IDENTIFIKASI TELUR CACING NEMATODA USUS PADA LALAPAN DAUN SELADA (Lactuca sativa L.) YANG DIJUAL DI KELURAHAN MADYOPURO KOTA MALANG TAHUN 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI TELUR CACING NEMATODA USUS PADA LALAPAN DAUN SELADA (Lactuca sativa L.) YANG DIJUAL DI KELURAHAN MADYOPURO KOTA MALANG TAHUN 2015"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI TELUR CACING NEMATODA USUS PADA LALAPAN DAUN SELADA (Lactuca sativa L.) YANG DIJUAL DI KELURAHAN MADYOPURO KOTA MALANG TAHUN 2015 Oleh Agustiana Dwi I.V Akademi Analis Kesehatan Malang ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi lalapan daun selada yang terkontaminasi telur cacing nematoda usus dan mengidentifikasi adanya telur cacing nematoda usus pada lalapan daun selada (Lactuca sativa L.). Populasai penelitian ini adalah Seluruh lalapan daun selada yang dijual di kelurahan madyopuro kota malang tahun 2015.Sample penelitian adalah sebagian lalapan daun selada sebanyak 20 sampel yang dijual di kelurahan madyopuro kota malang tahun Variabel penelitian terdiri dari Variabel bebas (Independent) adalah lalapan daun selada, sedangkan Variabel terikat (dependent) adalah adanya telur cacing nematoda usus. Teknik pengumpulan data yang diperoleh dari penelitian ini berupa: Uji laboratorium yang dilakukan di Laboratorium Akademi Analis Kesehatan Malang untuk mengetahui adanya kontaminasi telur cacing nematoda usus pada sampel. Analisa data bersifat Deskriptif dengan menghitung proporsi sampel yang terkontaminasi telur cacing nematoda usus dan hasil ditampilkan dalam bentuk tabel atau diagram, pembahasan serta diambil kesimpulan. Hasil penelitian dapat disimpul;kan bahwa Terdapat telur cacing nematoda usus pada lalapan daun selada (Lactuca sativa L.) yang dijual di kelurahan madyopuro kota malang tahun 2015 ABSTRACT The purpose is to review research singer determine the proportion of leaf lettuce vegetables contaminated by worm eggs Its intestinal nematodes and identify the presence of intestinal nematode eggs IN vegetables leaf lettuce (Lactuca sativa L.). Research Populasai singer is whole leaf lettuce The vegetables sold in the village Madyopuro Malang Year 2015.Sample Research is mostly vegetables lettuce leaves as many as 20 samples What is sold in the village of Malang city Madyopuro Research variables consisted From variable Free (Independent) is the lettuce leaf vegetables, while the bound variable (dependent) is their intestinal nematode worm eggs. The data collection techniques TIN Form Of Research Singer: The laboratory tests performed in the Laboratory of the Academy of Health Analyst Malang to review determine contamination intestinal nematode eggs ON sample. Data analysis is descriptive WITH Counting The sample proportion contaminated eggs intestinal nematode worms commercial articles displayed hearts Forms OR table diagram, discussion CONCLUSION As well taken. Results can be knotted; the worm eggs that are intestinal nematodes ON vegetables leaf lettuce (Lactuca sativa L.) that is sold in the village of Malang city Madyopuro 2015 PENDAHULUAN Penyakit cacingan biasa disebut dengan penyakit cacing perut, penyakit ini banyak sekali terjadi pada masyarakat terutama di daerah kumuh atau pedesaan. Penyakit 1

2 ini dapat menyebabkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, berat badan, daya konsentrasi dan kecerdasan anak, sehingga dapat menurunkan sumber daya manusia (Onggowaluyo, 2002). Tingginya prevalensi telur cacing parasit yang ditemukan pada siswa SD yang terletak di sekitar IPAL Kota Malang adalah A. Lumbricoides yaitu sebesar 65,22%, diikuti dengan telur E. Vermicularis sebesar 21,47%, kemudian T. trichiura sebesar 11,59%, dan prevalensi terkecil pada telur cacing A. duodenale sebesar 1,45% (Rahayu, 2006). Jumlah infeksi cacingan yang sangat banyak di Asia Tenggara termasuk Indonesia, di pengaruhi oleh kondisi iklim yang sesuai untuk pertumbuhannya, kondisi sanitasi lingkungan dan higiene perorangan yang buruk serta keadaan sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah (Kundain, 2012). Masalah kesehatan yang ditimbulkan akibat kecacingan adalah anemia, obstruksi saluran empedu, radang pankreas, usus buntu, alergi, dan diare, penurunan fungsi kognitif (kecerdasan), kurang gizi, gangguan pertumbuhan, dan radang paru-paru (Widjaja 2014). Sebagian besar penularan cacing melalui perantara tanah (Soil Transmited Helminths). Sumber penularannya bisa melalui air dan lumpur yang digunakan dalam budidaya sayuran. Tanah, sayur-sayuran, dan air merupakan media transmisi yang penting. Kebiasaan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun (di berbagai daerah tertentu) penting dalam penyebaran infeksi (Suryani, 2012). Kontaminasi (contamination) atau adanya agent menular pada permukaan tubuh, pada atau dalam pakaian, termasuk semua yang berkaitan dengan tempat tidur (beeding), mainan, alat-alat bedah atau baju operasi, maupun benda/zat mati termasuk air dan makanan. Semakin banyak telur ditemukan di sumber kontaminasi (tanah, debu, sayuran dan lain-lain), semakin tinggi derajat endemi di suatu daerah (Suryani, 2012). Secara umum terdapat dua cara masuknya nematoda usus dalam menginfeksi tubuh manusia, yaitu melalui mulut dan kulit. Adanya telur-telur atau larva, dalam beberapa kasus ditemukan dari hasil pemeriksaan kasus infeksi. Telur-telur tersebut dapat masuk ke dalam tubuh manusia, diantaranya melalui tidak bersih dalam mencuci sayuran yang tidak dimasak sedangkan dari larva nematoda usus dapat dimungkinkan melalui air yang terkontaminasi. Pada beberapa parasit, dijumpai salah satu cara yang penting dari penularan (transmissi) nematoda usus, yaitu penularan melalui fecal-oral melalui jari tangan yang tidak dicuci bersih. Penularan kepada hospes baru tergantung kepada tertelannya telur matang yang infektif atau larva, atau menembusnnya larva ke dalam kulit atau selaput lendir. Seringkali larva di dalam telur ikut tertelan dengan makanan (Nugroho, 2010). Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan memakan sayuran dalam bentuk lalapan untuk campuran makanan lain. Kebiasaan memakan sayuran mentah (lalapan) perlu hati-hati terutama jika dalam pencucian kurang baik sehingga memungkinkan masih adanya telur cacing pada tanaman kubis. Parasit pada sayuran yang ditemukan adalah Ascaris lumbricuides, Trichuris trichiura, cacing tambang, larva Strongyloides stercoralis, larva Rhabditidae, dan cercaria yang umumnya ditularkan melalui makanan/minuman atau melalui kulit (Khomsan, 2005). Ternyata meskipun kubis sudah dicuci sebanyak 2 kali masih terdapat telur cacing usus yaitu Ascaris lumbricuides, Trichuris trichiura, dan cacing benang (Muyassaroh, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di warung makan lesehan Wonosari gunungkidul yogyakarta tahun 2010, ditemukan angka kontaminasi soil transmitted helminths (STH) pada sayuran kubis yang cukup tinggi. Angka kontaminasi telur soil transmitted helminths (STH) yaitu sebesar 38,89% dengan proporsi telur Ascaris 2

3 lumbricoides 50%, Trichuris trichiura 37,5% dan Cacing tambang 12,5% (Nugroho, 2010). Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Identifikasi Telur Cacing Nematoda Usus Pada Lalapan Daun Selada (Lactuca Sativa L.) Yang Dijual Di Kelurahan Madyopuro Kota Malang Tahun 2015 LANDASAN TEORI Definisi Penyakit Cacingan Penyakit cacingan adalah penyakit cacing usus yang ditularkan melalui tanah atau sering disebut Soil Transmitted Helminthes (STH). Infeksi parasit usus ini bisa disebabkan oleh cacing dan protozoa yang merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Cacing usus yang banyak ditemukan yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang (Depkes RI, 2006). Cacingan adalah segala macam cacing yang ternyata hidup parasit dalam lambung manusia. Mereka turut hidup parasit di dalam pencernaan manusia (Saydam, 2011). Diperkirakan lebih dari dua miliyar orang mengalami infeksi di seluruh dunia di antaranya sekitar 300 juta menderita infeksi helminth yang berat dan sekitar kematian terjadi setiap tahun akibat infeksi STH (Suriptiastuti, 2006). Nematoda usus Nematode usus siklus hidupnya melalui media tanah (Soil Transmitted Helminths). Dalam hal ini berarti bahwa proses pematangan parasit dari bentuk non infektif menjadi bentuk yang infektif terjadi di tanah. Yang termasuk dalam kelompok Soil Transmitted Helminth adalah nematoda usus Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan Cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) (Suriptiastuti, 2006). Ascaris lumbricoides (Cacing gelang) 1 Morfologi telur cacing Ascaris lumbricoides Ukuran ± 70 μm, berbentuk oval kadang bulat, kulit ganda berbatas jelas, kulit luar kasar, tertutup tonjolan tonjolan kecil. Kulit dalam halus, tebal tidak berwarna, berisi masa bulat bergranula yang terletak di bagian tengah (Wahyuningsih, 2011). Gambar 1. Telur Ascaris lumbricoides (Poetra, 2011) Siklus hidup Bila telur infektif yang berukuran 75 x mikron tertelan oleh manusia, maka di bagian atas dari usus halus, dinding telur akan pecah dan larva akan keluar dari telur. Kemudian larva akan menembus dinding usus halus, mamasuki vena porta dan bersama aliran darah menuju jantung kanan untuk selanjutnya menuju sirkulasi paru. Di dalam paru-paru larva tumbuh dan berganti kulit sebanyak 2 kali, kemudian menembus dinding kapiler menuju alveoli. Dari alveoli larva menuju bronchi, trachea, laring, faring kemudian dibatukkan dan tertelan masuk ke esophagus, selanjutnya turun ke lambung dan akhirnya menjadi dewasa di usus halus. Cacing dewasa betina berukuran cm dan lebih besar dibandingkan cacing jantan yang berukuran cm (Palgunadi, 2010). 3

4 Gambar 2. Daur hidup Ascaris lumbricoides.( Depkes RI, 2006) Patofisiologi Gangguan yang disebabkan oleh cacing dewasa biasanya ringan. Dapat berupa gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak dapat terjadi gangguan penyerapan makanan (malabsorbtion). Keadaan yang serius, bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi penyumbatan pada usus (Ileus obstructive). Selain itu menurut Effendy yang dikutip Surat Keputusan Menteri Kesehatan (2006) gangguan juga dapat disebabkan oleh larva yang masuk ke paru-paru sehingga dapat menyebabkan perdarahan pada dinding alveolus yang disebut Sindroma Loeffler. Gejala Klinis dan Diagnosis Terdapatnya cacing Ascaris dewasa dalam jumlah yang besar di usus halus dapat menyebabkan abdominal distension dan rasa sakit. Keadaan ini juga dapat menyebabkan lactose intolerance, malabsorpsi dari vitamin A dan nutrisi lainnya. Hepatobiliary dan pancreatic ascariasis terjadi sebagai akibat masuknya cacing dewasa dari dudenum ke orificium ampullary dari saluran empedu, timbul kolik empedu, kolesistitis, kolangitis, pankreatitis dan abses hepar (Suriptiastuti, 2006). Pemeriksaan tinja sangat diperlukan untuk ketepatan diagnosis yaitu dengan menemukan telur-telur cacing di dalam tinja tersebut. Jumlah telur juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan beratnya infeksi (Departemen Kesehatan RI, 2006). Epidemiologi Telur A. lumbricoides keluar bersama tinja, pada tanah yang lembab dan tidak terkena sinar matahari langsung telur tersebut berkembang menjadi bentuk infektif. Infeksi A. lumbricoides terjadi bila telur yang infektif masuk melalui mulut bersama makanan atau minuman dan dapat pula melalui tangan yang kotor (Departemen Kesehatan RI, 2006). Pengobatan Pengobatan dapat dilakukan secara individu atau masal pada masyarakat. Pengobatan individu dapat digunakan bermacam-macam obat misalnya preparat piperasin, pyrantel pamoate, albendazole atau mebendazole. Pemilihan obat anti cacing untuk pengobatan massal harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu mudah diterima di masyarakat, mempunyai efek samping yang minimum, bersifat polivalen sehingga dapat berkhasiat terhadap beberapa jenis cacing, harganya murah (terjangkau) (Departemen Kesehatan RI, 2006). Trichuris trichiura (Cacing cambuk) 1 Morfologi Bentuk seperti cambuk, bagian anterior merupakan 3/5 bagian tubuhnya berbentuk lonjong seperti rambut, 2/5 bagian tubuh yang posterior lebih tebal. Cacing 4

5 jantan panjang 3 4 cm bagian kaudal melengkung ke arah ventral dan mempunyai spekulum ysng dilengkap selubung retraktil. Satu ekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur sehari sekitar butir. Telur berukuran mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan masing masing kutub dilengkapi plug yang transparan (Wahyuningsih, 2011). Gambar 3. Telur Trichuris trichiura (Al-Rasyid, 2012) Siklus hidup Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja, telur menjadi matang dalam waktu 3 6 minggu di dalam tanah yang lembab dan teduh. Telur matang ialah telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif. Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia (hospes), kemudian larva akan keluar dari dinding telur dan masuk ke dalam usus halus sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke kolon asendens dan sekum. Masa pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi cacing dewasa betina dan siap bertelur sekitar hari (Departemen Kesehatan RI, 2006). Gambar 4. Daur Hidup Trichuris trichiura (Depkes RI, 2006) Patofisiologi Trichuris trichiura pada manusia terutama hidup di sekum dapat juga ditemukan di dalam kolon asendens. Pada infeksi berat, terutama pada anak cacing ini tersebar diseluruh kolon dan rektum, kadang-kadang terlihat pada mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita sewaktu defekasi. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat pelekatannya dapat menimbulkan perdarahan. Di samping itu cacing ini juga mengisap darah hospesnya sehingga dapat menyebabkan anemia (Menteri Kesehatan, 2006). 5

6 Gejala Klinik dan Diagnosis Infeksi cacing cambuk dewasa dalam jumlah besar dapat menyebabkan terjadinya kolitis yang gejala-gejala kliniknya menyerupai inflammatory bowel syndrome seperti rasa nyeri di abdomen yang kronik, diare, dan anemia (Suriptiastuti, 2006). Epidemiologi Penyebaran penyakit ini adalah kontaminasi tanah dengan tinja. Telur tumbuh di tanah liat, tempat lembab, dan teduh dengan suhu optimum kira 30 derajat celcius. Infeksi cacing cambuk terjadi bila telur yang infektif masuk melaluimulut bersama makanan atau minuman yang yang tercemar atau melalui tangan kotor (Menteri Kesehatan, 2006). Pengobatan Pengobatan yang dilakukan untuk infeksi yang disebabkan oleh Trichuris trichiura adalah Albendazole, Mebendazole dan Oksantel pamoate (Menteri Kesehatan, 2006). Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (Cacing tambang) Morfologi Necator americanus dan Ancylostoma duodenale adalah dua spesies cacing tambang yang dewasa di manusia. Habitatnya ada di rongga usus halus. Cacing betina menghasilkan butir telur sehari. Ukuran telur Ancylostoma duodenale 50-60μ, bentuk oval salah satu kutub lebih mendatar, kulit sangat tipis nampak sebagian garis hitam, bagian dalam berwarna abu-abu, pada tinja segar berisi 4, 8 atau 16 blastomer. Telur necator americanus ukuran lebih panjang 70μ, kutub lebih mendatar, selalu berisi paling sedikit 8 blastomer (Wahyuningsih, 2011). Gambar 5. Telur Cacing Tambang (Gandahusada. 2004) Siklus hidup Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform panjangnya kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru larvanya menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan (Menteri Kesehatan, 2006). 6

7 Gambar 6. Daur hidup Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (Depkes RI, 2006). Patofisiologi Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus. Selain mengisap darah, cacing tambang juga menyebabkan perdarahan pada luka tempat bekas tempat isapan. Infeksi oleh cacing tambang menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga penderita mengalami kekurangan darah (anemia) akibatnya dapat menurunkan gairah kerja serta menurunkan produktifitas. Kekurangan darah akibat cacingan sering terlupakan karena adanya penyebab lain yang lebih terfokus (Menteri Kesehatan, 2006) Gejala Klinik dan Diagnosis Kelainan patologi akibat infeksi cacing tambang dewasa adalah kehilangan darah dari intestinal yang disebabkan invasi parasit ke mukosa dan submukosa usus halus. Kehilangan darah yang kronik ini menyebabkan terjadinya anemia defisiensi zat besi. Kehilangan protein secara kronik akibat infeksi cacing tambang dapat menyebabkan hipoproteinemia dan anasarka. Dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menemukan cacing dewasa dan telur (Suriptiastuti, 2006 ) Epidemiologi Kejadian Spenyakit ankilostomiasis di Indonesia sering ditemukan pada penduduk yang bertempat tinggal di perkebunan atau pertambangan. Cacing ini menghisap darah hanya sedikit namun luka-luka gigitan yang berdarah akan berlangsung lama, setelah gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang lebih berat. Kebiasaan buang air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat penting dalam penyebaran infeksi penyakit ini (Gandahusada, 2000). Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum 32ºC- 38ºC. Untuk menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai sandal atau sepatu bila keluar rumah. (Menteri Kesehatan, 2006) Pengobatan Obat untuk infeksi cacing tambang adalah Pyrantel pamoate (Combantrin, Pyrantin), Mebendazole (Vermox, vermona, vircid), Albendazole (Menteri Kesehatan, 2006). Manfaat Selada Tumbuhan selada (Lactuca sativa L.) merupakan sayuran yang sudah lama dikenal baik oleh masyarakat Indonesia, salah satu alasan masyarakat mengkonsumsi sayuran selada yang akhir akhir ini menunjukkan peningkatan karena selada mempunyai penampilan yang sangat menarik minat konsumen dengan warna hijau segar, dapat digunakan sebagai lalapan, mempunyai nilai tambah terhadap manfaat kesehatan yang mengandung gizi cukup tinggi terutama kandungan mineralnya dan sayuran tersebut mudah ditemukan dipasaran dengan harga yang terjangkau. Selada banyak dipilih oleh masyarakat karena warna, tekstur dan aromanya yang menyegarkan penampilan makanan sehingga mampu menambah selera makan (Sa adah, 2012) 7

8 Morfologi Selada Selada merupakan jenis tanaman berumpun banyak, mengandung getah, mula mula dengan roset akar, daun tersebar, duduk, memanjang atau lanset, sangat berubah ubah bentuk dan ukurannya, bertepi rata atau bergigi tidak teratur, dengan pangkal menyempit dan ujung runcing, 5-35 kali 1 1 cm. Daun batang teratas bentuk garis dan makin keatas makin kecil. Bongkol bunga cukup kecil, berkumpul dalam karangan bunga bentuk mulai rata yang besar, bercabang banyak, yang membentuk krop akibat pertumbuhan daun yang bertumpang tindih yang akhirnya daun yang baru terbentuk (Ashari, 1995). Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam, bergantung varietasnya. Daun selada krop berbentuk bulat dengan ukuran daun yang lebar, berwarna hijau terang dan hijau agak gelap. Daun selada memiliki tangkai daun lebar dengan tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan halus. Daun bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak manis. Daun selada umumnya memiliki ukuran panjang cm dan lebar 15 cm (Wicaksono, 2008). Fungsi selada Selada mempunyai kandungan mineral yang cukup tinggi bagi tubuh yaitu seperti mineral kalium, natrium, magnesium, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Kalium, Natrium dan Magnesium merupakan mineral yang sangat banyak dibutuhkan oleh tubuh karena termasuk dalam sumber unsur mineral makro. Jumlah dari ke-3 kandungan mineral tersebut dalam 100 g selada adalah kalium 203 mg, natrium 15 mg, magnesium 6 mg (Almatsier, 2005). Mineral sebagai nutrisi berperan penting dalam fungsi tubuh manusia. Unsur mineral dibagi menjadi dua golongan, yaitu unsur mineral makro dan unsur mineral mikro. Mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme. Keseimbangan ion-ion mineral dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan kerja enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu mentransfer ikatanikatan penting melalui membran sel dan pemeliharan kepekaan otot dan syaraf terhadap rangsangan (Barasi, 2009). Di dalam cairan ekstraselular kalium dan natrium merupakan kation penting yang berperan dalam keseimbangan ph dan osmolaritas (Kartasapoetra, 2008), serta magnesium yang memegang peranan penting pada kontraksi otot, dapat mempertahankan tonus otot polos(tjay, 2008). Kandungan Gizi Selada Menurut data yang tertera dalam daftar komposisi gizi, zat zat makanan yang terkandung dalam setiap 100 g selada adalah sebagai berikut : Kandungan Gizi Air Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat Abu Ca (Kalsium) Fe (Besi) Mg (Magnesium) P (Phospor) K (Kalium) Na (mg) Vitamin A Vitamin B Vitamin C Tabel 1. Kandungan Gizi Selada Jumlah 94,91 g 15 kal 1,2 g 18,10 g 2,37 g 1,7 g 0,9 g 22 mg 0,5 mg 6 mg 25 mg 203 mg 15 mg 590 mg 10,04 mg 24 mg Sumber: Almatsier,

9 Selada dikenal sebagai sumber mineral, pro-vitamin A, vitamin C dan serat (Sa adah, 2012). Selada yang memiliki banyak kandungan vitamin dan zat gizi yang peting bagi kesehatan inilah yang membuat orang, banyak mengkonsumsi makanan ini, apalagi dimakan sebagai lalapan rasanya lebih enak dan segar. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan metode survey cross sectional yaitu untuk mengetahui gambaran hasil identifikasi jumlah dan jenis telur cacing pada lalapan daun selada (lactuca sativa l.) yang dijual dikelurahan madyopuro kota malang tahun Populasai penelitian ini adalah Seluruh lalapan daun selada yang dijual di kelurahan madyopuro kota malang tahun 2015.Sample penelitian adalah sebagian lalapan daun selada sebanyak 20 sampel yang dijual di kelurahan madyopuro kota malang tahun 2015 Variabel penelitian terdiri dari Variabel bebas (Independent) adalah lalapan daun selada, sedangkan Variabel terikat (dependent) adalah adanya telur cacing nematoda usus. Teknik pengumpulan data yang diperoleh dari penelitian ini berupa: Uji laboratorium yang dilakukan di Laboratorium Akademi Analis Kesehatan Malang untuk mengetahui adanya kontaminasi telur cacing nematoda usus pada sampel. Analisa data bersifat Deskriptif dengan menghitung proporsi sampel yang terkontaminasi telur cacing nematoda usus dan hasil ditampilkan dalam bentuk tabel atau diagram, pembahasan serta diambil kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Sampel daun selada diambil dari pedagang lalapan daun selada yang dijual di kelurahan madyopuro kota malang tahun 2015 sebanyak 20 sampel. Dalam mencari persentase dari lalapan selada yang positif dan negatif terkontaminasi telur cacing nematoda usus dapat digunakan rumus proporsi sebagai berikut : Proporsi : Keterangan : = Jumlah sampel yang dicari proporsinya = Jumlah sampel keseluruhan = Konstanta (100%) Dari rumus di atas dapat diketahui proporsi persentase untuk keseluruhan sampel yang positif dan negatif pada lalapan daun selada. Sampel yang positif = Sampel yang negatif = = = 20 % = = 80 % 9

10 Proporsi kontaminasi telur cacing nematoda usus pada lalapan daun selada yang dijual di kelurahan madyopuro kota malang tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 7. Tabel 2. Persentase jumlah Telur Cacing Nematoda usus pada lalapan daun selada yang dijual Dikelurahan Madyopuro, Kota Malang Tahun 2015 (n = 20) Kontaminasi telur N (%) Positif 4 (20%) Negatif 16 (80%) Total 20 (100%) 80 80% % Positi f 0 Positif Negatif Gambar 7. Proporsi kontaminasi telur cacing nematoda usus pada lalapan daun selada yang dijual di kelurahan madyopuro kota malang tahun 2015 Pada Tabel 2 dan gambar 7 dapat dilihat hasil pemeriksaan laboratorium terhadap lalapan daun selada diperoleh bahwa dari 20 sampel, 4 sampel (20%) diantaranya dinyatakan positif terkontaminasi telur cacing, sedangkan 16 sampel (80%) lainnya dinyatakan negatif tidak terkontaminasi telur cacing nematoda usus. Tabel 3. Distribusi jenis Telur cacing Nematoda usus pada lalapan daun selada yang dijual dikelurahan madyopuro, kota malang tahun 2015 (n = 20) Species N (%) Ascaris lumbricoides 3 (50%) Trichuris trichiura 1 (16,67%) Ancylostoma duodenale 2 (33,33%) Sumber: data diolah 60% 40% 20% 0% Proporsi kontaminasi telur cacing Nematoda usus berdasarkan jenisnya 50% Ascaris lumbricoides 17 % Trichuris trichiura 33 % Cacing tambang Gambar 8. Proporsi kontaminasi telur cacing nematoda usus berdasarkan jenisnya pada lalapan daun selada yang dijual Dikelurahan Madyopuro Kota Malang Tahun

11 Pada tabel 3 dan gambar 8 dapat dilihat hasil pemeriksaan pada sampel yang positif terkontaminasi telur cacing yaitu terdapat kontaminasi Ascaris lumbricoides (50%), Trichuris trichura (16,67%) dan Cacing tambang (33,33%). Dari 4 sampel yang positif terdapat dua kontaminasi tunggal dan dua kontaminasi ganda yaitu Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura, Ascaris lumbricoides dan Cacing tambang. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing nematoda usus pada lalapan daun selada yang dijual dikelurahan madyopuro kota malang tahun Dengan mengidentifikasi sampel, yang akan diperoleh hasilnya mengenai berapa banyak proporsi lalapan daun selada yang terkontaminasi dengan telur cacing nematoda usus yang dinyatakan dengan positif dan negatif terkontaminasi telur cacing. Hasil pemeriksaan pada 20 sampel yang diperoleh dari penjual lalapan daun selada yang dijual dikelurahan madyopuro kota malang tahun 2015 menunjukkan bahwa proporsi lalapan daun selada yang positif terkontaminasi telur cacing sebesar 20%, sedangkan yang negatif sebesar 80%. Angka tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Almi, 2011) berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di pasar tradisional dan pasar modern Kota Bandar Lampung, ditemukan angka kontaminasi Soil Transmitted Helminths (STH) pada sayuran kubis dan selada yang cukup tinggi. Angka kontaminasi telur Soil Transmitted Helminths (STH) di pasar tradisional yaitu sebesar 76,1% dengan proporsi telur Ascaris lumbricoides 43,2%, Trichuris trichiura 10,2% dan keduanya 22,7%. Pada pasar modern angka kontaminasi telur cacing sebesar 58,3% dengan proporsi telur Ascaris lumbricoides 16,6%, Trichuris trichiura 19,7% dan keduanya 21,8% Kontaminasi telur cacing pada lalapan daun selada dapat dipengaruhi oleh tempat asal sampel dibeli, proses pencucian sampel yang kurang bersih dan penyajian sampel. Dari hasil yang positif bisa dilihat dari proses pencucian sampel yang dilakukan, apakah pencucianya sudah benar atau tidak, kebanyakan pedagang yang kurang mengerti tentang kesehatan hanya mencuci sayurannya dengan semaunya, yang penting terkena air, padahal cara seperti itu kurang benar karena dapat dipastikan telur cacing yang terdapat pada sayuran mentah yang akan dikonsumsi masih melekat pada sayuran tersebut dan akan ikut tertelan saat dikonsumsi. Dari penelitian yang dilakukan (Wardhana, 2010) hasil wawancara dengan pemilik warung, diketahui bahwa setengah dari jumlah warung yang diperiksa (7 warung) belum melakukan pencucian sayuran dengan baik. Beberapa pedagang hanya mencuci sayuran kubis pada bagian luarnya saja. Selain itu pencuciannya juga tidak dibawah air yang mengalir. Ada juga pedagang yang mencuci sayuran kubis dengan cara merendam kubis yang masih dalam bentuk utuh kedalam wadah yang berisi air. Proses pencucian sayuran yang kurang baik ini memungkinkan masih tertinggalnya telur Soil Transmitted Helminths (STH) pada sayuran sebelum disajikan sebagai lalapan. Kualitas air yang digunakan untuk membersihkan sayuran mutlak diperlukan, karena air juga sangat mempengaruhi keberadaan telur cacing pada saat pencucian sayuran. Hal ini sesuai dengan pendapat (Widjaja, 2014) bahwa pencucian yang benar adalah dengan air yang mengalir sehingga dapat membersihkan sisa kotoran dengan maksimal. Karena itu, melakukan pencucian sayuran dengan air yang mengalir lebih baik. Ditemukannya telur cacing nematoda usus pada lalapan daun selada yang dijual di kelurahan madyopuro kota malang dapat juga disebabkan oleh petani sayur yang menggunakan air tercemar telur cacing nematoda usus untuk menyiram tanaman, seperti menggunakan air yang berasal dari sungai, dan sungai tersebut digunakan oleh warga 11

12 untuk membuang air besar. Bisa juga disebabkan penjual lalapan tidak mencuci sayur dengan air bersih yang mengalir, atau pencuciannya kurang bersih. Dilihat dari hasil penelitian yang diperoleh, sampel positif didapat dari pedagang yang terlihat kurang menjaga kebersihan dari sayur yang digunakan sebagai lalapan. Karena masih terlihat sayuran agak kotor dibagian lipatan atau lekukan daunya. Hal ini dapat dipengaruhi pengetahuan yang kurang dari si penjual untuk menjaga kebersihan sayur yang akan digunakan sebagai lalapan. Untuk mengurangi dampak penyebaran yang ditimbulkan oleh parasit dapat dilakukan dengan menjaga sanitasi lingkungan seperti tidak membuang air besar di sungai yang nantinya air sungai tersebut akan dimanfaatkan oleh para petani untuk menyiram tanaman, dan mencuci sayuran dengan air yang tidak tercemar parasit hingga bersih. Tabel 3 Menunjukkan bahwa prevalensi yang paling tinggi adalah Ascaris lumbricoides (50%), kemudian Cacing tambang (33,33%) sedangkan Trichuris trichiura (16,67%). Dari 4 sampel sayuran selada yang diketahui spesies telur nematoda ususnya, terdapat dua kontaminasi tunggal dan dua kontaminasi ganda dalam satu sampel yaitu Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura, Ascaris lumbricoides dan Ancylostoma duodenale. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat tentang kebersihan dan sanitasi masih kurang. Tinggi rendahnya frekuensi kecacingan pada masing-masing hasil penelitian berhubungan erat dengan sanitasi lingkungan dan kebersihan pribadi yang menjadi sumber infeksi (Mardiana, 2008). Penyakit yang disebabkan oleh cacing banyak tersebar di seluruh dunia, terutama di daerah tropis. Hal ini dikarenakan berkaitan dengan faktor cuaca dan tingkat sosial ekonomi masyarakat. Penyebaran telur cacing bisa ditularkan bersamaan melalui feces penderita, tidak hanya berkaitan dengan cuaca, suhu, dan kelembaban udara, tetapi juga berkaitan dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang sanitasi (Entjang, 2003). Kebiasaan menggunakan feces sebagai pupuk tanaman akan dapat mencemari tanah dan juga akan berdampak pada tanaman yang diberi pupuk, misalnya seperti sayuran, akan tercemari dengan telur helminthiasis. Pengetahuan masyarakat juga berperan penting dalam pencegahannya, kebiasaan masyarakat yang memakan sayuran mentah dan setengah mentah juga akan mendukung tertularnya penyakit cacingan, karena di dalam makanan tersebut bisa jadi terdapat kista atau larva cacing. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Terdapat telur cacing nematoda usus pada lalapan daun selada (Lactuca sativa L.) yang dijual di kelurahan madyopuro kota malang tahun Jumlah sampel lalapan daun selada sebanyak 20 yang positif di Kelurahan madyopuro kota malang sebanyak 20 %, dan sampel negatif sebanyak 80%. Proporsi sampel yang mengandung telur cacing Ascaris lumbriciodes adalah 50%, mengandung telur cacing Trichuris trichiura adalah 16,67% dan yang mengandung telur cacing Ancylostoma duodenale 33,33%, pada sampel juga ditemukan infeksi ganda antara Ascaris lumbricoides dengan Trichuris trichiura, dan Ascaris lumbricoides dengan Ancylostoma duodenale. 12

13 Saran 1. Untuk masyarakat / konsumen hendaknya memilih penjual lalapan yang terjaga kebersihan dan kesegaran sayurnya. 2. Untuk masyarakat seharusnya sayuran dimasak dulu dengan air panas dan dikonsumsi dalam keadaan matang tidak mentah. 3. Penjual lalapan seharusnya tidak mencuci sayuran dalam keadaan selada masih utuh dan pada saat akan disajikan bagian terluar dibuang terlebih dahulu. 4. Penjual lalapan hendaknya mencuci sayuran yang akan dijual menggunakan air bersih, dan air mengalir. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hlm. 37. Almi DU, Identifikasi Soil Transmitted Helminths pada Sayuran Kubis dan Selada di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hlm: Al-Rasyid, M. Trichuris trichiura (Cacing Cambuk). (online: diakses tanggal 20 Juni Ashari, Semeru, Hortikultura Aspek Budidaya.UI.Press.Jakarta.485 pp. Astawan, Made Modal Dasar Hidup Sehat. Diakses tanggal 14 Juli Barasi, M. (2009). At a Glance: Ilmu Gizi. Penerjemah: Hermin. Penerbit Erlangga. Jakarta. Gandahusada, Srisasi., Herry D., Wita Pribadi Parasitologi kedokteran. Gaya baru. Jakarta. Entjang, indan Mikrobiologi dan parasitologi untuk akademi keperawatan dan sekolah tenaga kesehatan yang sederajat. Citra aditya bakti. Bandung. Haryanto, E., T. Suhartini dan E. Rahayu Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta. anemia.html diakses 21 april 2015 pukul 18:27 Indriani A, Identifikasi Soil Transmitted Helminths pada Sayuran Kubis dan Selada di Pasar Modern Kota Bandar Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hlm: Kartasapoetra, G., Drs, dan Marsetyo, Drs, Med Ilmu Gizi : Korelasi Gizi, Kesehatan & produktivitas kerja. Rineka cipta. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI Keputusan Menteri Kesehatan Rupublik Indonesia Nomor 424/MENKES/SK/VI/2006 Tentang Pendoman Pengendalian Cacingan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hlm: 3. Khomsan, Ali. Pencucian Sayuran. Diakses tanggal 25 juni Kundain, F, Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Infestasi Cacing pada Murid Sekolah Dasar di Desa Teling Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa. Akses 10 juni Kurniawan, B Identifikasi Telur Soil Transmitted Helminths Pada Lalapan Kubis (Brassica Oleracea) Di Warung-Warung Makan Universitas Lampung. juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download /223 /221. Akses 15 juni Notoatmodjo, S Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 13

14 Onggowaluyo JS Parasitologi Medik I (Helmintologi) : Pendekatan Aspek Indentifikasi, Diagnosis dan Klinik. EGC. Palgunadi, B.U Pencemaran Tanah Oleh Telur Cacing Usus Dalam Hubungannya dengan Kejadian Infeksi Cacing Usus. Tesis. Unuversitas Airlangga. Poetra, O.P Ascaris lumbricoides (Cacing gelang). id/search?q=gambar+telur+ascaris+lumbricoides diakses 15 juli Pracaya. Kol Alias Kubis. Cetakan 9. Penerbar Swadaya. Jakarta Ali Khomsan. Pencucian Sayuran. Diakses tanggal 19 Desember 2014 Sa adah,f.n Pengaruh Lamanya Penyimpanan Pupuk Kandang Sapi Yang Diberi Biokompleks Terhadap Petumbuhan Dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca Sativa L.) Varietas Brando. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. 8 (3) : Saydam. G Memahami Berbagai Penyakit Pernafasan dan Gangguan Pencernaan. Alfa Beta. Bandung. Suriptiastuti Infeksi soil-transmitted helminth : ascariasis, trichiuriasis dan cacing tambang. Universa Medicina. 25 (2) : Suryani, Dyah Hubungan Perilaku Mencuci Dengan Kontaminasi Telur Nematoda Usus Pada Sayuran Kubis (Brassica oleracea) Pedagang Pecel Lele di Kelurahan Warungboto Kota Yogyakarta. Jurnal Kesmas UAD. 6 (2) : Tjay, Tan Hoan.(2008). Obat Obat Penting. Alex Media Komputerind. Jakarta. Wahyuningsih, sri Petunjuk laporan praktikum parasitologi. Jember. Wicaksono, A Penyimpanan Bahan Makanan Serta Kerusakan Selada. Skripsi. Fakultas Politeknik Kesehatan. Yogyakarta. World Health Organization Soil-transmitted helminth infections Desember

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Cacingan Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing yang termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 2.1 Helminthiasis Cacing merupakan parasit yang bisa terdapat pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes dari beberapa Nematoda usus. Sebagian besar daripada Nematoda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5 miliar orang atau 24% dari populasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan penularannya melalui tanah. Di Indonesia terdapat lima species cacing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit halus)cacing tersebut menggulung dan berbentuk kumparan dan biasanya mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Trasmitted Helminth Soil Transmitted Helminth ( STH ) merupakan infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing yang penyebarannya melalui tanah. Cacing yang termasuk STH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah terjadinya pengindraan terhadap suatu objek menggunakan panca indra manusia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan cacing kelas nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing yang termasuk STH antara lain cacing

Lebih terperinci

xvii Universitas Sumatera Utara

xvii Universitas Sumatera Utara xvii BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil Transmitted Helminths Manusia merupakan hospes yang utama untuk beberapa nematoda usus. Sebagian besar dari nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan yang penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminth Soil Transmitted Helminth adalah Nematoda Intestinal yang berhabitat di saluran pencernaan, dan siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif dan

Lebih terperinci

IDENTIFICATION OF SOIL TRANSMITTED HELMINTHS EGG ON FRESH CABBAGE (Brassica oleracea) AT LAMPUNG UNIVERSITY FOOD STALLS

IDENTIFICATION OF SOIL TRANSMITTED HELMINTHS EGG ON FRESH CABBAGE (Brassica oleracea) AT LAMPUNG UNIVERSITY FOOD STALLS IDENTIFICATION OF SOIL TRANSMITTED HELMINTHS EGG ON FRESH CABBAGE (Brassica oleracea) AT LAMPUNG UNIVERSITY FOOD STALLS Wardhana KP, Kurniawan B, Mustofa S Medical Faculty of Lampung University ABSTRACT

Lebih terperinci

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus bagian atas dan menjadi dewasa. Cacing betina yang dapat bertelur kira-kira 28 hari sesudah infeksi. 2. Siklus Tidak Langsung Pada siklus tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih dari satu miliar orang terinfeksi oleh Soil Transmitted Helminth (STH) (Freeman et al, 2015).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia masih menghadapi masalah tingginya prevalensi penyakit infeksi, terutama yang berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan dan hewan yang bersama-sama dengan kekuatan fisik dan kimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan dan hewan yang bersama-sama dengan kekuatan fisik dan kimia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Tanah memegang peranan penting bagi masyarakat. Kehidupan tumbuhan dan hewan yang bersama-sama dengan kekuatan fisik dan kimia murni menata tubuh tanah menjadi bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Soil-Transmitted Helminths (STH) STH adalah cacing yang dalam siklus hidupnya memerlukan tanah yang sesuai untuk berkembang menjadi bentuk infektif. Ukuran sangat bervariasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hygiene Perorangan Hygiene perorangan disebut juga kebersihan diri, kesehatan perorangan atau personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah Yunani

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trichuris trichiura Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak terdapat pada manusia. Diperkirakan sekitar 900 juta orang pernah terinfeksi

Lebih terperinci

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI HASIL PEMERIKSAAN KECACINGAN di SD MUH. KEDUNGGONG, SD DUKUH NGESTIHARJO,SDN I BENDUNGAN dan SD CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Helminthiasis Nematoda mempunyai jumlah spesies terbanyak di antara cacing-cacing yang hidup sebagai parasit. Cacing tersebut berbeda-beda dalam habitat,daur hidup dan hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dan masih menghadapi berbagai masalah kesehatan, salah satu diantaranya adalah penyakit kecacingan yang ditularkan melalui tanah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil Transmitted Helminths (STH) Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Infeksi Kecacingan a. Pengertian Infeksi Kecacingan Infeksi kecacingan adalah masuknya suatu bibit penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme (cacing)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cacing. Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun infestasi berat. 16 Infeksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cacing. Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun infestasi berat. 16 Infeksi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Kecacingan Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa cacing. Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun infestasi berat. 16 Infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak Sekolah Dasar merupakan sasaran strategis dalam perbaikan gizi masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan anak sekolah untuk

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TELUR CACING USUS PADA LALAPAN DAUN KUBIS YANG DIJUAL PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG

IDENTIFIKASI TELUR CACING USUS PADA LALAPAN DAUN KUBIS YANG DIJUAL PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG ABSTRAK IDENTIFIKASI TELUR CACING USUS PADA LALAPAN DAUN KUBIS YANG DIJUAL PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG Rahayu Astuti*, Siti Aminah** Prevalensi infeksi cacing usus di beberapa

Lebih terperinci

CACING TAMBANG. Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006)

CACING TAMBANG. Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006) CACING TAMBANG Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006) PROGRAM STUDY D-IV ANALIS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN 2015/2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI Oleh: Muhammad Fawwaz (101211132016) FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA 1 DAFTAR ISI COVER... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I... 3 A. LATAR BELAKANG...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit parasit baik yang disebabkan oleh cacing, protozoa, maupun serangga parasitik pada manusia banyak terdapat di negara berkembang dan beriklim tropis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan permasalahan yang banyak ditemukan di masyarakat namun kurang mendapat perhatian. Di dunia lebih dari 2 milyar orang terinfeksi berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Soil Transmitted Helminth (STH) atau penyakit kecacingan yang penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing tularan tanah merupakan cacing yang paling sering menginfeksi manusia, biasanya hidup di dalam saluran pencernaan manusia (WHO, 2011). Spesies cacing tularan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda merupakan spesies cacing terbesar yang hidup sebagai parasit.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda merupakan spesies cacing terbesar yang hidup sebagai parasit. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil-transmitted helminths Nematoda merupakan spesies cacing terbesar yang hidup sebagai parasit. Cacing-cacing ini berbeda satu sama lain dalam habitat, daur hidup dan hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara tropis yang sedang berkembang seperti Indonesia, masih banyak penyakit yang masih menjadi permasalahan di dunia kesehatan, salah satunya adalah infeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk fillum Nematohelminthes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk fillum Nematohelminthes BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cacing Yang Siklus Hidupnya Melalui Tanah 1. klasifikasi Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk fillum Nematohelminthes dan mempunyai kelas Nematoda, sedangkan superfamili

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Soil Transmitted Helminths 2.1.1 Definisi Soil Transmitted Helminths Soil Transmitted Helminths adalah sekelompok cacing parasit (kelas Nematoda) yang dapat menyebabkan infeksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Soil Transmitted Helminths Soil Transmitted Helminths adalah nematoda usus yang dalam siklus hidupnya membutuhkan tanah untuk proses pematangan. Kecacingan oleh STH ini ditularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang prevalensinya sangat tinggi di Indonesia, terutama cacing usus yang ditularkan melalui tanah atau Soil Transmitted Helminth

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. manusia sehingga berakibat menurunnya kondisi gizi dan kesehatan masyarakat. 7 Infeksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. manusia sehingga berakibat menurunnya kondisi gizi dan kesehatan masyarakat. 7 Infeksi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kecacingan Kecacingan merupakan penyakit endemik dan kronik diakibatkan oleh cacing parasit dengan prevalensi tinggi, tidak mematikan, tetapi menggerogoti kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecacingan 1. Definisi Kecacingan secara umum merupakan infeksi cacing (Soil transmitted helminthiasis) yang disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian kecacingan di Indonesia yang dilaporkan di Kepulauan Seribu ( Agustus 1999 ), jumlah prevalensi total untuk kelompok murid Sekolah Dasar (SD) (95,1 %),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingan Menurut asal katanya helminth berasal dari kata Yunani yang berarti cacing. Cacing merupakan hewan yang terdiri dari banyak sel yang membangun suatu jaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah merupakan bagian yang terbesar dari sel, mencapai lebih kurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah merupakan bagian yang terbesar dari sel, mencapai lebih kurang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Air adalah merupakan bagian yang terbesar dari sel, mencapai lebih kurang 70 80%. Air sangat penting bagi kehidupan jasad renik ataupun kehidupan pada umumnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil-Transmitted Helminths Cacing yang tergolong dalam kelompok Soil Transmitted Helminths (STH) adalah cacing yang dalam menyelesaikan siklus hidupnya memerlukan tanah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor meningkatnya kejadian infeksi adalah kebiasaan hidup yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang higinis adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil-transmitted dikenal sebagai infeksi cacing seperti Ascaris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil-transmitted dikenal sebagai infeksi cacing seperti Ascaris 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths Soil-transmitted dikenal sebagai infeksi cacing seperti Ascaris lumbricoides, Trichuris trichuira, cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soil Transmitted Helminths (STH) adalah cacing golongan nematoda usus yang penularannya melalui tanah. Dalam siklus hidupnya, cacing ini membutuhkan tanah untuk proses

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Nematoda Nematoda berasal dari bahasa Yunani, Nema artinya benang. Nematoda adalah cacing yang bentuknya panjang, silindrik, tidak bersegmen dan tubuhnya bilateral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kecacingan merupakan salah satu diantara banyak penyakit yang menjadi masalah masyarakat di Indonesia. Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal baik oleh masyarakat Indonesia, tetapi belum meluas pembudidayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. dikenal baik oleh masyarakat Indonesia, tetapi belum meluas pembudidayaannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan selada (Lactuca sativa L.) merupakan sayuran yang sudah lama dikenal baik oleh masyarakat Indonesia, tetapi belum meluas pembudidayaannya. Salah satu alasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmited Helminths Nematoda adalah cacing yang tidak bersegmen, bilateral simetris, mempunyi saluran cerna yang berfungsi penuh. Biasanya berbentuk silindris serta panjangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya parasit berupa cacing kedalam tubuh manusia karena menelan telur cacing. Penyakit ini paling umum tersebar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Rusmartini, 2009). Cacing ini ditularkan melalui telur cacing yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Rusmartini, 2009). Cacing ini ditularkan melalui telur cacing yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths (STH) Soil Transmitted Helminths (STH) adalah nematoda usus yang dalam siklus hidupnya membutuhkan tanah untuk proses pematangan (Rusmartini, 2009). Cacing

Lebih terperinci

PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN

PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah45 PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN Oleh : Ersandhi Resnhaleksmana Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Soil Transmitted Helminths (STHs) Soil Transmitted Helminths (STHs) adalah kelompok parasit golongan nematoda usus yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Soil Transmitted Helminths STH (Soil Transmitted Helminths) adalah cacing golongan nematoda yang memerlukan tanah untuk perkembangan bentuk infektif. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Cacing Tambang Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar 30 50 % di perbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Ada lebih dari 20 jenis cacing usus yang dapat menginfeksi manusia, namun

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Ada lebih dari 20 jenis cacing usus yang dapat menginfeksi manusia, namun 20 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil Transmitted Helminthiasis Ada lebih dari 20 jenis cacing usus yang dapat menginfeksi manusia, namun yang tersering penyebarannya di seluruh dunia adalah cacing gelang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda berasal dari bahasa Yunani, Nema artinya benang. Nematoda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda berasal dari bahasa Yunani, Nema artinya benang. Nematoda BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Nematoda Nematoda berasal dari bahasa Yunani, Nema artinya benang. Nematoda adalah cacing yang bentuknya panjang, silindrik, tidak bersegmen dan tubuhnya bilateral

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis

Lebih terperinci

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI Diajukan Oleh : Restian Rudy Oktavianto J500050011 Kepada : FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cacing Tambang dan Cacing Gelang 1. Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) a. Batasan Ancylostoma duodenale dan Necator americanus kedua parasit ini di

Lebih terperinci

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur Julia Suwandi, Susy Tjahjani, Meilinah Hidayat Bagian Parasitologi

Lebih terperinci

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh: KHOIRUN NISA NIM. 031610101084 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecacingan merupakan masalah kesehatan yang tersebar luas didaerah tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 lebih dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis cacing Sebagian besar infeksi cacing terjadi di daerah tropis yaitu di negaranegara dengan kelembaban tinggi dan terutama menginfeksi kelompok masyarakat dengan higiene

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global, khususnya di negara-negara berkembang pada daerah tropis dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecacingan (Ascariasis dan Trichuriasis) 1. Definisi Ascariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing Ascaris lumbricoides dalam tubuh manusia. Spesies cacing yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui tanah atau biasa disebut dengan cacing jenis soil transmitted

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui tanah atau biasa disebut dengan cacing jenis soil transmitted BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Kecacingan 2.1.1 Definisi Kecacingan Helmintiasis (kecacingan) menurut WHO adalah infestasi satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Trichuris trichiura disebut juga cacing cambuk, termasuk golongan nematoda yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Trichuris trichiura disebut juga cacing cambuk, termasuk golongan nematoda yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trichuris trichiura Trichuris trichiura disebut juga cacing cambuk, termasuk golongan nematoda yang hidup di sekum dan kolon ascending manusia. Pejamu utama T.trichiura adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Timur. Terdapat bukti berupa lukisan pada kuburan Mesir kuno yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Timur. Terdapat bukti berupa lukisan pada kuburan Mesir kuno yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Selada Keriting Selada keriting (Lactuca Sativa L.) adalah tanaman asli lembah Mediterania Timur. Terdapat bukti berupa lukisan pada kuburan Mesir kuno yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris Lumbricoides Ascariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering dijumpai. Diperkirakan prevalensi di dunia berjumlah sekitar 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia.

Lebih terperinci

The prevalence and types of soil-transmitted helmint eggs (STH) in basil vegetable of grilled fish traders in Palu

The prevalence and types of soil-transmitted helmint eggs (STH) in basil vegetable of grilled fish traders in Palu Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 5, No. 2, Desember 2014 Hal : 61-66 Penulis : 1. Junus Widjaja 2. Leonardo Taruk Lobo 3. Oktaviani

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Dian Kurnia Dewi NIM

SKRIPSI. Oleh: Dian Kurnia Dewi NIM KORELASI ANTARA INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS, TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA, DAN KUALITAS KONSUMSI TERHADAP STATUS GIZI PADA MURID SEKOLAH DASAR NEGERI LAMPEJI 03 KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Higiene Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut

I. PENDAHULUAN. dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prevalensi parasit usus di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 3,5 miliar orang dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut disebabkan

Lebih terperinci

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN Fitria Nelda Zulita, Gustina Indriati dan Armein Lusi Program Studi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Soil Transmitted Helminths (STH) Keberadan dan penyebaran suatu parasit di suatu daerah tergantung pada berbagai hal, yaitu adanya hospes yang peka, dan terdapatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi cacing usus terutama yang ditularkan melalui tanah atau disebut soil-transmitted helmint infections merupakan salah satu infeksi paling umum di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah atau Soil- Transmitted Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health Oganization

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Ascaris lumbricoides a. Morfologi telur Ascaris lumbricoides Secara morfologi dapat dibedakan menjadi 4 macam bentuk: fertil, infertil, dekortikasi, dan embrio.telur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan menjangkiti banyak manusia di seluruh dunia. Sampai saat ini penyakit kecacingan masih tetap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk untuk

Lebih terperinci

Hanna Mutiara Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Hanna Mutiara Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Identifikasi Kontaminasi Telur Soil Transmitted Helminths pada Makanan Berbahan Sayuran Mentah yang Dijajakan Kantin Sekitar Kampus Universitas Lampung Bandar Lampung Hanna Mutiara Bagian Parasitologi,

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id la l b T'b ', */'i I. PENDAHULUAN zt=r- (ttrt u1 II. JENIS PENYAKIT CACINGA}I '"/ *

bio.unsoed.ac.id la l b T'b ', */'i I. PENDAHULUAN zt=r- (ttrt u1 II. JENIS PENYAKIT CACINGA}I '/ * i zt=r- (ttrt u1 la l b T'b ', */'i '"/ * I. JENIS.JENIS CACING PARASIT USUS YANG UMUM MENYERANG ANAK SEKOLAH DASAR-) Oleh : Dr. Bambang Heru Budianto, MS.**) I. PENDAHULUAN Penyakit cacing usus oleh masyarakat

Lebih terperinci

Rina Nitalessy*, Woodford B.S. Joseph*, Joice R.S.T.L. Rimper**

Rina Nitalessy*, Woodford B.S. Joseph*, Joice R.S.T.L. Rimper** KEBERADAAN CEMARAN TELUR CACING USUS PADA SAYURAN KEMANGI (Ocimum basilicum) DAN KOL (Brassica oleracea) SEBAGAI MENU PADA AYAM LALAPAN DI WARUNG MAKAN JALAN PIERE TENDEAN KOTA MANADO TAHUN 2015 Rina Nitalessy*,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu diantaranya adalah penyakit infeksikecacingan yang ditularkan melalui tanah(soil transmitted

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Helminthiasis atau

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Helminthiasis atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi cacing usus adalah salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Helminthiasis atau kecacingan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang bersifat kronis yang ditularkan melalui tanah dan menyerang sekitar 2 milyar penduduk di dunia

Lebih terperinci

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014 Al-Sihah : Public Health Science Journal 12-18 Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014 Azriful 1, Tri Hardiyanti Rahmawan 2 1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang berada di daerah khatulistiwa membuat negara Indonesia memiliki iklim tropis yang sangat mendukung terjadinya masalah infeksi. Salah satu kejadian yang

Lebih terperinci

Kontaminasi Telur Cacing Soil-transmitted Helmints (STH) pada Sayuran Kemangi Pedagang Ikan Bakar di Kota Palu Sulawesi Tengah

Kontaminasi Telur Cacing Soil-transmitted Helmints (STH) pada Sayuran Kemangi Pedagang Ikan Bakar di Kota Palu Sulawesi Tengah Kontaminasi Telur Cacing... (Leonardo Taruk Lobo, et.al.) Kontaminasi Telur Cacing Soil-transmitted Helmints (STH) pada Sayuran Kemangi Pedagang Ikan Bakar di Kota Palu Sulawesi Tengah Contamination of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan, menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 dalam Bab I Pasal 1 disebutkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Soil Transmitted Helminths 2.1.1 Definisi Soil Transmitted Helminths Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan sejumlah spesies cacing parasit kelas Nematoda yang dapat menginfeksi

Lebih terperinci

IDENTIFICATION OF EGGS WORMS NEMATODES CONTAINED IN VEGETABLES AS AN ALTERNATIVE LEARNING MEDIA IN CONCEPT INVERTEBRATES NEMATODES CLASS IN SMA

IDENTIFICATION OF EGGS WORMS NEMATODES CONTAINED IN VEGETABLES AS AN ALTERNATIVE LEARNING MEDIA IN CONCEPT INVERTEBRATES NEMATODES CLASS IN SMA 1 IDENTIFICATION OF EGGS WORMS NEMATODES CONTAINED IN VEGETABLES AS AN ALTERNATIVE LEARNING MEDIA IN CONCEPT INVERTEBRATES NEMATODES CLASS IN SMA Lestia Pratiwi*, Suwondo, Elya Febrita email: lestiapratiwi@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK Lampiran I HUBUNGAN PERSONAL HIGIENE DENGAN KANDUNGAN TELUR CACING PADA KOTORAN KUKU PEKERJA BIOGAS DI DESA TANJUNG HARAPAN KECEMATAN WONOSARI KABUPATEN BOALEMO TAHUN 2013 Oktaviani Ririn Lamara 811 409

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi cacing atau kecacingan merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang utama di negara miskin atau negara berkembang, dan menempati urutan tertinggi pada

Lebih terperinci