PIRANTI PEMANFAATAN RESONANSI NUKLIR - MAGNETIK DAN POTENSI APLIKASINYA. Suprajitno Munadi, Rosie Andi Saputra, Dharma Setyabudi dan Yudi Kuntoro

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PIRANTI PEMANFAATAN RESONANSI NUKLIR - MAGNETIK DAN POTENSI APLIKASINYA. Suprajitno Munadi, Rosie Andi Saputra, Dharma Setyabudi dan Yudi Kuntoro"

Transkripsi

1 PIRANTI PEMANFAATAN RESONANSI NUKLIR - MAGNETIK DAN POTENSI APLIKASINYA Suprajitno Munadi, Rosie Andi Saputra, Dharma Setyabudi dan Yudi Kuntoro Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS suprajitnom@lemigas.esdm.go.id S A R I Fenomena resonansi inti atom (nuklir) dengan medan magnet dimanfaatkan untuk kepentingan industri migas dilakukan dengan jalan merekayasa suatu piranti khusus yang memungkinkan diukurnya beberapa parameter penting yang berhubungan dengan keberadaan migas. Parameter tersebut adalah waktu polarisasi proton (T 1 ) dan waktu relaksasi proton (T 2 ) yang berhubungan dengan porositas, permeabilitas, saturasi air dan jenis fluida yang ada di dalam reservoir migas seperti minyak, air atau gas. Rekayasa telah berhasil membuat sebuah prototipe dari peralatan jenis ini dengan cara sendiri dan diuji dalam sumur bor tiruan. Hasilnya menunjukkan bahwa parameter T 1 dapat diukur dengan ketelitian yang tinggi sampai order beberapa puluh mikrodetik, suatu pencapaian yang dapat dijadikan titik tolak untuk pengembangan selanjutnya. Kredit poin rekayasa ini adalah kemampuannya dalam mencari jalan untuk mengendalikan partikelpartikel elementer yang diameternya sebesar sepersejuta nanometer atau satu meter dibagi satu milyar kemudian mendeteksi dan mengamati perilakunya. Sebuah medan magnet bolak-balik dengan frekuensi mendekati satu juta MHz dan voltage ratusan Volt dikombinasikan dengan medan magnet permanen dari Somarium Cobalt sebesar lebih dari Gauss adalah suatu hal yang menjadi kunci dalam keberhasilan rekayasa log NMR ini. Kata kunci : NMR, probe, waktu polarisasi longitudinal proton, waktu relaksasi proton, well logging 1. PENDAHULUAN Fenomena resonansi antara inti atom (nuklir, proton) dengan medan magnet yang dikenal dengan nama NMR (Nuclear Magnetic Resonance) sudah menjadi bahan penelitian banyak ahli sejak Walaupun demikian pemanfaatan fenomena tersebut dalam kehidupan modern masih terus dikembangkan sampai sekarang. Salah satu contohnya adalah pemakaian NMR pada alat untuk logging sumur pengeboran migas (Harsono,1996; Sandors dan Ditzhuijzen,1996). Diperkirakan log NMR ini dapat memberikan beberapa besaran petrofisika yang penting dengan sekali logging. Besaran- besaran petrofisika tersebut adalah porositas, permeabilitas, saturasi air, viskositas fluida dan jenis fluida, bahkan tipe minyak yang ada di dalam reservoir migas (Kenyon dkk., 1995). Di industri alat jenis ini sudah dipakai oleh Schlumberger/Halliburton untuk jasa pengukuran dengan biaya yang sangat mahal sehingga menjadi kurang menarik minat perusahaan migas (Coates dan Prammer, 1999). Bila dibandingkan dengan produk Schlumberger/ Halliburton, rekayasa ini berbeda dalam hal desain akan tetapi diharapkan dapat berfungsi sama dengan biaya yang jauh lebih rendah walaupun presisinya tidak sebaik mereka. 16 M&E, Vol. 10, No. 3, September 2012

2 Di dunia kedokteran peralatan-peralatan pendiagnosa yang berprinsip pada fenomena NMR ini disebut Magnetic Resonance Imaging disingkat MRI (Bronskill dan Sprawl, 1993). Fenomena NMR juga banyak dipakai untuk analisis di bidang Geokimia Anorganik yang dikenal dengan nama Spektroskopi NMR. Spektroskopi NMR juga banyak dipakai untuk analisis senyawa kimia organik (Tarigan, 1984). Kertas kerja ini membahas usaha melakukan rekayasa khusus untuk menghasilkan suatu piranti dalam rangka memanfaatkan fenomena resonansi antara inti atom (nuklir) hidrogen dengan medan magnet. Artinya ini adalah suatu usaha untuk menarik manfaat dari perilaku benda-benda berukuran sangat kecil (proton) yang jari-jarinya hanya sekitar satu meter dibagi satu milyar. Untuk dapat memanfaatkan bendabenda yang sangat kecil tersebut, kita harus mengetahui perilakunya yang khas. Perilaku yang khas ini baru muncul dan dapat diamati bila kita mengganggu mereka dari tingkah laku normalnya. Kemudian dengan peralatan elektromagnetik yang khusus pula kita mengamati perubahan perilaku itu untuk kita daya gunakan bagi kepentingan kita. Berurusan dengan benda-benda sangat kecil (proton) memerlukan keahlian tersendiri. Proton sebagai partikel elementer bentuknya menyerupai bola dengan jari-jari sebesar 0, nm (sepersejuta nanometer). Satu nanometer (nm) adalah ukuran panjang setara dengan 10-9 m atau satu meter dibagi satu milyar. Untuk dapat membayangkan betapa kecilnya ukuran ini bandingkan dengan sehelai rambut. Sehelai rambut mempunyai diameter kira-kira nm dan bakteri berukuran beberapa ratus nm, jadi bakteri besarnya sepadan dengan sehelai rambut dibagi 500. kalau jari-jari inti kira sebesar 0, nm, maka jari-jari atom adalah sebesar 0,1-0,2 nm. Artinya jari-jari atom adalah kira-kira 5000 sampai kali jari-jari inti. Jadi, rekayasa piranti ini adalah suatu usaha untuk mengiteraksikan partikel-partikel elementer yang ukurannya sepersejuta nano meter atau satu meter dibagi satu trilyun tersebut. Kesukaran-kesukaran yang dihadapi diharapkan dapat menjadi pengalaman dan pelajaran yang amat berguna untuk bagi generasi penerus untuk memasuki dunia nano ini. 2. TEORI DASAR Material terdiri atas milyaran atom dan masingmasing atom mempunyai inti yang dikelilingi oleh elektron. Inti atom terdiri atas proton dan netron. Proton ini melakukan gerak rotasi pada sumbunya (spinning) demikian juga elektron. Karena kedua partikel elementer ini mempunyai muatan listrik maka timbul momen magnet. Momen magnet yang disebabkan karena berputarnya proton disebut momen magnet inti. Pada keadaan biasa, arah momen magnet inti ini tak beraturan (acak) sehingga magnetisasi total dari material itu lemah dan tak punya pola. Apabila sebuah medan magnet yang berasal dari magnet permanen (B 0 ) kita kenakan kepada material tadi, maka arah momen magnet inti dari proton-proton yang ada di dalamnya akan menjadi teratur, dan sebagai akibatnya magnetisasi akan meningkat sampai dicapai keadaan jenuh. Waktu untuk membawa protonproton yang momen magnet intinya semula berarah acak menjadi teratur disebut longitudinal polarization time (waktu polarisasi proton) dan disingkat dengan simbol T 1. Medan magnet yang kedua adalah medan magnet khusus (B 1 ). Medan magnet ini harus mampu menembus konfigurasi atom-atom material dan langsung "menggoyang" proton yang sedang berotasi dengan tenang. Untuk ini diperlukan medan magnet bolak balik dengan frekuensi 60 juta Hertz dan tegangan 500 Volt. Akibat goyangan ini proton akan melakukan gerak presesi (gerak gasing yang oleng) disamping masih mempertahankan gerak rotasi pada sumbunya (Gambar 1). Gerak presesi inilah yang merupakan gerakan yang paling efektif untuk magnetisasi karena muatan yang berputar akan menimbulkan medan magnet. Gerak presesi ini adalah akibat dari adanya resonansi antara Piranti Pemanfaatan Resonansi Nuklir - Magnetik... ; Suprajitno M, Rosie AS, Dharma S, Yudi K 17

3 proton dengan medan magnet. Frekuensi gerak presesi ini yang dikenal dengan nama frekuensi Larmor adalah : B f (1) dengan ã adalah rasio giromagnetik dari proton yang besarnya = 267,54 MHz/tesla. B o = medan magnet yang mempengaruhi proton. Gerak presesi ini menyebabkan pemutaran fasa moment magnet inti dari 90 menjadi 180. Di dekat material yang proton-protonnya melakukan gerak presesi inilah ditempatkan antenna untuk merekam tegangan akibat magnetisasi. Keadaan ini dibiarkan sesaat, kemudian medan magnet B 1 dihentikan. Karena ketiadaan medan penyebab resonansi ini akibatnya proton akan kehilangan energi untuk melakukan gerak presisi sehingga dia akhirnya melakukan gerak relaksasi. Waktu untuk menyelesaikan gerak relaksasi ini dinamakan transversal relaxation time (waktu relaksasi proton) disingkat T 2 nilainya berbeda antara satu material dengan material yang lain. Bahkan lamanya waktu relaksasi berhubungan langsung dengan porositas batuan reservoir. Selain itu kombinasi nilai-nilai T 1 dapat dipakai untuk membedakan minyak, air dan gas. Perhatikanlah diagram berikut ini (Gambar 2). T 1 fast T 2 fast Diff n/a T 1 slow T 2 fast Diff high Proses polarisasi dan relaksasi proton tadi dapat digambarkan dalam bentuk diagram Gambar 3. Selain T 1 ada lagi satu parameter yang menarik yakni koefisien difusi. Koefisien difusi disebabkan oleh mekanisme pergeseran molekul hidrokarbon saat proton melakukan relaksasi dan ini mempengaruhi nilai T 2. Koefisien difusi ini dirumuskan sebagai : f 0 B 0 Bound Gas Z Water Oil N Free T 1 med T 2 med Diff med T 1 slow T 2 slow Diff low Gambar 2. Kombinasi antara T 1 untuk air, gas dan minyak. Diff adalah koefisien difusi. Diff T 12 ( 2 2 diffusion G T e ) (2) S Y (a) X (b) Gambar 1. (a) Simulasi gerak rotasi proton pada sumbunya (spinning). (b) Simulasi gerak presesi proton (precession). 18 M&E, Vol. 10, No. 3, September 2012

4 Dengan ketentuan : Diff = koefisien difusi molekuler ã = gyromagnetik rasio proton G = gradient kuat medan magnet (Gauss/cm) T e = spasi antar echo (lihat gambar 3). T 1 T 2 Gambar 3. Visualisasi longitudinal polarization time (T 1 ) dan transversal relaxation time (T 2 ). T e adalah interval antar echo signal (Menger dan Prammer, 2002). 3. REKAYASA SISTEM Sistem yang dimaksud akan merupakan sebuah kombinasi dari komponen-komponen elektromekanik yang digabung menjadi suatu piranti khusus yang diharapkan mampu memanfaatkan fenomena resonansi nuklir-magnetik untuk keperluan industri. Alat (probe) yang menggunakan prinsip NMR dapat dimasukkan ke dalam lubang sumur untuk menentukan nilai dari beberapa parameter petrofisika batuan maupun fluida yang ada di sekeliling lubang bor seperti porositas, permeabilitas, saturasi air, kekentalan minyak, indeks hidrokarbon, dan lainnya (Kenyon, 1992). Sementara ini rekayasa baru diarahkan untuk membuat prototipe dari log NMR yang mampu menampilkan nilai-nilai T 1 dan T 2. Piranti Log NMR yang direkayasa itu terdiri dari komponen-komponen seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4. Battery Trafo 500 V 0,732 MHz Waveform Generator Timer 1, Timer 2 Microcontroller Signal Conditioning NMR Probe Data logger DAQ I/O PC / Laptop Database Gambar 4. Layout peralatan hasil rekayasa Piranti Pemanfaatan Resonansi Nuklir - Magnetik... ; Suprajitno M, Rosie AS, Dharma S, Yudi K 19

5 4. HASIL REKAYASA DAN UNJUK KERJA Hasil rekayasa ini masih berupa prototipe akan tetapi sudah mampu mengukur T 1 dengan cermat dalam orde nano detik. Baterai NMR Probe pada 120 level (kedalaman) dengan interval 12 cm (Gambar 8). Pebedaan nilai T 1 dari kedua kedalaman adalah 0, mili detik, sementara perbedaan nilai T 2 adalah 0,00005 mili detik. Hal ini mewakili perbedaan sifat petrofisika di kedua level tersebut. Hasil pengukuran pada kedalaman 4,1 m diperlihatkan pada Gambar 9 atas, sedang hasil pengukuran pada kedalaman 11,6 m diperlihatkan pada Gambar 9 bawah. Terlihat pola waktu polarisasi (T 1 ) dari kedua kurva tersebut agak mirip, sementara pola waktu relaksasi (T 2 ) berbeda. Pada level 11,6 m kurva T 2 lebih curam mencerminkan porositas yang lebih kecil. Nilai porositas perlu dihitung memakai software yang dapat menginversi rekaman T 2. Keterbatasan bit dari data logger yang dipakai saat ini (16 bit) belum memungkinkan perekaman digital dengan sampling interval dalam order milli detik. Alat yang direkayasa baru mampu merekam nilai awal dan nilai akhir dari T 1. Nilai antara dari kurva-kurva tersebut didapat secara interpolasi eksponensial. Centralizer Gambar 5. Desain umum NMR probe (berwarna kuning) dan centralizernya. Saat logging centralizer diletakkan di atas dan di bawah probe 5. PEMBAHASAN Prototipe Log NMR (Gambar 6) beserta centralizer nya (Gambar 7) telah dicoba untuk berfungsi pada sumur tiruan. Sumur tiruan ini adalah sebuah sumur pengeboran sangat dangkal dan rekaman waktu T 1 dilakukan 6. KESIMPULAN Berfungsinya piranti hasil rekayasa ini membuktikan bahwa telah dicapai kemampuan memasuki teknologi yang memanfaatkan perilaku partikel elementer (proton) atau partikelpartikel sub-atomik yang ukurannya jauh lebih kecil dari pada bakteri. Proton ini dipercaya berbentuk bola dengan diameter 0, nm (sepersejuta nanometer) atau satu meter dibagi satu triliun yang bergerak dengan kecepatan 0,7 kali kecepatan cahaya. Pencapaian ini di negeri ini, kemungkinan besar adalah yang pertama untuk instansi yang bergerak di bidang litbang teknologi. Dibanding teknologi di luar negeri, rekayasa ini membuat alat pemanfaatan fenomena NMR yang berbeda dalam desain tapi sama dalam fungsi. Inovasi yang dapat dicatat dalam kegiatan ini adalah bahwa piranti pemanfaatan fenomena NMR yang saat ini termasuk dalam kategori "the 20 M&E, Vol. 10, No. 3, September 2012

6 1. Quick Coupling 2. Magnet (Samarium Cobalt 1.32 T) 3. Receiver 4. Transmiter 1. Quick Coupling 2. Lengan Centralizer 3. Roda dan As Pendorong 4. Pegas Gambar 6. Desain NMR Probe Gambar 7. Desain mekanik Centralizer (a) (b) Gambar 8. (a). Litologi yang ditembus oleh sumur tiruan (kedalaman dalam meter) (b). Logging NMR di sumur tiruan Piranti Pemanfaatan Resonansi Nuklir - Magnetik... ; Suprajitno M, Rosie AS, Dharma S, Yudi K 21

7 Gambar 9. Hasil pengukuran T 1 pada dua kedalaman yang berbeda di dalam sumur tiruan leading edge technology" sudah dapat direkayasa dengan cara-cara sendiri yang relatif murah, walaupun harus diakui hal ini adalah baru merupakan langkah pertama, akan tetapi kalau mau dikembangkan lebih lanjut, potensi aplikasinya begitu beragam, bukan hanya untuk well logging tetapi dapat juga untuk pemeriksaan sampel batuan reservoir dari core dan sampel untuk analisis geokimia organik di laboratorium, spektrometri unsur-unsur kimia, diagnosa dalam dunia medis, dan lainnya. DAFTAR PUSTAKA Bronskill, M.J., Sprawl, P., 1993, The Physics of MRI, American Association of Physicsists in Medicine Summer School Proceedings, American Institute of Physics. Coates, G.R.,Xiao, L. dan Prammer G, M.G., 1999, NMR Logging and Applications, Halliburton Energy Services, Halliburton. Harsono, A., 1996, NMR Teknologi Logging Abad ke 21, Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi No.05, hal Kenyon, B., Kleinberg, R., Straley, C., Gubelin, G, Morriss, C., 1995, Nuclear Magnetic Resonance Imaging, Technology for the 21st Century, Oilfield Review, p.19-33, Autumn. Kenyon,W.E., 1992, Nuclear magnetic Resonance as a Petrophysical Measurement, Nuclear Geophys., Vol.6,2 p Menger, S. D an Prammer, M., 2002, Development in NMR Logging, dalam Covell, M. dan Parkinson, M., 2002, Geological Application of Well Logs, AAPG Method in Exploration Series, No. 13. Musu, J.,T., 2000, Relationship between Reservoir Properties and NMR Measurements: Examples from Tirrawarra Sandstone, Copper Basin, South Australia, National Centre of Petroleum Geology and Geophysics, University of Adelaide. Sandors,R.K.J dan Ditzhuijzen, P.J.D., 1995, NMR Logging The New Measurement, Shell International Petroleum Maatschappij. Tarigan, P., 1984, Spektrometri Resonansi Magnet Inti, Penerbit Alumni, Bandung. 22 M&E, Vol. 10, No. 3, September 2012

Penentuan Tipe Fluida Dengan Menggunakan Log Nuclear Magnetic Resonance Dalam Eksplorasi Migas Teknologi Abad 21 Untuk Optimasi Eksplorasi Migas

Penentuan Tipe Fluida Dengan Menggunakan Log Nuclear Magnetic Resonance Dalam Eksplorasi Migas Teknologi Abad 21 Untuk Optimasi Eksplorasi Migas Penentuan Tipe Fluida Dengan Menggunakan Log Nuclear Magnetic Resonance Dalam Eksplorasi Migas Teknologi Abad 21 Untuk Optimasi Eksplorasi Migas Wega Maulana Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral,

Lebih terperinci

Prototipe Sistem Nuclear Magnetic Resonance Logging Dengan Metode Inside-Out Tipe Jackson

Prototipe Sistem Nuclear Magnetic Resonance Logging Dengan Metode Inside-Out Tipe Jackson Prototipe Sistem Nuclear Magnetic Resonance Logging Dengan Metode Inside-Out Tipe Jackson Ferry Aziz Arifiyanto, Supriyanto, Lingga Hermanto Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Tomografi Resonansi Magnetik Inti; Teori Dasar, Pembentukan Gambar dan Instrumentasi Perangkat Kerasnya, oleh Daniel Kartawiguna Hak Cipta 2015 pada

Tomografi Resonansi Magnetik Inti; Teori Dasar, Pembentukan Gambar dan Instrumentasi Perangkat Kerasnya, oleh Daniel Kartawiguna Hak Cipta 2015 pada Tomografi Resonansi Magnetik Inti; Teori Dasar, Pembentukan Gambar dan Instrumentasi Perangkat Kerasnya, oleh Daniel Kartawiguna Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Magnetic Resonance Imaging (MRI) Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hidrogen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia maka kemajuan dibidang teknologi mutlak adanya guna menyokong kebutuhan manusia. Efek daripada hal tersebut kini

Lebih terperinci

BAB VII NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE (RESONANSI

BAB VII NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE (RESONANSI BAB VII NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE (RESONANSI INTl MAGNIT) 1. Pendahuluan Pada tahun 1945, dua group saijana fisika Purcell, Tony dan Pound (Harvard University) dan Bloch, Hansen dan Packard (Stanford

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

Kata kunci: Interpretasi seismik, Petrofisika, Volumetrik, OOIP

Kata kunci: Interpretasi seismik, Petrofisika, Volumetrik, OOIP PERHITUNGAN VOLUMETRIK CADANGAN HIDROKARBON MENGGUNAKAN DATA PETROFISIK DAN SEISMIK PADA RESERVOIR BATUPASIR FORMASI TALANG AKAR, LAPANGAN CTR, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN Citra Fitriani 1, Makharani,S.Si

Lebih terperinci

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik V. Medan Magnet Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik Di tempat tersebut ada batu-batu yang saling tarik menarik. Magnet besar Bumi [sudah dari dahulu dimanfaatkan

Lebih terperinci

PERANAN IPTEK NUKLIR DALAM EKSPLORASI HIDROKARBON

PERANAN IPTEK NUKLIR DALAM EKSPLORASI HIDROKARBON PERANAN IPTEK NUKLIR DALAM EKSPLORASI HIDROKARBON EKO BUDI LELONO, ISNAWATI Puslitbang Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS, Jl. Cileduk Raya kav. 109, Jakarta Telp.021-7394662, Faksimili 021-7394662

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah BAB I PENDAHULUAN Kegiatan ekplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi merupakan kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah kegiatan eksplorasi dilaksanakan dan ditemukan

Lebih terperinci

Acara Well Log Laporan Praktikum Geofisika Eksplorasi II

Acara Well Log Laporan Praktikum Geofisika Eksplorasi II WELL LOG 1. Maksud dan Tujuan Maksud : agar praktikan mengetahui konsep dasar mengenai rekaman sumur pemboran Tujuan : agar praktikan mampu menginterpretasi geologi bawah permukaaan dengan metode rekaman

Lebih terperinci

C20 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut.

C20 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut. 1 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut. Rentang hasil pengkuran diameter di atas yang memungkinkan adalah. A. 5,3 cm sampai dengan 5,35 cm

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR MRI DISUSUN OLEH: HENDRANA TJAHJADI, ST 2007

DASAR-DASAR MRI DISUSUN OLEH: HENDRANA TJAHJADI, ST 2007 DASAR-DASAR MRI DISUSUN OLEH: HENDRANA TJAHJADI, ST 2007 PENDAHULUAN NMRI atau MRI? Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan teknik pencitraan yang digunakan untuk menghasilkan citra dalam tubuh manusia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel...

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... DAFTAR ISI Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract...... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... i iii iv v viii xi xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

Daerah radiasi e.m: MHz (75-0,5 m)

Daerah radiasi e.m: MHz (75-0,5 m) NMR = NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE = RESONANSI MAGNET INTI PENEMU: PURCELL, DKK (1945-1950), Harvard Univ. BLOCH, DKK, STANFORD. UNIV. Guna: - Gambaran perbedaan sifat magnet berbagai inti. - Dugaan letak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu kegiatan pengumpulan data bawah permukaan pada kegiatan pengeboran sumur minyak dan atau gas bumi baik untuk sumur eksplorasi maupun untuk sumur

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2009 Fisika

UN SMA IPA 2009 Fisika UN SMA IPA 009 isika Kode Soal P88 Doc. Version : 0-06 halaman 0. itria melakukan perjalanan napak tilas dimulai dari titik A ke titik B : 600 m arah utara; ke titik C 400 m arah barat; ke titik D 00 m

Lebih terperinci

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar!

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar! Pilihlah Jawaban yang Paling Tepat! Pilihlah jawaban yang benar!. Sebuah pelat logam diukur menggunakan mikrometer sekrup. Hasilnya ditampilkan pada gambar berikut. Tebal pelat logam... mm. 0,08 0.,0 C.,8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena optik dapat mendeskripsikan sifat medium dalam interaksinya dengan gelombang elekromagnetik. Hal tersebut ditentukan oleh beberapa parameter optik, yaitu indeks

Lebih terperinci

Inti Atom dan Penyusunnya. Sulistyani, M.Si.

Inti Atom dan Penyusunnya. Sulistyani, M.Si. Inti Atom dan Penyusunnya Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Eksperimen Marsden dan Geiger Pendahuluan Teori tentang atom pertama kali dikemukakan oleh Dalton bahwa atom bagian terkecil dari

Lebih terperinci

FENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK. Tugas Akhir

FENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK. Tugas Akhir FENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK Tugas Akhir Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Program

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1986

Fisika EBTANAS Tahun 1986 Fisika EBTANAS Tahun 1986 EBTANAS-86-01 Pada pengukuran panjang benda, diperoleh hasil pengukuran 0,07060 m. Banyaknya angka penting hasil pengukuran tersebut adalah dua tiga C. empat D. lima E. enam EBTANAS-86-0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Guimaraes, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (Guimaraes, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah teknologi pembuatan dan penggunaan material yang memiliki ukuran nanometer dengan skala (1-100 nm). Perubahan ukuran bulk ke nanomaterial mengakibatkan

Lebih terperinci

2. Sebuah partikel bergerak lurus ke timur sejauh 3 cm kemudian belok ke utara dengan sudut 37 o dari arah timur sejauh 5 cm. Jika sin 37 o = 3 5

2. Sebuah partikel bergerak lurus ke timur sejauh 3 cm kemudian belok ke utara dengan sudut 37 o dari arah timur sejauh 5 cm. Jika sin 37 o = 3 5 1 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut. Diameter minimum benda sebesar. A. 9,775 cm B. 9,778 cm C. 9,782 cm D. 9,785 cm E. 9,788 cm 2. Sebuah

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL SMA/MA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

UJIAN NASIONAL SMA/MA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 UJAN NASONAL SMA/MA TAHUN PELAJARAN 29/2 Prediksi MATA PELAJARAN WAKTU UJAN : FSKA : 2 MENT. Untuk mengukur panjang sebuah benda L digunakan jangka sorong seperti gambar di bawah ini. Hasil pengukuran

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

Magnetic Resonance Image. By Arman

Magnetic Resonance Image. By Arman Magnetic Resonance Image By Arman Magneting Resonance Image Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan suatu teknik penggambaran penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetic inti atom hidrogen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Suardy dan Taruno (1985), Indonesia memiliki kurang lebih 60 cekungan sedimen yang tersebar di seluruh wilayahnya. Dari seluruh cekungan sedimen tersebut, penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hidrokarbon merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat meningkatkan kemajuan Bangsa Indonesia khususnya pada eksplorasi minyak dan gas bumi. Kegiatan ekplorasi

Lebih terperinci

Medan magnet bumi, Utara geografik D. Utara magnetik I. Timur

Medan magnet bumi, Utara geografik D. Utara magnetik I. Timur Magnetometer. Medan magnet bumi mempunyai arah utara-selatan dan besarnya 45000 gama ( 1 gama = 1 nano Tesla), untuk posisi di katulistiwa. Medan ini disebut juga dengan medan normal. Keberadaan mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Lapangan R merupakan bagian dari kompleks gas bagian Selatan Natuna yang terbentuk akibat proses inversi yang terjadi pada Miosen Akhir hingga Pliosen Awal

Lebih terperinci

Mampu menentukan harga kejenuhan air pada reservoir

Mampu menentukan harga kejenuhan air pada reservoir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud 1.1.1.1 Melakukan analisis kuantitatif data log dengan menggunakan data log Gamma ray, Resistivitas, Neutron, dan Densitas. 1.1.1.2 Mengevaluasi parameter-parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanopartikel magnetik adalah partikel yang bersifat magnetik, berukuran dalam kisaran 1 nm sampai 100 nm. Ukuran partikel dalam skala nanometer hingga mikrometer identik

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Mata Kuliah : Fisika Kode/SKS : FIS 100 / 3 (2-3) Deskrisi : Mata Kuliah Fisika A ini diberikan untuk mayor yang berbasis IPA tetapi tidak memerlukan dasar fisika yang

Lebih terperinci

Evaluasi Cadangan Minyak Zona A dan B, Lapangan Ramses, Blok D Melalui Pemodelan Geologi Berdasarkan Data Petrofisika

Evaluasi Cadangan Minyak Zona A dan B, Lapangan Ramses, Blok D Melalui Pemodelan Geologi Berdasarkan Data Petrofisika Evaluasi Cadangan Minyak Zona A dan B, Lapangan Ramses, Blok D Melalui Pemodelan Geologi Berdasarkan Data Petrofisika a Prahara Iqbal, b Undang Mardiana a UPT Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

PAKET UJIAN NASIONAL Pelajaran : FISIKA Waktu : 120 Menit

PAKET UJIAN NASIONAL Pelajaran : FISIKA Waktu : 120 Menit PAKET UJIAN NASIONAL Pelajaran : FISIKA Waktu : 20 Menit Pilihlah salah satu jawaban yang tepat! Jangan lupa Berdoa dan memulai dari yang mudah.. Diameter dalam sebuah silinder diukur menggunakan jangka

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI

BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI 2. 1 Gelombang Elastik Gelombang elastik adalah gelombang yang merambat pada medium elastik. Vibroseismik merupakan metoda baru dikembangkan dalam EOR maupun IOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini peran nanoteknologi begitu penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan kehidupan manusia. Nanoteknologi merupakan bidang

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1998

Fisika EBTANAS Tahun 1998 Fisika EBTANAS Tahun 1998 EBTANAS-98-01 Pada ganbar di samping, komponen vektor gaya F menurut sumbu x adalah A. 1 3 F y B. 1 F F 1 F C. 30 o D. 1 F 0 x E. 1 3 F EBTANAS-98-0 Benda jatuh bebas adalah benda

Lebih terperinci

DASAR DASAR KELISTRIKAN DAIHATSU TRAINING CENTER

DASAR DASAR KELISTRIKAN DAIHATSU TRAINING CENTER DASAR DASAR KELISTRIKAN Dasar dasar kelistrikan Komposisi benda Substance Suatu benda bila kita bagi, kita akan mendapatkan suatu partikel yang disebut Molekul, Molekul bila kita bagi lagi kita kan mendapatkan

Lebih terperinci

SOAL UJIAN NASIONAL TP 2012/2013

SOAL UJIAN NASIONAL TP 2012/2013 SOL UJIN NSIONL TP 2012/2013 1. Dari puncak sebuah menara setinggi 45 m dijatuhkan sebuah batu, jika percepatan grafitasi bumi ms -2, kecepatan batu pada saat tepat menyentuh tanah a. 25 ms -1 b. 30 ms

Lebih terperinci

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R3 EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD Dosen Pembina : Herlik Wibowo, S.Si, M.Si Septia Kholimatussa diah* (080913025), Mirza Andiana

Lebih terperinci

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh 1. Energi getaran selaras : A. berbanding terbalik dengan kuadrat amplitudonya B. berbanding terbalik dengan periodanya C. berbanding lurus dengan kuadrat amplitudonya. D. berbanding lurus dengan kuadrat

Lebih terperinci

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N 1. Sebuah lempeng besi tipis, tebalnya diukur dengan menggunakan mikrometer skrup. Skala bacaan hasil pengukurannya ditunjukkan pada gambar berikut. Hasilnya adalah... A. 3,11 mm B. 3,15 mm C. 3,61 mm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan energi di Indonesia khususnya energi listrik semakin berkembang. Energi listrik sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan Magnet

Bahan Listrik. Bahan Magnet Bahan Listrik Bahan Magnet Sejarah Magnet Kata magnet berasal dari bahasa yunani magnitis lithos yang berarti batu magnesia. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani pada masa lalu yang kini bernama

Lebih terperinci

Analisis Petrofisika Batuan Karbonat Pada Lapangan DIF Formasi Parigi Cekungan Jawa Barat Utara

Analisis Petrofisika Batuan Karbonat Pada Lapangan DIF Formasi Parigi Cekungan Jawa Barat Utara Analisis Petrofisika Batuan Karbonat Pada Lapangan DIF Formasi Parigi Cekungan Jawa Barat Utara Nadifatul Fuadiyah 1, Widya Utama 2,Totok Parafianto 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

Lebih terperinci

Magnet Rudi Susanto 1

Magnet Rudi Susanto 1 Magnet Rudi Susanto 1 MAGNET Sifat kemagnetan telah dikenal ribuan tahun yang lalu ketika ditemukan sejenis batu yang dapat menarik besi Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, orang telah dapat

Lebih terperinci

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas 1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : jenis gas suhu gas tekanan gas D. volume gas E. banyak partikel 2. Seorang anak duduk di atas kursi pada roda yang berputar

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

HIGH RESOLUTION MINI SEISMIC DATA ACQUISITION SYSTEM (HR MS-DAS) Suprajitno Munadi dan Rosie A. S

HIGH RESOLUTION MINI SEISMIC DATA ACQUISITION SYSTEM (HR MS-DAS) Suprajitno Munadi dan Rosie A. S HIGH RESOLUTION MINI SEISMIC DATA ACQUISITION SYSTEM (HR MS-DAS) Suprajitno Munadi dan Rosie A. S Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS smunadi@lemigas.esdm.go.id S A

Lebih terperinci

ESTIMASI PERMEABILITAS RESERVOIR DARI DATA LOG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA FORMASI MENGGALA PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

ESTIMASI PERMEABILITAS RESERVOIR DARI DATA LOG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA FORMASI MENGGALA PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA ESTIMASI PERMEABILITAS RESERVOIR DARI DATA LOG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA FORMASI MENGGALA PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA Liana Zamri *, Juandi M, Muhammad Edisar Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1994

Fisika EBTANAS Tahun 1994 Fisika EBTANAS Tahun 1994 EBTANAS-94-01 Diantara kelompok besaran di bawah ini yang hanya terdiri dari besaran turunan saja adalah A. kuat arus, massa, gaya B. suhu, massa, volume C. waktu, momentum, percepatan

Lebih terperinci

Fisika Batuan 2 sks/ MFG 2943

Fisika Batuan 2 sks/ MFG 2943 Fisika Batuan 2 sks/ MFG 2943 Fisika Batuan Assesment/ sistem penilaian KONTRAK KERJA/KULIAH 1. Mahasiswa harus hadir minimal 75 % kuliah 2. Hadir tepat waktu, tidak boleh terlambat dari jadwal yang telah

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016

CATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016 CATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI Diah Ayu Suci Kinasih -24040115130099- Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016 PENGANTAR SPEKTROSKOPI Pengertian Berdasarkan teori klasik spektoskopi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang. Alam menyediakan sumber daya untuk keperluan kehidupan manusia, manusia modern membutuhkan sumber daya alam tersebut untuk menunjang kemajuan tehnologi, dengan tehnologi

Lebih terperinci

STRUKTUR ATOM A. PENGERTIAN DASAR

STRUKTUR ATOM A. PENGERTIAN DASAR STRUKTUR ATOM A. PENGERTIAN DASAR 1. Partikel dasar : partikel-partikel pembentuk atom yang terdiri dari elektron, proton den neutron. 1. Proton : partikel pembentuk atom yang mempunyai massa sama dengan

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA... Kelas / Semester : XII / I Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala dalam menyelesaikan masalah 1.1 gejala dan ciriciri secara umum.

Lebih terperinci

polutan. Pada dasarnya terdapat empat kelas bahan nano yang telah dievaluasi sebagai bahan fungsional untuk pemurnian air yaitu nanopartikel

polutan. Pada dasarnya terdapat empat kelas bahan nano yang telah dievaluasi sebagai bahan fungsional untuk pemurnian air yaitu nanopartikel 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan mendasar bagi makhluk hidup. Namun, kualitas air terus menurun karena pertumbuhan penduduk maupun industrialisasi yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan energi di dunia akan minyak dan gas bumi sebagai bahan bakar fosil yang utama cenderung meningkat seiring dengan perubahan waktu. Kebutuhan dunia

Lebih terperinci

ANALISA FISIKAMINYAK (PETROPHYSICS) DARI DATA LOG KONVENSIONAL UNTUK MENGHITUNG Sw BERBAGAI METODE

ANALISA FISIKAMINYAK (PETROPHYSICS) DARI DATA LOG KONVENSIONAL UNTUK MENGHITUNG Sw BERBAGAI METODE ANALISA FISIKAMINYAK (PETROPHYSICS) DARI DATA LOG KONVENSIONAL UNTUK MENGHITUNG Sw BERBAGAI METODE Cahaya Rosyidan, Listiana Satiawati* ), Bayu Satiyawira 1 Teknik Perminyakan-FTKE, Universitas Trisakti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Kiprah dan perjalanan PT. Chevron Pacific Indonesia yang telah cukup lama ini secara perlahan diikuti oleh penurunan produksi minyak dan semakin kecilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah penelitian, yaitu Cekungan Sunda merupakan salah satu cekungan dari rangkaian cekungan sedimen busur belakang berumur Tersier yang terletak di Sumatra dan Laut

Lebih terperinci

Tata cara pencatatan akuifer dengan metode logging geolistrik tahanan jenis short normal (SN) dan long normal (LN) dalam rangka eksplorasi air tanah

Tata cara pencatatan akuifer dengan metode logging geolistrik tahanan jenis short normal (SN) dan long normal (LN) dalam rangka eksplorasi air tanah Badan Standardisasi Nasional Tata cara pencatatan akuifer dengan metode logging geolistrik tahanan jenis short normal (SN) dan long normal (LN) dalam rangka eksplorasi air tanah ICS 13.080.01; 93.020 Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material dan struktur fungsional dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi selalu dikaitkan

Lebih terperinci

Struktur atom. Kunci : A Pembahasan Partikel dasar penyusun atom adalah proton, elektron dan neutron

Struktur atom. Kunci : A Pembahasan Partikel dasar penyusun atom adalah proton, elektron dan neutron Struktur atom 1. Partikel-partikel berikut yang termasuk partikel dasar atom adalah... (A) Proton, elektron, neutron (D) Proton, elektron, neutron, nukleon, (B) Nukleon, muon, positron (E) Proton, neutron,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan baik udara, tanah, ataupun air banyak terjadi akibat dari aktivitas manusia. Menurut UU No.32 tahun 2009, yang dimaksud dengan pencemaran adalah

Lebih terperinci

FISIKA BATUAN Pendekatan Estimasi Permeabilitas dan Saturasi Air Berbasiskan Data Seismik

FISIKA BATUAN Pendekatan Estimasi Permeabilitas dan Saturasi Air Berbasiskan Data Seismik FISIKA BATUAN Pendekatan Estimasi Permeabilitas dan Saturasi Air Berbasiskan Data Seismik Oleh: Prof. Dr. Sismanto, M.Si. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

PETA MATERI FISIKA SMA UN 2015

PETA MATERI FISIKA SMA UN 2015 PETA MATERI FISIKA SMA UN 2015 Drs. Setyo Warjanto setyowarjanto@yahoo.co.id 081218074405 SK 1 Ind 1 Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak

Lebih terperinci

Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu. Sumber/ Bahan/Alat. Penilaian kinerja (sikap dan praktik), test tertulis

Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu. Sumber/ Bahan/Alat. Penilaian kinerja (sikap dan praktik), test tertulis SILABUS Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : XII/1 Standar Kompetensi: 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah 1.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi

Lebih terperinci

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK =================================================

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ================================================= Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ================================================= Bila dalam kawat PQ terjadi perubahan-perubahan tegangan baik besar maupun arahnya, maka dalam kawat PQ

Lebih terperinci

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-127 Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density Ismail Zaky Alfatih, Dwa Desa Warnana, dan

Lebih terperinci

1. Wati mengukur panjang batang logam dengan menggunakan micrometer skrup seperti gambar di bawah ini.

1. Wati mengukur panjang batang logam dengan menggunakan micrometer skrup seperti gambar di bawah ini. 1. Wati mengukur panjang batang logam dengan menggunakan micrometer skrup seperti gambar di bawah ini. 14 15 16 17 15 10 5 0 45 Panjang batang logam tersebut adalah.. 17,50 mm B. 17,05 mm C. 16,50 mm D.

Lebih terperinci

C13 1 FISIKA SMA/MA IPA

C13 1 FISIKA SMA/MA IPA 1 1. Seorang siswa mengukur ketebalan suatu bahan menggunakan mikrometer sekrup. Ketebalan bahan adalah. A. (5,83±0,005) mm B. (5,83±0,01) mm C. (5,53±0,005) mm D. (5,53±0,01) mm E. (5,33±0,005) mm 2.

Lebih terperinci

RANGKUMAN MATERI. Struktur Atom

RANGKUMAN MATERI. Struktur Atom RANGKUMAN MATERI Struktur Atom Atom terdiri dari proton, neutron dan elektron. Proton dan neutron berada di dalam inti atom. Sedangkan elektron terus berputar mengelilingi inti atom karena muatan listriknya.

Lebih terperinci

PERANAN IPTEK NUKLIR DALAM EKSPLORASI HIDROKARBON

PERANAN IPTEK NUKLIR DALAM EKSPLORASI HIDROKARBON II SEMINAR NASIONAL YOGY AKARTA, 21-22 DESEMBER 2006 PERANAN IPTEK NUKLIR DALAM EKSPLORASI HIDROKARBON EKO BUDI LELONO, ISNAWATI Puslitbang Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS, Jl. Cileduk Raya kav.

Lebih terperinci

Estimasi Heat Flow Berdasarkan Konduktivitas Panas Sumur Hasil Pengukuran dan Perhitungan pada Sumur Minyak di Sumatera Tengah

Estimasi Heat Flow Berdasarkan Konduktivitas Panas Sumur Hasil Pengukuran dan Perhitungan pada Sumur Minyak di Sumatera Tengah Estimasi Heat Flow Berdasarkan Konduktivitas Panas Sumur Hasil Pengukuran dan Perhitungan pada Sumur Minyak di Sumatera Tengah Ordas Dewanto Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung Jl. S. Brojonegoro

Lebih terperinci

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1 Diameter minimum dari pengukuran benda di atas A. 5,685 cm B. 5,690 cm C. 5,695 cm D. 5,699 cm E. 5,700 cm 2. Sebuah partikel

Lebih terperinci

BAB I KONSEP RANGKAIAN LISTRIK

BAB I KONSEP RANGKAIAN LISTRIK 1 BAB I KONSEP RANGKAIAN LISTRIK Definisi - Definisi Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi terus mengalami perkembangan dengan semakin besar manfaat yang dapat dihasilkan seperti untuk kepentingan medis (pengembangan peralatan baru untuk

Lebih terperinci

Dalam tubuh manusia posisi momentum inti atom tersebut berserakan arahnya,bila atom tersebut diletakkan dalam medan magnit, maka inti akan terarah

Dalam tubuh manusia posisi momentum inti atom tersebut berserakan arahnya,bila atom tersebut diletakkan dalam medan magnit, maka inti akan terarah PENDAHULUAN MRI adalah Suatu metode untuk mendapatkan gambar dari gelombang Resonansi yang ditimbulkan dari pancaran gelombang elektromagnetik pada suatu benda didalam medan magnit. PRINSIP-PRINSIP MRI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan. beberapa tahapan, dimulai dari perancangan, pembuatan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan. beberapa tahapan, dimulai dari perancangan, pembuatan dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan beberapa tahapan, dimulai dari perancangan, pembuatan dan pengujian alat. Perancangan

Lebih terperinci

2. Tiga buah gaya setitik tangkap, besar dan arahnya seperti pada gambar di bawah ini.

2. Tiga buah gaya setitik tangkap, besar dan arahnya seperti pada gambar di bawah ini. 1. Bondan mengukur massa sebuah batu dengan menggunakan neraca Ohauss tiga lengan dengan skala terkecil 0,1 gram, skala hasil pengukurannya terlihat seperti gambar di bawah ini. Massa batu tersebut adalah.

Lebih terperinci

BENDA MAGNET

BENDA MAGNET BAB 9 MAGNET BENDA MAGNET Kemagnetan Material Banyak benda-benda bersifat magnet, baik buatan maupun alamiah. Magnet mempunyai kemampuan memberikan gaya pada sesama magnet atau benda lain seperti besi.

Lebih terperinci

EFFECT OF GADOLINIUM OXALATE ON CHEMICAL SHIFT IN AQUABIDES

EFFECT OF GADOLINIUM OXALATE ON CHEMICAL SHIFT IN AQUABIDES Research and Development on Nanotechnology in Indonesia, Vol.2, No.2, 2015, pp. 99-105 ISSN : 2356-3303 EFFECT OF GADOLINIUM OXALATE ON CHEMICAL SHIFT IN AQUABIDES Yuni Warty 1,3), Adita Sutresno 1), Atikah

Lebih terperinci

PAKET SOAL 1 TRY OUT UN 2014

PAKET SOAL 1 TRY OUT UN 2014 1. Perhatikan pengukuran benda menggunakan 4. Sebuah benda bergerak melingkar dengan neraca o-hauss berikut ini! kecepatan 240 putaran per menit. Apabila jarijari lintasan 20 cm, maka besar kecepatan π

Lebih terperinci

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1 Diameter maksimum dari pengukuran benda di atas adalah. A. 2,199 cm B. 2,275 cm C. 2,285 cm D. 2,320 cm E. 2,375 cm 2.

Lebih terperinci

ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN GAS ALAM LAPANGAN KAPRASIDA FORMASI BATURAJA CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN GAS ALAM LAPANGAN KAPRASIDA FORMASI BATURAJA CEKUNGAN SUMATERA SELATAN Analisis Petrofisika dan... ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN GAS ALAM LAPANGAN KAPRASIDA FORMASI BATURAJA CEKUNGAN SUMATERA SELATAN M. Iqbal Maulana, Widya Utama, Anik Hilyah Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2007

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2007 1. Suatu segi empat setelah diukur dengan menggunakan alat yang berbeda panjang 0,42 cm, lebar 0,5 cm. Maka luas segi empat tersebut dengan penulisan angka penting 2. adalah... A. 0,41 B. 0,21 C. 0,20

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Ilustrasi struktur MTJ (tanpa skala) dengan arah lapisan magentisasi (Ali, 2013)

Gambar 1.1 Ilustrasi struktur MTJ (tanpa skala) dengan arah lapisan magentisasi (Ali, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan tentang spintronik memberikan paradigma baru dalam teknologi modern saat ini. Elektron yang semula hanya dipandang sebagai muatannya saja,

Lebih terperinci

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 UJI COBA MATA PELAJARAN KELAS/PROGRAM ISIKA SMA www.rizky-catatanku.blogspot.com PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 : FISIKA : XII (Dua belas )/IPA HARI/TANGGAL :.2012

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TP 2008/2009

UJIAN NASIONAL TP 2008/2009 UJIN NSIONL TP 2008/2009 1. aim mengukur diameter sebuah koin dengan menggunakan jangka sorong seperti pada gambar. esar diameter koin adalah. 1 2 a. 2,10 cm b. 1,74 cm c. 1,70 cm d. 1,25 cm e. 1,20 cm

Lebih terperinci