BAB III. SKEMA Simulasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III. SKEMA Simulasi"

Transkripsi

1 BAB III SKEMA Simulasi 3.1 NS2 Evaluasi kinerja TCP pada jaringan UMTS dapat dilakukan baik dengan melakukan uji lapangan atau dengan melakukan tes simulasi. Pengujian lapangan yang terdengar lebih otentik dibanding pengujian simulasi ini sangat mahal dan hampir non-iterasi latihan karena ketidaklayakan dari melakukan pengujian mendalam dengan pengaturan parameter yang berbeda. Untuk alasan ini kami memilih untuk melakukan evaluasi kinerja berbasis simulasi menggunakan NS-2. Alasan di balik pemilihan NS-2 dibandingkan dengan simulator jaringan lainnya seperti OMNeT + + [42] atau OPNET [43] adalah fleksibilitas NS-2 dan dukungan penelitian yang tersedia untuk pengujian berbagai varian TCP (terutama TCP FAST). Juga pengambangan E2E pada peningkatan UMTS diberikan oleh EURANE (dalam bagian berikutnya) tersedia untuk NS-2. Selain alasan-alasan ini, skrip simulasi NS-2 berbasis script modulasi mudah untuk ditulis dan dimodifikasi, selain itu mudah juga untuk mengurai trace file. 3.2 EURANE Model EURANE (Enhanced UMTS Radio Access Network Extension untuk NS-2) merupakan salah satu hasil utama dari proyek SEACORN (Simulation of Enhanced UMTS Access and Core Networks), yang menyelidiki perangkat tambahan untuk UMTS pada UTRAN dan Core Network melalui simulasi. EURANE adalah perluasan 23

2 end-to-end yang menambahkan tiga simpul radio link ekstra untuk NS-2, Radio Network Controller (RNC), Base station (BS) dan User Equipment (UE). Seperti yang dijelaskan sebelumnya, node ini mendukung empat jenis kanal transportasi yang umumnya meliputi kanal FACH dan Rach, kanal khusus DCH, dan kecepatan tinggi kanal HS-DSCH. Dalam EURANE, DCH, Rach dan FACH, menggunakan model kesalahan standar yang disediakan oleh NS-2, tetapi untuk HS-DSCH, sebuah perhitungan awal untuk daya trace input pra-file dan Blok Error Rate (BLER) dengan menggunakan kurva kinerja untuk menghasilkan model kesalahan kanal berkecepatan tinggi. RNC Node, BS dan UE semua dijalankan dari kelas objek baru, yaitu kelas UMTS_Node. Berdasarkan konfigurasi yang berbeda, berbagai jenis pengklasifikasi dan objek link digunakan untuk menulis node yang berbeda. Parameter yang paling penting yang harus ditentukan pertama adalah tipe node,, keistimewaan lain dari jenis ini node dapat dikonfigurasi lebih lanjut. Setiap node UMTS ada yang tidak memiliki atau memiliki beberapa stack interface jaringan UMTS (NIF), yang terdiri dari benda-benda yang mewakili berbagai lapisan dalam tumpukan, komponen utama yang RLC, MAC dan objek layer fisik. Kanal yang terhubung ke objek physical layer di stack. NIFs juga penting untuk melacak paket karena metode umum dalam NS-2 tidak bisa melacak lalu lintas dalam link radio. Umumnya stack NIF akan memiliki semua objek tersebut pada BS dimana hanya akan memiliki layer MAC dan secara fisik atau hanya berupa layer objek. Pada RNC, masing-masing stack NIF hanya akan terdiri dari satu objek layer RLC. Penambahan fungsi utama datang dalam dua bentuk RLC, yaitu Acknowledged Mode (AM) dan Unacknowledged Mode (UM), yang diimplementasikan pada RNC dan UE. Entitas RLC AM-hs dikembangkan untuk mendukung HSDSCH. Unacknowledged mode juga didukung untuk HS-DSCH oleh kelompok bagian dari AM-hs, yakni UM-hs. Setelah 24

3 itu, ada juga, arsitektur MAC baru (MAC-hs) untuk mendukung saluran kecepatan tinggi, HS-DSCH. Transmisi dari PDU MAC-hs untuk UES masing-masing dicapai melalui penggunaan paralel Stop-and-wait proses HARQ. Seperti disebutkan sebelumnya, algoritma HARQ menggunakan Chase-Combining, yang memanfaatkan transmisi ulang untuk mendapatkan kemungkinan yang lebih tinggi terhadap acknowledgment paket. EURANE menyediakan dua jenis algoritma scheduling di MAC-hs. Mereka adalah: Round Robin dan C Maksimum / I. Kami menggunakan kedua algoritma scheduling tersebut dalam simulasi kami. Untuk menentukan layer fisik, EURANE menggunakan objek kanal NS-2 standar untuk menghubungkan BS dan UE. Hal ini dikombinasikan dengan lampiran dari suatu error model. Transmission Error model yang diterapkan untuk HSDPA adalah preproses keluar dari NS-2 dan terdiri dari dua bagian: yang pertama adalah simulator layer fisik untuk menghasilkan kurva kinerja BLER dan yang kedua adalah input trace file dari daya penerimaan dan CQI dihasilkan dari MATLAB script. Hubungan antara BLER dan CQI dijelaskan pada bagian berikutnya. 3.3 Karakteristik kanal Wireless dan model propagasi yang dipergunakan dalam EURANE Ekstensi Simulasi EURANE untuk UMTS menggunakan karakteristik saluran nirkabel berikut dan model propagasi yang dipergunakan dalam EURANE. 25

4 3.3.1 Bentuk Kanal Kanal yang digunakan dalam EURANE terdiri dari tiga bagian: Multi-path fading, juga dikenal sebagai fast fading, dalam simulasi jaringan end-to-end sesuai dengan model saluran 3GPP: Indoor, pejalan kaki dan kendaraan. Pada endto-end simulasi, fading yang dihasilkan dari Kanal yang dipersiapkan, dinyatakan dalam db (unit untuk daya). Fading Model disediakan untuk lapisan fisik dalam simulasi melalui serangkaian nilai-nilai fading (dalam db), satu per TTI. Shadowing, yang juga dikenal sebagai slow fading, ini disebabkan oleh gerakan UES masuk dan keluar dari bayangan hambatan besar seperti bangunan. Hal Ini terjadi melalui proses dengan distribusi log normal dan jarak korelasi. Standar deviasi dan korelasi jarak tergantung pada lingkungan dan distribusi ini berarti 0dB. Atenuasi, juga dikenal pada path loss, yang digunakan untuk menguji pengaruh scheduling. Hal ini dinyatakan sebagai berikut: L(d) = Linit + 10 * n * log10(d) persamaan 3.1 Di sini d adalah jarak antara Node B dan UE dalam km, Linit adalah distance loss pada jarak 1 km dan n adalah decay index. Linit dan n tergantung pada lingkungan Model Propagasi Model propagasi untuk layer fisik kanal jaringan nirkabel UMTS yang digunakan mempertimbangkan karakteristik sebagai berikut: Interference, dalam WCDMA adalah jumlah intra-sel dan interferensi antar-sel, mereka memiliki karakter seperti noise. Hal ini terutama disebabkan karena besarnya 26

5 penambahan source ke sinyal yang mendekati besarnya kekuatan sinyal. Intra-sel interference terjadi karena kombinasi dari sejumlah Code, Modulasi dan Rate Code, sehingga menghasilkan Transport Block Size (TBS). Sinyal UE memiliki nilai CQI tertinggi, pada saat TBS terbesar yang dapat diterima dengan Blok Error Rate (BLER) probabilitas 10%. Hubungan antara CQI dan SNR untuk BLER sebesar 10% didapat melalui pendekatan fungsi linear. 0 SNR < SNR < 14..persamaan SNR Probabilitas sebuah blok yang diterima dengan benar tergantung pada SNR, CQI blok dan pelaksanaan penerima. Receiver, memberikan bentuk untuk soft combining dari proses HARQ. Model ini menggunakan chase combining (seperti yang dijelaskan dalam bagian sebelumnya) untuk pengiriman ulang. Chase combining menggunakan soft combining pada tiga penerimaan awal. SNR yang dihasilkan adalah akar kuadrat dari jumlah kuadrat SNRs dari penerimaan individu. db persamaan 3.3 Setelah satu atau dua transmisi, jika sinyal yang diterima benar maka penerima akan mengirimkan ACK dan dengan demikian transmisi dari sebuah blok baru dimulai. Jika setelah tiga transmisi sinyal tidak diterima dengan benar blok dianggap error oleh RLC. Gambar 3.1 menunjukkan kurva SNR versus BLER dalam kanal AWGN. Hubungan antara SNR dan BLER untuk beberapa perpanjangan bergantung pada implementasi. 27

6 Gambar 3.1 Referensi kurva BLER versus SNR Kurva ini diperlukan dalam rangka untuk memilih SNR minimum yang diperlukan untuk blok transportasi tertentu. Nilai ini dibandingkan dengan kondisi kanal yang sebenarnya dalam rangka untuk menentukan apakah blok transportasi memicu ACK atau NACK. Data yang terdapat dalam kurva AWGN digunakan dalam simulasi kami dalam bentuk tabel look-up, file MATLAB. Hal ini diimpor sebagai 1000 * 30 nilai SNR yang mengandung matriks yang sesuai dengan kelas BLER. Hal ini dipilih sedemikian agar rentang nilai SNR yang dihasilkan lebih kecil dari kesalahan yang dibuat dalam proses curve fitting dari nilai-nilai CQI Pengaturan Parameter Simulasi dan Kinerja metrik Kami menggunakan dua set parameter yang berbeda dalam laporan ini. Set pertama terdiri dari parameter tetap yang sama untuk semua skenario simulasi yang digunakan dalam laporan ini. Sebagai contoh, kita telah memilih mode operasi layer RLC sebagai Acknowledge Mode (AM) seperti modus operasi standar dan melakukan lebih baik daripada Mode Transparan atau Un-acknowledge Mode (UM). Nilai lain yang dipilih 28

7 untuk simulasi ini adalah sesuai dengan spesifikasi 3G untuk HSDPA. Fixed parameter yang digunakan: Fixed parameters: Tabel 3.1 Fixed Parameter RLC Mode RLC PDU size RLC Poll Timeout HS-DSCH Max. Data Rate HS-DSCH TTI AM 40 bytes 170 ms 1.2 mbps 2 ms MAC-hs No. of HARQ transmissions 3 Inter-cell Interference Intra-cell Interference Transmission Power of BS Transmission Power of UE 30 db -70 db 50 dbm 50 dbm Block Error Rate (BLER) 0.1 Simulation duration 200 s Parameter lainnya disebut parameter Variabel karena mereka tidak konstan untuk semua skenario. Nilai-nilai dari parameter ini hanya khusus untuk sebuah skenario tertentu. Setiap skenario di section pertama berikutnya membuat asumsi menjadi jelas untuk sejumlah aliran TCP varian yang sama atau berbeda, ukuran buffer RLC / MAChs, kanal error free wireless (menggunakan trace yang ideal) atau kanal error prone wireless (menggunakan pedestrian trace), dll 29

8 Tabel 3.2 Parameter Variabel Variable parameters: Number of FTP flows 5, 10, 20 TCP Variants Maximum Segment Size (MSS) RLC and MAC-hs Buffer size MAC-hs Scheduler UE positions from Node B Reno, Newreno, Vegas, FAST 500, 750, 1000, 1250, 1500 bytes 50, 150, 250, 350, 450, 550, 700 MAC- d PDUs Round Robin, Max C/I 300, 500, 700 m Channel Quality Indicator (CQI) 0 to 22 User mobility 3 km 3 km/h Pedestrian Kinerja Metrik: Kinerja metrik yang digunakan dalam simulasi ini sangat sederhana tapi cukup efisien untuk menggambarkan kinerja TCP varian yang berbeda, seperti dimana kita mencoba untuk lebih fokus pada skenario yang berbeda. Average Throughput: Rata-rata dari end to end TCP throughput yang diukur pada masing-masing UES. Hal ini diukur dalam kbps untuk laporan ini. Aggregate Throughput: Ini adalah jumlah throughput dari semua arus berbagi HS- DSCH pada waktu yang sama. Hal ini diukur dalam kbps untuk laporan ini. Average RTT: The rata-rata semua RTTs dengan menelusuri variabel rtt_ untuk masing-masing varian TCP. Hal ini diukur dalam ms untuk laporan ini. Average Delay : Rata-rata end to end delay paket yang diukur pada masing-masing UES. Hal ini diukur dalam ms untuk laporan ini. 30

9 Intra-protokol fairness: Ukuran keadilan melalui Jain's Indek antara varian TCP yang sama. Inter-protokol fairness: Ukuran keadilan melalui pembagian bandwidth antara varian TCP yang berbeda. 3.4 TCP Varian yang digunakan untuk simulasi Varian TCP berikut dipertimbangkan berdasarkan popularitas mereka yang luas, perilaku stabil dan terbagi ke dalam dua kategori utama: berbasis Loss dan berbasis Delay Packet Loss based congestion control Varian TCP seperti Reno dan Newreno menggunakan packet loss sebagai indikasi untuk kemacetan. Reno: Fitur utama dari TCP Reno adalah start yang lambat, menghindari kemacetan, cepat retransmit dan pemulihan cepat. Menggunakan pemulihan sistem yang cepat secara signifikan meningkatkan kinerja dibandingkan dengan TCP Tahoe yang ketika sebuah paket tunggal yang hilang dari window terjadi, namun dapat berdampak negatif terhadap kinerja untuk mengirimkan beberapa paket dari satu data window, yang biasanya sering benar dalam kasus link nirkabel. 31

10 Newreno: TCP Newreno memiliki perilaku yang sama seperti TCP Reno, tapi ada sedikit perubahan kecil dengan algoritma TCP Reno di sisi pengirim. Perubahan sangat berkaitan dengan perilaku pengirim selama pemulihan sistem yang cepat ketika acknowledgement parsial diterima sehingga terjadi beberapa acknowledge, tapi tidak semua paket yang beredar di awal dapat mengikuti prosedur pemulihan sistem yang cepat. Dalam TCP Reno, acknowledgement parsial mengakibatkan TCP tidak dapat melakukan pemulihan sistem dengan cepat karena akan mengurangi ukuran window yang digunakan dan kembali ke ukuran congestion window (w b - 0,5b). Dalam TCP Newreno, acknowledgement parsial tidak membuat TCP keluar pemulihan cepat, sebenarnya dengan menunggu sampai semua paket dalam ukuran window saat ini di ACK dan kemudian paket akan kembali ke congestion window. TCP Newreno dapat menunggu timeout pada saat beberapa losses per window atau dapat recover tanpa ada timeout saat re-transmission dengan cara mengirimkan satu loss paket per round trip time (RTT) sampai semua paket yang hilang dari window yang telah dipancarkan kembali Kontrol kongesti yang berbasis Delay TCP varian seperti Vegas dan FAST menggunakan antrian delay bukan probabilitas loss sebagai sinyal kongesti. Vegas: Ide dasar dari TCP Vegas adalah untuk memperkirakan tingkat kongesti sebelum hal itu terjadi, dan akibatnya menghindari pengiriman paket yang tidak perlu yang mungkin akan terjadi. Berdasarkan pengamatan pada RTT, dan ukuran window pengiriman, pengirim memperhitungkan kecepatan throughput pada setiap RTT. 32

11 Angka ini dibandingkan dengan tingkat yang diharapkan, yang dihitung berdasarkan pengamatan minimum RTT untuk sambungan. Jika RTT menjadi lebih besar, sources akan mengecilkan kongesti window tersebut, sehingga mengurangi kecepatan transmisinya. Efek sebaliknya terjadi jika RTT menjadi lebih pendek. FAST: TCP FAST mencoba untuk mempertahankan dengan konstan sejumlah paket dalam antrian jaringan. Jumlah paket dalam antrian diperkirakan dengan mengukur perbedaan antara pengamatan RTT dan dasar RTT, yang didefinisikan sebagai round trip time ketika tidak ada antrian. Jika paket terlalu sedikit untuk antri, kecepatan pengiriman meningkat, dan apabila semakin banyak antrian, kecepatan akan menurun. Dalam hal ini, itu adalah keturunan langsung dari TCP Vegas. Perbedaan antara TCP Vegas dan TCP FAST terletak pada penyesuaian alur kecepatan yang pada saat jumlah paket yang disimpan terlalu kecil atau besar. TCP Vegas membuat penyesuaian ukuran tetap pada kecepatan, tergantung pada seberapa jauh kecepatan saat ini dari target kecepatan yang ditentukan. FAST TCP membuat langkah besar bila sistem berada jauh dari ekuilibrium dan langkah-langkah kecil apabila semakin dekat dengan ekuilibrium. Hal ini meningkatkan kecepatan konvergensi dan stabilitas. 3.5 Skenario Simulasi Pada bagian ini kami akan menyajikan skenario yang kami susun untuk simulasi, dalam simulasi terdapat tiga skenario utama: Skenario pertama mengevaluasi dampak dari scheduler layer MAC-hs pada jaringan UMTS 33

12 Skenario kedua mengevaluasi dampak dari RLC / ukuran buffer MAC-hs dan ukuran segmen TCP pada semua varian TCP Skenario ketiga mengevaluasi protokol-intra dan keterbukaan antar-protokol dari semua varian TCP dalam jaringan UMTS. Semua skenario akan mempertimbangkan dampak dari transmisi downlink dan menggunakan trace input yang telah diperhitungkan sebelumnya melalui file MATLAB sehingga menghasilkan kondisi-kondisi error free (Ideal) pada jaringan nirkabel dalam kondisi fading (Pedestrian) sehingga sesuai dengan kebutuhan skenario. N1 N2 GGSN Node SGSN Node RNC Node N20 BS UE1 UE20 UE2 Gambar 3.2 Topologi Dasar Simulasi Dengan topologi dasar pada gambar 3.2 maka kami dapat memberikan gambaran mengenai input trace dan aliran data dari UE ke CN. File trace input terdiri dari sebuah nilai power (db) dengan berbagai variasi Channel Quality Indicator (CQI). Nilai power pada script dihitung menggunakan teknik 34

13 Maksimum Ratio Combining (MRC). Semua nilai trace input terutama nilai-nilai CQI berfungsi sebagai kunci untuk melakukan pemetaan di look up table yang terdiri dari matrix Signal to Noise Ratio (SNR) dan Blok Error Rate (BLER) atau disebut juga SNRBLER. Kecepatan data maksimum yang didukung oleh kanal HS-DSCH bergantung pada teknik pengkanalan kode dan modulasi yang diimplementasikan pada layer Fisik base station. EURANE mengimplementasikan kode pengkanalan 5 bit dan teknik modulasi Quadrature Phase-Shift keying (QPSK) yang dapat mendukung laju data maksimum 1,2 mbps. Mereka berada dalam aliran tunggal dan skenario beberapa aliran. Topologi simulasi dasar (seperti pada gambar 4.1) akan dipertimbangkan untuk semua skenario dengan jumlah node node pengirim dan penerima uang berubahubah sesuai kebutuhan skenario. Link bandwidth antara node-sgsn GGSN, SGSN- RNC dan RNC-BS adalah 622Mbit dengan delay link masing-masing 35 ms, 0,4 ms dan 15 ms. Bandwidth Link antara node pengirim dan node GGSN adalah 10Mbit. Setiap skenario berisi rincian spesifik seperti jumlah aliran TCP, jenis scheduler pada BS, RLC / ukuran buffer MAC-hs, jenis trace input, dll Dampak scheduler layer MAChs pada TCP Komponen utama dari arsitektur HSDPA, MAC-hs, terletak di Node B. Karena HS- DSCH adalah kanal share, maka suatu algoritma scheduler memainkan peran penting dalam mengalokasikan kanal transportasi ke UES lainnya yang berhubungan dengan Node B. Pada setiap TTI MAC-hs melakukan pemeriksaan status aliran / buffer prioritas dan nilai Channel Kualitas (CQI) pada masing-masing UE, dan tergantung pada algoritma scheduler, menentukan paket yang akan digunakan untuk 35

14 membangun sebuah PDU MAC-hs untuk transmisi. Dalam skenario ini, kami memilih dua strategi scheduler yang paling umum yang digunakan pada Node B. Mereka adalah: - Round Robin (RR) scheduling, dimana sumber daya dialokasikan secara berurutan dan knowledge dari kondisi saluran radio tidak dimanfaatkan. - Maximum C / I scheduling mengacu pada strategi scheduling yang mengalokasikan sumber daya ke link dengan kanal yang memeiliki kondisi terbaik. Untuk mengevaluasi kinerja scheduler, kami mempertimbangkan dua kasus: Input Trace berbasis rawan error Skenario pertama terdiri dari beberapa skenario aliran TCP dengan menggunakan lima aliran TCP Reno. Kami mencoba untuk memberikan input trace yang berbeda untuk semua aliran untuk mensimulasikan dampak nilai CQI yang berbeda pada algoritma penjadwalan yang telah ditentukan. Semua arus menggunakan trace input untuk jarak yang berbeda (300, meter) dari stasiun base dengan mobilitas pejalan kaki dengan kecepatan 3-5 km / jam dan terus-menerus bervariasi pada nilai CQI Input Trace berbasis kondisi Ideal Skenario kedua juga terdiri dari beberapa skenario aliran TCP dengan menggunakan lima aliran TCP Reno. Skenario ini merupakan skenario hipotesis dimana kami 36

15 mencoba untuk memberikan input trace ideal pada semua aliran untuk mensimulasikan dampak nilai CQI yang sama pada algoritma penjadwalan yang telah ditentukan. Trace input yang ideal memberikan nilai CQI terbaik yaitu 22. Durasi untuk simulasi adalah 200 detik Dampak ukuran RLC / buffer MAChs dan ukuran TCP MSS pada varian TCP dalam jaringan UMTS RLC dan buffer MAC-hs memiliki peran yang sangat signifikan dalam kinerja TCP pada jaringan UMTS dengan HSPDA. Seperti disebutkan pada bagian sebelumnya, buffer RLC dan buffer MAC-hs terletak di RNC dan node masing-masing BS. MAC-hs adalah aliran / prioritas buffer dan menyimpan MAC-d PDU yang dikirim dari node RNC dalam antrian prioritas Pertimbangan ukuran RLC / buffer MAChs Di sini kita telah mempertimbangkan ukuran yang sama untuk RLC dan buffer MAChs karena dua alasan utama: Jika buffer RLC terlalu besar dari buffer MAC-hs maka ada kemungkinan buffer MAC-hs meluap dan Jika buffer RLC terlalu kecil dari buffer MAC-hs maka ruang memori yang dialokasikan untuk buffer MAC-hs mungkin tidak bisa dimanfaatkan sepenuhnya, putaran waktu perjalanan RLC akan meningkat dan paket loss pada saat handover juga dapat meningkat. Jadi idealnya buffer MAC-hs bisa sedikit lebih kecil dari RLC tetapi tidak dapat lebih besar dari itu. 37

16 Kami merujuk kedua buffer sebagai RLC / Mac-hs buffer dan meningkatkan ukuran secara paralel dalam skenario ini. Secara bersamaan kami juga mencoba melihat pengaruh berbagai Maximum Segment Sizes (MSS atau ukuran paket TCP) pada end to end throughput pada varian yang ditentukan. Skenario ini sangat penting dan menarik karena kita mencoba untuk mengoptimalkan ukuran dua parameter internal yang paling umum untuk kinerja TCP pada jaringan UMTS. Topologi yang digunakan untuk mensimulasikan skenario ini sangat mirip dengan yang digunakan dalam skenario sebelumnya hanya dengan modifikasi untuk aliran nomor. Di sini kita mencoba untuk menganalisis dampak MSS dan RLC / ukuran buffer MAC-hs secara aliran tunggal. Input trace yang digunakan dalam skenario ini adalah error free (trace yang ideal). Kisaran ukuran buffer yang kita gunakan dalam simulasi ini bervariasi PDU dengan ukuran langkah 50. Rentang untuk MSS diambil dari 500 byte sampai 1500 dengan ukuran step 250 byte Ketentuan RTT RTT untuk end to end koneksi TCP dapat dibagi menjadi RTTTCP = RTTwired + RTTUTRAN, dimana RTT wired adalah RTT dari sambungan di bagian kabel dan RTTUTRAN adalah RTT dialami oleh sambungan dalam bagian UTRAN. The RLC / ukuran buffer MAC-hs memiliki dampak signifikan pada RTTUTRAN. Pada saat RTTUTRAN meningkat, RTTTCP secara keseluruhan juga meningkat. Ketika sebuah segmen TCP diterima pada lapisan RLC, segment tersebut akan dipecah menjadi beberapa (n) RLC PDU. Buffer di RLC dan lapisan MAC-hs bekerja dengan bandwidth yang didukung oleh saluran transportasi pada base station (Node B). Karena bandwidth saluran transportasi pada base station terbatas pada 1.2Mbits, maka ukuran buffer RLC / MAC-hs menjadi tinggi dan menghasilkan ketidaksesuaian 38

17 sehingga menciptakan hambatan pada base station. Karena ini ketidaksesuaian tersebut maka terjadi delay yang tinggi di bagian UTRAN yang menghasilkan RTTUTRAN tinggi. Kelemahan lain dari buffer RLC/ MAC-hs yang terlalu tinggi terjadi pada pengolahan PDU yang menghasilkan segmen TCP yang terlalu banyak pada lapisan RLC yang ada di node RNC sehingga perlu dibagi menjadi N PDU. Penundaan ini menambah delay antrian yang mengakibatkan RTTUTRAN menjadi lebih lama. Dari 4.1 Simulasi Dampak Ukuran RLC / buffer MAChs dan Ukuran TCP MSS akan digambarkan bahwa rata-rata end to end delay pada varian TCP meningkat dengan cepat setelah 250 PDUs (kecuali untuk TCP Vegas). TCP Reno dan Newreno adalah algoritma yang menghindari congestion yang berbasis losses yang mengacu pada paradigma Additive Increase Multiplicative Decrease (AIMD). Pseudo Code untuk penyesuaian windows sebagai berikut: ACK : W W + 1/W LOSS: W W + ½ W persamaan 3.4 TCP Reno dan Newreno mengelola pengiriman window mereka berdasarkan packet loss, yang ditandai dengan duplikasi ACK atau timeout RTO. Untuk protokol-protokol ini ada sebuah peningkatan secara linear pada end to end delay ketika RLC buffer layer meningkat. Dengan peningkatan bertahap dalam RTT tertentu RTO terus tumbuh semakin besar. Alasan utama adalah cara timeout RTO dihitung: SRTT = α * SRTT + (1-α)*RTT RTTVar = β* SRTT RTT + (1-β)*RTTVar RTO = SRTT + 4*RTTVar.. persamaan 3.5 SRTT yang digunakan adalah RTT yang diperhalus dan berdasarkan pada pengamatan RTT. RTTVar adalah variasi di RTT. Pada saat RTO terus meningkat menjadi lebih tinggi, protokol dipaksa untuk tetap menghindari terjadinya congestion 39

18 untuk durasi yang lebih lama sehingga mengakibatkan pengiriman windows secara linear lambat laun menjadi lebih lambat. Hal ini menjadi sebuah penantian yang panjang dalam sebuah pemanfaatan yang rendah terhadap efektifitas bandwidth jaringan karena troughput yang dihasilkan sangat kecil. Ketika ukuran buffer terlalu kecil, kecepatan packet data akan turun tanpa memberitahukan pengirim. Pada protokol yang berbasis loss hal ini berarti bahwa diperlukan waktu untuk menunggu sampai terjadi timeout RTO atau 3 duplikasi ACK dari receiver untuk menunjukkan besarnya paket loss yang terjadi. Akibatnya, buffer yang kecil lebih sering mendukung protocol berbasis loss pada saat menghindari congestion atau fase slowstart dan karenanya membuat bentuk Additive Increase Multiplicative Decrease (AIMD) menjadi kasar dan akhirnya menghasilkan throughputs yang lebih sedikit. Di sisi lain TCP Vegas berbasis delay melakukan perhitungan pengiriman window berdasarkan pengamatan RTT. Kode pseudo untuk penyesuaian window adalah sebagai berikut Expected = W/BaseRTT, Actual = W/ObservedRTT Diff = (Expected - Actual)* BaseRTT.. persamaan 3.6 Jika perbedaan Diff <α, dari W W + 1 atau Diff> β, dari W W - 1 dan Diff dalam kisaran (α, β) kongesti dikatakan dalam kondisi yang ekuilibrium atau setimbang dan tetap tidak akan berubah. Ekuilibrium adalah ketentuan dimana protokol telah mencapai tingkat pengiriman data terbaik dengan kemungkinan delay yang minimum. TCP FAST seperti TCP Vegas, menggunakan ketentuan RTT untuk melakukan perhitungan window. Pada saat RTT meningkat, FAST TCP menganggap itu sebagai tanda bahwa jaringan akan kongesti dan menurunkan laju pengiriman. TCP Fast 40

19 awalnya dirancang untuk jaringan dengan bandwidth tinggi (long fat network). Kode pseudo untuk penyesuaian window adalah sebagai berikut W (W*BaseRTT)/ObservedRTT+α. persamaan 3.7 TCP FAST memiliki mekanisme untuk dapat bersatu dengan cepat (melalui α), hal ini membantu dalam mencapai tahap pemanfaatan bandwidth maksimum secepat mungkin. Selain itu TCP FAST juga menerapkan komponen estimasi yang menghitung dua buah feedback untuk setiap paket data yang dikirim: 1) sebuah multibit untuk antrian delay dan 2) satu bit untuk indikasi loss. Meskipun TCP Vegas dan TCP FAST berada dalam kategori yang sama dengan protokol berbasis delay, tapi reaksi mereka terhadap RLC tinggi dan rendah / buffer MAC-hs berbeda. Seperti yang terlihat dari gambar 4,2 TCP Vegas relatif lebih baik dibandingkan dengan kinerja TCP FAST ketika RLC / MAC-hs memiliki ukuran buffer rendah. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa usaha TCP FAST untuk menyimpan setidaknya (W + α) paket dalam jaringan. RLC terlalu rendah / ukuran buffer MAC-hs tidak dapat mendukung paket ekstra α sebagai akibatnya mereka yang jatuh. Di sisi lain, TCP Vegas tidak menggunakan paket extra α dalam jaringan seperti halnya TCP FAST. Kecepatan pengirim data sepenuhnya bergantung pada pada RTT. Hal terssebut juda dapat mengurangi kecepatan pengiriman data pada saat dirasa ada kemungkinan terjadi luapan di RLC / buffer MAC-hs karena akan berakibat munculnya paket lossi. Dari Simulasi Dampak Ukuran RLC / buffer MAChs dan Ukuran TCP MSS pada Bab IV kita akan melihat bahwa TCP FAST mulai meningkat secara dramatis setelah RLC / ukuran buffer MAC-hs mencapai nilai optimum 300 PDU, karena dapat mendukung paket (W + α). Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah perilaku protokol berbasis delay ketika memiliki ukuran penyangga RLC /-hs MAC yang terlalu besar. Kedua protokol 41

20 berbasis delay tersebut akan memiliki delay dan keterlambatan pengiriman data yang stabil. Alasan di balik perilaku ini adalah kecenderungan dari kedua protokol untuk mencapai dan mempertahankan keadaan ekuilibrium (sebagai puncak kecepatan data yang dicapai dalam keadaan setimbang). Setelah mencapai keadaan setimbang, peningkatan RLC / ukuran buffer MAC-hs maka TCP FAST dan TCP Vegas dapat mengatasi dampak yang diakibatkan oleh delay, selama mereka dapat memelihara kecepatan pengiriman data tetap stabil dan delay berada dalam keadaan setimbang. Di sisi lain protokol berdasarkan loss tidak membatasi kecepatan pengiriman data ketika ukuran RLC / buffer MAC-hs meningkat lebih tinggi. Sebagai hasilnya kecepatan pengiriman data menjadi meningkat bahkan setelah puncak data rate yang didukung oleh saluran transportasi tercapai. Inilah sebabnya mengapa throughput mereka menurun setelah ukuran buffer 600PDUs Penggabungan beberapa alirantcp dalam jaringan UMTS. HSDPA adalah sebuah arsitektur kecepatan tinggi yang mendukung pembagian kanal (sharing) berkecepatan tinggi untuk beberapa user. MAC-hs dari Node B (base station) dapat mendukung saat ini 20 user pada suatu waktu. Kita telah melihat dalam skenario A simulasi 5 arus TCP Reno dengan strategi penjadwalan yang berbeda. Motivasi dari skenario ini adalah untuk mengamati kinerja jaringan UMTS ketika beberapa aliran digunakan. Kami juga ingin menganalisis pengaruh penggabungan aliran pada saat semua varian TCP melewati suatu link bottleneck di sisi kabel. Skenario ini juga membantu dalam mempelajari agresivitas, keadilan interprotocol dan keadilan intra-protokol dari masing-masing varian TCP ketika mereka bersaing untuk mendapatkan bandwidth pada link yang bottleneck. 42

21 Ketentuan Skenario Dalam skenario ini kami telah mempertimbangkan semua 4 varian TCP secara paralel. Awalnya kita mulai dengan skenario 5 buah arus yang selanjutnya secara bertahap ditingkatkan menjadi 20 aliran. Selama simulasi, semua varian 4 TCP termasuk 16 TCP reguler lainnya (Tahoe) akan dialirkan melewati link bottleneck seperti yang ditunjukkan dari Hasil Simulasi Penggabungan beberapa alirantcp dalam jaringan UMTS Link bandwidth dari link bottleneck adalah 1.2MB. Algoritma penjadwalan untuk skenario ini adalah Round Robin dan RLC / ukuran buffer MAC-hs adalah 500 PDU. Kami telah menentukan ideal trace (error free) untuk semua aliran dalam simulasi Aggresifitas TCP Secara umum protokol berbasis delay (TCP Vegas saja) kurang agresif dibandingkan protokol berdasarkan losses. Alasan nya karena ketika aliran berbasis delay berbagi 43

22 pada link yang bottleneck, aliran tersebut akan mencoba untuk mempertahankan sejumlah kecil paket dalam antrian kemacetan. Aliran berbasis delay menghentikan peningkatan laju pengirimannya sendiri ketika penundaan mencapai beberapa nilai. Karena itu aliran berbasis losses kerugian berdasarkan arus tidak akan bereaksi terhadap peningkatan delay dan terus meningkatkan tingkat kecepatan pengiriman data. Hal ini diamati dengan menggunakan aliran berbasis delay sebagai indikasi kemacetan dan akan mengakibatkan penurunan lebih lanjut tingkat pengiriman data.. Dengan cara ini, aliran berbasis delay memperoleh bandwidth jauh lebih sedikit dibandingkan counterpart berbasis losses. Kami mencoba untuk mengukur tingkat kewajaran intra-protokol dari masing-masing varian menggunakan Indeks Jain's. Persamaan indeks Jain adalah sebagai berikut: persamaan 3.8 Dengan asumsi bahwa sistem mengalokasikan bandwidth untuk n pengguna, di mana pengguna pertama mendapat alokasi xi. Kewajaran nilai Indeks terletak di antara 0 dan 1. Nilai mendekati 0 menunjukkan kurang dekatnya hubungan terhadap aliran lain dan nilai mendekati 1 menunjukkan dekatnya hubungan dengan arah arus lainnya. Kami menganggap kewajaran intra-protokol pada varian TCP yang telah ditentukan dalam jaringan UMTS untuk 2 aliran dan 4 aliran. Kewajaran intra-protokol untuk TCP Reno dan TCP Newreno adalah untuk 2 aliran masing-masing adalah 0,96 dan 0,96 dan untuk 4 aliran masing-masing adalah 0,88 dan 0,89. Di sisi lain kewajaran intraprotokol TCP FAST dan TCP Vegas untuk dua aliran masing-masing adalah 0,99 dan 0,99 dan untuk 4 aliran masing-masing adalah 0,98 dan 0,96. 44

sebagian syarat Nama NIM : Industri Industri Disusun Oleh:

sebagian syarat Nama NIM : Industri Industri Disusun Oleh: TUGAS AKHIR ANALISA KINERJA BEBERAPAA VARIAN TCP PADA JARINGAN UMTS Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh: Nama : Batara Jonggi Simanjuntak

Lebih terperinci

BAB IV. Kinerja Varian TCP Dalam Jaringan UMTS

BAB IV. Kinerja Varian TCP Dalam Jaringan UMTS BAB IV Kinerja Varian TCP Dalam Jaringan UMTS 4.1 Hasil Simulasi Dampak scheduler layer MAChs pada TCP Sesuai dengan penjelasan scenario yang telah kami berikan pada 3.5.1, maka dari simulasi ini kami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini kami memberikan informasi mengenai latar belakang UMTS dalam bentuk arsitektur jaringan dan protokol stack yang digunakan. 2.1 Arsitektur Jaringan UMTS Universal Mobile

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA

ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA Oleh: Fanny Nurindra P 2203 109 017 Dosen pembimbing : Dr.Ir.Achmad Affandi, DEA Ir.Djoko Suprajitno Rahardjo, MT Latar Belakang 3GPP Release

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan internet, muncul tuntutan dari para pengguna jasa telekomunikasi agar mereka dapat memperoleh akses data dengan cepat dimana pun mereka berada.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun sejak sistem mobile celular ada, telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun sejak sistem mobile celular ada, telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah beberapa tahun sejak sistem mobile celular ada, telah dilakukan beberapa antisipasi terhadap gencarnya permintaan untuk layanan data, namun beberapa platform

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengiriman data melalui jaringan TCP/IP dapat diibaratkan sebagai mobil-mobil yang ingin melewati sebuah jalan raya. Jika suatu saat, jumlah mobil yang lewat

Lebih terperinci

MAXIMIZING TCP THROUGHPUT AND FAIRNESS INDEX IN WIRELESS CDMA NETWORKS

MAXIMIZING TCP THROUGHPUT AND FAIRNESS INDEX IN WIRELESS CDMA NETWORKS JETri, Volume 4, Nomor 1, Agustus 2004, Halaman 1-12, ISSN 1412-0372 MAXIMIZING TCP THROUGHPUT AND FAIRNESS INDEX IN WIRELESS CDMA NETWORKS Yuli Kurnia Ningsih & Andy Wiryanto* Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI,

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Kinerja TCP Vegas Dan TCP New Reno Menggunakan Antrian Random Early Detection Dan Droptail

Analisis Perbandingan Kinerja TCP Vegas Dan TCP New Reno Menggunakan Antrian Random Early Detection Dan Droptail Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 10, Oktober 2018, hlm. 3239-3248 http://j-ptiik.ub.ac.id Analisis Perbandingan Kinerja TCP Vegas Dan TCP New Reno

Lebih terperinci

Transport Channel Processing berfungsi mengubah transport blok yang dikirim dari. Processing dari MAC Layer hingga physicalchannel.

Transport Channel Processing berfungsi mengubah transport blok yang dikirim dari. Processing dari MAC Layer hingga physicalchannel. HSUPA ( High Speed Uplink Packet Access ) High-Speed Uplink Packet Access (HSUPA) adalah protokol telepon genggam 3G dalam keluarga HSPA dengan kecepatan unggah/"uplink" hingga 5.76 Mbit/s. Nama HSUPA

Lebih terperinci

METODE PENGATURAN THROUGHPUT UNTUK TCP WESTWOOD+ PADA SALURAN BOTTLENECK

METODE PENGATURAN THROUGHPUT UNTUK TCP WESTWOOD+ PADA SALURAN BOTTLENECK METODE PENGATURAN THROUGHPUT UNTUK TCP WESTWOOD+ PADA SALURAN BOTTLENECK Hilal Hudan Nuha 1, Fazmah Arif Y. 2 Pasca Sarjana Teknik Informatika IT Telkom Jln. Telekomunikasi no 1. Dayeuhkolot. Bandung e-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah congestion sering ditemukan dalam proses jalur data pada internet, yang pada umumnya diartikan sebagai proses terjadinya perlambatan atau kemacetan. Perlambatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data DAFTAR ISTILAH ACK (acknowledgement ) : Indikasi bahwa sebuah data yang terkirim telah diterima dengan baik Adaptive Modulation and Coding (AMC) Access Grant Channel (AGCH) arrival rate for SMS message

Lebih terperinci

TCP Flow & Congestion Control

TCP Flow & Congestion Control TCP Flow & Congestion Control Flow Control Model Kendali Aliran Aliran data masuk Buffer Server Aliran data keluar TCP Sliding Window Round-trip time Round-trip time Host A Window Size??? Window Size Window

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Awal penggunaan dari sistem komunikasi bergerak dimulai pada awal tahun 1970-an.

BAB II DASAR TEORI. Awal penggunaan dari sistem komunikasi bergerak dimulai pada awal tahun 1970-an. BAB II DASAR TEORI 2.1 Perkembangan Sistem Komunikasi Bergerak Awal penggunaan dari sistem komunikasi bergerak dimulai pada awal tahun 1970-an. Dan untuk mengakomodasi kebutuhan user akan jenis layanan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI 3.1 Analisis Sistem Analisis adalah penguraian dari suatu pembahasan, dalam hal ini pembahasan mengenai analisis perbandingan teknik antrian data First

Lebih terperinci

TCP Flow & Congestion Control

TCP Flow & Congestion Control TCP Flow & Congestion Control Flow Control Model Kendali Aliran Aliran data masuk Buffer Server Aliran data keluar TCP Sliding Window Round-trip time Round-trip time Host A Window Size??? Window Size Window

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Power control pada sistem CDMA adalah mekanisme yang dilakukan untuk mengatur daya pancar mobile station (MS) pada kanal uplink, maupun daya pancar base station

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR WCDMA DAN HSDPA. 2.1 Umum Perkembangan teknologi komunikasi bergerak ternyata berkembang

BAB II TEORI DASAR WCDMA DAN HSDPA. 2.1 Umum Perkembangan teknologi komunikasi bergerak ternyata berkembang BAB II TEORI DASAR WCDMA DAN HSDPA 2.1 Umum Perkembangan teknologi komunikasi bergerak ternyata berkembang dengan pesatnya. Evolusi sistem komunikasi kini telah mencapai generasi ke-3 (3G) dimana generasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Widya Teknika Vol.19 No. 1 Maret 2011 ISSN 1411 0660 : 34 39 PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Dedi Usman Effendy 1) Abstrak Dalam

Lebih terperinci

ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 159

ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 159 ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 159 ANALISIS PERFORMANSI TRANSMISSION CONTROL PROTOCOL (TCP) YANG DISEBABKAN OLEH WIDEBAND EFFECT LOSS PADA JARINGAN UMTS Oleh: Yetti Yuniati, S.T., M.T.

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Long Term Evolution (LTE) menjadi fokus utama pengembangan dalam bidang

1 BAB I PENDAHULUAN. Long Term Evolution (LTE) menjadi fokus utama pengembangan dalam bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Long Term Evolution (LTE) menjadi fokus utama pengembangan dalam bidang telekomunikasi pada masa kini. Dengan banyak pengembangan dari generasi-generasi sistem jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis teknologi telekomunikasi yang mutakhir saat ini yaitu

Lebih terperinci

Analisa Kinerja MPEG-4 Video Streaming Pada Jaringan HSDPA

Analisa Kinerja MPEG-4 Video Streaming Pada Jaringan HSDPA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (212) 1-6 1 Analisa Kinerja MPEG-4 Video Streaming Pada Jaringan HSDPA Fanny Nurindra Permana, Achmad Affandi, dan Djoko Suprajitno Rahardjo Jurusan Teknik Elektro-FTI,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan yang dilakukan merupakan hasil dari percobaan terhadap parameter-parameter yang telah ditentukan. Setelah itu dilakukan analisis untuk mendapat perbandingan unjuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar 3G UMTS dan HSDPA 2.1.1 Gambaran Umum [1] Universal Mobile Telecommunication System (UMTS) adalah satu dari Generasi ketiga (3G) dalam teknologi seluler. UMTS menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada sistem CDMA pengendalian daya baik pada Mobile Station (MS) maupun Base Station (BS) harus dilakukan dengan baik mengingat semua user pada CDMA mengggunakan

Lebih terperinci

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Teknologi 3G 3G adalah singkatan dari istilah dalam bahasa Inggris: third-generation technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada perkembangan teknologi telepon nirkabel

Lebih terperinci

Metode Deteksi Terputusnya Koneksi Tcp Pada Receiving Host Berdasarkan Packet Inter-Arrival Timeout

Metode Deteksi Terputusnya Koneksi Tcp Pada Receiving Host Berdasarkan Packet Inter-Arrival Timeout 42 Integer Journal, Vol 2, No 1, Maret 2017: 42-53 Metode Deteksi Terputusnya Koneksi Tcp Pada Receiving Host Berdasarkan Packet Inter-Arrival Timeout Pangestu Widodo 1, Waskitho Wibisono 2 1,2 Program

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC 3.1 Pemodelan Sistem Gambar 13.1 Sistem transmisi MIMO-OFDM dengan AMC Dalam skripsi ini, pembuatan simulasi dilakukan pada sistem end-to-end sederhana yang dikhususkan

Lebih terperinci

SIMULASI PERBANDINGAN KUALITAS LAYANAN PADA HSDPA DAN HSUPA

SIMULASI PERBANDINGAN KUALITAS LAYANAN PADA HSDPA DAN HSUPA PROS ID I NG 2 0 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK SIMULASI PERBANDINGAN KUALITAS LAYANAN PADA HSDPA DAN HSUPA Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km.

Lebih terperinci

Bab 3 Parameter Simulasi

Bab 3 Parameter Simulasi Bab 3 Parameter Simulasi 3.1 Parameter Simulasi Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini memakai varian jaringan wireless mesh yaitu client mesh. Dalam hal ini akan digunakan client mesh dengan jumlah

Lebih terperinci

Simulasi Pengaruh Shadowing dan Rayleigh Fading terhadap Performansi TCP Reno pada Jaringan UMTS

Simulasi Pengaruh Shadowing dan Rayleigh Fading terhadap Performansi TCP Reno pada Jaringan UMTS ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro Simulasi Pengaruh Shadowing dan Rayleigh Fading terhadap Performansi TCP Reno pada Jaringan UMTS Yetti Yuniati Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Abstrak

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana   Abstrak ANALISIS PENGARUH SOFT HANDOVER PADA MOBILE STATION TERHADAP KUALITAS LAYANAN VOIP DI JARINGAN UMTS Putu Fadly Nugraha Putu Fadly Nugraha1, IGAK Diafari Djuni H2, Pande Ketut Sudiarta3 1,2,3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab I telah dijelaskan mengenai empat tujuan pengerjaan tugas akhir ini, yaitu memahami berbagai algoritma penjadwalan, memahami metrik QoS sebagai pengukur kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin tingginya pertumbuhan pengguna telepon seluler/smartphone dewasa ini menyebabkan pertumbuhan pengguna layanan data menjadi semakin tinggi, pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Layanan 3G komersial telah diluncurkan sejak tahun 2001 dengan menggunakan teknologi WCDMA. Kecepatan data maksimum yang dapat dicapai sebesar 2 Mbps. Walaupun demikian,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Perancangan Alur Penelitian Untuk mencapai tujuan dari penelitian, perancangan alur penelitian dilakukan sesuai alur pada Gambar 3.1. Perancangan terlebih dahulu melakukan

Lebih terperinci

Rekayasa Elektrika. Analisis TCP Cubic dan Simulasi untuk Menentukan Parameter Congestion Window dan Throughput Optimal pada Jaringan Nirkabel Ad Hoc

Rekayasa Elektrika. Analisis TCP Cubic dan Simulasi untuk Menentukan Parameter Congestion Window dan Throughput Optimal pada Jaringan Nirkabel Ad Hoc TERAKREDITASI RISTEKDIKTI No. 36b/E/KPT/2016 Jurnal Rekayasa Elektrika VOLUME 13 NOMOR 2 AGUSTUS 2017 Analisis TCP Cubic dan Simulasi untuk Menentukan Parameter Congestion Window dan Throughput Optimal

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN. 4.1 Lingkungan Pengujian

BAB IV PENGUJIAN. 4.1 Lingkungan Pengujian BAB IV PENGUJIAN Pengujian algoritma dilakukan pada algoritma penjadwalan Weighted Round Robin yang telah diimplementasikan pada modul 802.16 pada NS2. Untuk melakukan pengujian, ditetapkan 10 skenario

Lebih terperinci

Materi Mata Kuliah Jaringan Komputer Universitas Indo Global Mandiri

Materi Mata Kuliah Jaringan Komputer Universitas Indo Global Mandiri Materi Mata Kuliah Jaringan Komputer Universitas Indo Global Mandiri Transport layer/ lapisan transport merupakan lapisan keempat dari model referensi OSI yang bertugas menyediakan data transport yang

Lebih terperinci

TCP CONGESTION Rico Putra, NIM : 10/307317/PTK/06971 Firma Sahrul B, NIM : 10/309394/PTK/07099 Magister Teknologi Informasi FT UGM, Yogyakarta

TCP CONGESTION Rico Putra, NIM : 10/307317/PTK/06971 Firma Sahrul B, NIM : 10/309394/PTK/07099 Magister Teknologi Informasi FT UGM, Yogyakarta TCP CONGESTION Rico Putra, NIM : 10/307317/PTK/06971 Firma Sahrul B, NIM : 10/309394/PTK/07099 Magister Teknologi Informasi FT UGM, Yogyakarta 1.1 Pendahuluan Persoalan penting dalam sebuah jaringan paket-saklar

Lebih terperinci

Analisis Throughput Varian TCP Pada Model Jaringan WiMAX

Analisis Throughput Varian TCP Pada Model Jaringan WiMAX IJCCS, Vol.10, No.2, July 2016, pp. 115~124 ISSN: 1978-1520 115 Analisis Throughput Varian TCP Pada Model Jaringan WiMAX Medi Taruk* 1, Ahmad Ashari 2 1 Program Studi S2/S3 Ilmu Komputer, FMIPA UGM, Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi WiMAX (Worldwide Interoperabilitas for Microwave Access) yang berbasis pengiriman data berupa paket dan bersifat connectionless oriented merupakan teknologi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN..... i SURAT PERNYATAAN... ii ABSTRACT..... iii ABSTRAK..... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERFORMANSI ALGORITMA PENJADWALAN ROUND-ROBIN, MAXIMUM C/I, DAN PROPORTIONAL FAIR DENGAN MENGGUNAKAN HARQ PADA SISTEM 3GPP LTE

PERBANDINGAN PERFORMANSI ALGORITMA PENJADWALAN ROUND-ROBIN, MAXIMUM C/I, DAN PROPORTIONAL FAIR DENGAN MENGGUNAKAN HARQ PADA SISTEM 3GPP LTE PERBANDINGAN PERFORMANSI ALGORITMA PENJADWALAN ROUND-ROBIN, MAXIMUM C/I, DAN PROPORTIONAL FAIR DENGAN MENGGUNAKAN HARQ PADA SISTEM 3GPP LTE Bagus Suryaman, Indrarini Diah Irawati, dan Asep Mulyana Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game

BAB I PENDAHULUAN. multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang cepat dari teknologi jaringan telah membuat aplikasi multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game online sudah menjamur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi komunikasi digital saat ini dituntut untuk dapat mentransmisikan suara maupun data berkecepatan tinggi. Berbagai penelitian sedang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 1 DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang analisis dan perancangan sistem. Pembahasan yang dianalisis terbagi menjadi 2 yaitu analisis masalah dan analisis

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA TRANSMISSION CONTROL PROTOCOL PADA JARINGAN WIDE AREA NETWORK

ANALISIS KINERJA TRANSMISSION CONTROL PROTOCOL PADA JARINGAN WIDE AREA NETWORK ANALISIS KINERJA TRANSMISSION CONTROL PROTOCOL PADA JARINGAN WIDE AREA NETWORK Henra Pranata Siregar, Naemah Mubarakah Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater,

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2013 ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE Dimas Pandu Koesumawardhana¹, Maman Abdurrohman.², Arif Sasongko

Lebih terperinci

Studi Perbandingan HSDPA pada Telkomsel Flash Dan IndosatM2 Di Kota Banda Aceh

Studi Perbandingan HSDPA pada Telkomsel Flash Dan IndosatM2 Di Kota Banda Aceh 86 Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 9, No. 2, Oktober 2010 Studi Perbandingan HSDPA pada Telkomsel Flash Dan IndosatM2 Di Kota Banda Aceh Muhammad Irhamsyah dan Putri Rizky Febriani Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA MIMO-OFDM DENGAN MODULASI ADAPTIF PADA LONG TERM EVOLUTION DALAM ARAH DOWNLINK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendididikan sarjana (S-1)

Lebih terperinci

Perbaikan Tcp Westwood +

Perbaikan Tcp Westwood + Perbaikan Tcp estwood + Sukiswo Abstract: TCP estwood+ is evolution of TCP estood. TCP estwood+ representing one of TCP proposed for the modification of existing TCP now. Specially TCP estwood+, TCP estwood+

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA TCP WESTWOOD PLUS UNTUK PENCEGAHAN KONGESTI PADA JARINGAN LTE MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 3 (NS 3)

ANALISIS KINERJA TCP WESTWOOD PLUS UNTUK PENCEGAHAN KONGESTI PADA JARINGAN LTE MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 3 (NS 3) ANALISIS KINERJA TCP WESTWOOD PLUS UNTUK PENCEGAHAN KONGESTI PADA JARINGAN LTE MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 3 (NS 3) Isti Dwi Hemawati *), Sukiswo, and Ajub Ajulian Zahra Departemen Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. handoff pada jaringan 3G (third generation), para pengguna sudah dapat merasakan

BAB I PENDAHULUAN. handoff pada jaringan 3G (third generation), para pengguna sudah dapat merasakan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manajemen mobilitas merupakan sebuah tantangan yang besar bagi jaringan akses radio pada masa ini dan masa yang akan datang. Dengan implementasi soft handoff pada jaringan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA DCCP CCID 2 DAN CCID 3 DI JARINGAN KABEL SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA DCCP CCID 2 DAN CCID 3 DI JARINGAN KABEL SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA DCCP CCID 2 DAN CCID 3 DI JARINGAN KABEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Mario Christanto

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA Made Suhendra Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro Kampus ITS Sukolilo, Surabaya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 File Trace Input

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 File Trace Input BAB IV PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengolahan video dan simulasi jaringan, diperoleh berbagai data output simulasi yang dapat merepresentasikan parameter QoS yang diberikan pada masing-masing simulasi.

Lebih terperinci

Rahmady Liyantanto liyantanto.wordpress.com

Rahmady Liyantanto liyantanto.wordpress.com Rahmady Liyantanto liyantanto88@gmail.com liyantanto.wordpress.com Komunikasi Data D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo Sebelum TCP/IP digunakan sebagai standart untuk komunikasi data, OSI (Open

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA TCP WESTWOOD UNTUK PENCEGAHAN KONGESTI PADA JARINGAN LTE DENGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 2.33 (NS2.33)

ANALISIS KINERJA TCP WESTWOOD UNTUK PENCEGAHAN KONGESTI PADA JARINGAN LTE DENGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 2.33 (NS2.33) ANALISIS KINERJA TCP WESTWOOD UNTUK PENCEGAHAN KONGESTI PADA JARINGAN LTE DENGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 2.33 (NS2.33) Grace Karlina Permatasari *), Sukiswo, and Imam Santoso Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN UNTUK KERJA TCP TAHOE DAN TCP NEWRENO PADA JARINGAN WIRED DAN WIRELESS

ANALISIS PERBANDINGAN UNTUK KERJA TCP TAHOE DAN TCP NEWRENO PADA JARINGAN WIRED DAN WIRELESS ANALISIS PERBANDINGAN UNTUK KERJA TCP TAHOE DAN TCP NEWRENO PADA JARINGAN WIRED DAN WIRELESS HALAMAN JUDUL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL DATA

BAB IV ANALISIS DAN HASIL DATA 39 BAB IV ANALISIS DAN HASIL DATA Pada bab pengujian dan analisa akan menjelaskan tentang hasil dan berbandingan terhadap quality of service pada jaringan ASTInet yang digunakan di Head Office PT. Trans

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan jaringan

BAB II DASAR TEORI. Jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan jaringan BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendahuluan Jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan jaringan transfer di mana informasi dari berbagai jenis layanan seperti suara, video, dan data di ubah ke dalam bentuk

Lebih terperinci

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2)

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2) A652 Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2) Bima Bahteradi Putra dan Radityo Anggoro Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PACKET SCHEDULING MAX THROUGHPUT DAN PROPORTIONAL FAIR PADA JARINGAN LTE ARAH DOWNLINK DENGAN SKENARIO MULTICELL

ANALISIS KINERJA PACKET SCHEDULING MAX THROUGHPUT DAN PROPORTIONAL FAIR PADA JARINGAN LTE ARAH DOWNLINK DENGAN SKENARIO MULTICELL ANALISIS KINERJA PACKET SCHEDULING MAX THROUGHPUT DAN PROPORTIONAL FAIR PADA JARINGAN LTE ARAH DOWNLINK DENGAN SKENARIO MULTICELL PERFORMANCE ANALYSIS OF PACKET SCHEDULING ALGORITHMS MAX THROUGHPUT AND

Lebih terperinci

Week #5 Protokol Data Link Control

Week #5 Protokol Data Link Control Data Link Protocol - Week 5 1 of 12 Week #5 Protokol Data Link Control Pengantar Pada pembahasan Komunikasi Data, Topologi dan Medium Transmisi kita sudah membahas tentang pengiriman sinyal melalui media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi oleh pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) agar komunikasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi oleh pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) agar komunikasi dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanfaatan layanan multimedia saat ini telah digunakan secara meluas dalam berbagai tujuan. Karena perkembangannya yang pesat, maka diperlukan suatu aturan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA TCP BIC UNTUK PENCEGAHAN KONGESTI PADA JARINGAN LTE DENGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 2.33

ANALISIS KINERJA TCP BIC UNTUK PENCEGAHAN KONGESTI PADA JARINGAN LTE DENGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 2.33 ANALISIS KINERJA TCP BIC UNTUK PENCEGAHAN KONGESTI PADA JARINGAN LTE DENGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 2.33 M. Fajri Fitrianto *), Sukiswo, and Imam Santoso Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Perancangan dan Analisa 1. Perancangan Ideal Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget FSL (db) 101,687 Absorption Loss (db) 0,006 Total Loss 101,693 Tx Power (dbm) 28 Received

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Sistem standar 3G yang dipakai di Indonesia menggunakan teknologi WCDMA ( Wide Code Division Multiple Access ) dimana dengan teknologi ini memungkinkan kecepatan data mencapai 384

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam beberapa tahun ini, jaringan telepon yang membawa sinyal-sinyal suara sudah mulai banyak menjangkau masyarakat.dengan infrastruktur yang semakin murah pembangunannya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang dimulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan

Lebih terperinci

ACTIVE QUEUE MANAGEMENT UNTUK TCP CONGESTION CONTROL

ACTIVE QUEUE MANAGEMENT UNTUK TCP CONGESTION CONTROL TUGAS AKHIR RE 1599 ACTIVE QUEUE MANAGEMENT UNTUK TCP CONGESTION CONTROL HERI WAHYU PURNOMO NRP 2203100515 Dosen Pembimbing Eko Setijadi, ST., MT. Ir. Suwadi, MT. JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi nirkabel terus berkembang lebih maju, dan peluang penggunaanya semakin menyebar secara luas. Dengan mudahnya kita bisa menemukan tempat

Lebih terperinci

Universal Mobile Telecommunication System

Universal Mobile Telecommunication System Universal Mobile Telecommunication System Disusun Oleh: Fikri Imam Muttaqin Kelas XII Tel 2 2010026 / 23 UMTS merupakan salah satau evolusi generasi ketiga (3G) dari jaringan mobile. Air interface yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi khususnya pada teknologi jaringan saat ini sangatlah pesat terutama dari sisi jangkauan, kemudahan akses dan penggunaaannya. Penggunaan jaringan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III MEODE PENELIIAN Metode penelitian yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah studi kepustakaan, percobaan dan analisis. Dengan ini penulis berusaha untuk mengumpulkan data dan informasi-informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan sensor nirkabel (JSN) sangat penting sejak kebanyakan aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk area yang tidak

Lebih terperinci

Perbandingan Kinerja AM (Acknowledged Mode) dan UM (Unacknowledged Mode) pada Jaringan UMTS menggunakan NS-2

Perbandingan Kinerja AM (Acknowledged Mode) dan UM (Unacknowledged Mode) pada Jaringan UMTS menggunakan NS-2 Perbandingan Kinerja AM (Acknowledged Mode) dan UM (Unacknowledged Mode) pada Jaringan UMTS menggunakan NS-2 Rosalinda Tri Wahyuni *), Sukiswo, Imam Santoso Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Algoritma Scheduling pada WIMAX

Simulasi dan Analisis Algoritma Scheduling pada WIMAX BAB V Simulasi dan Analisis Algoritma Scheduling pada WIMAX Pada bagian ini akan dilakukan simulasi jaringan WIMAX menggunakan simulator NS-2. Lingkungan simulasi, terlihat pada gambar V.1, berupa satu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan jaringan komputer terdiri atas tiga bagian:

BAB II DASAR TEORI. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan jaringan komputer terdiri atas tiga bagian: BAB II DASAR TEORI. Konsep Dasar Jaringan Komputer Jaringan komputer secara definisi adalah hubungan antara dua atau lebih unit komputer atau perangkat komunikasi lainnya berdasarkan sistem komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah kecelakaan pada kendaaraan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya [1]. Bahkan banyak orang terluka dan korban mati terjadi di jalan raya diakibatkan oleh

Lebih terperinci

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel BAB II PEMODELAN PROPAGASI 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari

Lebih terperinci

Analisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda

Analisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda Analisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda Muhammad Haidar 1, *, Uke Kurniawan Usman 1, Linda Meylani 1 1 Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III MODEL SISTEM CLOSED-LOOP POWER CONTROL PADA CDMA

BAB III MODEL SISTEM CLOSED-LOOP POWER CONTROL PADA CDMA SIR dipakai untuk mengestimasi kondisi kanal dan selanjutnya sebagai informasi feedback pada closed-loop power control berbasis SIR untuk menentukan besar update daya pancar MS. Oleh karena itu, akurasi

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA TCP RENO DAN TCP VEGAS PADA JARINGAN KABEL

ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA TCP RENO DAN TCP VEGAS PADA JARINGAN KABEL ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA TCP RENO DAN TCP VEGAS PADA JARINGAN KABEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika DISUSUN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Data Hasil Pengujian Data diperoleh dari pengambilan video conference secara point-topoint antara node 1 dengan node 2, pada beberapa kondisi yang telah ditentukan di Bab 3.

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI SKEMA SCHEDULING WFQ (WEIGHTED FAIR QUEUEING) DAN PQ (PRIORITY QUEUEING) PADA JARINGAN IP (INTERNET PROTOCOL)

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI SKEMA SCHEDULING WFQ (WEIGHTED FAIR QUEUEING) DAN PQ (PRIORITY QUEUEING) PADA JARINGAN IP (INTERNET PROTOCOL) ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI SKEMA SCHEDULING WFQ (WEIGHTED FAIR QUEUEING) DAN PQ (PRIORITY QUEUEING) PADA JARINGAN IP (INTERNET PROTOCOL) R. Rumani M 1, Arif Rudiana 2, Agung Dewantara 3 1,3 Fakultas

Lebih terperinci

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Oleh : DICKY RACHMAD PAMBUDI Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Achmad Affandi, DEA LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB IV Analisa Jaringan Broadband Wifi Pada Bab Ini akan dibahas Hasil evaluasi Pra Perancangan Jaringan Broadband WIFI Commuter Line Jabodetabek dengan jaringan existing ( UMTS ) yang dilaksanakan di

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HANDOVER PADA MOBILE WIMAX UNTUK LAYANAN LIVE STREAMING

ANALISIS PENGARUH HANDOVER PADA MOBILE WIMAX UNTUK LAYANAN LIVE STREAMING ANALISIS PENGARUH HANDOVER PADA MOBILE WIMAX UNTUK LAYANAN LIVE STREAMING Publikasi Jurnal Skripsi Disusun Oleh: TRI EVANTI ANDRIANI NIM. 0910630100-63 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan sensor nirkabel (JSN) adalah sebuah teknologi interdisipliner yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro. Secara umum

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas hasil pengukuran data dari layanan IMS pada platform IPTV baik pada saat pelanggan (user) di home network maupun pada saat melakukan roaming atau berada pada

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA AGGREGATE FLOW CONTROL TERHADAP SISTEM DIFFERENTIATED SERVICES

EVALUASI KINERJA AGGREGATE FLOW CONTROL TERHADAP SISTEM DIFFERENTIATED SERVICES Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer EVALUASI KINERJA AGGREGATE FLOW CONTROL TERHADAP SISTEM DIFFERENTIATED SERVICES PERFORMANCE EVALUATION OF AGGREGATE FLOW CONTROL ON DIFFERENTIATED SERVICES SYSTEM Benny

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI. Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI. Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI 4.1 Implementasi Simulasi Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam program yang harus diperhatikan, antara lain : 1. sizemobile

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI SOFTSWITCH. suatu pemodelan softswitch ini dilakukan agar mampu memenuhi kebutuhan

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI SOFTSWITCH. suatu pemodelan softswitch ini dilakukan agar mampu memenuhi kebutuhan BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI SOFTSWITCH Berdasarkan pada penjelasan dari bab sebelumnya, maka dibuatlah suatu perancangan pemodelan softswitch sebelum simulasi dilakukan. Perancangan suatu pemodelan

Lebih terperinci

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse. I. Pembahasan 1. Frequency Reuse Frequency Reuse adalah penggunaan ulang sebuah frekuensi pada suatu sel, dimana frekuensi tersebut sebelumnya sudah digunakan pada satu atau beberapa sel lainnya. Jarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan metode akses kanal

BAB I PENDAHULUAN. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan metode akses kanal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan metode akses kanal yang digunakan oleh berbagai macam teknologi komunikasi seluler. Salah satu fasilitas dalam komunikasi

Lebih terperinci

Lapisan ini merupakan lapisan yang akan melakukan transmisi data antara perangkat-perangkat jaringan yang saling berdekatan di dalam sebuah wide area

Lapisan ini merupakan lapisan yang akan melakukan transmisi data antara perangkat-perangkat jaringan yang saling berdekatan di dalam sebuah wide area Lapisan ini merupakan lapisan yang akan melakukan transmisi data antara perangkat-perangkat jaringan yang saling berdekatan di dalam sebuah wide area network (WAN), atau antara node di dalam sebuah segmen

Lebih terperinci