKM-LDT/SOP/2017 No. Revisi : 00 Tanggal Terbit : 03 Januari 2017 Halaman : 1/4 Asrul, SKM NIP. 19760405 200502 1 011 1. Pengertian

Lebih terperinci