Pedoman Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Virus Ebola

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pedoman Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Virus Ebola"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan petunjuknya, pedoman tentang pencegahan dan pengendalian penyakit virus Ebola selesai disusun. Penyakit virus Ebola adalah salah satu dari penyakit yang gejala klinisnya demam dengan pendarahan. Ini adalah penyakit yang sering berakibat fatal pada manusia dan primata (seperti monyet, gorila, dan simpanse). Berdasarkan laporan WHO, sejak Desember Oktober 2014, ditemukan 8397 kasus dengan 4032 kematian, atau total kematian/ total kasus 48,01%. Penyakit virus Ebola mulai berjangkit di Afrika barat dan dapat pula menyebar ke negara lain, bahkan Amerika dan Eropa. Walaupun belum ada kasus di Indonesia namun risiko masuk melalui pelaku perjalanan dari dan ke negara terjangkit, atau WNI yang sedang berada di negara terjangkit, termasuk jamaah haji atau umroh yang kontak dengan warga negara dari negara terjangkit. Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Virus Ebola ini bersumber dari adaptasi referensi WHO dan berdasarkan Rapat dengan Tim Ahli yang sesuai dengan Permenkes No.1501/Menkes/PER/X/2010. Dalam buku ini diuraikan 5 bab yaitu: 1. Bab Surveilans. 2. Bab Tatalaksana Kasus. 3. Bab Pengambilan, Pengepakan, Pengiriman Spesimen dan Pemeriksaan Laboratorium. 4. Bab Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. 5. Bab Komunikasi Risiko. Buku pedoman ini akan terus disempurnakan seiring dengan perkembangan situasi, ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia termasuk Indonesia. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku ini, saya sampaikan terimakasih. Semoga buku pedoman ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam pencegahan pengendalian penyakit virus Ebola. 2

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... A. LATAR BELAKANG... B. TUJUAN... C. RUANG LINGKUP... BAB II SURVEILANS... A. PENGERTIAN... B. KEWASPADAAN, DETEKSI DINI DAN RESPON... C. PENYELIDIKAN EMPIDEMIOLOGI DAN PENANGGULANGAN KLB... BAB III TATA LAKSANA KASUS... A. TERAPI... B. TATALAKSANA KOMPLIKASI... BAB IV PENGAMBILAN, PENGEPAKAN, PENGIRIMAN SPESIMEN DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM... A. PENGAMBILAN SPESIMEN... B. PENGIRIMAN DAN PENGEPAKAN SPESIMEN... C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM... BAB V PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI... A. KESIAPSIAGAAN SEBELUM TERDAPAT KASUS PENYAKIT VIRUS EBOLA... B. PADA SAAT MERAWAT KASUS PENYAKIT VIRUS EBOLA... BAB VI KOMUNIKASI RISIKO... A. TUJUAN... B. ISI PESAN C. MEDIA... D. SASARAN... DAFTAR PUSATAKA... LAMPIRAN... 3

4 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Alur Penemuan Kasus Di Pintu Masuk Negara... Gambar 2.2 Alur Penemuan Kasus Di Wilayah... Gambar 4.1 Alur Pengiriman Spesimen... Gambar 4.2 Algoritma Pemeriksaan Spesimen... 4

5 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit virus Ebola adalah salah satu dari penyakit yang gejala klinisnya demam dengan perdarahan yang banyak mengakibatkan kematian pada manusia dan primata (seperti monyet, gorila, dan simpanse) dengan Case Fatality Rate (CFR) mencapai 90%. Gejalanya berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, lemah, diare, muntah, sakit perut, kurang nafsu makan, dan perdarahan yang tidak biasa. Gejala paling banyak muncul sekitar 8-10 hari setelah terpapar virus Ebola. Virus ini menular melalui darah dan cairan tubuh lainnya (termasuk feses, saliva, urine, bekas muntahan dan sperma) dari hewan atau manusia yang terinfeksi virus Ebola. Virus ini dapat masuk ke tubuh orang lain melalui kulit yang terluka atau melalui membran mukosa yang tidak terlidungi seperti mata, hidung dan mulut. Virus ini juga dapat menyebar melalui jarum suntik dan infus yang telah terkontaminasi. Terdapat 5 negara di Afrika Barat yang melaporkan adanya kasus infeksi penyakit virus Ebola pada manusia, antara lain Liberia, Guinea, Sierra Leone, Nigeria dan Senegal dengan jumlah kasus 8397, 4031 kematian, dengan total kematian/ total kasus 48,01% (data WHO per 10 Oktober 2014). Selain di Afrika Barat juga terdapat kasus di Republik Demokrasi Kongo, Amerika Serikat dan Spanyol. Penyakit virus Ebola yang menjangkit negara negara di Afrika Barat merupakan kejadian luar biasa yang juga bisa menjadi risiko kesehatan masyarakat bagi negara lainnya. Virulensi virus, pola penularan di masyarakat, sarana pelayanan kesehatan dan lemahnya health systems pada negara negara yang berisiko memungkinkan terjadinya penyebaran secara global. Berdasarkan hal tersebut WHO menyatakan penyakit virus Ebola sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia (KKMMD). Mobilitas dari dan ke negara terjangkit merupakan faktor risiko terhadap penyebaran penyakit virus Ebola di Indonesia, sehingga diperlukan pengawasan ketat di pintu masuk negara. Mengingat masa inkubasi dari virus ini adalah 2 21 hari maka risiko masuknya penyakit tersebut masih dimungkinkan ada, dan kemungkinan baru ditemukan ketika sudah berada di wilayah. Mencermati perkembangan penyakit virus Ebola saat ini, sebagai acuan petugas kesehatan dalam upaya mencegah dan mengendalikan penyakit virus Ebola maka perlu disusun buku pedoman penanggulangan penyakit virus Ebola. 5

6 B. TUJUAN Umum : Mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit virus Ebola di Indonesia Khusus : Terlaksananya deteksi dini dan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan masuknya penyakit virus Ebola. Terlaksanaya tatalaksana kasus standar. Terlaksananya pengambilan, pengepakan, pengiriman specimen serta pemeriksaan laboratorium sesuai standar. Terlaksananya pencegahan dan pengendalian infeksi dalam setiap penanganan kasus agar tidak terjadi penularan pada setiap orang yang kontak Terlaksananya penyebaran informasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. C. RUANG LINGKUP Pedoman ini terdiri dari 5 bagian meliputi ; surveilans, tatalaksana kasus, pengambilan, pengepakan, pengiriman spesimen dan pemeriksaan laboratorium, pencegahan dan pengendalian infeksi, komunikasi risiko. 6

7 BAB II SURVEILANS A. PENGERTIAN 1. DEFINISI KASUS a. KASUS SUSPEK 1) Setiap orang, baik hidup atau meninggal yang mengalami atau menderita demam tinggi mendadak dan memiliki riwayat kontak dengan: - Kasus probabel atau konfirmasi Penyakit Virus Ebola - Hewan sakit atau mati karena Penyakit Virus Ebola Atau: 2) Setiap orang yang memiliki gejala demam ( 38 C) DAN disertai minimal 3 gejala berikut: sakit kepala muntah (vomit) tidak nafsu makan (loss of appetite) lemah (weakness) nyeri otot (myalgia) nyeri tenggorokan (throat pain) diare (berdarah / tidak berdarah) nyeri perut sesak napas cegukan (hiccup) DAN memiliki riwayat perjalanan dari negara terjangkit dalam waktu 21 hari sebelum timbul gejala. Atau: 3) Setiap orang dengan perdarahan yang tidak dapat dijelaskan DAN memiliki riwayat perjalanan dari negara terjangkit dalam waktu 21 hari sebelum timbul gejala. 7

8 Atau: 4) Setiap kematian mendadak yang tidak dapat dijelaskan. DAN memiliki riwayat perjalanan dari negara terjangkit dalam waktu 21 hari sebelum timbul gejala. b. KASUS PROBABLE 1) Setiap kasus suspek yang ditetapkan sebagai kasus penyakit virus Ebola setelah dilakukan pemeriksaan lanjut oleh klinisi di rumah sakit rujukan dan tidak ditemukan sebab lain. DAN mempunyai kaitan epidemiologi dengan kasus konfirmasi atau hewan penular Ebola Atau: 2) Setiap kasus suspek yang meninggal dan tidak memungkinkan lagi untuk mengambil spesimen untuk konfirmasi laboratorium, serta mempunyai kaitan epidemiologi dengan kasus konfirmasi. c. KASUS KONFIRMASI Kasus suspek atau probabel dengan hasil pemeriksaan PCR positif oleh Laboratorium Balitbangkes. Bukan Kasus: Setiap kasus suspek atau probabel dengan hasil laboratorium NEGATIF. 2. KLASTER Adalah bila terdapat dua orang atau lebih dengan gejala penyakit virus Ebola, dan mempunyai riwayat kontak yang sama dalam jangka waktu 21 hari. Kontak dapat terjadi pada keluarga atau rumah tangga, dan berbagai tempat lain seperti rumah sakit, ruang kelas, tempat kerja, barak militer, tempat rekreasi, dan lainnya. 3. HUBUNGAN EPIDEMIOLOGI LANGSUNG Adalah apabila dalam waktu 21 hari sebelum mulai gejala: a. Kontak dengan kasus penyakit virus Ebola Kriteria kontak adalah melakukan salah satu kegiatan berikut: Kontak dengan darah atau cairan tubuh pasien penyakit virus Ebola melalui jaringan kulit dan membrane mukosa (mata, hidung dan mulut) orang sehat. 8

9 Kontak kulit langsung atau terpapar dengan darah atau cairan tubuh pasien penyakit virus Ebola tanpa APD yang tepat. Menyentuh darah atau cairan tubuh pasien penyakit virus Ebola tanpa APD. Kontak langsung dengan jenazah pasien penyakit virus Ebola. Tinggal serumah/ berada satu ruangan/ berjarak 1 meter dari pasien dalam waktu yang lama yang tidak menggunakan APD yang tepat. Menyentuh pakaian atau linen kasus. Menyusu pada pasien (bayi) b. Kontak Laboratorium: Kriteria kontak adalah melakukan salah satu kegiatan berikut: Melakukan kontak dengan spesimen yang diambil dari pasien pasien suspek penyakit virus Ebola tanpa APD yang tepat. B. KEWASPADAAN, DETEKSI DINI DAN RESPON 1. DI PINTU MASUK NEGARA a. Kewaspadaan dan Deteksi Dini Kewaspadaan dilakukan di wilayah bandar udara, pelabuhan, dan pos lintas batas darat negara. Upaya kewaspadaan yang dilakukan adalah: 1) Pemutakhiran informasi untuk mengetahui perkembangan penyakit dari negara-negara lain melalui : Website WHO( untuk mengetahui negara terjangkit serta jumlah kasus dan kematian. Website Kementerian Kesehatan negara terjangkit Sumber lain yang terpercaya Kemudian disebarluaskan ke unit-unit terkait di otoritas bandara/ pelabuhan/ PLBD. 2) Mengidentifikasi faktor risiko transmisi virus dan tindakan perbaikan (respon). Misalnya diketahui ada petugas tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat memeriksa kasus suspek, segera dilakukan perbaikan dengan mengingatkan menggunakan APD yang tepat. 3) Mendeteksi adanya kasus suspek, baik pada pelaku perjalanan dari negara terjangkit, petugas kesehatan, dan petugas lain di pintu masuk negara. Laporan deteksi (pemantauan) disampaikan setiap hari, ada/ tidak ada kasus (berlaku zero reporting). 9

10 Pengawasan kedatangan terhadap orang, barang dan alat angkut yang datang dari negara terjangkit. 1) Pengawasan terhadap orang Menerima pelaporan dari tenaga kesehatan awak/ operator/ agen alat angkut yang baru saja meninggalkan daerah terjangkit mengenai ada tidaknya penumpang yang sakit, terutama yang mengalami gejala penyakit virus Ebola. Mendeteksi penumpang dan awak dari negara terjangkit dan negara berisiko terjangkit yang mempunyai gejala sesuai dengan kriteria suspek di terminal kedatangan. 2) Pengawasan terhadap barang Pemeriksaan terhadap barang-barang yang dibawa ke kabin alat angkut dari negara terjangkit dilakukan bila telah ditemukan kasus suspek, dan hanya terhadap barang milik suspek. 3) Pengawasan terhadap alat angkut Pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen kesehatan alat angkut. Pemeriksaan langsung kesehatan alat angkut oleh tim petugas KKP. Instruksi bila kasus suspek telah diidentifikasi : Laporkan kasus kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota atau Provinsi setempat dengan tembusan kepada Posko KLB Ditjen PP dan PL. Isi form pelaporan kasus. Buat daftar kontak dari kasus suspek yaitu penumpang lain yang duduk 1 baris di depan,1 baris di belakang dan 1 baris di samping kanan kiri kasus, serta awak pesawat yang menyentuh kasus suspek tanpa APD yang tepat. Bawa kasus suspek ke ruang isolasi yang sudah disediakan. Rujuk ke rumah sakit rujukan untuk mendapatkan tatalaksana lanjut (pengobatan, pengambilan specimen, dll). b. Kesiapsiagaan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) melakukan tinjauan atas kesiapan perangkat surveilans yang ada dalam menghadapi kemungkinan masuknya infeksi penyakit virus Ebola ke wilayah Indonesia. Dalam praktisnya ada 4 hal yang harus disiapkan sebagai kesiapsiagaan yaitu : Peraturan, pedoman, SOP di masing-masing KKP; Tim Gerak Cepat ; petugas yang terlatih; serta Sarana, logistik dan biaya. Secara umum kesiapsiagaan tersebut meliputi: 1) Sumber Daya Manusia (SDM) Membentuk atau mengaktifkan Tim Gerak Cepat (TGC) di wilayah otoritas pintu masuk negara (pelabuhan laut/ udara/ lintas batas darat). Tim terdiri atas petugas KKP, 10

11 Imigrasi, Bea Cukai dan unit lain yang relevan di wilayah otoritas pintu masuk negara yang memiliki kompetensi yang diperlukan dalam pencegahan importasi penyakit. Peningkatan kapasitas SDM yang bertugas di pintu masuk negara dalam kesiapsiagaan menghadapi penyakit virus Ebola dengan melakukan table top exercises dan simulasi penanggulangan penyakit virus Ebola. Meningkatkan jejaring kerja dengan semua unit otoritas di bandara/ pelabuhan/ pos lintas batas darat (PLBD). 2) Sarana dan prasarana Kesiapan sarana pelayanan kesehatan meliputi tersedianya ruang yang dapat dimodifikasi dengan cepat untuk melakukan tatalaksana penumpang sakit yang sifatnya sementara (sebelum dirujuk ke RS rujukan propinsi/ditunjuk). Memastikan alat transportasi (ambulans khusus untuk evakuasi penyakit menular) dapat difungsikan setiap saat untuk mengangkut kasus ke RS. Memastikan ketersediaan dan fungsi alat komunikasi untuk koordinasi dengan unit-unit terkait. Menyiapkan logistik penunjang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan antara lain obat obat suportif (life saving), alat kesehatan, APD dan lain lain, dan melengkapi logistik, jika masih ada kekurangan. Adapun APD standar yang diperlukan antara lain: - Masker bedah; dan pelindung mata atau pelindung wajah (face shield). - Sarung tanga non-steril atau sarung tangan bedah; - Gaun kedap air untuk menutupi pakaian dan pajanan pada kulit. Apron tahan air harus dikenakan menutupi gaun tidak kedap air atau ketika kontak erat dengan orang yang sedang dalam isolasi - Goggle (Kaca mata khusus untuk melindungi dari percikan tubuh) - Sepatu boot karet/ penutup sepatu. Menyiapkan media komunikasi risiko atau bahan KIE dan menempatkan bahan KIE tersebut di lokasi yang tepat. Menyiapkan rumah singgah dengan kriteria sebagai berikut: - Memiliki akses jaringan internet, jaringan telepon dan televisi - Kamar tidur diperuntukkan 1 orang yang dilengkapi dengan kamar mandi dalam, meja dan kursi. - Tersedia kebutuhan pribadi (alat kebersihan diri, makanan, minuman) - Tersedia pelayanan laundry Ketersediaan pedoman pengendalian dan pencegahan penyakit virus Ebola untuk petugas kesehatan, termasuk mekanisme atau prosedur tata laksana dan rujukan kasus. 11

12 3) Pembiayaan Pembiayaan yang diperlukan untuk surveilans dan respon dalam kesiapsiagaan menghadapi penyakit virus Ebola bersumber dari anggaran pemerintah. c. Respon 1) Kasus di Pesawat Jika terdapat penumpang dengan gejala gejala yang sesuai dengan penyakit virus Ebola, lakukan langkah berikut: Jika memungkinkan, menjauhkan penumpang tersebut dari penumpang lainnya; penumpang yang sakit sebaiknya didudukan dekat dengan toilet yang hanya diperuntukkan baginya. Menutupi hidung dan mulut pasien dengan masker bedah serta menutupi tubuhnya dengan selimut. Membatasi kontak dengan penumpang lain seminimal mungkin. Bila penumpang sakit memerlukan bantuan lebih lanjut maka hanya satu atau dua awak kabin saja yang mengurusnya dan sebaiknya hanya awak kabin yang sebelumnya telah kontak dengan penumpang itu. Awak kabin ini harus menggunakan APD yang tepat. Cuci tangan dengan sabun setelah melakukan kontak dengan penumpang sakit. Segera memberitahu otoritas di bandara tujuan sesuai dengan prosedur yang dikeluarkan oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). Pesawat diparkir di remote area. Petugas KKP dengan APD yang tepat membawa ambulan mendekati pesawat. Setelah pintu pesawat dibuka, petugas KKP meminta dokumen General Declaration (Gendec) kepada awak. Petugas KKP wajib menyampaikan SOP evakuasi penumpang sakit kepada awak pesawat. Pramugari memberikan pengumuman kepada seluruh penumpang bahwa akan dilakukan penanganan kesehatan oleh Petugas Kesehatan Bandara. Petugas KKP bersama pramugari menuju penumpang yang sakit dengan memakai APD yang tepat. Bila ditemukan kasus dalam penyelidikan dengan gejala yang sesuai dengan kriteria kasus, maka lakukan tata laksana kasus, rujuk ke RS rujukan sesuai SOP dengan memperhatikan prinsip- prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi seperti kewaspadaan baku (universal precaution) serta kewaspadaan terhadap risiko potensi pajanan yang akan terjadi. Pada seluruh penumpang yang terdapat kasus suspek dari negara terjangkit baik disertai atau tanpa gejala demam diperbolehkan pulang dengan diberikan edukasi 12

13 mengenai penyakit virus Ebola dan kartu kewaspadaan (HAC/ Health Alert Card). Bila dalam 21 hari gejala bertambah berat sesuai dengan kriteria kasus penyakit virus Ebola maka pelaku perjalanan tersebut diharuskan kontrol ke puskesmas atau rumah sakit di wilayahnya dengan membawa HAC. Orang yang kontak dengan penumpang sakit yaitu penumpang yang duduk 1 baris di samping, di depan atau di belakang, termasuk diseberang lorong, samping kiri dan kanan diturunkan dari pesawat setelah penumpang yang lain turun. Petugas KKP juga memberikan penyuluhan kepada awak tentang kewaspadaan terhadap penyakit virus Ebola setelah seluruh penumpang turun. Petugas KKP melakukan tindakan disinfeksi pada tempat duduk penumpang sakit, 1 baris di depan/ belakang, 1 baris di kiri - kanan serta permukaan interior kabin pesawat lainnya yang diperkirakan kontak dengan kasus suspek menggunakan bahan disinfektan alkohol yang tidak merusak interior pesawat. Terhadap barang yang dibawa ke kabin oleh kasus suspek dilakukan dekontaminasi dan desinfeksi. Seluruh jalur evakuasi (jalur khusus) harus steril dari pelaku perjalanan lainnya. Setelah evakuasi dilakukan desinfeksi pada jalur evakuasi dengan menggunakan klorin 0,5%. Mencatat data petugas evakuasi dan semua petugas yang kontak di lingkungan otoritas bandara/ pelabuhan/ PLBD. Semua petugas tersebut diminta untuk melakukan pemantauan kesehatan secara mandiri. Bila dalam waktu 21 hari setelah kontak dengan kasus suspek timbul gejala sakit seperti demam tinggi, segera ke rumah sakit terdekat atau klinik KKP. Melaporkan kasus suspek ke Posko KLB dengan tembusan Dinas Kesehatan Provinsi setempat dalam waktu <24 jam. Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi dalam Penyediaan Rumah singgah dan fasilitasnya bagi kasus dalam investigasi sesuai kriteria yang diharuskan tinggal di Rumah Singgah selama masa inkubasi. 2) Kasus di kapal laut Dalam kondisi penumpang yang menunjukkan gejala sesuai dengan penyakit virus Ebola di atas kapal, harus diterapkan tindakan kewaspadaan berikut: Kapten kapal melaporkan kepada otoritas pelabuhan terdekat berikutnya. Awak kapal menjaga pintu kabin selalu tertutup, jika tidak tempatkan pasien di ruang isolasi medis di atas kapal. Awak kapal memberikan informasi tentang risiko penularan penyakit virus Ebola kepada orang yang akan mengurus pasien atau masuk ke area isolasi. 13

14 Setiap orang yang memasuki kabin untuk memberikan perawatan kepada pasien atau untuk membersihkan kabin harus memakai APD yang tepat. Awak kapal harus mencatat data semua orang yang masuk kabin. Sebelum keluar dari ruang isolasi, APD harus dilepas sesuai prosedur. Batasi pergerakan dan pemindahan pasien dari ruangan, hanya untuk tujuan yang penting saja. Jika diperlukan pemindahan, pasien harus memakai masker bedah. Sesampai di pelabuhan pasien harus diturunkan dengan cara sedemikian rupa untuk menghindari kontak dengan pelaku perjalanan yang sehat dan memakai masker bedah. Bersihkan dan lakukan disinfeksi tumpahan cairan tubuh tanpa menyemprot atau menciptakan aerosol. Linen yang telah dipakai, pakaian, peralatan makan, bahan cucian, dan benda benda lain yang kontak dengan cairan tubuh pasien harus dikumpulkan terpisah dan didisinfeksi. Disinfektan yang efektif adalah larutan natrium hipoklorit 0,05 atau 500 ppm klorin, dengan merendam selama 30 menit. Semua limbah yang dihasilkan di ruang isolasi harus ditangani sesuai dengan SOP penanganan limbah klinis di kapal. Jika tersedia incenerator di kapal, maka limbah harus dibakar. Jika limbah harus diturunkan ke darat, maka diperlukan kewaspadaan khusus dan otoritas pelabuhan harus diberitahu sebelum limbah diturunkan. Segera mulai investigasi kasus. APD tetap diperlukan ketika melakukan wawancara dengan individu dengan atau tanpa gejala, asal dipertahankan dalam jarak minimal satu meter. Kontak erat harus diidentifikasi dan diminta untuk melakukan pemantauan kesehatan secara mandiri selama 21 hari sejak kontak terakhir dengan pasien. Bila timbul gejala sakit seperti demam tinggi segera ke RS terdekat/ klinik pelabuhan. 14

15 ALUR PENEMUAN KASUS DAN RESPON DI PINTU MASUK NEGARA Pelaku Perjalanan dari negara terjangkit HAC Ya DEMAM Tidak Pulang Edukasi Pemantauan selama 21 hari Notifikasi ke Dinkes Prov Pemeriksaan KKP Rumah Singgah: - Pemantauan selama 21 hari - Menunjukkan minimal 3 gejala PVE Tidak Kasus / kluster kasus : Demam mendadak, disertai Minimal 3 gejala berikut: Sakit kepala muntah tidak nafsu makan diare sakit otot atau sendi nyeri perut hiccup (cegukan) sulit menelan lemah sesak napas Ya Ya Tidak Pulang Tata laksana kasus dan rujukan sesuai SOP Lakukan tindakan thd barang dan alat angkut Laporkan dlm 24 jam ke Posko KLB cc Dinkes Prov Identifkasi dan Pemantauan kontak kasus Rujuk RS Gambar 2.1 Alur Penemuan Kasus & Respon di Pintu Masuk Negara 15

16 2. SURVEILANS DI WILAYAH a. Kewaspadaan dan Deteksi Dini Peningkatan kewaspadaan terhadap penyakit virus Ebola di wilayah baik provinsi maupun kabupaten/ kota dapat dilakukan dengan pemutakhiran informasi melalui: Website WHO ( untuk mengetahui antara lain: - Jumlah kasus dan kematian - Distribusi kasus berdasarkan waktu, tempat dan orang - Identifikasi negara-negara terjangkit - Data dan informasi lain yang dibutuhkan Sumber media cetak atau elektronik nasional untuk mewaspadai rumor atau berita yang berkembang terkait dengan penyakit virus Ebola pada pelaku perjalanan dari negara terjangkit. Deteksi dini dilakukan melalui peningkatan kegiatan surveilans berbasis kejadian (event based surveillance) yang dilakukan secara pasif maupun aktif. 1) Puskesmas Mendeteksi kasus klaster penyakit/ kematian yang tidak diketahui penyebabnya. Melakukan surveilans aktif/ pemantauan terhadap warga di wilayahnya yang memiliki riwayat perjalanan dari negara terjangkit dalam waktu 21 hari sejak kepulangannya dari negara terjangkit berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan setempat atau KKP. Melakukan pemantauan terhadap kontak kasus (termasuk petugas puskesmas, bila ada) selama 21 hari sejak kontak terakhir. Melapor kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota bila ditemukan kasus. 2) Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota Melakukan pemantauan berita atau rumor yang berkembang terkait dengan kasus penyakit virus Ebola di wilayahnya melalui media atau sumber informasi lainnya dan melakukan verifikasi terhadap berita tersebut. Melakukan surveilans aktif rumah sakit untuk menemukan kasus klaster penyakit/ kematian yang tidak diketahui penyebabnya. Melapor kepada Dinas Kesehatan Provinsi bila ditemukan kasus dan ditembuskan ke Posko KLB. 16

17 3) Dinas Kesehatan Provinsi Melakukan pemantauan berita atau rumor yang berkembang terkait dengan kasus penyakit virus Ebola di masyarakat melalui media atau sumber informasi lainnya dan melakukan verifikasi terhadap berita tersebut. Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten dalam pemantauan kontak. Melaporkan hasil penemuan dan pemantauan ke Posko KLB. Melakukan surveilans aktif rumah sakit untuk menemukan kasus klaster penyakit/ kematian yang tidak diketahui penyebabnya. 4) Pusat Melakukan pemantauan berita atau rumor yang berkembang terkait dengan kasus penyakit virus Ebola di masyarakat melalui media atau sumber informasi lainnya dan melakukan verifikasi terhadap berita tersebut. Menganalisis laporan dari KKP atau Dinas Kesehatan Provinsi. b. Kesiapsiagaan Pusat, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/ Kota melakukan tinjauan atas kesiapan perangkat surveilans yang ada dalam menghadapi kemungkinan masuknya infeksi penyakit virus Ebola ke wilayah Indonesia. Kesiapan tersebut meliputi: 1) Sumber Daya Manusia (SDM) Mengaktifkan Tim Gerak Cepat (TGC) yang sudah ada baik di tingkat Pusat, Provinsi dan kab/kota. Tim Gerak Cepat sebagaimana dimaksud sesuai dengan Pasal 21 Permenkes Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010, ditetapkan oleh: - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atas nama Bupati/ Walikota untuk tingkat Kabupaten/ Kota; - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atas nama Gubernur untuk tingkat Provinsi; dan - Direktur Jenderal atas nama Menteri untuk tingkat pusat. Tim Gerak Cepat terdiri dari : petugas surveilans, klinisi, ahli/ analis laboratorium, sanitarian, petugas pengendali infeksi dan petugas dari unit terkait lainnya. Peningkatan kapasitas SDM dalam kesiapsiagaan menghadapi penyakit virus Ebola dengan melakukan sosialisasi pengendalian penyakit virus Ebola, table top exercises dan simulasi penanggulangan penyakit virus Ebola. Meningkatkan jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan lintas sektor terkait. 17

18 2) Sarana dan prasarana Kesiapan alat transportasi (ambulans khusus penyakit infeksi) dan memastikan dapat berfungsi dengan baik untuk merujuk kasus. Kesiapan sarana pelayanan kesehatan antara lain meliputi tersedianya ruang isolasi di RS rujukan sesuai standar. Kesiapan ketersediaan dan fungsi alat komunikasi untuk koordinasi dengan unit-unit terkait. Kesiapan logistik penunjang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan antara lain obat obat suportif (life saving), alat alat kesehatan, APD, serta melengkapi logistik jika masih ada kekurangan. Kesiapan bahan-bahan komunikasi infromasi dan edukasi (KIE) antara lain brosur, banner, leaflet, serta media lainnya untuk melakukan komunikasi risiko terhadap masyarakat. 3) Pembiayaan Pembiayaan pada kejadian luar biasa (KLB) ditanggung oleh pemerintah sesuai dengan ketentutan yang berlaku. c. Respon 1) Puskesmas Melakukan tatalaksana dan rujukan sesuai dengan SOP bila menemukan kasus dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengendalian infeksi. Melaporkan kasus dalam waktu <24 jam ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ kota. Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/ kota melakukan penyelidikan epidemiologi untuk mendapatkan kasus tambahan dan identifikasi kontak. Melakukan pemantauan terhadap kontak kasus penyakit virus Ebola dalam waktu 21 hari sejak kontak terakhir. Melakukan komunikasi risiko terhadap masyarakat. 2) Rumah Sakit Melakukan tatalaksana kasus sesuai manifestasi klinis yang muncul pada kasus. Melakukan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan konfirmasi laboratorium. Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat dalam pengepakan dan pengiriman spesimen. Melaporkan kasus dalam waktu <24 jam ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ kota melalui sms atau telepon. Melakukan komunikasi risiko dengan keluarga kasus. 18

19 Melakukan pemantauan kontak kasus pada petugas rumah sakit. 3) Dinas Kesehatan Kab/ Kota Melaporkan kasus penyakit virus Ebola ke pusat dalam waktu <24 jam melalui sistem pelaporan cepat (sms gateway). Laporan cepat dapat dilakukan juga melalui telp/ surel/ fax/ sms ke Dinas Kesehatan Provinsi yang ditembuskan ke Posko KLB. Menginformasikan notifikasi KKP tentang pelaku perjalanan dari negara terjangkit kepada Puskesmas. Melakukan penyelidikan epidemiologi bila ada laporan kasus penyakit virus Ebola atau klaster penyakit/ kematian yang tidak diketahui penyebabnya. Melakukan penanggulangan awal sesuai hasil penyelidikan. Melakukan komunikasi risiko pada masyarakat. Menghubungi petugas Kargo yang ditunjuk (MSA Kargo) 1-2 hari (wilayah barat: 1 hari, wilayah timur dan tengah: 2 hari) sebelum pengambilan sampel untuk pengepakan dan pengiriman spesimen. 4) Dinas Kesehatan Provinsi Melaporkan kasus penyakit virus Ebola ke pusat dalam waktu 24 jam melalui melalui telp/ surel/ fax/ sms ke Posko KLB Menginformasikan notifikasi KKP tentang pelaku perjalanan dari negara terjangkit kepada Dinas Kesehatan Kabupaten. Melakukan penyelidikan epidemiologi bila ada laporan kasus penyakit virus Ebola. Melakukan penanggulangan awal sesuai hasil penyelidikan. Melakukan mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan bila perlu. Melakukan komunikasi risiko pada masyarakat. Melakukan umpan balik dan pembinaan teknis di kab/ kota. Membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan sektor terkait. 5) Pusat Melakukan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan sesuai dengan kewenangan. Melakukan mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan bila perlu. Melakukan umpan balik dan pembinaan teknis di provinsi dan kab/ kota. Membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan sektor terkait. Melakukan komunikasi risiko pada masyarakat baik melalui media cetak atau elektronik. 19

20 ALUR PENEMUAN KASUS DAN RESPON DI WILAYAH Pelaku perjalanan dari negara terjangkit Masyarakat Kasus / kluster kasus : Demam mendadak, disertai Minimal 3 gejala berikut: Sakit kepala muntah tidak nafsu makan diare sakit otot atau sendi nyeri perut hiccup (cegukan) sulit menelan lemah sesak napas Penyakit / kematian yang tidak diketahui penyebabnya Riwayat perjalanan dari negara terjangkit dalam kurun waktu 21 hari sebelum timbul gejala Ya Tidak Puskesmas Bukan kasus Pemeriksaan lebih lanjut (HAC, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan penunjang) Tata laksana kasus dan rujukan sesuai SOP Laporkan dlm 24 jam ke Dinkes Kab/kota atu Prov setempat cc Posko KLB Ditjen PP dan PL Penyelidikan epid Penanggulangan awal Pemantauan kontak kasus Surveilans kontak Dipulangkan dengan pesan bila gejala bertambah berat segera ke sarana pelayanan kesehatan terdekat Pemantauan selama 21 hari Gambar 2.1 Alur Penemuan Kasus dan Respon di Wilayah 20

21 C. PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DAN PENANGGULANGAN KLB - Setiap kasus suspek, probable, konfirmasi atau kasus klaster penyakit virus Ebola harus dilakukan penyelidikan epidemiologi (PE). Penyelidikan epidemiologi bertujuan mengetahui besar masalah dan gambaran epidemiologi berdasarkan waktu, tempat dan orang; mengetahui faktor risiko; mengetahui kasus tambahan dan melakukan identifikasi kontak. - Penyelidikan epidemiologi dilakukan menggunakan form investigasi terlampir. Pastikan form tersebut diisi dengan lengkap. - Berdasarkan hasil PE dapat dinyatakan kejadian luar biasa (KLB). Kejadian luar biasa dinyatakan jika ditemukan 1 kasus probable atau konfirmasi penyakit virus Ebola. - Ketika PE sedang berlangsung petugas sudah harus memulai upaya upaya pengendalian pendahuluan dalam rangka mencegah terjadinya penyebaran penyakit. Upaya ini dilakukan berdasarkan pada hasil PE yang dilakukan saat itu. - Lakukan prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi selama PE. - Lakukan komunikasi risiko kepada petugas dan masyarakat (lihat BAB komunikasi risiko). - Setiap selesai melakukan penyelidikan KLB, dilakukan pengolahan dan analisis data untuk mengambil kesimpulan dan rekomendasi tindak lanjut. - Setelah selesai melakukan penyelidikan epidemiologi maka dibuat laporan tertulis hasil Investigasi dan perkembangan KLB, meliputi: 1) Latar belakang dan tujuan 2) Metodologi 3) Hasil penyelidikan epidemiologi meliputi: Data umum Analisis kasus penyakit virus Ebola berupa gambaran karakteristik kasus menurut variabel epidemiologi (waktu kejadian, tempat dan orang). Analisis faktor risiko Analisis kontak kasus Hasil pemeriksaan laboratorium Upaya yang sudah dilakukan seperti tatalaksana kasus, pemeriksaan laboratorium, tindakan pengendalian faktor lingkungan dan sebagainya. 4) Kesimpulan dan rekomendasi 21

22 BAB III TATALAKSANA KASUS A. TATALAKSANA KASUS 1. PENETAPAN KASUS Penetapan pasien sebagai kasus suspek, probable atau konfirmasi berdasarkan anamnesis dan tanda/ gejala sesuai dengan definisi kasus. 2. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik dilakukan secara umum dan khusus sesuai keadaan pasien. Pada kasus kasus yang berat dapat ditemukan perdarahan internal dan eksternal. 3. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan penyakit lain yang mempunyai gejala yang sama seperti malaria, demam dengue, leptospirosis. b. Pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis penyakit virus Ebola adalah dengan PCR dari spesimen darah dengan EDTA (vacutainer tutup ungu)/ clot activator (vacutainer tutup kuning) sebanyak 2 cc. Pengambilan spesimen dilakukan sehari sekali selama 3 hari berturut turut. c. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan: Darah (Hb, Ht, Trombosit, Leukosit, SGOT, SGPT, ureum/ kreatinin) Urin lengkap Feses lengkap (bila diare) Pemeriksaan malaria (rapid test, pemeriksaan mikroskopis) Pemeriksaan leptospirosis (rapid test, PCR) Pemeriksaan dengue (serologi, PCR) 4. SISTEM RUJUKAN a. Kasus penyakit virus Ebola (suspek, probable, konfirmasi) harus dirawat di RS rujukan yang ditunjuk (RS rujukan flu burung) b. Rujukan kasus dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes)/ unit pelayanan kesehatan KKP ke RS rujukan harus memperhatikan dan mengikuti prosedur berikut: Fasyankes)/ unit pelayanan kesehatan KKP pengirim memberikan inform consent alasan dirujuk (tertulis) kepada pasien dan keluarga Fasyankes )/ unit pelayanan kesehatan KKP pengirim berkomunikasi dengan RS rujukan yang dituju dalam hal: - Kelayakan pasien dalam perjalanan 22

23 - Penyediaan ambulan yang memenuhi syarat pencegahan penularan penyakit virus Ebola (boleh disediakan oleh fasyankes pengirim atau RS rujukan) - Petugas pengantar pasien harus menggunakan APD lengkap - Setelah mengantar pasien, bagian permukaan ambulan yang kontak dengan pasien dan petugas harus didesinfeksi. B. TERAPI DAN TATALAKSANA KOMPLIKASI 1. Pasien dirawat di ruang isolasi dan diberikan terapi simptomatis. Dilakukan pemantauan ketat untuk perdarahan dan komplikasi lainnya. 2. Terapi definitif sampai saat ini belum ada. 3. Kriteria pasien diperbolehkan pulang. Pasien dirawat sampai dinyatakan sembuh oleh klinisi dan bebas dari virus Ebola berdasarkan konversi hasil laboratorium menjadi negatif. Bebas tanda dan gejala 3 hari berturut turut. 23

24 BAB IV PENGAMBILAN, PENGEPAKAN, PENGIRIMAN SPESIMEN DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM PENYAKIT VIRUS EBOLA A. Pengambilan Spesimen Sebelum kegiatan pengambilan spesimen dilaksanakan, harus memperhatikan universal precaution atau kewaspadaan universal untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari pasien ke paramedis maupun lingkungan sekitar. Hal tersebut meliputi: 1. Cuci tangan dengan menggunakan sabun/desinfektan SEBELUM dan SESUDAH tindakan. 2. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), minimal yang HARUS digunakan : a. Sarung tangan b. Baju pelindung c. Apron d. Kaca mata e. Sepatu boot karet / penutup sepatu f. Masker 3. Alat dan bahan pengambilan spesimen : a. Vacutainer EDTA (tutup ungu) b. Vacutainer clot activator (tutup kuning) c. Syringe d. Alkohol swab e. Torniquet f. Ice pack dan Cold box g. Label nama h. Formulir pengambilan spesimen 4. Daftar nama pasien (supaya saat pengambilan tidak terjadi kesalahan) Pengambilan spesimen dapat dilakukan oleh dokter, perawat atau tenaga laboratorium yang terampil dan berpengalaman atau sudah dilatih sesuai dengan kondisi dan situasi setempat. Berdasarkan informasi yang terkini (WHO Juni 2014), spesimen yang baik untuk pemeriksaan virus penyakit virus Ebola adalah spesimen darah. Virus Ebola juga dapat ditemukan di dalam cairan tubuh lainnya seperti urin, cairan mani, dan feses tetapi kegunaan sampel tersebut di dalam mendiagnosis infeksi penyakit virus Ebola belum dapat dipastikan. 24

25 Pengambilan spesimen dilakukan sebanyak 3 kali selama 3 hari berturut- turut. Pemberian label jenis spesimen yang diambil sangat penting agar spesimen tidak tertukar dan dapat menghindarkan kontaminasi. Sarung tangan, tissue, masker dan limbah lain yang berasal dari pasien atau perawatan pasien harus dimasukkan dalam kantong khusus (ditempatkan dalam kontainer yang ada di kamar pasien) disterilkan terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat sampah khusus untuk dimusnahkan menggunakan insenerator. Spesimen harus tiba di laboratorium segera setelah pengambilan. Penanganan spesimen dengan tepat saat pengiriman adalah hal yang teramat penting. Sangat disarankan agar pada saat pengiriman spesimen tersebut ditempatkan di dalam cold box dengan kondisi suhu 0-4 C atau bila diperkirakan lama pengiriman lebih dari 3 hari disarankan spesimen dikirim dengan es kering (dry ice). B. Pengepakan dan Pengiriman Spesimen Cara pengepakan untuk spesimen tersangka terinfeksi penyakit virus Ebola menggunakan 3 lapis wadah yang tahan pecah / banting sesuai dengan standar IATA untuk pengepakan spesimen infeksius. Kotak spesimen tidak boleh dibuka di luar laboratorium BSL 3 untuk menghindari kontak dengan barang infeksius. Petugas penerima spesimen langsung memberikan kepada petugas laboratorium. Pengiriman spesimen sampai di laboratorium dalam 1 x 24 jam. Peralatan yang diperlukan untuk pengepakan dengan kemasan tiga lapis adalah kemasan dengan kriteria terdapat wadah primer, wadah kedua dan wadah terluar. Berikut adalah definisi dari lapisan kemasan tersebut : 1. Wadah Primer (Primary Receptacle) a. Merupakan tempat spesimen yang anti bocor b. Terdapat Label c. Tahan air (rapat), dibagian luar diberi tisu penyerap cairan (jika terjadi kerusakan/kebocoran) 2. Wadah Kedua (Secondary Packaging) a. Bio bottle 25

26 b. Tahan air (rapat) c. Wadah anti bocor yang berisi wadah primer d. Wadah terluar pengepakan (Outer Packaging) 3. Kuat/Kaku (kotak styroform/cool box) a. Kemasan luar melindungi isi dari pengaruh luar, kerusakan fisik, saat transit Terkecil keseluruhan dimensi eksternal 10 x10 cm b. Terdapat formulir-formulir c. Ditempelkan izin yang diperlukan, alamat tujuan dan alamat pengirim, kode UN (bila diperlukan). Gambar 4.1 Kemasan Tiga Lapis untuk Spesimen EBOLA (UN 2814) 26

27 Alur Pengiriman Spesimen Suspek Ebola Petugas Surveilans Kab/ Kota Perwakilan MSA Cargo Laboratorium Rujukan Gambar 4.2 Alur Pengiriman Spesimen Suspek Ebola 1. Petugas Surveilans Kabupaten/ Kota atau Petugas Rumah Sakit atau Puskesmas tempat dimana suspek diperiksa dan diambil spesimen ujinya menghubungi kontak MSA Cargo untuk pengambilan paket spesimen. 2. Pihak perwakilan kargo di tiap provinsi akan mengambil paket spesimen ke lokasi atau jika suspek ditemukan di daerah dengan kondisi yang sulit dicapai, maka Petugas Surveilans Kab/ Kota dapat mengantarkan paket spesimen tersebut ke kantor perwakilan MSA Cargo di Ibu Kota Provinsi/ Pusat Kota terdekat. 3. Petugas Surveilans Kab/ Kota memberitahukan keterangan dibawah ini kepada perwakilan MSA Cargo. a. Nama b. Nomor kontak c. Alamat lokasi Spesimen harus diambil 4. LCT (Latest Call Time/ Pemberitahuan Order Pengambilan Barang) sebagai berikut: a. Minimum 1 hari sebelum hari pengambilan untuk pengambilan diwilayah Indonesia bagian barat b. Minimum 2 hari sebelum hari pengambilan untuk pengambilan diwilayah Indonesia bag.tengah & timur 5. LPT (Latest Pick Up Time/ Waktu Pengambilan Barang) disesuaikan dengan jadwal keberangkatan pesawat dari masing-masing daerah pengambilan. 6. MSA Cargo bertanggung jawab atas paket spesimen mulai dari saat paket tersebut diterima oleh pihak MSA Cargo sampai dengan Laboratorium Rujukan. 7. Laboratorium Rujukan untuk pemeriksaan Spesimen Suspek Ebola adalah Laboratorium Balitbangkes KEMENKES. 27

28 C. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan diagnosis laboratorium kasus infeksi penyakit virus Ebola dilakukan dengan metoda RT-PCR dan dikonfirmasi dengan teknik sekuensing. Pengujian ada/ tidaknya virus pada spesimen harus dilakukan di laboratorium dengan peralatan yang memadai oleh staf yang telah melalui pelatihan teknis dan prosedur keselamatan terkait. Pemeriksaan laboratorium diagnostik untuk penyakit virus Ebola mencakup pemeriksaan pada family filoviridae dan spesies Ebola zaire, Ebola sudan, Ebola reston. Selain itu, setelah teridentifikasi beberapa situs target pada genom virus Ebola dilakukan sekuensing guna membantu memperoleh konfirmasi. Kasus yang di Investigasi Pengujian RT-PCR spesifik c Positif Negatif c Sekuensing Kasus Positif Konfirmasi Virus Ebola Negatif Gambar 4.3 Algoritma Pemeriksaan Spesimen Pemeriksaan dilakukan kembali pada saat pasien dinyatakan secara klinis membaik dan akan dipulangkan. 28

29 BAB V PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan kesehatan memerlukan penerapan prosedur dan protokol yang disebut sebagai "pengendalian". Secara umum pencegahan dan pengendalian infeksi pada penyakit virus Ebola mengikuti 4 pilar pencegahan dan pengendalian infeksi, yang meliputi: pilar manajerial, pilar administratif, pilar rekayasa lingkungan, dan pilar alat pelindung diri (APD). Pilar administratif merupakan prioritas pertama dari strategi PPI, meliputi penyediaan kebijakan infrastruktur dan prosedur dalam mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan infeksi selama perawatan kesehatan. Kegiatan akan efektif bila dilakukan mulai dari antisipasi alur pasien sejak saat pertama kali datang sampai keluar dari sarana pelayanan. Pengendalian administratif dan kebijakan kebijakan yang diterapkan pada penyakit virus Ebola meliputi pembentukan infrastruktur dan kegiatan PPI yang berkesinambungan, membangun pengetahuan petugas kesehatan, mencegah kepadatan pengunjung di ruang tunggu, menyediakan ruang tunggu khusus untuk orang sakit dan penempatan pasien rawat inap, mengorganisir pelayanan kesehatan agar persedian perbekalan digunakan dengan benar; prosedur prosedur dan kebijakan semua aspek kesehatan kerja dengan penekanan pada surveilans penyakit virus Ebola diantara petugas petugas kesehatan dan pentingnya segera mencari pelayanan medis, dan pemantauan tingkat kepatuhan disertai dengan mekanisme perbaikan yang diperlukan. Pilar rekayasa lingkungan termasuk di infrastruktur sarana pelayanan kesehatan dasar dan di rumah tangga yang merawat kasus dengan gejala ringan dan tidak membutuhkan perawatan di RS. Kegiatan pengendalian ini ditujukan untuk memastikan bahwa ventilasi lingkungan cukup memadai di semua area didalam fasilitas pelayanan kesehatan serta di rumah tangga, serta kebersihan lingkungan yang memadai. Harus dijaga pemisahan jarak minmal 1 m antara setiap pasien, termasuk dengan petugas kesehatan (bila tidak menggunakan APD). Pilar alat pelindung diri (APD). Penggunaan secara rasional dan konsisten APD yang tersedia serta kebersihan tangan (hand hygiene) yang memadai juga akan membantu mengurangi penyebaran infeksi. Meskipun memakai APD adalah langkah yang paling kelihatan dalam upaya pengendalian dan penularan infeksi, namun upaya ini adalah yang terakhir dan paling lemah dalam hirarki kegiatan PPI. Oleh karena itu tidak boleh mengandalkannya sebagai strategi utama pencegahan. Pencegahan dan pengendalian infeksi pada penyakit virus Ebola secara ringkas dapat dilakukan sebagai berikut: 29

30 A. Kesiapsiagaan Sebelum Terdapat Kasus Penyakit Virus Ebola 1. Ruangan perawatan Ruang perawatan yang diperlukan adalah ruang isolasi sesuai standar. 2. Alat dan Bahan yang harus disiapkan Alat pelindung diri sekali pakai (sarung tangan karet, baju kedap air /apron, masker bedah), kaca mata, sepatu boot karet (dapat digantikan dengan penutup sepatu kedap air). 3. Sarana pembuangan limbah Logistik : - Kantong plastik infeksius (warna kuning / merah) - Kontainer khusus benda tajam - Alat angkut kontainer (troli, dll) - Incenerator - APD untuk pengelola limbah (sarung tangan karet, baju kedap air /apron, masker bedah, kaca mata, sepatu boot karet dapat digantikan dengan penutup sepatu kedap air). Prosedur pengelolaan limbah - Semua limbah ditangani secara aman - Benda tajam (jarum suntik, tabung suntik, benda berbahan kaca) dan tabung yang kontak dengn drh atau cairan tubuh diletakkan dalam kontainer khusus benda tajam - Limbah infeksius padat dan tidak tajam dikumpulkan kedalam plastik kedap air dan dimasukkan kedalam kontainer tertutup. Kontainer tidak boleh bersentuhan dengan petugas pembawa kontainer, dapat dipindahkan dengan menggunakan alat (troli, dll). - Semua limbah padat dan tajam dimusnahkan menggunakan incenerator. Limbah cair diolah di Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL). - Area pengolahan limbah harus tertutup dari hewan, tenaga yang tidak terlatih dan anakanak. B. Pada Saat Merawat Kasus Penyakit Virus Ebola 1. Perawatan pasien Memakai APD lengkap (baju pelindung, masker, kacamata, sarung tangan dan sepatu) ketika merawat atau memasuki ruang perawatan pasien. APD yang kontak langsung dengan pasien (sarung tangan, apron) harus diganti bila petugas akan merawat pasien lain. Melakukan kebersihan tangan (hand hygiene) pada 5 moment yaitu sebelum mengenakan sarung tangan dan APD lain ketika memasuki ruangan pasien, sebelum melakukan prosedur kebersihan atau aseptik pada pasien, setelah berisiko terpajan cairan tubuh, setelah menyentuh permukaan barang- barang yang ada di sekitar pasien (termasuk permukaan atau 30

31 barang-barang yang tercemar) dan setelah melepas APD ketika sudah keluar dari ruangan pasien. Pada prosedur medis yang menghasilkan aerosol harus mengikuti langkah berikut: - Memakai pelindung mata (kacamata atau pelindung wajah). - Memakai gaun lengan panjang dan sarung tangan bersih, tidak steril, (beberapa prosedur ini membutuhkan sarung tangan steril). - Memakai apron kedap air untuk beberapa prosedur dengan volume cairan yang tinggi diperkirakan mungkin dapat menembus gaun. - Orang yang tidak berhubungan langsung dengan perawatan pasien dilarang memasuki ruang perawatan. - Melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungannya dan setelah pelepasan APD. 2. Penanganan limbah Semua limbah ditangani secara aman Benda tajam (jarum suntik, tabung suntik, benda berbahan kaca) dan tabung yang kontak dengn drh atau cairan tubuh diletakkan dalam kontainer khusus benda tajam Limbah infeksius padat dan tidak tajam dikumpulkan kedalam plastik kedap air dan dimasukkan kedalam kontainer tertutup. Kontainer tidak boleh bersentuhan dengan petugas pembawa kontainer, dapat dipindahkan dengan menggunakan alat (troli, dll). Semua limbah padat dan tajam dimusnahkan menggunakan incenerator. Limbah cair diolah di Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL). Area pengolahan limbah harus tertutup dari hewan, tenaga yang tidak terlatih dan anak-anak. 3. Penanganan jenazah Jenazah tidak boleh disentuh secara langsung tanpa menggunakan APD lengkap. Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah. Seluruh petugas pemulasaraan jenazah menggunakan APD lengkap. Melakukan kebersihan tangan sesuai dengan ketentuan dengan sabun cair dan air mengalir. Sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan petugas mencuci tangan dengan sabun cair dan air mengalir Perlakuan terhadap jenazah: luruskan tubuh, tutup mata, telinga dan mulut dengan kapas / plester kedap air, lepaskan alat kesehatan yang terpasang, setiap luka harus diplester dengan rapat. 31

32 Jika diperlukan untuk memandikan jenazah, pemulasaran harus dilakukan di rumah sakit oleh petugas yang sudah dilatih dengan tetap memperhatikan Kewaspadaan isolasi (kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi). Air pencuci dibubuhi bahan desinfektan. Jenazah tidak boleh dibalsem, atau disuntik pengawet. Jenazah diperlakukan sesuai keyakinan masing masing dengan tetap menjaga tidak kontak dengan jenazah. Jenazah kemudian dimasukkan dalam kantong jenazah yang terbuat dari plastik yang tidak tembus air dan dimasukkan dalam peti jenazah dan diberi lakban/lem kayu sekelilingnya. Jika akan diautopsi hanya dapat dilakukan oleh petugas khusus. Autopsi dapat dilakukan jika sudah ada izin dari pihak keluarga dan direktur rumah sakit. Jenazah yang sudah dimasukkan dalam peti jenazah tidak boleh dibuka lagi Jenazah sebaiknya hanya diantar / diangkut dengan mobil jenazah. Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 jam disemayamkan di dalam pemulasaraan jenazah. Setelah semua prosedur jenazah dilaksanakan dengan baik, maka pihak keluarga dapat turut dalam penguburan jenazah tersebut. Penguburan dapat dilaksanakan di tempat pemakaman umum. 32

33 BAB VI KOMUNIKASI RISIKO A. Tujuan Komunikasi risiko ini bertujuan untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat tentang penyakit virus Ebola, cara penularannya, cara pencegahan secara mandiri dan yang harus dilakukan ketika mulai menunjukkan gejala yang sesuai dengan penyakit virus Ebola serta untuk menepis informasi yang tidak benar terkait penyakit virus Ebola. B. Isi pesan 1. Pengenalan penyakit virus Ebola Penyakit Virus Ebola adalah salah satu penyakit demam berdarah virus yang sering berakibat fatal pada manusia dan primata. Virus Ebola pertama kali diidentifikasi di Sudan dan di wilayah terdekat dari Zaire pada tahun Ada 5 spesies virus Ebola, yaitu Bundibugyo, Tai Forest, Reston, Sudan dan Zaïre. Spesies Bundibugyo, Sudan, dan Zaire adalah penyebab wabah besar di Afrika yang menyebabkan kematian pada 25-90% kasus klinis. Penyakit ditandai dengan demam mendadak, lemah, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan. Gejala ini diikuti dengan muntah, diare, ruam, gangguan fungsi ginjal dan hati, dan dalam beberapa kasus terjadi perdarahan internal maupun eksternal. Masa inkubasi 2-21 hari. Gejala dapat timbul kapan saja, umumnya 8-10 hari setelah terinfeksi. 2. Cara penularan Penularan Virus Ebola ditularkan melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, air susu, secret (saliva, keringat, urine, sperma) dan jaringan orang atau hewan (simpanse, gorila, monyet, antelop hutan, kelelawar buah) terinfeksi. Penularan antar manusia terjadi dengan cara: a. Kontak Langsung Selaput lendir atau kulit terluka dengan darah atau cairan tubuh orang terinfeksi. b. Kontak Tidak langsung Dengan barang, alat medis, atau lingkungan terkontaminasi cairan tubuh pasien terinfeksi 3. Cara pencegahan penularan Beberapa cara pencegahan penularan yang digunakan untuk mencegah penularan penyakit virus Ebola, antara lain: 33

34 - Hindari kontak dengan orang atau hewan penular yang sakit, terutama dengan gejala penyakit virus Ebola. - Selalu menjaga kesehatan dengan melaksanakan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), termasuk Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). - Mengkonsumsi makanan bergizi yang diolah dengan baik. - Meyakinkan orang sakit bahwa meskipun belum ada pengobatan spesifik, tapi masih ada harapan untuk sembuh jika diobati secara cepat dan tepat. Ada 4 cara yang bisa digunakan untuk membunuh virus Ebola: a. Terpapar sinar matahari untuk beberapa waktu yang lama (many hours of sunlight) b. Paparan panas yang tinggi (very high heat) c. Klorin d. Sabun 4. Kelompok berisiko Kelompok yang paling berisiko terkena penyakit virus Ebola, antara lain: - Petugas kesehatan yang merawat pasien - Keluarga pasien - Petugas non kesehatan yang kontak atau berada di sekitar pasien (cleaning service, petugas pemakaman) - 5. Upaya yang dilakukan untuk orang yang bergejala sesuai dengan penyakit virus Ebola - Menghindari kontak langsung dengan keluarga/ teman/ orang lain - Memperbanyak konsumsi cairan - Mengkonsumsi makanan bergizi yang diolah dengan baik - Menghindari bepergian ke tempat-tempat umum - Berobat ke RS rujukan. 6. Upaya yang bisa dilakukan pada orang yang kontak dan pelaku perjalanan dari dan ke negara terjangkit - Mempraktekkan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat). Seperti memncuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan antiseptic yang beralkohol dan menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh pasien. - Tidak memegang barang baran yang kemungkinan telah dipegang oleh pasien. - Memantau kesehatan secara mandiri selama 21 hari sejak kontak terakhir. - Segera mendatangi rumah sakit terdekat jika menunjukkan gejala yang lebih berat. - Menghindari RS yang merawat pasien penyakit virus Ebola. 34

35 7. Upaya yang dilakukan untuk orang yang berisiko tinggi (petugas yang menangani pasien penyakit virus Ebola, dan keluarga pasien): - Memakai APD yang tepat ketika menangani pasien - Memakai dan melepas APD sesuai prosedur - Mencuci tangan segera setelah kontak dengan pasien - Menangani limbah pasien sesuai prosedur - Mencuci pakaian pasien dengan memisahkan dari pakaian lainnya. - Melakukan desinfeksi pada barang barang yang kemungkinan telah kontak dengan pasien. C. Sasaran Sasaran yang perlu mengetahui risiko penularan dan pencegahan penularan penyakit virus Ebola adalah: - Masyarakat (semua orang di luar tenaga kesehatan) - Petugas kesehatan dan petugas lain yang berisiko kontak dengan pasien penyakit virus Ebola terutama di rumah sakit dan di pintu masuk negara. - Pesan khusus bagi sasaran yang merupakan kasus, kontak, dan berisiko tinggi (pelaku perjalanan dari atau ke negara terjangkit, petugas yang menangani pasien penyakit virus Ebola) D. Media Media yang bisa digunakan untuk melakukan komunikasi risiko melalui door to door, ketemu per orang, radio, pamfelt, banner, leaflet. Komunikasi risiko harus dilakukan dengan kesabaran dan berulang ulang. FAQ harus disediakan dan diupdate sesuai kebutuhan. 35

36 DAFTAR PUSTAKA 1. WHO Ebola and Marburg virus disease epidemics: preparedness, alert, control, and evaluation. 2. WHO RISK ASSESSMENT Human infections with Zaïre Ebolavirus in West Africa 3. WHO. 21Case definition recommendations for Ebola or Marburg Virus Diseases 4. WHO WHO Statement on the Meeting of the International Health Regulations Emergency Committee Regarding the 2014 Ebola Outbreak in West Africa 5. CDC Interim Guidance for Monitoring and Movement of Persons with Ebola Virus Disease Exposure MSF 7. IATA guidelines for air crew to manage a suspected communicable disease or other public health emergency on board 8. IATA guideline for cleaning crew for an arriving aircraft with a suspected case of communicable disease 9. ICAO Health related documents (1) Procedures for Air Navigation Services; (2) Annex 6 Medical Supplies 10. WHO Aviation Guide which includes information on sanitizing of aircraft 11. CDC Key Messages Ebola Virus Disease, West Africa 12. International Civil Aviation Organization Technical Instructions for the Safe Transport of Dangerous Goods by Air,

37 LAMPIRAN Lampiran 1 S - PVE Form Investigasi Kasus i Data Dasar Identitas Kasus Nama : Tgl lahir / umur : Jenis Kelamin : Pekerjaan : (sebutkan secara spesifik) Alamat : No. Klaster: Yang diwawancarai :(nama & hubungan dengan pasien) Tanggal mulai sakit, tanda dan gejala :... Tanggal masuk RS /tanggal kunjungan ke layanan kesehatan : Tgl Nama RS Ruang rawat Daftar kontak kasus : Nama Umur JK Hubungan dg Kasus Alamat Rumah No hp/ telp yang dapat dihubungi 37

38 Tanggal pengambilan spesimen, pemeriksaan lab dan jenis spesimen : Tgl Pengambilan Sampel Jenis Spesimen Jenis Pemeriksaan Lab Tgl Pemeriksaan Lab dan Hasil ii Informasi Paparan dan Riwayat Perjalanan a. Riwayat kontak dengan hewan : - Jenis Hewan :... - Tanggal kontak :... - Jenis kontak :... (misal penjaga hewan, pengunjung ) b. Riwayat kontak manusia : Riwayat kontak dengan orang yang bergejala demam mendadak disertai minimal - 3 gejala (sakit kepala, muntah, diare, tidak nafsu makan, lemah, nyeri perut, sakit otot atau sendi, sulit menelan, sesak napas dan atau cegukan (hiccup), jenis kontak, frekuensi, lama paparan dan lokasi :... - Riwayat dirawat di RS sebelumnya : Riwayat mengunjungi kasus yang dirawat di RS :... c. Paparan makanan : - Riwayat mengkonsumsi makanan atau minuman yang belum dimasak :... - Riwayat mengkonsumsi daging atau produk hewan setengah matang :... - Riwayat menyiapkan daging mentah untuk dimasak :... d. Riwayat Perjalanan : - Tanggal perjalanan :... 38

39 - Tujuan :... - Durasi perjalanan :... - Moda transportasi :... - Aktivitas selama perjalanan : e. Informasi Klinis Data klinis : - Tanggal mulai timbul dan gejala : - Tanda dan gejala : Kronologi sakit (tgl mulai ke pelayanan kesehatan, tgl masuk RS, tgl mulai - perburukan klinis, dan hasil akhir dirawat) :... - Komplikasi yang terjadi:... - Adakah penyakit kronis lain:... - Tanggal dan hasil pemeriksaan penunjang (lab) :... - Penggunaan alat bantu :... - Penggunaan obat :... f Data laboratorium : Tanggal Pengambilan spesimen Jenis Spesimen Jenis Pemeriksaan Tanggal dan hasil pemeriksaan Nama Lab pemeriksa Keterangan 39

40 Lampiran 2 S-PEV-K Form Pemantauan Kontak Tempat pemantauan (Rumah /Puskesmas / RS/ lainnya) : Nama Kasus: Kab/kota : No. Epid : No Nama L/P Umur Tgl kontak terakhir Tanggal dan hasil pemantauan*) Jenis spesimen & tanggal pengambilan Hasil pemeriksaan penunjang Ket Isikan tgl dan hasil pemantauan*) X : Sehat S : Sakit yang memenuhi kriteria kasus

41 Lampiran 3 Notifikasi KKP Form Notifikasi Kantor Kesehatan Pelabuhan :... Tanggal :... No. Nama No. Paspor Umur L/P Alamat asal Gejala Pengobatan yang diberikan Keterangan: Form ini dikirim ke Posko KLB dan ditembuskan ke Dinas Kesehatan Provinsi yang bersangkutan 41

42 Lampiran 4 Form Pengiriman Spesimen FORMULIR TERSANGKA EBOLA PUSAT BIOMEDIS DAN TEKNOLOGI DASAR KESEHATAN IDENTITAS PELAPOR Tanggal Laporan : / / Dilaporkan oleh: Rumah Sakit : Kota Kab No Rekam Medis : Spesimen diperiksa di laboratorium rujukan : No. Identifikasi pasien: ( diisikan oleh petugas Balitbangkes ) IDENTITAS PASIEN Nama Pasien : bin/binti Tanggal lahir / Usia : / / atau Usia: th Bulan Jenis Kelamin : Pria Wanita Nama Kepala Keluarga : Alamat : Telepon RIWAYAT DIRAWAT 42

43 Kunjungan Pertama Kunjungan Kedua Kunjungan Ketiga Tanggal dirawat / / / / / / Rumah Sakit : Rumah Sakit : Rumah Sakit : TANDA & GEJALA Tanggal onset gejala (panas) / / Gejala klinis saat dirawat di Rumah Sakit sekarang Panas >= 38 C Ya Tidak Tidak tahu Lesu Ya Tidak Tidak tahu Sakit Tenggorokan Ya Tidak Tidak tahu Sakit Kepala Ya Tidak Tidak tahu Mual Ya Tidak Tidak tahu Nyeri Otot Ya Tidak Tidak tahu Muntah Ya Tidak Tidak tahu Diare Ya Tidak Tidak tahu Pendarahan Ya Tidak Tidak tahu 43

44 PENGAMBILAN SAMPEL Darah Tanggal diambil / / Lab Serum Tanggal diambil / / Lab Urin Tanggal diambil / / Lab Semen Tanggal diambil / / Lab Biopsohati Tanggal diambil / / Lab CSF Tanggal diambil / / Lab RIWAYAT KONTAK/PAPARAN Dalam 21 hari sebelum sakit, apakah pasien melakukan perjalanan ke daerah terjangkit Ebola (Afrika) Ya Tidak Tidak tahu Jika Ya : Sebutkan Dalam 21 hari sebelum sakit, apakah pasien kontak dengan orang terjangkit virus Ebola Ya Jika Ya Tidak Nama Alamat Hubungan Tgl. Kontak Pertama Tgl. Kontak Terakhir 44

45 Apa orang tsb tersangka/terinfeksi Ebola? Ya Tidak Tidak tahu Apa ada anggota keluarga yang sakitnya sama? Ya Tidak Tidak tahu Dalam 21 hari sebelum sakit apakah pasien kontak dengan hewan (monyet, kera, kelelawar)? Ya Tidak HASIL Pasien dipindahkan ke RS Rujukan? Ya Tidak Tidak tahu Jika Ya, ke Rumah Sakit mana? Pasien meninggal sebelum dipindahkan atau selesai di investigasi : Ya Tidak PENGAMBILAN SAMPEL Jenis Sampel Tanggal sampel diambil 45

46 CATATAN Jika ada data, informasi, keterangan atau apa saja yang dianggap perlu silakan tulis. Hasil-hasil laboratorium lainnya: 46

47 Lampiran 5 Standar Kewaspadaan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Elemen Kunci 1. Cuci tangan secara higien Bagaiman cara Mencuci tangan secara higien? Bersihkan tangan dengan cairan yang berbahan alkohol atau dengan air mengalir dan sabun. Cuci tangan dengan air dan sabun ketika tangan terlihat kotor atau di terkena darah atau cairan tubuh pasien dan juga setelah keluar dari toilet. If exposure to potential spore-forming pathogens is strongly suspected or proven, including outbreaks of Clostridium difficile, hand washing with soap and water is the preferred means. Ringkasan Teknik : Cuci tangan (40 60 detik), basahi tangan dan pakai sabun; gosok seluruh permukaan; bilas dengan air mengalir; keringkan dengan handuk. Rubbing tangan (20 30 detik), gunakan produk secukupnya. Rub seluruh permukaan sampai kering. Ringkasan Indikator : Sebelum menyentuh pasien : cuci tangan sebelum menyentuh pasien. Sebelum melakukan prosedur septik dan aseptik: cuci tangan segera sebelum kontak dengan paparan infeksius dari pasien (seperti membran mukosa, kulit yang terbuka). Setelah terpapar cairan tubuh pasien yang berisiko: cuci tangan ketika meninggalkan pasien setelah menyentuh pasien. Setelah menyentuh area di sekitar pasien: cuci tangan setelah menyentuh benda yang berada di sekitar pasien walaupun tanpa menyentuh pasien. 2. Sarung tangan Gunakan sarung tangan ketika menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, membran mukosa dan kulit yang terbuka. Ganti sarung tangan ketika berpindah pasien setelah menyentuh sesuatu yang berpotensi infeksius Lepaskan sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang tidak terkontaminasi, dan sebelum berpindah ke pasien lain. segera cuci tangan setelah melepas sarung tangan. 3. Pelindung wajah ( mata, hidung dan mulut)

48 Gunakan masker bedah dan pelindung mata atau pelindung wajah untuk melindungi mukosa membran mata, hidung, dan mulut selama melakukan aktivitas yang bersentuhan dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi. 4. Baju Pelindung Gunakan untuk melindungi kulit dan baju selama bersentuhan dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi. Lepas segera baju pelindung dan lakukan cuci tangan higien setelahnya. 5. Pencegahan tusukan jarum dan cedera benda tajam lainnya Handling needles, scalpels, and other sharp instruments or devices. 6. Higiene pernafasan dan Etika Batuk Orang dengan gejala gangguan pada saluran pernafasan perlu menerapkan pengendalian berikut : Tutupi hidung dan mulut ketika bersin / batuk dengan tisu/ masker,dan segera cuci tangan setelah menyentuh sekresi saluran pernafasan. Yang Harus dilakukan Fasilitas Pelayanan Kesehatan : Letakkan pasien dengan gejala acute febrile respiratory minimal 1 meter (3 kaki) dari area lainnya jika memungkinkan Post visual alerts at the entrance to health-care facilities instructing persons with respiratory symptoms to practise respiratory hygiene/cough etiquette. Pertimbangkan untuk meletakkan peralatan cuci tangan, masker dan tisu untuk disediakan di area umum yang bisa digunakan untuk mengevaluasi pasien yang bergejala respirator. 7. Pembersihan lingkungan Gunakan prosedur yang adekuat untuk kembersihkan secara rutin dan desinfeksi lingkungan atau menyentuh permukaan benda. 8. Linen Handle, Pengangkutan, dan proses pengginaan linen in a manner: Mencegah paparan pada kulit dan mukosa membran dan kontaminasi pada pakaian Hindari perpindahan bakteri patogen ke pasien lain atau lingkungan lainnya. 48

49 9. Pengelolaan limbah Pastikan manajemen pengelolaan limbah dilakukan dengan aman Perlakukan limbah yang terontaminasi dengan darah, cairan tubuh, seresi, ekskresi sebagai limbah medis sesuai peraturan yang berlaku Jaringan tubuh manusia dan limbah laboratorium berhubungan langsung dengan spesimen harus diperlakukan sebagai limbah medis. Discard single use items properly. 10. Peralatan perawatan pasien Handle equipment solid dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi in a manner that prevents skin and mucous membrane exposures, contamination of clothing, and transfer of pathogens to other patients or the environment Bersihkan, desinfeksi, dan proses kembali peralatan yang bisa digunakan kembali sebelum digunakan untuk pasien lainnya Bersihkan used instrument Buang jarum yang sudah digunakan dan benda tajam lainnya. 49

50 Lampiran 6 Contoh APD dan Langkah langkah Memakai APD 1. APD lengkap (baju pelindung, masker, kacamata, sarung tangan, apron dan sepatu) yang diperlukan seperti pada gambar berikut ini: 2. Pemakaian atau pelepasan APD harus dilakukan dibawah pengawasan petugas yang terlatih. Petunjuk pemakaian ini harus di tempelkan di dinding ruang ganti pakaian. Langkah langkah ini harus dipatuhi dalam menggunakan APD. 3. Pakailah scrub suit di ruang ganti. 4. Pakailah sepatu boot karet; jika tidak tersedia pastikan kaki tertutup dengan sepatu yang tahan air dan terlindung dari tusukan dan pakailah penutup sepatu. ATAU,JIKA TIDAK TERSEDIA SEPATU BOOT 50

51 5. Pakailah baju pelindung yang 6. Pakailah pelindung wajah dantaranya: menutupi seluruh tubuh 6 a. Pakailah masker medis 6 b. Pakailah kaca mata dan pelindung wajah 7. Jika terdapat lecet pada kulit kepala atau khawatir terkena cipratan ciran, maka gunakan tutup kepala. 51

52 8. Cuci tangan secara higien 9. Pakailah sarung tangan (melebihi manset) 10. Jika tidak tersedia baju pelindung yang kedap padahal harus melakukan aktivitas berat (misalnya mengangkat pasien), atau melakukan pekerjaan yang akan kontak dengan darah dan cairan tubuh, maka gunakan apron tahan air di atas pakaian. Walaupun Menggunakan APD : - Hindari menyentuh atau mengimprove APD - Buang sarung tangan yang robek atau rusak - Ganti sarung tangan untuk pasien yang berbeda - Cuci tangan sebelum memakai sarung tangan yang baru 52

53 Lampiran 7 Langkah Langkah melepas APD: 1. Lepaskan apron plastik dan buanglah dengan aman, (jika apron digunakan kembali, tempat di wadah disinfektan) 2. Jika Menggunakan pelindung sepatu, lepaskan saat masih menggunakan sarung tangan 3. Lepaskan gaun, sarung tangan dan rol dan buang dengan aman. 4. Jika Menggunakan Boot karet, lepas (m enggunakan alat spt gambar) tanpa menyentuh, kemudian taruh di bak container dan lakukan desinfeksi. 53

54 5. Cuci tangan secara higien 6. jika menggunakan penutup kepala, lepas sekarang (dari arah belakang kepala) 7. Lepaskan pelindung wajah 7a. Lepaskan kaca mata dari arah belakang 7b. Lepaskan masker dari arah belakang kepala 8. Lakukan cuci tangan higien 54

55 Lampiran 8 Langkah langkah Kebersihan Tangan (Hand Hygiene) 1.Tuangkan larutan antiseptik pada telapak tangan 2. Ratakan antiseptik pada seluruh telapak tangan 3. ratakan pada sela sela jari bagian punggung 4. ratakan pada sela sela jari bagian bawah 5. putar jari jari untuk meratakan 6. gosok ibu jari 7. garuk bagian dalam tangan 8. tangan sudah bersih 55

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR 2014 Pedoman Surveilans

Lebih terperinci

Penyakit Virus Ebola

Penyakit Virus Ebola Penyakit Virus Ebola Penyakit Virus Ebola merupakan penyakit yang berbahaya dan sangat mematikan. Pertambahan kasus yang cukup cepat dari waktu ke waktu, angka kematian yang cukup tinggi dan adanya mekanisme

Lebih terperinci

PEDOMAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI PENYAKIT VIRUS EBOLA

PEDOMAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI PENYAKIT VIRUS EBOLA PEDOMAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI PENYAKIT VIRUS EBOLA DAFTAR KONTRIBUTOR DAN EDITOR Kontributor: 1. dr. H.M.Subuh, MPPM 2. dr. Wiendra Waworuntu, MKM 3. dr. Sila Wiweka, Sp.P 4. dr. Iman Firmansyah, Sp.PD

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Keracunan Pangan. Kejadian Luar Biasa. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA

Lebih terperinci

PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN

PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN PENANGGULANGAN SARS PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN R.I TAHUN 2003 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II PENGERTIAN...

Lebih terperinci

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 PENDAHULUAN KEWASPADAAN ISOLASI PELAKSANAAN PPI DI RS & FASILITAS PETUNJUK PPI UNTUK

Lebih terperinci

PANDUAN PRATIKUM KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

PANDUAN PRATIKUM KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA PANDUAN PRATIKUM KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA PENDAHULUAN Gobalisasi serta semakin cepat dan singkatnya perjalanan lintas dunia untuk perdagangan, wisata, bisnis dan transportasi barang, maka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? Virus influenza A H7 adalah kelompok virus influenza yang biasanya beredar di antara burung. Virus influenza A (H7N9) adalah salah satu sub-kelompok di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9) PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9) INFLUENZA (FLU BURUNG, H1N1,SARS) Merupakan New Emerging Disease Penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang ditularkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. No.503, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG JENIS PENYAKIT

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri. BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

PENGAMBILAN, PENGEMASAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN MERS-CoV dan EBOLA

PENGAMBILAN, PENGEMASAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN MERS-CoV dan EBOLA PENGAMBILAN, PENGEMASAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN MERS-CoV dan EBOLA Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbangkes, Kemenkes RI Hotel Ameroosa-Bogor, 28 Agustus 2014 Overview Struktur virus

Lebih terperinci

KESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV

KESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV KESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV ( Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus) DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI MERS-CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus. Virus ini

Lebih terperinci

SPO PEMULASARAN JENAZAH. No. Revisi: 02. No. Dokumen: Halaman : 1/2. Diterbitkan Direktur, Tanggal Terbit : 01 Januari 2012

SPO PEMULASARAN JENAZAH. No. Revisi: 02. No. Dokumen: Halaman : 1/2. Diterbitkan Direktur, Tanggal Terbit : 01 Januari 2012 PEMULASARAN JENAZAH 29..01 1/2 Diterbitkan Direktur, dr. Badrul Munir Jauhari Pengertian Tujuan Kebijakan Pemulasaran jenazah adalah proses perawatan jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah satunya adalah melalui penilaian terhadap

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1968, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Penyakit Infeksi Emerging Tertebtu. Biaya Pasien. Pembebasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum

Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum Apa itu MERS CoV? Mers CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (Sindrom pernapasan Timur Tengah karena Virus

Lebih terperinci

STANDAR PPI 1 PPI 1.1 PPI 2 PPI 3 PPI 4 PPI 5 PPI 6 PPI 6.1

STANDAR PPI 1 PPI 1.1 PPI 2 PPI 3 PPI 4 PPI 5 PPI 6 PPI 6.1 D NO 1 2 3 4 STANDAR PPI 1 PPI 1.1 5 6 PPI 2 7 8 9 PPI 3 10 11 12 PPI 4 13 14 15 PPI 5 16 17 18 19 20 PPI 6 21 22 23 PPI 6.1 24 25 26 PPI 6.2 27 28 29 PPI 7 30 31 32 33 PPI 7.1 34 35 36 37 38 PPI 7.2 39

Lebih terperinci

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang 7 menit dibutuhkan Tujuan station Menilai kemampuan prosedur perawatan jenazah HIV/AIDS di RS Area kompetensi 1. Komunikasi efektif pada

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan APD perlu pengawasan karena dengan penggunaan APD yang tidak tepat akan menambah cost TUJUAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

Panduan Identifikasi Pasien

Panduan Identifikasi Pasien Panduan Identifikasi Pasien IDENTIFIKASI PASIEN 1. Tujuan Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit. Mengurangi kejadian

Lebih terperinci

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae. Arie W, FKM Undip FLU BABI PIG FLU SWINE FLU Terbaru : Influensa A H1N1 Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae. Bersifat wabah

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) di Indonesia

Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) di Indonesia Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) di Indonesia Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan SOP PENGELOLAAN LIMBAH No : CSU/STI/05 Tanggal pembuatan : 10 FebruarI 2007 Tanggal peninjauan kembali : 10 FebruarI 2008 TUJUAN : Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat

Lebih terperinci

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM KEWASPADAAN ISOLASI Oleh : KOMITE PPIRS RSCM POKOK BAHASAN Pendahuluan Definisi Kewaspadaan Transmisi Etika batuk Menyuntik yang aman Prosedur lumbal pungsi Kelalaian - kelalaian Tujuan Setelah pelatihan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5 DAFTAR ISI 1.1 Latar belakang...1 1.2 Definisi...4 1.3 Pengelolaan Linen...5 i PEMROSESAN PERALATAN PASIEN DAN PENATALAKSANAAN LINEN Deskripsi : Konsep penting yang akan dipelajari dalam bab ini meliputi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG PENETAPAN PENYAKIT FLU BARU H1N1 (MEXICAN STRAIN) SEBAGAI PENYAKIT YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

SOP PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/2013

SOP PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/2013 PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/203 Tanggal Pengertian Tujuan Kebijakan Prasarana Prosedur Tetap Catatan - Mengambil sampel air bersih / air minum untuk pemeriksaan bakteriologis

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2018 KEMHAN. Penanggulangan Wabah Penyakit Menular. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/405/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/405/2014 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/405/2014 TENTANG PENYAKIT VIRUS EBOLA SEBAGAI PENYAKIT YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perkarantinaan hewan

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. Cadasari Kab. Pandeglang Banten DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN

Lebih terperinci

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI (Penjelasan ttg MERS CoV) Tanggal 27 Agustus 2013 Pengertian MERS CoV MERS CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016 1. PANDUAN KESELAMATAN UNTUK PETUGAS KESEHATAN I. Pengantar Panduan

Lebih terperinci

PPI TELUSUR SKO R 1 MATERI Pembentukan Tim PPI, pengorganisasian, operasional, program kerja, pelaksanaannya

PPI TELUSUR SKO R 1 MATERI Pembentukan Tim PPI, pengorganisasian, operasional, program kerja, pelaksanaannya TELUSUR POKJA PPI PPI TELUSUR SKO R 1 MATERI Pembentukan Tim PPI, pengorganisasian, operasional, program kerja, pelaksanaannya Kualifikasi ketua dan anggota Tim PPI Uraian tugas ketua dan anggota Tim PPI

Lebih terperinci

Pengendalian infeksi

Pengendalian infeksi Pengendalian infeksi Medis asepsis atau teknik bersih Bedah asepsis atau teknik steril tindakan pencegahan standar Transmisi Berbasis tindakan pencegahan - tindakan pencegahan airborne - tindakan pencegahan

Lebih terperinci

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI FLU BURUNG AVIAN FLU AVIAN INFLUENZA BIRD FLU RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI VIRUS INFLUENZA Virus famili orthomyxoviridae Tipe A,B,C Virus A dan B penyebab wabah pada manusia Virus C

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP Jalan Raya Sungai Kakap Telp. (0561) 743574 Kecamatan Sungai Kakap Kode Pos 78381 KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SUNGAI KAKAP Nomor : 445/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh petugas medis untuk kesehatan masyarakat bisa dilakukan di poliklinik maupun di rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENDAHULUAN Pengendalian infeksi (PI) merupakan upaya yang wajib dilakukan oleh setiap dr/drg/nakes yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 82/2000, KARANTINA HEWAN *37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

Simulasi Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya

Simulasi Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya Simulasi Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya Simulasi hari pertama : Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya Desa Dangin Tukadaya disimulasikan sebagai daerah Kejadian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Prosedur Khusus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Prosedur Khusus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Prosedur Khusus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi Pedoman Acuan Ringkas Ucapan

Lebih terperinci

FORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI

FORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI FORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI Penerapan Formulir Prosedur Operasi Standar Risiko Tinggi disarankan untuk proses, eksperimen, atau manipulasi yang mengandung risiko tinggi dan yang memerlukan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

pola kuman 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta 4. Program penggunaan antimikroba rasional

pola kuman 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta 4. Program penggunaan antimikroba rasional 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta pola kuman 3. Program pendidikan dan pelatihan PPI 4. Program penggunaan antimikroba rasional N0 KEGIATAN MONITORING

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan

Lebih terperinci

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU BAB I DEFINISI Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko

Lebih terperinci

BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) Nama Rumah Sakit Alamat Rumah Sakit Nama Pembimbing Tanggal Bimbingan : : : : STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN PROGRAM KEPEMIMPINAN DAN KOORDINASI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak menular. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA KOTA BANDA ACEH NOMOR : /TU.K/ / /2015

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA KOTA BANDA ACEH NOMOR : /TU.K/ / /2015 PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA Jl. Soekarno-Hatta, Banda Raya, Banda Aceh (23238) Telp./Faks. (0651) 43097/ 43095 Email: rsum@bandaacehkota.go.id Website: http://rsum.bandaacehkota.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petugas kesehatan yang paling sering berinteraksi dan paling lama kontak dengan pasien dalam memberikan asuhan salah satunya adalah perawat (Nursalam, 2011). Perawat

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM UPT. PUSKESMAS PENANAE PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM No. Dokumen : No Revisi : SOP Tanggal terbit: Halaman: Ttd.Ka.Puskesmas : N u r a h d i a h Nip.: 196612311986032087 1. PENGERTIAN Limbah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

Pengambilan dan Pengiriman Sampel

Pengambilan dan Pengiriman Sampel Pengambilan dan Pengiriman Sampel Kenali Laboratorium Anda Ketahui jenis-jenis uji yang dapat dilakukan dan pilihlah yang terbaik Sediakan semua informasi yang dibutuhkan Hubungi lab bila Anda perlu informasi

Lebih terperinci

KESIAPSIAGAAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DALAM CEGAH TANGKAL MERS-COV DI PINTU MASUK NEGARA

KESIAPSIAGAAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DALAM CEGAH TANGKAL MERS-COV DI PINTU MASUK NEGARA KESIAPSIAGAAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DALAM CEGAH TANGKAL MERS-COV DI PINTU MASUK NEGARA Middle East Respiratory Syndroma Corona Virus (MERS CoV) virus baru dari kelompok Corona virus (Novel corona

Lebih terperinci

PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG

PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG BAB I DEFINISI RUANG ISOLASI A. Definisi Ruang Isolasi Ruang isolasi adalah

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSU AULIA BLITAR

PEDOMAN PENGORGANISASIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSU AULIA BLITAR PEDOMAN PENGORGANISASIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSU AULIA BLITAR Disusun oleh : Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RUMAH SAKIT UMUM AULIA LODOYO BLITAR JL. RAYA UTARA LODOYO KEMBANGARUM

Lebih terperinci

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 110 Lampiran 2 111 112 Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA PETUGAS TB (TUBERCULOSIS) DI RUMAH SAKIT YANG TELAH DILATIH PROGRAM HDL (HOSPITAL DOTS LINGKAGE)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. Seperti halnya di Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI KASUS KONFIRMASI ATAU PROBABEL INFEKSI VIRUS

PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI KASUS KONFIRMASI ATAU PROBABEL INFEKSI VIRUS PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI KASUS KONFIRMASI ATAU PROBABEL INFEKSI VIRUS MIDDLE EAST RESPIRATORY SYNDROME-CORONA VIRUS (MERS-CoV) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT World

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 97 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS MAKANAN SIAP SAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri patogen Leptospira, yang ditularkan secara langsung maupun tidak langsung dari hewan ke manusia,

Lebih terperinci

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK PEMERINTAHAN KABUPATEN SUMENEP DINAS KESEHATAN PUSKESMAS MONCEK KECAMATAN LENTENG SUMENEP 0 DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN... A DEFINISI... 2 B RUANG

Lebih terperinci

PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL

PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL Pengambilan dan Pengiriman Sampel Kenali Laboratorium Anda Ketahui jenis-jenis uji yang dapat dilakukan dan pilihlah yang terbaik Sediakan semua informasi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN I. UMUM Bencana dapat terjadi kepada siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, serta datangnya tak dapat diduga/diterka dan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SOP-110809001-LMB-01 00 `10 November 2014 1 DARI 5 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Dibuat Oleh : Petugas Limbah/Kesling Disetujui Oleh : Kepala Puskesmas ( Iskimi,Amkl ) NIP.19631025 199103 1 009 ( dr.h.t.fadhly

Lebih terperinci

PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1. RS Siti Khodijah Pekalongan

PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1. RS Siti Khodijah Pekalongan Pekalongan PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman STANDAR Adalah proses penanganan linen yang telah dipergunakan oleh pasien, yang tidak terkontaminasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20,

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, No.595, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Dampak Bahaya. Agensia Biologi. Aspek Kesehatan. Penanggulangan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA I. PENDAHULUAN Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit, perlu dilakukan pengendalian infeksi, diantaranya adalah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan perundang-undangan yang menyangkut perkarantinaan ikan, sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat penting pada saat sekarang ini, karena akan menambah masa perawatan pasien di rumah sakit sekaligus akan memperberat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyakit

Lebih terperinci

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY : Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung 16 KATA PENGANTAR Flu Burung (FB) atau Avian Influenza (AI) adalah suatu penyakit menular pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan subtipe

Lebih terperinci

BAB IV ANCAMAN VIRUS MERS BAGI WARGA NEGARA INDONESIA DI ARAB SAUDI DAN UPAYA PEMERINTAH INDONESIA

BAB IV ANCAMAN VIRUS MERS BAGI WARGA NEGARA INDONESIA DI ARAB SAUDI DAN UPAYA PEMERINTAH INDONESIA BAB IV ANCAMAN VIRUS MERS BAGI WARGA NEGARA INDONESIA DI ARAB SAUDI DAN UPAYA PEMERINTAH INDONESIA Bab ini akan menguraikan mengenai respon negara Indonesia terkait penyebaran virus MERS, cara mencegah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi Pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan Pedoman Ringkas Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari perawat selalu berinteraksi dengan pasien dan bahaya-bahaya di rumah sakit, hal tersebut membuat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping yang menyediakan berbagai macam jenis pelayanan

Lebih terperinci

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II Jl. Wates KM 5,5 Gamping, Sleman, Yogyakarta 55294 Telp. 0274 6499706, Fax. 0274 6499727 i SURAT

Lebih terperinci

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG PEMERINTAH KABUPATEN BERAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SAMBALIUNG JL.Mangkubumi II Rt. VII Sambaliung DAFTAR ISI 0 BAB I MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN... A DEFINISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV (Human Immune Deficiency Virus), relatif mudah menular dan mematikan.

Lebih terperinci

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%)

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%) Formulir Observasi Check List Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Tahun 2014 No Item Ya Tidak Skor (%) Penampungan dan pemilahan 1 Wadah limbah medis dan limbah non medis

Lebih terperinci