POTENSI SUMBERDAYA ALAM KARS KECAMATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTENSI SUMBERDAYA ALAM KARS KECAMATAN"

Transkripsi

1 POTENSI SUMBERDAYA ALAM KARS KECAMATAN TANJUNG PALAS KABUPATEN BULUNGAN Oleh Ir. Fuad Abdullah, MMT; Jendi Siregar, ST ; M. Herry Limbong, ST; Ajiz Hayli Bidang Geologi dan Sumberdaya Mineral Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Timur 1. Pendahuluan I.1. Latar Belakang Provinsi Kalimantan Timur memiliki sumberdaya alam kars yang cukup luas sebarannya, dengan kandungan nilai beragam penting seperti ilmiah, ekonomi, hingga nilai kemanusian, salah satu bagian kawasan kars tersebut ialah di Kecamatan Tanjung Palas Kabupaten Bulungan. I.2. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan pemetaan kawasan kars adalah menginventerisasi aspek geologi yang berkaitan dengan kawasan kars untuk menyusun Klassifikasi Kawasan Kars, sumberdaya geologi dan bahaya geologi. I.3. Sasaran a. Sasaran yang akan dicapai dari hasil Pemetaan Kawasan Kars adalah : Menyusun pengembangan dan penataan ruang kawasan kars dengan mempertimbangkan faktor utama klassifikasi kelas lahan kawasan kars dan aspek geologi lingkungan menjadi kawasan lindung dan kawasan budidaya yang disajikan pada Peta Kawasan Kars. b. Sasaran Pengelolaan Kawasan Karst adalah : - Terwujudnya pengelolaan kawasan karst yang dapat meningkatkan nilai ilmiah, ekonomi, sosial budaya, pariwisata, dan lingkungan yang menunjang pembangunan berkelanjutan. - Terciptanya koordinasi dan keterpaduan lintas sektor, pemerintah, dan daerah dalam pengelolaan kawasan karst. I.4. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari hasil penyelidikan ini adalah : - Memberikan informasi potensi dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya geologi sebagai faktor pendukung serta bahaya geologi sebagai faktor kendala pada kawasan kars. - Memberikan informasi rekomendasi penggunaan lahan berdasarkan aspek lingkungan yang diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar bagi pemerintah daerah berkaitan dengan penataan ruang dan pembangunan kawasan kars. 2. Keadaan Umum 2.1. Administrasi Daerah Kars Daerah Kawasan Karst secara administratif termasuk dalam Wilayah Kecamatan Tanjung Palas Kabupaten Bulungan, yang terdiri dari 14 Desa/kelurahan. Secara geografis daerah Inventarisasi terletak pada 117 o 21 37, o 25 54,82 BT dan 1 o 09 59,64 LU - 2 o LS. 2.2 eadaan penduduk Berdasarkan data-data kependudukan yang diperoleh dari Kantor Kecamatan Tanjung Palas daerah Kawasan Karst, jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Palas tahun 2008 sekitar KK Iklim dan Curah Hujan Berdasarkan data Meteorologi Tanjung Selor pada tahun 2007 Kabupaten Bulungan pada umumnya, dan Tanjung Selor pada khususnya mengalami musim hujan sepanjang tahun dengan rata-rata hujan per bulan adalah 262,6 mm atau 21 hari hujan (HH). Untuk penyinaran matahari rata-rata 54,3 %, suhu udara ratarata 27,3ºC berkisar antara 22,7ºC -34,9ºC, curah hujan berkisar antara 178,9 mm - 493,0 mm, Kelembaban udara relatif tinggi berkisar antara 83 % - 88 % dengan rata-rata 84,7 %. Sumberdata Kabupaten Bulungan dalan angka tahun 2008 (BAPPEDA dan BPS Kab. Bulungan) 3. Geologi Umum 3.1 Morfologi Berdasarkan pada bentuk relief, ketinggian dan kemiringan lerengnya serta struktur geologi yang berkembang daerah Kawasan Kars Kecamatan Tanjung Palas Kabupaten Bulungan dapat dikelompokkan menjadi 3 (Tiga) satuan morfologi yaitu satuan morfologi dataran alluvial, satuan morfologi dataran bergelombang dan satuan morfologi perbukitan kars. 3.2 Stratigrafi Berdasarkan kesebandingan dengan Peta Geologi Lembar Tanjung Redeb skala 1 : (R.L Situmorang dan G. Burhan, P3G Bandung, 1995), stratigrafi daerah telitian disusun oleh Formasi Sebakung (Tes), Formasi Birang (Tomb), Formasi Domaring (Tmpd), Formasi Sajau (TQps) dan Alluvium (Qa). 3.2 Struktur Geologi Struktur geologi didaerah ini terdiri dari lipatan sesar normal, sesar geser, dan kelurusan, menunjukkan arah utama baratlaut -tenggara dan baratdaya-timurlaut. Struktur lipatan seperti antiklin dan sinklin berarah baratlaut-tenggara dan barat daya timur laut. 1

2 4. Identifikasi Kawasan Kars Kec. Tanjung Palas 4.1. Kawasan Karst Secara Umum Kars adalah daerah yang mempunyai karakteristik bentang alam, hidrologi unik yang terjadi akibat adanya kombinasi antara batuan yang mudah larut, porositas sekunder, dan pengaruh air alami sebagian agen pelarutannya (Jennings, 1985; Ford dan William, 1989). Kawasan kars adalah kawasan yang mempunyai bentangalam dengan ciri khas dibentuk dari batuan karbonat dan dolomit sebagai akibat proses pelarutan Bentang Alam Karst Bentangalam karst merupakan kawasan berbatuan gamping, dolomit, marmer, batugaram, dan gipsum yang telah mengalami karstifikasi. Dicirikan oleh adanya beberapa bentukan eksokarst seperti: ponor, lembah buta, mata air sungai di mulut gua, lembah kering, dan kumpulan perbukitan Identifikasi Kawasan Karst Kecamatan Tanjung Palas Nilai-nilai strategis kawasan kars daerah Kecamatan Tanjung Palas Kabupaten Bulungan yang diinventarisasi terdiri dari 5 (lima) segmen Kawasan Kars yaitu : Kawasan Kars Segmen Gunung Putih, Gunung Kerubung, Gunung tunggal, Gunung Sungai Pura dan Gunung Seriang. IV.3.1. Kawasan Karst Segmen Gunung Putih Pengelolaan kawasan karst adalah upaya terencana dan terpadu untuk melestarikan fungsi kawasan karst dan mendayagunakan potensi kawasan karst secara berkelanjutan, yang dilakukan melalui kegiatan inventarisasi, penetapan, penelitian, klasifikasi, pemanfaatan, perlindungan, pembinaan dan pengawasan kawasan karst. Foto 1. Bentang alam Kars Gunung Putih Fenomena endokars yang dijumpai di daerah inventarisasi antara lain dijumpai gua dan sungai bawah tanah, fenomena ini akan diuraikan sebagai berikut : Gua : Gua yang terbentuk di daerah ini umumnya terdapat pada batugamping yang massif, proses pelarutan terlihat pada dinding-dinding gua yang membentuk stalagtit dan stalagmit, walaupun masih belum sempurna. Fenomena di dalam gua walaupun sebagian belum sempurna merupakan asset atau kekayaan yang tak ternilai harganya, karena terbentuk oleh alam dalam waktu yang sangat lama yaitu ribuan atau jutaan tahun yang lalu. Fenomena yang terdapat didalam gua Segmen Gunung Putih ini terdapat stalagtit dan stalagmit yang masih aktif maupun tidak aktif. Jenis-jenis stalagtit dan stalagmite yang dijumpai berupa tiang, mangkok, bunga kol, yang bercorak seperti tirai dan motif ukiran-ukiran lainnya. Stalagtit dan stalagmite sebagian masih mengalami pelarutan, sehingga pilar-pilar masih menyatu antara stalagtit dan stalamit. Gua-gua batugamping ini banyak dijumpai diwilayah kawasan kars Segmen Gunung Putih sebagai habitat bersarangnya kelelawar dan wallet, sebagai penjaga kelestarian hutan tropis yaitu gua sebagai tempat tinggal, sedang dipermukaan tanah kars sebagai tempat mencari makan. Gua berair : gua sebagai lubang yang terdapat dibawah permukaan tanah sebagian mempunyai hubungan dengan keberadaan sungai bawah tanah dan mata air. Sistem perguaan, antara gua satu dengan dengan gua lainnya masih berhubungan, gua kelihatan terpisah karena sudah terpotong-potong, sebetulnya pada saat gua-gua terbentuk jauh di bawah tanah saat itu masih berhubungan satu sama lain, bahkan merupakan suatu jaringan yang rumit. Gua berair terdapat didaerah penyelidikan sehingga kerapatan gua termasuk tinggi. Gua kering : gua kering atau gua fosil adalah gua yang sudah tidak dialiri lagi, tetapi merupakan indikasi bahwa pada masa lalu muka air tanah pernah mencapai elevasi gua tersebut, selanjutnya muka air tanah turun seiring dengan proses geologi yaitu pengangkatan, umumnya terdapat di puncak atau tubuh perbukitan. Gua kering di kawasan ini terdapat di beberapa tempat Kawasan Kars Segmen Gunung Tunggal. Sebaran kawasan kars Segmen Gunung Tunggal, secara administrasi merupakan rangkaian segmen kawasan kars Gunung Putih, namun karena karakteristik dan bentuknya yang unik jadi dipisahkan menjadi segmen Gunung Tunggal. Secara fisiografi Kawasan Kars Segmen Gunung Tunggal perbukitan seperti bangunan gedung bertingkat. Secara litostratigrafi, batugamping yang menyusun kawasan kars segmen Gunung Tunggal adalah batugamping non klastik yang berumur Miosen Tengah Satuan batugamping tersebut disebut Formasi Sembakung. Proses karstifikasi dimulai sejak zaman Kuarter, yaitu setelah batugamping Formasi 2

3 Sembakung terangkat ke laut membentuk aneka jenis gejala kars yang berkembang dipermukaan dan bawah permukaan. Fenomena bentang alam kars yang dipermukaan diwujudkan dengan adanya bentukan bukit-bukit, bentukan depresi (dolina, uvala, polje), dan lembah-lembah kering, sedangkan dibawah permukaan berkembang system perguaan dengan segala speleotemnya serta adanya sungai bawah tanah. Foto 2. Bentang alam kawasan kars Gn. Tunggal Gua yang terbentuk di daerah ini pada umumnya terdapat pada batugamping yang massif, proses pelarutan terlihat pada dinding-dinding gua yang membentuk stalagtit dan stalagmit, walaupun masih belum sempurna. Fenomena di dalam gua membentuk ornament, walaupun masih sederhana hanya berupa leleran hasil proses pelarutan, gua-gua batugamping ini umumnya banyak dihuni atau sebagai habitat bersarangnya kelelawar dan burung sebagai tempat tinggal dan berkembang biak Kawasan Kars Segmen Gunung Kerubung. Sebaran kawasan kars Segmen Gunung Kerubung, secara administrasi terdapat di disebelah utara kawasan kars segmen Gunung Putih. Bentang alam kawasan ini adalah perbukitan berupa kerucut (cone hill) yang membentuk puncak berbentuk travertin (bukit runcing-runcing). Secara litostratigrafi, batugamping yang menyusun kawasan kars segmen Gunung Kerubung adalah batugamping yang berumur Miosen Tengah Satuan batugamping terdapat pada Formasi Sembakung. Proses karstifikasi dimulai sejak zaman Kuarter, yaitu setelah batugamping Formasi Sembakung terangkat ke laut membentuk aneka jenis gejala kars yang berkembang dipermukaan dan bawah permukaan. Fenomena bentang alam kars yang dipermukaan diwujudkan dengan adanya bentukan bukit-bukit, bentukan depresi (dolina, uvala, polje), dan lembahlembah kering, sedangkan dibawah permukaan berkembang system perguaan dengan segala speleotemnya serta adanya sungai bawah tanah. Sistem perguaan di daerah ini membentuk celah-celah kecil yang bersifat massif, pada mulut gua terdapat kekar-kekar besar yang mengalami retakan akibat proses endokars. Gua kering yang sudah tidak dialiri lagi, merupakan indikasi bahwa pada masa lalu muka air tanah pernah mencapai elevasi gua tersebut, selanjutnya muka air tanah turun seiring dengan proses geologi yaitu pengangkatan, didaerah penyelidikan ditemukan dinding kars dan kelihatan sudah mengalami pelapukan. Fenomena di dalam gua membentuk ornament, walaupun masih sederhana dan tidak sempurna hanya berupa leleran hasil proses pelarutan, tetapi gua tersebut terbentuk oleh alam dalam waktu yang sangat lama. Disekitar kawasan perguaan dikelilingi pohon yang lebat dan berbagai macam jenis pohon yang tumbuh disekeliling gua ini Kawasan Kars Segmen Gunung Teras Besar Sebaran kawasan kars segmen Gunung Teras Besar, secara administrasi terdapat di disebelah baratdaya kawasan kars Gunung Putih. Secara fisiografi Kawasan Kars ini merupakan perbukitan berupa kerucut (cone hill) yang memanjang. Secara litostratigrafi, batugamping yang menyusun kawasan kars ini hampir sama dengan kawasan segmen lainnya. Proses karstifikasi dimulai sejak zaman Kuarter, yaitu setelah batugamping Formasi Sembakung terangkat ke laut membentuk aneka jenis gejala kars yang berkembang dipermukaan dan bawah permukaan. Fenomena bentang alam kars yang dipermukaan diwujudkan dengan adanya bentukan bukit-bukit gedung, bentukan depresi (dolina, uvala, polje), dan lembah-lembah kering, sedangkan dibawah permukaan berkembang system perguaan dengan segala speleotemnya Kawasan Kars Segmen Gunung Sungai Pura Sebaran kawasan kars segmen Gunung Sungai Pura, secara administrasi terdapat di disebelah baratlaut Gunung Putih. Secara fisiografi Kawasan Kars ini, perbukitan berupa kerucut (conical hill). Secara litostratigrafi, batugamping yang terdapat didaerah ini hampir sama dengan segmen lainnya. Fenomena bentang alam kars yang dipermukaan berbentuk retakan-retakan dan terdapat lubang-lubang gua yang rapat. Sistem perguaan terdapat bentu depresi (dolina, uvala, polje), dan lembah-lembah kering, sedangkan dibawah permukaan berkembang sistem perguaan dengan segala speleotemnya serta adanya sungai bawah tanah. Sistem perguaan di daerah ini membentuk celah-celah kecil yang bersifat massif, pada mulut gua terdapat kekar-kekar besar yang mengalami retakan akibat proses endokars. Gua kering yang sudah tidak dialiri lagi, merupakan indikasi bahwa pada masa lalu muka 3

4 air tanah pernah mencapai elevasi gua tersebut, selanjutnya muka air tanah turun seiring dengan proses geologi yaitu pengangkatan, didaerah penyelidikan ditemukan dinding kars dan kelihatan sudah mengalami pelapukan. Foto 3 : Air permukaan yang lewat pada mulut gua pada segmen kars Gunung Sungai Pura Arah lubang perguaan didaerah ini menandakan terjadi proses endokars yang aktif dan arah larian terdapat dinding yang sudah dikotori oleh habitat kelelawar, sedangkan pembentukan speleotem yang ada akibat proses karstifikasi dan proses pelarutan yang terjadi pada masa lalu. Speoletem yang terdapat berupa stalagmit dan stalagtit dan sebagian sudah mengalami pelapukan yang mencirikan bahwa system perguaan merupakan gua kering. Hidrologi yang terdapat dikawasan ini memotong pada dinding-dinding yang membentuk lubang yang lebarnya ± 10 m dan sampai saat ini masih aktif melintasi dibeberapa lobang gua Kawasan Kars Segmen Gunung Serubung Sebaran kawasan kars segmen Gunung Serubung, secara administrasi terdapat di disebelah baratdaya kawasan kars daerah penyelidikan. Secara fisiografi Kawasan Kars ini, perbukitan berupa kerucut (cone hill). Secara litostratigrafi, batugamping yang terdapat di kawasan ini sama hampir mirip dengan segmen lainnya. Fenomena bentang alam kars yang dipermukaan diwujudkan dengan adanya bentukan bukit-bukit berupa kerucut dan bulat, bentukan depresi (dolina, uvala, polje), dan lembah-lembah kering, sedangkan dibawah permukaan berkembang sistem perguaan dengan segala speleotemnya serta adanya sungai bawah tanah bersifat sementara. Fenomena endokars yang dijumpai di daerah ini adalah gua, sungai bawah tanah, fenomena ini akan diuraikan sebagai berikut : Kawasan Kars Segmen Gunung Serubung mempunyai lubang-lubang larian air permukaan terbentuk karena proses pelarutan pada batugamping, dimana dibawah tanah sudah terbentuk rongga-rongga pelarutan yang merupakan awal dari terbentuknya gua dan aliran sungai bawah tanah lainnya, kadang membentuk rongga-rongga yang berukuran besar dimana akan terakumulasi air bawah tanah yang kemudian muncul kembali sebagai mataair seperti yang dijumpai di pinggir lereng kars ini. Didalam gua terdapat situs-situs bersejarah, stalagtit dan stalagmit yang masih aktif maupun tidak aktif yang dijumpai berupa tiang, candi, bentuk tangga, yang bercorak seperti tirai dan motif ukiran-ukiran lainnya. Stalagtit dan stalagmite sebagian masih mengalami pelarutan, sehingga pilar-pilar masih menyatu antara stalagtit dan stalagmit. Gua-gua batugamping ini dijumpai diwilayah kawasan kars Segmen Gunung Serubung sebagai habitat bersarangnya kelelawar dan wallet, dan menjaga kelestarian hutan tropis yaitu gua sebagai tempat tinggal, sedang dipermukaan tanah kars sebagai tempat mencari makan. Didalam gua terdapat kotoran-kotoran kelelawar berupa guano. 5. Hidrogeologi Hidrogeologi, sebagai pengetahuan yang mempelajari sifat fisik, kimia dan proses-proses dinamis dari air yang terdapat di dalam tanah atau batuan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan karstifikasi yang membentuk bentang alam kars. Hidrologi kars juga merupakan interaksi aktif antara batuan yang mudah larut (batugamping) dengan air meteorik (hujan) dalam bentuk pola aliran bawah tanah yang bergerak melalui system saluran (conduit flow). Dari aspek hidrologeologi, kawasan kars merupakan cadangan sumberdaya air bawah tanah yang potensial, karena air yang meresap kedalam lapisan batugamping, kemudian tertampung dan terdistribusikan disepanjang system percelahan retakan dan lorong bawah tanah (gua) sebagai aliran sungai bawah tanh, sering mengalami penundaan dalam penyalurannya sebelum keluar menjadi suatu mata air. Peresapan air hujan ke dalam tanah sendiri di kendalikan oleh berbagai faktor, diantaranya sifat dan kerapatan kekar (retakan), tebal lapisan batugamping, derajat kejenuhan batugamping, dan pengaruh system perakaran vegetasi. Air yang meresap kedalam tanah sebelumnya merupakan air larian dipermukaan (surface run off), yang keberhasilannya masuk kedalam lapisan batuan yang lebih dalam tergantung dari lereng, banyak sedikitnya retakan, dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan tanah penutup seperti tebal, kepadatan dan kemampuannya dalam meluluskan air. Keberadaan sumberdaya air kars di daerah Kecamatan Tanjung Palas tidak lepas dari siklus hidrologinya. Air hujan dipermukaan tanah sebagian akan menjadi air permukaan yang terkumpul di sungai dan telaga, sebagian akan menjadi permukaan yang terkumpul disungai dan telaga, sebagian diuapkan kembali oleh 4

5 tumbuhan, atau permukaan air dan tanah sebagai evapotranspirasi, dan sisanya meresap kedalam tanah menuju daerah jenuh menjadi air bawah tanah. Air tanah yang terdapat di dalam batugamping bergerak dan tersimpan didalam ruang antar butir, rekahan, gabungan ketiganya, bentuk, ukuran, dan keseragaman ukuran butir akan mempengaruhi porositas. Batuan yang berbutir seragam, ukuran pasir kasar, dan bentuk membundar baik akan mempunyai porositas lebih tinggi disbanding pasir berukuran sangat halus dan berbutir tidak seragam. Batugamping yang mempunyai rekahan saling terhubung akan mempunyai porositas yang lebih baik dibanding batugamping yang tidak mempunyai rekahan. dan burung wallet, burung perkutut, dan lain sebagainya. 7. Bahan galian Jenis bahan galian yang dijumpai di kawasan kars Gunung Putih meliputi bahan galian golongan C yang terdiri dari batugamping, batulempung, guano phospat, dan kalsit. Bahan galian tersebut sebagian sudah di usahakan oleh masyarakat untuk pengerasan jalan dan bahan pondasi bangunan khususnya batugamping. Foto 5 : Bahan galian batugamping di daerah Gunung Kerubung Foto 4. Salah satu mata air di kaki kars Gunung Putih Akumulasi air bawah tanah juga dikendalikan oleh curah hujan, jenis dan sifat fisik batugamping, serta keadaan bentangalamnya. Faktor-faktor itu akan membentuk system yang dinamis dan terpadu, yang terpengaruh terhadap keterdapatan air bawah tanah. Hidrogeologi kawasan kars Tanjung Palas berbeda dengan kawasan bukan kars. Pola pengaliran air bawah permukaan daerah kars merupakan fenomena alam yang rumit, dan secara visual tidak mudah dilacak. Hal itu disebabkan karena sungai bawah tanah terletak belasan hingga puluhan meter dibawah permukaan tanah. Sungai bawah tanah itu membentuk komponen aliran pada saluran utama, yang merupakan gabungan antara limpasan dasar (internal base run off) yang berasal dari aliran sebar melalui media akuifer, dan limpasan-langsung (conduit direct run off) yang masuk melalui mulut gua. 6. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) Keanekaragaman hayati yang terdapat di kawasan kars gunung putih memiliki nilai kekayaan tersendiri, baik yang ada dipermukaan (eksokars) maupun yang terdapat di bawah permukaan (endokars) dan hingga saat ini potensi keanekaragaman hayati di kawasan kars gunung putih masih banyak yang belum terdata. Dari beberapa hasil pengamatan di kawasan kars gunung putih terdata beberapa potensi keanekaragaman hayati seperti Jenis burung kelelawar, Dari data hasil pengujian laboratorium berat jenis sampel agregat kasar dan agregat halus > 2,500 gr/cc untuk kadar lumpur > 0,25 %, soundness < 12 %, agregat kasar halus sampel kurang dari 12 %, Nilai kelekatan terhadap aspal dari sampel batas minimum 95+ % 8. Nilai Strategis Kawasan Kars Tanjung Palas 8.1. Nilai Ilmiah Kawasan kars Kecamatan Tanjung Palas merupakan obyek penelitian dan kajian berbagai displin ilmu (geologi, geomorfologi, biologi) yang menarik, sehingga memiliki arti dan fungsi salah satu situs pengembangan ilmu pengembangan dan teknologi. Selain itu, kawasan kars Kecamatan Tanjung Palas menyimpan banyak situs arkeologi yang membuktikan sejarah kehidupan dan perkembangan budaya manusia prasejarah dimasa lalu seperti Gua Gunung Putih, Gua Gunung Serubung, Gunung Teras Besar, di Kecamatan Tanjung Palas Kabupaten Bulungan. Nilai ilmiah yang dimaksud antara lain: penelitian, studi wisata, pendidikan luar ruang, dan kearifan lokal Nilai Ekonomi Kawasan kars Gunung Putih memiliki nilai strategis dalam hal nilai ekonominya karena pada kawasan tersebut terdapat potensi-potensi yang bernilai ekonomi yang dimaksud antara lain: hasil hutan, bahan 5

6 tambang, budidaya pertanian dan peternakan, wisata, olahraga, serta layanan jasa oleh masyarakat. Potensi ekonomi yang selama ini belum dikelola secara optimal. Pengelolaan potensi ekonomi ini masih terbatas pada kegiatan eksploitasinya belum menyentuh pada aspek pemulihan biota, konservasi guanya dan kelestarian hutannya. Nilai ekologi yang dimaksud antara lain: sumber mata air dan cadangan air tawar, penyimpan karbon, habitat hewan dan tumbuhan, serta keragaman hayati karst. Potensi Parawisata di gua-gua seperti gua Gunung Putih berdampak positif bagi pendapatan daerah dan juga bagi pendapatan masyarakat lokal. Demikian pula dengan pengembangan parawisata ada di Kecamatan Tanjung Palas Kabupaten Bulungan. Tahun Pengelolaan Sumberdaya Alam Kars Berwawasan Lingkungan. 4. Kumpulan Makalah Workshop Nasional Kawasan Kars Nasional. Badan Geologi Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, Museum Kars Wonogiri, Wonogiri Tahun Kars Untuk Ilmu Pengetahuan dan Kehidupan. 5. R.L. Situmorang dan G. Burhan. Peta Geologi Lembar Tanjung Redeb, Kalimantan Timur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Tahun 1995 Peta Geologi Lembar Tanjung Redeb, Kalimantan Timur 8.3. Nilai Sosial Budaya Masyarakat kawasan kars Kecamatan Tanjung Palas memiliki corak sosio-ekonomi dan sosio-budaya yang unik dan mungkin berbeda dengan masyarakat lain yang tinggal dan bermukim di kawasan non kars. Sebagai suatu warisan, beberapa tata adat dan tradisi masih dipertahankan hingga sekarang Nilai Konservasi Perubahan lingkungan biotik dan abiotik kawasan kars Gunung Putih sebenarnya berlangsung belum lama yang merupakan satu kesatuan ekosistem yang utuh kawasan kars Gunung Putih memiliki aspek konservasi yang dapat dimanfaatkan untuk pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Unsur-unsur ekosistem karst yang perlu dilindungi diantaranya bentang alam permukaan (eksokars), bentang alam bawah dipermukaan (endokars) dan nilai-nilai sosial budaya yang ada dan berkembang dimasyarakat. Daftar Pustaka : 1. Achmad Ruhyadi, Ruswanto, Dedi Heradi Bisri. Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Kars Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral Tahun Inventarisasi dan Evaluasi Geologi Lingkungan Kawasan Batugamping Karst Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur 2. H. Samodra, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Badan Geologi Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral Tahun Potensi Sumberdaya Alam Kars Kabupaten Pacitan Bagian Timur. 3. Kumpulan Makalah Lokakarya kawasan kars, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral Departemen Pertambangan dan Energi 6

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT SALINAN Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : Mengingat : a. bahwa kawasan kars yang merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.640, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ESDM. Kawasan Bentang Alam Karst. Penetapan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kab. Gunungkidul terdiri atas 3 (tiga) satuan fisiografis atau ekosistem bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi pembagian satuan

Lebih terperinci

BENTANG ALAM KARST. By : Asri Oktaviani

BENTANG ALAM KARST. By : Asri Oktaviani http://pelatihan-osn.blogspot.com Lembaga Pelatihan OSN BENTANG ALAM KARST By : Asri Oktaviani Pengertian tentang topografi kars yaitu : suatu topografi yang terbentuk pada daerah dengan litologi berupa

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Bentuk dan Pola Umum Morfologi Daerah Penelitian Bentuk bentang alam daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal tekstur berupa perbedaan tinggi dan relief yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1518 K/20/MPE/1999 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1518 K/20/MPE/1999 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI, KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1518 K/20/MPE/1999 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI, Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang pertambangan harus memperhatikan

Lebih terperinci

C. Batas Wilayah Secara administratif area pendataan berada di Desa Bandung Rejo dan Desa Sumber Bening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.

C. Batas Wilayah Secara administratif area pendataan berada di Desa Bandung Rejo dan Desa Sumber Bening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Laporan Pendataan Gua, Mata Air dan Telaga di Karst Malang Selatan Desa Bandung Rejo dan Desa Sumber Bening Kecamatan Bantur Kabupaten Malang 19-20 September 2015 A. Latar Belakang Karst adalah bentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang mempunyai keindahan alam yang pantas untuk diperhitungkan.

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT 1 BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN SITUS GUA PAWON DAN LINGKUNGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Bentang alam karst merupakan suatu bentang alam yang memiliki bentukan yang sangat unik dan khas. Bentang alam karst suatu daerah dengan daerah yang lainnya

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH Asmoro Widagdo*, Sachrul Iswahyudi, Rachmad Setijadi, Gentur Waluyo Teknik Geologi, Universitas

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur. Fenomena permukaan meliputi bentukan positif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur. Fenomena permukaan meliputi bentukan positif, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan Karst Gunung Sewu mempunyai bentang alam yang sangat khas, dengan luas area + 1730 km 2 berupa puluhan ribu bukit batu gamping dengan ketinggian antara 20-50

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kawasan Bandung Utara terbentuk oleh proses vulkanik Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Perahu pada kala Plistosen-Holosen. Hal tersebut menyebabkan kawasan ini tersusun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... INTISARI... ABSTRACT... i ii iii iv

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

KARST MAROS PANGKEP MENUJU GEOPARK DUNIA (Tinjauan dari Aspek Geologi Lingkungan) Slamet Nuhung Penyelidik Bumi Madya DESM

KARST MAROS PANGKEP MENUJU GEOPARK DUNIA (Tinjauan dari Aspek Geologi Lingkungan) Slamet Nuhung Penyelidik Bumi Madya DESM KARST MAROS PANGKEP MENUJU GEOPARK DUNIA (Tinjauan dari Aspek Slamet Nuhung Penyelidik Bumi Madya DESM snuhung299@gmail.com ABSTRAK Bentuk bentang alam (geomorfologi) kawasan kars Maros-Pangkep pada umumnya

Lebih terperinci

GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO GL PEGUNUNGAN PLATEAU DAN KARST

GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO GL PEGUNUNGAN PLATEAU DAN KARST GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO GL3222 9. PEGUNUNGAN PLATEAU DAN KARST Plain dan Plateau? Plain (Dataran): Morfologi datar dengan kemiringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terluas ( hektare) di dunia setelah kawasan karst di Cina dan Vietnam

BAB I PENDAHULUAN. terluas ( hektare) di dunia setelah kawasan karst di Cina dan Vietnam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sulawesi Selatan menyimpan sejumlah ragam potensi wisata. Potensi itu tak hanya wisata pantai, air terjun maupun kulinernya. Salah satu kabupaten yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium BALAI BESAR KERAMIK Jalan Jendral A. Yani 392 Bandung. Conto yang digunakan adalah tanah liat (lempung) yang berasal dari Desa Siluman

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG BAB 3 GEOLOGI SEMARANG 3.1 Geomorfologi Daerah Semarang bagian utara, dekat pantai, didominasi oleh dataran aluvial pantai yang tersebar dengan arah barat timur dengan ketinggian antara 1 hingga 5 meter.

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan penting pada pemenuhan kebutuhan makhluk hidup untuk berbagai keperluan. Suplai air tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Foto 24. A memperlihatkan bongkah exotic blocks di lereng gunung Sekerat. Berdasarkan pengamatan profil singkapan batugamping ini, (Gambar 12) didapatkan litologi wackestone-packestone yang dicirikan oleh

Lebih terperinci

GEOLOGI DAERAH KLABANG

GEOLOGI DAERAH KLABANG GEOLOGI DAERAH KLABANG Geologi daerah Klabang mencakup aspek-aspek geologi daerah penelitian yang berupa: geomorfologi, stratigrafi, serta struktur geologi Daerah Klabang (daerah penelitian). 3. 1. Geomorfologi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR S A R I Oleh : Sjaiful Ruchiyat, Arismunandar, Wahyudin Direktorat Geologi Tata Lingkungan Daerah penyelidikan hidrogeologi Cekungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Daerah Rembang secara fisiografi termasuk ke dalam Zona Rembang (van Bemmelen, 1949) yang terdiri dari endapan Neogen silisiklastik dan karbonat. Stratigrafi daerah

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses eksogen adalah proses-proses yang bersifat

Lebih terperinci

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN 4.1 Geomorfologi Pada bab sebelumnya telah dijelaskan secara singkat mengenai geomorfologi umum daerah penelitian, dan pada bab ini akan dijelaskan secara lebih

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir adalah matakuliah wajib dalam kurikulum pendidikan sarjana strata satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 GEOMORFOLOGI III.1.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi yang ada pada daerah penelitian dipengaruhi oleh proses endogen dan proses eksogen. Proses endogen merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Dalam konteksnya sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran Sungai didefinisikan sebagai kawasan yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai yang oleh

Lebih terperinci

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta ABSTRAK Daerah penelitian terletak di daerah Gunung Bahagia, Damai, Sumber Rejo, Kota Balikpapan,

Lebih terperinci

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta, BAB II Geomorfologi II.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat telah dilakukan penelitian oleh Van Bemmelen sehingga dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949 op.cit Martodjojo,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan karst di Indonesia mencapai km 2 dari ujung barat sampai

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan karst di Indonesia mencapai km 2 dari ujung barat sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah baik sumber daya alam hayati maupun non-hayati. Salah satu dari sekian banyak

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian berada pada kuasa HPH milik PT. Aya Yayang Indonesia Indonesia, yang luasnya

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

III.1 Morfologi Daerah Penelitian TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sumberdaya air bawah tanah merupakan sumberdaya yang vital dan strategis, karena menyangkut kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak dalam berbagai aktivitas masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Geografis Daerah Penelitian Wilayah konsesi tahap eksplorasi bahan galian batubara dengan Kode wilayah KW 64 PP 2007 yang akan ditingkatkan ke tahap ekploitasi secara administratif

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geomorfologi adalah salah satu hal yang menjadi dasar dalam ilmu geologi, karena geomorfologi dapat dijadikan panduan dalam pemetaan geologi, selain itu pengamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karst berasal dari bahasa daerah Yugoslavia yang merupakan nama suatu kawasan diperbatasan Italia Utara dan Yugoslavia sekitar kota Trieste. Istilah Karst ini

Lebih terperinci

Subsatuan Punggungan Homoklin

Subsatuan Punggungan Homoklin Foto 3.6. Subsatuan Lembah Sinklin (foto ke arah utara dari daerah Pejaten). Foto 3.7. Subsatuan Lembah Sinklin (foto ke arah utara dari daerah Bulu). Subsatuan Punggungan Homoklin Subsatuan Punggungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi tanah, di laut atau badan-

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Pengamatan geomorfologi terutama ditujukan sebagai alat interpretasi awal, dengan menganalisis bentang alam dan bentukan-bentukan alam yang memberikan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten

Lebih terperinci

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memiliki ibukota Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul sebesar

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati (biological diversity atau biodiversity) adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan keragaman ekosistem dan berbagai bentuk serta variabilitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia termasuk Negara Kepulauan yang memiliki rangkaian pegunungan dengan jumlah gunung berapi yang cukup tinggi, yaitu sekitar 240 gunung. Diantaranya, sekitar 70

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU - 1 - Desaign V. Santoso Edit Dewan Agustus 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN GEOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman

Lebih terperinci

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Kondisi Geomorfologi Bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses endogen adalah

Lebih terperinci

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah Van Bemmelen (1949) membagi Jawa Tengah menjadi beberapa zona fisiografi (Gambar 2.1), yaitu: 1. Dataran Aluvial Jawa bagian utara. 2. Antiklinorium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman hayati (biological

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT PUSAT SUMBERDAYA GEOLOGI B A D A N G E O L O G I DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL 1.1. Latar

Lebih terperinci

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya 5. Peta Topografi 5.1 Peta Topografi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis garis ketinggian. Gambaran ini, disamping tinggi rendahnya permukaan dari pandangan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

POTENSI BAHAN GALIAN GRANIT DAERAH KABUPATEN TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

POTENSI BAHAN GALIAN GRANIT DAERAH KABUPATEN TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH POTENSI BAHAN GALIAN GRANIT DAERAH KABUPATEN TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH Nanda Prasetiyo Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta Wilayah Kabupaten Tolitoli yang terletak di Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK Nama Kelompok : IN AM AZIZUR ROMADHON (1514031021) MUHAMAD FAISAL (1514031013) I NENGAH SUMANA (1514031017) I PUTU MARTHA UTAMA (1514031014) Jurusan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA .1 PETA TOPOGRAFI..2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA . Peta Topografi.1 Peta Topografi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis garis ketinggian. Gambaran ini,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA

BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Analisis Kondisi Geomorfologi Analisis Kondisi Geomorfologi yang dilakukan adalah berupa analisis pada peta topografi maupun pengamatan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL 2.1. TINJAUAN UMUM Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya dibagi menjadi tiga mendala (propinsi) geologi, yang secara orogen bagian timur berumur lebih tua sedangkan bagian

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Berdasarkan bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian maka diperlukan analisa geomorfologi sehingga dapat diketahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan tugas akhir merupakan hal pokok bagi setiap mahasiswa dalam rangka merampungkan studi sarjana Strata Satu (S1) di Institut Teknologi Bandung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan menegaskan bahwa air beserta sumber-sumbernya, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya

Lebih terperinci

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Foto 3.7. Singkapan Batupasir Batulempung A. SD 15 B. SD 11 C. STG 7 Struktur sedimen laminasi sejajar D. STG 3 Struktur sedimen Graded Bedding 3.2.2.3 Umur Satuan ini memiliki umur N6 N7 zonasi Blow (1969)

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*)

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*) PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS Oleh: Suryana*) Abstrak Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dilakukan secara integratif dari komponen biofisik dan sosial budaya

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Oleh : A. Sanusi Halim, Iwan A. Harahap dan Sukmawan SubDit Mineral Non Logam S A R I Daerah penyelidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah tandus, akan tetapi pada kenyataannya Kabupaten Gunungkidul

BAB I PENDAHULUAN. daerah tandus, akan tetapi pada kenyataannya Kabupaten Gunungkidul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Gunungkidul selalu identik dengan kekeringan dan daerah tandus, akan tetapi pada kenyataannya Kabupaten Gunungkidul mempunyai berbagai sumberdaya yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Tanjungsari adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan ini terdiri dari 5 desa dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi nasional yang mempunyai peran yang besar dalam pembangunan nasional. Informasi mengenai sumberdaya

Lebih terperinci

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT 6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT 6.1 Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Manapeu Tanahdaru Wilayah karst dapat menyediakan air sepanjang tahun. Hal ini disebabkan daerah karst memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe ekosistem hutan yang sangat produktif dan memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan ini terletak di

Lebih terperinci

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA Sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk kota Jakarta, hal ini berdampak langsung terhadap meningkatnya kebutuhan air bersih. Dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan bentang alam yang ada di permukaan bumi dipengaruhi oleh proses geomorfik. Proses geomorfik merupakan semua perubahan baik fisik maupun

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Wai Selabung secara administratif termasuk ke dalam wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Wai Selabung secara administratif termasuk ke dalam wilayah 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daerah Penelitian Daerah Wai Selabung secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Mekakau Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan. Luas

Lebih terperinci

ANALISA SUMBER DAYA ALAM GEOLOGI DARI ASPEK GEOWISATA. (Kajian Pengembangan Materi Diklat Geografi) Oleh : Tri Rumhadi, M.Pd Widyaiswara BDK Surabaya

ANALISA SUMBER DAYA ALAM GEOLOGI DARI ASPEK GEOWISATA. (Kajian Pengembangan Materi Diklat Geografi) Oleh : Tri Rumhadi, M.Pd Widyaiswara BDK Surabaya 1 ANALISA SUMBER DAYA ALAM GEOLOGI DARI ASPEK GEOWISATA (Kajian Pengembangan Materi Diklat Geografi) Oleh : Tri Rumhadi, M.Pd Widyaiswara BDK Surabaya Abstrak Masalah sumber daya alam merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yaitu geologi daerah Ngampel dan sekitarnya. Pembahasan meliputi kondisi geomorfologi, urutan stratigrafi,

Lebih terperinci