BAB II KAJIAN PUSTAKA. lembab, dan tepiannya bergelombang. Diameter jamur tiram dapat mencapai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. lembab, dan tepiannya bergelombang. Diameter jamur tiram dapat mencapai"

Transkripsi

1 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Jamur Tiram Jamur tiram (Pleurotus sp.) adalah jamur pangan dengan tudung mirip cangkang tiram, dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga berwarna krem. Permukaan tudung jamur tiram licin, agak berminyak saat lembab, dan tepiannya bergelombang. Diameter jamur tiram dapat mencapai rentang antara 3 cm sampai dengan 20 cm. Spora jamur tiram berbentuk batang berukuran 8 sampai dengan 11 kali 3 µm sampai dengan 4 µm. Miselium jamur tiram (benda menyerupai benang-benang halus berwarna putih yang menjadi salah satu sarana berkembang biak jamur pada umumnya) dan bisa tumbuh dengan cepat. Warna jamur tiram ada bermacam-macam, ada yang putih, abu-abu, cokelat, dan merah. Jenis yang paling banyak ditemui di Indonesia dan banyak dibudidayakan adalah jamur tiram putih. Satu jamur tiram putih dewasa mempunyai bilah-bilah atau sekat-sekat yang banyak jumlahnya. Di dalam bilahbilah tersebut terdapat bagian yang disebut basidia. Di ujung basidia terdapat kantong yang berisi banyak spora atau disebut juga basidiospore. Spora berfungsi untuk berkembang biak (Wiardani, 2010). Jamur tiram dapat dibudidayakan pada ketinggian 200 meter sampai dengan 800 meter di atas permukaan laut dengan suhu optimunnya 20 o C - 30 o C, pada kelembaban udara dalam ruangan berkisar antara 75% - 85%. Derajat 8

2 9 keasaman atau ph media jamur tiram yang paling ideal sekitar 5,5 sampai dengan 7,0 (Warisno, Dahana 2010). 2.2 Arti dan Pentingnya Pemasaran Menurut Kotler (2002), pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pengertian pasar dalam arti sempit adalah lokasi fisik sebagai tempat terjadinya pembelian dan penjualan, sehingga pasar dapat dikatakan sebagai tempat pertemuan pembeli dan penjual untuk menukarkan barang-barang atau jasa (Sunarto, 2004). Pengertian pasar dalam arti luas atau pengertian menurut teori ekonomi adalah pertemuan antara penawaran dan permintaan atau perpotongan antara kurva penawaran dan permintaan, dimana pada titik potong tersebut terbentuklah harga yang merupakan keseimbangan antara jumlah yang ditawarkan oleh produsen dan jumlah yang diminta atau diinginkan konsumen (Purcell dalam Widyantara, 1995) Pemasaran merupakan salah satu subsistem penting dari sistem agribisnis. Kegiatan pemasaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terjadi dalam proses mengalirkan barang dan jasa dari sentra produksi ke sentra konsumsi guna memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan bagi konsumen serta memberikan keuntungan bagi produsen. Konsep ini menunjukan bahwa peranan peamasaran sangat penting dalam meningkatkan nilai guna bentuk, nilai guna waktu, nilai guna tempat dan nilai guna hak milik dari suatu barang dan jasa secara umum dan juga pada komoditas pertanian (Agustian dan Setiajie, 2008)

3 10 Ngadiman (2008) menyatakan, bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Dinyatakan pula, bahwa secara formal, pasar adalah suatu institusi atau badan yang menjalankan aktivitas jual-beli barang dan jasa. Pada pasar tersebut produsen dan konsumen bertemu dan berkomunikasi. Melalui mekanisme pasar, produsen mengajukan penawaran (supply) atas produknya dan melalui mekanisme pasar pula, konsumen mengajukan permintaan (demand). Pengertian pasar dapat diperluas lagi menjadi pasar konkrit dan pasar abstrak. Pasar konkrit adalah suatu tempat yang tertentu di mana penjual dan pembeli bertemu untuk saling menawar. Pasar abstrak ialah setiap kegiatan pertemuan di manapun baik langsung maupun tidak langsung yang turut menentukan terjadinya harga. Mengingat luasnya ruang lingkup pasar, maka bagi perusahaan memahami pasar sangatlah penting karena tanpa adanya pasar, produk tidak akan sampai ke tangan konsumen. Pemasaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang mengakibatkan aliran produk secara fisis dan ekonomik, dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen (Downey dan Erickson, 1987). Pengertian yang paling sederhana pemasaran adalah pemenuhan kepuasan pelanggan demi suatu keuntungan, sehingga dua tujuan utama pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior dan mempertahankan pelanggan saat ini dengan memberikan kepuasan (Sunarto, 2004).

4 11 Dari definisi di atas, maka dapat dikatakan bahwa tujuan daripada pemasaran adalah agar barang dan atau jasa yang dihasilkan oleh petani maupun perusahaan sebagai produsen sampai ke konsumen. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan agar barang dan jasa dapat berpindah dari produksi ke konsumsi disebut sebagai fungsi pemasaran. Adapun fungsi pemasaran yang dimaksud tersebut meliputi: (1) fungsi pertukaran yang meliputi pembelian dan penjualan, (2) fungsi fisik meliputi pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, pengangkutan, dan (3) fungsi fasilitas yang meliputi standarisasi dan grading, penanggungan resiko pembiayaan, dan informasi harga. Fungsi-fungsi pemasaran ini dilakukan oleh lembaga pemasaran sebagai upaya pemindahan barang dan jasa dari produksi ke konsumsi (Soetrisno, dkk, 2006) Menurut Sukartawi (2001) pemasaran adalah sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada orang lain dan bersedia menawarkan sesuatu sebagai imbalannya. Pamahaman pemasaran dari sudut pandang petani kecil didefinisikan sebagai penjualan, padahal keduanya mempunyai cara orientasi perolehan laba yang sangat berbeda. 2.3 Saluran Pemasaran Saluran pemasaran adalah suatu jalur yang dilalui oleh arus barang dari produsen ke perantara akhirnya sampai ke tangan konsumen ( Basu Swastha, 1995). Lebih lanjut Saefuddin (1982) mengatakan bahwa, saluran pemasaran merupakan aliran yang dilalui oleh barang dan jasa melalui lembaga pemasaran sampai barang dan jasa tersebut tiba di tangan konsumen. Panjang pendeknya

5 12 saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu komoditas tergantung dari (1) jarak antara produsen ke konsumen; (2) cepat atau tidaknya komoditas tersebut menjadi rusak; (3) skala produksi dan posisi keuangan produsen. Menurut Anindita (2004), saluran pemasaran terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan untuk menyalurkan produk dan status pemiliknya dari produsen ke konsumen. Diantara produsen dan konsumen ada sekelompok perantara yang menyalurkan produk diantara mereka. Di mana saluran pemasaran adalah organisasi-organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk maupun jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. Perangkat ini yang menjadi alur lintas produk dari konsumen untuk menuju konsumen tepat pada waktunya. Soekartawi (2002) berpendapat, saluran pemasaran dapat berbentuk secara sederhana dan ada yang rumit sekali. Hal demikian tergantung dari macam komoditi, lembaga pemasaran dan sistem pasar. Komoditi pertanian yang lebih cepat ke tangan konsumen dan yang tidak mempunyai nilai tambah, biasanya mempunyai saluran pemasaran yang relatif pendek (sederhana). Dalam perdagangan terdapat dua saluran pemasaran, yakni pemasaran langsung dari produsen ke konsumen dan pemasaran dengan menggunakan jasa perantara. Produsen yang melakukan penjualan langsung kepada konsumen akhir dapat mengendalikan kepada siapa saja produknya dapat dijual dan dapat mengambil alih margin keuntungan yang seharusnya diberikan kepada perantara. Mengingat dalam kegiatan pemasaran masih ada fungsi-fungsi pemasaran yang perlu dilaksanakan dan memerlukan biaya, maka produsen yang tidak memiliki

6 13 sumber daya yang cukup sering menyerahkan fungsi pemasarannya kepada perantara. Menurut Kotler dan Amstrong (1996) menyatakan alasan produsen menggunakan perantara untuk melakukan beberapa penghematan seperti mengurangi banyak kontak dan biaya pemasaran. Biaya-biaya yang dimaksud mencakup biaya mengubah ragam produk yang dibuat produsen menjadi ragam produk yang diinginkan konsumen. Saluran pemasaran tersebut sebagai fungsi untuk membantu pelaksanaan dan kesempurnaan transaksi. Fungsi-fungsi dimaksud diuraikan sebagai berikut: 1. Fungsi informasi, mencakup proses mendapatkan, mengumpulkan dan menyerap informasi yang diperlukan untuk bahan perncanaan dan memudahkan pertukaran produk. 3. Fungsi promosi, mencakup kegiatan pengembangan dan penyebaran komunikasi yang persuasif mengenai penawaran produk. 4. Fungsi negosiasi/perundingan, mencakup usaha mencapai persetujuan akhir atas harga dan ketentuan mengenai penawaran agar peralihan pemilikan dapat terjadi dengan baik. 5. Fungsi pembiayaan, mencakup perolehan dan penyebaran dana untuk menutup biaya yang dibutuhkan oleh saluran pemasaran. 6. Fungsi pengambilan resiko, penerimaan resiko dalam hubungan dengan pelaksanaan pemasaran. 7. Fungsi proses fisik/distribusi, mencakup pengangkutan dan penyimpanan barang.

7 14 8. Fungsi pemadanan mencakup pembentukan dan penyesuaian tawaran dengan kebutuhan konsumen, meliputi kegiatan pengolahan, sortasi, pengumpulan dan pengemasan. 9. Fungsi hubungan, mencakup kegiatan pemeliharaan hubungan dengan pihak konsumen atau para pengguna dan penyalur. Fungsi 1 sampai 6 membantu terlaksananya transaksi, fungsi 7 sampai 8 membantu kesempurnaan transaksi. 2.4 Pendekatan dalam Menganalisis Pemasaran Dalam menganalisis pemasaran ada beberapa cara pendekatan yang diperkenalkan oleh pakar. Saefudin (1982) dalam Riasning (2007) menyatakan, konsep yang dapat digunakan adalah melalui pendekatan input-output rasio dan konsep struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar. Hanafiah dan Saefudin (1986 dalam Widyantara, 1995) menyatakan, dalam menganalisis pemasaran pendekatan serba barang, serba lembaga, dan pendekatan serba fungsi. Sementara itu, Sudiyono (2004) menyatakan, pendekatan yang paling banyak digunakan dalam menganalisis pemasaran dewasa ini adalah yang umum dikenal sebagai S- C-P approach (structure, conduct, performance). Pendekatan ini pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat, yang pada mulanya hanya digunakan untuk barang-barang hasil industri. Tetapi belakangan ini banyak digunakan dalam bidang pertanian.

8 Struktur pasar (market structure) Struktur pasar merupakan dimensi yang menjelaskan tentang jumlah penjual dan distribusinya dalam berbagai ukuran, jumlah pembeli dan distribusinya dengan berbagai ukuran, deferensiasi produk, dan hambatan untuk keluar masuk pasar (Azzaino, 1981). Melalui struktur pasar akan diketahui apakah suatu pasar mengarah kepada bentuk pasar persaingan ssempurna (perfect market) atau pasar persaingan tidak sempurna (imperfect market) yang meliputi pasar monopoli/monopsoni, oligopoli/oligopsoni dan monopolistik. Struktur pasar yang berbentuk persaingan sempurna meskipun dalam realita tidak ada, namun dalam berbagai hal masih sering digunakan sebagai barometer efisiensi pasar. Nurmawan (2005) menyatakan bahwa bentuk-bentuk struktur pasar dapat dijelaskan berdasarkan ciri-cirinya yaitu sebagai berikut : 1. Pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dengan penawaran di mana jumlah pembeli dan penjual sedemikian rupa banyaknya/tidak terbatas. Ciri-ciri pokok pasar persaingan sempurna adalah : (1) jumlah perusahaan dalam pasar sangat banyak, (2) produk/barang yang diperdagangkan serba sama (homogen), (3) konsumen memahami sepenuhnya keadaan pasar, (4) tidak ada hambatan untuk keluar/masuk bagi setiap penjual, (5) pemerintah tidak campur tangan dalam proses pembentukkan harga, dan (6) penjual atau produsen hanya berperan sebagai price taker (pengambil harga). 2. Pasar monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara permintan dan penawaran di mana hanya ada satu penjual/produsen yang berhadapan dengan banyak pembeli atau konsumen. Ciri-ciri dari pasar monopoli adalah : (1) hanya ada

9 16 satu produsen yang menguasai penawaran, (2) tidak ada barang substitusi/pengganti yang mirip (close substitute), (3) produsen memiliki kekuatan menentukan harga, dan (4) tidak ada pengusaha lain yang bisa memasuki pasar tersebut karena ada hambatan berupa keunggulan perusahaan. 3. Pasar oligopoli adalah suatu bentuk interaksi permintaan dan penawaran, di mana terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai seluruh permintaan pasar. Ciri-ciri pasar oligopoli adalah : (1) terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai pasar, (2) barang yang diperjual-belikan dapat homogen dan dapat pula berbeda corak (differentiated product), seperti produk air minum, (3) terdapat hambatan masuk yang cukup kuat bagi perusahaan di luar pasar untuk masuk ke dalam pasar, dan (4) satu diantaranya para oligopolis merupakan price leader yaitu penjual yang memiliki/pangsa pasar yang terbesar. Penjual ini memiliki kekuatan yang besar untuk menetapkan harga dan para penjual lainnya harus mengikuti dari harga tersebut. Contoh dari produk oligopoli adalah semen, air mineral. 4. Pasar duopoli adalah suatu pasar di mana penawaran suatu jenis barang dikuasai oleh dua perusahaan. Contoh : Penawaran minyak pelumas dikuasai oleh Pertamina dan Caltex. 5. Pasar monopolistik adalah suatu bentuk interaksi anatara permintaan dengan penawaran di mana terdapat sejumlah besar penjual yang menawarkan barang yang sama. Pasar monopolistik merupakan pasar yang memiliki sifat monopoli pada spesifikasi barangnya, sedangkan unsur persaingan pada banyak penjual yang menjual produk yang sejenis. Contoh : produk sabun yang memiliki

10 17 keunggulan misalnya untuk kecantikan, kesehatan, dan menjaga kebersihan. Ciri-ciri pasar monopolistik adalah : (1) terdapat banyak penjual/produsen yang berkecimpung di pasar, (2) barang yang diperjual-belikan merupakan differentiated product, (3) para penjual memiliki kekuatan monopoli atas produknya sendiri, (4) untuk memenangkan persaingan setiap penjual aktif melakukan promosi, dan (5) keluar masuk pasar barang/produk relatif lebih mudah. 6. Pasar monopsoni, merupakan bentuk pasar yang dilihat dari segi permintaan atau pembelinya. Dalam hal ini pembeli memiliki kekuatan dalam menentukan harga. Dalam pengertian ini, pasar monopsoni adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan penawaran di mana permintaannya atau pembeli hanya satu perusahaan. Contoh di Indonesia adalah PT Kereta Api Indonesia yang merupakan satu-satunya pembeli alat-alat kereta api. Sebagaimana diketahui pada pasar monopoli terdapat satu penjual dan banyak pembeli di dalam pasar, sedangkan pada pasar monopsoni terjadi sebaliknya. Jika ada dua pembeli disebut duopsoni, bila ada beberapa pembeli disebut oligopsoni. Struktur pasar monopsoni, duopsoni, dan oligopsoni dilihat dari sisi pembeli Perilaku pasar (market conduct) Perilaku pasar merupakan tingkah laku lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar yang sudah terbentuk. Perilaku pasar dapat berupa praktek-praktek penentuan harga yang mendorong grading standarisasi produk, praktek-praktek penentuan harga yang bebas kolusi dan taktik-taktik yang

11 18 tidak jujur/perdagangan gelap, kebijakan harga yang mendorong perbaikan mutu dan meningkatkan kepuasan konsumen (Wedastra, 1999 dan Saefuddin, 1983 dalam Swatantra, 2005). Perilaku pasar menurut Anindita (2004) yaitu cara perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan situasi di pasar, dimana perusahaan tersebut ikut sebagai pembeli atau penjual. Ada lima dimensi dari tingkah laku dalam pasar yaitu (1) metode yang digunakan oleh perusahaan dan kelompoknya dalam menentukan harga dan tingkat output, (2) kebijakan harga perusahaan, (3) promosi penjualan perusahaan, (4) alat koordinasi dan saling penyesuaian dari harga, produk dan promosi penjualan dalam persaingan diantara penjual, dan (5) ada tidaknya taktik khusus atau tindakan predatory. Saefuddin (1982) mengemukakan bahwa salah satu kriteria yang cocok untuk mengukur efisiensi pasar adalah perilaku pasar yang meliputi: (1) praktekpraktek penentuan harga yang mendorong terjadinya grading dan standarisasi produk, (2) seragamnya biaya pemasaran, (3) praktek-praktek penentuan harga bebas dari kolusi dan praktek-praktek tidak jujur maupun perdagangan gelap, dan (4) kebijaksanaan harga yang mendorong perbaikan mutu produk dan meningkatkan kepuasan konsumen. Perilaku pasar dapat juga dilihat dari integrasi pasar yang meliputi integrasi vertikal dan horisontal. Yang dimaksud dengan integrasi adalah penggabungan kegiatan dalam pemasaran dalam satu sistem manajemen. Dengan demikian integrasi vertikal merupakan penggabungan proses dan fungsi dua atau lebih lembaga pemasaran pada tahap distribusi ke dalam satu sistem manajemen.

12 19 Sedangkan integrasi horisontal adalah penggabungan dua atau lebih lembaga pemasaran yang melakukan fungsi yang sama pada tahap distribusi yang sama pula ke dalam satu sistem manajemen. Integrasi vertikal akan menguntungkan konsumen, sedangkan integrasi horisontal akan memperkuat posisi produsen. Integrasi secara horisontal digunakan untuk melihat apakah mekanisme harga pada tingkat pasar yang sama antar daerah berjalan secara serentak atau tidak. Alat analisis yang biasa digunakan adalah korelasi harga antar pasar yang satu dengan pasar yang lain. Integrasi pasar secara vertikal digunakan untuk melihat keadaan secara kasar antara pasar pada tingkat lokal, kecamatan, kabupaten dan provinsi atau antar pasar-pasar produsen dengan pasar konsumen. Selain itu analisis mampu menjelaskan kekuatan tawar menawar antara petani dengan lembaga perantara, atau antara lembaga perantara dengan lembaga perantara yang diatasnya (Sudiyono, 2004) Keragaan pasar (market performance) Keragaan atau penampilan pasar tidak dapat berdiri sendiri, tetapi munculnya merupakan interaksi antara struktur pasar dan perilaku pasar. Steifell (1975 dalam Widyantara, 1995) menyatakan bahwa keragaan pasar adalah hubungan struktur pasar dengan perilaku pasar dalam kebijaksanaan harga dan produk. Kemudian menurut Sudiyono (2004) menyatakan dalam menganalisis keragaan pasar yang berkaitan dengan efesiensi pemasaran produk pertanian dapat dilihat dari marjin, bagian (share) harga petani dan bagian (share) keuntungan

13 20 yang dinikmati dan bagian (share) biaya pemasaran yang dibebankan oleh lembaga pemasaran yang terlibat. Kinerja pasar dapat dilihat dari tingkat harga, keuntungan investasi dan pengembangan produk. Kinerja tataniaga ini juga dapat diukur dari bagian harga yang diterima petani, margin pemasaran dan susutnya produksinya. Sedangkan menurut Saefuddin (19982) kinerja pasar dapat diukur dari (1) kemajuan teknologi yang digunakan, (2) efisiensi penggunaan sumber daya alam, (3) perbaikan produk, dan (5) maksimisasi jasa Marjin Pemasaran Marjin pemasaran adalah menyangkut penentuan bagian yang diterima oleh produsen atau petani dari harga yang dibayar oleh konsumen akhir maupun biaya-biaya dari fungsi-fungsi pemasaran dari lembaga pemasaran yang terlibat. Marjin pemasaran merupakan salah satu analisis yang banyak digunakan dalam kaitannya dengan studi-studi pada bidang pemasaran. Dengan analisis marjin pemasaran akan dapat dilihat efisiensi atau tidaknya suatu kegiatan pemasaran, dapat juga dipakai untuk melihat besarnya perbedaan harga antara produsen dan konsumen. Pengertian marjin pemasaran terdiri atas biaya pemasaran dengan keuntungan yang diperoleh perantara pemasaran. Biaya pemasaran dengan keuntungan pemasaran ini terjadi karena terlibatnya lembaga-lembaga yang melakukan aktivits pemasaran seperti tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar atau pengecer. Masing-masing pihak yang terlibat tersebut tentu saja mengeluarkan biaya-biaya transportasi, pengepakan, sortasi, dan juga

14 21 menghendaki keuntungan. Dengan demikian harga yang dibayar konsumen lebih tinggi dibandingkan dengan yang diterima petani. Pengertian marjin pemasaran menurut Tomek dan Robinson (1990) adalah perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Dengan demikian marjin pemasaran adalah perbedaan antara harga ditingkat petani (Pf) dan harga ditingkat pengecer (Pr). Marjin pemasaran ini dapat juga ditunjukkan dengan perbedaan vertikal antara kurva permintaan dan kurva penawaran. Sedangkan, Sudiyono (2004) menyatakan bahwa marjin pemasaran dipengaruhi oleh permintaan (demand) dan penawaran (supply) serta perbedaan jarak antara produsen ke konsumen dan jumlah harga jasa-jasa pelayanan juga mempengaruhi pemasaran, sehingga marjin dapat didefinisikan dengan dua cara, yaitu ; (1) marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, dan (2) marjin pemasaran merupakan biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa pemasaran. Secara rumus matematis marjin pemasaran diukur dengan menggunakan persamaan (Tomek dan Robinson, 1990): Di mana : MP = Pr - Pf atau MP = B + K Mp = margin pemasaran Pr = harga di tingkat pengecer/ konsumen Pf = harga di tingkat produsen/petani B = biaya pemasaran K = keuntungan lembaga pemasaran

15 22 LM = % margin = M x 100% Pr Sementara besarnya share biaya (Sb) dan share keuntungan (Sk) pada masing-masing lembaga pemasaran ditunjukkan dengan model sebagai berikut : Bi Sbi = x 100% Pr Pt Ki Ski = x 100% Pr Pt Di mana : Ki = Pji - Pbi bij LM = Sbi + Ski Sbi = share biaya lembaga pemasaran ke i Ski = share keuntungan lembaga pemasaran ke i Ki = jumlah keuntungan lembaga pemasaran ke i Bi = jumlah biaya pemasaran ke i Pji = harga jual lembaga pemasaran ke i Pbi = harga beli lembaga pemasaran ke i Pr = harga beli konsumen Pf = harga jual petani bij = biaya yang dikeluarkan lembaga pemasaran Bagian harga (besarnya share harga) yang diterima petani merupakan rasio antara harga penjualan petani dengan harga penjualan pengecer atau harga konsumen., menggunakan model : Di mana : Pf Sp = X 100% Pr

16 23 Sp = farmers share Pt = harga jual di tingkat petani Pr = harga jual di tingkat pengecer 2.6 Efisiensi Pemasaran Definisi efisiensi pemasaran yang dikemukakan oleh Kohls and Downey (1972) adalah maksimisasi dari ratio input-output. Efisiensi pemasaran biasanya dibedakan dalam dua katagori yaitu efisiensi teknis (operasional) yang mengukur produktivitas pelaksanaan jasa pemasaran di dalam perusahaan dan efisiensi harga (ekonomis) yang mengukur bagaimana harga pasar mencerminkan biaya produksi dan biaya pemasaran secara memadai pada sistem pemasaran secara keseluruhan. Dalam efisiensi teknis ini dianggap bahwa sifat utama dari output tidak mengalami perubahan, dan penekanannya ditujukan pada usaha mengurangi biaya input untuk menghasilkan komoditi dan jasa. Efisiensi harga (ekonomis) menyangkut perbaikan dalam operasi pembelian, penjualan dan aspek harga dari proses pemasaran sedemikian rupa sehingga tetap responsif terhadap keinginan konsumen. Secara teoritis semakin pendek saluran pemasaran yang digunakan, maka semakin efisien biaya yang dikeluarkan dan semakin besar margin keuntungan yang dapat diterima produsen. Efisiensi harga ditunjukkan oleh korelasi antara harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat produsen. Menurut Azzaino (1982) bahwa untuk melihat efisiensi harga digunakan analisis integrasi pasar secara vertikal. Dua pasar dikatakan teritegrasi apabila perubahan harga dari salah satu pasar disalurkan/ diteruskan ke pasar lainnya.

17 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai suatu acuan dasar adalah penelitian yang dilakukan oleh Swatantra (2005), tentang Efisiensi Pemasaran Kopi Rakyat di Kabupaten Buleleng dengan menggunakan pendekatan keragaan pasar. Hasilnya adalah sebagai berikut : saluran pemasaran satu dengan indeks efisiensi teknik sebesar 4,40 dan indeks efisiensi ekonomis sebesar 10,86 adalah yang paling efisien. Sedangkan, dibawah itu tidak efisien. Penelitian yang dilakukan oleh Darma Setiawan (1997) tentang Analisis Pemasaran Rumput Laut di Kecamatan Nusa Penida dengan menggunakan pendekatan struktur, perilaku dan keragaan pasar, diperoleh hasil bahwa harga jual rumput laut di tingkat petani, luas areal tanah, dan modal berpengaruh nyata pada penawaran rumput laut dengan tanda positif. Struktur pasar rumput laut mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna yaitu pasar oligopsoni. Penelitian Riasning (2007), tentang Efesiensi Pemasaran Sayuran di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, dengan menggunakan analisis konsentrasi rasio, elastisitas transmisi harga, integrasi pasar vertikal, marjn pemasaran, bagian biaya dan keuntungan, serta bagian harga yang diterima petani diperoleh hasil bahwa struktur pasar sayuran kentang, wortel dan kubis mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna yaitu pasar oligopsoni. Elastisitas transmisi harga menunjukkan struktur pasar mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna. Kesimpulannya bahwa pemasaran sayuran di Kecamatan Baturiti tidak efesien.

18 25 Penelitian yang dilakukan oleh Sadguna (2009), tentang Pemasaran Bunga Potong Krisan Sentra Produksi Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng menggunakan analisis struktur pasar, perilaku pasar, keragaan pasar dan interelasi pasar (daya saing pasar) antara komoditas bunga potong krisan Desa Pancasari dengan bunga potong sedap malam. Hasil analisis menunjukkan, ada dua tipe saluran pemasaran, struktur pasarnya mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna, perilaku pasarnya juga mengarah pada pasar persaingan pasar tidak sempurna. Keragaan pasar yang ditunjukkan oleh share harga petani rata-rata mencapai 49,71 persen, masih belum mampu menampakkan keragaan pasar yang efisien, karena share biaya dan keuntungan lembaga pemasaran belum merata dan tidak logis. Struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar bunga potong krisan berlangsung belum efisien. Sementara itu, interelasi pasar antara komoditas bunga potong krisan Desa Pancasari dengan bunga potong sedap malam cenderung bersifat independen.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Tataniaga atau pemasaran memiliki banyak definisi. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) istilah tataniaga dan pemasaran

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan A. Sapi Bali BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan banteng (Bibos) yang telah mengalami

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Pada perekonomian saat ini, hubungan produsen dan konsumen dalam melakukan proses tataniaga jarang sekali berinteraksi secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di desa Banjar, Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan pertimbangan bahwa desa tersebut

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menggunakan teori sistem pemasaran dengan mengkaji saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Pasar dan Pemasaran Pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk bertukar barang-barang mereka. Pasar merupakan suatu yang sangat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran),

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis Secara umum sistem pemasaran komoditas pertanian termasuk hortikultura masih menjadi bagian yang lemah dari aliran komoditas. Masih lemahnya pemasaran komoditas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan pemasaran. Para ahli telah mendefinisikan pemasaran atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkomsumsi jamur (sebagai bahan pangan maupun bahan baku obat-obatan).

BAB I PENDAHULUAN. mengkomsumsi jamur (sebagai bahan pangan maupun bahan baku obat-obatan). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur adalah salah satu komoditas yang mempunyai masa depan cerah untuk dikembangkan, seiring semakin banyaknya orang yang mengetahui dan menyadari nilai gizi jamur

Lebih terperinci

III. KERANGKA KONSEPTUAL

III. KERANGKA KONSEPTUAL III. KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Structure-Conduct Performance Model Pendekatan Structure, Conduct, and Performance (SCP) adalah pendekatan organisasi pasar atau pelaku pasar yang mencakup atau mengkombinasikan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pemasaran Mubyarto (1977), mengemukakan bahwa di Indonesia istilah tataniaga disamakan dengan pemasaran atau distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang membawa atau menyampaikan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Tataniaga Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul

Lebih terperinci

TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi

TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi TEORI PASAR Pengantar Ilmu Ekonomi Pasar Secara Sederhana Tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa. Secara Luas (W.J. Stanton ) orang-orang yang mempunyai

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis Kubis juga disebut kol dibeberapa daerah. Kubis merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan pada sektor agribisnis yang dapat memberikan sumbangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian dilakukan oleh Sabang (2008), tentang Sistem Pemasaran Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan Tenggarong Seberang

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran merupakan konsep dalam mencari kebenaran deduktif atau secara umum ke khusus. Pada kerangka pemikiran teoritis penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani Soeharjo dan Patong (1973), mengemukakan definisi dari pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII RESEARCH BY Ricky Herdiyansyah SP, MSc Ricky Herdiyansyah SP., MSc rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII PEMASARAN : Aliran produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pasar Definisi yang tertua dan paling sederhana bahwa pasar adalah sebagai suatu lokasi secara fisik dimana terjadi jual beli atau suatu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis digunakan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor TINJAUAN PUSTAKA Saluran dan Lembaga Tataniaga Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor konsumsi barang-barang dan jasa dikonsumsi oleh para konsumen. Jarak antara kedua

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN Tataniaga Pertanian atau Pemasaran Produk-Produk Pertanian (Marketing of Agricultural), pengertiannya berbeda

Lebih terperinci

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut:

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut: Pemasaran komoditas pertanian dari proses konsentrasi yaitu pengumpulan produk-produk pertanian dari petani ke tengkulak, pedagang pengumpul dan pedagang besar serta diakhiri proses distribusi yaitu penjualan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangka pemikiran konseptual berisi teori dan konsep kajian ilmu yang digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Teori Pemasaran Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar adalah himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 17 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Kepiting adalah binatang crustacea. Hewan yang dikelompokkan ke dalam Filum Athropoda, Sub Filum Crustacea, Kelas Malacostraca, Ordo Decapoda, Suborder Pleocyemata

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Sapi Potong Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi

TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi TEORI PASAR Pengantar Ilmu Ekonomi Pasar Secara Sederhana Tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa. Secara Luas (W.J. Stanton ) orang-orang yang mempunyai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman karet berasal dari bahasa latin, yaitu Havea brasiliensis, dari negara

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman karet berasal dari bahasa latin, yaitu Havea brasiliensis, dari negara 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Biologi Tanaman Karet Tanaman karet berasal dari bahasa latin, yaitu Havea brasiliensis, dari negara Brazil. Tanaman ini merupakan

Lebih terperinci

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4 SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4 Pemasaran Aliran produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen. Suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu/kelompok

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun 38 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.. Kerangka Pemikiran Teoritis 3... Konsep Pangsa Pasar Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun dalam dunia bisnis pada umumnya, untuk menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat 2.1.1 Pengertian Hutan Rakyat Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon. Penekanan hutan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tanaman kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat cocok ditanam didaerah tropis

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA Evi Naria ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA Efendi H. Silitonga Staf Pengajar Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara Medan Abstract North

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Tanaman Melinjo Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), dengan tanda-tanda : bijinya tidak terbungkus daging tetapi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Tataniaga Tataniaga adalah suatu kegiatan dalam mengalirkan produk dari produsen (petani) sampai ke konsumen akhir. Tataniaga erat

Lebih terperinci

Melisa Dinda Anggraeni, Nur Baladina * Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang *

Melisa Dinda Anggraeni, Nur Baladina * Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang * Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA) Volume I No. 2 Bulan Desember 2017 ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN PENAMPILAN PASAR KENTANG DI DESA SUMBERBRANTAS, KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU (ANALYSIS

Lebih terperinci

Kebutuhan. Keinginan. Pasar. Hubungan. Permintaan. Transaksi. Produk. Nilai & Kepuasan. Pertukaran

Kebutuhan. Keinginan. Pasar. Hubungan. Permintaan. Transaksi. Produk. Nilai & Kepuasan. Pertukaran Kebutuhan Pasar Keinginan Hubungan Permintaan Transaksi Produk Pertukaran Nilai & Kepuasan Memaksimumkan konsumsi Memaksimumkan utilitas (kepuasan) konsumsi Memaksimumkan pilihan Memaksimumkan mutu hidup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tataniaga Pertanian Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. Pemasaran adalah kegiatan mengalirkan barang dari produsen ke konsumen akhir

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Pertanian sebagai kegiatan manusia dalam membuka lahan dan menanaminya dengan berbagai jenis tanaman yang termasuk tanaman

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris yang harus melibatkan

Lebih terperinci

III. PEMASARAN HASIL PERTANIAN. pertemuan III 1

III. PEMASARAN HASIL PERTANIAN. pertemuan III 1 III. PEMASARAN HASIL PERTANIAN pertemuan III 1 1. PASAR DAN PEMASARAN Yang paling sederhana definisi pasar ialah semata-mata pemusatan lokasi fisik tempat penjualan dan pembelian terjadi. Alfred Marshall

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran sering diartikan oleh banyak orang sebagai kegiatan atau aktivitas dalam menjual beli barang di pasaran. Sebenarnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bunga krisan dengan nama latin Chrysanthemum sp berasal dari dataran Cina. Bunga potong ini cukup populer dan menduduki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU Bungamayang, Kabupaten Lampung Utara. Lokasi dipilih secara purposive karena PTPN

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN SALAK PONDOH (Studi Kasus di Desa Sigaluh Kecamatan Sigaluh Banjarnegara) ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN SALAK PONDOH (Studi Kasus di Desa Sigaluh Kecamatan Sigaluh Banjarnegara) ABSTRAK 94 ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN SALAK PONDOH (Studi Kasus di Desa Sigaluh Kecamatan Sigaluh Banjarnegara) Sulistyani Budiningsih dan Pujiati Utami Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai. Penelitian

Lebih terperinci

Pemasaran Hasil Pertanian/Peternakan

Pemasaran Hasil Pertanian/Peternakan Pemasaran Hasil Pertanian/Peternakan 1 Definisi Pemasaran didefinisikan sebagai suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Ada

Lebih terperinci

STRUKTUR PASAR. 1. Menurut segi fisiknya, pasar dapat dibedakan menjadi beberapa macam, di

STRUKTUR PASAR. 1. Menurut segi fisiknya, pasar dapat dibedakan menjadi beberapa macam, di STRUKTUR PASAR 1.1 Pengertian Pasar Pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci

Gambar 2. Ikan Koi Sumber : Dokumentasi penelitian

Gambar 2. Ikan Koi Sumber : Dokumentasi penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Koi Ikan koi merupakan keturunan dari ikan karper hitam atau ikan mas yang melalui proses perkawinan silang yang menghasilkan keturunan dengan bentuk tubuh indah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang merupakan anggota Allium yang paling banyak diusahakan dan memiliki nilai ekonomis

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI ANALISIS PEMASARAN KEDELAI Bambang Siswadi Universitas Islam Malang bsdidiek171@unisma.ac.id ABSTRAK. Tujuan Penelitian untuk mengetahui saluran pemasaran dan menghitung margin serta menganalisis efisiensi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pupuk Bersubsidi Pupuk bersubsidi ialah pupuk yang pengadaanya dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebtuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMASARAN JERUK PAMELO DALAM WILAYAH MAGETAN (CITRUS GRANDIS L. OSBEK)

EFISIENSI PEMASARAN JERUK PAMELO DALAM WILAYAH MAGETAN (CITRUS GRANDIS L. OSBEK) HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 ISSN: 0853-5167 EFISIENSI PEMASARAN JERUK PAMELO DALAM WILAYAH MAGETAN (CITRUS GRANDIS L. OSBEK) (MARKETING EFFICIENCY ANALYSIS OF PAMELO ORANGES FOCUS IN MAGETAN

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK MANIS. (MARKETING EFFICIENCY ANALYSIS OF SWEET ORANGE) Djoko Koestiono 1, Ahmad Agil 1

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK MANIS. (MARKETING EFFICIENCY ANALYSIS OF SWEET ORANGE) Djoko Koestiono 1, Ahmad Agil 1 AGRISE Volume X No. 1 Bulan Januari 2010 ISSN: 1412-1425 ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK MANIS (MARKETING EFFICIENCY ANALYSIS OF SWEET ORANGE) Djoko Koestiono 1, Ahmad Agil 1 1) Jurusan Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X STRUKTUR PASAR K TSP & K-13 A. PENGERTIAN DAN FUNGSI PASAR B. STRUKTUR PASAR Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X STRUKTUR PASAR K TSP & K-13 A. PENGERTIAN DAN FUNGSI PASAR B. STRUKTUR PASAR Tujuan Pembelajaran K TSP & K-13 Kelas X ekonomi STRUKTUR PASAR Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan menjelaskan bentuk- bentuk pasar dalam struktur pasar yang ada di masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pola Distribusi Pemasaran Cabai Distribusi adalah penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Ekonomi pertanian merupakan suatu aplikasi ilmu ekonomi dengan bidang pertanian, dimana ilmu ini digunakan untuk memecahkan permasalahanpermasalahan pertanian.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran ANALISIS PEMASARAN IKAN NEON TETRA (Paracheirodon innesi) STUDI KASUS DI KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN CURUG JAYA II (KECAMATAN BOJONGSARI, KOTA DEPOK JAWA BARAT) Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kabupaten Brebes merupakan daerah sentra produksi bawang merah di Indonesia, baik dalam hal luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas per

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN tidak diizinkan untuk melakukan pembelian langsung ke nelayan agar tidak terjadi permainan harga. Komponen pembentukan lembaga penunjang tersebut terdiri dari pengaturan pasar, informasi pasar, penyuluhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah TINJAUAN PUSTAKA Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Tataniaga Pertanian Menurut Limbong dan Sitorus (1985), tataniaga pertanian adalah segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan

Lebih terperinci

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA Struktur Pasar Faktor-faktor yang membedakan bentuk pasar 1. Ciri-ciri barang yang dihasilkan 2. Banyaknya perusahaan dalam industri 3. Tingkat kesulitan perusahaan baru dalam

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK

PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK Idah Lumahtul Fuad Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: faperta.@yudharta.ac.id ABSTRAKSI Degradasi

Lebih terperinci