BAB II LANDASAN TEORI. dipengaruhi oleh tiga faktor diantaranya biaya, harga jual, dan volume penjualan. Ketiga
|
|
- Lanny Darmadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengertian Biaya Dan Beban Setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan utama yaitu memperoleh laba. Laba dipengaruhi oleh tiga faktor diantaranya biaya, harga jual, dan volume penjualan. Ketiga faktor tersebut tidak boleh terpisah-pisah karena mempunyai hubungan yang saling berkaitan. Biaya menentukan harga jual, harga jual mempengaruhi volume penjualan, volume penjualan mempengaruhi volume produksi, dan volume produksi mempengaruhi biaya. Oleh karena itu, biaya merupakan salah satu faktor penting untuk memperoleh laba. Biaya sering didefinisikan sama dengan beban, namun biaya dan beban adalah dua hal yang mempunyai pengertian yang berbeda. II.1.1. Pengertian Biaya Berikut ini pengertian biaya menurut beberapa para ahli : Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista. (2006:29) menyatakan Akuntan telah mendefinisikan biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Horngren, Datar, Foster yang diterjemahkan oleh Adhariani, D. (2005:34) memberikan definisi sebagai berikut : Akuntan mendefinsikan biaya (cost) sebagai suatu sumber daya yang dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara itu, Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Fitriasari,D dan Kwary, D.A. (2006:40) mendefinisikan Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang 9
2 dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi. Jadi, biaya dapat didefinisikan sebagai suatu pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang memberikan manfaat baik di masa kini maupun di masa yang akan datang. II.1.2. Pengertian Beban Berikut ini definisi beban menurut beberapa para ahli sebagai berikut : Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista. (2006:30) menjelaskan beban dengan pengertian sebagai berikut : Tetapi,beban dapat didefinisikan sebagai aliran keluar terukur dari barang atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba, atau sebagai : penurunan dalam aktiva bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomis dalam menciptakan pendapatan atau pengenaan pajak oleh badan pemerintah. Beban diukur dengan nilai penurunan dalam aktiva atau peningkatan dalam utang yang berkaitan dengan produksi atau penyerahan barang dan jasa beban dalam arti luas termasuk semua biaya yang sudah habis masa berlakunya yang dapat dikurangkan dari pendapatan. Sementara itu, Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Fitriasari,D dan Kwary, D.A. (2006:41) menyatakan Biaya yang kedaluwarsa disebut beban. Jadi, beban dapat didefinisikan sebagai biaya yang sudah kedaluwarsa atau habis masa berlakunya serta tidak memberikan manfaat. II.2. Klasifikasi Biaya Klasifikasi biaya berguna untuk membuat ikhtisar yang berarti atas data biaya. Biaya dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara yaitu : 10
3 II.2.1. Biaya Dalam Hubungannya Dengan Produk Klasifikasi biaya dalam hubungannya dengan produk dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya manufaktur dan biaya komersial. II Biaya Manufaktur Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista. (2006:40) menyatakan Biaya manufaktur-juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik-biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. 1. Bahan Baku Langsung Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista. (2006:40) mendefinisikan Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Simamora, Henry (2002:42) menyatakan Bahan baku langsung (direct material) adalah bahan baku yang menjadi bagian integral produk jadi perusahaan dan dapat ditelusuri dengan mudah. Sementara itu, Garisson, Noreen, dan Brewer (2006:51) yang diterjemahkan oleh Hinduan, N. (2006:51), mendefinsikan Bahan langsung (direct material) adalah bahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari produk jadi, dan dapat ditelusuri secara fisik dan mudah ke produk tersebut. Jadi, bahan baku langsung dapat didefinisikan sebagai biaya utama dalam proses produksi yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari produk jadi serta dapat ditelusuri dengan mudah ke produk. Contoh : gandum untuk membuat tepung terigu, kertas untuk membuat buku. 11
4 2. Tenaga Kerja Langsung Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista. (2006:40) mendefinisikan Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. Simamora, Henry (2002:43) menyatakan Biaya tenaga kerja langsung (direct labor) adalah biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara fisik ke dalam pembuatan produk, dan bisa pula ditelusuri dengan mudah atau tanpa memakan banyak biaya. Sementara itu, Garrison, Noreen, dan Brewer yang diterjemahkan oleh Hinduan,N. (2006:51) mendefinisikan Tenaga kerja langsung (direct labor) digunakan untuk biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi. Jadi, tenaga kerja langsung dapat didefinisikan sebagai biaya tenaga kerja yang dikeluarkan mulai dari bahan baku sampai menghasilkan produk jadi serta dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi. Contoh : biaya tenaga kerja yang membuat tepung terigu, biaya tenaga kerja yang membuat buku. 3. Overhead Pabrik Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista. (2006:41) memberikan definisi overhead pabrik sebagai berikut : Overhead pabrik-juga disebut overhead manufaktur, beban manufaktur, atau beban pabrik-terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Simamora, Henry (2002:43) menyatakan Biaya overhead pabrikasi (manufacturing overhead cost) meliputi semua biaya pabrikasi selain biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Sementara itu, Garrison, Noreen, dan Brewer yang diterjemahkan oleh Hinduan,N.(2006:52) mendefinisikan Overhead pabrik (manufacturing overhead)- 12
5 elemen ketiga biaya produksi-mencakup seluruh biaya produksi yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Jadi, overhead pabrik dapat didefinisikan sebagai biaya yang tidak termasuk dalam bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung serta tidak dapat ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Contoh : biaya penyusutan mesin, biaya sewa gedung. II Beban Komersial Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista. (2006:43) mendefinisikan Beban komersial terdiri atas dua klasifikasi besar: beban pemasaran dan beban administratif (juga disebut beban umum dan administratif). 1. Beban Pemasaran Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista. (2006:43) menyatakan Beban pemasaran mulai dari titik dimana biaya manufaktur berakhir. Yaitu, ketika proses manufaktur selesai dan produk ada dalam kondisi siap dijual. Simamora, Henry (2002:44) mendefinisikan Biaya pemasaran (marketing cost) meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pesanan pelanggan dan menyerahkan produk jadi atau jasa ke tangan pelanggan. Sementara itu, Garrison, Noreen, dan Brewer yang diterjemahkan oleh Hinduan, N. (2006:52) menyatakan Biaya pemasaran atau penjualan meliputi semua biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen. Jadi, beban pemasaran dapat didefinisikan sebagai beban yang dikeluarkan dalam memasarkan produk jadi untuk mendapatkan dan menyerahkan pesanan kepada konsumen. Contoh : komisi penjualan, beban iklan, beban pemasaran. 13
6 2. Beban Administratif Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista. (2006:43) mendefinisikan Beban administratif termasuk beban yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Simamora, Henry (2002:44) menyatakan Biaya umum dan administratif (general and administrative cost) meliputi semua biaya klerikal, organisasional, dan eksekutif yang tidak dapat dimasukkan secara logis kedalam biaya pemasaran ataupun biaya produksi. Sementara itu, Garrison, Noreen, dan Brewer yang diterjemahkan oleh Hinduan,N. (2006:53) mendefinisikan Biaya administrasi meliputi pengeluaran eksekutif, organisasional, dan klerikal yang berkaitan dengan manajemen umum organisasi. Jadi, beban administratif dapat didefinisikan sebagai beban yang dikeluarkan untuk keperluan eksekutif, organisasional, dan klerikal dalam mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Contoh : gaji bagian administrasi, gaji eksekutif, humas. II.2.2. Biaya Dalam Hubungannya Dengan Perilaku Biaya Biaya dalam hubungannya dengan perilaku biaya dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu biaya variabel, biaya tetap, dan biaya semi variabel. II Biaya Variabel Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista. (2006:59) menyatakan Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. 14
7 Simamora, Henry (2002:152) mendefinisikan Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlah keseluruhannya berubah sebanding dengan perubahan tingkat aktivitas bisnis. Sementara itu, Garrison, Noreen, dan Brewer yang diterjemahkan oleh Hinduan,N. (2006:66) menyatakan Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan perubahan aktivitas. Jadi, biaya variabel dapat didefinisikan sebagai biaya yang secara keseluruhan berubah seiring dengan perubahan aktivitas. Contoh : biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya variabel per unit Jumlah biaya variabel Biaya per unit Jumlah biaya Tingkat aktivitas (unit) Tingkat aktivitas (unit) Gambar 2.1 Grafik Biaya Variabel II Biaya Tetap Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista. (2006:58) menyatakan Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun. Simamora, Henry (2002:147) mendefinisikan Biaya Tetap (fixed costs) adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah (konstan), terlepas dari perubahan tingkat aktivitas dalam kisaran relevan (relevant range) tertentu. 15
8 Sementara itu, Garrison, Noreen, dan Brewer yang diterjemahkan oleh Hinduan, N. (2006:67) menyatakan Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas. Jadi, biaya tetap dapat didefinisikan sebagai biaya yang secara keseluruhan tetap seiring dengan perubahan aktivitas dalam rentang relevan tertentu. Contoh : biaya sewa, biaya penyusutan, biaya asuransi. Biaya tetap per unit Jumlah biaya tetap Biaya per unit Jumlah biaya Tingkat aktivitas (unit) Tingkat aktivitas (unit) Gambar 2.2 Grafik Biaya Tetap II Biaya Semivariabel Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista. (2006:60) menyatakan Biaya semivariabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik karakteristikkarakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel. Simamora, Henry (2002:156) mendefinisikan Biaya campuran (mixed cost) adalah biaya yang mengandung unsur-unsur biaya variabel dan tetap. Sementara itu, Garrison, Noreen, dan Brewer yang diterjemahkan oleh Hinduan,N. (2006:270) menyatakan Biaya semivariabel (mixed cost) adalah biaya yang terdiri atas elemen biaya variabel maupun biaya tetap. 16
9 Jadi, biaya semivariabel dapat didefinisikan sebagai biaya yang mempunyai unsur biaya tetap dan biaya variabel. Contoh : biaya listrik, biaya air, biaya pemeliharaan. B i a y a Biaya variabel Biaya tetap Unit yang diproduksi Gambar 2.3 Grafik Biaya Semivariabel II.2.3. Biaya Untuk Pembebanan Biaya Ke Objek Biaya Biaya untuk pembebanan biaya ke objek biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. II Biaya Langsung Simamora, Henry (2002:53) menyatakan Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dapat ditelusuri kepada sebuah obyek biaya. Sementara itu, Garison, Noreen, dan Brewer yang diterjemahkan oleh Hinduan,N. (2006:69) mendefinisikan Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dapat dengan mudah ditelusuri ke objek biaya yang bersangkutan. Jadi, biaya langsung dapat didefinisikan sebagai biaya yang dengan mudah dapat ditelusuri ke obyek biaya. Contoh : bahan baku langsung, tenaga kerja langsung. II Biaya Tidak Langsung Simamora, Henry (2002:54) menyatakan Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya bersama terhadap beberapa obyek biaya sehingga tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada obyek biaya tertentu. 17
10 Sementara itu, Garison, Noreen, dan Brewer yang diterjemahkan oleh Hinduan,N. (2006:69) mendefinisikan Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri dengan mudah ke objek biaya yang bersangkutan. Jadi, biaya tidak langsung dapat didefinisikan sebagai biaya yang tidak mudah ditelusuri ke obyek biaya tertentu. Contoh : gaji satpam pabrik, gaji manager pabrik. II.3. Metode Pemisahan Biaya Semivariabel Menjadi Biaya Tetap dan Biaya Variabel Mengacu pada pendapat Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006), terdapat tiga metode untuk memisahkan biaya semivariabel menjadi biaya variabel dan biaya tetap yaitu metode tinggi-rendah, metode scattergraph, dan metode kuadrat terkecil. II.3.1. Metode Tinggi-Rendah (High-Low Method) Dalam metode ini, elemen tetap dan elemen variabel dari suatu biaya dihitung menggunakkan dua titik data. Titik data dipilih berdasarkan aktivitas tertinggi dan aktivitas terendah. Metode tinggi-rendah bersifat sederhana namun bisa menghasilkan estimasi biaya tetap dan biaya variabel yang bias karena hanya menggunakkan dua titik data yang mengakibatkan estimasi total biaya berdasarkan biaya tetap dan biaya variabel yang dihitung menjadi kurang akurat dibandingkan metode lain yang menggunakkan banyak data. 18
11 Berikut ini contoh perhitungan dengan menggunakkan metode tinggi-rendah: Tabel 2.1 Data Biaya Listrik Dan Jam Tenaga Kerja Langsung Bulan Biaya Listrik Jam Tenaga Kerja Langsung Januari Rp Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rp Rata-rata per bulan Rp Berdasarkan data di atas, maka perhitungan untuk mencari biaya variabel dan biaya tetap dengan metode tinggi-rendah sebagai berikut : a. Langkah pertama yaitu menentukan biaya dan tingkat aktivitas tertinggi dan terendah sebagai berikut : Tingkat aktivitas : Tertinggi jam tenaga kerja langsung Biaya : Tertinggi Rp 680 Terendah jam tenaga kerja langsung Terendah Rp
12 b. Langkah kedua yaitu menentukan tarif biaya variabel sebagai berikut : Tarif biaya variabel = Selisih biaya Selisih aktivitas = Rp jam tenaga kerja langsung = Rp 0,00818 per jam tenaga kerja langsung c. Langkah ketiga yaitu menentukan biaya tetap sebagai berikut : Biaya tetap = Total biaya Biaya variabel, dengan perhitungan sebagai berikut : Biaya tetap = Rp $ 393* = Rp 287 ( Aktivitas tertinggi ) atau, Biaya tetap = Rp $ 213** = Rp 287 ( Aktivitas terendah ) *(Rp 0,00818 x jam) **(Rp 0,00818 x jam) Jadi, dengan menggunakkan metode tinggi-rendah diperoleh biaya variabel sebesar Rp 0,00818 per jam tenaga kerja langsung dan biaya tetap sebesar Rp 287 per bulan. II.3.2. Metode Scattergraph (Scattergraph Method) Dalam metode ini, terdapat variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen mengenai data biaya dan diplot di garis vertikal atau sumbu y sedangkan variabel independen mengenai tingkat aktivitas dan diplot di garis horizontal atau sumbu x. Penggunaan metode scattergraph merupakan kemajuan dari metode tinggi-rendah karena bukan hanya menggunakkan dua titik data serta memungkinkan inspeksi data secara visual untuk menentukan apakah biaya tersebut tampak terkait dengan aktivitas dan apakah hubungannya mendekati linear. Namun, metode ini bisa saja menjadi bias karena garis biaya yang digambar melalui plot data berdasarkan pada interpretasi visual. 20
13 Berikut ini, contoh perhitungan dengan menggunakkan metode scattergraph : Gambar 2.4 Grafik Metode Scattergraph Berdasarkan data dan grafik di atas, maka perhitungan untuk mencari biaya variabel dan biaya tetap dengan metode scattergraph yaitu : a. Langkah pertama yaitu menentukan biaya tetap dengan melihat garis regresi yang memotong sumbu Y. Garis regresi yang memotong sumbu Y terletak pada Rp 440. b. Langkah kedua yaitu menentukan biaya variabel sebagai berikut : Total rata-rata biaya listrik (Rp 6.840/12) Rp 570,00 Total biaya tetap Rp 440,00 Total biaya variabel Rp 130,00 Biaya variabel per jam tenaga kerja langsung = Total biaya variabel Total rata-rata jam tenaga kerja langsung = Rp jam = Rp 0,0037/jam tenaga kerja langsung Jadi, dengan menggunakkan metode scattergraph diperoleh biaya variabel sebesar Rp 0,0037 per jam tenaga kerja langsung dan biaya tetap sebesar Rp 440 per bulan. 21
14 II.3.3. Metode Kuadrat Terkecil (Least Squares Method) Metode ini kadang-kadang disebut analisis regresi. Metode ini memberikan tingkat objektivitas yang tinggi dalam analisis karena menentukan secara matematis garis yang paling sesuai melalui sekelompok titik. Metode ini dapat dihitung dengan rumus : b = dan Keterangan : a = biaya tetap b = biaya variabel xi = tingkat aktivitas = tingkat aktivitas rata-rata yi = biaya = biaya rata-rata Berikut ini, contoh perhitungan dengan menggunakkan metode least squares : Table 2.2. Perhitungan Metode Kuadrat Terkecil (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) ( - ) ( - ) ( - ) 2 ( - ) ( - ) ( - ) 2 Selisih Selisih dari Jam Dari Biaya Rata- Tenaga Rata-rata rata Bulan Listrik Biaya Rp570 Kerja Langsung jam (4)Dikuadratkan (4) x (2) (2) dikuadratka n Januari (1.000) (70.000) Februari (5.000) ( ) Maret (1.000) (50.000) April Mei 500 (70) ( ) Juni 530 (40) (3.000) Juli 500 (70) (9.000) Agustus 500 (70) (9.000) September 530 (40) (4.000) Oktober 550 (20) November
15 Desember Total Rp = total biaya listrik / 12 = / 12 = Rp 570 = total jam tenaga kerja langsung / 12 = /12 = Berdasarkan data di atas, maka perhitungan untuk mencari biaya variabel dan biaya tetap dengan metode kuadrat terkecil sebagai berikut : a. Langkah pertama yaitu menentukan tarif variabel untuk biaya listrik (b) sebagai berikut : b = b = Total Kolom 6 Total Kolom 5 b = Rp b = Rp 0,0044 per jam tenaga kerja langsung b. Langkah kedua yaitu menentukan biaya tetap (a) sebagai berikut : Rp 570 = a + (Rp 0,0044) (35.000) Rp 570 = a + Rp 154 a = Rp 416 Jadi, dengan metode kuadrat terkecil diperoleh biaya variabel adalah Rp 0,0044 per jam tenaga kerja langsung dan biaya tetap sebesar Rp 416 per bulan. II.4. Format Laporan Laba Rugi 23
16 Laporan laba rugi menyediakan informasi mengenai penjualan, biaya, serta laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Mengacu pada pendapat Garrison, Noreen, dan Brewer yang diterjemahkan oleh Hinduan,N (2006), format laporan laba rugi dapat dibuat dengan pendekatan tradisional dan pendekatan kontribusi. II.4.1. Pendekatan Tradisional Pendekatan tradisional yaitu laporan laba rugi yang disusun berdasarkan format fungsional dengan klasifikasi biaya atas fungsi produksi, administrasi, dan penjualan. Pendekatan tradisional tidak disusun berdasarkan perilaku biaya dan dibutuhkan untuk keperluan tujuan pelaporan ekternal perusahaan. Kelemahan pendekatan tradisional yaitu data biaya tidak dapat digunakan untuk keperluan tujuan pelaporan internal perusahaan karena manajemen membutuhkan data biaya yang disusun dengan pendekatan kontribusi untuk perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan. Format laporan laba rugi pendekatan tradisional : Penjualan Harga pokok penjualan Laba kotor xxx (xxx) xxx Biaya : - Biaya penjualan xxx - Biaya administrasi xxx (xxx) Laba bersih xxx II.4.2. Pendekatan Kontribusi Pendekatan kontribusi yaitu laporan laba rugi berdasarkan perilaku biaya yang membagi biaya ke dalam kelompok biaya tetap dan biaya variabel. Pendekatan ini digunakan untuk perencanaan internal dan pengambilan keputusan. Pendekatan ini dapat 24
17 digunakan untuk melakukan analisis biaya-volume-laba. Selain itu, pendekatan ini juga dapat digunakan untuk menilai kinerja manajemen, laporan per segmen, pengganggaran, analisis lini produk, penentuan harga, menggunakkan sumber daya yang terbatas, serta analisis membuat atau membeli. Format laporan laba rugi pendekatan kontribusi : Penjualan xxx Biaya variabel : - Produksi variabel xxx - Penjualan variabel xxx - Administrasi variabel xxx (xxx) Margin kontribusi xxx Biaya tetap : - Produksi tetap xxx - Penjualan tetap xxx - Administrasi tetap xxx (xxx) Laba bersih xxx II.5. Analisis Biaya-Volume-Laba Manajemen mempunyai kewajiban untuk mengelola keberlangsungan perusahaan baik di masa kini maupun di masa yang akan datang. Manajemen dikatakan berhasil mengelola perusahaan dapat dilihat dari laba yang diperoleh. Laba dapat dicapai apabila perusahaan dapat melakukan perencanaan laba dengan tepat. Salah satu strategi perencanaan laba yang dapat digunakan oleh perusahaan yaitu analisis biaya-volumelaba. 25
18 II.5.1. Pengertian Analisis Biaya-Volume-Laba Berikut ini pengertian analisis biaya-volume-laba menurut beberapa para ahli sebagai berikut : Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista.(2005:256) menyatakan Analisis biaya-volume-laba (cost-volume-profit analysis) merupakan alat perencanaan jangka pendek yang menggunakkan perhitungan biaya langsung untuk menganalisis hubungan antara biaya, laba, bauran produk, dan volume penjualan Simamora, Henry (2002:178) memberikan definisi Analisis biaya-volumelaba (cost-volume-profit analysis) adalah analisis pola perilaku biaya yang mendasari hubungan antara biaya, volume, dan laba. Jiambalvo, James (2004:123) menyatakan Basically, C-V-P analysis is any analysis that explores the relation among costs, volume, or activity levels, and profit. Artinya pada dasarnya, analisis CVP yaitu analisis yang membahas hubungan antara biaya, volume atau tingkat aktivitas, dan laba. Sementara itu, Hilton, R.W. (2002 :320) memberikan definisi sebagai berikut : Cost-volume-profit (CVP) analysis is a study of the relationships between sales volume, expenses, revenue, and profit. Artinya analisis biaya-volume-laba (CVP) adalah studi tentang hubungan antara volume penjualan, biaya, pendapatan, dan laba. Jadi, analisis biaya-volume-laba dapat didefinisikan sebagai analisis perencanaan laba jangka pendek yang menunjukkan hubungan antara biaya, volume atau bauran produk, dan laba. II.5.2. Tujuan Analisis Biaya-Volume-Laba 26
19 Tujuan analisis biaya-volume-laba sebagai berikut : Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista. (2005:273) menyatakan Tujuan CVP adalah untuk menentukan volume penjualan dan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai target laba (laba sama dengan nol dalam kasus analisis titik impas). Drury, Colin (2003:199) menyatakan This objective of CVP analysis is to establish what will happen to the financial results if a specified level of activity or volume fluctuates. Artinya tujuan analisis CVP untuk menentukan apa yang terjadi pada hasil keuangan jika tingkat aktivitas atau volume berubah. Jadi, tujuan analisis biaya-volume-laba untuk menganalisis volume penjualan dan bauran produk untuk mencapai tingkat laba yang diharapkan bagi perusahaan. II.5.3. Asumsi- Asumsi Dalam Analisis Biaya-Volume-Laba Mengacu pada pendapat Simamora, Henry (2002) analisis biaya-volume-laba dibatasi pada sejumlah asumsi-asumsi sebagai berikut : 1. Semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan biaya tetap. Biaya semivariabel harus dipisah menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Total biaya tetap sifatnya konstan pada saat aktivitas berubah dan biaya variabel per unit tidak berubah ketika aktivitas berubah. 2. Fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relevan. 3. Fungsi jumlah pendapatan adalah linier dalam kisaran relevan. Harga jual per unit konstan dalam kisaran volume produksi, namun jumlah pendapatan berubah sebanding dengan perubahan volume penjualan unit produk. 4. Analisis untuk sebuah produk atau bauran produk adalah konstan dalam kisaran relevan. Produk yang mempunyai harga jual dan biaya yang berbeda-beda, maka 27
20 perubahan bauran penjualan akan mempengaruhi hasil dari analisis biaya-volumelaba. 5. Satu pemicu biaya yaitu unit produk atau rupiah penjualan. 6. Tingkat persediaan awal dan akhir periode adalah sama yaitu jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual. II.5.4. Pengertian Titik Impas Beberapa para ahli mendefinisikan titik impas sebagai berikut : Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista.(2005:272) menyatakan Titik impas adalah titik dimana biaya dan pendapatan adalah sama. Sementara itu, Munawir (2004: ) menyatakan Break even dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi ( Penghasilan = total biaya ). Jadi, titik impas dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan atau kondisi dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan rugi bersih yaitu laba yang diperoleh perusahaan nol. II.5.5. Perhitungan Titik Impas Satu Produk Mengacu pada pendapat Simamora, Henry (2002), perhitungan titik impas dapat dilakukan dengan menggunakkan dua metode yaitu metode persamaan dan metode kontribusi. II Metode Persamaan (Equation Method) Perhitungan titik impas satu produk dengan menggunakkan metode persamaan yaitu : Penjualan Jumlah biaya = Laba bersih atau, 28
21 Penjualan Biaya variabel Biaya tetap = Laba bersih atau, Penjualan = Biaya variabel + Biaya tetap + Laba bersih Pada titik impas, laba bersih sama dengan nol. Titik impas dalam unit penjualan dapat dicari dengan melakukan perhitungan pada persamaan di atas. Kemudian, titik impas penjualan dalam rupiah dapat dicari dengan mengalikan unit penjualan impas dengan harga jual per unit. Berikut ini contoh perhitungan titik impas menggunakkan metode persamaan sebagai berikut : Diasumsikan harga jual per unit VCD player Rp , biaya variabel per unit VCD player , dan biaya tetap Titik impas dalam unit ( P ) : Penjualan = Biaya variabel + Biaya tetap + Laba bersih P = P P = P = 700 unit VCD player Titik impas dalam rupiah ( Rp ) = Unit penjualan impas x harga jual per unit = 700 unit x Rp = Rp II Metode Kontribusi Unit (Unit Contribution Method) Metode ini merupakan merupakan variasi metode persamaan. Metode ini terfokus pada gagasan bahwa setiap unit yang terjual memberikan jumlah marjin kontribusi tertentu yang akan menutup biaya tetap. Titik impas (dalam unit) = Biaya tetap Marjin kontribusi per unit 29
22 Apabila hanya persentase marjin kontribusi dan penjualannya saja yang diketahui, perhitungan titik impasnya adalah Titik impas (dalam rupiah) = Biaya tetap Rasio marjin kontribusi Berikut ini contoh perhitungan titik impas dengan menggunakkan metode kontribusi unit sebagai berikut : Diasumsikan harga jual per unit VCD player Rp , biaya variabel per unit VCD player , dan biaya tetap Titik impas ( dalam unit ) = Biaya tetap / marjin kontribusi per unit = / ( ) = / = 700 unit VCD player Titik impas ( dalam rupiah ) = Biaya tetap / rasio marjin kontribusi = / ( / ) = / 40% = Rp II.5.6. Perhitungan Titik Impas Multiproduk Berdasarkan Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2005), perhitungan titik impas banyak produk dapat dijelaskan dengan contoh perhitungan sebagai berikut : Diasumsikan, Northstar Company memperkirakan bauran produk yang akan dijual pada periode mendatang sebagai berikut : Produk Harga Jual per Unit Biaya Variabel per Unit Bauran Penjualan yang Diperkirakan A Rp 180 Rp
23 B Jika bauran produk tersebut diperkirakan tanpa mempedulikan tingkat penjualan, maka biaya variabel per rupiah pendapatan penjualan ditentukan sebagai berikut : V = = = = 0,60 Jika biaya tetap diperkirakan sebesar Rp , maka titik impas diukur dalam pendapatan penjualan adalah : R (BE) = = = = Rp Untuk mencapai laba sebesar Rp dengan bauran produk ini, maka pendapatan penjualan dapat dihitung sebagai berikut : R = = = = Rp Setelah titik impas ditentukan, maka total pendapatan penjualan dari kelompok atau paket produk hipotesis ini dihitung. Pendapatan dari paket dibagi menjadi pendapatan yang diperlukan untuk mencapai titik impas. Hasilnya dikalikan dengan kuantitas masing-masing produk yang harus dijual untuk mencapai titik impas. Jika satu unit produk A diperkirakan akan dijual untuk setiap 2 unit produk B yang terjual, maka paket hipotesis terdiri dari satu unit produk A dan 2 unit produk B. Untuk Northstar Company, paket dapat dijual seharga Rp 400 [(1 unit A x Rp 180 per unit) + (2 unit B x Rp 110 per unit)]. Kuantitas dari setiap produk yang akan dijual untuk mencapai titik impas dengan bauran penjualan ini dapat ditentukan sebagai berikut : Q(BE) = = = paket hipotesis paket x 1 unit A per paket = unit A paket x 2 unit B per paket = unit B 31
24 Kuantitas dari setiap produk yang akan dijual untuk mencapai pendapatan penjualan sebesar Rp dan laba sebesar Rp , maka dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut : Q = = = paket hipotesis paket x 1 unit A per paket = unit A paket x 2 unit B per paket = unit B Berdasarkan bauran penjualan yang terdiri dari 1 unit produk A dan 2 unit produk B, maka Northstar Company akan memperoleh laba sebesar Rp jika perusahaan menghasilkan pendapatan penjualan sebesar Rp yang dapat ditentukan sebagai berikut : Penjualan : Produk A ( unit dengan harga Rp 180) Rp Produk B ( unit dengan harga Rp 110) Rp Rp Dikurangi harga pokok penjualan variabel. Produk A ( unit dengan harga Rp 100).. Rp Produk B ( unit dengan harga Rp 70) Rp Rp Margin kontribusi.. Rp Dikurangi biaya tetap.. Rp Laba operasi. Rp II.5.7. Grafik Titik Impas Mengacu pada pendapat Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2005), titik impas dapat dilakukan secara grafik dimana garis biaya dan penjualan saling berpotongan pada titik impas. 32
25 Langkah-langkah dalam membuat grafik titik impas sebagai berikut : a. Garis horizontal ( sumbu x ) menunjukkan penjualan dalam unit atau rupiah. b. Garis vertikal ( sumbu y ) menunjukkan biaya dalam rupiah. c. Garis biaya tetap digambar sejajar dengan sumbu x pada titik di sumbu y. d. Garis total biaya digambar dari titik biaya tetap di sumbu y sebelah kiri ke titik biaya di sumbu y sebelah kanan. e. Garis penjualan digambar dari titik nol di sisi kiri dimana sumbu x dan sumbu y berpotongan ke titik di sumbu y sebelah kanan. f. Garis total biaya memotong garis penjualan menunjukkan titik impas. g. Area segitiga di sebelah kiri titik impas menunjukkan area rugi dan area segitiga di sebelah kanan menunjukkan are laba. Berikut ini, grafik titik impas dapat digambarkan sebagai berikut : B i a y a y Garis penjualan Garis total biaya Area laba Titik impas Garis biaya tetap Area biaya variabel Area rugi Area biaya tetap 0 Volume penjualan x Gambar 2.5 Grafik Titik Impas II.5.8. Margin Kontribusi dan Rasio Margin Kontribusi Pengertian margin kontribusi dan rasio margin kontribusi menurut beberapa para ahli sebagai berikut : 33
26 Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista. (2005:273) menyatakan Margin kontribusi per dolar penjualan, juga disebut sebagai rasio margin kontribusi (contribution margin ratio-c/m), adalah bagian dari setiap dolar penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. Garrison, Noreen, dan Brewer yang diterjemahkan oleh Hinduan,N. (2006:286) memeberikan definisi sebagai berikut : Margin kontribusi (contribution margin) adalah jumlah yang tersisa dari penjualan setelah dikurangi biaya variabel. Blocher et al yang diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Penerbit Salemba. (2007:388) menyatakan Margin kontribusi per unit ( unit contribution margin ) merupakan selisih antara harga jual per unit dan biaya variabel per unit : p v = Margin kontribusi per unit. Selain itu, dijelaskan bahwa Kontribusi laba per dolar penjualan disebut rasio margin kontribusi (contribution margin ratio), yang merupakan rasio margin kontribusi per unit terhadap harga jual per unit (p-v)/p. Jadi, margin kontribusi menunjukkan jumlah yang tersisa dari selisih harga jual per unit dengan biaya variabel per unit untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. Sedangkan, rasio margin kontribusi menunukkan presentase margin kontribusi per unit terhadap harga jual per unit yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. Margin kontribusi dan rasio margin kontribusi dapat dijelaskan dengan rumus matematis sebagai berikut: Margin kontribusi = harga jual per unit biaya variabel per unit atau Margin kontribusi = penjualan biaya variabel Rasio margin kontribusi = Margin kontribusi per unit atau Margin kontribusi Harga jual per unit Penjualan 34
27 II.5.9. Margin Pengaman dan Rasio Margin Pengaman Beberapa para ahli memberikan definisi margin pengaman dan rasio margin pengaman sebagai berikut : Simamora, Henry (2002:188) menyatakan Margin pengaman penjualan (margin of safety,ms) adalah kelebihan penjualan yang dianggarkan di atas volume penjualan impas. Margin pengaman penjualan = Penjualan dianggarkan Penjualan impas. Selain bisa dinyatakan dalam rupiah, margin pengaman penjualan dapat pula dinyatakan dalam presentase. Presentase margin pengaman penjualan = Margin pengaman penjualan dalam rupiah Penjualan Blocher et al yang diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Penerbit Salemba. (2007: ) memberikan definisi sebagai berikut : Margin aman atau batas aman (margin of safety) adalah jumlah penjualan (kelebihan) di atas titik impas. Margin aman = Penjualan yang direncanakan Penjualan pada titik impas. Juga dijelaskan bahwa Rasio margin aman (margin of safety ratio) adalah ukuran yang beguna untuk membandingkan risiko dari dua akternatif produk, atau untuk mengukur risiko pada produk yang ada. Rasio margin aman = Margin aman Penjualan yang direncanakan Jadi, margin pengaman menunjukkan seberapa besar jumlah dimana penjualan boleh turun sampai titik impas atau sebelum mengalami kerugian. Sedangkan, rasio margin pengaman yaitu presentase margin pengaman penjualan terhadap penjualan 35
28 untuk mengetahui berapa persentase jumlah penjualan boleh turun sampai titik impas atau sebelum mengalami kerugian. Semakin tinggi margin pengaman, maka semakin rendah risiko untuk mengalami kerugian atau mencapai titik impas. Rumus margin pengaman dan rasio margin pengaman secara matematis sebagai berikut : Margin Pengaman = Penjualan aktual Penjualan titik impas Rasio Margin Pengaman = Penjualan aktual Penjualan titik impas Penjualan aktual II Degree of Operating Leverage (DOL) Beberapa para ahli mendefinisikan degree of operating leverage (DOL) sebagai berikut : Gitman (2006:538) menyatakan Operating leverage is concerned with the relationship between the firm s sales revenue and its earning before interest and taxes, or EBIT. Artinya pengungkit operasi berkaitan dengan hubungan antara pendapatan penjualan perusahaan dan laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT. Raiborn dan Kinney (2009:336) memberikan definisi DOL sebagai berikut : The degree of operating leverage (DOL) measures how a percentage change in sales from the current level will affect company profits. The computation of DOL follows : DOL = CM / Profit before tax. Artinya tingkat leverage operasi (DOL) mengukur bagaimana perubahan persentase penjualan pada tingkat saat ini akan mempengaruhi laba perusahaan. Perhitungan DOL berikut ini : DOL = CM / Laba sebelum pajak. Jadi, degree of operating leverage (DOL) menunjukkan bagaiman perubahan persentase penjualan akan mempengaruhi laba perusahaan. Semakin tinggi DOL, maka semakin besar persentase peningkatan laba. Semakin kecil DOL, maka semakin kecil persentase peningkatan laba. DOL dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut : Degree of operating leverage (DOL) = Margin Kontribusi 36 EBIT
29 II.6. Strategi Perencanaan Laba Operasi Strategi perencanaan laba operasi yang dilakukan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan itu sendiri karena menciptakan suasana organisasi yang mengarah pada pencapaian laba maksimum. Untuk memperoleh laba maksimum, perusahaan harus melakukan strategi perencanaan laba dengan beberapa langkah seperti menekan biaya produksi maupun operasi dengan mempertahankan harga jual dan volume penjualan, menentukan harga jual sesuai dengan laba yang diharapkan, serta meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin. Jadi, strategi perencanaan laba sangat penting bagi perusahaan untuk memperoleh laba yang maksimum. II.6.1. Pengertian Strategi David yang diterjemahkan oleh Saroso,D. (2004:15) memberikan definisi strategi sebagai berikut : Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang. Sementara itu, Cullen dan Parboteeah (2008:28) menyatakan Strategy is defined here as the maneuvers or activities that managers use to sustain and increase organizational performance. Artinya strategi didefinisikan sebagai langkah atau kegiatan yang dilakukan manajer untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan. Jadi, strategi dapat didefinisikan sebagai cara atau langkah yang dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuan dan meningkatkan kinerja perusahaan baik di masa kini maupun di masa depan. II.6.2. Pengertian Perencanaan Laba Operasi 37
30 Beberapa para ahli mendefinisikan perencanaan laba operasi sebagai berikut : Simamora, Henry (2002:5) menyatakan Perencanaan (planning) berarti penyusunan gambaran financial dan operasional rinci kegiatan-kegiatan yang direncanakan Shim, J.K. & Siegel, J.G. (2009:3) memberikan definisi sebagai berikut: Planning is determining the activities to be accomplished to achieve objectives and goals. Artinya perencanaan yaitu menentukan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran dan tujuan. Carter, Usry yang diterjemahkan oleh Krista. (2005:4) menyatakan Perencanaan laba (profit planning) adalah pengembangan dari suatu rencana operasi guna mencapai cita-cita dan tujuan perusahaan. Horngren, Datar, dan Foster yang diterjemahkan oleh Adhariani, D.(2005:73) merumuskan perhitungan matematis mengenai laba operasi sebagai berikut : Laba operasi = pendapatan operasi total harga pokok penjualan dan biaya operasi (tidak termasuk pajak). Sementara itu, Subramanyam, K.R. & Wild,J.J. (2009:334) memberikan definisi mengenai laba operasi sebagai berikut: Operating income is a measure of company income from ongoing operating activities. There are three important aspects of operating income. First, operating income pertains only to income generated from operating activities. Therefore, any revenues (and expenses) not related to business operations are not part of operating income. Second, and related to the first, operating income focuses on income for the company as a whole rather than for debt and equity holders. This means that financing revenues and expenses (mainly interest expense) are excluded when measuring operating income. Third, operating income pertains only to ongoing business activities. This means any income or loss pertaining to discontinued operations is excluded from operating income. 38
31 Artinya : Laba operasi merupakan ukuran laba perusahaan dari aktivitas operasi yang sedang berlangsung. Ada tiga aspek penting dari laba operasi. Pertama, laba operasi hanya berkaitan untuk pendapatan yang dihasilkan dari aktivitas operasi. Oleh karena itu, setiap pendapatan (dan biaya) yang tidak terkait dengan operasi bisnis bukan bagian dari laba operasi. Kedua, laba operasi berfokus pada pendapatan perusahaan secara keseluruhan dan bukan untuk pemegang hutang dan ekuitas. Ini berarti bahwa pembiayaan pendapatan dan beban (terutama beban bunga) dikecualikan ketika mengukur laba operasi. Ketiga, laba operasi hanya berkaitan dengan kegiatan usaha yang sedang berlangsung. Ini berarti setiap laba atau rugi yang berkaitan dengan operasi dalam penghentian akan dikeluarkan dari laba operasi. Jadi, perencanaan laba operasi dapat didefinisikan sebagai proses yang dirancang atau direncanakan perusahaan mengenai gambaran pendapatan dan biaya (biaya produksi dan biaya operasi) yang dihasilkan dari aktivitas operasi yang sedang berlangsung untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan yaitu pencapaian laba maksimum. II.7. Penelitian Terdahulu Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang menjadi dasar penelitian penulis dalam memilih topik mengenai analisis biaya-volume-laba sebagai berikut : Utami, W.M.A dan Kuang, T.M. (2003) melakukan penelitian mengenai aplikasi cost-volume-profit analysis sebagai alat perencanaan laba jangka pendek (regression method). Penelitian ini dilakukan pada PT X yaitu perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pembuatan komponen barang-barang elektronik berbahan dasar logam & plastik yang berlokasi di Cikarang. Tujuan dari penelitian ini yaitu memberikan model 39
32 cost-volume-profit analysis yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk melakukan perencanaan laba jangka pendek serta memberikan teknik-teknik pengklasifikasian costs ke dalam fixed cost dan variable cost pada PT X. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode cost estimation approach untuk pengklasifikasian biaya yang terdiri dari account analysis method dan quantitative analysis method ( regression analysis method dengan pertimbangan Economic Plausability dan r 2 > 20% ) serta pengaplikasian cost-volume-profit analysis dengan melakukan perhitungan contribution margin, breakeven dengan equation method dan grafik, target operating income (TOI), target net income and income taxes, margin of safety, operating leverage serta aplikasi manajerial dari cost-volume-profit analysis. Hasil penelitian menyatakan bahwa hasil estimasi dari quantitative analysis method yaitu Y = Rp Rp X. Selain itu, hasil estimasi lainnya dari pengaplikasian costvolume-profit analysis yaitu contribution margin sebesar Rp per unit atau 25% dengan profit Rp , titik impas terjadi pada penjualan produk sebanyak unit pada nilai penjualan Rp , TOI dengan laba yang diharapkan Rp maka perusahaan harus menjual produk sebanyak unit, target net income and income tax dengan laba Rp dan pajak 40% maka perusahaan harus menjual produk sebanyak unit, MOS sebesar unit atau 23% serta operating leverage sebesar 9. Hasil dari aplikasi manajerial cost-volume-profit analysis adalah jika PT X meningkatkan penjualan dan harga jual, menurunkan variabel cost dan fixed cost maka PT X akan mendapatkan laba maksimum ; sedangkan jika PT X meningkatkan variabel cost dan fixed cost, menurunkan harga jual dan volume penjualan maka PT X akan mendapakan kerugian serta jika PT X meningkatkan atau menurunkan semua 40
33 komponennya ( harga jual, volume penjualan, dan biaya variabel serta biaya tetap), maka PT X masih mendapatkan laba maksimum. Martusa, R dan Wijaya, V. (2011) melakukan penelitian mengenai peranan analisis cost-volume-profit dalam upaya merencanakan laba perusahaan. Penelitian dilakukan pada CV Permata Sejati yaitu perusahaan distributor makanan beku di Bandung dengan dimensi data yang akan diteliti yaitu data biaya pemasaran selama 2 tahun. Metode analisis yang digunakan yaitu melakukan pemisahan biaya semivariabel ke dalam komponen tetap dan variabel tahun , analisis break-even point dalam unit dan rupiah penjualan tahun , margin of safety tahun , contribution margin tahun serta analisis perencanaan laba tahun 2009 dengan meningkatkan laba 20% serta perubahan variabel-variabel terhadap tingkat laba yang direncanakan. Selain itu, penulis juga melakukan metode korelasi sederhana berdasarkan perencanaan laba tahun 2009 dengan meningkatkan laba dan volume penjualan 20% dan harga jual konstan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel serta pengujian hipotesis untuk mengetahui apakah hubungan kedua variabel signifikan atau tidak. Variabel yang dibuat penulis yaitu variabel independen (x) berupa biaya pemasaran, volume penjualan, dan harga jual serta variabel dependen (y) berupa tingkat laba. Hasil penelitian menyatakan bahwa jumlah biaya tetap dan biaya variabel berdasarkan pemisahan biaya pemasaran pada pada tahun 2007 yaitu Rp dan Rp serta tahun 2008 yaitu Rp dan Rp Selain itu hasil dari analisis break-even point dalam unit dan rupiah pada tahun 2007 yaitu ton / Rp ,6 serta tahun 2008 yaitu ton / Rp ,1 ; margin of safety pada tahun 2007 dan 2008 yaitu Rp ,4 (89,23%) dan Rp ,9 (87,80%) ; contribution margin pada tahun 2007 dan 41
34 2008 yaitu Rp (86,25%) dan Rp (84,33%) serta analisis perencanaan laba pada tahun 2009 dengan target laba 20% dari tahun 2008 menghasilkan unit produk yang harus dijual yaitu ton / Rp Hasil dari perubahan-perubahan variabel seperti peningkatan biaya variable dan volume penjualan, peningkatak biaya tetap dan volume penjualan, peningkatan biaya tetap dan volume penjualan serta penurunan harga jual, peningkatan biaya tetap dan volume penjualan serta penurunan biaya variabel, maka CV Permata Sejati masih mendapatkan laba maksimum. Kemudian, hasil dari metode korelasi sederhana yaitu r=1 yang berarti variabel x dan variabel y mempunyai korelasi sempurna dengan arah korelasi positif atau searah serta adjusted R Square yaitu 100% yang berarti peranan analisis costvolume-profit terhadap perencanaan laba sebesar 100% dimana menunjukkan bahwa 100% variasi dari perencanaan laba dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independen yaitu biaya pemasaran, volume penjualan, dan harga jual. Hasil dari pengujian hipotesis bahwa ρ-value = 0,000 maka ρ-value α (0,05) yang artinya HO ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara biaya pemasaran, volume penjualan, dan harga jual dengan perencanaan laba. 42
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Konsep Biaya Dan Beban Pada umunya penetapan harga produk tergantung dari banyaknya penawaran dan permintaan masyarakat. Namun, tetap saja penetapan harga jual yang menguntungkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Cost Volume Profit a. Pengertian Analisis Cost Volume Profit Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit analysis)
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya Menurut Perilaku Biaya Biaya merupakan unsur yang digunakan dalam melakukan analisis Break Even Point. Untuk dapat menentukan tingkat Break
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Laba Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai laba optimal. Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya Menurut Perilaku Biaya Biaya merupakan unsur yang digunakan dalam melakukan analisis Break Even Point. Untuk dapat menentukan tingkat
Lebih terperinciAkuntansi Biaya. Analisis Perilaku Biaya (Cost Behaviour Analysis) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Analisis Perilaku Biaya (Cost Behaviour Analysis) Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Analisis Perilaku Biaya BAB
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas perusahaan. Biaya didefinisikan sebagai suatu sumber daya yang dikorbankan
Lebih terperinciBAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN
11 BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 2.1. Pengertian dan Manfaat Analisis Profitabilitas Pelanggan Kondisi lingkungan yang baru menyebabkan perusahaan harus berfokus kepada
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Berikut pengertian biaya menurut beberapa ahli :
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian biaya dan beban 2.1.1 Pengertian biaya Berikut pengertian biaya menurut beberapa ahli : William K. Carter yang diterjemahkan oleh Krista (2009:30) menyatakan,akuntan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tinjauan penelitian terdahulu yang dijadikan peneliti sebagai bahan pertimbangan pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ade Zulfikar Abraham Iqbal
Lebih terperinciANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA UNTUK PERENCANAAN LABA OPERASI
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA UNTUK PERENCANAAN LABA OPERASI Engelwati Gani Accounting and Finance Department, Faculty of Economic and Comunication, BINUS University Jln. K. H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi. Untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciANALISA BIAYA PRODUKSI
ANALISA BIAYA PRODUKSI Pengertian Biaya Biaya adalah pengeluaran ekonomis yang diperlukan untuk perhitungan proses produksi. Biaya ini didasarkan pada harga pasar yang berlaku dan pada saat proses ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan tujuan Akuntansi Biaya. penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara tertentu dari transaksi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan tujuan Akuntansi Biaya Akuntansi secara umum adalah merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Perencanaan 2.1.1 Pengertian Perencanaan Perencanaan merupakan fungsi paling penting diantara semua fungsi manajemen. Seperti yang telah diketahui bahwa setiap perusahaan dan manajemen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan 2.1.1 Pengertian Perencanaan Perencanaan merupakan fungsi paling penting diantara semua fungsi manajemen. Seperti yang telah diketahui bahwa setiap perusahaan dan
Lebih terperinciBAB 4 BREAK - EVEN POINT DALAM UNIT DAN DOLAR PENJUALAN
BAB 4 BREAK - EVEN POINT DALAM UNIT DAN DOLAR PENJUALAN Biaya - volume-profit ( CVP ) analisis memperkirakan bagaimana perubahan biaya ( baik variabel dan tetap ), volume penjualan, dan harga mempengaruhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Analisis Biaya-Volume-Laba Analisis Biaya-Volume-Laba merupakan instrumen perencanaan dan pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Break Even Point 2.1.1. Pengertian Break Even Point Break even point atau titik impas merupakan suatu tingkat penjualan dimana laba operasinya adalah nol: Total pendapatan
Lebih terperinciMelda Darika Dua Sri Mangesti Rahayu Zahroh Z.A Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang
PENERAPAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENJUALAN PADA TINGKAT LABA YANG DIHARAPKAN (Studi pada Perusahaan Paving Block CV ETERNA Mergosono Malang) Melda Darika Dua Sri Mangesti
Lebih terperinciAnalysis Cost Volume Profit: Alat Perencanaan Manajerial Source: Hansen & Mowen (2007) Chapter 11. Present By: Ayub W.S. Pradana 30 Maret 2016
Analysis Cost Volume Profit: Alat Perencanaan Manajerial Source: Hansen & Mowen (2007) Chapter 11 Present By: Ayub W.S. Pradana 30 Maret 2016 Materi Pokok 1. Titik Impas dalam unit 2. Titik Impas dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Terdapat beberapa pengertian akuntansi biaya yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain: Rayburn yang diterjemahkan oleh
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen ( 2009 : 47 ) biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan
Lebih terperinciPENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI UNTUK PERENCANAAN LABA. Tugas Kelompok
PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI UNTUK PERENCANAAN LABA Tugas Kelompok Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Manajemen Strategik dan Kepemimpinan (DosenPengampu :Nurkholis, SE., M.Bus.,Ph.D., Ak., CA*) Disusun
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. PT Sahid Detolin Textile melakukan klasifikasi biaya berdasarkan produk yang terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan situasi perekonomian yang dinamis membuat persaingan antar usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan situasi perekonomian yang dinamis membuat persaingan antar usaha bisnis menjadi semakin kompleks, terutama dengan perusahaan lain yang bergerak pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan dalam menentukan harga pokok adalah biaya. Biaya mengandung dua pengertian, yaitu dalam beban
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II.1. II.1.1. Konsep Biaya Identifikasi Biaya Definisi biaya menurut Krismiaji (2002), Cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Biaya, Biaya Penjualan, Harga dan Laba 2.1.1 Definisi Biaya Menurut Mulyadi (Buku Sistem Akutansi. 2001:8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeritan Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Hasibuan (2011:2), manajemen adalah ilmu seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian perencanaan Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas kegiatan perusahaan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dimasa yang akan
Lebih terperinciVol.10, No Februari 2015 ISSN
COST VOLUME PROFIT (CVP) DALAM PERENCANAAN LABA PADA GRAND HYATT NUSA DUA - BALI Vebryan Aditya Chandra Pandapotan Lumban Tobing Christimulia Purnama Trimurti Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Biaya merupakan suatu komponen yang sangat penting di dalam pelaksanaan aktivitas suatu perusahaan.menurut Mulyadi (2009:10), Tanpa informasi biaya, manajemen tidak memiliki
Lebih terperinciPERILAKU BIAYA AKTIVITAS
PERILAKU BIAYA AKTIVITAS A. Konsep Dasar Perilaku Biaya Aktivitas Perilaku biaya (cost behavior) mengacu pada reaksi biaya terhadap aktivitas perusahaan. Aktivitas adalah pengorbanan waktu dan input untuk
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Analisa Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu alasan untuk berdirinya sebuah organisasi / perusahaan.
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Laba merupakan salah satu alasan untuk berdirinya sebuah organisasi / perusahaan. Laba juga merupakan salah satu syarat agar suatu kegiatan
Lebih terperinciBAB II PELAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SEGMEN. Segmen adalah unit-unit usaha penghasil laba dalam organisasi atau
BAB II PELAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SEGMEN II. 1. Segmentasi unit usaha Segmen adalah unit-unit usaha penghasil laba dalam organisasi atau perusahaan (Hansen & Mowen, 2003) Laporan segmen menyediakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Cost-Volume-Profit Analysis, short term profit planning, Contribution Margin, Break Even Point, what if analysis
ABSTRACT A good company is measured by its short term profit planning and management. To decide the company s strategy for short term profit planning, managers will be pressed on how to decrease operational
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan dunia usaha semakin pesat. Pesatnya perkembangan
BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini perkembangan dunia usaha semakin pesat. Pesatnya perkembangan dunia usaha tidak lepas dari semakin meningkat dan semakin beranekaragamnya
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Perencanaan Laba 2.1.1 Pengertian Perencanaan Laba Perencanaan laba sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen suatu
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN
5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. BIAYA Aktivitas merupakan suatu tindakan-tindakan atau pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan untuk merubah input dengan menggunakan sumber daya untuk menghasilkan output dan untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even ( titik impas ) Break even point atau titik impas sampai saat ini belum bisa diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara pasti. Hal ini dikarenakan belum
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost)
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan dalam menentukan harga pokok adalah biaya. Biaya mengandung dua pengertian, yaitu dalam beban
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Pada dasarnya informasi dari suatu perusahaan terutama informasi keuangan dibutuhkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik pihak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa untuk menghadapi persaingan dalam harga jual atau sumbangan penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Dalam pemenuhan keinginan, manusia selalu disertai oleh pengorbanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Setiap usaha, baik usaha kecil maupun usaha besar membutuhkan informasi akuntansi yang berguna bagi pihak manajemen. Informasi akuntansi dapat
Lebih terperinci[Type the document title]
MATERI 5 ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA (Cost-Volume Profit Analysis) Analisis biaya-volume-laba (CVP) merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan. Karena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Akuntansi Biaya 2.1.1. Pengertian Akuntasi Biaya Secara garis besar Akuntasi berarti pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian dari transaksi-transaksi
Lebih terperinciBab 20 Perhitungan Biaya Langsung, Analisis Biaya-Volume-Laba dan Teori Keterbatasan. (Chaper Report)
Bab 20 Perhitungan Biaya Langsung, Analisis Biaya-Volume-Laba dan Teori Keterbatasan (Chaper Report) PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Analisis CVP Menurut Hansen dan Mowen (dalam Fitriasari dan Kwary, 2005:429), analisa biaya volume laba (Cost-Volume Profit Analysisanalisis CVP) merupakan alat yang
Lebih terperinciPERTEMUAN KE-13 ANALISIS BIAYA DAN VOLUME LABA
PERTEMUAN KE-13 ANALISIS BIAYA DAN VOLUME LABA A. TUJUAN PEMBELAJARAN. 13.1. Mahasiswa mengetahui tentang break even point. 13.2 Mahasiswa mengetahui tentang CVP. B. URAIAN MATERI. 13.1. Mahasiswa mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akibat dari krisis sektor ekonomi yang berkelanjutan dan keadaan politik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akibat dari krisis sektor ekonomi yang berkelanjutan dan keadaan politik yang kian memanas, dapat diperkirakan keadaan ekonomi Indonesia mengalami penurunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting karena biaya sangat berpengaruh dalam mendukung kemajuan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitas
Lebih terperinciANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT UNTUK MERENCANAKAN LABA PERUSAHAAN (STUDI KASUS: PT. KIMIA FARMA)
Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Maret 2017 Volume 11 Nomor 1 Hal. 49 53 ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT UNTUK MERENCANAKAN LABA PERUSAHAAN (STUDI KASUS: PT. KIMIA FARMA) Mozart Wiston Talakua
Lebih terperinciANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI SALAH SATU ALAT PERENCANAAN PENJUALAN (Studi Pada Ud. Karya Pala Kediri)
ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI SALAH SATU ALAT PERENCANAAN PENJUALAN (Studi Pada Ud. Karya Pala Kediri) Rizal Hasbullah Moch. Dzulkirom AR Muhammad Saifi Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis Universitas
Lebih terperinciAdalah suatu keadaan pada saat seluruh penerimaan (total revenues) secara persis hanya mampu menutup seluruh pengeluaran (total cost) pada keadaan
Adalah suatu keadaan pada saat seluruh penerimaan (total revenues) secara persis hanya mampu menutup seluruh pengeluaran (total cost) pada keadaan ini keuntungan atau kerugian sama dengan nol Hal tersebut
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Ada beberapa pendapat mengenai pengertian manajemen, antara lain sebagai berikut: Menurut Hasibuan (2007), definisi manajemen, yaitu:
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan 2.1.1 Pengertian Perencanaan Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas kegiatan perusahaan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan pada periode
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pengelola perusahaan berperan dalam mengelola sumbe daya yang tersedia.
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Biaya Setiap perusahaan berorientasi untuk mencapai tunjuan. Secara idealnya, perusahaan akan mengoptimalkan penggunaan seluruh sumber dayanya untuk mencapai tujuan tersebut.
Lebih terperinciBAB II ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA. datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, tugas
BAB II ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA II. 1. Pengertian Perencanaan Laba Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan ditandai dengan kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang
Lebih terperinciAnalisa Perilaku Biaya
Modul ke: Analisa Perilaku Biaya Mengenali Prilaku biaya. Metode memisahkan biaya semivariabel atas biaya variable dan biaya tetap. Fakultas FEB Minanari, SE, M.Si Program Studi Manajemen Biaya VS Beban
Lebih terperinciPENERAPAN ANALASIS COST VOLUME PROFIT DALAM PERENCANAAN LABA (STUDI KASUS PADA UD REJO MULYO SURABAYA)
PENERAPAN ANALASIS COST VOLUME PROFIT DALAM PERENCANAAN LABA (STUDI KASUS PADA UD REJO MULYO SURABAYA) Vincensia Jelita Sakti UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA VincensiaJelita@yahoo.com Abstract Cost Volume
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan yaitu berusaha untuk mencapai pendapatan yang sebesar-besarnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu
Lebih terperinciAkuntansi Biaya. Cost Behaviour Analysis. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis
Akuntansi Biaya Modul ke: Cost Behaviour Analysis Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Akuntansi Biaya Input
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya Rayburn, L. G. yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) menyatakan, Biaya mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk suatu produk,
Lebih terperinci02FEB. Akuntansi Biaya. Cost Behavior Analysis, Classifying Cost, Separating Fixed and Variable Cost. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas
Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas 02FEB Cost Behavior Analysis, Classifying Cost, Separating Fixed and Variable Cost Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Manajemen Content Cost behavior analysis, Classifying
Lebih terperinciBAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING
BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING II.1. Harga Jual Penentuan harga jual suatu produk atau jasa merupakan salah satu keputusan penting manajemen karena harga yang ditetapkan
Lebih terperinciAkuntansi Biaya. Cost Behavior Analysis. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.
Akuntansi Biaya Modul ke: Cost Behavior Analysis Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Classification Cost Biaya tetap adalah Biaya yang secara total tidak
Lebih terperinciABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat
ABSTRAK Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat memperoleh laba yang maksimal. Laba dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu biaya, harga jual serta volume penjualan. Analisis Cost-Volume-Profit
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. seminimal mungkin maka perusahaan tersebut dapat bertahan dan dapat
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Konsep Akuntansi Biaya. Dalam akuntansi, biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting, oleh karena itu biaya harus diperhatikan. Biaya juga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya sangat berperan penting dalam kegiatan perusahaan. Salah satu peranan akuntansi biaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam satuan moneter untuk tujuan tertentu yang tidak dapat lagi dihindari, baik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Biaya a. Pengertian Biaya Secara luas biaya didefinisikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi dalam satuan moneter untuk tujuan tertentu yang tidak dapat
Lebih terperinciAnalisis Perilaku Biaya
Modul ke: 03Fakultas Yusar EKONOMI DAN BISNIS (FEB) Analisis Perilaku Biaya Sagara, SE.,M.Si.,Ak.,CA,CMA Program Studi Manajemen KLASIFIKASI BIAYA Biaya Tetap didefenisikan sebagai biaya yang secara total
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam
Lebih terperinciANALISIS BREAK EVENT POINT DALAM KEBIJAKAN PERENCANAAN PENJUALAN DAN LABA (Studi Pada PT Wonojati Wijoyo Kediri)
ANALISIS BREAK EVENT POINT DALAM KEBIJAKAN PERENCANAAN PENJUALAN DAN LABA (Studi Pada PT Wonojati Wijoyo Kediri) Yesy Okviana Ika Pratiwi Moch. Dzulkirom AR Devi Farah Azizah Fakultas Ilmu Administrasi
Lebih terperinciPENGGUNAAN MATEMATIKA EKONOMI UNTUK ANALISIS BREAK EVEN PADA CV KAISAR REPROFURNI JEPARA
UJM 1 (2) (2012) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm PENGGUNAAN MATEMATIKA EKONOMI UNTUK ANALISIS BREAK EVEN PADA CV KAISAR REPROFURNI JEPARA Muji Nastiti, Zaenuri
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
29 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Pemisahan Biaya Semi variabel Dalam menerapkan analisa break even point terlebih dahulu dilakukan pemisahan biaya ke dalam unsur tetap dan unsur variabel, untuk biaya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Maret 2015 dan berlokasi di Jalan Kyai Maja No.7 Jakarta Selatan.
49 A. Waktu dan Tempat Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis melakukan penelitian pada PT.Indinanta Ciptarasa, waktu penelitian dimulai pada bulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Dalam kegiatan perusahaan ada banyak keputusan yang harus diambil oleh manajemen untuk kelangsungan hidup perusahaan. Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan informasi
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan pada PT Sugih Instrumendo Abadi divisi Fa.AR yang memproduksi komponen tensi meter yang terdiri dari bag, bulp, dan tubing. Permasalahan yang dihadapi pihak manajemen Fa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di setiap bidang usaha sangat tinggi dengan semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini persaingan di setiap bidang usaha sangat tinggi dengan semakin banyaknya jumlah perusahaan yang terlibat di setiap bidang usaha tersebut. Oleh sebab
Lebih terperinciANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENJUALAN UNTUK MENCAPAI LABA YANG DIINGINKAN (STUDI PADA QUICK CHICKEN CABANG KOTA BLITAR)
ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENJUALAN UNTUK MENCAPAI LABA YANG DIINGINKAN (STUDI PADA QUICK CHICKEN CABANG KOTA BLITAR) Bregas Adi Luhur R. Rustam Hidayat Devi Farah Fakultas
Lebih terperinciANALISIS BIAYA, VOLUME PENJUALAN DAN LABA SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAAN LABA PADA PERUSAHAAN KECAP MURNI JAYA KOTA KEDIRI
ANALISIS BIAYA, VOLUME PENJUALAN DAN LABA SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAAN LABA PADA PERUSAHAAN KECAP MURNI JAYA KOTA KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciPERENCANAAN LABA MENGGUNAKAN ANALISIS BIAYA- VOLUME-LABA PADA UKM SLAMET SEMARANG TAHUN 2014
PERENCANAAN LABA MENGGUNAKAN ANALISIS BIAYA- VOLUME-LABA PADA UKM SLAMET SEMARANG TAHUN 2014 Siti Murthosiyah, Maria Theresia Heni Widyarti Politeknik Negeri Semarang, Jl. Prof Sudarto, SH Tembalang Semarang
Lebih terperinciAkuntansi Biaya. Management, The Controller, and Cost Accounting Cost Consept and Cost Information System. Rista Bintara, SE., M.Ak.
Akuntansi Biaya Modul ke: Management, The Controller, and Cost Accounting Cost Consept and Cost Information System Fakultas Ekonomi dan Bisnis Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts
53 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts & Coffee Dalam proses menghasilkan produknya, PT. JCO Donuts & Coffee terlebih dahulu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Manajemen 2.1.1 Pengertian Akuntansi Manajemen sudut, yaitu : Menurut Mulyadi (2001:2) akuntansi manajemen dapat dipandang dari dua Sebagai salah satu tipe akuntansi,
Lebih terperinci