SUKA DUKA DALAM MELAKSANAKAN DIFUSI HASIL INOVASI PEMBAKAR SIKLON. Sumaryono

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SUKA DUKA DALAM MELAKSANAKAN DIFUSI HASIL INOVASI PEMBAKAR SIKLON. Sumaryono"

Transkripsi

1 SUKA DUKA DALAM MELAKSANAKAN DIFUSI HASIL INOVASI PEMBAKAR SIKLON Sumaryono Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara S A R I Pembakar siklon membutuhkan waktu dua puluh tahun untuk pengembangan mulai dari kapasitas (8 kg/jam kg/jam) sampai dengan model (primitif - semimodern). Pematangan suatu inovasi teknologi membutuhkan proses inkubasi. Proses inkubasi ini melalui interaksi langsung dengan pengguna. Interaksi ini didorong oleh suatu keinginan yang kuat agar inovasi teknologi ini tidak hanya mengisi rak-rak perpustakaan dan inovasipun terhenti. Keunggulan teknologi pembakar siklon yang telah dicapai sampai saat ini tidak terlepas dari masukan-masukan yang disampaikan oleh pengguna. Interaksi ini memperkaya parameter-parameter yang digunakan sebagai input untuk memperbaiki desain dan model dari pembakar siklon. Suka duka yang dialami penulis dalam mengembangkan produk inovasi pembakar siklon ini, antara lain hampir 'disandera', menyelamatkan pabrik dan ratusan karyawan dari ancaman gulung tikar. Hal yang menyenangkan dan belum pernah terbayangkan, antara lain untuk aplikasi pada industri kalsinasi kapur membawa penulis menjelajahi desa-desa di Pulau Jawa dan Sumatera. Hal yang paling unik ketika mengimplementasikan pembakar siklon di Belitung Timur, yaitu terjadi kesalahpahaman karena karyawan di pabrik tidak terlalu menguasai bahasa Indonesia maupun asing, bahkan dikejar-kejar hingga bandara karena perbedaan kesepakatan penggunaan kalori batubara. Kata kunci : inkubasi, pembakar siklon 1. PENDAHULUAN Dalam suatu program penelitian dan pengembangan, dimulai dari studi literatur untuk penguasaan teknologi yang sudah ada, didukung dengan pengetahuan yang luas dan kuat tentang potensi pendukung, kemudian potensi peluang pasar, selanjutnya tentu saja harus didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang mumpuni, baik iptek terapan maupun ilmu dasar yang mendukung sehingga litbang tetap pada rel yang benar dan menghasilkan inovasi yang mampu bersaing dengan produk yang telah ada. Inovasi yang baru dihasilkan perlu dimatangkan untuk menjadi teknologi yang handal di industri, melalui proses inkubasi dalam gelanggang aplikasi di industri sehingga semakin handal, baik dalam proses maupun perekayasaannya. Hasil litbang belum berarti kalau belum diuji di gelanggang aplikasi/implementasi dan untuk pembakar siklon gelanggangnya adalah industri, mulai dari industri kecil, mikro, industri menengah, sampai industri besar yang merupakan calon pengguna pembakar siklon dan adalah sasaran untuk pemasarannya. Dalam uji gelanggang ini selain untuk menguji kehandalannya ditinjau dari : Kehandalan dan rentang operasionalnya; 18

2 ketahanan dalam penggunaan; kestabilan dan konsistensi dalam operasionalnya; kemudahan untuk dioperasikan; perawatan (maintenance); keamanan dan keselamatan; daya saingnya. Juga yang sangat penting adalah dengan uji implementasi di industri, dapat diperoleh masukan-masukan yang berharga, diketahuinya kelemahan-kelemahan yang ada sehingga hasil litbang tersebut dapat terus ditingkatkan dan dikembangkan sehingga dihasilkan suatu inovasi teknologi yang lebih matang. Proses ini adalah bagian dari proses inkubasi teknologi. Penelitian pembakar siklon dimulai pada tahun 1994, bertujuan jangka panjang untuk substitusi BBM/BBG dengan batubara, khususnya batubara di Indonesia. Pada saat itu harga BBM bersubsidi masih sangat murah sehingga inovasi penelitian ini belum prioritas. Seiring dengan perjalanan waktu, tanda-tanda menipisnya cadangan minyak di Indonesia mulai terlihat, mendorong untuk meningkatkan penelitian pembakar siklon dan dimulai uji implementasi khususnya di industri kecil, bekerja sama dengan beberapa pemerintah daerah dan Kemenristek (melalui RUT). 2. PELAKSANAAN INKUBASI 2.1. Hasil Penelitian Pembakar siklon adalah alat pembakar batubara halus berupa silinder dari pelat, bagian dalamnya diberi lining (lapisan) refraktori tahan api, di bagian belakang terdapat penutup dengan pintu, di bagian depan adalah bukaan untuk pengeluaran api (Gambar 1). Tepung batubara 30 mesh ditiupkan ke dalam silinder secara tangensial menggunakan peniup udara, jumlah tepung batubara diatur dengan sebuah pengumpan (feeder), dan batubara digiling menggunakan hammer mill. Penelitian skala pilot maupun implementasi pada berbagai jenis fasilitas industri dilakukan dengan parameter-parameter : karakteristik kimia dan fisika batubara terhadap kinerja pembakar siklon; kebutuhan udara pembakar dan tekanan yang diperlukan; kapasitas pembakaran dan udara lebih; efisiensi energi dan perbandingan dengan bahan bakar lain; parameter operasional untuk berbagai jenis fasilitas industri; perekayasaan peralatan pembakar siklon, lining refraktori dan fasilitas pendukung berupa blower, pengumpan batubara, dan hammer mill. Gambar 1. Pembakar siklon dan perlengkapannya 2.2. Proses Inkubasi Uji kinerja hasil litbang pembakar siklon dilaksanakan di berbagai jenis industri yang mempunyai mesin-mesin proses yang beraneka ragam, yang adalah industri yang merupakan pangsa pasar untuk pembakar siklon. Pembakar siklon dikembangkan untuk mengganti alat-alat pembakar BBM/BBG atau kayu bakar yang sebelumnya digunakan untuk melayani mesinmesin proses di industri tersebut. Untuk implementasi pembakar siklon ini, diperlukan kerjasama dengan berbagai jenis industri sehingga pangsa pasar pembakar siklon semakin meluas. Berbagai jenis mesin industri yang perlu penetrasi terutama yang Suka Duka Dalam Melaksanakan Difusi Hasil Inovasi Pembakar Siklon ; Sumaryono 19

3 penggunaannya luas di industri adalah sebagai berikut. Boiler Boiler digunakan secara luas di industri : makanan, minuman, perikanan, tekstil, obatobatan, bahan kimia, mineral, PLTU, dan lainlain. Ada berbagai kapasitas dan tipe. Tipe tabung api, tipe tabung air. Kapasitas dari 100, 500, 2.000, 5.000, , sampai lt/ jam atau lebih. Oil Heater (pemanas oli) Banyak digunakan di industri tekstil, kimia, makanan, mineral, dll. kapasitas mulai , , sampai kkal/jam atau lebih. Tanur Kalsinasi Kalsinasi pada temperatur rendah sampai tinggi dengan sistem periodik atau kontinu. Tanur Pengering Putar, AMP (Asphalt Mixing Plant) Pengeringan dengan aliran gas/asap panas ke dalam silinder yang berputar. Bahan yang diproses berada di dalam silinder tersebut, masuk dari salah satu ujung, keluar dari ujung yang lain. Mesin-mesin Industri Lain Mesin-mesin industri lain yang penggunaannya lebih sedikit antara lain : tungku terowongan (tunnel kiln), ketel galvanisasi, dan tungku pantul (reverberatory furnace). Alat-alat Pemanas di UKM Oven pengering untuk padi dan produk pertanian lain, ketel uap untuk pasteurisasi jamur, kemudian tungku-tungku perebusan, penggorengan, dan ketel uap mini yang dapat dilayani pembakar siklon mini. Begitu banyak jenis peralatan di industri yang karakteristik prosesnya berbeda-beda, perlu trayek temperatur yang bervariasi, karakteristik pemindahan panasnya juga spesifik sehingga masing-masing perlu uji coba untuk pembakar siklon, guna mensubstitusi BBM/BBG/kayu bakar yang digunakan sebelumnya. Untuk memperoleh akses penetrasi ke fasilitas mesin-mesin pabrik yang begitu banyak, maka beberapa persyaratan harus dipenuhi. Hal ini dilaksanakan dengan perjanjian kerjasama yang pintu masuknya adalah perjanjian jual-beli. Pada umumnya persyaratan-persyaratannya adalah : penggunaan pembakar siklon dapat menjamin produksi yang sama dengan penggunaan bahan bakar non-batubara sebelumnya, tidak terjadi penurunan kualitas maupun kuantitas produksi; pembakar siklon yang dipasang harus dapat beroperasi dengan lancar, dapat diterima oleh karyawan pabrik, tidak menambah kerepotan. Pembayaran oleh pihak pabrik dapat dilakukan jika pembakar siklon yang dipasang dapat beroperasi dengan lancar dalam waktu satu sampai tiga bulan setelah pemasangan, jika terjadi kegagalan, pembakar siklon dibongkar kembali dan semua biaya yang telah dikeluarkan pabrik harus dikembalikan. Jadi, dengan persyaratan-persyaratan tersebut hasil litbang pembakar siklon ini dapat melakukan penetrasi ke berbagai mesin peralatan industri untuk diuji kehandalannya Suka-duka Proses Inkubasi a. Implementasi Pembakar Siklon untuk Tungku Pantul Uji implementasi pertama pembakar siklon di industri menengah adalah di pabrik peleburan aluminium menggunakan tungku pantul (reverberatory furnace). Dalam tungku ini api pembakaran batubara memberikan panasnya ke bahan baku aluminium secara konveksi dan secara radiasi. Peran radiasi sangat penting dalam tungku ini karena bidang pantulnya luas dan efektif. Pembakar siklon yang dibuat untuk pabrik peleburan aluminium di Tambun ini berkapasitas 50 kg batubara/jam (Gambar 2). Sebelumnya pabrik telah mencoba sendiri penggunaan batubara/briket, tetapi belum membuahkan hasil yang memuaskan. Saat pengujian dengan pembakar siklon diperoleh hasil yang memuaskan karena api batubara tepung dari pembakar siklon adalah solusi yang jitu untuk 20

4 hantaran panas secara konveksi dan radiasi dalam tungku tertutup jenis tungku pantul. Bentuk pembakar siklon tersebut yang merupakan pemunculan pertama di industri yang agak besar masih sangat mengandalkan "fungsi" dari peralatanperalatan yang dibuat, belum meningkatkan "estetika" sehingga terlihat sangat "kuno" dan "primitif". Namun, kekurangan ini tertutupi oleh keberhasilan pembakar siklon untuk peleburan aluminium sehingga memberikan hasil yang lebih cepat dan efisien dibanding sebelumnya menggunakan minyak solar (Gambar 3). Bahkan pabrik tersebut segera membuat lagi empat buah pembakar siklon untuk tungku pantul lainnya yang lebih besar. Dibandingkan solar, api batubara lebih bersifat "luminous" sehingga daya radiasinya lebih tinggi. Implementasi selanjutnya dalam tungku pantul adalah untuk tungku pantul peleburan timah (Gambar 4) yang memerlukan temperatur yang lebih tinggi, yaitu 1250 C, dibanding temperatur peleburan aluminium yang hanya 1000 C. Uji dilakukan di sebuah pabrik peleburan timah di Belitung Timur, daerah Air Kelik yang terpencil, yang dimiliki oleh pengusaha Asing. Di pabrik ini sering terjadi kesalah pahaman karena staf Asing tidak mengerti teknik dan tidak menguasai Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Uji Gambar 3. Tapping hasil leburan aluminium coba pertama gagal karena menggunakan batubara Bayah berkadar abu 35 % dan nilai kalori hanya 3500 kkal/kg, padahal dalam perjanjian akan menggunakan batubara bituminus impor dari Tiongkok. Dalam kondisi tersebut saya terpaksa melarikan diri menembus penjagaan yang ketat karena hampir semua penduduk di daerah terpencil tersebut adalah karyawan pabrik. Gambar 2. Pembakar siklon untuk peleburan aluminium Gambar 4. Pembakar siklon untuk peleburan timah Suka Duka Dalam Melaksanakan Difusi Hasil Inovasi Pembakar Siklon ; Sumaryono 21

5 Di Bandara Tanjung Pandan saya sudah ditunggu beberapa satpam pabrik dan pengusaha Asing sehingga terjadi perkelahian kecil, tetapi saya berhasil lolos masuk ke dalam lapangan dan mereka tidak dapat lagi mengejar karena dijaga oleh sekuriti bandara. Selanjutnya di Bandung dibuat perjanjian baru, bahwa batubara yang digunakan harus sesuai rekomendasi dan sudah diuji di Laboratorium Batubara. Dengan batubara Kalimantan Selatan 5700 kkal/kg, uji kedua dilakukan lagi dan saya berangkat sendiri ke Air Kelik, melakukan uji dengan tungku pantul yang sudah dibakar dengan 3000 liter solar sehingga bersih dari sisa-sisa logam timah. Percobaan berjalan lancar dan temperatur tungku naik dengan cepat sampai di puncaknya, ternyata sisasisa logam timah masih keluar lagi mengalir melalui saluran tapping. Karyawan sudah pada bergembira karena dengan keluarnya lagi sisa-sisa timah berarti temperatur sudah lebih tinggi dari pembakaran dengan solar sebelumnya. Ternyata di sini timbul salah paham lagi setelah termokopel yang digunakan mengalami error sehingga hanya menunjuk ke angka 1020 C, padahal api sudah putih menyilaukan, seperti sudah lebih dari 1300 C dan banyak lagi cairan timah keluar dari tapping, berarti temperatur lebih dari 1250 C (titik leleh logam timah), atau tentunya lebih panas dari pembakaran dengan minyak solar 3000 liter sebelumnya untuk mengeluarkan sisa-sisa timah yang ternyata dengan batubara masih ada yang keluar dari tapping. Akhirnya ketahuan bahwa termokopel yang digunakan sudah cacat, seperti pernah terpukul sehingga agak retak dan sedikit bengkok. Walaupun diwarnai banyak insiden, uji coba di tungku pantul peleburan timah memberikan banyak pengalaman dan ilmu yang sangat berharga terutama pengelolaan panas yang tinggi, pengaturan draft, sifat radiasi, dan beberapa hal lainnya dll. b. Implementasi untuk Boiler Sebagian besar boiler di pabrik tekstil, makanan adalah jenis tabung api, hanya sedikit yang jenis tabung air. Penggunaan pembakar siklon untuk boiler terutama mengandalkan pemindahan panas secara radiasi dan konveksi di ruang bakar boiler kemudian secara konveksi dan radiasi yang melemah di daerah pipa api sampai lokasi pembuangan di cerobong. Inkubasi pembakar siklon pada berbagai kapasitas boiler di beberapa kota untuk industri tekstil, kimia, dan makanan/minuman telah berjalan dengan lancar. Salah satu yang berkesan ketika melakukan substitusi di boiler 5 ton uap/jam di Tangerang (Gambar 6). Masuk ke dalam pabrik, teronggok alat gasifikasi exluar negeri yang baru dilepas dari boiler karena gagal melaksanakan tugasnya. Rupanya kami akan mengalami nasib serupa jika gagal memenuhi setiap butir syarat yang tertulis dalam perjanjian. Selain burner seberat 9 ton yang harus dibongkar dan tidak dapat dijual lagi ke tempat lain, dana untuk pembuatannya juga harus dikembalikan kepada pabrik. Agak tergetar juga hati melaksanakan pekerjaan ini. Namun, hanya sehari setelah terpasang telah dapat dicapai kapasitas dan tekanan uap yang diperlukan, yaitu 6-8 bar sebanyak 5 ton uap/jam. Boiler telah beroperasi secara lancar sampai hari ini atau lebih dari 8 tahun. Gambar 5. Pembakar siklon untuk boiler 2 ton uap/jam 22

6 yang diharapkan. Tune up blower selanjutnya masih dalam pengerjaan. Namun, karyawan PT Kertas Leces merasa puas karena dengan pembakar siklon, tidak sampai setengah jam setelah penyalaan telah dicapai api pembakaran yang stabil. Pada umumnya setelah substitusi dengan pembakar siklon, penggunaan 1 liter BBM sebelumnya dapat diganti dengan 1,8-2 kg batubara atau dapat menghemat biaya bahan bakar sampai 75 % atau lebih. Gambar 6. Pembakar siklon untuk boiler 5 ton uap/jam Uji skala besar lainnya adalah boiler untuk PLTU 20 MW di pabrik kertas Leces (Gambar 7). Uji ini menggunakan pembakar siklon setengah kapasitas, dengan target dapat menghasilkan listrik mendekati 10 MW. Sama dengan yang di Tangerang, di PLTU ini juga teronggok burner ex luar negeri (pulverized burner) yang tidak berhasil untuk melayani boiler PLTU ini sehingga harus dibongkar kembali. Uji coba dengan lancar baru dicapai 75 % kapasitas pembakar siklon, yaitu 4500 kg batubara/jam dari seharusnya 6000 kg/jam disebabkan blower yang digunakan terlalu banyak "dicekik" sehingga udara yang dihasilkan kurang dari c. Implementasi untuk Pemanas Oli Pemanas oli (oil heater) banyak digunakan di industri untuk pengeringan. Oli yang sudah dipanaskan dalam alat mirip boiler disalurkan ke suatu jaringan pipa-pipa yang ditiup udara. Karena pipa-pipa tersebut berisi oli panas antara C, udara yang ditiupkan menjadi panas dan dapat digunakan untuk pengeringan, seperti pengeringan kain, kaolin, dll. dengan udara panas dan bersih. Pembakar siklon telah digunakan untuk mengganti burner BBM pada pemanas oli, yaitu jenis horizontal (Gambar 8), jenis vertikal api dari atas dan dari bawah. Ketiganya digunakan untuk pengering kain. Gambar 7. Pembakar siklon 6000 kg/jam di PT Kertas Leces Gambar 8. Pembakar siklon untuk pemanas oli horizontal Suka Duka Dalam Melaksanakan Difusi Hasil Inovasi Pembakar Siklon ; Sumaryono 23

7 Gambar 10.Pembakar siklon untuk pemanas oli vertikal Gambar 9. Pembakar siklon untuk pemanas oli vertikal Sama dengan untuk boiler, 1 liter solar diganti oleh batubara dengan pembakar siklon sebanyak 1,8-2 kg (Sumaryono, 2009). d. Uji pada Proses Galvanisasi Zn Pada 2006 kami dipanggil ke pabrik galvanisasi seng, yaitu melapis barangbarang konstruksi logam dengan lapisan seng dengan mencelup barang-barang tersebut ke dalam bak Zn cair yang selalu dipanasi sampai C supaya tetap cair sehingga barang-barang logam seperti tiang listrik, pipa, jembatan dapat dilapis dengan Zn dengan mencelupkan ke dalam bak Zn tersebut (Sumaryono, 2009). Pada saat itu setelah harga BBM naik drastis, banyak perusahaan khususnya yang padat energi mengalami kesulitan, seperti pabrik galvanisasi di Cakung, yang akan ditutup jika tetap menggunakan solar. Pabrik tersebut mempunyai ketel galvanisasi berisi seng cair, dengan tungku pemanas di bawahnya yang tertutup tembok beton tidak ada akses ke dalamnya sehingga abu batubara tidak boleh masuk Gambar 11. Produk galvanisasi pipa ke dalamnya. Posisi tungku yang di bawah merupakan faktor sulit karena bertentangan dengan sifat api yang selalu mengalir ke atas. Kesulitan lain adalah logam seng yang harus selalu cair merupakan tanggung jawab yang besar karena nilainya dua milyar rupiah. Selanjutnya setelah kontrak ditandatangani dan dimulailah pembuatan gambar dan pekerjaan konstruksi. Ini merupakan konstruksi yang mahal karena harus digali sedalam 3 meter untuk pembakar siklon vertikal. Untuk menangkap debu dibuat siklon pemisah debu yang harus tahan panas sampai 1200 C. Rancangan siklon pemisah debu dengan temperatur setinggi ini harus tahan digunakan 24 jam berbulan-bulan. 24

8 Dengan biaya konstruksi semahal ini tentu saja menambah tekanan tanggung jawab moril yang besar. Setelah pembangunan yang melelahkan, dimulailah penyalaan pembakar siklon, dan burner BBM perlahan dimatikan. Ternyata sampai 3 jam belum terjadi penurunan temperatur. Beberapa jam kemudian temperatur cairan seng mulai naik melebihi rentang yang diizinkan, yaitu antara C. Setelah 7,5 jam burner BBM distop, pembakar siklon mulai produksi energi untuk mempertahankan temperatur cairan seng termasuk saat operasional galvanisasi dan peran burner BBM sebelumnya sudah dapat dianggap habis sehingga kegembiraan mulai dirasakan segenap karyawan dan direksi perusahaan galvanisasi tersebut. Beberapa bulan kemudian, peralatan pembakar siklon dan perlengkapan penunjangnya masih bekerja dengan baik dan perusahaan galvanisasi tersebut memasang lagi satu unit pembakar siklon yang sama dengan aksesorinya. Dua tahun kemudian harga minyak dunia naik drastis sehingga harga batubara menjadi tinggi. Hal ini mengakibatkan pasokan batubara untuk dalam negeri terganggu sehingga pasar dalam negeri dibanjiri oleh batubara kualitas rendah, bercampaur tanah, dll. sehingga dalam pembakar siklon banyak bertumpuk kotoran berupa abu dan kerak (slag), sehingga operasional terganggu. Untung beberapa waktu kemudian di depan pabrik galvanisasi tersebut telah dipasang pipa distribusi gas sehingga pembakar siklon ditutup, diganti dengan burner gas. Walaupun demikian, pembakar siklon telah berhasil menyelamatkan pabrik dan ratusan karyawannya dari ancaman gulung tikar selama beberapa tahun sebelum datangnya penolong kedua, yaitu adanya saluran distribusi gas untuk industri di lokasi pabrik. e. Pembakar Siklon untuk Kalsinasi Kapur Uji pembakar siklon untuk kalsinasi batu kapur memberikan pengalaman yang mengesankan karena berlangsung beberapa tahun di berbagai daerah di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Gambar 12. Pembakar siklon untuk kalsinasi kapur di Padalarang Suka Duka Dalam Melaksanakan Difusi Hasil Inovasi Pembakar Siklon ; Sumaryono 25

9 Jawa Timur dengan berbagai bentuk tungku yang berbeda-beda dengan pembiayaan selain dari Tekmira juga dari pemerintah daerah, Kantor Wilayah Kementerian ESDM dan dari Kemenristek. Pedesaan yang telah dijelajah adalah Lampung, Padalarang, Sukaraja Tasikmalaya, Margosari Tegal, Pamotan Rembang, Wonogiri, Puger (Jember), Kebumen, Baturetno. Tidak semua berhasil menggunakan pembakar siklon untuk kalsinasi batu kapur ini karena tiap jenis batu kapur di tiap daerah mempunyai karakteristik temperatur tinggi yang berbeda-beda sehingga penggunaan pembakar siklon hanya berhasil dengan tungku tertentu. Untuk kalsinasi kapur dikenal beberapa jenis tungku: tungku tegak terus-menerus, tungku tegak sistem berlapis, tungku pendam persegi, tungku pendam bundar. Penggunaan pembakar siklon hanya berhasil untuk tungku tegak Padalarang, tungku pendam Lampung, Tasikmalaya, Margosari, dan Baturetno. Di daerah lain lebih baik digunakan teknik co-firing, atau pembakaran kombinasi batubara-kayu bakar (Sumaryono, 2002). dipraktikkan, mulai dari pengeringan semen pozolan di Lampung, pemanas perlite di Cilegon, pengering pupuk di Semarang, pengering bentonit di Pacitan, fosfat di Gresik, dan bijih timah di PT Timah. Setiap pabrik menggunakan sebuah atau lebih pembakar siklon untuk alat pengeringnya. Gambar 14. Pembakar siklon untuk AMP f. Tanur Pengering Putar, AMP (Asphalt Mixing Plant) Penggunaan pembakar siklon untuk tanur pengering putar (rotary dryer) banyak Gambar 15. Pembakar siklon untuk pengering pupuk di Semarang Gambar 13. Pembakar siklon untuk AMP Pembakar siklon dapat juga digunakan di AMP untuk produksi hot-mix guna perbaikan jalan. Di AMP Semarang, pembakar siklon lebih unggul daripada pembakar batubara bubuk (Pulverized Coal Combustor, produk Tiongkok) yang sering mati dan banyak asap sehingga perlu dibantu dengan pembakar solar (Gambar 15). Pembakar siklon di AMP stabil pembakarannya, bersih tidak berasap 26

10 dan tanpa bantuan BBM solar. Karena banyak masalah, penggunaan pulverized coal combustor dilarang oleh Direktorat Jenderal PU dan teknologi pembakar siklon ini yang belum sempat disosialisasikan juga terkena imbasnya, ikut dilarang diterapkan untuk AMP. g. Mesin-mesin Industri Lainnya Implementasi pembakar siklon juga dilakukan di berbagai mesin industri lainnya, seperti tanur terowongan (tunnel kiln), otoklaf untuk minyak atsiri, pasteurisasi jamur dengan boiler mini, pengering padi, dan oven pengering untuk produk pertanian. Gambar 17. Pembakar siklon untuk oven pengering padi terucap oleh staf pabrik "masih berbau laboratorium", sampai perkembanganperkembangan, pematangan selanjutnya, dicapailah produk terakhir dengan beberapa keunggulan. Kapasitas mulai dari paling kecil 8 kg batubara/jam sampai paling besar 6000 kg/ jam Model horizontal dan vertikal Teknik penanganan abu cair dan padat Lining dari batu kuarsa yang merupakan produk kerajinan rakyat Teknik konveyor nyumatik, memungkinkan pengiriman tepung batubara dari jarak jauh sehingga tempat preparasi batubara tidak perlu di dalam ruang pabrik Gambar 16. Pembakar siklon untuk otoklaf minyak atsiri 3. HASIL PROSES INKUBASI Hasil proses inkubasi di industri melibatkan berbagai jenis mesin industri telah memberikan manfaat yang sangat besar sehingga inovasi pembakar siklon telah berkembang semakin matang dari penampilan pertama yang sangat primitif di pabrik peleburan aluminium, sempat Gambar 18. Pembakar siklon dengan hammer mill dan blower Suka Duka Dalam Melaksanakan Difusi Hasil Inovasi Pembakar Siklon ; Sumaryono 27

11 Kemampuan bengkel perekayasaan yang meningkat > Dapat membuat hammer mill sendiri > Dapat membuat blower sendiri > Pengumpan batubara kecil sampai besar > Pembuatan pembakar siklon dengan perlengkapan pintu dan penampung abu yang semakin baik. 4. PENUTUP Inkubasi teknologi sangat diperlukan untuk lebih mematangkan hasil litbang sehingga siap untuk menghadapi berbagai masalah teknis yang ada dalam kegiatan produksi di industri, baik permasalahan prosesnya sendiri maupun kualitas perekayasaannya, karena yang diperlukan industri adalah peralatan proses yang handal sehingga dapat menunjang produksi di industri secara efektif dan efisien. Dalam proses inkubasi teknologi di industri akan diperoleh banyak masukan yang dapat memperkaya parameter keunggulan suatu produk inovasi sehingga menjadi lebih unggul dan berkualitas, serta dapat dilakukan modifikasi lanjutan sehingga dapat mendorong perkembangan yang lebih cepat untuk mendukung industri.untuk pengembangan hasil inovasi perlu ditunjang dengan IPTEK yang mumpuni dan ilmu dasar yang relevan sehingga hasil inovasi menjadi cepat berkembang dalam jalurnya yang benar (on the right track) yang adalah salah satu syarat metode penelitian yang efektif. DAFTAR PUSTAKA Miller, B.G., Tillman, D.A., 2008, Combustion Engineering Issues for Solid Fuels Sytems, Elsevier, Burlington. Dedy Yaskuri, Sumaryono, 2007, Substitusi Pembakar BBM Pada Pengering Berputar Dengan Pembakar Siklon Berbahan Bakar Batubara, Mineral & Energi, Vol 5, No 4. Sumaryono, 2002, Kalsinasi Kapur Dalam Tungku Tegak Sistem Terus Menerus Kapasitas 110 Ton Dengan Batubara Menggunakan Pembakar Siklon, Laporan Riset RUT VIII, Kemenristek, LIPI. Sumaryono, 2005, The Use Of Cyclone Burner With Coal To Substitute Oil Burner in Aluminium Smelter, International Energy Confrence, Jakarta Sumaryono, 2006, Replacing Fuel Oil Burner In a Zinc Bath Kettle for Galvanization Process by Coal Cyclone One, Indonesian Mining Journal, Vol 9, No 05, P8-13 Sumaryono, 2009, Development of Cyclone Coal Burner for Fuel Oil Burner Substitution in Industries, Indonesian Mining Journal, Vol 12, No 13, P Sumaryono, Ikin Sodikin, dkk, 2013, Pembuatan Dan Uji Pembakar Siklon Rendah Emisi Partikulat, Laporan Proyek, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung. 28

Empat Puluh Tahun Pengabdian

Empat Puluh Tahun Pengabdian 2 Empat Puluh Tahun Pengabdian 9 Penelitian Pembakaran Batubara Sumarjono Langkah Awal Menjadi Peneliti Perjalanan karier sebagai Peneliti di mulai sejak menjadi Karyawan Harian 1 Desember 1973 di BPTPBG,

Lebih terperinci

Terjun Menjadi Peneliti Industri

Terjun Menjadi Peneliti Industri 4 Terjun Menjadi Peneliti Industri 35 Penelitian Pembakaran Batubara Sumarjono Dengan naiknya harga BBM di industri pada tahun 2005 secara drastis terjadi goncangan di kalangan industri menengah dan besar.

Lebih terperinci

CO-FIRING BATUBARA - BIOMASSA MENGGUNAKAN PEMBAKAR SIKLON SEDERHANA UNTUK INDUSTRI KECIL-MENENGAH. Ikin Sodikin

CO-FIRING BATUBARA - BIOMASSA MENGGUNAKAN PEMBAKAR SIKLON SEDERHANA UNTUK INDUSTRI KECIL-MENENGAH. Ikin Sodikin CO-FIRING BATUBARA - BIOMASSA MENGGUNAKAN PEMBAKAR SIKLON SEDERHANA UNTUK INDUSTRI KECIL-MENENGAH Ikin Sodikin Pusat Penelitan dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara ikin@tekmira.esdm.go.id S

Lebih terperinci

Proses Pembakaran Dalam Pembakar Siklon Dan Prospek Pengembangannya

Proses Pembakaran Dalam Pembakar Siklon Dan Prospek Pengembangannya 5 Proses Pembakaran Dalam Pembakar Siklon Dan Prospek Pengembangannya 43 Penelitian Pembakaran Batubara Sumarjono Tahap-tahap Proses Pembakaran Tahap-tahap proses pembakaran batu bara adalah : pemanasan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan sumber energi utama di dunia (sekitar 80% dari penggunaan total lebih dari 400 EJ per tahun).

Lebih terperinci

PEMBUATAN BOILER BERBAHAN BAKAR SERBUK BATU BARA MENGGUNAKAN PROSES PEMBAKARAN CYCLO. M Denny Surindra 1*

PEMBUATAN BOILER BERBAHAN BAKAR SERBUK BATU BARA MENGGUNAKAN PROSES PEMBAKARAN CYCLO. M Denny Surindra 1* Prosiding SNATIF Ke- Tahun 0 4 ISBN: 978-60-80-04-4 PEMBUATAN BOILER BERBAHAN BAKAR SERBUK BATU BARA MENGGUNAKAN PROSES PEMBAKARAN CYCLO M Denny Surindra * Program Studi Teknik Konversi Energi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional. Penyediaan energi listrik secara komersial yang telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA 27 IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA 4.1. Proses Produksi Listrik PLTU Suralaya PLTU Suralaya merupakan PLTU pertama yang dibangun di Indonesia, berbahan bakar utama batubara dan merupakan PLTU terbesar

Lebih terperinci

MODIFIKASI BOILER INDUSTRI BERBAHAN BAKAR MINYAK MENJADI BERBAHAN BAKAR BATUBARA MENGGUNAKAN PEMBAKAR SIKLON

MODIFIKASI BOILER INDUSTRI BERBAHAN BAKAR MINYAK MENJADI BERBAHAN BAKAR BATUBARA MENGGUNAKAN PEMBAKAR SIKLON MODIFIKASI BOILER INDUSTRI BERBAHAN BAKAR MINYAK MENJADI BERBAHAN BAKAR BATUBARA MENGGUNAKAN PEMBAKAR SIKLON SUMARYONO, STEFANO MUNIR, YENNY SOFAETY, NANA HANAFIAH, TATANG KOSWARA, EDI SOMADI, LELY AGUSTINA,

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN PENGGUNAAN AKUABAT, MINYAK BERAT (MFO), DAN BATUBARA PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA. Gandhi Kurnia Hudaya

KAJIAN PERBANDINGAN PENGGUNAAN AKUABAT, MINYAK BERAT (MFO), DAN BATUBARA PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA. Gandhi Kurnia Hudaya KAJIAN PERBANDINGAN PENGGUNAAN AKUABAT, MINYAK BERAT (MFO), DAN BATUBARA PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA Gandhi Kurnia Hudaya Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Gandhi.kurnia@tekmira.esdm.go.id

Lebih terperinci

GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat

GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat WASTE-TO-ENERGY Usaha penanggulangan sampah, baik dari rumah tangga/penduduk, industri, rumah

Lebih terperinci

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI Waste-to-energy (WTE) merupakan konsep pemanfaatan sampah menjadi sumber energi. Teknologi WTE itu sendiri sudah dikenal di dunia sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam terutama energi fosil, bukanlah kekayaan yang terus tumbuh dan bertambah, tetapi ketersediannya sangat terbatas dan suatu saat akan habis (ESDM,2012).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketergantungan masyarakat pada energi terus meningkat setiap tahunnya. Kebutuhan yang terus meningkat mendorong para peneliti untuk terus berinovasi menciptakan teknologi-teknologi

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG Ringkasan Tugas Akhir ini disusun Untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh derajat sarjana S1 Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Potensi Batubara Sebagai Sumber Energi Alternatif Untuk Pengembangan Industri Logam

Potensi Batubara Sebagai Sumber Energi Alternatif Untuk Pengembangan Industri Logam Vol. 2, 2017 Potensi Batubara Sebagai Sumber Energi Alternatif Untuk Pengembangan Industri Logam Muhammad Gunara Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA Jl.

Lebih terperinci

Analisis Tekno-Ekonomi Operasi Co-combustion Boiler Biomassa Kapasitas 10 kg/jam

Analisis Tekno-Ekonomi Operasi Co-combustion Boiler Biomassa Kapasitas 10 kg/jam Analisis Tekno-Ekonomi Operasi Co-combustion Boiler Biomassa Kapasitas 10 kg/jam Oky Ruslan Wijaya, Patriawan Rendra Graha, Wusana Agung Wibowo, Bregas S.T. Sembodo, Sunu Herwi Pranolo Jurusan Teknik Kimia,

Lebih terperinci

SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA

SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA Oleh : Ika Monika Nining Sudini Ningrum Bambang Margono Fahmi Sulistiyo Dedi Yaskuri Astuti Rahayu Tati Hernawati PUSLITBANG

Lebih terperinci

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2017 KEMEN-ESDM. Nilai Tambah Mineral. Peningkatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA 2.1. Peningkatan Kualitas Batubara Berdasarkan peringkatnya, batubara dapat diklasifikasikan menjadi batubara peringkat rendah (low rank coal) dan batubara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES

PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES PT Semen Padang: Studi Kasus Perusahaan PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN PT. Semen Padang didirikan pada tahun 1910 dan merupakan pabrik semen tertua di Indonesia. Pabrik berlokasi di Indarung, Padang,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI Yunus Zarkati Kurdiawan / 2310100083 Makayasa Erlangga / 2310100140 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat III. METODE PENELITIAN A. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian kali ini akan dilakukan perancangan dengan sistem tetap (batch). Kemudian akan dialukan perancangan fungsional dan struktural sebelum dibuat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Joko Triyanto, Subroto, Marwan Effendy Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari total sumber daya batubara Indonesia sebesar lebih kurang 90,452 miliar ton, dengan cadangan terbukti 5,3 miliar ton [Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber

Lebih terperinci

Visi dan Misi. Sumber Sampah % Komposisi Sampah %

Visi dan Misi. Sumber Sampah % Komposisi Sampah % Mesin Pembakar Sampah Teknologi Ramah Lingkungan dan Efisiensi Bahan Bakar Karya anak bangsa dan produksi dalam negeri Visi dan Misi Visi : Usaha penanggulangan semua jenis sampah sampai tuntas Misi :

Lebih terperinci

I.1 JUDUL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN STUDI KARAKTERISTIK GASIFIKASI BATU BARA SUB - BITUMINUS MENGGUNAKAN REAKTOR JENIS FIX BED DOWNDRAFT GASIFIER

I.1 JUDUL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN STUDI KARAKTERISTIK GASIFIKASI BATU BARA SUB - BITUMINUS MENGGUNAKAN REAKTOR JENIS FIX BED DOWNDRAFT GASIFIER BAB I PENDAHULUAN I.1 JUDUL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN STUDI KARAKTERISTIK GASIFIKASI BATU BARA SUB - BITUMINUS MENGGUNAKAN REAKTOR JENIS FIX BED DOWNDRAFT GASIFIER I.2 LATAR BELAKANG MASALAH Penggunaan

Lebih terperinci

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM Harry Christian Hasibuan 1, Farel H. Napitupulu 2 1,2 Departemen

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent No.1535, 2014. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN LH. Sumber Tidak Bergerak. Usaha. Pertambangan. Baku Mutu Emisi. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BAKU

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP Disusun oleh : SUMARWAN NIM : D200 080 060 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2014 KEMENESDM. Peningkatan. Nilai Tambah. Mineral. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

AQUABAT SEBAGAI BAHAN BAKAR BOILER. Datin Fatia Umar

AQUABAT SEBAGAI BAHAN BAKAR BOILER. Datin Fatia Umar AQUABAT SEBAGAI BAHAN BAKAR BOILER Datin Fatia Umar Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara tekmira datinf@tekmira.esdm.go.id S A R I Aquabat adalah adalah campuran batubara halus,

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1. PLTU Muara Karang. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai Teluk Jakarta, di Muara Karang. Kapasitas terpasang total PLTU Muara Karang sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern, teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini akan mempengaruhi pada jumlah konsumsi bahan bakar. Permintaan konsumsi bahan bakar ini akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia dengan cepat dan membawa dampak pada perekonomian, lapangan kerja dan peningkatan devisa Negara. Industri yang berkembang kebanyakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering. Oleh : Lailatus Sa adah ( ) Sunu Ria P. ( )

Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering. Oleh : Lailatus Sa adah ( ) Sunu Ria P. ( ) Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering Oleh : Lailatus Sa adah (2308 030 025) Sunu Ria P. (2308 030 035) Latar Belakang Peneliti Jepang Abu Sampah Semen Pabrik Ekosemen di Indonesia Pabrik

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

Redesain Dapur Krusibel Dan Penggunaannya Untuk Mengetahui Pengaruh Pemakaian Pasir Resin Pada Cetakan Centrifugal Casting

Redesain Dapur Krusibel Dan Penggunaannya Untuk Mengetahui Pengaruh Pemakaian Pasir Resin Pada Cetakan Centrifugal Casting TUGAS AKHIR Redesain Dapur Krusibel Dan Penggunaannya Untuk Mengetahui Pengaruh Pemakaian Pasir Resin Pada Cetakan Centrifugal Casting Disusun : EKO WAHYONO NIM : D 200 030 124 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik terus-menerus meningkat yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk dan industri di Indonesia berkembang dengan pesat, sehingga mewajibkan

Lebih terperinci

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL KEGIATAN IPTEK bagi MASYARAKAT TAHUN 2017 PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL Mohammad Nurhilal, S.T., M.T., M.Pd Usaha dalam mensukseskan ketahanan pangan nasional harus dibangun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan bakar adalah suatu materi yang dapat dikonversi menjadi energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan transportasi, industri pabrik, industri

Lebih terperinci

ANALISIS PERANCANGAN TUNGKU PENGECORAN LOGAM (NON-FERO) SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN TEKNIK PENGECORAN

ANALISIS PERANCANGAN TUNGKU PENGECORAN LOGAM (NON-FERO) SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN TEKNIK PENGECORAN ANALISIS PERANCANGAN TUNGKU PENGECORAN LOGAM (NON-FERO) SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN TEKNIK PENGECORAN Ramang Magga Laboratorium Bahan Teknik, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENGERINGAN

JENIS-JENIS PENGERINGAN JENIS-JENIS PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat membedakan jenis-jenis pengeringan Sub Pokok Bahasan pengeringan mengunakan sinar matahari pengeringan

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS PEMANFAATAN BRIKET SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGAANTI MINYAK TANAH. Oleh: Muhammad Kadri dan Rugaya

PENERAPAN IPTEKS PEMANFAATAN BRIKET SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGAANTI MINYAK TANAH. Oleh: Muhammad Kadri dan Rugaya PEMANFAATAN BRIKET SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGAANTI MINYAK TANAH Oleh: Muhammad Kadri dan Rugaya ABSTRAK Sekarang ini minyak tanah sangat sulit untuk didapatkan dan kalaupun ada maka

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP Putro S., Sumarwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Muhamadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pebelan,

Lebih terperinci

ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR PADA KETEL UAP

ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR PADA KETEL UAP ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR PADA KETEL UAP Yopi Handoyo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas "45" Bekasi E-mail : handoyoyopi@yahoo.com Abstrak Pada dunia industri terutama pada sektor produksi

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SALURAN UDARA PEMANAS DENGAN PIPA SPIRAL PADA TUNGKU BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN

PENGARUH PENAMBAHAN SALURAN UDARA PEMANAS DENGAN PIPA SPIRAL PADA TUNGKU BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN TUGAS AKHIR PENGARUH PENAMBAHAN SALURAN UDARA PEMANAS DENGAN PIPA SPIRAL PADA TUNGKU BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Umum Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat energi yang mengubah air menjadi uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di dapur ketel uap. Komponen-komponen

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP Disusun oleh : SULARTO NIM : D200 08 0081 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK

PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TENTANG PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK disusun oleh Ganis Erlangga 08.12.3423 JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI Halaman : 1 dari 7 INCINERATOR Pasokan sampah organik dari kampus UGM ke PIAT UGM masih terdapat sampah anorganik sekitar 20%. Dari sisa sampah anorganik yang tidak bisa diolah menggunakan pirilosis, dibakar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada proses pengeringan pada umumnya dilakukan dengan cara penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. Pengeringan dengan cara penjemuran

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS Tri Tjahjono, Subroto, Abidin Rachman Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia)

- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia) 1.1 Latar Belakang Ketel uap sebagai sumber utama penghasil energi untuk pembangkit listrik yang menyuplai seluruh kebutuhan energi dalam pabrik. Dalam melakukan kerjanya, ketel uap membutuhkan adanya

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

RINGKASAN BAKING AND ROASTING RINGKASAN BAKING AND ROASTING Bab I. Pendahuluan Baking dan Roasting pada pokoknya merupakan unit operasi yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah eating quality dari bahan

Lebih terperinci

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI Elemen Kompetensi III Elemen Kompetensi 1. Menjelaskan prinsip-prinsip konservasi energi 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketika ketergantungan manusia terhadap bahan bakar tak terbarukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketika ketergantungan manusia terhadap bahan bakar tak terbarukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan energi di dunia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk, sementara itu akses energi yang handal dan terjangkau merupakan

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012 Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012 Ira Fitriana 1 1 Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: irafit_2004@yahoo.com Abstract The industrial

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan CV. Makmur Palas merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pendaur ulangan sampah plastik menjadi kantong plastik. Perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU TERHADAP PENURUNAN KADAR ABU TEPUNG BERAS DENGAN MENGGUNAKAN ALAT FURNACE

PENGARUH SUHU TERHADAP PENURUNAN KADAR ABU TEPUNG BERAS DENGAN MENGGUNAKAN ALAT FURNACE LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH SUHU TERHADAP PENURUNAN KADAR ABU TEPUNG BERAS DENGAN MENGGUNAKAN ALAT FURNACE (The Influence of Temperature to Reduce Dusty Rate of Rice Powder Using Furnace) Diajukan sebagai

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR POLI-TEKNOLOGI VOL.11 NO.1, JANUARI 2012 PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR Amalia dan Broto AB Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB 3 STUDI KASUS 3.1 DEFINISI BOILER

BAB 3 STUDI KASUS 3.1 DEFINISI BOILER BAB 3 STUDI KASUS 3.1 DEFINISI BOILER Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk merubah fasa air menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan memanaskan air

Lebih terperinci

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 44 3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Industri susu adalah perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang mempunyai usaha di bidang industri

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PEMBAKARAN BATUBARA UNTUK INDUSTRI

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PEMBAKARAN BATUBARA UNTUK INDUSTRI Puslitbang tekmira Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211 Telp : 022-6030483 Fax : 022-6003373 E-mail : Info@tekmira.esdm.go.id LAPORAN 2012 Kelompok Pelaksana Litbang Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan

Lebih terperinci

individual leaflet BREAKTHROUGH in GASIFICATION and LIQUEFACTION

individual leaflet BREAKTHROUGH in GASIFICATION and LIQUEFACTION artha--gasiifiier individual leaflet Batubara merupakan salah satu sumber energi primer yang memiliki riwayat pemanfaatan yang sangat panjang dan pertama kali digunakan secara komersial di Cina untuk mencairkan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Gambar 1.1 Perbandingan biaya produksi pembangkit listrik untuk beberapa bahan bakar yang berbeda

Bab I Pendahuluan. Gambar 1.1 Perbandingan biaya produksi pembangkit listrik untuk beberapa bahan bakar yang berbeda Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di tengah semakin langkanya persediaan minyak bumi, batubara seakan menjadi primadona. Banyak industri yang mulai meninggalkan minyak bumi dan beralih ke batubara sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan karena efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. PLTU

Lebih terperinci

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA 1. Kontaminan Adalah semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang bersih. 2. Cemaran (Pollutant) Adalah kontaminan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian

Lebih terperinci

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK GLOSSARY GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK Ash Handling Adalah penanganan bahan sisa pembakaran dan terutama abu dasar yang

Lebih terperinci

THE VIET TRI PAPER DESKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES

THE VIET TRI PAPER DESKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES THE VIET TRI PAPER DESKRIPSI PERUSAHAAN THE VIET TRI PAPER, sebuah perusahaan negara, didirikan pada tahun 1961 dan berlokasi di propinsi Phu Tho. Viet Tri berada pada peringkat empat dalam hal kapasitas

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly Ash dengan Proses Kering Oleh : Palupi Nisa 230 030 04 Hikmatul

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN EKSPERIMENTAL TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET LIMBAH AMPAS KOPI INSTAN DAN KULIT KOPI ( STUDI KASUS DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA ) Oleh : Wahyu Kusuma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA

PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA Edvin Priatna 1, Ade Maftuh 2, Sujudi 3 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Siliwangi

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Lebih terperinci

1. Pengertian Perubahan Materi

1. Pengertian Perubahan Materi 1. Pengertian Perubahan Materi Pada kehidupan sehari-hari kamu selalu melihat peristiwa perubahan materi, baik secara alami maupun dengan disengaja. Peristiwa perubahan materi secara alami, misalnya peristiwa

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Perancangan Tungku Pengecoran Alumunium dilakukan mulai dari. samping, rangka burner, rangka tungku, dan instrument.

BAB V PENUTUP Perancangan Tungku Pengecoran Alumunium dilakukan mulai dari. samping, rangka burner, rangka tungku, dan instrument. BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Perancangan Tungku Pengecoran Alumunium dilakukan mulai dari proses perancangan sampai pembuatan gambar kerja terdiri dari inti tungku, tutup tungku atas, saluran pembuangan,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan di PT Energi Alamraya Semesta, Desa Kuta Makmue, kecamatan Kuala, kab Nagan Raya- NAD. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH 21 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini pertumbuhan dan perkembangan industri konstruksi di Indonesia cukup pesat. Hampir 70% material yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi adalah

Lebih terperinci

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263 3 3 BAB II DASAR TEORI 2. 1 Bahan Bakar Cair Bahan bakar cair berasal dari minyak bumi. Minyak bumi didapat dari dalam tanah dengan jalan mengebornya di ladang-ladang minyak, dan memompanya sampai ke atas

Lebih terperinci

THERMAL OIL HEATER & BOILER SPECIALIST

THERMAL OIL HEATER & BOILER SPECIALIST THERMAL OIL HEATER & BOILER SPECIALIST Company profile Product catalogue mechanical electrical service PT. INDIRA DWI MITRA Jl. Dewi sartika, Kp. Ceger RT 09/02 Ds. Lebak wangi, Kec. Sepatan timur, kab.

Lebih terperinci

1. Bagian Utama Boiler

1. Bagian Utama Boiler 1. Bagian Utama Boiler Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya: 1. Furnace Komponen ini merupakan tempat pembakaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN PIPA API MENGGUNAKAN VARIASI DEBIT GELEMBUNG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN SEKAM PADI DENGAN AIR HEATER

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN PIPA API MENGGUNAKAN VARIASI DEBIT GELEMBUNG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN SEKAM PADI DENGAN AIR HEATER NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN PIPA API MENGGUNAKAN VARIASI DEBIT GELEMBUNG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN SEKAM PADI DENGAN AIR HEATER Abstraksi Tugas Akhir ini

Lebih terperinci

KOKAS DARI BATUBARA NON COKING : MENGHILANGKAN KETERGANTUNGAN KOKAS IMPOR. Suganal

KOKAS DARI BATUBARA NON COKING : MENGHILANGKAN KETERGANTUNGAN KOKAS IMPOR. Suganal KOKAS DARI BATUBARA NON COKING : MENGHILANGKAN KETERGANTUNGAN KOKAS IMPOR Suganal Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara tekmira suganal@tekmira.esdm.go.id S A R I Kebutuhan kokas,

Lebih terperinci