BAB III LINGKUP KEGIATAN, METODE DAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III LINGKUP KEGIATAN, METODE DAN"

Transkripsi

1 BAB III LINGKUP KEGIATAN, METODE DAN HASIL PELAKSANAAN KLHS 3.1. Tahap Persiapan Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No, 67 tahun 2012 telah dibentuk Kelompok Kerja Pengendalian Lingkungan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat, tahun Pembentukannya berdasarkansurat Keputusan Gubernur Jawa Barat No.607Ke2ts(o- BAPPV0/1/0013. Kelompok Kerja tersebut dipimpin oleh Ketua Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat dan Sekertarisyaitu: 1. Kepala Bidang Fisik pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. 2. Kepala Bidang Tata Lingkungan pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat. Anggota Kelompok Kerja adalah beberapakepala Dinas dan pejabat yang berwenang dengan dengan RPJM dan KLHS di Jawa Barat.Ketua dan Sekretaris Pokja PL juga telah merekrut tenaga ahlisebagai mitra kerja yang berperan sebagai narasumber sebagai pendamping dan sekaligus konsultan bagi anggota Pokja tersebut 3.2. Pra Pelingkupan Issue utama permasalahan lingkungandi Jawa Barat adalah kependudukan, yaitu jumlah penduduksertapeningkatan jumlahnya, dan penyebarannya yang tidak merata dan banyak berpusat pada wilayah-wilayah pertumbuhan ekonomi. Kawasan permukiman dan kawasan budi daya berada pada wilayah-wilayah yang daya dukungnya kurang, ditinjau dari sumber daya lahan dan sumber daya air. Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 1

2 Issue pembangunan dan lingkungan yang dikaji terhadap RPJMD Provinsi Jawa Barat yang sering dibahas pada berbagai kajian dan forum diskusi, antara lain adalah sebagai berikut: 1) Penataan ruang: pemanfaatan ruang, termasuk kawasan lindung dan zonasi kawasan budi daya 2) Sumber daya hutan dan lahan: fungsi hutan sebagai kawasan lindung, dan produksi hutan serta cadangan, yang menghadapai permasalahan kerusakan lahn lahan atau lahan kritis oleh kebakaran hutan, pembalakan kayu, dan perambahan lahan hutan 3) Sumber daya pesisir:mengalami kerusakan hutan mangrove di Pantura Jawa Barat, dan kerusakan gumuk pasir dunes di Pansel. Fungsi hutan mangrove melindungi kawasan pesisir, yang sangat penting untuk mendukung produksi perikanan budi daya dan tangkap dan wisata alam 4) Sumber daya pangan: produksi pangan dari pertanian, peternakan, dan perikanan membutuhkan sumber daya lahan dan sumber daya air. Lahan pertanian banyak mengalami alih fungsi, sedangkan sumber air banyak mengalami pencemaran. Disamping intu sarana sumber daya air belum sepenuhnya mencukupi air pertanian 5) Sumberdaya air:permasalahan kekurangan air pertanian di musim kemarau, dan kekurangan sumber air baku penduduk yang memenuhi syarat kualitas air. Selain itu masalah genangan banjir di musim hujan, pencemaran air sungai, danau, waduk, pesisir dan laut, serta ketersediaan air tanah yang menurun. 6) Sumber daya energi: batu bara, PLTA dan PLTA mini, geothermal dan bioenergi 7) Lingkungan permukiman: air limbah domestic, sampah kota termasuk domestik dan limbah B3 8) Lingkungan industri: Pembatasan dan zonasi industri beban pencemaran tinggi,daur ulang air limbah industri dan pengembangan industri kering 9) Perhubungan: pembangunan jalan yang berdampak alih fungsi lahan, genangan banjir akibat aliran air dan drainage terhambat. Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 2

3 10) Pencemaran Udara dan Perubahan Iklim: pencemaran udara akibat industri, transporasi dan domestic yang menimbulkanemisi gas rumah kaca berpotensi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Perubahan iklim tersebut menyebabkan perubahan waktu musim hujan dan musim kemarau serta intensitas curah hujan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 3

4 Tabel3.1. Penataan Ruang Tema Issue Pembangunan Berkelanjutan Gambaran Singkat Tujuan Target dan Indikator Issue penting Data baseline Pemangku kepentingan Penataan Ruang Dokumen RTRW dan RDTR Kondisi ketersediaan dokumen RTRW dan RDTR adalah sebagai berikut: a. Tingkat ketersediaan Dokumen RDTR Kabupaten dan Kota 10 % b. Tingkat Penanganan Raperda Kawasan Strategis Provinsi 47 % c. Tingkat penyediaan RTH Publik Perkotaan 10 % Kawasan Lindung Perda No. 22 Tahun 2010 RTRW Provinsi Jawa Barat menetapkan luas kawasan lindung 45 % dari luas wilayah Provinsi, yang penyebarannya bertumpu pada beberapa kabupaten yang memiliki kawasan hutan, yaitu: a. Kabupaten Bogor 66,49 % b. Kabupaten Sukabumi 60,00 % c. Kabupaten Cianjur 60,16 % d. Kabupaten Bandung 79,76 % e. Kabupaten Garut 64,85 % f. Kabupaten Tasikmalaya 66,49 % Kondisi tersebut menyebabkan beberapa kabupaten memerlukan revisi RTRW mengingat luasan tersebut tidak sinkron, bahkan beberapa kabupaten tidak dapat memenuhi luasan hutan lindung untuk kawasan lindung di Jawa Barat tersebut. Demikian juga hutan lindung di Pantura Jawa Barat yaitu hutan mangrove sebagian besar rusak berat dan alih fungsi. Program Penataan Ruang dengan target berikut: a. Tingkat ketersediaan Dokumen RDTR Kab./Kota (100 %) b. Tingkat Penanganan Raperda KSP Kaw. Strategis Provinsi c. (100%) d. Tingkat penyediaan RTH Publik Perkotaan min 20% Program Pengelolaan Kawasan Lindung dengan target capaian fungsi kawasan lindung terhadap luas wilayah propinsi 45 % RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten dan Kota perlu sinkronisasi sesuai dengan daya dukung sumber daya lahan dan sumber daya air. Zonasi berbagai kegiatan pembangunan, terutama kawasan industri perlu dihindari dampak konversi lahan pertanian, dan menyesuaikan dengan daya tamping beban pencemaran air sungai dan waduk. Berdasarkan citra satelit Landsat tahun 2012 dari BPLHD Jawa Barat, luas hutan primer Ha, hutan sekunder Ha dan hutan mangrove Pantura Ha, sehingga jumlah luasnya hanya Ha atau 8 % dari luas wilayah Jawa Barat Hutan lindung di Pantura Jawa Barat yang ditetapkan luasnya Ha berupa hutan mangrove, sebagian besar rusak berat, hanya menyisakan luas hutan mangrove Ha berdasarkan citra satelit Google tahun Bappeda Diskimrum Dishut Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 4

5 Tabel 3.2. Sumber Daya Hutan dan Lahan Tema Issue Pembangunan Berkelanjutan Gambaran Singkat Tujuan Target dan Indikator Sumber Daya Hutan dan Lahan Kawasan Ekoregion a. Kawasan Ekologi Cidurian Citarum: mempunyai luas ,73 km2, dan terdapat areal yang ditetapkan sebagai hutan konservasi dan hutan lindung terutama di puncak gunung dan daerah pantai. Sekitar seperempat luas kawasan (2.606,00 km2) tergolong rawan longsor menengah sampai tinggi b. Kawasan Ekologi Cilamaya - Cipanasmempunyai luas 5.213,53 km2, dan terdapat lima areal hutan yang telah ditetapkan sebagai hutan konservasi dan hutan lindung, dengan total luas ,6 Ha.Sekitar 724,15 km2 daerah hulu tergolong mempunyai daya resap air tinggi sampai sedang dan sekitar 409,51 km2 tergolong mempunyai daya resap kecil sampai kedap air. Sedangkan sekitar 593,47 km2 daerah hulu tergolong rawan longsor menengah sampai tinggi c. Kawasan Ekologi Cimanuk - Cisanggarung, mempunyai luas6.424,42 km2. Sekitar separuh kawasan (3.488,45 km2) tergolong mempunyai daya resap air tinggi sampai sedang dan sekitar seperenam luas kawasan (1.102,89 km2) tergolong mempunyai daya resap kecil sampai kedap air. Sekitar seperempat luas kawasan(1.533,64 km2) tergolong rawan longsor menengah sampai tinggi, lokasinya tersebar dipegunungan patahan dan rangkaian gunung api. d. Kawasan Ekologi Citanduy Cimandiri mempunyai luas ,10 km2, terdapat areal yang ditetapkan sebagai hutan konservasi dan hutan lindung, terutama di pegunungan dan daerah pantai.lebih dari separuh kawasan (8.608,30 km2) tergolong mempunyai daya resap kecili sampai kedapair dan hampir seluruh kawasan (14.047,52 km2) tergolong rawan longsor dan peka erosi. Luas Hutan a. Jumlah luas hutan negara pada tahun 2010 adalah Ha yang tersebar di kabupaten-kabupaten di Jawa Barat, yang sebagian besar berada di kabupaten Tasikmalaya, Garut, Sukabumi dan Cianjur b. Jumlah luas hutan rakyat pada tahun 2012 adalah Ha dengan produksi kayu m3. Daerah yang luasnya besar adalah Kabupaten Sukabumi, Tasikmalaya, Garut dan Ciamis Program Pengelolaan Kawasan Lindung dengan target capaian fungsi kawasan lindung terhadap luas wilayah 45 % Program Rehabilitasi dan Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup menetapkan target sebagai berikut: a. Tingkat rehabilitasi lahan kritis diluar kawasan hutan Negara 100 % b. Tingkat rehabilitasi lahan kritis di dalam kawasan hutan negara 100 % Program Pengelolaan ekosistem pesisir dan laut dengan target tingkat rehabilitasi hutan mangrove 36 % dari luas yang rusak Ha. Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 5

6 Tabel 3.2. Sumber Daya Hutan dan Lahan (Lanjutan) Tema Issue Pembangunan Berkelanjutan Issue penting Data baseline Pemangku kepentingan Sumber Daya Hutan dan Lahan Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan, dengan target berikut: a. Meningkatnya produksi kayu 40 % b. Unit hutan rakyat bersertifikasi 6 unit c. Jumlah indutri kehutanan yang tertib perijinannya 25 unit d. Jumlah industri primer kehutanan 10 unit e. Peningkatan produksi kayu olahan dari m3 menambah 50 % f. Tertib penatausahaan hasil hutan dari 26 unit menaambah 135 unit g. Peningkatan penerimaan retribusi Tahura Ir. H. Djuanda yang saat ini Rp. 1,6 Milyar bertambah 50 % h. Peningkatan produksi aneka usaha kehutanan yang saat ini ton menambah 50 % i. Jumlah obyek wisata alam hutan yang produktif yang saat ini 6 lokasi menambah 10 lokasi j. Jumlah kelompok kerja penunjang imbal jasa lingkungan yang saat ini 5 kelompok menambah 10 kelompok k. Tingkat partisipasi Masyarakat Desa Sekitar Hutan dalam pengelolaan hutan 100 % Kerusakan lahan akibat erosi dan longsoran yang disebabkan penggundulah hutan dan pengolahan lahan yang salah, menyebakan sedimentasi sungai dan waduk dan menambah dampak genangan banjir karena menurunkan daya dukung badan air Program kegiatan konservasi a. Jumlah luas lahan kritis Ha, sebagian besar berada pada lahan hutan rakyat yang kritis 450,539 Ha, sisanya berada di hutan negara b. Luas kawasan hutan mangrove Ha, sebagian besar rusak, hanya menyisakan luas tumbuhan mangrove hanya Ha, sehingga memerlukan rehabilitasi Ha. a. Dinas Kehutanan b. Distan Tanaman Pangan c. Dinas Kelautan dan Perikanan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 6

7 Tabel 3.3.Sumber Daya Pesisir Tema Issue Pembangunan Berkelanjutan Gambaran Singkat Tujuan Target dan Indikator Issue penting Data baseline Pemangku kepentingan Sumber Daya Pesisir Buku Pengumpulan Data Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, 2010 menunjukkan luas hutan ,14 Ha, yang berstatus baik hanya 3.025,26 Ha. Statistik Perikanan tahun 2011, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, 2013 menunjukkan luas lahan tambak Ha, yang meliputi luas perairannya Ha. Produksi ikan tambak adalah ,58 ton/tahun senilai Rp 3.408,80 milyar/tahun Program Pengelolaan ekosistem pesisir dan laut dengan target tingkat rehabilitasi hutan mangrove 36 % atau sekitar Ha dari luas yang rusak Ha. Kerusakan hutan mangrove menyebabkan hilangnya fungsi ekosistem hutan pantai terhadap habitat satwa teretrial pesisir dan biota perairan pantai Kehilangan perlindungan alami abrasi pantai oleh gelombang laut yang menyebabkan kehilangan lahan pesisir dan kerusakan sarana permukiman dan jalan di pesisir Hasil interpretasi citra satelit menunjukkan luas kawasan hutan mangrove di Pantura Jawa Barat adalah Ha, sebagian besar rusak berat, hanya menyisakan luas tumbuhan mangrove Ha, sehingga memerlukan rehabilitasi Ha. Kerusakan garis pantai karena abrasi dan tidak ada perlindungan alami dari hutan mangrove adalah sepanjang 158 km Dinas Kehutanan Dinas Kelautan dan Perikanan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 7

8 Tabel 3.4. Sumber Daya Pangan Tema Issue Pembangunan Berkelanjutan Gambaran Tujuan Target dan Indikator Issue penting Pertanian Peternakan dan Perikanan Pertanian Luas lahan pertanian di Jawa Barat sebesar hektar dengan perincian lahan sawah seluas hektar atau 38 % dari luasan lahan pertanian dan lahan non sawah seluas hektar atau 62% dari luasan lahan pertanian, Sedangkan produksi padi adalah 11,27 juta ton/tahun. Peternakan Peternakan kebanyakan menyebar sebagai ternak penduduk di daerah pedesaan, dan sebagian berada pada kawasan usaha peternakan. Limbah peternakan merupakan sumber beban pencemaran air yang besar, dan juga sumber emisi gas rumah kaca. Hanya sebagian kecil peternakan yang dilengkapi dengan sarana IPAL dan biogas. Perikanan Sumber daya perikanan diperoleh dari perikanan budi daya dan perikanan tangkap.produksi perikanan budidaya dan perikanan tangkap sebesar ,00 ton/tahun, terdiri dari budidaya air tawar sebesar ,11 ton/tahun,budi daya tambak ,29 ton/tahun dan tangkap laut sebesar ,56 ton/tahun. Produksi Budidaya Laut dan tangkap adalah 8.001,74 ton/tahun dan ,30 ton/tahun Perikanan budidaya air tawar sebagian besar adalah keramba jaring apung (KJA), sedangakan budi daya air payau dari tambak di Pantura Jawa Barat. Namun jumlah KJA sudah melebihi daya dukung badan air waduk. Program Permberdayaan Sumber Daya Pertanian, yaitu penambahan lahan sawah baru seluas Ha. Program Peningkatan Produksi Pertanian, dengan target a. peningkatan produksi padi 15 % dari jumlah 11,27 juta ton pada th 2013 b. peningkatan produksi palawija sebesar % c. peningkatan produksi daging, telur dan susu Program Pengembangan Budidaya Perikanan dengan target peningkatan produksi sebesar 25 % Program Pengembangan Perikanan Tangkap dengan target peningkatan produksi sebesar 25 %. a. Luas lahan pertanian menyusut karena konversi untuk permukiman dan kawasan industri. Sebagian lahan pertanian mengalami kekeringan di musim kemarau karena air irigasi tidak mencukupi. b. Jumlah produksi peternakan masih belum memenuhi kebutuhan.namun limbah peternakan yang ada belum dikelola dengan baik sehingga menyebabkan pencemaran air c. Budi daya perikanan KJA menyebabkan pencemaran air waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur karena jumlahnya melebihi daya dukung badan air waduk, sehingga limbah pakan ikan menyebabkan pencemaran air yang berpotensi juga merusak sarana bangunan air Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 8

9 Tabel 3.4. Sumber Daya Pangan (Lanjutan) Tema Issue Pembangunan Pertanian Peternakan dan Perikanan Berkelanjutan Data baseline Laju alih fungsi lahan pertanian di Pulau Jawa termasuk Jawa Barat, lebih dari 5 %/tahun Beban pencemaran DAS Citarum hulu yang terbesar berasal dari limbah penduduk, industri, peternakan dan pertanian sehingga berstatus cemar sedang sampai berat Produksi perikanan budidaya air tawar tahun 2012 adalah ton/tahun, sedangkan yang bersumber dari budi daya KJA di waduk-waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur kurang lebih 40 %, Daya dukung tiga waduk tersebut jauh Pemangku kepentingan lebih rendah, sehingga status pencemaran airnya adalah eutrofik. Distan TP Disnak Disbun Diskanlut Tabel 3.5.Sumber Daya Air Tema Issue Pembangunan Berkelanjutan Gambaran Singkat Sumber Daya Air Ketersediaan Air Berdasarkan analis ketersediaan air dengan debit andalan (Q 80%) pada musim hujan sungai se- Jawa Barat yang terbagi dalam 5 (lima ) BalaiBPSDA Wilayah Sungai yaitu : 1. Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane ( 8, juta m3/tahun ) 2. Wilayah Sungai Cisadea - Cimandiri ( 5, juta m3/tahun ) 3. Wilayah Sungai Citarum ( 7, juta m3/tahun ) 4. Wilayah Sungai Cimanuk - Cisanggarung ( 5, juta m3/tahun ) 5. Wilayah Sungai Citanduy - Ciwulan ( 7, juta m3/tahun ) Sehingga total potensi normal air permukaan se- Jawa Barat sebesar 35,155.94juta m3/tahun (pada sungai kewenangan Provinsi), potensi minimum sebesar3, juta m3/tahun dan potensi maksimum sebesar 44, juta m3/tahun,yang baru termanfaatkan sebesar ± 14, juta m3/tahun ( % ) Beberapa daerah mengalami genangan banjir di musim hujan, namun ada yang mengalami kekeringan di musim kemarau sehingga banyak areal sawah gagal panen. Pemanfaatan air Volume air baku berdasarkan Kategori pengguna yaitu PDAMsebesar ,86,non PDAM sebesar ,23, Industri sebesar ,82, Niaga sebesar 9.938,11,Non Niaga sebesar 129,73, Pertanian sebesar 856,88 dan listrik sebesar ,88 m3/tahun Luas sawah Ha, irigasi teknis 40,1 %, irigasi setengah teknis 14,1 %, irigasi desa 10,7 %, tadah hujan 18,8 %. Sisanya sumber air lain. Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 9

10 Tema Issue Pembangunan Berkelanjutan Tujuan Target dan Indikator Issue penting Tabel 3.5.Sumber Daya Air (Lanjutan) Sumber Daya Air Program Pembinaan, Pengembangan Sumber Daya Mineral, Geologi dan Air Tanah dengan target tingkat pemutakhiran kondisi CAT (Cekungan Air Tanah) dengan target 50 % dari jumlah CAT Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air lainnya dengan target penanganan sumber air berupa, 260 situ/ waduk, 150 mata air dan 300 titik sungai Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya dengan target tingkat kondisi baik jaringan irigasi Propinsi sebesar % Program Pengendalian Banjir dan Kekeringan serta Pengamanan Pantai dengan target tingkat penanganan darurat infrastruktur SDA dan irigasi yang terkena bencana alam sebesar 100 % Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air lainnya, yaitu pembangunan 13 Waduk Strategis Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya yaitu pembangunan saluran irigasi dengan target terbangunnya Daerah Irigasi Strategis (DIS) Caringin Kabupaten Sukabumi; DIS Rengrang di Kab. Sumedang dan DIS lainnya: 100 % selesai terbangun Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup, yaitu pencapaian status mutu sungai dan waduk dengan tingkat cemar sedang sebanyak 50 %. Kurangnya ketersediaan air baku di musim kemarau dan bencana banjir di musim hujan karena DAS yang rusak tidak mampu menyimpan air secara alami Pencemaran air akibat air limbah penduduk, industri dan pertambangan, peternakan dan perikanan Menurunnya muka air tanah karena penyedotan air tanah berlebihan sehingga berdampak juga penurunan muka air tanah. Data baseline Pada bulan Februari tahun 2007, terjadi banjir yang mengakibatkantenggelamnya kawasan permukiman di Cekungan Bandung terutamakecamatan Dayeuh Kolot, Kecamatan Majalaya, Kecamatan Banjaran,Kecamatan Pameungpeuk, dan Kecamatan Bale Endah. Banjir di Pantura menggenangi sekitar ha meliputi empat kabupaten, yaitu Bekasi, Karawang, Indramayu dan Kabupaten Subang. Sumber pencemaran air berasal dari limbah penduduk, limbah industri, limbah pertambangan, limbah pertanian dan peternakan. Beberapa sungai tercemar sedang sampai berat, antara lain yaitu Citarum, Bekasi, Ciliwung dan Cisadane. Terjadi sedimentasi pada beberapa sungai dan waduk pada DAS Cimanuk, DAS Citanduy, DAS Citarum dan DAS Ciliwung Pemangku kepentingan Dinas. PSDA Dinas ESDM Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 10

11 Tabel 3.6.Sumber Daya Energi Tema Issue Pembangunan Berkelanjutan Gambaran Singkat Tujuan Target dan Indikator Issue penting Data baseline Pemangku kepentingan Sumber daya energi Jumlah pelanggan listrik di Jawa Barat pada tahun 2011 adalah dengan penggunaan listrik KWH. Jumlah pelanggan terbesar adalah rumah tangga yaitu , akan tetapi jumlah konsumsi listrik terbesar adalah industri yaitu KWH. Sumber energi listrik pada saat ini adalah PLTU dengan bahan bakar BBM dan batubara, dan PLTA, serta pembangkit listrik panas bumi. Sisa cadangan minyak bumi pada tahun 2012 adalah ,42 ribu barrel, sedangkan sisa cadangan gas bumi masih tinggi yaitu ,89 mmbtu. Semuanya berada di Pantura Jawa Barat. Program Pembinaan, Pengembangan Ketenagalistrikan dan Pemanfaatan Energi dengan target tingkat pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) sebanyak 6 jenis Air, yaitu Surya, Biomass, Biofuel, Angin, dan Gelombang Lautl Program Pengembangan Panas Bumi dan Migas dengan target tingkat eksplorasi potensi panas bumi 70 % Penggunaan bahan bakar minyak dan gas bumi menimbulkan pencemaran udara dan emisi gas rumah kaca Penggunaan bahan bakar batubara menimbulkan limbah padat dan emisi debu. Limbah tersebut berpotensi mengandung B3. Penggunaan enersi panas bumi relative ramah lingkungan, akan tetapi perlu dilakukan pemantauan potensi limbah B3 dari dalam bumi yang terkandung dalam uap air. Potensi energi panas bumi sebesar MW, yang sebagian besar berada di kabupaten- kabupaten Bogor, Bandung, dan Garut Saat ini sudah berstatus terbukti sebesar MW, yang sudah berproduksi MW di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Pencemaran lingkungan yang bersumber dari bahan bakar terdapat di kawasan industri dan sepanjang jalur transportasi yang padat dengan lalu lintas kendaraan. Din ESDM Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 11

12 Tabel 3.7. Lingkungan Permukiman Tema Issue Pembangunan Berkelanjutan Gambaran Singkat Tujuan Target dan Indikator Issue penting Data baseline Pemangku kepentingan Lingkungan Permukiman Kependudukan Pada tahun 2011 jumlah penduduk di Kabupaten/Kota Jawa Barat adalah 43,83 jyuta jiwa, yang terbanyak berada di Kabupaten Bogor, yaitu sebesar 4, 9 juta jiwa dan diikuti oleh Kabupaten Bandung 3,2 juta jiwa. Kepadatan Penduduk di Jawa Barat padatahun 2011 adalah 1181 orang/km2, dengan luas wilayah sebesar ,54 km2. Diantara Kabupaten/kota se Jawa Barat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kota Bandungyaitu sebesar orang/km2, disusul olehkota Cimahi orang/km2 dan terendah di kabupaten Ciamis 569 orang/km2. Penyediaan air bersih dan sarana sanitasi Kebutuhan air bersih untuk rumah tangga sebagian belum terpenuhi dan belum merata, terutama di daerah pedesaan. Sarana sanitasi lingkungan belum banyak terpenuhi oleh IPAL, sedangkan tingkat kepemilikan septic tank juga masih rendah. Demikian juga limbah sampah sebagian besar belum dapat terangkut ke TPS dan TPA. Banyak sampah yang dibuang ke saluran air dan sungai. Program Pengembangan Lingkungan Sehat dengan target sebagai berikut: Cakupan umah tangga yang menggunakan jamban sehat 80 %. Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM 75 % Program Pengembangan Perumahan dengan cakupan rumah layak huni mencapai 100 % dari unit. Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman dengan target sebagai berikut: a. Cakupan layanan air minum % b. Cakupan pelayanan air limbah penduduk % c. Cakupan layanan persampahan perkotaan % d. Peningkatan kinerja drainase permukiman e. Tingkat sanitasi kawasan kumuh % Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman (Persampahan Regional). Cakupan layanan persampahan perkotaan %.Jumlah dan kepadatan penduduk yang tinggi merupakan sumber beban pencemran air yang besar, yang disebabkan kurangnya sarana sanitasi lingkungan untuk limbah cair dan limbah padat (samph). Lahan permukiman berkembang terus yang menyebabkan alih fungsi lahan pertanian. a. Penyediaan air minum penduduk PDAM sebesar ,86 dan non PDAM sebesar ,23 m3/tahun b. Sarana IPAL komunal bagi penduduk masih kurang c. Sarana pelayanan dan pengolahan sampah masih kurang Dinkes Diskimrum Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 12

13 Tabel 3.8. Lingkungan Industri Tema Issue Pembangunan Berkelanjutan Gambaran Tujuan Target dan Indikator Issue penting Data baseline Pemangku kepentingan Perindustrian Statistik Jawa Barat tahun 2012 menunjukkan data berdasarkan hasil sensus BPS, IndustriBesar/Sedang di Jawa Barat tahun 2009sebanyak yang menyerap tenaga kerjasebanyak orang. Sementara ituuntuk Pengeluaran Tenaga Kerja di sektor ini mencapai juta rupiah. Nilai Outputindustri besar sedang tahun 2009 adalah juta rupiah, Biaya input sebesar sedangkan Nilai Tambah mencapai juta rupiah. Jumlah unit industry kecil, menengah dan besar di Jawa Barat pada tahun 2011 adalah unit usaha yang menyerap tenaga kerja orang dengan investasi Rp milyar Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah dengan target jumlah UKM unit a. jumlah wirausaha UKM unit b. jumlah tenaga kerja UKM orang Penataan Struktur dan Peningkatan Kemampuan Teknologi IndustriPemahaman Idengan target ndustri Ramah Lingkungan 90 % Pencemaran lingkungan akibat limbah industri Alih fungsi lahan pertanian untuk kawasan industri sehingga mengurangi produksi pertanian Alih fungsi saluran irigasi menjadi saluran penampung air limbah industri sehingga persawahan di sekitarnya gagal panen Pencemaeran lingkungan berada pada daerah indusri dan kawasan industri di Jawa Barat pada DAS Citarum, DAS Bekasi, DAS Ciliwung dan DAS Cisada Dnas KUKM Disperindag Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 13

14 Tabel 3.9. Perhubungan Tema Issue Pembangunan Berkelanjutan Gambaran Tujuan Target dan Indikator Issue penting Data baseline Pemangku kepentingan Sarana Perhubungan Transportasi darat Panjang jalan di Jawa Barat pada akhirtahun 2011 adalah km. Jika dirincimenurut jenis permukaan jalan maka sepanjang km atau sebesar 83,98 persen sudahberaspal, 2 552,0 km atau 11,73 persen berkerikil, sisanya sepanjang km atausebesar 4,29 persen masih tanah dan tidakdirinci. Transportasi udara Jumlah penumpang domestik yangberangkat melalui Bandara HuseinSastranegara, dari bulan Januari sampai dengandesember 2011 tercatat sebanyak orang dan yang datang sebanyak orang.Banyaknya bagasi yang dibongkar dibandara Husein Sastranegara Bandung, kg sementara barang yang dibongkarsebesar kg. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan dengan target tingkat aksesibilitas jalan 0,99248 % Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan dengan target: a. Tingkat ketersediaan prasarana transportasi udara 0,51 % b. Tingkat ketersediaan transportasi laut, sungai, danau, dan angkutan perairan lainnya % Pembangunan jalan, bandara dan pelabuhan menyebabkan alih fungsi lahan pertanian sehingga mengurangi produksi pangan Sarana jalan yang kurang dilengkapi dengan sarana drainase yang baik menyebabkan genangan banjir di musim hujan karena terhambatnya aliran air Pencemaran udara akibat peningkatan transportasi mengganggu kesehatan penduduk sepanjang jalur jalan Genangan banjir sering terjadi sekitar jalan tol yang melintas dan memotong aliran air hujan (surface run off), karena kurangnya sarana atau kurangnya pemeliharaan saluran drainase Pencemaran udara dari lalu lintas kendaraan meningkatkan kandungan gas rumah kaca Dis. Binamarga Dishub Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 14

15 Tabel Pencemaran Udara dan Perubahan Iklim Tema Issue Pembangunan Berkelanjutan Gambaran Singkat Tujuan Target dan Indikator Issue penting Data baseline Pemangku kepentingan Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Udara yang mengandung limbah metan dan karbon dioksid selain mengganggu kesehatan juga akan berakumulasi di atmosfer dan menimbulkan efek rumah kaca, sehingga disebut gas rumah kaca (GRK). GRK menyebabkan efek panas cahaya matahari berada dalam atmosfer bumi sehingga menimbulan penguapan air laut dan danau serta waduk. Sebagian akan turun lagi ke bumi dalam bentuk curah hujan. Namu GRK tersebut menyebabkan juga perubahan pola iklim global dan lokal. Indusri yang menggunakan bahan bakar BBM dan batubara akan menimbulkan emisi GRK gas karbon dioksida Demikian juga rumah tangga dan kendaraan yang menggunakan BBM. Sampah dan limbah ternak akan mengeluarkan GRK gas metan dan sedikit karbon dioksid. Demikian juga jerami sisa panen di sawah Program Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim memiliki target penurunan tingkat penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 5 % Pencemaran udara akibat penggunaan bahan bakar untuk industri, transporasi dan rumaah tangga menimbulkan emisi gas rumah kaca berpotensi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Perubahan iklim tersebut menyebabkan perubahan waktu musim hujan dan musim kemarau serta intensitas curah hujan Sumber emisi gas rumah kaca adalah sebagai berikut: a. Indusri yang menggunakan bahan bakar b. Transportas c. Rumah tangga,yang berasal dari bahan bakar dan limbah sampah d. Limbah peternakan e. Limbah jerami sisa panen hasil sawah Dinas ESDM Dinas Perhubungan Dinas Perindustrian Dinas Pertanian Dinas Peternakan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 15

16 3.3. Pelingkupan Pelingkupan issue pembangunan dan issue lingkungan hidup digunakan untuk mengkaji program pembangunan di Provinsi Jawa Barat sebagai berikut: 1) Penataan ruang: pemanfaatan ruang 2) Sumber daya hutan dan lahan: 3) Sumber daya pesisir 4) Sumber daya pangan 5) Sumber daya air 6) Sumber daya energi 7) Lingkungan permukiman 8) Lingkungan industr 9) Perhubungan: 10) Pencemaran Udara dan Perubahan Iklim: Peranan tiap issue lingkungan tersebut terhadap program pembangun tidak sama, ada yang berkaitan sangat erat dan ada yang tidak berhubungan sama sekali. Selain itu dampak positif dan dampak negative dari program pembangunan akan dinilai dengan kategori berikut: 1) Nilai 1 tidak berdampak 2) Nilai 2 berdampak sedang 3) Nilai 3 berdampak besar 3.4.Identiifikasi dan Analisa Data Program-program Pembangunan yang berkaitan dengan berbagai issue lingkungan hidup terdapat pada Misi 1, Misi 2 dan Misi 4, yaitu sebanyak 25 program sebagai berikut: 1) Misi 1: Membangun Masyarakat Yang Berkualitas dan Berdaya Saing, yang meliputi dua program yang berkaitan dengan pengembangan perjumahan dengan lingkungan yang sehat Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 16

17 2) Misi 2: Membangun Perekonomian Yang Kokoh dan Berkeadilan, yang meliputi 6 program yang berkaitan dengan pengembangan pertanian, peternakan dan perikanan, serta industry kecil dan menengah 3) Misi 4: Mewujudkan Jawa Barat Yang Nyaman dan Pembangunan Infrastruktur Strategis Yang Berkelanjutan, yang meliputi 18 program yang berkaitan dengan tata ruang, pengelolaan kawasan hutan dan pesisir, pengembangan sarana permukiman dan sanitasi, pengembangan sarana pengairan dan transportasi serta pengendalian kerusakan lingkungan hidup dan bencana alam Program pada Misi 1 1) Program Pengembangan Lingkungan Sehat, dengan indikasi kinerja rumah tangga yang menggunakan jamban sehat dan desa atau kelurahan yang melaksanakan sanitasi lingkungan 2) Program Pengembangan Perumahandengan target rumah layak huni mencapai unit Program pada Misi 2 1) Program Permberdayaan Sumber Daya Pertanian dengan target membuka luas lahan sawah baru Ha. 2) Program Peningkatan Produksi Pertanian dengan target peningkatan produksi beras, palawija, dan produk-produk peternakan. 3) Program Pengembangan Budidaya Perikanan dengan target dengan target peningkatan produksi perikanan budidaya sebanyak 25 %. 4) Program Pengembangan Perikanan Tangkap dengan target peningkatan produksi perikanan tangkap sebanyak 25 %. 5) Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah dengan target pengembangan UKM sebanyak unit usaha, yang dikelola oleh wirausaha UKM sebanyak unit, serta mampu menyerap tenaga kerja orang. 6) Penataan Struktur dan Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 17

18 Program pada Misi 4 A. Penataan Ruang, Pengelolaan Hutan dan Lahan 1) Program Penataan Ruang, yaitu penyusunan RDTR kabupaten dan kota. 2) Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup 3) Program Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim 4) Program Pengelolaan Kawasan Lindung, yaitu pencapaian kawasan lindung 45 % dari luas wilayah. 5) Program Rehabilitasi dan Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 6) Program Pengelolaan ekosistem pesisir dan laut, yaitu rehabilitasi hutan B. Energi mangrove Ha. 1) Program Pembinaan, Pengembangan Ketenagalistrikan dan Pemanfaatan Energi, yaitu pengembangan energi alternative air, surya, biomass, biofuel, angin dan gelombang laut 2) Program Pengembangan Panas Bumi dan Migas, yaitu pengembangan energi panas bumi atau geothermal. C.Air Tanah, Danau, Sungai dan Waduk 1) Program Pembinaan, Pengembangan Sumber Daya Mineral, Geologi dan Air Tanah yaitu inventarisasi cekungan air tanah. 2) Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air lainnya yaitu pembangunan waduk dan situ baru. 3) Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainny, yaitu pengelolaan situ, mata air dan sungai. 4) Program Pengendalian Banjir dan Kekeringan serta Pengamanan Pantai, yaitu pengendalian bencana banjir D. Sarana Permukiman 1) Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman, yaitu penyediaan sarana air minum, drainage dan pengelolaan sampah. 2) Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman, yaitu penyediaan sarana sampah regional. Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 18

19 E.Sarana Transportasi 1) Program Pembangunan Jalan dan Jembatan. 2) Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan yaitu pembangunan bandara udara di Kabupaten Majalengka dan pelabuhan laut di Cilamaya Kondisi Sumber Daya alam dan Lingkungan Hidup Data pembanding untuk mengkaji KLHS RPJMD Jawa Barat antara lain adalah 1) Luas Kawasan Lindung di Jawa Barat berdasarkan Perda No. 22 Tahun 2010, yang menunjukkan luas kawasan tersebut banyak perbedaan apabila dibandingkan dengan luasnya pada RTRW kabupaten dan kota 2) Data produksi perikanan budi daya, yang menunjukkan produksi ikan di kabupaten-kabupatenbandung Barat, Cianjur dan Purwakarta menunjukkan waduk - waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur menangung beban pencemaran yang tinggi yang berasal dari limbah pakan ikan 3) Data luas hutan mangrove di wilayah Pesisir Utara Jawa Barat menunjukkan tingkat kerusakannya sangat tinggi, sedangkan rencana konservasinya masih terbatas hanya Ha Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 19

20 Gambar 3.1. Peta Kawasan Lindung di Jawa Barat Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 20

21 No. Tabel 3.11.Luas Kawasan Lindung di Jawa Barat berdasarkan Perda No. 22 Tahun 2010 Kabupaten/ Kota Luas Wilayah (Ha) Hutan (Ha) Luas Kawasan Lindung (Ha) Non Hutan (Ha) Jumlah Kawasan Budi Daya Jumlah Luas (Ha) 1 Kabupaten Bogor , , , , ,95 2 Kabupaten Sukabumi , , , , Kabupaten Cianjur , , , , ,56 4 Kabupaten Bandung , , , , ,33 5 Kabupaten Garut , , , , ,95 6 Kabupaten Tasikmalaya , , , , ,40 7 Kabupaten Ciamis , , , , ,66 8 Kabupaten Kuningan , , , , ,90 9 Kabupaten Cirebon ,20 7, , , ,81 10 Kabupaten Majalengka , , , , ,04 11 Kabupaten Sumedang , , , , ,67 12 Kabupaten Indramayu , ,04 644, , ,88 13 Kabupaten Subang , , , , ,09 14 Kabupaten Purwakarta , , , , ,13 15 Kabupaten Karawang , , , , ,27 16 Kabupaten Bekasi , , , ,52 - Kabupaten Bandung 17 Barat , , ,00 18 Kota Bogor ,58-234,50 234,50-19 Kota Sukabumi 5.301, , ,70 445,55 20 Kota Bandung ,12 0,98 164,04 165,02-21 Kota Bekasi , Kota Depok ,00 7,00-7,00-23 Kota Cimahi 4.468, Kota Tasikmalaya , , , ,67 261,05 25 Kota Banjar 9.793, ,79 26 Kota Cirebon 3.329, Jumlah , , , , ,03 Persentase % ,22 33,44 44,66 10,37 Sumber : RTRWP Jawa Barat 2010 Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 21

22 Tabel Produksi Perikanan Budi Daya di Jawa Barat No Kabupaten / Kota Budidaya Budidaya Air Tawar Tambak 1 Kab Bogor , Kab Sukabumi 2.166,37 553,90 3 Kab Cianjur ,39 192,00 4 Kab Bandung 8.363, Kab Garut ,28 147,43 6 Kab Tasikmalaya ,89 101,88 7 Kab Ciamis ,44 715,50 8 Kab Kuningan 9.919, Kab Cirebon 1.992, ,03 10 Kab Majalengka 6.071, Kab Sumedang 5.366, Kab Indaramayu , ,95 13 Kota Subang , ,04 14 Kota Purwakarta , Kota Karawang 3.242, ,30 16 Kota Bekasi 1.588, ,84 17 Kab Bandung Barat , Kota Bogor 3.639, Kota Sukabumi 1.591, Kota Bandung 2.517, Kota Cirebon 127,61 127,42 22 Kota Bekasi 1.086, Kota Depok 1.712, Kota Cimahi 160, Kota Tasikmalaya 8.407, Kota Banjar 2.392,74 0 Jumlah , ,29 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, tahun 2012 Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 22

23 Gambar 3.2. Peta Budidaya Perikanan Keramba Jaring Apung Waduk Saguling Gambar 3.3. Peta Budidaya Perikanan Keramba Jaring Apung Waduk Cirata Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 23

24 Gambar 3.4. Peta Budidaya Perikanan Keramba Jaring Apung Waduk Jatiluhur Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 24

25 Tabel Luas Hutan Mangrove di Wilayah Pesisir Utara Jawa Barat Kabupaten/ Kota Kondisi Hutan Mangrove (Ha) Baik Sedang Rusak No. Jumlah Luas 1 Kab. Bekasi 606,00 440,00-166,00 2 Kab. Karawang 9.983,93 629, , ,31 3 Kab. Subang 3.628, ,60 765, ,4 4 Kab. Indramayu ,06 82, , ,4 5 Kab. Cirebon 1.284,30 347,00 800,00 137,30 6 Kota Cirebon 15,00 6,00 2,00 7,00 Jumlah , , , ,41 Sumber : Buku Pengumpulan Data Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, Tabel 3.14.Luas Mangrove di Wilayah Pesisir Utara Jawa Barat Berdasarkan Citra Satelit Google Tahun 2012 No. Kabupaten/ Kota Luas di Hutan (Ha) Luas di Tambak (Ha) Jumlah Luas (Ha) 1 Kab. Bekasi Kab. Karawang Kab. Subang Kab. Indramayu Kab. Cirebon 199,15 126, Kota Cirebon 16,2 1,3 18 Jumlah Sumber: Interpretasi citra satelit Google dan pengecekan di lapangan oleh Tim Konsultan Ecoterra Multiplan 2013 Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 25

26 Gambar 3.5. Peta Pembangunan Infrastruktur di Pantura Jawa Barat 3.5. Pengkajian Issue Lingkungan pada Program Pembanguan Dampak lingkunganpada 26 program pembangunan berdasarkan berbagai issue sumber daya alam dan lingkungan hidup dinyatakan dengan nilai dampak positif dan dampak negative dengan penilaian sebagai berikut: nilai 1 berdampak sedikit, nilai 2 berdampak sedang, dan nilai 3 berdampak besar. Hasil penilain tersebut adalah sebagai berikut Program Pengembangan Lingkungan Sehat Program ini berdampak positif sebagai berikut: a. Peningkatan kesehatan penduduk yang tinggal di lingkungan tersebut dengan klasifikasi besar (SDM: 3+) b. Peningkatan sanitasi lingkungan sekitarnya juga dengan klasifikasi besar (Sanitasi 3+) Program Pengembangan Perumahan Program ini berdampak positif sebagai berikut: a. Peningkatan kesehatan penduduk yang tinggal di perumahan tersebut dengan klasifikasi besar (SDM: 3+) Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 26

27 b. Peningkatan sanitasi lingkungan sekitarnya juga dengan klasiifikasi besar (Sanitasi 3+) Program Permberdayaan Sumber Daya Pertanian Program ini berdampak positif dengan klasifikasi sebagai berikut: a. Peningkatan ekonomi para petani dengan klasifikasi besar (Sosek 3+) b. Peningkatan produksi pangan memenuhi program nasional Ketahanan Pangan dengan klasifikasi besar (Pangan 3+) Program Peningkatan Produksi Pertanian Program ini berdampak positif dengan klasifikasi sebagai berikut: a. Peningkatan ekonomi para petani dengan klasifikasi besar (Sosek 3+) b. Peningkatan produksi pangan memenuhi program nasional Ketahanan Pangan dengan klasifikasi besar (Pangan 3+) Program Pengembangan Budidaya Perikanan Program ini berdampak positif dengan klasifikasi sebagai berikut: a. Peningkatan ekonomi para pembudidaya dengan klasifikasi sedang (Sosek 2+) b. Peningkatan produksi pangan memenuhi program nasional Ketahanan Pangan dengan klasifikasi besar (Pangan 3+) Namun Program ini juga berdampak negative dengan klasifikasi besar (Pencemaran air 3-), karena beban pencemaran air limbah pakan budidaya perikanan keramba jarring apung (KJA) jauh melebihi daya tamping beban pencemaran air di waduk-waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur.Kabupatenkabupaten Bandung Barat, Cianjur dan Purwakarta menghasilkan ikan budidaya air tawar dari ketiga waduk tersebut sebanyak 43,54% dari jumlah produksi ikan budi daya di Jawa Barat sebanyak ,11 ton/tahun. Jumlah produksi tersebut harus diturunkan dan sebagian dialihkan menjadi ikan budidaya kolam Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 27

28 dan minapadi. Selain itu produksi budidaya tambak dapat ditingkatkan dengan program semi intensif tanpa memperluas lahan tambak Program Pengembangan Perikanan Tangkap Program ini berdampak positif dengan klasifikasi sebagai berikut: a. Peningkatan ekonomi para nelayan dengan klasifikasi besar (Sosek 3+) b. Peningkatan produksi ikan untuk memenuhi program nasional Ketahanan Pangan dengan klasifikasi besar (Pangan 3+) Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Program ini berdampak positif dengan klasifikasi sebagai berikut: a. Peningkatan ekonomi pemilik UKM dan karyawannya dengan klasifikasi besar (Sosek 3+) b. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia sebagi pengusaha dan tenaga trampil dengan klasifikasi besar (SDM 3+) Namun demikian jumlah usaha UKM dengan tenaga karyawan yang banyak tersebutberdampak sanitasi negative dengan klasifikasi sedang karena menimbulkan beban pencemaran (Sanitasi 2-) Penataan Struktur dan Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri Program ini berdampak positif dengan klasifikasi sebagai berikut: a. Peningkatan ekonomi dengan klasifikasi sedang (Sosek 2+) b. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia berkemampuan teknologi dengan klasifikasi sedang (SDM 2+) c. Pengendalian pencemaran lingkungan dengan klsifikasi sedang (Lingkungan industry 2+) Program Penataan RuangTata ruang Program ini berdampak positif, yaitu: zonasi pemanfaatan ruang wilayah dengan klsifikasi sedang (Tata ruang 2+). Penataan ruang berdasarkan RTRW Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 28

29 masih memerlukan kajian dan revisi berkaitan dengan daya dukung lingkungan dan sinkronisasi dengan RTRW kabupaten dan kota di Jawa Barat Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup Program ini berdampak positif dengan klasifikasi sebagai berikut: a. Pengendalian pencemaran air dengan klasifikasi besar (Pencemaran air 3+) b. Peningkatan kualitas air untuk berbagai pemanfaatan sumber daya air, antara lain air air baku, perikanan dan pertanian dengan klsifikasi sedang (Ketersediaan air 2+) Program Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Program ini berdampak positif, yaitu pengendalian pencemaran udara dengan klsifikasi sedang (Udara dan atmosfer 2+). Namun demikian program ini memerlukan perencanaan yang lebih tepat guna, yaitu sasaran dan target sumber pengendalian emisi pencemaran ke udara Program Pengelolaan Kawasan Lindung Program ini berdampak positif dengan klasifikasi sebagai berikut: a. Konservasi hutan dengan klasifikasi besar (Hutan 3+) b. Peningkatan ketersediaan air untuk berbagai pemanfaatan sumber daya air, antara lain air air baku, perikanan dan pertanian dengan klsifikasi sedang (Ketersediaan air 2+) c. Pengendalian bencana banjir dengan klasifikasi sedang (Bencana 2+) Namun demikian program ini memerlukan kordinasi dan sinkronisasi dengan kabupaten dan kota di Jawa Barat karena pencapaian 43-45% luas kawasan terhadap luas wilayah sangat tergantung pada kondisi setiap wilayah, dimana wilayah perkotaan persentasenya rendah sedangkan wilayah kabupaten jauh lebih tinggi. Luas kawasan lindung pada beberapa kabupaten bahkan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 29

30 ditetapkan menjadi % dari luas wilayahnya, yaitu Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut dan Tasikmalaya. Peraturan RTRW Provinsi Jawa Barat danperaturan RTRW wilayah kabupaten dan kota perlu disinkronkan dan direvisi. sebagai contoh, RTRW pada PERDA Kabupaten Bandung No.3 Tahun 2008 menetapkan luas Kawasan Lindung terdiri dari Hutan Lindung ,47 Ha dan Hutan Konservasi9.657,42 Ha, lebih rendah dari pada PERDA Provinsi Jawa Barat No. 22 Tahun 2010 yang mengatur hutan pada Kawasan Lindung di Kabupaten Bandung ,86Ha. Tabel 3.15.Luas dan Persentase Kawasan Lindung Beberapa Kabupaten di Jawa Barat berdasarkan Perda No. 22 Tahun 2010 No. Kabupaten Luas Wilayah (Ha) Luas Kawasan Lindung (Ha) Non Hutan Hutan (Ha) (Ha) Jumlah Persentase Luas Kawasan Lindung 1 Bogor , , , ,01 66,49 2 Sukabumi , , , ,52 60,00 3 Cianjur , , , ,39 60,16 4 Bandung , , , ,54 79,76 5 Garut , , , ,07 64,85 6 Tasikmalaya , , , ,40 66,49 Sumber : Pengolaan data RTRWP Jawa Barat Program Rehabilitasi dan Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Program ini berdampak positif dengan klasifikasi sebagai berikut: a. Konservasi hutan dengan klasifikasi besar (Hutan 3+) b. Peningkatan ketersediaan air untuk berbagai pemanfaatan sumber daya air, antara lain air air baku, perikanan dan pertanian dengan klsifikasi sedang (Ketersediaan air 2+) c. Pengendalian bencana banjir dengan klasifikasi sedang (Bencana 2+) Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 30

31 Pengelolaan ekosistem pesisir dan laut Program ini berdampak positif dengan klasifikasi sebagai berikut: a. Konservasi wilayah pesisir dengan klasifikasi sedang (Pesisir 2+) b. Peningkatan ketersediaan pangan yaitu produk ikan dengan klasifikasi sedang (Pangan 2+) Tingkat rehabilitasi mangroveyang rusak dalam Program tersebut adalah Ha.Jumlah luas tersebut kurang memadai karena berdasarkan data Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat tahun 2010, jumlah luas hutan mangrove di Pantura Jawa Barat semula ,14 Ha, sedangkan luas yang masih baik hanya 3.025,26 Ha. Bahkan analisa citra satelit Google tahun 2013 oleh Tim Konsultan Ecoterra Multiplan menunjukkan sisa hutan mangrove di Pantura Jawa Barat hanya Ha dan luas tumbuhan mangrove di tambak rakyat Ha Program Pembinaan, PengembanganKetenagalistrikan dan Pemanfaatan Energi Program pengembangan energi alternative yang ramah lingkungan tersebut berdampak positif dengan klasifikasi besarkarena akan menghemat sumber daya energi dari bahan bakar minyak bumi dan batubara. (Energi 3+) Program Pengembangan Panas Bumi dan Migas (Geothermal) Program ini berdampak positif dengan klasifikasi sebagai berikut: a. Pengembangan sumber energi baru selain minyak, gas bumi dan batu bara berdampak positif dengan klasifikasi besar (Energi 3+) b. Program tersebut juga meningkatkan ekonomi nasional dengan klasifikasi besar (Sosek 3+) c. Namun program tersebut berpotensi dampak negative dengan klasifikasi besar karena berada pada kawasan hutan (Hutan 3-) Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 31

32 Program Pembinaan, Pengembangan Sumber Daya Mineral, Geologi dan Air Tanah Program ini berdampak positif dengan klasifikasi kecil karena baru pada tahap pemutahiran data kondisi cekungan air tanah (Ketersediaan air 1+) Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air lainnya Target program ini mencakup 260 situ dan waduk, 150 mata air dan 300 titik sungai, sehingga berdampak positif dengan klasifikasi sebagai berikut: a. Peningkatan ekonomi dengan klasifikasi besar (Sosek 3+) b. Peningkatan ketersediaan air baku penduduk dengan klasifikasi besar (Ketersediaan air 3+) c. Peningkatan ketersediaan air pertanian dan perikanan untuk menunjang program nasional Ketahanan Pangan dengan klasifikasi sedang (Pangan 2+) Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya Target program ini tingkat kondisi baik jaringan irigasi %, sehingga berdampak positif dengan klasifikasi sebagai berikut: a. Peningkatan ekonomi dengan klasifikasi besar (Sosek 3+) b. Peningkatan ketersediaan air baku penduduk dengan klasifikasi besar (Ketersediaan air 3+) c. Peningkatan ketersediaan air pertanian dan perikanan untuk menunjang program nasional Ketahanan Pangan dengan klasifikasi sedang (Pangan 2+) Program Pengendalian Banjir dan Kekeringan serta Pengamanan Pantai Program ini memiliki target tingkat penanganan darurat infrastruktur SDA dan irigasi yang terkena bencana sebesar 100 %, sehingga berdampak positif Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan RPJMD III - 32

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD 4.1.Perumusan Mitigasi, Adaptasi dan Alternatif 4.1.1. Program Program yang Dirumuskan Pada umumnya program-programpada RPJMD Provinsi Jawa Barat memiliki nilai

Lebih terperinci

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i 1. GEOGRAFI Tabel : 1.01 Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat Dan Kabupaten/Kota... 1 Tabel : 1.02 Jumlah Kecamatan Dan Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011... 2 2. KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

BAB 4 Isu Pembangunan dan Lingkungan Hidup Strategis

BAB 4 Isu Pembangunan dan Lingkungan Hidup Strategis BAB 4 Isu Pembangunan dan Lingkungan Hidup Strategis 4.1. IsuPembangunan dan Lingkungan Isu pembangunan dan lingkungan yang dikaji terhadap RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018 yang sering dibahas pada

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2010 TANGGAL : 30 NOVEMBER 2010 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT ARAHAN PEMBAGIAN WILAYAH PENGEMBANGAN I. KAWASAN

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009-2029 BAB V RENCANA KAWASAN STRATEGIS PROVINSI 5.1. Lokasi dan Jenis Kawasan Strategis Provinsi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) memuat penetapan Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI IV. 1 Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Daerah Aliran sungai (DAS) Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa Barat dengan luas 6.614 Km 2 dan panjang 300 km (Jasa Tirta

Lebih terperinci

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Disampaikan pada Seminar Nasional dan Kongres VIII MKTI Di Palembang 5-7 November 2013 Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Permasalahan Pengelolaan SDA Sampah Pencemaran Banjir Kependudukan

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

U R A I A N BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 66,749,438, BELANJA LANGSUNG 321,706,465,000.00

U R A I A N BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 66,749,438, BELANJA LANGSUNG 321,706,465,000.00 Urusan Pemerintahan Organisasi : : 1.03 URUSAN WAJIB Pekerjaan Umum 1.03.02 Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air KODE 00 00 5 00 00 5 1 00 00 5 1 1 BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 66,79,38,559.00 Belanja Pegawai

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan 5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan TUJUAN SASARAN STRATEGIS TARGET KET URAIAN INDIKATOR TUJUAN TARGET TUJUAN URAIAN INDIKATOR KINERJA 2014 2015 2016 2017 2018 1 2 3 4 6 7 8 9 10 13 Mendukung Ketahanan

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. Sektor pertanian sampai

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012-2032 DISEBARLUASKAN OLEH : SEKRETARIAT DEWAN SUMBER

Lebih terperinci

Tabel 20.1 Data Transportasi Provinsi Jawa Barat Tahun

Tabel 20.1 Data Transportasi Provinsi Jawa Barat Tahun 20. TRANSPORTASI 150 1 2 Tabel 20.1 Data Transportasi Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2011 Nama Tahun 2009 2010 2011 Panjang Jalan Menurut Tingkat Kewenangan Pemerintahan (km) a. Negara 1.351 1.351 1.351

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertambahan penduduk yang tinggi banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, telah menghabiskan surplus sumberdaya alam yang diperuntukkan bagi pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang dan Tujuan Penulisan Status Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat 2008

1.1. Latar Belakang dan Tujuan Penulisan Status Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat 2008 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang dan Tujuan Penulisan Status Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat 2008 1.1.1. Latar Belakang Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan dan Pembangunan (the

Lebih terperinci

Tabel 24.1 Status Kualitas Air Sungai di Provinsi Jawa barat Tahun Frekuensi Sampling. 1 Sungai Ciliwung 6 5 memenuhi-cemar ringan

Tabel 24.1 Status Kualitas Air Sungai di Provinsi Jawa barat Tahun Frekuensi Sampling. 1 Sungai Ciliwung 6 5 memenuhi-cemar ringan 24. LINGKUNGAN HIDUP 184 Tabel 24.1 Status Kualitas Air Sungai di Provinsi Jawa barat Tahun 2010 No Nama Jumlah Titik Sampling Frekuensi Sampling Kisaran Status Mutu Air Sungai Berdasarkan KMA PP 82/2001

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 10,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 48,960,360, BELANJA LANGSUNG 200,545,530,896.00

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 10,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 48,960,360, BELANJA LANGSUNG 200,545,530,896.00 Urusan Pemerintahan Organisasi : : 1.03 URUSAN WAJIB Pekerjaan Umum 1.03.02 Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air KODE 00 00 PENDAPATAN DAERAH 00 00 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 10,000,000.00 00 00 1 2 Retribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA 5.1. KESIMPULAN Kawasan Strategis Pantai Utara yang merupakan Kawasan Strategis Provinsi DKI Jakarta sesuai

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI III.1 LETAK DAN KONDISI WADUK CIRATA Waduk Cirata merupakan salah satu waduk dari kaskade tiga waduk DAS Citarum. Waduk Cirata terletak diantara dua waduk lainnya, yaitu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU DINAS PENDIDIKAN PROGRAM UMUM PENDIDIKAN DASAR PENDIDIKAN MENENGAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN FORMAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29 Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi

Lebih terperinci

Bab III Studi Kasus. Daerah Aliran Sungai Citarum

Bab III Studi Kasus. Daerah Aliran Sungai Citarum Bab III Studi Kasus III.1 Daerah Aliran Sungai Citarum Sungai Citarum dengan panjang sungai 78,21 km, merupakan sungai terpanjang di Propinsi Jawa Barat, dan merupakan salah satu yang terpanjang di Pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen pokok dan mendasar dalam memenuhi kebutuhan seluruh makhluk hidup di bumi. Menurut Indarto (2012) : Air adalah substansi yang paling melimpah

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8% VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 16 menunjukkan bahwa model yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang 56 BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN A. Letak Wilayah dan Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 Lintang selatan dan 104 48-108 48 Bujur Timur, dengan luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 15/02/32/Th.XVII, 16 Februari 2014 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3 PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3.1. Pembagian Urusan Gubernur selaku pimpinan daerah provinsi dalam menyusun RAD GRK harus berpedoman pada Peraturan Presiden No 61 tahun 2011 tentang RAN GRK. Penyusunan

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA Provinsi Papua PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH PAPUA 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja serta pengembangan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih.

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih. Kata Pengantar Buku laporan interim ini merupakan laporan dalam pelaksanaan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU Ciptakarya Kabupaten Asahan yang merupakan kerja sama

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Sumber daya alam dan lingkungan hidup memiliki peran yang sangat strategis dalam mengamankan kelangsungan

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (TIPE A) LAMPIRAN I NOMOR 21 TAHUN 2016 LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH TENTANG NOMOR : PERENCANAAN, DAN BMD PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PEMBINAAN SMA PEMBINAAN SMK PEMBINAAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta dengan baik. Kegiatan ini adalah kelanjutan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) 1 1. PROSES PENYUSUNAN DILAKUKAN SECARA SWAKELOLA; 2. TIM PENYUSUN DIBENTUK DALAM KELOMPOK KERJA (POKJA) SK GUBERNUR PAPUA NOMOR

Lebih terperinci

BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA

BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA OLEH : DR. M LUTHFUL HAKIM PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN Kondisi Kritis Ketahanan Pangan Nasional Indonesia

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK 2012-2032 BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR

Lebih terperinci

EVALUASI KETERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI PANGAN RONI KASTAMAN DISAMPAIKAN PADA ACARA DISEMINASI LITBANG BAPEDA KOTA BANDUNG 29 NOPEMBER 2016

EVALUASI KETERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI PANGAN RONI KASTAMAN DISAMPAIKAN PADA ACARA DISEMINASI LITBANG BAPEDA KOTA BANDUNG 29 NOPEMBER 2016 EVALUASI KETERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI PANGAN RONI KASTAMAN DISAMPAIKAN PADA ACARA DISEMINASI LITBANG BAPEDA KOTA BANDUNG 29 NOPEMBER 2016 ISSUE PEMBANGUNAN KOTA PERTUMBUHAN EKONOMI INFLASI PENGANGGURAN

Lebih terperinci

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT 5.1. PDRB Antar Kabupaten/ Kota eranan ekonomi wilayah kabupaten/kota terhadap perekonomian Jawa Barat setiap tahunnya dapat tergambarkan dari salah

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pembangunan pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik, yang tercermin dalam peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SUKANDAR, IR, MP, IPM (081334773989/cak.kdr@gmail.com) Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai DaerahPeralihan antara Daratan dan Laut 12 mil laut

Lebih terperinci

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017 DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017 I. REALISASI INVESTASI PMA & PMDN 1. Total Realisasi Investasi PMA dan PMDN berdasarkan Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, sungai, maupun cekungan air tanah. Indonesia memiliki lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. situ, sungai, maupun cekungan air tanah. Indonesia memiliki lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tanggal 22 Maret, dunia memperingati Hari Air Sedunia (HAD), hari dimana warga dunia memperingati kembali betapa pentingnya air untuk kelangsungan hidup untuk

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) 1) Disampaikan pada Lokakarya Nasional Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

TANGGAPAN KAJIAN/EVALUASI KONDISI AIR WILAYAH SULAWESI (Regional Water Assessment) Disampaikan oleh : Ir. SALIMAN SIMANJUNTAK, Dipl.

TANGGAPAN KAJIAN/EVALUASI KONDISI AIR WILAYAH SULAWESI (Regional Water Assessment) Disampaikan oleh : Ir. SALIMAN SIMANJUNTAK, Dipl. TANGGAPAN KAJIAN/EVALUASI KONDISI AIR WILAYAH SULAWESI (Regional Water Assessment) Disampaikan oleh : Ir. SALIMAN SIMANJUNTAK, Dipl. HE 1 A. KONDISI KETAHANAN AIR DI SULAWESI Pulau Sulawesi memiliki luas

Lebih terperinci