SEKILAS MENGENAI BPJS KESEHATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEKILAS MENGENAI BPJS KESEHATAN"

Transkripsi

1 SEKILAS MENGENAI BPJS KESEHATAN Pembentukan BPJS Pendirian BPJS adalah dalam rangka memperluas cakupan pemberian jaminan sosial kepada segenap lapisan rakyat Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam Ps. 28H ayat 3 dan Ps. 34 ayat 2 UUD 45 yaitu : Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemerintah menerbitkan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Pasal 5 UU tersebut menyebutkan bahwa badan penyelengara jaminan sosial yang sudah ada yaitu : PT Jamsostek (Persero), PT Asuransi Kesehatan Indonesia (Askes) Persero, PT Taspen (Persero), PT Asabri (Persero), jaminan kesehatan mulai tanggal 1 Januari Dan bersamaan dengan itu, PT Jamsostek juga berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan Guna mendukung operasional BPJS Kesehatan, Pemerintah telah menerbitkan peraturan pelaksananya yaitu Peraturan Presiden No.12/2013 tentang Jaminan Kesehatan dan Peraturan Presiden No. 111 /2013 tentang perubahan Peraturan Presiden No. 12 / Dalam peraturan tersebut, Peserta Jaminan Kesehatan terdiri dari : 1. Penerima Bantuan Iuran (PBI) yaitu Fakir Miskin & Orang Tidak Mampu yang iuran jaminan kesehatannya dibayar oleh Pemerintah. 2. Bukan Penerima Bantuan iuran. Terdiri atas Pekerja Penerima Upah, Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja. dinyatakan sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Apabila diperlukan badan penyelenggaran jaminan sosial yang lain, dapat dibentuk dengan undang-undang. Selanjutnya melalui UU No. 24 tahun 2011 dibentuklah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terdiri dari : 1. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan : - Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), - Jaminan Hari Tua (JHT), - Jaminan Kematian (JKm), - Jaminan Pensiun (JP). 2. BPJS Kesehatan : menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. Melalui UU no. 24 / 2011, PT Askes bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan dan menyelenggarakan program Sosialisasi BPJS Kesehatan kepada PP BNI di YDD Swadharma Info DPBNI 50 33

2 PESERTA BPJS PBI NON PBI APBN APBD JAMKESMAS (EXISTING) JAMKESDA PEKERJA PENERIMA UPAH PEKERJA BUKAN PENERIMA UPAH BUKAN PEKERJA PEGAWAI PEMERINTAH 1. PNS PUSAT 2. PNS DAERAH 3. PNS DIPERBANTUKAN 4. TNI 5. POLRI 6. PJBT NEGARA 7. PEGAWAI PEMERINTAH NON PNS PEGAWAI NON PEMERINTAH 1. PEG. BUMN 2. PEG. BUMD 3. PEG. SWASTA INDIVIDU 1. PENGACARA 2. AKUNTAN 3. ARSITEK 4. DOKTER, 5. KONSULTAN 6. NOTARIS 7. PEDAGANG, 8. AKTUARIS 9. PEMUSIK, dll. PENERIMA PENSIUN 1. PP PNS 2. PP TNI 3. PP POLRI 4. PP PEJABAT NEGARA VETERAN -- VETERAN -- PERINTIS KEMER- DEKAAN 1. PENERIMA PENSIUN 2. INVESTOR 3. PEMBERI KERJA Bagan 1 - Kepesertaan di BPJS Keikutsertaan di BPJS Penahapan kepesertaan / keikutsertaan pada BPJS Kesehatan diatur sesuai kelompok peserta sebagai berikut : a. Mulai tanggal 1 Januari 2014, sebanyak kurang lebih 112 juta penduduk Indonesia otomatis menjadi anggota. Jumlah tersebut berasal dari peserta Askes (existing) 16,2 juta orang, peserta. PBI seperti Jamkesmas / Jamkesda 86,4 juta orang, pengalihan peserta program jaminan pemeliharaan kesehatan ex. Jamsostek (8,5 juta orang), peserta dari Asabri (TNI / Polri ) sebanyak 1,65 juta orang, serta Pegawai Negeri Sipil. Peserta dari kelompok lainnya (yang tidak disebutkan diatas) juga dapat mendaftarkan diri sejak tanggal ini. b. Peserta dari kelompok Pekerja Penerima Upah yaitu pegawai BUMN, BUMD dan swasta, wajib mendaftarkan diri paling lambat tanggal 1 Januari c. Peserta dari kelompok Bukan Penerima Upah yaitu pekerja mandiri, para profesional, pedagang, dlsb serta kelompok Bukan Pekerja yaitu Pensiunan, investor, dan veteran, wajib mendaftarkan diri paling lambat tanggal 1 Januari Diharapkan pada tanggal 1 Januari 2019, seluruh lapisan masyarakat dapat tercover jaminan kesehatan. Besaran Iuran BPJS Untuk kelompok PBI (Penerima Bantuan Iuran), iurannya dibayar oleh Pemerintah sebesar Rp ,- per jiwa per bulan, dengan fasilitas ruang perawatan Kelas III. Untuk kelompok Pekerja Penerima Upah, pendaftaran sebagai peserta dilakukan oleh Pemberi Kerja. Bagi pegawai negeri sipil, TNI & Polri, iurannya menjadi beban bersama antara pegawai dan pemberi kerja, yaitu 2% beban pegawai dan 3% beban pemberi kerja, dihitung dari upah dan tunjangan lainnya yang sifatnya tetap. Bagi pegawai BUMN, BUMD dan swasta, iuran totalnya adalah sebesar 5%, dimana sebesar 1% merupakan beban pegawai dan 4% sisanya merupakan beban pemberi kerja, dihitung dari upah dan tunjangan lainnya yang sifatnya tetap. 34 Info DPBNI 50

3 Iuran tsb. adalah untuk satu keluarga terdiri dari maks. 5 orang (suami, istri, dan 3 anak). Apabila ada tambahan keluarga (tambahan anak, orangtua / mertua) yang ingin dicover, dapat dilakukan dengan menambah iuran sebesar 1% per jiwa per bulan, atas beban pegawai. Iuran yang dibayar oleh Pekerja Penerima Upah diberi batas bawah dan batas atas (maksimum). Untuk batas bawah, dasar perhitungan iuran minimal sebesar prosentase dari UMP masing-masing propinsi. Untuk batas atasnya, iuran maksimal sebesar prosentase dari dua kali Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) K1. Untuk kelompok Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja, mendaftarkan sendiri keikutsertaannya dan iuran dibayar peserta ybs dengan pilihan nominal sesuai kelas perawatannya yaitu : Kelas I : Rp ,- per jiwa per bulan. Kelas II : Rp ,- per jiwa per bulan. Kelas III : Rp ,- per jiwa per bulan. Masuk dalam kelompok ini adalah para pekerja mandiri / profesional, pedagang, pengusaha, dan pensiunan BUMN serta pensiunan perusahaan swasta. Khusus bagi kelompok Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja yang berasal dari pensiunan PNS, pensiunan TNI / Polri, pensiunan pejabat negara, beserta janda dan anak yatim / piatunya, iurannya menjadi beban bersama antara peserta dan Pemerintah yaitu : Beban Peserta : 2% dari jumlah pensiun pokok dan tunjangannya. Beban Pemerintah : 3% dari jumlah pensiun pokok dan tunjangannya. Sedangkan bagi veteran, perintis kemerdekaan beserta janda dan anak yatim / piatunya, iurannya dibayar oleh Pemerintah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari uraian dalam tabel dibawah ini Iuran Kepesertaan BPJS Kesehatan Kelompok Peserta Pembayar Iuran Besaran Iuran Kelas Perawatan Penerima Bantuan Iuran ( PBI ) Pemerintah Rp ,- / orang / bulan Kelas III Pekerja Penerima Upah : PNS, TNI, Polri, Pejabat Negara Pekerja : Pemberi kerja : 2% dari Upah & Tunj. 3% dari Upah & Tunj. Kelas I & II Pekerja Penerima Upah lainnya : pegw. BUMN, swasta (usaha besar, menengah, kecil, mikro). Pekerja Bukan Penerima Upah & Peserta Bukan Pekerja : Profesional, Pedagang, Pensiunan. Pensiunan : PNS, TNI / Polri, Pejabat negara, janda/duda & anak yatim/piatunya. Veteran, Perintis kemerdekaan, janda/duda, dan anak yatim / piatunya. Pekerja : 0,5% dari Upah & Tunj sd Pemberi kerja : 4% dari Upah & Tunj. Kls. I & II Pekerja : 1% dari Upah & Tunj. Mulai Pemberi kerja : 4% dari Upah & Tunj. Kls. I & II Peserta : Peserta Ybs. Pemerintah : Pemerintah Rp ,- / jiwa / bln. Rp ,- / jiwa / bln. Rp ,- / jiwa / bln. 2% x (Pensiun Pokok + Tunj) 3% x (Pensiun Pokok + Tunj) 5% x (45% x gaji pokok PNS gol. III a ), masa kerja 14 tahun. Kelas I Kelas II Kelas III Kelas I & II Kelas I Bagan 2 Besar Iuran BPJS Info DPBNI 50 35

4 Fasilitas Kesehatan & Manfaat Yang Dijamin. Masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan dapat mengunjungi fasilitas kesehatan yang telah ditunjuk / telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan yang meliputi : 1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama : Pelayanan kesehatan tingkat pertama dilaksanakan melalui praktik dokter umum, praktik dokter gigi, puskesmas, klinik pratama atau yang setara. 2. Pelayanan kesehatan tingkat lanjutan : Terdiri dari klinik utama atau yang setara, rumah sakit umum (RSU, RSUD, RSU TNI/ Polri) dan rumah sakit khusus (RS Khusus Jantung / kardiovaskular, RS Khusus Kanker / Onkologi, RS Khusus Paru², RS Khusus Bersalin, RS Khusus Mata, RS Khusus Kusta, RS Khusus Jiwa dan RS Khusus lainnya yang telah terakreditasi). Alur atau prosedur dalam memperoleh pelayanan kesehatan diatur sebagai berikut : Adapun Manfaat yang Dijamin atau diperoleh meliputi : 1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama : Meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup : a. Administrasi pelayanan. b. Pelayanan promotif dan preventif. c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medik. d. Tindakan medis non spesialistik, baik yang operatif maupun non operatif. e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai. f. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis. g. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama. h. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis. 2. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut Meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap yang mencakup : Pelayanan Kesehatan & Prosedur Pelayanan : Peserta Kondisi Gawat Darurat Medis PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA : Puskesmas, Dokter Praktek, Klinik Swasta, Yang bekerjasama Dengan BPJS Kesehatan Rujukan PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN : Rumah Sakit Yang bekerjasama Dengan BPJS Kesehatan a. Administrasi pelayanan. b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis. c. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai dengan indikasi medis. d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai. e. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis. f. Rehabilitasi medis / Fisioterapi. g. Pelayanan darah. h. Pelayanan kedokteran forensik klinik. i. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal setelah dirawat inap di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS, berupa pemulasaran / perawatan jenazah (tidak termasuk mobil jenazah dan peti mati). j. Perawatan inap non intensif. k. Perawatan inap di ruang intensif. Pelayanan ambulan disediakan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan yang satu ke fasilitas kesehatan lainnya dengan tujuan menyelamatkan nyawa pasien. Bagan 3 Alur Penanganan Pasien 36 Info DPBNI 50

5 Dalam ketentuan BPJS Kesehatan berlaku adanya Coordination of Benefit (koordinasi manfaat) dimana BPJS Kesehatan mengcover pelayanan kesehatan sampai di tingkat lanjut, sedangkan apabila peserta memerlukan manfaat tambahan dapat dicover dari asuransi kesehatan komersial. Sedangkan Pelayanan Kesehatan yang Tidak Dijamin meliputi : a. Pelayanan Kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur yang berlaku, antara lain tidak melalui fasilitas kesehatan tingkat pertama terlebih dahulu, kecuali dalam kondisi gawat darurat. b. Pelayayan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam kondisi gawat darurat. c. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja (misal program Jaminan Kecelakaan Kerja dari Jamsostek) sampai sebesar nilai yang ditanggung oleh program JKK. d. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas (misal: Jasa Raharja) yang bersifat wajib, sampai sebesar nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas. e. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri. f. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetika. g. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi). h. Gangguan kesehatan / penyakit akibat ketergantungan obat dan atau alkohol. i. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri. j. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shinse, chiropractic, dan lainnya yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology assesment). k. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen). l. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi dan susu. m. Perbekalan kesehatan rumah tangga. n. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa, dan wabah. o. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungannya dengan manfaat jaminan kesehatan yang diberikan. p. Klaim perorangan. Keikutsertaan Pensiunan BNI pada BPJS Kesehatan Pensiunan BNI termasuk dalam kelompok Peserta Bukan Pekerja. Keikutsertaan di BPJS Kesehatan sesuai ketentuan dapat dilakukan paling lambat tanggal 1 Januari Iurannya sebesar nominal sesuai kelas perawatan yang dikehendaki yaitu : Kelas I : Rp ,- per jiwa per bulan. Kelas II : Rp ,- per jiwa per bulan. Kelas III : Rp ,- per jiwa per bulan. Perbedaan kelas perawatan dimaksud hanya pada akomodasi ruang perawatannya, sedangkan pengobatannya sama. Sesuai informasi yang kami peroleh dari YDD Swadharma, dalam tahun 2014 ini fasilitas kesehatan Pensiunan BNI masih dicover oleh BNI Life dengan benefit dan plafondnya tetap sama seperti tahun Sebagai persiapan untuk pendaftaran ke BPJS Kesehatan, keikutsertaan Pensiunan BNI pada BPJS Kesehatan masih dalam proses pengkajian oleh YDD Swadharma dan PP BNI. Demikian uraian mengenai BPJS Kesehatan, semoga dapat memberikan informasi bagi Bapak / Ibu Pensiunan serta kita semua yang akan terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. ( IDhs ). Sumber : - Materi presentasi BPJS Kesehatan (PT Askes). - PP No. 101 / Per.Pres. No. 12 / Per.Pres No. 111 / Per.MenKes. No. 71 / YDDS. Info DPBNI 50 37

6 Mengenal Keanggotaan / Kepesertaan Dari Lembaga-Lembaga Yang Berada Di Lingkungan BNI Dimana bernaung manakala sepi, dimana bernaung manakala susah/sakit, dimana bernaung manakala duka. Tentunya hanya kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa yang akan memberikan naungan kepada umatnya. Tapi bukan itu yang akan menjadi topik dalam penulisan ini. Ada baiknya kita mengenal beberapa lembaga di lingkungan BNI yang dapat mengayomi dalam menghadapi problema kehidupan sosial para pensiunan. Persatuan Pensiunan BNI Saat menjalani masa pensiun untuk berhimpun dan bersatu tentunya pensiunan memerlukan wadah yang dapat mengayominya. Wadah tunggal bagi para pensiunan yang dalam gerak kiprahnya dapat membantu mengusahakan peningkatan kesejahteraan anggotanya, mewujudkan persatuan dan kesatuan diantara para pensiunan berdasarkan asas kekeluargaan. Bahwa menyadari akan cita-cita tersebut pada tanggal 22 Januari 1978 di Jakarta didirikan suatu organisasi dari para pensiunan BNI dengan nama Persatuan Pensiunan BNI. Untuk mewujudkan cita citanya, sangat diharapkan adanya perhatian, pengertian dan bantuan dari seluruh organisasi BNI agar tujuan yang ingin dicapai PP BNI dapat terwujud. Disamping itu, kelahiran PP BNI sebagai satusatunya wadah untuk menyalurkan aspirasi dan inspirasi bagi para anggota diharapkan dapat ikut membantu memecahkan berbagai macam problema kehidupan sosial para pensiunan beserta keluarganya. Bahwa setiap Kepengurusan dari Persatuan Pensiunan Bank Negara Indonesia perlu menyadari ikut menjadi mitra dalam upaya memelihara nilai-nilai dasar yang telah ada yaitu asas kekeluargaan, gotong royong dan budi pekerti. Untuk menampung anggota yang tersebar diseluruh Indonesia, PP BNI Pusat berkedudukan satu kota dengan Kantor Besar BNI dan memiliki perwakilan di daerahdaerah dengan tingkatan PP Wilayah dan PP Cabang. Keanggotaan pada PP bersifat stelsel pasif, artinya semua pensiunan BNI dengan sendirinya menjadi anggota PP BNI tanpa harus melakukan perbuatan hukum (contoh. Mengisi formulir pendaftaran, dlsb), kecuali bagi mereka yang tidak bersedia menjadi anggotanya yang harus memberitahukan secara tertulis kepada PP Pusat BNI / Wilayah / Cabang / Komda / Korwil setempat. Pensiunan menjadi anggota PP pada unit PP BNI dimana pensiunan bersangkutan berdomisili. Pensiun yang dimaksud adalah semua penerima manfaat pensiun dari Dana Pensiun BNI termasuk Janda/Duda atau Anak Yatim Piatu Pensiunan yang masih terdaftar pada Dana Pensiun BNI serta belum mencapai 25 tahun dan/atau belum kawin. Setiap anggota tentunya wajib membayar iuran bulanan yang besarnya ditetapkan oleh organisasi. Berakhirnya keanggotaan PP BNI karena : - Meninggal dunia (Bila pensiunan meninggal dunia, keangotaannya dapat dilanjutkan oleh janda/duda atau anaknya sepanjang mereka masih memperoleh manfaat pensiun dari Dana Pensiun BNI). - Mengundurkan diri. - Diberhentikan oleh pengurus karena sebab-sebab tertentu, keanggotaannya tidak dapat dilanjutkan oleh isteri/suami atau anaknya). - Tidak lagi memperoleh manfaat pensiun dari Dana Pensiun BNI. Hal hal di atas tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PP BNI. 38 Info DPBNI 50

7 Yayasan Danar Dana Swadharma (YDDS) memiliki maksud dan tujuan dibidang sosial dan kemanusiaan yang sejalan dengan visinya yaitu Meningkatkan kesejahteraan Pensiunan BNI. Awal didirikannya adalah berdasarkan akte no 150 pada tanggal 21 Desember 1959 dengan nama Yayasan Dana Kesejahteraan BNI yang merupakan bentuk dari pelaksanaan cita-cita Direksi BNI untuk menambah kesejahteraan pegawai dan pensiunan beserta keluarganya. Pada kurun waktu Tahun 1980 s/d 1993, YDD BNI 1946 digabung dengan Yayasan Dapenso (sebelum berubah menjadi DPBNI) Tujuan Yayasan selain mengelola manfaat pensiun juga menyelenggarakan program hospitalisasi serta kesejahteraan lainnya baik bagi pegawai maupun pensiun. Sejalan dengan berlakunya UU No.11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, dimana Dana Pensiun hanya dapat mengelola program pensiun, kegiatan diluar program pensiun dikembalikan kepada YDD, dan sejak awal maret 1997 Yayasan mulai diberi tugas untuk membantu kesejahteraan peserta/ pensiunan. Peserta yang semula pegawai dan pensiunan menjadi hanya pensiunan saja. Dengan dikeluarkannya UU No.16/2001, tentang yayasan, yang mewajibkan yayasan yang sudah ada mengubah anggaran dasar yang disesuaikan dengan ketentuan UU tsb. Anggaran Dasar yang baru antara lain memuat perubahan nama Yayasan Danar Dana menjadi Yayasan Danar Dana Swadharma disingkat YDDS. Dalam perjalanan waktu YDDS telah mengalami berbagai perubahan sehingga akhirnya mempunyai maksud dan tujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan pensiunan BNI dan saat ini yang menjadi focus utama adalah fasilitas kesehatan untuk para pensiunan yang merupakan tantangan bagi YDDS untuk dapat mencarikan solusi agar program kesehatan pensiunan dapat memenuhi harapan dan bisa berkelanjutan. Ruang lingkup kegiatan YDDS yaitu : - Pengelolaan pembayaran Premi Assuransi bagi para pensiunan. - Pemberian pinjaman lunak untuk biaya perawatan yang tidak ditanggung Asuransi. - Pemberian pinjaman untuk keperluan pendidikan, disamping pemberian beasiswa kepada anak pensiunan yang berprestasi di unit pendidikan milik YDDS. - Penyaluran Emergency Fund. Dalam Juklak-Asuransi Kesehatan Pensiun BNI, disebutkan antara lain: - Peserta/Tertanggung adalah Pen-siunan beserta suami/isterinya. - Pensiunan adalah mantan pegawai BNI yang menerima manfaat pensiun dari Dana Pensiun BNI, dalam bentuk Manfaat Pensiun Normal, Manfaat Pensiun Diper-cepat, Manfaat Pensiun Cacat. - Terhitung sejak menerima Manfaat Pensiun dari Dana Pensiun BNI, peserta wajib membayar Iuran Dana Hospitalisasi sebesar iuran bagi pensiunan yaitu 6,55% x manfaat pensiun perbulan. - Pemberian manfaat program asuransi kesehatan sejak ybs menerima manfaat pensiun dan mengacu pada fasilitas yang diberikan kepada tertanggung pensiunan (mantan pegawai ybs dan isteri/suami). Ilustrasi :untuk tahun 2013 Dengan iuran 6,55% sebulan atau setahun 78,6% bila diasumsikan manfaat pensiun Rp.1 juta/bln, iuran hospitalisasi yang disetor sebesar Rp ,-/th dan Iuran yang diterima sebesar tersebut digunakan untuk membayar premi asuransi ybs beserta isteri/suami sebesar Rp ,-. Peserta pensiunan (suami dan isteri) akan memperoleh benefit rawat inap dengan plafond masingmasing sebesar Rp ,- (untuk pegawai dasar) dan fasilitas kesehatan lainnya yang dikelola langsung oleh YDDS seperti bantuan kaca mata, rawat jalan khusus dan alat Bantu. Info DPBNI 50 39

8 Perkumpulan Kusuma Swadharma (PKS). Lembaga lain yang berkaitan dengan pensiunan yaitu Perkumpulan Kusuma Swadharma (PKS). 1. Tujuan dan Tugas Pokok Tujuan perkumpulan adalah : a. untuk menumbuh-kembangkan rasa kekeluargaan yang saling menolong dalam keluarga Besar BNI, dan sesama Anggota lainnya. b. Turut berpartisipasi dan memberikan sumbangsih dalam meningkatkan kepedulian sosial kepada masyarakat. Sedangkan tugas pokok perkumpulan adalah: a. Memberikan jasa pelayanan yang utuh dan fasilitas perlengkapan yang berkaitan dengan musibah kematian Anggota/Keluarga Anggota. b. Melakukan usaha-usaha lainnya untuk meningkatkan pelayanan kepada Anggota. 2. Keanggotaan Perkumpulan Keanggotaan Perkumpulan ini sebagaimana diatur dalam AD/ART yang menganut stelsel keanggotaan ganda yakni stelsel keanggotaan pasif dan stelsel keanggotaan aktif. Stelsel keanggotaan pasif (diberlakukan untuk pegawai dan pensiunan BNI) menetapkan kepesertaan keanggotaan ber-sifat otomatis tanpa keharusan mendaftarkan diri terlebih dahulu kecuali bagi mereka yang menyatakan tidak bersedia menjadi anggota harus me-nyampaikan secara tertulis. Sedangkan stelsel keanggotaan aktif menyatakan kepesertaan keanggotaan secara aktif mendaftarkan terlebih dahulu kepada Perkumpulan, baik perorangan maupun secara kolektif. Anggota Perkumpulan terdiri dari : a. Anggota Biasa yaitu Pegawai dan Pensiunan dari Keluarga Besar BNI dan keluarganya dengan keanggotaan stelsel pasif. b. Anggota Luar Biasa yaitu Pegawai Lainnya dan Pihak Lainnya dengan stelsel keanggotaan aktif. 3. Hak dan Kewajiban Anggota: Anggota Biasa berhak : a. Memperoleh pelayanan dan fasilitas yang berkaitan dengan pengurusan musibah kematian yang menimpa Anggota /Keluarga; b. Memiliki hak suara; c. Memilih dan dipilih menjadi Anggota Dewan Pengurus atau Dewan Pengawas; d. Bicara, mengajukan pendapat dan saran untuk kemajuan Perkumpulan baik secara lisan maupun tulisan. Anggota Luar Biasa berhak : a. Memperoleh pelayanan dan fasilitas yang memadai terkait dengan pengurusan musibah kematian yang menimpa Anggota/ Keluarganya; b. Bicara, mengajukan pendapat dan saran untuk kemajuan Perkumpulan baik secara lisan maupun tulisan. Setiap Anggota Wajib : a. Membayar iuran wajib bulanan yang ditentukan perkumpulan b. Memenuhi segala peraturan Perkumpulan Dalam hal Anggota meninggal dunia maka ahli warisnya (janda/duda/anaknya) yang berhak atas manfaat pensiun meneruskan keanggotaan Perkumpulan dengan tetap memenuhi kewajibannya sebagai anggota. 4. Berakhirnya Keanggotaan Perkumpulan, karena : a. Meninggal dunia; b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri; c. Diberhentikan oleh Dewan Pengurus karena sebab-sebab tertentu atau d. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Anggota, diantaranya disebabkan 5 (lima) kali berturutturut tidak membayar iuran wajib bulanan. 40 Info DPBNI 50

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN MEGA YUDHA RATNA PUTRA, SE,MM,AAAK Kepala Dep. Rekrutmen Peserta Pekerja Penerima Upah Kantor Pusat BPJS Kesehatan Jl. Letjen. Soeprapto - Cempaka Putih Jakarta

Lebih terperinci

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN MEGA YUDHA RATNA PUTRA, SE,MM,AAAK. Kepala Departemen Rekrutmen Peserta Pekerja Penerima Upah Kantor Pusat BPJS Kesehatan Jl. Letjen. Soeprapto - Cempaka Putih

Lebih terperinci

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BPJS KESEHATAN MEGA YUDHA RATNA PUTRA, SE,MM,AAAK Kepala Dep. Rekrutmen Peserta Pekerja Penerima Upah Kantor Pusat BPJS Kesehatan Jl. Letjen. Soeprapto - Cempaka Putih Jakarta

Lebih terperinci

MANFAAT DALAM PENGATURAN PERPRES NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

MANFAAT DALAM PENGATURAN PERPRES NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN MANFAAT DALAM PENGATURAN PERPRES NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN Oleh dr. Kalsum Komaryani, MPPM Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan JAMINAN KESEHATAN NASIONAL 1.

Lebih terperinci

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia AHMAD ANSYORI Dewan Jaminan Sosial Nasional Padang, 26 Juni 2015 1 SJSN SJSN adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial untuk kepastian

Lebih terperinci

MATERI DJSN PELAKSANAAN PROGRAM JKN PROPINSI KALSEL Tahun

MATERI DJSN PELAKSANAAN PROGRAM JKN PROPINSI KALSEL Tahun MATERI DJSN PELAKSANAAN PROGRAM JKN PROPINSI KALSEL Tahun 204-205 Divisi Regional VIII Banjarmasin, 4 Agustus 205 Desiminasi/Komunikasi Publik Kepada Pemimpin Redaksi dan Pra Jurnalis Sistem Jaminan Sosial

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA KLAIM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN PADA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN 2016 016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA) KABUPATEN BINTAN TAHUN 2017 DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. IV.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Administrasi. 1. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta Dan Kabupaten Sleman

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. IV.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Administrasi. 1. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta Dan Kabupaten Sleman BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN IV.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Bantul terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Tanya-Jawab Lengkap. BPJS Kesehatan. e-book gratis KOMPILASI OLEH: MAJALAHKESEHATAN.COM

Tanya-Jawab Lengkap. BPJS Kesehatan. e-book gratis KOMPILASI OLEH: MAJALAHKESEHATAN.COM Tanya-Jawab Lengkap BPJS Kesehatan KOMPILASI OLEH: MAJALAHKESEHATAN.COM e-book gratis D A F T A R I S I Tentang BPJS Kesehatan... hal. 2 Peserta BPJS Kesehatan... hal. 2 Iuran BPJS Kesehatan... hal. 8

Lebih terperinci

Buku Saku FAQ. (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan

Buku Saku FAQ. (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan Buku Saku FAQ (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan BPJS_card_6.indd 1 3/8/2013 4:51:26 PM BPJS Kesehatan Buku saku FAQ (Frequently Asked Questions) Kementerian Kesehatan RI Cetakan Pertama, Maret

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 No.39,2014 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul; Petunjuk pelaksanaan, Peraturan Daerah,Kabupaten Bantul, sistem, jaminan kesehatan,daerah BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS 1. Apa itu JKN dan BPJS Kesehatan dan apa bedanya? JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang merupakan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

ANALISIS BPJS KESEHATAN

ANALISIS BPJS KESEHATAN ANALISIS BPJS KESEHATAN ANALISIS MENGENAI BPJS KESEHATAN Memiliki asuransi kesehatan mutlak perlunya. Karena tidak ada yang bisa memprediksi kapan jatuh sakit, seberapa parah kesakitan yang diderita, dan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Buku Saku FAQ. (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan

Buku Saku FAQ. (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan Buku Saku FAQ (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan BPJS_card_6.indd 1 3/8/2013 4:51:26 PM BPJS Kesehatan Buku saku FAQ (Frequently Asked Questions) Kementerian Kesehatan RI Cetakan Pertama, Maret

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PENGGUNAAN DANA PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.509 2014 KEMENHAN. Luar Tanggungan. BPJS. Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI LUAR TANGGUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara ekonomis (Ps. 1 point (1) UU Nomor 23/1992 tentang

Lebih terperinci

Prosedur Pendaftaran Peserta JKN

Prosedur Pendaftaran Peserta JKN Tanggal 17 Juli 2014 Prosedur Pendaftaran Peserta JKN Bagaimana prosedur pendaftaran peserta JKN? Pendaftaran peserta JKN ditentukan berdasarkan kategori peserta. A. Pendaftaran Bagi Penerima Bantuan Iuran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PROGRAM JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI ASN PUSAT

PENYELENGGARAAN PROGRAM JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI ASN PUSAT Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Republik Indonesia PENYELENGGARAAN PROGRAM JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI ASN PUSAT Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan: Hak, Tunjangan dan Perlindungan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.42, 2016 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan.Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PROGRAM JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI ASN PUSAT

PENYELENGGARAAN PROGRAM JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI ASN PUSAT Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Republik Indonesia PENYELENGGARAAN PROGRAM JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI ASN PUSAT Sosialisasi Nasional, Jakarta, 25 Februari 2016 2 OUTLINE I. Pendahuluan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.154, 2015 KESRA. Jaminan Sosial. Kecelakaan Kerja. Kematian. Program. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5714). PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat -1- Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 15 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 15 TAHUN 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Perluasan cakupan peserta dan peningkatan kolektabilitas Iuran Jamsos Bid. Ketenagakerjaan

Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Perluasan cakupan peserta dan peningkatan kolektabilitas Iuran Jamsos Bid. Ketenagakerjaan Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Perluasan cakupan peserta dan peningkatan kolektabilitas Iuran Jamsos Bid. Ketenagakerjaan Oleh : Drs. M. FACHRUDDIN, MM Disampaikan pada Sosialisasi SJSN Novotel Banjarmasin,

Lebih terperinci

MAKALAH Sistem Pembiayaan Kesehatan Masyarakat di Indonesia (BPJS)

MAKALAH Sistem Pembiayaan Kesehatan Masyarakat di Indonesia (BPJS) MAKALAH Sistem Pembiayaan Kesehatan Masyarakat di Indonesia (BPJS) Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Community in Health Nursing Kelompok 1 Kelas 2 Wahyu Nur Indahsah 135070201111027 Putri Perdana Sari

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 20 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 3.1. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1.1. SEJARAH PERUSAHAAN BUMN menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 adalah badan hukum privat yang seluruh atau sebagian besar

Lebih terperinci

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI KABUPATEN DHARMASRAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 029 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 416/MENKES/PER/II/2011 TENTANG

Lebih terperinci

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Oleh: dr. AHMAD NIZAR SHIHAB,SpAn Anggota Komisi IX DPR RI Rakeskesnas, 17 April 2013 Makasar VISI Kementerian Kesehatan MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah suatu keadaan yang baik dari segi fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak hanya dilihat dari tidak adanya suatu penyakit atau kelemahan saja (WHO,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa beberapa

Lebih terperinci

41 Penyelenggara Jaminan Sosial mempunyai tujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan sosial kesehatan guna terpenuhinya kebutuhan dasa

41 Penyelenggara Jaminan Sosial mempunyai tujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan sosial kesehatan guna terpenuhinya kebutuhan dasa 40 BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL, ORGAN, FUNGSI, TUGAS, WEWENANG, HAK DAN KEWAJIBAN DAN PENGELOLAAN DANA INVESTASI A. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Menurut Pasal 1 angka 6 Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan. iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes, RI., 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan. iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes, RI., 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN SJSN MELALUI BPJS KESEHATAN DI KOTA BANDUNG

RENCANA PELAKSANAAN SJSN MELALUI BPJS KESEHATAN DI KOTA BANDUNG RENCANA PELAKSANAAN SJSN MELALUI BPJS KESEHATAN DI KOTA BANDUNG Rahmanto Fauzi Kabag Kepesertaan KCU Bandung Disampaikan pada acara PERTEMUAN KONTAK PERSON INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN Tahun 2013 PT ASKES

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPJS. Jaminan Kesehatan. Penyelenggaraan Pedoman. PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456). LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.1 Definisi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi akibat adanya pengindraan terhadap objek tertentu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia. Pengetahuan merupakan hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia. Pengetahuan merupakan hasil BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia. Pengetahuan merupakan hasil tangkapan panca

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KARTU KALTENG BERKAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan penyebab kematian ketiga (10%) di dunia setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asuransi (Insurance) 2.1.1 Pengertian Asuransi Asuransi menurut UU tentang usaha perasuransian adalah Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih

Lebih terperinci

PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA (JKK)

PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA (JKK) PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA (JKK) 1. Pengertian Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) adalah perlindungan atas risiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja berupa perawatan, santunan, dan tunjangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

SOSIALISASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) - BPJS KESEHATAN KOMUNITAS 2015

SOSIALISASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) - BPJS KESEHATAN KOMUNITAS 2015 SOSIALISASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) - BPJS KESEHATAN KOMUNITAS 2015 Benarkah? Apa yang Terjadi di Sekitar Kita? Jika ada sanakfamili, tetangga, lingkungan anda yang terkena serangan jantung/perlu

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undangundang

Lebih terperinci

Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional

Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Andri Nurcahyanto, SKM, AAK Kepala Pemasaran BPJS Kesehatan Cabang Utama Semarang Semarang, 17 Januari 2014 BPJS Kesehatan Cab. Utama Semarang Jl. Sultan Agung 144

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Jaminan Kesehatan 3.2 Prinsip Prinsip Jaminan Kesehatan

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Jaminan Kesehatan 3.2 Prinsip Prinsip Jaminan Kesehatan BAB III PEMBAHASAN 3.1 Jaminan Kesehatan Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1B TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak atas

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM TRAUMA CENTER

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM TRAUMA CENTER PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM TRAUMA CENTER BAB I PENGERTIAN UMUM 1. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI 0 PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG TARIF DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS BAGI PESERTA PT ASKES (PERSERO) DAN KELUARGANYA DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Rujukan 2.1.1 Pengertian Sistem Rujukan Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab

Lebih terperinci

Marita Ahdiyana, M. Si

Marita Ahdiyana, M. Si Marita Ahdiyana, M. Si Pentingnya jaminan Kesehatan Isu jaminan kesehatan menjadi isu yang sangat krusial mengingat adanya fenomena jatuh miskin lagi (jamila), dan sakit sedikit menjadi miskin (sadikin)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN YANG DIBIAYAI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 115/PMK.02/2009 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MENTERI DAN PEJABAT TERTENTU

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 115/PMK.02/2009 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MENTERI DAN PEJABAT TERTENTU MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 115/PMK.02/2009 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MENTERI DAN PEJABAT TERTENTU MENTERI KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Mutu Pelayanan Kesehatan a. Pengertian Mutu Mutu adalah suatu perkataan yang sudah lazim digunakan, baik oleh lingkungan kehidupan akademis ataupun dalam kehidupan

Lebih terperinci

1 of 5 18/12/ :36

1 of 5 18/12/ :36 1 of 5 18/12/2015 14:36 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 37/PMK.02/2011 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN KETUA, WAKIL KETUA, DAN ANGGOTA DEWAN

Lebih terperinci

JAMSOSTEK. (Jaminan Sosial Tenaga Kerja)

JAMSOSTEK. (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) Latar Belakang Peranan tenaga kerja dalam perkembangan pembangunan dan semakin meningkatnya penggunaan teknologi di berbagai sektor kegiatan usaha risiko tinggi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1400, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Jaminan Kesehatan Nasional. Pelayanan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN YANG DIBIAYAI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia (HAM). Hal ini diatur di dalam Pasal 28 H Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi Setiap

Lebih terperinci

DR.Dr.Sutoto,M.Kes** *Disampaikan Pada Konggres ke XXI dan Hospital Expo ke XXV,Jakarta. Oktober 2012 **Ketua Umum PERSI Pusat

DR.Dr.Sutoto,M.Kes** *Disampaikan Pada Konggres ke XXI dan Hospital Expo ke XXV,Jakarta. Oktober 2012 **Ketua Umum PERSI Pusat DR.Dr.Sutoto,M.Kes** *Disampaikan Pada Konggres ke XXI dan Hospital Expo ke XXV,Jakarta. Oktober 2012 **Ketua Umum PERSI Pusat Curiculum Vitae: Dr.dr.Sutoto,MKes Tempat/Tgl lahir :Purwokerto, 21 Juli 1952

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 pasal 3 ayat 2, dan pasal 4 ayat 1 dan 2 tentang Program

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 pasal 3 ayat 2, dan pasal 4 ayat 1 dan 2 tentang Program BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pemerintah Indonesia dalam memajukan kesehatan masyarakat terutama kesejahteraan dibidang kesehatan mempunyai suatu program yang disebut asuransi kesehatan. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, jaminan sosial kesehatan sangat diperlukan sebagai sarana penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan

Lebih terperinci

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT Senin, 2 Januari 2014. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

Lebih terperinci

JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja) Pengobatan dan perawatan (Pelayanan Medis) Santunan Program promotif, preventif dan Return to Work Pelayanan di Fasilitas Kesehatan Kerjasama pemeriksaan dasar dan penunjang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN SUMATERA SELATAN SEMESTA (JAMSOSKES SUMSEL SEMESTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 37/PMK.02/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 37/PMK.02/2011 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 37/PMK.02/2011 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN KETUA, WAKIL KETUA, DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI

Lebih terperinci