SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PERKOPERASIAN (PSAK NO. 27) PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI AH MAMBAUL HIDAYAH DI SIAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PERKOPERASIAN (PSAK NO. 27) PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI AH MAMBAUL HIDAYAH DI SIAK"

Transkripsi

1 SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PERKOPERASIAN (PSAK NO. 27) PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI AH MAMBAUL HIDAYAH DI SIAK Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Oral Comprehensif Lengkap Pada Fakultas Ekonomi Dan Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru Riau OLEH : SELAMET MUJANI PROGRAM S1 JURUSAN AKUNTANSI KEUANGAN JURUSAN AKUNTANSI S-1 FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2012

2 ABSTRAK ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PERKOPERASIAN (PSAK NO.27) PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI AH MAMBAUL HIDAYAH DI SIAK Oleh : Selamet Mujani Penelitian ini dilaksanakan pada Koperasi Jasa Keuangan Syari ah Mambaul Hidayah Desa Sungai Tengah Kecamatan Sabak Auh Kabupaten Siak. Tujuan dari penelitian in adalah untuk mengetahui penyajian laporan Keuangan Koperasi Jasa Keuangan Syari ah Mambaul Hidayah apakah sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 Tahun Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu dengan menganalisis tatacara penyajian Laporan Keuangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Mambaul Hidayah Siak kemudian membandingkan dengan PSAK No. 27 Tahun Jenis data yang digunakan oleh peneliti adalah data primer yaitu melalui wawancara dengan pengurus koperasi dan data sekunder yaitu data yang sudah diolah lebih lanjut yang bersumber dari Koperasi Jasa Keuangan Syari ah Mambaul Hidayah Siak, seperti Laporan Neraca, Perhitungan Hasil Usaha, Struktur Organisasi dan dokumen yang berkenaan dengan sejarah singkat Koperasi. Hasil dari penelitian menunjukkan beberapa kekurangan dari Laporan Keuangn yang disajikan oleh koperasi yaitu koperasi memisahkan antara perkiraan kas dan perkiraan bank, koperasi tidak memisahkan antara piutang usaha baik yang berasal dari anggota maupun dari non anggota, koperasi tidak memisahkan antara tanah bangunan, koperasi tidak melakukan penyusutan terhadap aktiva tetap, koperasi belum menyajikan Laporan Arus Kas serta Laporan Promosi Ekonomi Anggota. Dari kesimpulan dan saran yang disampaikan penulis, hendaknya koperasi menggabungkan antara perkiraan kas dan perkiraan bank, memisahkan antara piutang usaha baik yang berasal dari dari anggota maupun non anggota, melakukan pemisahan antara tanah dan bangunan, melakukan penyusutan terhadap aktiva tetap, serta koperasi harus menyajikan unsur-unsur laporan keuangan yang meliputi Laporan Arus Kas dan Laporan Promosi Ekonomi Anggota. Kata Kunci: PSAK No. 27 Tahun i

3 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah C Tujuan Dan Manfaat Penelitian D. Metode Penelitian E. Sistematika Penulisan BAB II TELAAH PUSTAKA A. Gambaran Umum Badan Usaha Koperasi B. Gambaran Umum Akuntansi C. Karakteristik Penyajian Laporan Keuangan Koperasi D. Karakteristik Penilaian dan Penyajian Laporan Neraca E. Penyajian Laporan Perhitungan Hasil Usaha Koperasi F. Penyajian Laporan Arus Kas Koperasi G. Penyajian Laporan Promosi Anggota Koperasi H. Penyajian Catatan Atas Laporan Keuangan Koperasi I. Koperasi Dalam Pandangan Islam BAB III GAMBARAN UMUM KOPERASI A. Sejarah Singkat Koperasi v

4 B. Struktur Organisasi C. Aktivitas Usaha KJKS Mmambaul Hidayah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Metode Pencatatan B. Penilaian dan Penyajian Neraca C. Laporan Perhitungan Sisa Hasil Usaha D. Penyajian Laporan Arus Kas E. Penyajian Laporan Promosi Ekonomi Anggota F. Penyajian Catatan Atas Laporan Keuangan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran-saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS v

5 DAFTAR TABEL BAB I Tabel I Tabel I Tabel I Tabel I Tabel I Tabel I BAB II Tabel II Tabel II Tabel II Tabel II Tabel II BAB III BAB IV Tabel IV Tabel IV Tabel IV Tabel IV vii

6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar makin memiliki kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan menjadi gerakan ekonomi rakyat yang tangguh dan mandiri yang berakar dalam masyarakat serta mampu memajukan ekonomi anggotanya. Koperasi berbeda dengan badan usaha lainnya, jika badan usaha lain memiliki misi dan tujuan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya demi kelangsungan operasional perusahaan sedangkan koperasi memiliki misi dan tujuan sosial yaitu meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota dan masyarakat di sekitar koperasi tersebut. Sebagaimana halnya pada perusahaan, koperasi juga membuat laporan keuangan untuk memberikan gambaran mengenai kinerja keuangan koperasi. Secara garis besar laporan keuangan koperasi tidak berbeda dengan laporan keuangan badan usaha lainnya, perbedaan yang ada hanya terletak pada perkiraanperkiraan tertentu seperti perkiraan modal dimana untuk koperasi modal tersebut terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, dana cadangan dan hibah. Kemudian pada badan usaha lain dikenal istilah saldo laba sedangkan pada usaha koperasi disebut Sisa Hasil Usaha atau SHU. Laporan keuangan koperasi merupakan laporan mengenai pertanggungjawaban kegiatan usaha kepada pihak luar yang mempunyai hubungan dengan koperasi. Laporan keuangan koperasi menurut Standar 1

7 Akuntansi Keuangan No. 27 tahun 2009 tentang perkoperasian terdiri dari : (1) Neraca yang menggambarkan jumlah aset dalam pengelolaan, kewajiban kepada kreditur koperasi, kekayaan bersih dari koperasi. (2) perhitungan hasil usaha yang menggambarkan kegiatan operasi dan hasil operasi koperasi dalam periode tertentu. (3) laporan arus kas yang memberikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode. (4) laporan promosi ekonomi anggota yang menggambarkan manfaat koperasi bagi anggotanya. (5) catatan atas laporan keuangan mengenai kebijaksanaan akuntansi dan informasi lainnya yang perlu diungkapkan. Pada koperasi pencatatan, penilaian dan penyajian setiap transaksi yang terjadi sebaiknya memisahkan antara transaksi yang terjadi dengan anggota dan transaksi dengan non anggota, pendapatan tersebut juga sebaiknya dipisahpisahkan berdasarkan jenis bidang usaha koperasi. Hal ini bertujuan agar jumlah maupun nilai transaksi dari anggota dapat merupakan salah satu petunjuk penting tentang manfaat yang dapat diberikan oleh koperasi kepada anggotanya. Transaksi penjualan dari anggota, pada akhirnya nanti sebagian dibagi untuk anggota dengan jumlah sebanding dengan jasa yang diberikan kepada anggota. Sisa setelah dibagi kepada anggota dibagikan untuk cadangan koperasi, dana pengurus, dana karyawan, dana pendidikan koperasi, dana pembangunan daerah kerja dan dana sosial. Sedangkan penjualan dengan bukan anggota, dibagikan untuk cadangan koperasi, dana pengurus, dana karyawan, pegawai, dana pendidikan koperasi, dana pembangunan daerah kerja dan dana sosial. 2

8 Koperasi Jasa Keuangan Syari ah Mambaul Hidayah merupakan koperasi yang memberikan jasa keuangan dengan bidang usaha simpan pinjam, usaha pembiayaan dan juga menerima penjualan kelapa sawit. Anggota koperasi ini adalah semua pengurus koperasi dan juga masyarakat umum yang terdaftar sebagai anggota simpan pinjam koperasi. Sedangkan yang bukan anggota adalah masyarakat sekitar Kecamatan sabak Auh dan Siak yang melakukan transaksi jual beli dengan koperasi tetapi tidak menjadi anggota Koperasi KJKS Mambaul Hidayah. 1.Dalam PSAK No. 27 ( IAI No. 27 ) dalam penyusunan laporan keuangan pada aktiva lancar antara perkiraan kas dengan perkiraan bank tidak dipisah. Tetapi dalam laporan keuangan KJKS Mambaul Hidayah antara kas dengan bank dipisahkan. Seharusnya uang kas dan bank berjumlah Rp ,- dipisah menjadi kas ditangan Rp ,- dan Kas di bank Rp ,-. Sedangkan menurut PSAK No. 27 dapatdilihat pada tabel I.1 sebagai berikut: Koperasi Pembangunan Rakyat Neraca Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20x1 Aktiva Lancar Rp Rp Kewajiban Lancar Kas dan Bank xxxx xxxx Sumber: PSAK No. 27 3

9 Akibatnya tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh PSAK N0. 27 sehingga akan mengakibatkan kesalahan dalam pencatatan ketika diaudit oleh auditor independen. 2. Dalam penyusunan Neraca saldo pada aktiva lancar yang seharusnya piutang terbagi menjadi empat bagian, yaitu: piutang usaha, piutang anggota, piutang non anggota dan piutang lain-lain. Koperasi hanya mencatat piutang anggota sebesar Rp ,- dan piutang non anggota sebsar Rp ,-. Seharusnya KJKS Mambaul Hidayah mencatat piutang usaha sebesar Rp ,-, piutang anggota sebesar Rp ,- dan piutang non anggota sebesar Rp ,-. Adapun pencatatannya menurut PSAK No. 27 dapat dilihat pada tabel I.2 berikut ini: Koperasi Pembangunan Rakyat Neraca Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20x1 Aktiva Lancar Rp Rp Kewajiban Lancar Kas dan Bank xxxx xxxx Investasi jangka pendek xxxx xxxx Piutang Usaha xxxx xxxx Piutang Pinjaman Anggota xxxx xxxx Piutang Pinjaman Non Anggota xxxx xxxx Sumber: PSAK No. 27 4

10 3. Dalam penyusunan Neraca saldo pada aktiva tetap yang seharusnya antara tanah dan bangunan dipisah tetapi dalam laporan Neraca KJKS Mambaul Hidayah digabung. Seharusnya nilai tanah Rp ,- dan bangunan Rp ,- ditulis tanah dan bangunan Rp ,-. Sehingga mengakibatkan pembaca laporan keuangan tidak mengetahui berapa nilai tanah dan berapa nilai bangunan. Sedangakan menurut PSAK No. 27 Tahun 2009 tanah dan bangunan dipisah dalam pencatatannya. Akibatnya tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh PSAK No.27 sehingga akan mengakibatkan kesalahan dalam pencatatan dan menyesatkan bagi para pemakai laporan keuangan serta pembaca laporan keuangan. Adapun pencatatannya menurut PSAK No. 27 dapat dilihat pada tabel I.3 berikut ini: Aktiva Tetap Tanah/Hak atas Tanah Bangunan Rp xxxx xxxx Ekuitas Sumber: PSAK No Koperasi juga tidak melakukan penyusutan bangunan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh koperasi sendiri, dalam penyusutan aktiva tetap sebesar 5% dari nilai bangunan, peralatan kantor dan peralatan usaha sebesar 12,5% / tahun, sedangkan untuk kendaraan/mobil penyusutan sebesar 20% / tahun. Akibatnya nilai aktiva tetap bernilai terlalu tinggi dan akan menyesatkan bagi para pembaca laporan keuangan serta tidak sesuai dengan PSAK No. 27 sebagai pedoman untuk mencatat laporan keuangan 5

11 koperasi. Sedangkan menurut PSAK No. 27 dapat dilihat pada tabel I.4 berikut ini: Aktiva Tetap Tanah/Hak atas Tanah Bangunan Mesin Inventaris Akumulasi Penyusutan Rp xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx Ekuitas Sumber: PSAK No Dalam laporan keuangan Koperasi KJKS Mambaul Hidayah juga belum menyajikan laporan promosi ekonomi anggota yang menggambarkan peningkatan ekonomi anggota dari waktu ke waktu berdasarkan kegiatan operasional koperasi. Dampaknya anggota koperasi tidak mengetahui antara selisih harga jual menurut harga pasar dengan harga jual menurut koperasi, selisih penghematan beban peminjaman dengan koperasi dan kelebihan balas jasa simpanan anggota atau keuntungan lainnya disesuaikan dengan kegiatan koperasi. Adapun pencatatannya menurut PSAK No. 27 dapat dilihat pada tabel I.5 berikut ini: 6

12 KOPERASI PEMBANGUNAN RAKYAT LAPORAN PROMOSI EKONOMI ANGGOTA Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 20X1 dan 20X0 (Koperasi Konsumen) PROMOSI EKONOMI SELAMA TAHUN BERJALAN 20X1 20X0 MANFAAT EKONOMI DARI PEMASARAN PRODUK ANGGOTA: - Pemasaran Produk Anggota Atas Dasar Harga Koperasi Rp xxxx Rp xxxx - Pemasaran Produk Anggota Atas Dasar Harga Pasar (xxxx) (xxxx) Jumlah Promosi Ekonomi Dari Transaksi Pemasaran Produk Anggota Rp xxxx Rp xxxx MANFAAT EKONOMI DARI PENGADAAN BARANG UNTUK ANGGOTA: - Pengadaan Barang Atas Dasar Harga Pasar Rp xxxx Rp xxxx - Pengadaan Barang Atas Dasar Harga Koperasi (xxxx) (xxxx) Jumlah Promosi Ekonomi Dari Transaksi Pengadaan Barang Untuk Anggota Rp xxxx Rp xxxx MANFAAT EKONOMI DARI SIMPAN PINJAM - Penghematan Beban Pinjaman Anggota Rp xxxx Rp xxxx - Kelebihan Balas Jasa Simpanan Anggota (xxxx) (xxxx) Jumlah Promosi Ekonomi Dari Transaksi Penyediaan Jasa Untuk Anggota Rp xxxx Rp xxxx Jumlah Promosi Ekonomi Anggota Selama Tahun Berjalan Rp xxxx Rp xxxx PROMOSI EKONOMI PADA AKHIR TAHUN Pembagian Sisa Hasil Usaha Tahun Berjalan Untuk Anggota Rp xxxx Rp xxxx Jumlah Promosi Ekonomi Anggota Rp xxxx Rp xxxx Sumber: PSAK No Koperasi juga belum mencantumkan laporan arus kas selama 1 (satu) periode, sehingga tidak tersedia informasi keuangan sebagai dasar menilai kemampuan badan usaha dalam dalam menghasilkan kas atau setoran kas, serta menilai kebutuhan suatu badan usaha terhadap kas tersebut. Sedangkan menurut PSAK No. 27 tahun 2009 mengenai akuntansi perkoperasian, laporan arus kas tersebut perlu disajikan untuk mengetahui informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal, sumber 7

13 penerimaan kas, pengeluaran kas, dan saldo akhir kas pada periode tertentu. Dampak lainnya dengan tidak adanya laporan arus kas adalah tidak adanya informasi mengenai perubahan kas yang meliputi arus kas dan aktivitas koperasi, tidak terdapatnya pencatatan arus kas dari aktivitas investasi dan laporan arus kas dari aktivitas pendanaan. Adapun pencatatan laporan arus kas menurut PSAK No. 27 tahun 2009 dapat dilihat pada tabel I.6 berikut ini: KOPERASI PEMBANGUNAN RAKYAT 8

14 LAPORAN ARUS KAS (Metode Langsung) Tahun Yang Berakhir 31 Desember 20x1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi Penerimaan kas dari pelanggan Pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan Kas yang dihasilkan operasi Pembayaran bunga Pembayaran pajak penghasilan Arus kas sebelum pos luar biasa Hasil dari asuransi karena gempa bumi Arus kas bersih dari aktivitas operasi Arus kas dari aktivitas operasi Perolehan anak perusahaan x dengan kas Hasil penjualan peralatan Penerimaan bunga Penerimaan deviden Arus kas yang digunakan untuk investasi Arus kas dari aktivitas pendanaan Hasil dari penerbitan modal saham Hasil dari pinjaman jangka panjang Pembayaran hutang sewa guna usaha keuangan Pembayaran deviden * Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas penadanaan Kenaikan bersih kas dan setara kas Kas dan setara kas awal periode Kas dan setara kas pada akhir periode *Dapat juga dilaporkan sebagai arus kas operasi Dalam Rupiah xxxxx (xxxxx) xxxxx (xxxxx) (xxxxx) xxxxx xxxxx (xxxxx) (xxxxx) xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx (xxxxx) (xxxxx) xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx Sumber: PSAK No. 27 Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk menulis proposal dengan judul: ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PERKOPERASIAN ( PSAK NO. 27 ) PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI AH MAMBAUL HIDAYAH SIAK. 9

15 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan penulis membuat suatu perumusan masalah, yaitu : "Apakah penerapan akuntansi perkoperasian pada Koperasi Jasa Keuangan Syari ah (KJKS Mambaul Hidayah) di Siak telah sesuai dengan PSAK No. 27 Tahun C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah Koperasi Jasa Keuangan Syari ah (KJKS Mambaul Hidayah) di Siak telah menerapkan akuntansi perkoperasian sesuai PSAK No. 27 Tahun Manfaat Penelitian a. Bagi penulis, menambah wawasan dalam penerapan akuntansi perkoperasian. b. Bagi pengurus koperasi, memberi masukan mengenai penerapan akuntansi perkoperasian. c. Bagi peneliti lain, sebagai referensi dalam penelitian sejenis. D. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini penulis laksanakan di Koperasi Jasa Keuangan Syari ah (KJKS Mambaul Hidayah) di Desa Sungai Tengah Kecamatan Sabak Auh Kab. Siak. 2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dipakai penulis sebagai pedoman adalah : 10

16 a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari pengurus koperasi mengenai kegiatan usaha, sejarah koperasi, struktur organisasi dan aktivitas usaha Koperasi KJKS Mambaul Hidayah di Siak. b. Data Sekunder yaitu data-data yang diperoleh dengan mengumpulkan data yang telah disusun sebelumnya oleh pihak koperasi dalam bentuk yang sudah jadi berupa laporan keuangan koperasi (KJKS Mambaul Hidayah). Sumber data berasal dari koperasi jasa keuangan syari ah mambaul hidayah dengan meminta langsung kepada bagian keuangan koperasi. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun proposal ini adalah : - Dokumentasi yaitu dengan memfoto copy data keuangan koperasi KJKS Mambaul Hidayah yang terdiri dari Neraca dan Laporan Sisa Hasil Usaha dan catatan atas laporan keuangan. - Wawancara langsung dengan ketua koperasi tentang sejarah berdirinya koperasi dan hal-hal mengenai koperasi KJKS Mambaul Hidayah. 4. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu membandingkan antara data yang telah dikumpulkan dengan teori-teori yang relevan dan kemudian diambil suatu kesimpulan. 11

17 E. Sistematika Penulisan Proposal ini disusun menjadi beberapa pembahasan yang terdiri dari 3 (tiga) pembahasan, untuk lebih jelasnya penulisan proposal ini dapat dikemukakan sebagai berikut: BAB I : Pembahasan ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, jenis dan sumber data dan sistematika penulisan. BAB II : Dalam pembahasan ini dikemukakan mengenai pengertian dan tujuan koperasi, pengertian dan tujuan akuntansi, laporan karakteristik koperasi, jenis-jenis laporan, neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, catatan atas laporan keuangan dan koperasi dalam pandangan islam. BAB III : Pada pembahasan ini diuraikan mengenai gambaran umum Koperasi, berisikan sejarah singkat Koperasi, struktur organisasi dan aktivitas Koperasi. BAB IV : Pembahasan, merupakan hasil penelitian dan pembahasan terhadap penyajian laporan keuangan Pada KJKS Mambaul Hidayah seperti penyajian sisa hasil usaha dan neraca. BAB V : Penutup, merupakan penutup dari penulisan berisikan kesimpulan penulisan dari penelitian, saran-saran yang ditujukan untuk Koperasi Jasa Keuangan Syariah Mambaul Hidayah serta keterbatasan yang di hadapi penulis dalam melakukan penelitian. 12

18 BAB II TELAAH PUSTAKA A. Gambaran Umum Badan Usaha Koperasi Di Indonesia koperasi diatur dalam undang-undang No. 12 tahun 1967 yang diperbaharui menjadi undang-undang No. 25 tahun Koperasi didefinisikan sebagai berikut: Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan azas kekeluargaan. Menurut Jochen ( 2002 : 13 ) pengertian koperasi sebagai berikut: Koperasi adalah badan usaha yang dimiliki oleh anggota, yang merupakan pemakai jasa (user). Fakta ini yang membedakan koperasi dari badan usaha (perusahaan) bentuk lain yang pemiliknya, pada dasarnya adalah para penanam modalnya. Menurut PSAK No. 27 ( 2009 : ) koperasi dijelaskan sebagai berikut: Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaedah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional. 13

19 Sedangkan menurut Amin Widjaja ( 2002 : 23 ) koperasi adalah milik bersama para anggota, pengurus maupun pengelola. Usaha ini diatur sesuai dengan keinginan para anggota melalui musyawarah rapat anggota. Menurut Kartasapoetra ( 2003 : 1 ) Koperasi adalah suatu badan usaha bersama yang berjuang dalam bidang ekonomi dengan menempuh jalan yang tepat dan mantap dengan tujuan membebaskan diri para anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumya diderita oleh mereka. Menurut Ginda ( 2008 : 1 ) Muhamad Hatta sebagai bapak koperasi Indonesia pernah mengemukakan: koperai menurutnya adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong. Menurut pemerintah RI didalam Undang-undang No. 25 tahun 1992 pasal 4 dijelaskan fungsi dan peran koperasi sebagai berikut: 1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. 2. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. 3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya. 4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. 14

20 Disamping fungsi dan peran koperasi dalam UU No. 25 tahun 1992 pasal 5 ( hal 4 ) juga diatur prinsip koperasi sebagai berikut: 1. Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut: a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis. c. Pembagian sisa hasil usaha dilaksanakan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. e. Kemandirian. 2. Dalam mengembangkan koperasi maka koperasi melaksanakan pula prinsip koperasi sebagai berikut: a. Pendirian koperasi. b. Kerja antar koperasi. Untuk memperlancar kegiatan operasionalnya maka koperasi harus memiliki kelengkapan organisasi, seperti yang diuraian dalam UU No. 25 tahun 1992 pasal 21 ( hal 19 ) sebagai berikut: a. Rapat anggota Secara umum anggota koperasi adalah pemilik dari koperasi dan usahanya, dan anggotalah yang mempunyai wewenang mengendalikan koperasi bukan pengurus dan bukan manejer. Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi sebagai pencerminan demokrasi dalam yang beranggotakan orang-orang tanpa mewakili aliran, golongan serta paham politik 15

21 perorangan dan hak suara yang sama pada koperasi primer merupakan azas pokok dari penghidupan koperasi tersebut. Menurut Hendrojogi ( 2002 : 147 ) rapat anggota memiliki tugas dan peran yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Menyerahkan dan menetapkan penyusunan dan perubahan dasar anggaran dasar atau anggaran rumah tangga, sesuai dengan keputusankeputusan rapat. 2. Memilih, mengangkat dan memberhentikan anggota pengurus dan pengawas. 3. Memberikan persetujuan dan perubahan dalam masalah struktur dan permodalan organisasi dan arah kegiatan-kegiatan usahanya. 4. Mensyaratkan agar pengurus, manajer dan karyawan memahami ketentuan dalam anggaran dasar. 5. Menetapkan dan mengarahkan rencana kerja, rencana angaran pendapatan dan belanja organisasi. 6. Menetapkan pembagian sisa hasil usaha. 7. Menetapkan penggabungan, pemecahan dan pembubaran organisasi. 8. Memberikan penilaian terhadap pertanggungjawaban pengurus menerima atau menolak. b. Pengurus koperasi Dalam UU No. 25 Tahun 1992 Pasal 30 ( hal 28 ) dijelaskan tentang tugas dan peran pengurus koperasi. Adapun tugas pengurus koperasi antar lain: 1. Mengelola koperasi dan usahanya. 16

22 2. Mengajukan rencana kerja serta rancangan anggaran pendapatan dan belanja koperasi. 3. Penyalenggaraan rapat anggota. 4. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. 5. Menyelenggarakan pembukuan keuangan inventaris secara tertib. 6. Memelihara daftar buku anggota koperasi dan pengawas. Dan wewenang pengurus meliputi: 1. Mewakili koperasi didalam dan diluar pengabdian. 2. Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta memberhentikan anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar. 3. Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat anggota. c. Pengawas Adapun tugas dan wewenang pengawas ditegaskan dalam UU no. 25 tahun 1992 pasal 39 ( hal 37 ) adalah sebagai berikut: 1. Pengawas bertugas: a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi. b. Membuat laporan tertulis mengenai hasil pengawasan. 17

23 2. Pengawas berwenang: a. Meneliti catatan yang ada pada koperasi. b. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan. 3. Pengawas harus merahasiakan hasil pengawasan terhadap pihak ketiga. B. Gambaran Umum Akuntansi Dalam suatu badan usaha baik orang yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam suatu badan usaha, akuntansi sangat bermanfaat dan menjadi kebutuhan bagi badan usaha tersebut. Kebutuhan itu berupa informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan. Terdapat berbagai pendapat yang dikemukakan oleh ahli ekonomi sehubungan dengan definisi akuntansi. Diantaranya adalah sebagai berikut: Akuntansi menurut Wahyudi ( 2007 : 7 ) adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan mengomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang berkepentingan. Sedangkan menurut Amin ( 2002 : 2 ) akuntansi merupakan bahasa perusahaan yang berguna untuk memberikan informasi yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Sedangkan menurut Harahap ( 2002 : 3 ) akuntansi adalah: Susunan, konsep, definisi, dalil yang menjelaskan hubungan antara variabel lainnya dalam struktur akuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang mungkin akan muncul. 18

24 Sedangkan menurut Trisnawani ( 2009 : 29 ) akuntansi yang biasa diimplementasikan pada manajemen badan usaha koperasi, yaitu akuntansi sebagai suatu sistem informasi dan akuntansi sebagai suatu teknik prosedur pembukuan transaksi keuangan koperasi. Sedangkan menurut Rudianto ( 2010 : 10 ) akuntansi adalah aktivitas mengumpulkan, menganalisis, menyajikan dalam bentuk angka, mengklasifikasikan, mencatat, meringkas dan melaporkan aktivitas atau transaksi suatu badan usaha dalam bentuk informasi keuangan. Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut, menunjukkan bahwa akuntansi bukan hanya saja mencakup fungsi pencatatan dalam menghasilkan informasi keuangan tetapi juga menyangkut fungsi-fungsi lainnya yang pada dasarnya bertujuan untuk menyediakan informasi yang bersifat finansial kepada siapa saja yang memerlukan dari informasi tersebut. Dengan demikian akuntansi dapat diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan yang sifatnya lebih luas dari pada teknik pencatatan semata. Menurut Hendrojogi ( 2002 : 227 ) dalam kegiatan usaha di Indonesia kita mengenal berbagai bentuk badan usaha yaitu: 1. Badan usaha perorangan. 2. Badan usaha persekutuan, yang terdiri dari: a. Persekutuan firma. b. Persekutuan Komanditer. 3. Badan usaha Perseroan Terbatas. 4. Badan usaha koperasi. 19

25 5. Badan Usaha Milik Negara. 6. Badan Usaha Milik Daerah. C. Karakteristik Penyajian Laporan Keuangan Koperasi Dalam rangka pengembangan prinsip akuntansi koperasi Indonesia menjadi SAK, maka penyertaan prinsip akuntansi indonesia No.3 tentang akuntasi koperasi telah disesuaikan sebelumya menjadi PSAK No. 27 tentang akuntansi koperasi, perlunya standar khusus akuntansi untuk ini dikarenakan koperasi memiliki ciri yang berbeda dengan badan usaha lain seperti pemerintah dan swasta, jika ditinjau dari organisai, cara pengelolanya maupun permodalannnya. PSAK No. 27 ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi yang timbul dari hubungan transaksi antara koperasi dengan anggotanya dan transaksi lain yang spesifik pada koperasi. Pernyataan ini mencakup pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Ruang lingkup PSAK No. 27 ( IAI, 2009 : ) : 1. Pernyataan ini mengatur bagi badan usaha koperasi atas transaksi koperasi yang timbul dari hubungan anggotanya, yaitu meliputi transaksi setoran anggota koperasi dan transaksi usaha koperasi dengan anggotanya, antar transaksi yang spesifik pada badan usaha koperasi, diantara cadangan modal penyertaan, modal sumbangan beban-beban koperasi serta penyajian dan pengungkapannya dalam laporan keuangan. 20

26 2. Pernyataan ini tidak mengatur akuntansi transaksi yang timbul dari hubungan koperasi dengan anggotanya. Transaksi tersebar diperlukan sama dengan transaksi yang terjadi pada badan usaha lainnya. 3. Hal-hal yang bersifat umum atau tidak secara khusus diatur dalam pernyataan ini, termasuk akuntansi untuk unit usaha otonomi koperasi, harus diperlukan dengan mengacu pada PSAK yang lainnya. 4. Pernyataan ini berlaku bagi laporan keuangan untuk disajikan kepada pihak eksternal yaitu anggota koperasi, pemerintah, kreditur dan pihak lain yang berkepentingan. 5. Pemerintah sebagai salah satu pihak pemakai laporan keuangan koperasi, mungkin memerlukan informasi khusus untuk tujuan tertentu. 6. Bermacam-macam jenis koperasi, misalnya koperasi konsumen dan koperasi produsen, koperasi simpan pinjam, koperasi pemasaran dalam laporan keuangannya dapat menampakkan kekhususan masingmasing dan untuk itu dapat diatur dalam pedoman akuntansi tersendiri dengan mengacu kepada PSAK No. 27 ini. Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus memiliki karakteristik tertentu agar informasi tersebut bermanfaat dalam pengambilan keputusan perusahaan. Menurut IAI ( : 7-10 ) karakteristik-karakteristik yang harus dimiliki adalah sebagai brikut: a. Dapat Dipahami 21

27 Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk dapat segera dipahami oleh pemakai. b. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. c. Matrealitas Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Dalam beberapa kasus hakikat informasi saja tidak cukup untuk menentukan relevansinya. d. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga yang harus andal atau reliable. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur ( faith full representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. e. Penyajian Jujur Informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan untuk disajikan atau yang secara wajar diharapkan untuk disajikan. 22

28 f. Substansi Mengungguli Bentuk Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. g. Netralitas Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pengguna, dan tidak tergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan. h. Kelengkapan Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan matrialistis dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan ( omission ) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau tidak menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi. i. Dapat Dibandingkan pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relative. 23

29 Menurut Arifin ( 2002 : ) tujuan laporan keuangan koperasi adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi pemakai lainnya. Beberapa hal yang dapat diinformasikan oleh laporan keuangan koperasi adalah: 1. Manfaat yang diperoleh setelah menjadi anggota koperasi 2. Prestasi keuangan koperasi selama satu periode 3. Transaksi, kejadian, dan keadaan yang mengubah sumber daya ekonomis, kewajiban, dan kekayaan bersih dalam satu periode. Transakasi yang berkaitan dengan anggota dipisahkan dengan non anggota. 4. Informasi penting lainnya yang mungkin mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas koperasi. Sedangkan khusus untuk badan usaha koperasi, dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 27 ( IAI 2009 : ) menjelaskan bahwa laporan keuangan koperasi terdiri dari dari laporan-laporan sebagai berikut: 1. Neraca 2. Perhitungan laba rugi 3. Laporan arus kas 4. Laporan promosi ekonomi anggota 5. Catatan atas laporan keuangan. D. Karakteristik Penilaian dan Penyajian Laporan Neraca Neraca dapat diartikan sebagai laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha yang terjadi pada tanggal tertentu, biasanya pada tanggal terakhir suatu tahun, akhir semester atau laporan akhir bulan. Unsur-unsur penyajian neraca adalah sebagai berikut: 24

30 Bagian kiri dari neraca, terdiri dari pos-pos aktiva aktiva antara lain: 1. Aktiva lancar 2. Investasi jangka panjang 3. Aktiva tetap 4. Aktiva lain-lain. Bagian kanan dari neraca, terdiri dari pos-pos antara lain: 1. Kewajiban jangka pendek 2. Kewajiban jangka panjang 3. Ekuitas A. Aktiva ( Asset) Kieso ( 2002 : 55 ) mendefinisikan aktiva adalah kemungkinan manfaat ekonomi masa depan yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu perusahaan sebagai hasil dari transaksi kejadian yang lalu. Sehubungan dengan badan usaha koperasi hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan aktiva koperasi dapat dilihat dalam PSAK No. 27 tahun ( 2009 : 7-8 ) sebagai berikut: 1. Aktiva yang diperoleh dari sumbangan yang terikat penggunaannya dan tidak dapat dijual untuk menutupi kerugian koperasi diakui sebagai asset lain-lain. Sifat keterikatan penggunaan tersebut diatas dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. 2. Aktiva-aktiva yang dikelola koperasi, tetapi bukan milik koperasi, tidak diakui sebagai aktiva dan harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. 25

31 1. Aktiva lancar (current asset ) Pada umumnya aturan yang dipakai yang dapat dikelompokkan sebagai harta lancar jika suatu harta dirubah menjadi kas atau digunakan untuk membayar kewajiban lancar didalam jangka waktu satu tahun atau siklus operasi, mana yang lebih panjang maka harta itu diklasifikasikan sebagai harta lancar. Aktiva Lancar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Harta tunai /kas/bank 2. Piutang 3. Persediaan ( barang dagangan ) 4. Lain-lain. 1. Kas /Bank Menurut Ely Suhayati ( 2009 : 143 ) pengertian kas dan bank dalam penyajian asset lancar dan kewajiban jangka pendek menyatakan sebagai berikut: Kas diartikan sebagai alat bayar atau alat tukar dalam transakasi keuangan. Agar uang kas perusahaan aman dari segala macam pencurian, penggelapan, manipulasi maka setiap penerimaan uang segera disetor kebank, sedangkan setiap pengeluaran kas maka digunakan cek atau giro bilyet. Tentunya untuk pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil, tidaklah efisien menggunakan cek atau giro bilyet. Oleh karena itu, dibentuklah dana kas kecil yang berfungsi untuk membantu bendahara atau kasir khusus untuk pengeluaran-pengeluaran rutin yang jumlahnya relatif kecil. Bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat digunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan perusahaan. 26

32 a. Penilaian Kas /Bank Penilaian kas dan bank tidak menimbulkan masalah. Hal ini disebabkan karena kas dan bank telah menunjukkan nilai yang melekat pada kas dan bank dan aktiva lancar. b. Penyajian kas/bank Untuk keperluan penyajian laporan keuangan kas dan bank disajikan dengan mengacu pada IAI ( 2009 : 27 ) sebagai berikut: 1. Kas dan bank milik koperasi yang wewenang penggunaannya dibatasi, disajikan secara terpisah dan diklasifikasikan sebagai aktiva lancar dan aktiva jangka panjang tergantung pada jangka waktu pembatasannya. 2. Kas dan bank secara terpisah sebagai aktiva titipan. Kewajiban yang bersangkutan dengan kas dan bank tersebut disajikan sebagai pengurang atas aktiva titipan tadi. 2. Piutang Piutang menunjukkan tagihan yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang dihasilkan, piutang yang timbul bukan dari barang atau jasa yang dihasilkan, dikelompokkan dalam piutang lain-lain. a. Penilaian piutang Penilaian piutang dinyatakan sebesar jumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima. 27

33 b. Penyajian piutang Sesuai dengan lampiran PSAK No penyajian piutang harus dipisahkan menjadi piutang usaha, piutang pinjaman anggota, piutang pinjaman non anggota dan piutang lain-lain. c. Penyisihan piutang tak tertagih Dalam IAI ( 2009 : 9.3 ) pengertian piutang tak tertagih sebagai berikut:piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi dengan taksiran yang tidak dapat ditagih, jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan tidak dapat ditagih. Menurut Kieso ( 2002 : 390 ) mendefinisikan penyisihan piutang tak tertagih sebagai berikut: Piutang usaha tak tertagih adalah kerugian pendapatan, yang memerlukan, melalui ayat jurnal pencatatan yang tepat dalam akun penurunan aktiva piutang usaha serta penurunan yang berkaitan dengan laba dan ekuitas pemegang saham. 3. Persediaan Menurut Arifin ( 2001 : 114 ) Persediaan pada koperasi dapat diklasifikasikan menjadi persediaan komoditi program dan komoditi non program. Komoditi program adalah komoditi yang memperoleh fasilitas dari pemerintah seperti penyaluran gula dan pengadaan pangan. 28

34 Menurut IAI ( 2009 : 27.5 ) beberapa karakteristik khusus sehubungan dengan akuntansi persediaan pada koperasi adalah sebagai berikut: a. Persediaan pada koperasi dapat digolongkan menjadi persediaan komoditi program dan komodoti umum. b. Selain harga beli jumlah kewajiban koperasi sehubungan dengan transaksi untuk mendapatkan komoditi program mencakup berbagai jenis yang ditetapkan oleh pemerintah dan gerakan koperasi itu sendiri. a. Penilaian Persediaan Pada dasarnya persediaan dicatat dan dinilai sebesar harga perolehan, tetapi karena pembelian komoditi program harga beli koperasi juga dibebani dengan pembayaran pembayaran khusus, dimana sebagian diantaranya dapat diterima kembali dikemudian hari. 4. Investasi Jangka Panjang Investasi jangka panjang atau penyerahan atau penanaman modal diluar koperasi. Menurut IAI ( : 27 ) beberapa karakteristik yang terdapat dalam akun investasi yaitu sebagai berkut: 1. Penyerahan uang yang sifatnya permanen ( jangka waktu yang tidak terbatas dan tidak dapat diperjual belikan ). 2. Penyertaan yang jumlahnya selalu bertambah dalam jangka waktu tertentu dan umurnya tergantung pada ketentuan dalam dasar rumah tangga koperasi. 29

35 3. Penyertaan yang dapat diambil sewaktu-waktu dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan dan tidak dapat diperjual belikan. a. Penilaian Investasi Investasi yang mempunyai sifat jangka panjang dicatat dengan metode harga pokok, investasi pada koperasi wewenang pencairannya merupakan investasi yang jatuh tempo belum pasti. b. Penyajian Investasi Menurut PSAK 2009 No. 27 ayat 5 ketentuan mengenai investasi sebagai berikut: 1. Modal penyertaan diakui sebagai ekuitas dan dicatat nominal setoran. 2. Modal penyertaan ikut menutupi resiko kerugian dan memiliki sifat relatif permanen, dan imbalan pemodal didasarkan atas hasil usaha yang diperoleh. 3. Ketentuan mengenai perjanjian dengan pemodal yang menyangkut keuntungan atau hasil usaha, tanggungan kerugian, jangka waktu, dan hak-hak pemodal, harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. 5. Aktiva Tetap ( fixed asset ) Aktiva tetap adalah aktiva yang jangka waktu pemakai lama yang digunakan dalam kegiatan perusahaan dan memiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta nilainya cukup besar. 30

36 a. Penilaian Aktiva Tetap Ativa tetap dinilai sebesar harga perolehan aktiva tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Penyusutan aktiva tetap merupakan suatu alokasi harga perolehan aktiva tetap periode-periode akuntansi. Aktiva tetap dari pemerintah yang dikelola atas dasar revolving fundd merupakan bantuan ( donasi ) pemerintah kepada koperasi dan dicatat sebesar harga perolehan. Keuntungan yang diperoleh dari pengelola aktiva tetap tersebut akan merupakan bagian sisa hasil usaha koperasi dan disisihkan untuk cadangan revolving. Disamping aktiva tetap donasi, pemerintah kala juga memberikan bantuan lunak aktiva tetap pada koperasi yang pembayarannya dilakukan dengan penyisihan dana-dana tertentu yang dikaitkan dengan transaksi pembelian atau penjualan komoditi tertentu. Aktiva tetap ini diakui sebagai milik koperasi dengan merekrut kewajiban. b. Aktiva Lain-Lain Pada perkiraan ini dimasukkan semua pos-pos yang tidak dapat dimasukkan pada perkiraannya. Termasuk juga unsur dari aktiva ini adalah aktiva tetap dalam kontruksi dan beban yang ditangguhkan. B. Kewajiban 31

37 Kewajiban pada beban usaha koperasi merupakan kewajiban kepada pihak luar bukan pemilik yang timbul akibat transaksi perolehan sumber daya ekonomi yang dilakukan sehingga arus kas keluar dimasa yang akan datang. Menurut IAI ( 2009 : 27.7 ) Kewajiban terbagi menjadi dua: 1. Kewajiban jangka pendek terdiri dari : hutang usaha, hutang bank, hutang pajak, hutang simpanan anggota, hutang dana bagian SHU, hutang jangka panjang akan jatuh tempo dan biaya yang harus masih dibayar. 2. Kewajiban jangka panjang terdiri dari : hutang bank dan hutang jangka panjang lainnya. a. Penyajian kewajiban Untuk penyajian kewajiban ini pada neraca diatur dalam PSAK No. 27 tahun 2009 dengan ketentuan sebagai berikut: Simpanan anggota yang tidak berkarakteristik sebagai ekuitas diakui sebagai kewajiban jangka pendek atau jangka panjang sesuai dengan tanggal jatuh temponya dan dicatat sebesar nilai nominalnya. Simpanan uang yang berkarakteristik sebagai ekuitas adalah jumlah tertentu dalam nilai uang yang diserahkan anggota pada koperasi atas kehendak sendiri sebagai simpanan dan dapat diambil sewaktu-waktu sesuai dengan perjanjian. Simpanan ini tidak menanggung risiko kerugian dan sifatnya sementara karenanya diakui sebagai kewajiban. 32

38 Kewajiban sukarela harus diakui sebagai hutang jangka pendek karena itu dapat dianggap sebagai kekayaan bersih. Hal ini disebabkan karena anggota dapat mengambil simpanan sukarela. Kewajiban yang timbul dari sisa hasil usaha seperti dana pambangunan daerah kerja, dana pendidikan, dana sosial, dana untuk pengurus dan karyawan dipandang sebagai kewajiban karena sisa hasil usaha yang merupakan hak koperasi adalah sisa hasil usaha yang disebabkan untuk cadangan. C. Ekuitas ( Kekayaan Bersih ) Modal koperasi merupakan jumlah nilai yang ditanamkan dalam sumbersumber daya ekonomi koperasi atau selisih koperasi antara harta dengan kewajiban. Menurut Arifin ( 2002 : 115 ) Modal koperasi berasal dari (1) simpanan pokok, (2) simpanan wajib, (3) cadangan koperasi, (4) SHU yang belum dibagi dan (5) donasi. Menurut IAI ( 2009 : ) beberapa karakteristik dan penyajian modal koperasi adalah sebagai berikut: a. Modal Anggota 1. Simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lainnya yang memiliki sama dengan simpanan pokok atau dengan simpanan wajib diakui sebagai ekuitas koperasi dan dicatat sebesar nilai nominalnya. 2. Simpanan pokok dan simpanan wajib yang belum diterima disajikan sebagai piutang simpanan pokok dan simpanan wajib. 3. Kelebihan setoran simpanan pokok dan simpanan wajib anggota pendiri diakui sebagai modal penyertaan partisipasi anggota. 33

39 b. Modal Penyertaan 1. Modal penyertaan diakui sebagai ekuitas dan dicatat sebesar jumlah nominal setoran dalam hal modal penyertaan selain uang tunai maka modal penyertaan tersebut diakui sebesar harga pasar yang berlaku umum. 2. Ketentuan mengenai perjanjian dengan pemodal yang menyangkut dengan pemodal dengan pembagian keuntungan atau sisa hasil usaha, tanggungan kerugian, jangka waktu dan hak-hak pemodal harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. c. Modal Sumbangan Modal sumbangan yang diterima oleh koperasi yang dapat menutupi resiko kerugian diakui sebagai ekuitas, sedangkan modal sumbangan yang substansinya merupakan pinjaman diakui sebagai kewajiban jangka panjang dan dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. d. Cadangan 1. Cadangan dan tujuan penggunaannya dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. 2. Pembayaran tambahan kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi diatas jumlah pokok dan simpanan wajib serta simpanan lain-lain dibebankan sebagai cadangan. Secara formal, anggota koperasi dapat diakui jika ia telah menyetor uang sejumlah tertentu sebagai simpanan pada saat pertama menjadi anggota, 34

40 disamping ia juga harus menyetor uang sejumlah tertentu secara berkala sebagai simpanan wajib. Walaupun simpanan pokok dan simpanan wajib dapat diambil kembali jika yang bersangkutan keluar dari anggota koperasi, namun diasumsikan bahwa anggota koperasi akan tetap menjadi anggota dalam waktu yang tidak terbatas. Dengan demikian simpanan pokok dan simpanan wajib tersebut bersifat permanen. Pembayaran simpanan pokok dan simpanan wajib dapat dilakukan dengan cara angsuran yang jumlah dan lamanya ditetapkan dalam anggaran dasar atau ketentuan lainnya. Simpanan pokok dan simpanan wajib dineraca adalah menyajikan nilai nominal simpanan pokok dan simpanan wajib. Jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib yang belum diterima dari anggota disajikan sebagai piutang simpanan pokok dan simpanan wajib. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, maka disajikan contoh neraca yang disusun berpedoman kepada PSAK No. 27 tahun 2009 yang dapat dilihatpada tabel II.1 dibawah ini: 35

41 Tabel II.1 KOPERASI PEMBANGUNAN RAKYAT NERACA 31 Desember 20X1 dan 20X0 AKTIVA 20X1 20X0 KEWAJIBAN DAN EKUITAS 20X1 20X0 AKTIVA LANCAR Rp Rp KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Kas dan Bank xxxx xxxx Hutang Usaha Rp xxxx Rp xxxx Investasi Jangka Pendek xxxx xxxx Hutang Bank xxxx xxxx Piutang Usaha xxxx xxxx Hutang Pajak xxxx xxxx Piutang Pinjaman Anggota xxxx xxxx Hutang Simpanan Anggota xxxx xxxx Piutang Pinjaman Non- Hutang Dana Bagian SHU xxxx xxxx Anggota xxxx xxxx Hutang Jangka Panjang xxxx xxxx Piutang Lain-lain xxxx xxxx Akan Jatuh Tempo xxxx xxxx Peny.Piutang Tak Tertagih (xxxx) (xxxx) Biaya Harus Dibayar xxxx xxxx Persediaan xxxx xxxx Jumlah Kewajiban Pendapatan Akan Diterima xxxx xxxx Jangka Pendek Rp xxxx Rp xxxx Jumlah Aktiva Lancar RP xxxx Rp xxxx INVESTASI JANGKA PANJANG KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Penyertaan Pada Koperasi Rp xxxx Rp xxxx Hutang Bank Rpxxxx Rp xxxx Penyertaan Pada Non-Koperasi xxxx xxxx H. Jangka Panjang Lainnya xxxx xxxx Jumlah Investasi Jangka Jumlah Kewajiban Panjang Rp xxxx Rp xxxx Jangka Panjang Rp xxxx Rp xxxx AKTIVA TETAP EKUITAS Tanah/Hak Atas Tanah Rp xxxx Rp xxxx Simpanan Wajib Rp xxxx Rp xxxx Bangunan xxxx xxxx Simpanan Pokok xxxx xxxx Mesin xxxx xxxx Modal Penyertaan xxxx xxxx Inventaris xxxx xxxx Partisipasi Anggota xxxx xxxx Akumulasi Penyusutan ( xxxx ) ( xxxx) Modal Penyertaan xxxx xxxx Jumlah Aktiva Tetap Rp xxxx Rp xxxx Modal Sumbangan xxxx xxxx Dana Cadangan xxxx xxxx AKTIVA LAIN-LAIN SHU Belum Dibagi xxxx xxxx Ak.Tetap Dalam Kontruksi Rp xxxx Rp xxxx Jumlah Ekuitas Rp xxxx Rp xxxx Beban Ditangguhkan xxxx xxxx Jumlah Aktiva Lain-lain Rp xxxx Rp xxxx 36

42 JUMLAH KEWAJIBAN JUMLAH AKTIVA Rp xxxx Rp xxxx DAN EKUITAS Rp xxxx Rp xxxx Sumber: PSAK No. 27 E. Penyajian Laporan Perhitungan Hasil Usaha Koperasi Perhitungan hasil usaha merupakan pengganti laporan rugi laba yang dianjurkan mengingat manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata hanya diukur dari laba tetapi lebih ditekankan pada manfaat untuk anggota, oleh karena itu koperasi tidak menggunakan istilah laba rugi melainkan sisa hasil usaha. Ketentuan mengenai penyajian ini diatur SAK No. 27 tahun 2009 sebagai berikut: 1. Sisa hasil usaha tahun berjalan dibagi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Dalam hal jenis dan jumlah pembagiannya sisa hasil usaha telah diatur secara jelas, maka bagian yang tidak menjadi hak koperasi diakui sebagai kewajiban. 3. Apabila jenis dan jumlah pembagiannya diatur secara jelas, maka sisa hasil usaha tersebut dicatat sebagai sisa hasil usaha yang belum dibagi dan harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. 4. Perhitungan hasil usaha harus memuat usaha dengan anggota dan laba rugi kotor dan non anggota. Suatu kebiasaan dalam koperasi, bahwa sisa hasil usaha yang diperoleh dalam satu tahun berjalan dibagi sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dan 37

43 rumah tangga. Keharusan pembagian sisa hasil usaha tersebut juga dinyatakan dalam undang-undang perkoperasian. Penggunaan sisa hasil usaha tersebut diantaranya untuk anggota, dana pendidikan, sosial dan dana koperasi sendiri. Jumlah yang merupakan hak koperasi disebut sebagai cadangan. Pembagian sisa hasil usaha tersebut dilakukan pada akhir periode pembukuan. Dan jumlah yang dialokasikan untuk selain koperasi diakui sebagai kewajiban. Dalam hal pembagian tidak dapat dilakukan karena jenis dan jumlah pembagiannya diatur secara jelas dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan masih menunggu rapat anggota. Maka sisa hasil usaha tersebut dicatat sebagai sisa hasil usaha yang belum dibagi dan dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. Perhitungan sisa hasil usaha menurut pos-pos pendapatan dan pos-pos beban yang terjadi selama satu periode. Menurut IAI ( 2009 : ) pendapatan dan beban disajikan sebagai berikut: 1. Pendapatan koperasi yang timbul dari transaksi dengan anggota diakui sebagai pendapatan partisipasi bruto. 2. Pendapatan koperasi yang berasal dari transaksi dengan non anggota diakui sebagai pendapatan ( penjualan ) dan dilaporkan terpisah dari partisipasi anggota dalam perhitungan sisa hasil usaha sebesar nilai transaksi. Selisih antar pendapatan dan beban pokok transaksi dengan non anggota diakui sebagai bagian laba rugi dengan non anggota. 3. Beban usaha dan beban perkoperasian harus disajikan terpisah dalam laporan perhitungan hasil usaha. 38

44 Perhitungan sisa hasil usaha memuat perhitungan tersendiri antara pendapatan yang berasal dari anggota dan non anggota. Tujuannya adalah sebagai berikut: a. Menentukan besarnya menjadi anggota koperasi. b. Menentukan tingkat keterkaitan usaha koperasi dengan usaha koperasinya. c. Untuk menetukan besarnya sisa hasil usaha dari anggota dan bukan anggota guna penerapan pajak penghasilan dan pembagian sisa hasil usaha. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, maka disajikan contoh laporan perhitungan hasil usaha yang disusun berpedoman kepada PSAK No. 27 tahun 2009 seperti Tabel II.2 dibawah ini: KOPERASI PEMBANGUNAN RAKYAT PERHITUNGAN HASIL USAHA Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 20X1 dan 20X0 PARTISIPASI ANGGOTA 20X1 20X0 Partisipasi Bruto Anggota Rp XXXX Rp XXXX Beban Pokok (XXXX) (XXXX) Partisipasi Neto Anggota Rp XXXX RpXXXX PENDAPATAN DARI NON-ANGGOTA Penjualan Rp XXXX Rp XXXX Harga Pokok (XXXX) (XXXX) Laba (Rugi) Kotor Dengan Non-Anggota Rp XXXX Rp XXXX Sisa Hasil Usaha Kotor Rp XXXX Rp XXXX BEBAN OPERASI: Beban Usaha Rp XXXX Rp XXXX Sisa Hasil Usaha Koperasi Rp XXXX Rp XXXX Beban Perkoperasiaan Rp XXXX Rp XXXX Sisa Hasil Usaha Setelah Beban Perkoperasiaan Rp XXXX Rp XXXX Pendapatan Dan Beban Lain-lain XXXX XXXX Sisa Hasil Usaha Sebelum Pos-pos Luar Biasa Rp XXXX Rp XXXX Pendapatan Dan Beban Luar Biasa XXXX XXXX Sisa Hasil Usaha Sebelum Pajak Rp XXXX Rp XXXX 39

a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama.

a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama. AKUNTANSI PERKOPERASIAN PSAK NO. (REVISI ) 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. (REVISI ) AKUTANSI PERKOPERASIAN Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Akuntansi Perkoperasian Sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial, koperasi memiliki perbedaan dengan bentuk perusahaan lainnya. Namun apabila dilihat dari kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Koperasi dan Karakteristiknya Sejarah koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara Eropa. Sistem ekonomi

Lebih terperinci

Contoh laporan keuangan koperasi

Contoh laporan keuangan koperasi Contoh laporan keuangan koperasi Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya atas dasar prinsip koperasi dan kaidah ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Koperasi 2.1.1.1. Pengertian Menurut Undang-Undang Nomer 25/1992 pasal 1 butir 1, yang dimaksud dengan Koperasi Indonesia adalah badan usaha yang beranggotakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan konsep-konsep dasar yang telah dibahas dalam bab II dan latar belakang permasalahan yang diuraikan dalam skripsi ini akan dibahas dari sudut pandang standart

Lebih terperinci

Akuntansi Keuangan Koperasi

Akuntansi Keuangan Koperasi Akuntansi Keuangan Koperasi Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 04/Per/M.KUKM/VII/2012 MENIMBANG : (d). Bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

Akuntasi Koperasi Sektor Riil sebagai STANDAR AKUNTANSI

Akuntasi Koperasi Sektor Riil sebagai STANDAR AKUNTANSI Koperasi sebagai badan usaha sekaligus gerakan ekonomi rakyat haruslah dikelola secara profesional dengan menerapkan prinsip keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas yang dapat diakui, diterima dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

Pengelolaan Keuangan. Permodalan. Modal Sendiri

Pengelolaan Keuangan. Permodalan. Modal Sendiri Pengelolaan Keuangan 3 Permodalan Berhasil tidaknya suatu koperasi sangat tergantung pada pengelolaan keuangannya. Pengelolaan keuangan mencakup sumber pendanaan dan penggunaan modal koperasi. Banyak koperasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian dan Prinsip Koperasi Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 04/Per/M.Kukm/Vii/2012, Koperasi

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk komunikasi bisnis sesuai dengan kebutuhan setiap pihak. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk komunikasi bisnis sesuai dengan kebutuhan setiap pihak. Untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi dan Tujuan Akuntansi Keuangan Suatu perusahaan memiliki keharusan untuk berhubungan dengan pihakpihak lain yang terkait dengan perusahaan. Hubungan tersebut harus dilanjutkan

Lebih terperinci

SUMBER DANA KOPERASI. koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal

SUMBER DANA KOPERASI. koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal Manajemen keuangan koperasi berkaitan dengan aktivitas pengumpulan dana dan penggunaan dana tersebut secara efektif dan efisien (Hendar 2010). Ini kerap menjadi masalah klasik yang kerap menjadi awal perselisihan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) SAK ETAP yaitu standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia yang bertujuan untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Koperasi Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Lebih terperinci

2012, No.755 LAMPIRAN

2012, No.755 LAMPIRAN 5 2012, No.755 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04/Per/M.KUKM/VII/2012 PEDOMAN UMUM AKUNTANSI KOPERASI KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

Lebih terperinci

JUMLAH AKTIVA

JUMLAH AKTIVA NERACA 31 DESEMBER 2007 AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan bank 3 866.121.482 3.038.748.917 Piutang usaha - bersih Hubungan istimewa 2b, 2c, 4, 5, 8 2.635.991.416 328.548.410 Pihak ketiga - setelah dikurangi

Lebih terperinci

PENERAPAN PSAK NO. 27 TENTANG AKUNTANSI PERKOPERASIAN PADA KPRI CIPTA KARYA SURABAYA SURABAYA

PENERAPAN PSAK NO. 27 TENTANG AKUNTANSI PERKOPERASIAN PADA KPRI CIPTA KARYA SURABAYA SURABAYA PENERAPAN PSAK NO. 27 TENTANG AKUNTANSI PERKOPERASIAN PADA KPRI CIPTA KARYA SURABAYA DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI DIAJUKAN OLEH

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun

Lebih terperinci

PSAK KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

PSAK KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Teori Akuntansi Keuangan PSAK KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Penyusun : Mikael Siahaan (1406645168) Muhammad Gunawan H.M (1406645765) Muhammad Iqbal (1406645771) PROGRAM EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Akuntansi Perkoperasian Sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial, koperasi menengah memiliki perbedaan dengan bentuk-bentuk perusahaan lainnya. Namun apabila dilihat

Lebih terperinci

Menurut Rudianto (2010:9), tujuan koperasi adalah untuk memberikan kesejahteraan dan manfaat bagi para anggotanya

Menurut Rudianto (2010:9), tujuan koperasi adalah untuk memberikan kesejahteraan dan manfaat bagi para anggotanya 8 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Peraturan Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 04/Per/M.Kukm/Vii/2012, Koperasi adalah :

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Lestari (2005:47) meneliti tentang: Pengaruh modal terhadap sisa hasil usaha KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah positif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan cara yang digunakan oleh suatu entitas untuk menggambarkan bagaimana kondisi entitas tersebut terutama mengenai posisi keuangannya.

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii Peraturan Gubernur

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 755, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Akuntansi. Sistem. Koperasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

Lebih terperinci

Analisis Laporan Arus Kas Pada PO. Gunung Sembung Putra Bandung

Analisis Laporan Arus Kas Pada PO. Gunung Sembung Putra Bandung Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-08 Analisis Laporan Arus Kas Pada PO. Gunung Sembung

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat 1 menyatakan

BAB II BAHAN RUJUKAN. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat 1 menyatakan BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Koperasi Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ketentuan Undang-Undang Dasar Koperasi harus diberi. yang seluas-luasnya dan ditingkatkan pembinaannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ketentuan Undang-Undang Dasar Koperasi harus diberi. yang seluas-luasnya dan ditingkatkan pembinaannya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Koperasi Koperasi merupakan salah satu bentuk usaha yang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945. Koperasi harus diberi kesempatan yang seluas-luasnya dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) SAK-ETAP merupakan suatu standar akuntansi yang disusun untuk mengatur pelaporan keuangan

Lebih terperinci

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900 NERACA KONSOLIDASI` PER 30 SEPTEMBER 2009 DAN 2008 3 CATATAN ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 2c, 2l, 4, 24 Rp 3,111,393,145 Rp 1,677,351,069 Investasi jangka pendek 2d, 5 5,348,940,000 6,606,593,125

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian koperasi berdasarkan Undang-Undang no. 17 tahun 2012 pasal 1 disebutkan bahwa : Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN (Materi 2)

LAPORAN KEUANGAN (Materi 2) LAPORAN KEUANGAN (Materi 2) Laporan keuangan terdiri dari dua laporan utama dan beberapa laporan yang sifatnya sebagai pelengkap. Laporan utama tersebut adalah : 1. Laporan Perhitungan Rugi-Laba 2. Neraca

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan suatu perusahaan memiliki peranan yang sangat penting bagi pihak manajemen perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Koperasi Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti kerja sama untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu defenisi koperasi adalah suatu perkumpulan

Lebih terperinci

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. 2.1 Akuntansi Pemerintahan Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan lap oran keuangan mengandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Sesuai dengan Undang-Undang No.20 tahun 2008 pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Sistematika pembahasan yang dilakukan terhadap KOPKAR ADIS adalah berdasarkan akun-akun yang terdapat di dalam laporan keuangan dengan melakukan analisis dan evaluasi

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA, -1- PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Prinsip dan Tujuan Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Koperasi yang berawal dari kata co yang berarti bersama dan operation yang berarti bekerja, sehingga koperasi

Lebih terperinci

29 Oktober Pertemuan

29 Oktober Pertemuan Salah satu indikator pengelolaan koperasi yang menjalankan prinsip akuntabilitas yang dilandasi transparansi dan kepatuhan sesuai dengan Pilar Pengelolaan Koperasi yang telah diuraikan dalam pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, akuntansi didenifisikan sebagai sistem informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, akuntansi didenifisikan sebagai sistem informasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, akuntansi didenifisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap aktivitas ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil Statistik Keuangan Koperasi Karyawan Perum Peruri (KOPETRI)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil Statistik Keuangan Koperasi Karyawan Perum Peruri (KOPETRI) 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Statistik Keuangan Koperasi Karyawan Perum Peruri (KOPETRI) Era bisnis Indonesia saat ini didominasi oleh kekuatan kapitalisme menjadikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Menurut Undang-undang Nomor 17 tahun 2012 koperasi adalah : Badan hukum yang didirikan oleh perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 23 BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Pelaksanaan Kerja Praktek bertujuan untuk memberikan pengenalan kepada penulis mengenai kinerja dan aktivitas-aktivitas yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang 2.1.1 Definisi Piutang Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) adalah: Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN Lampiran II I. PEDOMAN UMUM A TANGGUNG JAWAB ATAS LAPORAN KEUANGAN 1 Pengurus Dana Pensiun bertanggung jawab atas laporan keuangan Dana

Lebih terperinci

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) DAFTAR ISI Halaman Surat Pernyataan Direksi Laporan Auditor Independen

Lebih terperinci

PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 SEPTEMBER 2007 (DENGAN ANGKA PERBANDINGAN UNTUK TAHUN 2006) (MATA UANG INDONESIA) 1 MUSTIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang bertujuan untuk menyediakan informasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Disamping itu bank adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Disamping itu bank adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Disamping itu bank adalah badan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA -1- MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI USAHA

Lebih terperinci

PEDOMAN STANDAR AKUNTANSI KOPERASI

PEDOMAN STANDAR AKUNTANSI KOPERASI Salah satu indikator pengelolaan koperasi yang menjalankan prinsip akuntabilitas yang dilandasi transparansi dan kepatuhan sesuai dengan Pilar Pengelolaan Koperasi yang telah diuraikan dalam pertemuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoretis dan Perumusan Hipotesis. yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang

BAB 2. Tinjauan Teoretis dan Perumusan Hipotesis. yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang BAB 2 Tinjauan Teoretis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Koperasi 1. Definisi Koperasi Sumarsono (2003) menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Fungsi dan Peran Koperasi Di Indonesia Koperasi diatur dalam Undang-undang No. 12 tahun 1967 yang diperbaharui menjadi Undang-undang No. 25 tahun 1992. Dalam Undang-undang

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -----BAB I ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

Lebih terperinci

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP Nia Herlina Program Studi Akuntansi STIE STEMBI, niaherlina01@gmail.com Abstrak Tujuan_Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Standar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menggunakan arus kas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menggunakan arus kas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Laporan Arus Kas Laporan arus kas yang disajikan sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan yaitu sebagai dasar untuk menilai kemampuan

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Pernyataan ini sudah direvisi dengan PSAK 1 (revisi 1998) - Penyajian Laporan Keuangan PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK PENDAHULUAN 01 Pernyataan

Lebih terperinci

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan PERPAJAKAN II Modul ke: Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 13/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 13/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG -1- MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI USAHA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan keuangan adalah laporan yang berisikan informasi yang berguna bagi pihak internal dan eksternal perusahaan. Laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Analisis Pengertian analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Yuniarsih dan Suwatno (2008:98) adalah: Analisis adalah penguraian suatu pokok atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat laporan keuangan yang harus selesai dalam waktu 6 (enam) bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat laporan keuangan yang harus selesai dalam waktu 6 (enam) bulan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rentabilitas 2.1.1 Pengertian Rentabilitas Koperasi tiap tahun diharuskan oleh undang-undang hukum dagang membuat laporan keuangan yang harus selesai dalam waktu 6 (enam) bulan

Lebih terperinci

Koperasi Karyawan PT. ADIS PERHITUNGAN HASIL USAHA Periode Tahun 2010, 2011 & 2012

Koperasi Karyawan PT. ADIS PERHITUNGAN HASIL USAHA Periode Tahun 2010, 2011 & 2012 L1 PERHITUNGAN HASIL USAHA Periode Tahun 2010, 2011 & 2012 No Uraian Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 (Dalam Rp) (Dalam Rp) (Dalam Rp) I PENDAPATAN OPERASIONAL Penjualan Harga Pokok Penjualan Jumlah laba

Lebih terperinci

JUMLAH ASET LANCAR

JUMLAH ASET LANCAR LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) KONSOLIDASI 30 September 2011 dan 31 Desember 2010 30 September 2011 31Desember 2010 ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 50948250925 80968763439 Investasi 1963117500 2016231750

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses kegiatan pencatatan akuntansi yang memberikan informasi mengenai perkembangan suatu

Lebih terperinci

30 Juni 31 Desember

30 Juni 31 Desember LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 Juni 2012 dan 31 Desember 2011 30 Juni 31 Desember ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 73102500927 63710521871 Investasi 2072565000 1964636608 Piutang usaha - setelah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

SKRIPSI MINOR ANALISIS PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI UNIT DESA (KUD) LESTARI SUNGAI PUTIH DI DESA INDRAGIRI KABUPATEN KAMPAR

SKRIPSI MINOR ANALISIS PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI UNIT DESA (KUD) LESTARI SUNGAI PUTIH DI DESA INDRAGIRI KABUPATEN KAMPAR SKRIPSI MINOR ANALISIS PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI UNIT DESA (KUD) LESTARI SUNGAI PUTIH DI DESA INDRAGIRI KABUPATEN KAMPAR Disusun Dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Tugas-Tugas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Hasil akhir dari proses pencatatan akuntansi disebut dengan laporan keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang dilakukan

Lebih terperinci

PEMAKAI DAN KEBUTUHAN INFORMASI

PEMAKAI DAN KEBUTUHAN INFORMASI LAPORAN KEUANGAN Analisa laporan keuangan merupakan suatu proses analisis terhadap laporan keuangan dengan tujuan untuk memberikan tambahan informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pendapatan Menurut Keiso, Weygandt, Warfield (2008 :516), Pendapatan ialah arus masuk aktiva dan penyelesaian kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan PT MMS didirikan di Jakarta berdasarkan Akta No.14 tanggal 4 Oktober 1989 dari Notaris Winnie Hadiprojo, SH., notaris

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN AKUNTANSI

BAB II PERSAMAAN AKUNTANSI BAB II PERSAMAAN AKUNTANSI A. Penggolongan Akun / Perkiraan Pengertian Akun / rekening (account) adalah tempat untuk mencatat perubahan setiap laporan yang setiap saat dapat menunjukkan saldo pos tersebut.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usa

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usa No.1491, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOP-UKM. Asuransi. Koperasi Sektor Riil. Pedoman Umum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/Per/M.KUKM/IX/2015

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954 ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954 Immu Puteri Sari dan Dwi Nova Azana Fakultas Ekonomi UMSB Abstrak Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

Lebih terperinci

P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007

P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007 P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007 P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN MEMBACA LAPORAN KEUANGAN Denny S. Halim Jakarta, 31 Juli 2008 1 Outline Pengertian Akuntansi Proses Akuntansi Laporan Keuangan Neraca Laporan Rugi Laba Laporan Arus Kas Pentingnya Laporan Keuangan Keterbatasan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN BV. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS A. PENDAHULUAN Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi Laporan

Lebih terperinci

BAB AKUNTANSI KOPERASI. orang-orang bukan kumpulan modal sehingga peranan anggota sama menentukan dalam

BAB AKUNTANSI KOPERASI. orang-orang bukan kumpulan modal sehingga peranan anggota sama menentukan dalam BAB AKUNTANSI KOPERASI Koperasi merupakan bentuk badan usaha yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan bentuk badan usaha lainnya karena koperasi merupakan kumpulan dari orang-orang bukan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan merupakan laporan pertanggungjawaban suatu perusahaan pada satu periode tertentu mengenai kegiatan perusahaan

Lebih terperinci

BAGIAN XVII CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAGIAN XVII CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGIAN XVII CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENDAHULUAN 01. Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan Bank. Catatan atas laporan keuangan memuat penjelasan mengenai

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya Sebagai suatu badan usaha, BMT dalam menjalankan kegiatan usahanya, tentu ingin mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan, Landasan dan Asas, serta Nilai dan Prinsip- Prinsip Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Pengertian Koperasi menurut Hendar dan Kusnadi (2005:18) adalah :

Lebih terperinci

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN Koreksi Kesalahan 332. Kesalahan penyusunan laporan keuangan dapat disebabkan oleh keterlambatan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Koperasi sebagai organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial diharapkan

BAB II BAHAN RUJUKAN. Koperasi sebagai organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial diharapkan BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Tinjauan Umum Koperasi Koperasi sebagai organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial diharapkan dapat berperan dalam pembangunan ekonomi di wilayah kerjanya. Salah satu keberhasilan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Inggris Victory English School. Penulis ditempatkan pada bagian keuangan,

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Inggris Victory English School. Penulis ditempatkan pada bagian keuangan, BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Penulis melaksanakan kuliah kerja praktek di lembaga pendidikan bahasa Inggris Victory English School. Penulis ditempatkan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Munawir (2010; 96) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi- transaksi tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham)

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham) NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham) AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan Bank 2.b, 4 7.079.491 4.389.630 Investasi Jangka Pendek 2.d, 5 6.150 6.150 Piutang Usaha 2.b,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PEMBAHASAN

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PEMBAHASAN BAB III TINJAUAN TEORI DAN PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Laporan Keungan (Financial Statement) merupakan hasil dari proses akuntasi, laporang keuangan disusun

Lebih terperinci

Neraca 1. Perhitungan Hasil Usaha 2. Laporan Perubahan Ekuitas 3. Laporan Arus Kas 4. Catatan Atas Laporan Keuangan 5

Neraca 1. Perhitungan Hasil Usaha 2. Laporan Perubahan Ekuitas 3. Laporan Arus Kas 4. Catatan Atas Laporan Keuangan 5 DAFTAR ISI Halaman LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN LAPORAN KEUANGAN Neraca 1 Perhitungan Hasil Usaha 2 Laporan Perubahan Ekuitas 3 Laporan Arus Kas 4 Catatan Atas Laporan Keuangan 5 N E R A C A 31 Desember

Lebih terperinci