PENGENALAN AUTISME DAN LAYANAN PENDIDIKANNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENALAN AUTISME DAN LAYANAN PENDIDIKANNYA"

Transkripsi

1 PENGENALAN AUTISME DAN LAYANAN PENDIDIKANNYA Oleh: Hidayat dan Musjafak Asjari (Dosen PLB FIP Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pendahuluan Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Mengingat kalau kita perhatikan, maka kita akan mendapat kesan bahwa penyandang autis itu seolah-olah hidup di dunianya sendiri. Istilah autisme ini baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner. Pada saat itu jumlahnya masih sedikit dan mereka mempunyai karakteristik yang khas. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini masalah autis meningkat sangat pesat di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Jika pada tahun 90-an jumlah anak penyandang autis adalah per anak, maka tahun 2000 diperkirakan ada 1 per 150 anak penyandang autis (Amerika Serikat). Berdasarkan penelitian seorang Psikiater di Jakarta selama tahun 2000 tercatat jumlah pasien baru autis sebanyak 103 kasus di RSCM dibandingkan dengan 6 bulan terakhir tahun 1998 yang hanya ditemukan 1 kasus baru. Sejak sekitar tahun 1977 masalah autis mulai dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia. Ini terlihat dengan banyak beredarnya informasi mengenai autisme, dibukanya pusat-pusat terapi, terbentuknya yayasan-yayasan yang peduli dan menangani individu autis, sampai semianr-seminar nasionl yang membicarakan masalah ini dengan pakar-pakar dari dalam dan luar negeri. Penanganan terhadap permasalahan anak autis semakin dapat diberikan secara terpadu dan terarah. Intervensi yang dulu dianggap mustahil, kini sudah dapat dilakukan sendiri oleh orang tua sejak usia sangat dini. Perubahan ini memberikan dampak sangat positif bagi perkembangan anak, sehingga mereka dapat dipandu untuk meraih masa depan yang lebih baik. Dengan tetap memperhatikan aspek individual differences dimana setiap anak dianggap sebagai individu yang unik dan spesifik, maka seharusnya semua individu autis 1

2 diberikan kesempatan seawal mungkin untuk mencoba belajar di sekolah umum. Apalagi UUD 1945 pasal 31 mengatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pengajaran dan the Salamanca Statement pada tahun 1994 (UNESCO) tentang pendidikan inklusi, dinyatakan bahwa setiap anak termasuk yang memerlukan pendidikan khusus sementara dan permanen mempunyai hak untuk mengikuti proses belajar di sekolah umum. Sekolah umum di sini adalah berbagai lembaga formal (Kelompok Bermain, TK, Sekolah Dasar, dst) yang menggunakan kurikulum DEPDIKNAS. Meskipun sudah banyak terjadi perubahan, tampakya proses belajar mengajar anak di sekolah masih belum berjalan seperti yang diharapkan. Fakta yang diperoleh di lapangan menunjukkan kesenjangan antara apa yang dibutuhkan individu autis dan apa yang disediakan oleh guru, artinya proses pembelajarannya masih belum sesuai dengan kebutuhan siswa autis. Apabila pada tahun 1998 seorang anak berusia 3 tahun didiagnosa sebagai penyandang autis, kemudian ia mendapat layanan pendidikan yang terstruktur dan terpadu, maka ketika usianya 6 tahun orang tuanya akan berpikir bahwa sudah waktunya anak tersebut dicoba untuk belajar ke sekolah umum/reguler. Dengan terus meningkatnya jumlah penyandang autis, bisa dibayangkan pada tahun-tahun mendatang berapa banyak anak-anak usia sekolah seperti ini akan menyerbu masuk ke sekolah-sekolah reguler. Memasukkan anak berlatar belakang autis ke sekolah umum merupakan perjuangan tersendiri bagi orang tua, guru dan anak itu sendiri. Baik dalam mempersiapkan anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan anak-anak normal yang jumlahnya cukup banyak di kelasnya, maupun materi pengajaran, metode dan strategi pembelajarannya. Di sinilah peran sekolah reguler sebagai tempat pendidikan formal dalam membantu anak autis, melalui kesiapan SDM, pengelolaan materi pengajaran serta pengetahuan yang cukup mengenai latar belakang dan tatacara penanganan anak autis perlu disiapkan secara matang. Dengan persiapan, dukungan dan kerjasama antara para guru, pihak sekolah dan orang tua, mudah-mudahan perjuangan anak ini tidak sia-sia. Sehingga ia mempunyai kesempatan mengembangkan potensinya serta menjadi manusia mandiri dan berguna di masyarakat. 2

3 B. Apa yang dimaksud Autisme itu? Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial, kognisi, dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autisme infatil gejala sudah ada sejak lahir. Seseorang baru dapat dikatakan termasuk kategori Autisme, bila ia memiliki hambatan perkembangan dalam tiga aspek yakni kualitas kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang dalam kemampuan komunikasi timbal balik, minat yang terbatas disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan. Gejala tersebut harus sudah terlihat sebelum usia 3 tahun. Mengingat bahwa tiga aspek gangguan perkembangan di atas terwujud dalam berbagai bentuk yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa autisme sesungngguhnya adalah sekumpulan gejala klinis yang dilatarbelakangi berbagai faktor yang sangat bervariasi, bekaitan satu sama lain dan unik karena tidak sama untuk masingmasig kasus. Oleh karena itu pula, secara klinis, sering ditemukan gejala yang bercampur baur atau bertumpang tindih dengan gejala-gejala dari beberapa gangguan perkembangan yang lain. Tingkatan manifestasi gangguan juga sangat lebar, antara yang berat hingga yang ringan, kasusnya. Di satu sisi terdapat individu yang memiliki semua gejala dan di sisi lain adalah individu yang memiliki sedikit gejala. Perbedaan manifestasi gangguan-gangguan tersebut menjadikan setiap individu sangat unik. Mengingat tidak ada dua individu autis yang sama persis, bahkan yang kembar sekalipun. Itu sebabnya, sangat ditekankan, agar orang tua dan guru tidak memberikan layanan pendidikan yang seragam atau klasikal bagi sekelompok anak. Adapun karakteristik (ciri khas} yang tampak pada perilaku anak autis adalah: 1. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara, tetapi kemudian sirna 2. Anak tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang lain kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti diri sendiri 3. Anak tidak mempunyai empati dan tidak tahu apa reaksi orang lain atas perbuatannya 4. Pemahaman anak sangat kurang, sehingga apa yang ia baca sukar dipahami. Misalnya dalam bercerita kembali dan soal berhitung yang menggunakan kalimat 3

4 5. Kadangkala anak mempunyai daya ingat yang sangat kuat, seperti perkalian, kalender dan lagu-lagu 6. Dalam belajar mereka lebih mudah memahami lewat gambar-gambar (visual learners) 7. Anak belum dapat bersosialisasi dengan teman sekelasnya, seperti sukar bekerja sama dalam kelompok anak sebayanya, bermain peran dan sebagainya. 8. Kesulitan mengekspresikan perasaannya, seperti: suka marah, mudah frustrasi bila tidak dimengerti dan dapat menimbulkan tantrum (ekspresi emosi dalam bentuk fisik atau marah yang tidak terkendali). 9. Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke pesawat TV. Pada dasarnya tidak semua gejala tersebut ada pada individu autis. Gejalanya dapat beranekaragam sehingga tampak bahwa tidak ada anak autis yang benar-benar sama dalam semua tingkah lakunya. Sedangkan perbandingan laki-laki : perempuan adalah sekitar 4 : 1, dan terdapat pada semua lapisan masyarakat, etnik/ras, tingkat sosio-ekonomi serta geografi. Jika seorang anak memperlihatkan beberapa gejala di atas segera hubungi psikolog klinis/perkembangan, dokter ahli perkembangan anak, psikiater anak atau neuropediatris, pedagog khusus anak autis dan gangguan perkembangan yang akan membuat suatu assessment/pengkajian yang diikuti dengan pelaksanaan diagnosa. Jika terdiagnosa dini, maka anak autis dapat ditangani segera melalui proses pembelajaran yang terstruktur dan terpadu. Dengan demikian lebih terbuka peluang perubahan ke arah perilaku normal. C. Gambaran yang khas (unik) dari Anak Autis Anak atau individu autis mempunyai gambaran unik tersendiri. Karakteristik tersebut meliputi kecenderungan: (1) Selektif berlebihan terhadap rangsangan (stimulation of overselectivity): yaitu kemampuan terbatas dalam menangkap isyarat yang berasal dari lingkungan. (2) Kurangnya motivasi: tidak hanya karena mereka sering menarik diri dan asyik dengan dunianya sendiri, mereka juga cenderung tidak termotivasi untuk menjelajahi lingkungan baru, untuk memperluas lingkup perhatian mereka. (3) Respons stimulatori 4

5 diri: Jika diberi kesempatan, banyak penyandang autis yang menghabiskan sebagian waktu bangun/terjaganya pada aktivitas non produktif tersebut. Perilaku tersebut selain mengganggu integrasi sosial, juga mengganggu proses belajar. Oleh sebab itu, menurunkan perilaku stimulasi diri dan menggantikannya dengan respons yang lebih produktif sering merupakan prioritas tujuan pendidikan bagi penyandang autis. (4) respons unik terhadap imbalan (reinforcement) dan konsekuensi lainnya: Ini merupakan karakteristik dari individu autis, sehingga imbalan amat individualistik, kadang juga sukar diidentifikasi. Anak autis belajar paling efektif pada kondisi imbalan langsung. Supaya memperoleh imbalan langsung, seorang anak harus secara benar berespons pada suatu rangkaian perilaku. Sebagai contoh, jika anak sedang diajar membedakan warna, dengan membuka tutup dari kotak warna yang berisi makanan kesukaannya. Imbalan yang tak langsung, yaitu jika guru memberi perintah untuk membuka kotak berwarna tertentu kemudian memberikan anak imbalan makanan. Imbalan langsung juga merupakan dasar dari terjadinya stimulasi-diri (selfstimulatory), yaitu didapatnya imbalan dari penginderaan (sensori) terhadap stimulasi-diri tersebut. Misalnya umpan balik visual mulai dari memperhatikan gerakan tangannya, umpan balik gerakan dan suara yang berhubungan dengan hentakan/ketukan yang berulang-ulang. Intervensi meliputi mengidentifikasi dan menghilangkan imbalan penginderaan. Ada tiga alasan mengapa intervensi dini sangat penting, karena untuk mengoptimalkan tingkat perkembangan anak, untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada keluarga, dan untuk memaksimalkan manfaat anak dan keluarga terhadap masyarakat sekitar. Adapun tingkat kemampuan belajar dan perkembangan manusia adalah paling cepat pada tahun-tahun pra sekolah. Sampai dengan usia 3 tahun, masa yang paling pesat pada tingkat perkembangan otak anak, setelah itu sampai usia 5 tahun tingkat perkembangan otak anak menurun walaupun masih cukup tinggi, di atas usia 5 tahun sampai dengan usia 7 tahun perkembangan sangat jauh menurun, hingga setelah 7 tahun tingkat perkembangan otak relatif lambat. 5

6 D. Gambaran Perilaku Autistik Perilaku adalah segala sesuatu yang orang kerjakan atau katakan, jadi perilaku adalah apa saja yang kita dapat lihat, rasakan atau dengar ketika seseorang melakukan kegiatan tertentu dan juga apa yang kita sendiri katakan dan kerjakan. Banyak perilaku autistik yang berbeda daripada perilaku normal, perbedaannya yaitu adanya perilaku yang berkelebihan (excessive), dan atau adanya perilaku yang berkekurangan (deficient) yang mungkin sampai pada tingkat yang hampir tidak ada. Behavioral excesse (Perilaku yang berkelebihan) misalnya mengamuk (tantrum) dan perilaku stimulasi diri. Jika intensitas dan frekuensi perilaku yang berlebihan itu muncul, maka perilaku-perilaku tersebut merupakan masalah di rumah, dan mengganggu ketika orang tua membawa anak ke tempat-tempat umum. Mengamuk (tantrum), sebagai contoh, mungkin terjadi bahkan jika kemauan kecil tidak dituruti pada beberapa anak. Meminta/menyuruh mereka berjalan dengan tenang di Supermarket, duduk di restoran, atau berdiri di barisan pada loket penjualan karcis mungkin menghasilkan jeritan, tendangan, gigitan dan cakaran. Pada kasus-kasus yang lebih ekstrim, tantrum mungkin terjadi menjadi sedemikian hebat sehingga perilaku-perilaku tersebut juga mengganggu proses belajar. Ekstrim lain dari perilaku yang berlebihan seperti yang digambarkan di atas, yaitu anak-anak autis mungkin menunjukkan berbagai kekurangan perilaku (behavioral deficit), seperti gambaran perilaku berikut ini: (1) Ciri umum mereka adalah gangguan bicara. Mereka mungkin non verbal, atau mungkin sedikit suara dan kata-kata. Anak-anak autistik lain mungkin ekolali (membeo) dan mengulang kata-kata yang mereka telah dengar (segera atau setelah beberapa waktu), tetapi mereka tidak menggunakan kata-kata tersebut untuk berkomunikasi. Sebagai contoh, pada ekolali segera, jika ditanya Nama kamu siapa? anak mungkin berespons dengan mengatakan Nama kamu siapa? bukannya memberikan jawaban yang benar. Pada ekolali lambat, seorang anak duduk pada meja makan mungkin mengulangi perintah-perintah gurunya kata per kata pada waktu sebelumnya di sekolah. 6

7 (2) Anak mungkin kurang sesuai perilaku sosialnya. Mereka mungkin bereaksi terhadap orang seakan mereka adalah benda. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memanjat ke pangkuan ibu, tidak untuk kasih sayang tetapi supaya dapat meraih kaleng kue. (3) Anak mungkin menunjukkan defisit sensasi (indera) yang nyata sehingga kadang disangka tuli. Anak kadang berespons sedemikian normalnya, tetapi tidak sama sekali pada yang lainnya, pada pemeriksaan pendengaran tidak ditemukan gangguan. (4) Anak sering tidak bermain dengan benar. Sebagai contoh, bukannya mengendarai truk mainan tetapi membalikannya dan memutar roda berjam-jam. (5) Anak sering menunjukkan emosi yang tidak sesuai. Beberapa menjerit atau tertawa dengan sedikit atau tanpa provokasi. Lainnya hampir tidak menunjukkan perilaku emosional. Sebagai contoh, seorang anak mungkin hanya duduk dan memandang ke ruang kosong jika seseorang mencoba menggelitiknya. Dengan mengetahui perilaku ekses dan defisitnya, maka proses pembelajaran anak autisme melalui tatalaksana perilaku dengan tujuan memperbaiki perilaku ekses (berlebihan) dan perilaku deficit (kurang berperilaku) tersebut sangat mendesak untuk segera direalisasikan. E. Jalur pendidikan umum/reguler (mainstream) Maksud kata mainstream berarti melibatkan seorang anak dengan kebutuhan khusus ke dalam kelas-kelas umum. Penanganan anak sungguh-sungguh dilakukan dengan memperhatikan pada kebutuhan khusus yang ada pada anak. Tujuan orang tua memasukkan anak ke jalur pendidikan reguler bisa untuk academic mainstream (agar anak sepenuhnya bisa mengikuti kegiatan akademis) atau soscial mainstream (agar anak dapat mengikuti kegiatan sosialisasi bersama teman sebayanya). Di Indonesia (khususnya di Bandung) belum tersedia berbagai fasilitas pendidikan khusus bagi anak autis usia sekolah, kecuali sekolah umum. Itu sebabnya orang tua berbondong-bondong memasukkan putra/putrinya ke sekolah umum yang bersedia memberikan kesempatan untuk menampung individu autis. Timbul masalah baru, dimana para guru lalu merasa kewalahan dalam menangani anak-anak ini karena tidak cukup hanya memberikan kesempatan. 7

8 Bagaimanapun, tanpa membekali para guru dengan keterampilan menangani anak-anak ini, usaha mereka memberikan kesempatan bagi anak autis di sekolah umum akan terasa lebih sebagai beban, daripada jalan keluar. Guru perlu dibantu untuk memahami, apa saja masalah yang dihadapi oleh anak-anak ini. 1. Masalah Anak Autis di Sekolah a. Perilaku Adanya perilaku stereotip/khas pada anak autis sering kali membuat para guru dan anak lain di kelas bingung. Perilaku tersebut sangat tidak wajar dan cenderung mengalihkan perhatian. Selain masalah perilaku yang lebih berupa dorongan dari perkembangan neurobiologis, sering masalah perilaku merupakan manifestasi dari frustrasi anak (sulit memahami materi belajar, sulit berkomunikasi, sulit berinteraksi) atau reaksi anak terhadap stimulasi lingkungan yang tidak dapat mereka prediksi. Keadaan anak yang cenderung peka secara berlebihan (suara, sentuhan, irama) terhadap stimulus lingkungan juga kerap membuat anak berperilaku kurang menyenangkan. b. Pemahaman Gangguan proses informasi dan koneksi, mau tidak mau seringkali menghambat anak autis mengikuti pelajaran di sekolah umum. Mereka lebih berespons terhadap stimulus visual, sehingga instruksi dan uraian verbal (apalagi yang panjang dalam bahasa rumit) akan sulit mereka pahami. Kecenderungan mono pada diri mereka tidak memungkinkan mereka mengerjakan 2-3 hal sekaligus pada satu waktu yang sama (menatap sambil mendengarkan, mendengarkan sambil menulis, dan sebagainya.) Gaya berpikir mereka yang visual dalam bentuk film/gambar, membuat reaksi mereka lebih lambat daripada anak lain, dimana mereka memerluian jeda waktu sedikit lebih lama sebelum berespons. Mereka mengalami kesulitan memusatkan perhatian, terus menerus terdistraksi, apalagi di kelas yang sarat dengan.30 anak dengan suara yang sangat hiruk pikuk. 8

9 c. Komunikasi Salah satu kesulitanan anak autis adalah dalam hal komunikasi, dimana mereka sulit berekspresi diri. Sebagian besar dari mereka, meskipun dapat berbicara, menggunakan kalimat pendek dengan kosakata yang sederhana. Seringkali mereka bisa mengerti orang lain tapi hanya bila orang tersebut berbicara langsung kepada mereka. Itu sebabnya kadang mereka tampak seakan tidak mendengar, padahal jelas-jelas kita memanggil mereka. Anak autis yang sulit berkata-kata/berbicara, seringkali mengungkapkan diri melalui perilaku. Semakin mereka tidak dipahami, maka mereka semakin frustrasi. Lingkungan yang kurang dapat melihat ciri ini secara obyektif akan memaksakan agar anak-anak tersebut berbicara dalam mengungkapkan diri, sehingga berakibat tekanan pada mereka yang lalu membuat mereka berperilaku negatif. d. Interaksi Anak autis juga bermasalah pada perkembangan keterampilan sosialnya, sulit berkomunikasi, tidak mnampu memahami aturan-aturan dalam pergaulan, sehingga biasanya tidak memiliki banyak teman. Minat mereka yang terbatas pada orang lain di sekitarnya, sedikit banyak membuat mereka lebih senang menyendiri atau sangat pemilih dalam bergaul, mereka hanya memiliki 1-2 teman yang dapat memberikan rasa aman kepada mereka, dan pada umumnya mengalami kesulitan beradaptasi dalam berbagai kelompok yang dibentuk secara acak/mendadak. 2. Alternatif Penanganan Dalam upaya memahami dan mengatasi masalah-masalahh anak-anak autis di sekolah, tidak mungkin melihat permasalahan secara terpisah dan terkotak-kotak. Setiap aspek saling berkaitan, dan biasanya saling tumpang tindih menjadi sebab dan atau akibat. Seperti: gangguan perilaku umumnya disebabkan oleh gangguan perkembangan neurologis, tapi bisa juga karena masalah frustrasi dalam berkomunikasi. Gangguan komunikasi, memang adalah masalah gangguan perkembangan neurobiologis, tapi kemudian bisa menjadi alasan bagi si anak untuk enggan bergaul. Sebaliknya, belum tentu juga bila anak sudah sangat terlatih dalam berkomunikasi, ia 9

10 tidak memiliki masalah pemahaman atau proses informasi. Keterkaitan berbagai aspek tersebut di atas menyebabkan masalah seorang individu autis menjadi sangat kompleks, unik, spesifik, dan sering berubah-ubah. Pendidikan bagi anak autis, idealnya diberikan dalam bentuk sekelompok penanganan untuk membantu mereka mengatasi kebutuhan khususnya. Di Amerika Serikat, banyak bentuk-bentuk pendidikan tersedia, antara lain (Siegel, 1996): a. Individual therapy, antara lain melalui penanganan di tempat terapi atau di rumah (home-based therapy dan kemudian homeschooling). Intervensi seperti ini merupakan dasar dari pendidikan individu autis. Melalui penanganan one-on-one, anak belajar berbagai konsep dasar dan belajar mengembangkan sikap mengikuti aturan yang ia perlukan untuk berbaur di masyarakat. b. Designated Autistic Classes. Salah satu bentuk transisi dari penanganan individual ke bentuk kelas klasikal, dimana sekelompok anak yang semuanya autis, belajar bersama-sama mengikuti jenis instruksi yang khas. Anak-anak ini berada dalam kelompok yang kecil (1-3 anak), dan biasanya merupakan anak-anak yang masih kecil yang belum mampu imitasi dengan baik. c. Ability Grouped Classes. Anak-anak yang sudah dapat melakukan imitasi, sudah tidak terlalu memerlukan penanganan one-on-one untuk meningkatkan kepatuhan, sudah ada respons terhadap pujian, dan ada minat terhadap alat permainan; memerlukan jenis lingkungan yang menyediakan teman sebaya yang secara sosial lebih baik meski juga memiliki masalah perkembangan bahasa. d. Social skills Development and mixed Disability Classes. Kelas ini terdiri atas anak dengan kebutuhan khusus, tetapi tidak hanya anak autis. Biasanya anak autis berespons dengan baik bila dikelompokkan dengan anak-anak Down Syndrome yang cenderung memiliki ciri hyper-social (ketertarikan berlebihan untuk membina hubungan sosial dengan orang lain). Ciri ini membuat mereka cenderung bertahan, memerintah, dan berlari-lari di sekitar anak autis sekedar untuk mendapatkan respons. Hal ini baik sekali bagi si anak autis. 10

11 DAFTAR PUSTAKA Eysenck, M.W Principles of Cognitive Psychology. New York: Lawrence. Greenspan, I. S The Child with Special Needs, Encouraging Intellectual and Emotional Growth. Massachusetts: A Merloyd Lawrence Book. Johnsen, H. Berit & Skjorten, Education Special Needs Education An Introduction. Oslo: Unipub forlag. Lovaas, O.I Teaching Children through Behavior Management. Boston: Notes from the lecture series. Maurice, C. Green; Luce S.C Behavioral Intervention for Young Children with Autism. Texas: Pro-ed., Autism. Siegel B The World of the Autistic Child. New York: Oxford University Press. Tender J, Birnbauer J Understanding Behavior Basics of Applied Behavior Analysis, Manual. W. Matlin, Margaret, Cognition. New York: Harcourt Brace Publishers. Waterhouse, Stella, A Positive Approach to Autism. London: Jessica Kingsley Publisher. Wolfendale, Sheila, Primary Schools and Special Needs. 2 nd Ed., London: Jessica Kingsley Publisher. 11

IDENTIFIKASI DAN ASESMEN ANAK AUTIS & LAYANAN PENDIDIKANNYA

IDENTIFIKASI DAN ASESMEN ANAK AUTIS & LAYANAN PENDIDIKANNYA IDENTIFIKASI DAN ASESMEN ANAK AUTIS & LAYANAN PENDIDIKANNYA Oleh: H I D A Y A T (Dosen PLB, Psikologi FIP & S 2 PKh UPI) A. Pendahuluan Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Mengingat kalau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya. Setiap orang yang telah terikat dalam sebuah institusi perkawinan pasti ingin dianugerahi seorang anak.

Lebih terperinci

Isian Form 1 INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua)

Isian Form 1 INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua) Isian Form 1 INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua) Petunjuk : Isilah daftar berikut pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi anak yang sebenarnya. Jika ada yang kurang jelas, konsultasikan

Lebih terperinci

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis bukan sesuatu hal yang baru lagi bagi dunia, pun di Indonesia, melainkan suatu permasalahan gangguan perkembangan yang mendalam di seluruh dunia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak autis di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai 35 juta jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang telah menikah pastilah mendambakan hadirnya buah hati di tengah-tengah kehidupan mereka, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

Pedoman Identifikasi Anak Autis. Sukinah jurusan PLB FIP UNY

Pedoman Identifikasi Anak Autis. Sukinah jurusan PLB FIP UNY Pedoman Identifikasi Anak Autis Sukinah jurusan PLB FIP UNY Adanya gangguan dalam berkomunikasi verbal maupun non-verbal Terlambat bicara Tidak ada usaha untuk berkomunikasi Meracau dengan bahasa yang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS. Mohamad Sugiarmin

PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS. Mohamad Sugiarmin PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS Mohamad Sugiarmin Pengantar Perhatian pemerintah dan masyarakat Upaya bantuan Sumber dukungan Tantangan dan Peluang Konsep Anak Autis dan Prevalensi Autism = autisme yaitu nama

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN ANAK AUTIS. Sukinah,M.Pd Staf pengajar Jurusan Pendidikan luar Biasa FIP UNY

PEMBELAJARAN ANAK AUTIS. Sukinah,M.Pd Staf pengajar Jurusan Pendidikan luar Biasa FIP UNY PEMBELAJARAN ANAK AUTIS Sukinah,M.Pd Staf pengajar Jurusan Pendidikan luar Biasa FIP UNY PENGERTIAN Istilah autisme berasal dari kata autos yang berarti sendiri, dan Isme yang berati aliran. Autisme berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan diperkenalkan tahun 1943 oleh seorang psikolog anak di Amerika Serikat bernama Leo Kanner

Lebih terperinci

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme mrpk kelainan seumur hidup. Fakta baru: autisme masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang

Lebih terperinci

Pengembangan Perilaku Adaptif Bagi Anak Autis. M. Sugiarmin

Pengembangan Perilaku Adaptif Bagi Anak Autis. M. Sugiarmin Pengembangan Perilaku Adaptif Bagi Anak Autis M. Sugiarmin PENDAHULUAN 1. Konsep Perilaku 2. Hambatan Perilaku a. Perilaku Berkelebihan (Eksesif) b. Perilaku Berkekurangan(Defisit) 3. Teknik-teknik Pengubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak berkembang dengan kondisi fisik atau mental yang normal. Akan tetapi, sebagian kecil anak mengalami hambatan dalam perkembangannya atau memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang unik, dimana anak selalu bergerak, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, memiliki potensi untuk belajar dan mampu mengekspresikan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fungsi manusia selain sebagai makhluk individu adalah sebagai makhluk sosial. Dengan fungsi tersebut, antara satu individu dengan individu lain

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 Analisis Hasil Data

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 Analisis Hasil Data BAB IV ANALISA DATA 4.1 Analisis Hasil Data Berdasarkan data yang telah didapatkan oleh Penulis jelas bahwa sebagian dari mereka telah bersekolah di sekolah Luar biasa. Baik itu sekolah luar biasa negeri

Lebih terperinci

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya. 2 tersebut dapat disimpulkan bahwa autisme yang terjadi pada anak dapat menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kesulitan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain

Lebih terperinci

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi Autism aritnya hidup sendiri Karakteristik tingkah laku, adanya defisit pada area: 1. Interaksi sosial 2. Komunikasi 3. Tingkah laku berulang dan terbatas A. Adanya gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal terpenting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal terpenting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal terpenting dalam kehidupan yang mana manusia tidak bisa terhindar dari proses komunikasi. Pentingnya proses komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang tuanya. Kehadiran anak diharapkan dan ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan yang terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme merupakan suatu kumpulan gejala (sindrom) yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Penyandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh selama perkembangan sejak dilahirkan dan sesuai keadaan dan tingkatan tahapan perkembangan.

Lebih terperinci

Kata kunci: Anak autis, pengajaran berstruktur, metode TEACCH.

Kata kunci: Anak autis, pengajaran berstruktur, metode TEACCH. PENINGKATAN KEMAMPUAN KOORDINASI MOTORIK ANAK AUTIS MELALUI PENGAJARAN BERSTRUKTUR BERDASARKAN METODE TEACCH (TREATMENT EDUCATION OF AUTISTIC AND RELATED COMMUNICATION HANDICAPPED CHILDREN) Dra. Sri Widati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Autis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Autis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis gangguan perkembangan pervasif anak yang mengakibatkan gangguan keterlambatan pada bidang kognitif,

Lebih terperinci

PENANGANAN LAYANAN PENDIDIKAN ANAK AUTISTIK. Mata Kuliah PENDIDIKAN ANAK AUTIS

PENANGANAN LAYANAN PENDIDIKAN ANAK AUTISTIK. Mata Kuliah PENDIDIKAN ANAK AUTIS PENANGANAN LAYANAN PENDIDIKAN ANAK AUTISTIK Mata Kuliah PENDIDIKAN ANAK AUTIS PROGRAM INTERVENSI DINI Discrete Trial Training (DTT) dari Lovaas (Metode Lovaas) ABA (Applied Behaviour Analysis) TEACCH (Treatment

Lebih terperinci

Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih

Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih Karakteristik Anak Batasan tentang masa anak cukup bervariasi, istilah anak usia dini adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Namun bila dilihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis adalah suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner yang dicirikan dengan ekspresi wajah yang kosong

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai nampak

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai nampak BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis adalah gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai nampak sebelum anak berusia 3 tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Perilaku yang kita ketahui, baik pengalaman kita sendiri ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat mempunyai kelompok-kelompok sosial maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya mengadakan hubungan kerjasama yaitu melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak dijumpai berbagai macam gangguan psikologis yang terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention Deficit Disorder) atau yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH Pendahuluan Pada hakikatnya, anak manusia, ketika dilahirkan telah dibekali dengan bermacam-macam potensi yakni kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang

Lebih terperinci

I. FLOOR TIME: Intervensi Perkembangan yang Terintegrasi

I. FLOOR TIME: Intervensi Perkembangan yang Terintegrasi 1 I. FLOOR TIME: Intervensi Perkembangan yang Terintegrasi oleh: Fridiawati Sulungbudi, Psikolog Anak Intervensi Perkembangan yang Terintegrasi DIR Model: Developmental, Individual-difference, Relationship-based

Lebih terperinci

Modul Pengajaran Terstruktur Dengan Metode TEACCH (Treatment and. Education of Autistic and Related Communication Handicapped Children).

Modul Pengajaran Terstruktur Dengan Metode TEACCH (Treatment and. Education of Autistic and Related Communication Handicapped Children). Modul Pengajaran Terstruktur Dengan Metode TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related Communication Handicapped Children). Oleh: Dra. Ehan A. Tujuan Instruksional Khusus 1. Agar mahasiswa

Lebih terperinci

Hayyan Ahmad Ulul Albab

Hayyan Ahmad Ulul Albab PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI SISWA AUTIS (STUDI KASUS DI SMA GALUH HANDAYANI SURABAYA) Hayyan Ahmad Ulul Albab I Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar untuk mencerdaskan masyarakat

Lebih terperinci

Masalah Tingkah Laku Anak Berkebutuhan Khusus. Mohamad Sugiarmin

Masalah Tingkah Laku Anak Berkebutuhan Khusus. Mohamad Sugiarmin Masalah Tingkah Laku Anak Berkebutuhan Khusus Mohamad Sugiarmin Apakah tingkah laku itu? Secara umum sesuatu yang dikatakan atau dilakukan seseorang Contoh: Mata Asbun berwarna merah Asbun sering mengedipkan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN ANAK AUTIS MENYERAP INFORMASI MELALUI PROSES BELAJAR DI SEKOLAH INKLUSI

KEMAMPUAN ANAK AUTIS MENYERAP INFORMASI MELALUI PROSES BELAJAR DI SEKOLAH INKLUSI 1 KEMAMPUAN ANAK AUTIS MENYERAP INFORMASI MELALUI PROSES BELAJAR DI SEKOLAH INKLUSI Fitri Mutia 1 Abstracts Since the autism symptom was found in 1943, the number of children who had this symptom shown

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme merupakan fenomena yang masih menyimpan banyak rahasia walaupun telah diteliti lebih dari 60 tahun yang lalu. Sampai saat ini belum dapat ditemukan penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, seorang bayi mulai bisa berinteraksi dengan ibunya pada usia 3-4 bulan. Bila ibu merangsang

Lebih terperinci

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1 POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi Disusun Oleh : YULI TRI ASTUTI F 100 030

Lebih terperinci

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER) TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh

Lebih terperinci

II. Deskripsi Kondisi Anak

II. Deskripsi Kondisi Anak I. Kondisi Anak 1. Apakah Anak Ibu/ Bapak termasuk mengalami kelainan : a. Tunanetra b. Tunarungu c. Tunagrahita d. Tunadaksa e. Tunalaras f. Tunaganda g. Kesulitan belajar h. Autisme i. Gangguan perhatian

Lebih terperinci

KIAT PRAKTIS Mempersiapkan & Membantu Anak Autis Mengikuti Pendidikan di Sekolah Umum. oleh Dra. Dyah Puspita *)

KIAT PRAKTIS Mempersiapkan & Membantu Anak Autis Mengikuti Pendidikan di Sekolah Umum. oleh Dra. Dyah Puspita *) KIAT PRAKTIS Mempersiapkan & Membantu Anak Autis Mengikuti Pendidikan di Sekolah Umum oleh Dra. Dyah Puspita *) Pendidikan adalah kunci masa depan setiap individu, apalagi bila ia termasuk penyandang autisme.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sementara berbahasa adalah proses penyampaian

Lebih terperinci

Ternyata Dimas Autis. Berawal dari Kontak Mata 1

Ternyata Dimas Autis. Berawal dari Kontak Mata 1 Ternyata Dimas Autis Berawal dari Kontak Mata 1 Kenali Autisme Menghadapi kenyaataan Dimas autis, saya banyak belajar tentang autisme. Tak kenal maka tak sayang, demikian kata pepatah. Tak kenal maka ta

Lebih terperinci

BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS

BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS 2.1 Definisi Informasi Informasi adalah ilmu pengetahuan yang didapatkan dari hasil belajar, pengalaman, atau instruksi. Namun informasi memiliki banyak arti bergantung

Lebih terperinci

SEKOLAH IDEAL. Oleh: Damar Kristianto

SEKOLAH IDEAL. Oleh: Damar Kristianto 1 SEKOLAH IDEAL Oleh: Damar Kristianto Berbicara mengenai Sekolah Ideal, dalam sharing ini saya ingin membicarakan mengenai pandangan saya seperti apa sekolah umum (inklusi) dalam menyelenggarakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Salah satu keterampilan yang penting dan harus dikuasai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI 1 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI Pendahuluan Guru-guru pendidikan jasmani (penjas) sudah mengetahui dan menyadari sepenuhnya bahwa aktivitas jasmani di samping mengembangkan aspek

Lebih terperinci

Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya. Materi Penyuluhan

Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya. Materi Penyuluhan Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya Materi Penyuluhan Disajikan pada Penyuluhan Guru-guru SD Citepus 1-5 Kecamatan Cicendo, Kota Bandung Dalam Program Pengabdian Masyarakat Dosen Jurusan PLB, FIP,

Lebih terperinci

SEKSUALITAS pada individu autis remaja Dra. Dyah Puspita *)

SEKSUALITAS pada individu autis remaja Dra. Dyah Puspita *) SEKSUALITAS pada individu autis remaja Dra. Dyah Puspita *) [dimuat disitus ini seijin Ibu Dyah Puspita] Sebagai masyarakat timur, seringkali kita merasa sungkan membicarakan masalah seksualitas. Apalagi

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERILAKU BAGI ANAK AUTIS *)

MODIFIKASI PERILAKU BAGI ANAK AUTIS *) MODIFIKASI PERILAKU BAGI ANAK AUTIS *) Oleh Edi Purwanta Staf Pengajar PLB FIP UNY Hakikat pembelajaran tidak lain adalah upaya mengubah perilaku. Perilaku yang diharapkan merupakan tujuan utama dari proses

Lebih terperinci

ASESMEN PENGAJARAN PENJASKES BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

ASESMEN PENGAJARAN PENJASKES BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ASESMEN PENGAJARAN PENJASKES BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS A. Asesmen Asesmen adalah suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan anak. Hasil keputusan

Lebih terperinci

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Melalui komunikasi individu akan merasakan kepuasan, kesenangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan. Bahkan di dalam Undang-Undang Dasar Negara di sebutkan bahwa setiap warga Negara berhak dan wajib mendapat pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis merupakan gangguan perkembangan yang menghambat berbagai aspek dalam kehidupan anak dengan gangguan autis. Anak autis rata-rata mengalami gangguan perkembangan

Lebih terperinci

Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar. Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009

Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar. Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009 Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009 Pengantar Variasi potensi dan masalah yang terdapat pada ABK Pemahaman yang beragam tentang ABK Koordinasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Analisis data merupakan bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna untuk mengkaji data yang telah diperoleh peneliti dari para informan maupun pengamatan

Lebih terperinci

Daftar Cek Perkembangan Bahasa (Instrumen Asesmen Bahasa Anak Tunagrahita) Diadaptasikan oleh Didi Tarsidi

Daftar Cek Perkembangan Bahasa (Instrumen Asesmen Bahasa Anak Tunagrahita) Diadaptasikan oleh Didi Tarsidi Daftar Cek Perkembangan Bahasa (Instrumen Asesmen Bahasa Anak Tunagrahita) Diadaptasikan oleh Didi Tarsidi Daftar cek perkembangan bahasa di bawah ini diadaptasikan dari The Development Checklist, bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan suatu karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu menginginkan anaknya berkembang menjadi

Lebih terperinci

Konsep-konsep Modifikasi Perilaku. Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi

Konsep-konsep Modifikasi Perilaku. Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi Konsep-konsep Modifikasi Perilaku Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi POKOK BAHASAN 1. Dasar Pemikiran 2. Definisi Modifikasi Perilaku 3. Perilaku 4. Pendekatan behavioristik 5. Prinsip dasar Modifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia jumlah anak berkebutuhan khusus semakin mengalami peningkatan, beberapa tahun belakangan ini istilah anak berkebutuhan khusus semakin sering terdengar

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN PARTISIPASI DALAM DESAIN INTERIOR RUANG TERAPI PERILAKU ANAK AUTIS

KONSEP DESAIN PARTISIPASI DALAM DESAIN INTERIOR RUANG TERAPI PERILAKU ANAK AUTIS KONSEP DESAIN PARTISIPASI DALAM DESAIN INTERIOR RUANG TERAPI PERILAKU ANAK AUTIS Sriti Mayang Sari Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya Email: sriti@petra.ac.id

Lebih terperinci

[SEKOLAH KHUSUS AUTIS DI YOGYAKARTA]

[SEKOLAH KHUSUS AUTIS DI YOGYAKARTA] BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Autisme Dalam Masyarakat Autis bukanlah penyakit menular tetapi merupakan kumpulan gejala klinis atau sindrom kelainan pertumbuhan anak ( pervasive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua orang tua pasti mengharapkan memiliki anak yang sehat baik fisik maupun mental dan menjadi anak yang baik dan menjadi kebanggaan keluarga. Namun pada kenyataannya,

Lebih terperinci

Pedologi. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder Kesulitan Belajar. Yenny, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder Kesulitan Belajar. Yenny, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Attention-Deficit Hyperactivity Disorder Kesulitan Belajar Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Gangguan attention-deficit hyperactivity

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada anak autis perilaku tantrum sering muncul sebagai problem penyerta kerena ketidakstabilan emosinya, banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah

Lebih terperinci

INTERVENSI DINI (EARLY INTERVENTION) ANAK MDVI (MULTIPLE DISABILITY VISUALY IMPAIRMENT) Sukinah

INTERVENSI DINI (EARLY INTERVENTION) ANAK MDVI (MULTIPLE DISABILITY VISUALY IMPAIRMENT) Sukinah INTERVENSI DINI (EARLY INTERVENTION) ANAK MDVI (MULTIPLE DISABILITY VISUALY IMPAIRMENT) Sukinah Apa yang kita lakukan? BAGAIMANA CARANYA Melalui asesmen : PAVII (Parents and Visually Impairment Infants)

Lebih terperinci

PENDIDIKAN MUSIK UNTUK ANAK AUTIS

PENDIDIKAN MUSIK UNTUK ANAK AUTIS PENDIDIKAN MUSIK UNTUK ANAK AUTIS oleh: Rr. Maha Kalyana Mitta Anggoro Mahasiswa Jurusan Sendratasik FBS UNESA ABSTRAK Anak-anak dengan kebutuhan khusus dewasa ini masih belum mendapatkan perhatian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sesungguhnya bersifat terbuka, demokratis, tidak diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam konteks pendidikan untuk

Lebih terperinci

PENDIDIKAN INKLUSIF. Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

PENDIDIKAN INKLUSIF. Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia PENDIDIKAN INKLUSIF Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Seperti sebuah lagu yang baru saja diluncurkan, pendidikan inklusif mendapat sambutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap orang tua menginginkan anaknya lahir secara sehat sesuai dengan pertumbuhannya. Akan tetapi pola asuh orang tua yang menjadikan pertumbuhan anak tersebut dapat

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dipandang sebagai proses yang dinamis yang dipengaruhi oleh sifat bakat seseorang dan pengaruh lingkungan dalam menentukan tingkah laku apa yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Autisme, Desain Buku. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Autisme, Desain Buku. Universitas Kristen Maranatha v i ABSTRAK Dunia kesehatan anak sangatlah luas dan mungkin masih belum banyak wawasan orang tua terhadapnya, salah satunya kelainan perkembangan anak yaitu autisme. Autisme seringkali terluput dari pantauan

Lebih terperinci

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik)

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik) Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik) Oleh Kartika Panggabean Drs. T.R. Pangaribuan, M.Pd. ABSTRAK Anak Autisme merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi berbagai aspek kehidupan (Pervasive Developmental Disorder) yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi berbagai aspek kehidupan (Pervasive Developmental Disorder) yang sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan yang meluas, meliputi berbagai aspek kehidupan (Pervasive Developmental Disorder) yang sudah ditemukan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Musik Dalam Kehidupan Sehari-Hari 1. Definisi Musik Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara di urutan, kombinasi, dan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di mana-mana. Hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan autisme semakin lama semakin meningkat. Namun,

Lebih terperinci

2014 PENGGUNAAN TEKNIK BEHAVIOR CONTRACT

2014 PENGGUNAAN TEKNIK BEHAVIOR CONTRACT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan suatu bentuk perbuatan atau aktivitas yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya sehari-hari baik yang dapat diamati secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dalam hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap tahapan mempunyai ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat merubah suatu pola pikir ataupun tingkah laku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Anak berkebutuhan khusus, TK, pelayanan

ABSTRAK. Kata Kunci : Anak berkebutuhan khusus, TK, pelayanan WORKSHOP PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN YANG DIINDIVIDUALKAN BAGI GURU DALAM PELAYANAN PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI TK SAWITRI, KOMPLEK UNJ DUREN SAWIT Suprihatin Jurusan Pendidikan Luar

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Lina Widya Hanapy NIM

SKRIPSI. Oleh Lina Widya Hanapy NIM PENGGUNAAN METODE LOVAAS / APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA) DALAM PENATALAKSANAAN PERILAKU ANAK AUTIS KELAS DASAR DI SLB PENYELENGGARA PENDIDIKAN AUTIS DI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilatarbelakangi munculnya fenomena anak autis yang menempuh pendidikan di lembaga pendidikan umum selayaknya anak normal atau bahkan banyak dari

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Kehidupan manusia melalui beberapa tahap perkembangan yang dimulai

BABl PENDAHULUAN. Kehidupan manusia melalui beberapa tahap perkembangan yang dimulai BABl PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia melalui beberapa tahap perkembangan yang dimulai dari masa pra lahir, masa bayi, masa awal anak-anak, pertengahan masa anakanak dan akhir

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Uji signifikansi

HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Uji signifikansi HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Validitas alat ukur dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu taraf sejauh mana isi atau item item alat ukur dianggap dapat mengukur hal hal yang

Lebih terperinci

B.01 PELATIHAN SOCIAL STORIES UNTUK MEMBENTUK PERILAKU ALTRUISME ANAK USIA DINI BAGI GURU PAUD

B.01 PELATIHAN SOCIAL STORIES UNTUK MEMBENTUK PERILAKU ALTRUISME ANAK USIA DINI BAGI GURU PAUD B.01 PELATIHAN SOCIAL STORIES UNTUK MEMBENTUK PERILAKU ALTRUISME ANAK USIA DINI BAGI GURU PAUD Listyo Yuwanto Fakultas Psikologi Universitas Surabaya miauw_99@yahoo.co.id Abstraksi. Pendidikan karakter

Lebih terperinci

PENANGANAN ANAK BERMASALAH DENGAN KASIH SAYANG

PENANGANAN ANAK BERMASALAH DENGAN KASIH SAYANG PENANGANAN ANAK BERMASALAH DENGAN KASIH SAYANG Kita sering mendengar kasus anak-anak yang memiliki masalah di sekolah dan di rumah,seperti suka mencuri, suka berkelahi, mengganggu orang lain, suka berbohong,

Lebih terperinci