Assessment Cold Chain Kegiatan Surveilans ILI. Temuan dan Rekomendasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Assessment Cold Chain Kegiatan Surveilans ILI. Temuan dan Rekomendasi"

Transkripsi

1 Assessment Cold Chain Kegiatan Surveilans ILI Temuan dan Rekomendasi Januari 2012

2 DAFTAR ISI AKRONIM... 4 UCAPAN TERIMA KASIH... 5 I. KERANGKA ACUAN COLD CHAIN ASSESSMENT Tujuan Umum Tujuan Khusus Pengorganisasian Sasaran Strategi Peran dan tanggung jawab masing-masing mitra dalam assessment Tim assessment Keluaran Pembiayaan Waktu pelaksanaan Jadwal kegiatan II. RINGKASAN III. LATAR BELAKANG REPUBLIK INDONESIA IV. LATAR BELAKANG V. TEMUAN DAN HASIL ANALISA Laboratorium Virologi Pusat BTDK Laboratorium Mikrobiologi RS Universitas Hasanuddin, Makasar Puskesmas Sentinel Sudiang, Kota Makasar Laboratorium Biologi Molekuler FK Universitas Udayana, Denpasar Puskesmas Sentinel 1 Denpasar Selatan, Kota Denpasar Laboratorium Mikrobiologi FK Universitas Indonesia Puskesmas Sentinel Utan Kayu Utara, Jakarta Timur Laboratorium Mikrobiologi FK Universitas Diponegoro Puskesmas Sentinel Pandanaran, Kota Semarang VI. TEMUAN-TEMUAN PADA MASING-MASING FASILITAS SURVEILANS ILI VII. KESIMPULAN Laporan assessment cold chain 2 of 58 Desember 2011

3 VIII. REKOMENDASI Rekomendasi Umum Rekomendasi untuk Laboratorium Regional Rekomendasi untuk Puskesmas Sentinel LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Bagan alur penemuan kasus dan penanganan spesimen ILI I. II. Di Puskesmas Sentinel Di Laboratorium Regional B. Instrumen Assessment I. Kuesioner Untuk Lab. Regional II. Kuesioner Untuk Puskesmas Sentinel C. Gambaran Situasi Cold Chain di Lapangan D. Contoh Formulir Kondisi Spesimen Saat Dikirim Dan Diterima Laporan assessment cold chain 3 of 58 Desember 2011

4 AKRONIM C Suhu, derajat Celcius CDC Atlanta Ditjen P2P-PL EVM FK Unhas FK Udayana FK Undip FKUI ILI ILR JSI KemenKes MoH RI PCR RT Puskesmas/HC Puslit BTDK Puslitbang BMF SOP SPO TOR USAID WHO Communicable Disease Control Atlanta, USA Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Effective vaccine Management Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Influenza Like Illness Ice-lined Refrigerator John Snow, Inc. Kementerian Kesehatan Ministry of Health, Republic of Indonesia Polymerase Chain Reaction Reverse Transcriptase Pusat Kesehatan Masyarakat/Health Center Pusat penelitian Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Kementerian Kesehatan Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi Standard Operating Procedure Standar Prosedur Operasional Terms of Reference United States Agency for International Development World Health Organization Laporan assessment cold chain 4 of 58 Desember 2011

5 UNGKAPAN TERIMA KASIH USAID Deliver menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan atas kesempatan yang diberikan untuk melaksanakan cold chain assessment pada program surveilans ILI di beberapa Laboratorium Regional dan Puskesmas Sentinel ILI. USAID Deliver menghargai inisiatif dan kerjasama yang diberikan oleh Pusat BTDK Kemenkes, CDC Atlanta (Kantor Jakarta) serta pimpinan dan staf dari 5 laboratorium Regional di Jakarta, Makassar, Denpasar dan Semarang serta puskesmas sentinel pengambilan spesimen di masingmasing wilayah yang telah memberikan dukungan atas pelaksanaan kegiatan ini. Kegiatan ini dimungkinkan pula atas dukungan dan dana dari USAID melalui USAID Deliver GPO Task order 6 project Laporan assessment cold chain 5 of 58 Desember 2011

6 I. KERANGKA ACUAN COLD CHAIN ASSESSMENT 1. Tujuan Umum Menjamin keterpercayaan dan ketepatan diagnose laboratorik spesimen ILI 2. Tujuan Khusus 1. Melakukan assessment pengelolaan cold chain pada laboratorium regional dan puskesmas sentinel pengambilan spesimen ILI sejak pengambilan spesimen, penyimpanan, pengepakan dan pengiriman sampai pemeriksaan di laboratorium. 2. Memantau kinerja dan kecukupan berbagai jenis peralatan pendingin pada laboratorium regional dan puskesmas pengambilan spesimen ILI. 3. Melakukan assessment penggunaan dan kecukupan alat pemantau suhu dalam upaya pencegahan paparan panas berlebih terhadap bahan biologis dan spesimen ILI. 4. Melakukan telaah pengelolaan dan penanganan bahan dan limbah infeksius pada laboratorium regional dan puskesmas pengambilan spesimen ILI. 5. Menelaah pembinaan rutin berjenjang terhadap laboratorium regional dan puskesmas sentinel ILI. 6. Membuat rekomendasi dan SOP mengenai prosedur dan penanganan cold chain untuk peningkatan mutu spesimen ILI. 3. Pengorganisasian Pelaksanaan kegiatan ini merupakan kerjasama antara Kementerian Kesehatan/Pusat BTDK, USAID Deliver, dan CDC Atlanta. 4. Sasaran Sasaran assessment adalah 5 laboratorium regional ILI yaitu: 1. Laboratorium rujukan Nasional Pusat BTDK, DKI Jakarta 2. Laboratorium Mikrobiologi RS Universitas Hasanudin (FK Hasanudin), Kota Makasar 3. Laboratorium Biologi Mokuler FK Universitas Udayana, Kota Denpasar 4. Laboratorium Mikrobiologi RS Universitas Diponegoro (FK Diponegoro), Kota Semarang 5. Laboratorium Bagian Mikrobiologi Klinik (FK UI), DKI Jakarta Laporan assessment cold chain 6 of 58 Desember 2011

7 4 puskesmas sentinel ILI yaitu: 1. Puskesmas Utan Kayu Utara, DKI Jakarta 2. Puskesmas Sudiang, Kota Makassar 3. Puskesmas I Denpasar Selatan, Kota Denpasar 4. Puskesmas Pandanaran, Kota Semarang 5. Strategi Assessment akan dilakukan melalui wawancara dengan pejabat terkait di lokasi laboratorium dan puskesmas sentinel ILI, pengamatan mengenai penanganan cold chain spesimen mulai dari pengambilan, penyimpanan, pengepakan dan pengiriman spesimen ILI di puskesmas sentinel ILI dan lab regional. Tim assessment akan dibentuk dengan anggota dari masing-masing mitra kerja sebagai tercantum di bawah. Kuesioner dan format isian akan dibuat sebagai instumen assessment. Kuesioner akan diuji sebelum digunakan di lapangan dan masukan yang diperoleh akan dipakai dalam finalisasi kuesioner. 6. Peran Dan Tanggung Jawab Masing- Masing Mitra Dalam Assessment Pusat BTDK KemenKes Melakukan koordinasi kegiatan assessment Menjadi focal point komunikasi pada pelaksanaan assessment Memberikan masukan mengenai design dan instrumen assessment Menunjuk staf yang akan menjadi anggota tim assessment. Melakukan aktivitas lapangan untuk assessment Memberikan masukan untuk analisa hasil assessment Memberikan masukan mengenai rekomendasi dan SOP prosedur dan penanganan cold chain untuk peningkatan mutu spesimen ILI. Laboratorium regional di Denpasar, Semarang, Makassar, DKI Jakarta Membantu koordinasi assessment di lapangan dan puskesmas sentinel. Merupakan focal point komunikasi di wilayahnya USAID melalui USAID Deliver Memberikan masukan mengenai design dan kuesioner assessment Memberikan masukan mengenai rekomendasi dan SOP prosedur dan penanganan cold chain utnuk peningkatan mutu spesimen ILI Laporan assessment cold chain 7 of 58 Desember 2011

8 USAID/DELIVER Memberikan masukan mengenai design dan kuesioner assessment Menunjuk konsultan dan staf yang akan menjadi anggota tim assessment. Menyediakan dukungan administratif dan logistik untuk kegiatan assessment Melaksanak danmengkoordinir kegiatan assessment di lapangan Memberikan masukan untuk analisa hasil assessment Memberikan masukan mengenai rekomendasi dan SOP prosedur dan penanganan cold chain utnuk peningkatan mutu spesimen ILI CDC Atlanta, kantor Jakarta Menunjuk staf yang akan menjadi anggota tim assessment. Memberikan masukan mengenai design dan kuesioner assessment Memberikan masukan mengenai rekomendasi dan SOP prosedur dan penanganan cold chain utnuk peningkatan mutu spesimen ILI Konsultan USAID Deliver Menyediakan bantuan teknis mengenai rancangan, koordinasi dan pelaksanaan assessment Menyediakan rencana rinci kegiatan assessment Mengkoordinir pembuatan rancangan dan instrumen assessment Melaksanakan kegiatan asessment di lapangan Membuat analisa data assessment data Membuat laporan hasil assessment Menyiapkan rekomendasi, SOP serta prosedur dan penanganan cold chain untuk peningkatan mutu spesimen ILI. 7. Tim Pelaksana Assessment Tim assessment terdiri atas: No. Nama anggota tim Instansi/Organisasi 1 Dr. Vivi Setiawaty MSi Pusat BTDK Puslitbangkes 2 Dr. Krisna Nur Pusat BTDK 3 Dr. Mursinah Pusat BTDK Laporan assessment cold chain 8 of 58 Desember 2011

9 4 Eka Pratiwi Ssi Pusat BTDK 5 Hartanti Dian Ikawati SSi Pusat BTDK 6 Anton Widjaya JSI/USAID Deliver 7 Juhartini JSI/USAID Deliver 8 Rio Chandra JSI/USAID Deliver 9 Febry Nova CDC Atlanta, kantor Jakarta 10 Esther CDC Atlanta, kantor Jakarta 8. Keluaran Data yang dikumpulkan akan ditabulasi dan dianalisa dengan keluaran sebagai berikut: 1. Data mengenai situasi dan kondisi sumber daya cold chain (peralatan, kinerja) guna mendukung mempertahankan mutu spesimen di puskesmas sentinel dan lab regional. 2. Kesimpulan dan rekomendasi teknis serta SOP untuk meningkatkan pengelolaan cold chain pada spesimen ILI. 9. Pembiayaan Pembiayaan untuk pelaksanaan assessment dan pembuatan SOP, dukungan administratif disediakan oleh USAID melalui USAID/Deliver GPO Task order 6 project Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan assessment dilakukan antara Nopember (akhir) Januari 2012 oleh tim beranggotakan petugas dari Pusat BTDK, USAID Deliver dan CDC Atlanta. Laporan assessment cold chain 9 of 58 Desember 2011

10 11. Jadwal kegiatan Kegiatan assessment secara keseluruhan diharapkan selesai dalam 3 bulan sejak pembentukan tim. No Kegiatan Nop.2011 Des Jan Persiapan internal JSI/USAID Deliver x x 2 Pembentukan dan diskusi tim x x 3 Membuat rancangan dan instrumen assessment x x x x 4 5 Finalisasi instrumen assessment dan pelatihan penggunaan oleh tim lapangan Pelaksanaan kegiatan assessment di lapangan x x x x x x 6 Tabulasi dan analisis x x x x x 7 Penulisan laporan x x x 8 Penyampaian laporan X 9 Pembuatan SOP mengenai prosedur dan penerapan cold chain untuk spesimen ILI x x x x x x 10 Pertemuan tim berkala x x x x X *) Keterangan: Jadwal dapat berubah sesuai situasi Laporan assessment cold chain 10 of 58 Desember 2011

11 II. RINGKASAN Infeksi oleh virus influenza merupakan salah satu penyakit yang menjadi penyebab masalah kesehatan dengan potensi menyebabkan epidemi dengan angka kematian yang cukup tinggi di Indonesia dan bagian lain dunia. Sejak bulan September 2004 Puslitbang BMFBadan Litbangkes (kini Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan) bekerja sama dengan Ditjen P2PL KemenKes, CDC Atlanta dan WHO telah mengembangkan jejaring surveilans epidemiologi dan virologi di 7 propinsi di Indonesia yang kemudian diperluas ke 22 propinsi di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan NusaTenggara dan Papua. Untuk menunjang kegiatan surveilans ini Laboratorium Rujukan Nasional ILI, 5 Laboratorium Regional (2 di Jakarta, dan masing masing 1 di Semarang, Bali, Makassar) ditetapkan sebagai sentra pemeriksaan PCR-RT terhadap spesimen usap nasal atau usap tenggorok yang dikirim oleh puskesmas sentinel ILI. Mulai September 2011 KemenKes menambahkan satu laboratorium regional di Palembang dan 4 puskesmas sentinel di Palu, Ambon, Palangkaraya dan Bengkulu untuk mendukung kegiatan surveilans ILI sehingga keseluruhan ada 5 laboratorium regional dan 24 puskesmas sentinel ILI. Pemeriksaan laboratorium ini sangat penting artinya dalam menunjang surveilans epidemiologi guna menentukan upaya penanggulangan dan pencegahan epidemi maupun pandemi virus ILI yang berisiko menimbulkan banyak kesakitan dan kematian seperti pada infeksi virus H1N1, H5N1 dan sebagainya. Keberhasilan diagnosa laboratorium ini sangat tergantung pada berbagai faktor termasuk bagaimana penanganan cold chain spesimen mulai dari pengambilan, penyimpanan, transportasi sampai pemeriksaan laboratorik dilakukan. Kesemuanya ini merupakan hal yang penting untuk dapat menghasilkan pemeriksaan laboratorik yang terpercaya dan akurat. Berbagai pedoman pengambilan, pengepakan, pengiriman spesimen yang ada menekankan perlunya untuk selalu mempertahankan suhu spesimen pada suhu 4 C, namun tidak memberikan petunjuk yang rinci mengenai bagaimana cara pengaturan dan Laporan assessment cold chain 11 of 58 Desember 2011

12 pemantauan peralatan dan peralatan pembantu yang diperlukan agar diperoleh suhu yang optimal. Suatu assessment mengenai pengelolaan cold chain pada spesimen telah dilakukan untuk mengetahui situasi dan praktek di lapangan dalam upaya mempertahankan suhu optimal, situasi peralatan dan perangkat pendukungnya, sumber daya dan pengetahuan petugas dan sebagainya. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan gambaran situasi dan kondisi sebenarnya agar dapat diperoleh kesimpulan serta rekomendasi untuk mempertahankan ataupun meningkatkan mutu spesimen ILI. Tim assessment melakukan telaah manajemen cold chain untuk spesimen ILI di 4 dari 24 puskesmas sentinel ILI dan 4 dari 5 laboratorium regional yang kesemuanya merupakan pelaksana surveilans ILI. Pengambilan spesimen dilakukan setiap hari kerja di Puskesmas sentinel dengan jumlah ±2 10% dari jumlah kunjungan sebesar kunjungan per hari. Pengambilan spesimen di puskesmas umumnya dilakukan oleh teknisi laboratorium atau perawat puskesmas. Pengambilan, penempatan dalam cryotube, penggunaan parafilm dan tissue serta plastik klip serta penyimpanan di lemari es pada umumnya sudah sesuai dengan prosedur namun tidak semua lemari es memiliki suhu 2-8 C. Hampir semua puskesmas dan lab regional menggunakan lemari es domestik auto-defrost tanpa menggunakan termometer di dalamnya. Selain di puskesmas I Denpasar Selatan dan FKUI, fasilitas yang lain tidak melakukan monitoring dan pencatatan suhu harian. Pencatatan suhu harian dari freezer dilakukan di form pencatatan suhu. Suhu lemari es domestik saat ditelaah secara real time berada pada kisaran (- )1 C sampai (+) 5.5 C, namun tidak diketahui riwayat suhu sebelumnya dan pengaruh pemanasan heater saat auto defrost aktif mencairkan bunga es. Pemeliharaan lemari es masih perlu ditingkatkan karena masih dijumpai lemari es yang kurang terawat dan penuh dengan kotoran dan jamur pada karet seal pintu dan bagianbagian lemari es lainnya serta bunga es yang tebal. Pengemasan spesimen untuk pengiriman ke lab regional bervariasi yaitu ada puskesmas yang melakukan pengemasan sampai siap diambil oleh kurir. Ada 3 puskesmas yang Laporan assessment cold chain 12 of 58 Desember 2011

13 hanya menyerahkan spesimen dalam plastik klip dan menyertakan dokumen berupa form surveilans dan menyerahkan semuanya pada staf Dinas Kesehatan Kota yang menjemput dan selanjutnya melakukan pengemasan untuk dibawa ke lab regional. Staf dinas yang menyediakan perlengkapan pengemasan seperti cold box, ice packs. Antara % pengiriman spesimen tidak menyertakan termometer bersama spesimen dalam coldbox karena puskesmas /dinas tidak memiliki cukup termometer atau prosedur standar kurang menekankan perlunya penyertaan termometer. Dokumen yang disertakan dalam pengiriman hanya form surveilans yang berisi informasi mengenai kondisi pasien dan lain-lain, namun tidak ada form/surat pengantar yang memberikan informasi mengenai kondisi spesimen, dan suhu saat dikirimkan dan saat tiba ditujuan dengan menggunakan formulir berkelanjutan dari puskesmas. Pengiriman dari puskesmas sampai di lab regional berkisar antara 0 5 hari atau lebih terutama bila spesimen tiba di luar jam kerja atau hari Sabtu dan harus menunggu sampai diserahkan hari Senin. Jadwal pengiriman pada hari Rabu/Kamis seringkali berubah tergantung dari kinerja kurir kontrak dan jadwal transport (antara lain pesawat untuk kiriman dari luar propinsi). Spesimen yang diterima di lab regional tidak diperiksa/dicatat suhu spesimen saat tiba karena tidak ada termometer yang disertakan. Di lab FKUI, % diantara yang menggunakan termometer menunjukkan spesimen berada pada kisaran C saat diterima. Salah satu kiriman dari Papua ke FK Universitas Hasanuddin mencapai suhu 28 C saat diterima, dan tidak diketahui sudah berlangsung berapa lama. Spesimen yang diterima akan dibagi dalam 2 aliquot, untuk pemeriksaan di lab regional dan untuk dikirim ke BTDK. Aliquot spesimen untuk BTDK disimpan dalam lemari es domestik 2-8 C dan yang untuk lab regional dalam freezer (-) 20 C atau (-) 80 C selama 1-7 hari saat diperiksa PCR. Spesimen untuk BTDK, bila dikirim setelah >1 hari, maka akan spesimen dipindahkan ke freezer(-) 80 C. Monitoring dan pencatatan suhu harian lemari es dalam form grafik suhu perlu ditekankan. Beberapa lab regional dan puskesmas sudah melakukan pemantauan suhu lemari es dan freezer namun sebagian besar belum melaksanakan. Laporan assessment cold chain 13 of 58 Desember 2011

14 Informasi mengenai spesimen yang dicatat dalam logbook tidak selalu sama pada berbagai lab regional dan tidak ada pencatatan mengenai kondisi dan suhu spesimen saat diterima dan lama waktu dalam perjalanan. Pengiriman spesimen dari lab regional ke BTDK menggunakan perangkat pengemasan yg berasal dari puskesmas dan bila tidak lengkap atau termomenter pecah tidak dilakukan penggantian karena stok tidak ada. Pengiriman dari lab regional ke BTDK pada umumnya berlangsung selama 2-3 hari. Data dan suhu spesimen yang diterima oleh BTDK dicatat dalam log book dan spesimen disimpan dalam freezer (-) 80 C sampai dikirim ke lab virologi dan kemudian di simpan dalam lemari es domestik sampai dilakukan pemeriksaan PCR dan lain-lain. Belum dilakukan monitoring dan pencatatan suhu pada lemari es domestik dan freezer serta lama perjalanan dalam pengiriman. Penanganan limbah medis ILI di lab regional dan BTDK sudah memadai, namun pada beberapa puskesmas masih memerlukan perhatian. Selama pelaksanaan proyek yang dimulai sejak 2005, 2007 dan 2009 belum ada sistem supervisi suportif mengenai cold chain spesimen unmtuk petugas puskesmas, lab regional maupun BTDK. Berdasarkan hasil telaah di atas dirasa perlu untuk kembali mereview SOP penanganan cold chain terhadap spesimen sejak dari Puskesmas sampai BTDK dan masalah cold chain perlu dimasukkan dalm materi monitoring ILI. Pelatihan perlu dilakukan bagi para pelaksana surveilans ILI dan evaluasi mengenai hubungan antara spesimen yang dikirim/disimpan diluar suhu 2-8 C dengan hasil PCR, sub-typing maupun isolasi virus. Pengadaan peralatan cold chain seperti termometer,wadah pralon perlu direview kembali, baik untuk pengiriman spesimen maupun monitoring lemari es domestik sehingga setiap tingkat surveilans tercukupi. Laporan assessment cold chain 14 of 58 Desember 2011

15 III. LATAR BELAKANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan dan memiliki jumlah penduduk terbanyak nomer 4 di dunia dengan jumlah penduduk sebesar 238 juta pada tahun Secara administrasi Republik Indonesia terdiri atas Pemerintah Pusat di Jakarta, 33 provinsi dan 399 kabupaten dan 98 kota, 6543 kecamatan dan 75,226 desa dan kelurahan. Sekitar 65 % penduduk berdiam di P. Jawa, Lampung, dan Bali dan sisanya tersebar di propinsi-propinsi lain 2. Dalam bidang kesehatan, pelayanan antara lain diberikan oleh 8737 puskesmas statis dimana 6,033 adalah puskesmas dengan tempat perawatan. Disamping itu ada 6253 puskesmas keliling dengan mobil/perahu motor dan 22,171 puskesmas pembantu.rata rata tiap puskesmas melayani penduduk. Pelayanan rumah sakit umum terdiri dari 18 RS milik KemenKes, 1175 RS milik Pemda, Abri-Polri dan instansi lain serta swasta. Gambar 1: Peta Indonesia 1 Biro Pusat Statistik BPS; Penduduk Indonesia per Propinsi, 2010 Laporan assessment cold chain 15 of 58 Desember 2011

16 IV. LATAR BELAKANG Penyakit infeksi masih merupakan penyakit yang utama di Indonesia dan infeksi virus influenza merupakan salah satu kelompok penyebab penyakit yang baru muncul dan merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan timbulnya masalah kesehatan dengan potensi menyebabkan epidemi dengan angka kematian yang cukup tinggi di Indonesia dan bagian lain dunia 3. Sejak bulan September 2004 Puslitbang BMF Badan Litbangkes (kini Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan) bekerja sama dengan Ditjen P2PL KemenKes, CDC Atlanta dan WHO telah mengembangkan jejaring surveilans epidemiologi dan virologi di 7 propinsi di Indonesia yang kemudian diperluas ke 22 propinsi di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan NusaTenggara dan Papua, dengan pemeriksaan kasus tersangka ILI dan pengambilan spesimen usap hidung dan usap tenggorok. Pengambilan spesimen usap hidung dan tenggorok dilakukan di 20 Puskesmas sentinel di 20 propinsi. Untuk menunjang kegiatan surveilans ini ditetapkan 1 laboratorium rujukan nasional yaitu laboratorium virology Pusat BTDK Badan Litbangkes dan 5 laboratorium Regional (2 di Jakarta, dan masing masing 1 di Semarang, Bali, Makassar) sebagai sentra pemeriksaan laboratorium PCR - RT terhadap spesimen yang dikirim 20 puskesmas sentinel ILI. Mulai September 2011 KemenKes menambahkan satu laboratorium regional di Palembang dan 4 puskesmas sentinel di Palu, Ambon, Palangkaraya dan Bengkulu untuk mendukung kegiatan surveilans ILI sehingga keseluruhan ada 6 lab regional dan 24 puskesmas sentinel ILI. Surveilans epidemiologi ini penting guna menentukan jenis virus penyebab guna mendukung upaya penanggulangan dan pencegahan epidemi maupun pandemi virus ILI yang berisiko menimbulkan banyak kesakitan dan kematian seperti pada infeksi virus H1N1, H5N1 dan sebagainya. Diagnosa laboratorik dengan PRT-RT ataupun biakan virus dianggap sebagai metoda terpercaya dan akurat dalam menentukan penyebab infeksi ILI (Influenza Like Illness) di Indonesia pada kasus tersangka serangan virus ILI. 3 Profil Kesehatan Indonesia, KemenKes 2010 Laporan assessment cold chain 16 of 58 Desember 2011

17 Keberhasilan diagnose laboratorium ini sangat tergantung pada berbagai faktor, antara lain bagaimana pengelolaan cold chain pada spesimen sejak saat pengambilan, penyimpanan, transportasi sampai pemeriksaan laboratorik dilakukan. Faktor lain yang juga perlu adalah masalah ketersediaan peralatan dan alat bantu cold chain. Guna memperoleh hasil pemeriksaan laboratorium yang terpercaya dan akurat maka kualitas spesimen perlu dijaga antara lain dengan mempertahankan agar suhu spesimen tetap dijaga tetap berada pada kisaran suhu optimal (4 C) mulai dari saat pengambilan, penyimpanan,pengepakan dan pengiriman spesimen ke laboratorium regional ataupun laboratorium rujukan nasional. Berbagai pedoman pengambilan, pengepakan, pengiriman spesimen yang ada menekankan perlunya untuk selalu mempertahankan suhu spesimen pada suhu 4 C. Namun tidak ada petunjuk yang rinci mengenai bagaimana cara pengaturan dan pemantauan peralatan dan alat bantu cold chain agar diperoleh suhu yang optimal tersebut, disamping masalah ketersediaan peralatan dan alat bantu yang diperlukan serta bagaimana persiapan atau pelatihan para petugas yang terkait dalam mengelola cold chain. Selama ini puskesmas dan laboratorium regional telah melakukan pengambilan spesimen maupun pemeriksaan laboratorik secara rutin namun hanya sedikit informasi yang ada mengenai keberadaan dan kondisi peralatan dan alat bantu cold chain, penanganan limbah dan kegiatan pembinaan pada berbagai fasilitas tersebut. Pada umumnya petugas mempunyai persepsi bahwa peralatan dan alat bantu yang digunakan sudah secara otomatis memenuhi kebutuhan pengelolaan cold chain dan tidak memerlukan pengaturan maupun monitoring. Menilik keadaan di atas, suatu cold chain assessment pada fasilitas dalam jejaring surveilans ILI telah dilakukan untuk melengkapi informasi yang ada guna menjamin diperolehnya spesimen yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan laboratorik Penilaian meliputi prosedur rantai dingin yang diterapkan, jenis, kapasitas dan kinerja peralatan penyimpanan dingin maupun alat pemantau suhu yang dipergunakan. Selain itu informasi mengenai pelaksanaan fungsi pembinaan serta keamanan penanganan bahan dan limbah infeksius berbasis universal precaution yang selama ini dilakukan pada fasilitas pengambilan spesimen dan laboratorium ILI. Laporan assessment cold chain 17 of 58 Desember 2011

18 V. TEMUAN DAN HASIL ANALISA Temuan Umum Tim assessment melakukan telaah manjemen cold chain untuk spesimen ILI di 4 dari 24 puskesmas sentinel ILI dan 4 dari 5 laboratorium regional yaitu: No. Laboratorium Regional Puskesmas Sentinel 1. Laboratorium Microbiologi RS FK UNHAS di Makasar 2. Labortorium Biologi Molekuler FK UNUD di Denpasar Puskesmas Sudiang, Kota Makasar Puskesmas I Denpasar Selatan, Kota Denpasar 3 Laboratorium Diagnostik Molekuler FKUI Puskesmas Kayu Putih Utara, Jakarta Timur 4 Laboratorium Mikrobiologi FK UNDIP di Semarang Puskesmas Pandanaran, Kota Semarang Ke 4 lab regional dan puskesmas ini merupakan pelaksana surveilans ILI. Pengambilan spesimen di puskesmas umumnya dilakukan oleh teknisi laboratorium atau perawat puskesmas. Jumlah Jumlah Keterangan No. Puskesmas Kunjungan Spesimen Per Hari Per Hari 1 Puskesmas Sudiang, Kota Makasar 2 Puskesmas I Denpasar Selatan 3 Puskesmas Utan Kayu Utara kasus (25% menolak untuk diambil spesimen) Puskesmas Pandanaran Laporan assessment cold chain 18 of 58 Desember 2011

19 Pengambilan, penempatan dalam cryotube, penggunaan parafilm dan tissue serta plastik klip dan penyimpanan di lemari es sudah sesuai dengan prosedur namun tidak diketahui apakah suhu lemari es selalu berada pada kisaran 2-8 C (di puskesmas Utan Kayu spesimen ditempatkan di bagian chiller yang memiliki suhu dibawah 0 C). Lemari es yang digunakan menyimpan spesimen di puskesmas pada umumnya menggunakan lemari es domestik auto-defrost tanpa menggunakan termometer di dalamnya. Kecuali di puskesmas Denpasar Selatan dan FKUI yang lain tidak melakukan monitoring dan pencatatan suhu harian lemari es. Lihat tabel 1 & 2. Suhu lemari es saat ditelaah secara real time berada pada kisaran (- ) 1.5 sp (+) 8 C, namun tidak diketahui riwayat suhu sebelumnya terutama pengaruh pemanasan heater saat auto-defrost aktif mencairkan bunga es. Pemeliharaan lemari es memerlukan peningkatan karena masih dijumpai lemari es yang kurang terawat dan dipenuhi kotoran dan jamur pada karet seal pintu dan bagian-bagian lainnya. Laporan assessment cold chain 19 of 58 Desember 2011

20 Tabel 1. Peralatan Penyimpanan Spesimen di BTDK dan Lab Regional No. Fasilitas Pemelih Tipe Suhu C Kapasitas araan Penyimpanan spesimen untuk pemeriksaan & Penyimpanan Pemelih Tipe Suhu C Kapasitas araan Penyimpanan sementara untuk spesimen yang akan dikrim ke BTDK Alat Pemanta u Suhu Pencatatan Suhu 1 BTDK* Domestik auto frost Deep Freezer L Baik (-) L N/A Tidak ada Tidak ada Ada, tidak update Ada, tidak update 2 Lab Mikrobiologi RS UNHAS Freezer (-) L Baik Domestik auto frost (-)1- (-) L Baik Tidak ada Tidak ada 3 Lab Biologi Mokuler Universitas Udayana Deep Freezer (-) L Baik Domestik auto frost (-) L Baik Tidak ada Ada, tidak update 4 Bagian Mikrobiologi Klinik Universitas Indonesia Deep Freezer (-) L Baik Domestik L Baik Ada auto frost Deep Freezer (-) L Baik Tidak ada Ada dan Update *Ada dan Update 5 Universitas Diponegoro Deep Freezer (-) L Baik Domestik auto frost L Baik Tidak ada Tidak ada *Pencatatan suhu dilakukan berdasarkan suhu display yang ada pada deep freezer Laporan assessment cold chain 20 of 58 Desember 2011

21 Tabel 2. Peralatan Penyimpanan Spesimen di Puskesmas No. Fasilitas Tipe Suhu C Kapasitas Pemeliharaan Penyimpanan Spesimen Sementara Alat Pemantau Suhu Pencatat an Suhu 1 Puskesmas Sudiang, Kota Makasar Domestik auto frost L Tidak bersih & berjamur Tidak ada Tidak ada Ada 2 Puskesmas 1 Denpasar Selatan Domestik Manual frost L Bunga es tebal (termomet er Mueller & Ada dan update OneMed) 3 Puskesmas Utan Kayu Utara Domestik auto frost (-) L Baik Tidak ada Tidak ada 4 Puskesmas Pandanaran Domestik auto frost L Baik Tidak ada Tidak ada Pengemasan spesimen untuk pengiriman ke lab regional bervariasi yaitu ada puskesmas yang melakukan pengemasan sampai siap diambil oleh kurir dan ada puskesmas yang hanya menyerahkan spesimen dalam plastik klip dengan menyertakan dokumen berupa form surveilans selanjutnya pengemasan dilakukan oleh staf Dinas Kesehatan Kota yang menjemput untuk dibawa ke lab regional. Staf dinas yang menyediakan perlengkapan pengemasan seperti cold box dan ice pack. Antara % pengiriman spesimen tidak menyertakan termometer bersama spesimen dalam coldbox karena puskesmas /dinas tidak memiliki cukup termometer atau prosedur standar kurang menekankan perlunya penyertaan termometer. Dalam pengiriman hanya disertakan isian form surveilans mengenai kondisi pasien dan lainlain, namun tidak ada form/surat pengantar yang memberikan informasi mengenai kondisi spesimen, suhu saat dikirimkan dari puskesmas dan lain-lain. Pengiriman dari puskesmas sampai di lab regional berkisar antara 0 5 hari bila spesimen tiba diluar jam kerja atau hari Sabtu karena menunggu sampai diserahkan hari Senin pada hari berikutnya. Jadwal pengiriman pada hari Rabu/Kamis seringkali berubah tergantung dari kinerja kurir kontrak dan jadwal transport (antara lain pesawat untuk kiriman dari luar propinsi). Laporan assessment cold chain 21 of 58 Desember 2011

22 Tabel 3. Peralatan Pengemasan dan Sistem Pengiriman Spesimen di Lab Regional dan Puskesmas Peralatan & Tipe Surat Frekuensi Cara No. Fasilitas Wadah Pengirim an Pendin gin Alat Pemantau Suhu Wadah Spesi men Pengantar (kondisi spesimen) Pengirim an Pengiriman Lab Regional 1 Lab Mikrobiologi RS UNHAS Cold box Ice Pack/ gel Termometer (tidak selalu ada) Pralon Tidak ada 1 kali seminggu Kurir: Caraka/ Mega Cargo 2 Lab Biologi Mokuler Universitas Udayana Cold box Ice Pack Termometer (tidak selalu ada) Pralon Tidak ada 1 kali seminggu Kurir: Caraka Bagian 3 Mikrobiologi Klinik Universitas Cold box Ice Pack Termometer (tidak selalu ada) Pralon Tidak ada 1 kali seminggu Diambil oleh BTDK Indonesia 4 Universitas Diponegoro Cold box Ice Pack Termometer (tidak selalu ada) Pralon Tidak ada 1 kali seminggu Kurir: Caraka Puskesmas 1 Puskesmas Sudiang, Kota Makasar Cold box Ice Pack Termometer (tidak selalu ada) Pralon Tidak ada 1 kali seminggu Dikemas dan diantar ke lab reg oleh staf DinKes Kota 2 Puskesmas 1 Denpasar Selatan Cold box Ice Pack Termometer (70% tdk ada termometer) Pralon Tidak ada 1 kali seminggu Kurir: Caraka 3 Puskesmas Utan Kayu Utara Cold box Ice Pack Termometer (tidak selalu ada) Tanpa wadah Tidak ada 1 kali seminggu Dikemas dan diantar ke lab reg oleh staf Sudin JakTim 4 Puskesmas Pandanaran Cold box Ice Pack Termometer (tidak selalu ada) Botol plastik bekas obat Tidak ada 1 kali seminggu Diantar ke lab reg oleh staf DinKes Kota Semarang Laporan assessment cold chain 22 of 58 Desember 2011

23 Spesimen yang diterima di lab regional akan diperiksa kondisinya namun tidak diperiksa/dicatat suhu spesimen dan salah satu penyebabnya adalah karena tidak ada termometernya. Di lab FKUI, % diantara yang menggunakan termometer menunjukkan spesimen berada pada kisaran C. Juga pada salah satu kiriman dari Papua ke FK Unhas mencapai suhu 28 C saat diterima, dan tidak diketahui hal ini sudah berlangsung berapa lama. Spesimen akan dibagi dalam 2 aliquot, untuk pemeriksaan di lab regional dan untuk dikirim ke BTDK. Aliquot untuk BTDK disimpan dalam lemari es domestik 2-8 C dan untuk lab regional di freezer (-) 20 C atau (-) 80 C selama 1-7 hari saat diperiksa PCR tergantung jumlah spesimen yang ada. Informasi mengenai spesimen yang dicatat dalam log book tidak selalu mencatat kondisi dan suhu spesimen saat diterima dan lama waktu dalam perjalanan. Bentuk log book beserta infromasi yang dicatat bervariasi antar laboratorium. Pengiriman spesimen dari lab regional ke BTDK menggunakan perangkat pengemasan yg berasal dari puskesmas dan bila peralatan pengemasan tidak lengkap, tidak ada data yang menunjukkan apakah dilengkapi oleh BTDK. Jika ada termomenter yang pecah, menurut informasi dari BTDK maka dilakukan penggantian. Perjalanan pengiriman dari lab regional ke BTDK pada umumnya berlangsung 2-3 hari. Spesimen yang diterima oleh BTDK dicatat ke dalam log book termasuk kondisi suhu (bila ada termometer menyertai spesimen). Kemudian spesimen tersebut disimpan dalam freezer (-) 80 C sampai dilakukan pemeriksaan PCR dan lain-lain. Belum dilakukan monitoring dan pencatatan suhu yang terupdate pada lemari es domestik dan freezer di BTDK (terakhir Maret 2010). Penanganan limbah medis ILI pada beberapa puskesmas masih memerlukan peningkatan. Di lab regional dan BTDK penanganan sudah memadai. Selama pelaksanaan proyek yang dimulai sejak 2005, 2007 dan 2009 belum ada sistem supervisi suportif mengenai cold chain spesimen untuk petugas puskesmas, lab regional maupun BTDK. Laporan assessment cold chain 23 of 58 Desember 2011

24 VI. TEMUAN-TEMUAN PADA MASING-MASING FASILITAS SURVEILANS ILI 1. Laboratorium Virologi Pusat BTDK - Organisasi: Laboartorium Virologi Pusat BTDK virology berfungsi sebagai laboratorium regional ILI dan juga sebagai Laboratorium Rujukan Nasional ILI. Sebagai lab regional, laboratorium ini melakukan pemeriksaan parallel PCR_RT dan sub-typing atas semua aliquot spesimen yang dikirim oleh semua lab regional dan bila perlu dilanjutkan dengan isolasi virus. Sebagai lab regional laboratorium ini menerima spesimen langsung dari 4 puskesmas yaitu dari Palu, Ambon, Bengkulu, Palangkaraya yang ditetapkan sebagai puskesmas ILI sejak September Rata-rata jumlah spesimen yng diterima oleh Pusat BTDK adalah spesimen : Dari 4 Puskesmas binaan::4 x 5-8 spesimen = spesimen per bulan. Dari 5 lab regional : 5 x 5-8 spesimen = spesimen per bulan. Saat tiba spesimen dikeluarkan dari cold box dan wadah pralon, kemudian diperiksa kondisinya. Spesimen dicatat dalam buku log yang berisi informasi mengenai ID spesimen termasuk suhu saat diterima (bila termometer disertakan). Tidak ada pencatatan mengenai waktu yang dibutuhkan dalam pengiriman dari lab regional sampai diterima di BTDK. Spesimen kemudian ditaruh dalam rak dan disimpan dalam deep freezer ( ) 80 o C di tempat penrimaan spesimen sampai dikirim ke lab virologi. Selain pegecekan visual pada display suhu yang build in pada freezer tidak dilakukan pencatatan suhu harian. - Pengiriman spesimen ke Pusat BTDK: Spesimen dikemas sejak dari puskesmas dan kemudian dilanjutkan oleh lab regional menggunakan sarana pengemasan yang terdiri dari cold box disertai 6 ice pack dan bila ada disertai termometer Mueller. Spesimen dalam klip plastik dikemas dalam pipa pralon lalu semuanya dimasukkan dalam cold box. Laporan assessment cold chain 24 of 58 Desember 2011

25 Kedua spesimen usap dimasukkan dalam cryotube berisi VTM kemudian dikemas dalam plastik klip lalu dimasukkan dalam wadah pipa pralon bertutup. Pengiriman disertai dokumen berupa form surveilans namun tidak ada form kondisi spesimen dan suhu saat dikirim dari puskesmas /lab regional (kecuali lab regional Banjarmasin yang kadang-kadang menyertakan form kondisi dan suhu spesimen (kartu monitoring suhu ILI). Secara teori perusahaan kurir yang dikontrak (Caraka untuk P.Jawa dan Indonesia bagian barat dan Mega cargo untuk wilayah timur) harus menjemput cold box dari puskesmas dan lab regional setiap hari tertentu (Rabu/Kamis) setiap minggunya. Namun seringkali jadwal ini tidak ditepati dan menyebabkan kelambatan pengiriman atau tiba ditujuan diluar jam kerja atau hari hari libur yang menyebabkan spesimen terpapar suhu ruang sampai diterima oleh laboratorium pemeriksa. - Penanganan spesimen di lab virologi: Spesimen disimpan dalam lemari es domestik jenis auto-defrost tanpa dilengkapi termometer di dalamnya. Ada form pencatatan suhu yang dilekatkan di pintu lemari es namun pemantauan tidak dilakukan rutin, catatan terakhir Maret 2009 (deep freezer) dan Maret 2010 (lemari es domestik). Dari spesimen yang diterima 1 aliquot dipakai untuk pemeriksaan dan sisanya disimpan dalam deep freezer of (-)70 o (-) 80 o C di lab virologi. - Sarana pengemasan dan peralatan pembantu: Sarana pengemasan dan peralatan pembantu yang dipakai untuk pengiriman spesimen ILIdan diterima oleh BTDK adalah: 1 Cold box ± 6 L 1 wadah pipa pralon dengan tutup ukuran panjang 15 cm dan diameter 2.5 inch 6 ice pack ± 0.6 L 1 Termometer Mueller (tidak selalu ada) Form survilans Form mengenai kondisi dan suhu saat dikirim (Kartu monitoring suhu ILI tapi hanya diterima dari Banjarmasin walaupun tidak pada setiap pengiriman.). Bila ice pack dibekukan lebih dari 24 jam, spesimen diharapkan ada dalam kondisi baik sampai tiba di BTDK sebelum 24 jam. Semua perangkat pengemasan dikirim kembali ke puskesmas/dinas Kota dan termometer yang pecah akan diganti. Laporan assessment cold chain 25 of 58 Desember 2011

26 Pengiriman kembali ini seringkali terlambat diterima puskesmas sehingga pengiriman berikutnya akan terhambat (puskesmas hanya punya 2 set pengemas tanpa ada cadangan). - Kondisi dan kapasitas Cold chain: Cold chain untuk penyimpanan spesimen ILI di BTDK terdiri atas 1 buah deep freezer (juga untuk SARI) di tempat penerimaan spesimen, 1 buah lemari es domestik dan 1 buah deep freezer di lab virology. Kapasitas yang ada memadai untuk penyimpanan spesimen ILI (135 L untuk lemari es domestik dan +/- 350 L untuk setiap freezer). - Penanganan limbah medis: Limbah laboratorium dikumpulkan dalam kantong plastik hitam, di otoklaf dan kemudian dijemput oleh perusahaan yang dikontrak untuk mengangkut limbah dari BTDK secara berkala. Tidak diketahui dimana pembuangan terakhir dari limbah tersebut. Kantong yang dipakai belum mengikuti panduan WHO mengenai penggunaan kantong berwarna dan bertanda berdasar jenis limbah medis. - Supervisi suportif: Tidak ada supervisi rutin kepada lab regional ataupun puskesmas sentinel oleh pusat BTDK mengenai manajemen cold chain untuk spesimen ILI. 2. Laboratorium Mikrobiologi RS FK UNHAS (Rumah Sakit Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin) yang berfungsi sebagai Lab Regional ILI di Makassar - Organisasi: Laboratorium Mikrobiologi dri RS FK Unhas adalah lab regional ILI di Makassar untuk melakukan pemeriksaan PCR-RT dan subtyping terhadap spesimen yang dikirim oleh 5 puskesmas sentinel di Sudiang (Makassar), Manado (Sulawesi Utara), Jayapura dan Merauke ( Papua) dan Balikpapan (Kalimantan Timur). Laporan assessment cold chain 26 of 58 Desember 2011

27 Laboratorium ini juga melakukan sub-typing dan isolasi virus terhadap spesimen positif influenza A. Laboratorium ini merupakan divisi mikrobiologi untuk pelayanan di RS FK Unhas yang baru dan mulai berfungsi sejak April Untuk pendidikan mahasiswa dilakukan di bagian Mikrobiologi di komplek lama FK Unhas. Lab ini menggunakan peralatan yang dipindahkan dari lab mikrobiologi lama dan masih terus berlangsung. Beberapa peralatan seperti deep freezer belum dapat dipindahkan karena keterbatasan ukuran lift di RS. Laboratorium ini memiliki 4 divisi yaitu Bakteriologi, Virologi, Mikologi dan Biomolekuler. Lab virologi mempunyai 2 teknisi untuk tugas ILI (Safri and Desi) secara penuh. - Penerimaan spesimen: Laboratorium Mikrobiologi RS FK UNHAS menerima spesimen sebanyak: 5 x 5-10 spesimen = pesimen setiap minggu dari 5 puskesmas cakupannya. Seharusnya spesimen diterima tiga kali seminggu (Selasa, Rabu dan Kamis) namun kiriman dari luar propinsi seringkali jadwal tidak dipenuhi karena tergantung pada pengaturan kurir yang dikontrak (Mega cargo dianggap lebih baik dari Caraka), sedang spesimen dari puskesmas Sudiang spesimen dijemput dan dikemas dengan sarana yang disediakan oleh staf Dinas Kota (Sdr. Samsul). Seringkali spesimen dikirimkan diluar jam kerja atau hari libur sehingga baru diterima hari berikutnya hari Senin dengan akibat spesimen diterima oleh staf RS atau di kantor kurir dan dibiarkan pada suhu ruang 1-3 hari. Saat assessment kiriman tiba dari Jayapura dengan ice pack sudah tidak dingin dan suhu dalam cold box adalah 28ºC. Tidak ada informasi berapa lama keadaan ini sudah berlangsung. Spesimen yang tiba dari Jayapura di lab regional, ice pack sudah hangat dan termometer menunjukkan suhu 28ºC Laporan assessment cold chain 27 of 58 Desember 2011

28 Saat tiba, spesimen dikeluarkan dari wadah pipa pralon, dicek kondisi serta suhu bila disertai termometer. Namun tidak semua pengiriman disertai termometer atau termometer pecah saat diterima. Volume spesimen juga bervariasi karena beberapa terjadi kebocoran diduga karena stik terlalu panjang mematahkannya sehingga tutup cryotube tidak rapat dan mengakibatkan bocor. Beberapa spesimen diterima dengan warna larutan Hanks berwarna kuning, namun diduga tidak berkaitan dengan hasil tes. Setelah itu ID spesimen dicatat dalam log book dan suhu akan dicatat bila disertai termometer dalam kemasan. Spesimen kemudian di buat dalam 2 aliquot, satu untuk BTDK yang disimpan dalam lemari es domestik (saat dicek suhu antara 1 4,8 C) sampai dikirim ke BTDK. Aliquot kedua ( ul) ditampung dalam tabung mikro Eppendorf untuk pemeriksaan setempat dan disimpan dalam freezer (-) 20ºC (dalam telaah suhu (-)17º sampai (-)19ºC). Lemari es tidak dilengkapi termometer dan freezer hanya memiliki termometer display yang build-in pada freezer. Tidak ada pencatatan suhu harian baik pada lemari es maupun freezer. Ice pack yang diterima disimpan dalam freezer (-) 20ºC saat tiba agar siap untuk pengiriman ke BTDK. - Pengiriman spesimen ke Pusat BTDK: Aliquoted spesimen dalam cryotube dikemas ulang di lab regional dengan material yang diperoleh dari puskesmas yaitu wadah: pipa pralon panjang 15 cm dan diameter 2.5 inch, 6 ice pack yang dibekukan kembali dan termometer Mueller bila ada. Formulir surveilans disertakan dalam pengiriman dan formulir kondisi spesimen yang berisi informasi mengenai kondisi, warna dan suhu spesimen saat diterima oleh lab regional dan saat dikirim ke BTDK. Form ini dibuat sendiri oleh lab regional. Spesimen kemudian dikirimkan ke BTDK melalui kurir. Pipa Pralon dan termometer yang pecah dan rusak tidak diganti oleh lab regional karena mereka tidak mempunyai stok. Laporan assessment cold chain 28 of 58 Desember 2011

29 - Penanganan spesimen di lab virologi: Sebagaimana telah dijelaskan di atas, spesimen untuk pemeriksaan setempat disimpan dalam freezer dan spesimen untuk BTDK disimpan dalam lemari es domestik jenis auto-defrost, namun tidak ada monitoring dan pencatatan suhu antara lain karena tidak memiliki termometer untuk ditempatkan di dalam lemari es. Spesimen untuk pemeriksaan setempat disimpan dalam freezer (-) 20ºC. Sejak 1 bulan yang lalu lab ini tidak melakukan pemeriksaan PCR karena tidak memiliki stok primer. Sudah melaporkan ke BTDK namun diberi suplai baru. Lab regional juga bermasalah dengan safety cabinet dan memerlukan pemeriksaan oleh teknisi luar. - Peralatan pengemasan: Peralatan pengemasan untuk spesimen ILI yang diterima di lab FK Unhas terdiri atas : Cold box ± 6 L 1 wadah pipa pralon dengan tutup ukuran panjang 15 cm dan diameter 2.5 inch 6 ice pack ± 0.6 L (atau gel atau es dalam kantong plastik) 1 termometer Mueller (seringkali tidak ada/tidak disertakan) Formulir berisi ID spesimen tanpa informasi suhu saat dikirimkan. Keseluruhan peralatan pengemasan yang diterima dari puskesmas saat mengirimkan spesimen ke lag regional dipakai kembali untuk pengiriman spesimen ke BTDK, walaupun termometer atau tutup pralon pecah. Semua puskesmas /dinas memiliki 2 set peralatan pengemasan namun seringkali pengiriman kembali dari BTDK terlambat atau ada yang rusak. - Kondisi dan kapasitas Cold chain: Fasilitas penyimpanan dingin untuk spesimen ILI di RS FK Unhas terdiri dari 2 freezer (1 untuk spesimen dan 1 untuk membekukan ice pack serta spesimen yang sudah diperiksa sejak permulaan proyek yang belum dimusnahkan karena menunggu pedoman dari BTDK). Satu buah lemari es domestik jenis auto-defrost untuk simpan spesimen yang akan dikirim ke BTDK. Total kapasitas (135 L untuk lemari es domestik dan 482 L untuk masing masing freezer) sangat memadai untuk penyimpanan spesimen ILI. Laporan assessment cold chain 29 of 58 Desember 2011

30 - Penanganan limbah medis: Limbah non-infectious dikumpulkna dalam tong sampah dengan kantong plastik yang disediakan bagian safety rumah sakit dan dijemput secara berkala oleh petugas RS. Limbah infeksius dikumpulkan dalam kotak limbah kuning denagn kantong plastik merah yang disediakan rumah sakit dan berisi cairan chlorine dan dikumpulkan oleh divisi safety RS untuk di-insinerasi di Wahidin atau RS Dadi. - Supervisi suportif: Tidak ada supervisi ke lab regional maupun puskesmas oleh Pusat BTDK mengenai manajemen cold chain dari spesimen ILI. 3. Puskesmas Sentinel Sudiang di Kota Makassar - Organisasi: Puskesmas Sudiang adalah puskesmas sentinel ILI. Puskesmas ini adalah salah satu puskesmas pelayanan primer (puskesmas kunjungan tanpa tempat perawatan) yang dikelola oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar. Kepala puskesmas adalah Dr. Muhammad Sofyan dan sebagai koordinator ILI adalah Dr. Martha. - Pengambilan spesimen dan pengiriman ke lab regional: Total kunjungan rata rata 150 pasien per hari. Secara rata-rata jumlah spesimen adalah 5- swab nasal dan tenggorok per hari yaitu 75 % dari 10 kasus tersangka ILI sedang 25% lain menolak pengambilan usapan. Tersangka kasus di diagnosa di poliklinik oleh Dr. Martha dan setelah interview dan penandatanganan formulir consent pasien dirujuk ke lab untuk pengambilan usapan oleh teknisi lab. Spesimen dimasukkan dlam cryotube berisi larutan Hanks, dibungkus parafilm dan kertas tisu kemudian dimasukkan ke dalam kantong klip plastik. Spesimen kemudian disimpan dalam lemari es domestik jenis auto-defrost yang dilengkapi dengan termometer Mueller (pinjaman dari program Imunisasi) dan suhu dicatat setiap hari. Pengambilan spesimen dilakukan setiap hari dan dijemput serta dikemas oleh staf Dinas Kesehatan Kota (sdr. Samsul)setiap hari Rabu. Peralatan dan pengemasan dilakukan sepenuhnya oleh Dinas Kesehatan Kota. Kemudian diantar ke lab regional dengan menggunakan motor. Puskesmas hanya Laporan assessment cold chain 30 of 58 Desember 2011

31 bertugas mengambil spesimen dan menyertakan form surveilans yang berisi mengenai data pasien. - Peralatan pengemasan: Pada umumnya peralatan pengemasan yang dipakai untuk mengirim spesimen dari puskesmas ke lab regional disediakan oleh staf Dinas Kesehatan Kota saat menjemput spesimen dari puskesmas terdiri dari: 1 Cold box ± 6 L 1 wadah pipa pralon dengan tutup ukuran panjang 15 cm dan diameter 2.5 inch 6 Ice pack ± 0.6 L ( atau gel atau es dalam kantong plastik) 1 Termometer Mueller (tidak selalu ada ) Form surveilans berisi data pasien - Kondisi dan kapasitas Cold chain: Fasilitas penyimpanan dingin spesimen ILI menggunakan lemari es domestik jenis auto defrost dengan kapasitas sekitar 135 L yang cukup memadai untuk menyimpan spesimen ILI. Kondisi lemari es kurang bersih dan terdapat jamur pada karet seal pintu lemari es, hal ini menunjukkan kurangnya perawatan yang dilakukan pada lemari es. Pemantauan suhu dilakukan dengan termometer pinjaman dari program imunisasi dan pencatatan suhu belum dilakukan. - Penanganan limbah medis: Limbah medis infeksius maupun non-infeksius semuanya dikumpulkan dalam keranjang sampah rumah tangga tanpa diberi kantong plastik dan dibakar dekat puskesmas bersama sampah lain. - Supervisi suportif: Tidak ada supervisi ke puskesmas oleh Pusat BTDK atau lab regional mengenai manajemen cold chain dari spesimen ILI. Laporan assessment cold chain 31 of 58 Desember 2011

32 4. Laboratorium Biologi Molekuler FK Udayana Denpasar,sebagai laboratorium regional ILI - Organisasi: Laboratorium Biologi Molekuler FK Udayana adalah laboratorium yang diperuntukkan riset dan penelitian dan merupakan lab regional ILI di Denpasar untuk pemeriksaan PRT dan subtyping ILI. Lab ini menerima spesimen dari 3 puskesmas sentinel yaitu Puskesmas I Denpasar Selatan (Denpasar), Mataram (NTB) dan Kupang (NTT). Lab Biologi molekuler FK Unud dipimpin oleh Dr. Nyoman Sri Widayanti, SPMK, Staf yang bertanggung jawab dalam proyek ILI adalah: 1. Nyoman Sri Handayani, SSi sebagai koordinator 2. I Ketut Sucipta, melaksanakan penerimaan, penyimpanan dan pengiriman spesimen ke BTDK. 3. Wahyu Hidayati SKM dan Ketut Nani Astuti, teknisi yang melaksanakan pemeriksaan lab. - Penerimaan spesimen: Rata-rata laboratorium regional ini menerima spesimen ILI per minggu dari ke 3 puskesmas sentinel. Penerimaan spesimen dari puskesmas diatur sebagai berikut: 1. Rabu: dari Puskesmas I Denpasar Selatan, 2. Kamis Sabtu: Kupang dan Mataram, Semua pengiriman dilakukan oleh kurir kontrak Caraka dan sebagian besar jadwal dapat dipenuhi. Hanya pada permulaan surveilans ditemui kebocoran VTM karena tangkai swab masih terlalu panjang sehingga cryotube tidak tertutup dengan baik atau tidak menggunakan parafilm, namun hal itu sudah tidak terjadi lagi. Setibanya di lab regional spesimen dikeluarkan dari wadah pralon dan diperiksa kondisi serta suhunya (bila ada termometer). Data spesimen dicatat dalam logbook ILI. Spesimen kemudian di aliquot menjadi 2, satu untuk BTDK yang kemudian disimpan dalam lemari es domestik sampai dikirim ke BTDK. Aliquot ke 2 (± 300 ul) disimpan dalam tabung miro Eppendorf untuk pemeriksaan setempat dan disimpan dalam freezer ( ) 80ºC. Laporan assessment cold chain 32 of 58 Desember 2011

33 Ice pack dibekukan dalam freezer ( ) 20º C yang khusus untuk mempersiapkan ice pack. - Peralatan pengemasan spesimen: Peralatan pengemasan untuk spesimen ILI yang diterima di lab regional umumnya terdiri atas: 1 Cold box ± 6 L 1 wadah pipa pralon dengan tutup ukuran panjang 15 cm dan diameter 2.5 inch 6 ice pack ± 0.6 L 1 Termometer Mueller (lebih sering tidak disertakan) Form berisi ID spesimen namun tidak disertakan form mengenai kondisi dan suhu spesimen saat dikirim oleh puskesmas. Seringkali pengiriman tidak disertai termometer dalam cold box. Dari penelaahan, sejak Agustus 2011 sampai 15 Desember 2011 ditemukan bahwa: Dari 41 pengiriman, 21 pengiriman (> 50%) dilakukan tanpa menyertakan termometer (Denpasar Selatan 3 dari16 karena termometer pecah, Mataram 6 dari 12 dan Kupang 12 dari 13 pengiriman). Hal ini mungkin karena tidak ada cukup termometer pada puskesmas atau pengembalian dari BTDK lambat. Akibatnya lab regional tidak mengetahui suhu spesimen yang diterima untuk dicatat dalam logbook. Selain itu, lab regional hanya dapat menggunakan sarana pengemasan yang diterima dari puskesmas untuk melakukan pengiriman ke BTDK, sehingga jika tidak ada maka pengiriman ke BTDK juga tidak menggunakan termometer, begitu juga bila termometer dan pralon rusak atau pecah tidak ada penggantian. - Pengirimkan spesimen dari lab regional ke Pusat BTDK: Aliquoted spesimen dalam cryotube dikemas ulang di lab regional dengan material yang diperoleh dari puskesmas dan disertakan form surveilanss dari puskesmas. Disarankan agar ditambahkan form mengenai keadaan spesimen dan suhu sejak dari puskesmas lab regional dan saat diterima di BTDK. Pengiriman dilakukan lewat kurir kontrak. Laporan assessment cold chain 33 of 58 Desember 2011

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) SISTEM PENGELOLAAN COLD CHAIN KEGIATAN SURVEILANS ILI

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) SISTEM PENGELOLAAN COLD CHAIN KEGIATAN SURVEILANS ILI STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) SISTEM PENGELOLAAN COLD CHAIN KEGIATAN SURVEILANS ILI Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia Januari

Lebih terperinci

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER TAHUN 2016

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER TAHUN 2016 PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER TAHUN 2016 Jakarta, Maret 2016 DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat bermakna dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat bermakna dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program imunisasi merupakan program yang memberikan sumbangan yang sangat bermakna dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh berbagai

Lebih terperinci

CHECK LIST OBSERVASI LANGSUNG

CHECK LIST OBSERVASI LANGSUNG 84 Lampiran 1 CHECK LIST OBSERVASI LANGSUNG GAMBARAN TENTANG SISTEM COLD CHAIN DIHUBUNGKAN DENGAN PELAKSANAAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DI PUSKESMAS CIPAGERAN KELURAHAN CITEURERUP KOTA CIMAHI PENGAMATAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jadwal Penelitian. Bulan Maret April Mei Juni Juli

Lampiran 1. Jadwal Penelitian. Bulan Maret April Mei Juni Juli 66 Lampiran 1. Jadwal Penelitian Jenis kegiatan Pelaksanaan seminar proposal 1 penelitian Pengurusan surat pengantar penelitian dari jurusan Farmasi UII Pengurusan surat perijinan penelitian ke 3 Dinas

Lebih terperinci

Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain :

Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain : BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : April 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan Ringkasan Berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 31 Maret

Lebih terperinci

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan Ringkasan Berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 1 Maret

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN 2014

INSTRUMEN PENELITIAN PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN 2014 INSTRUMEN PENELITIAN PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN 2014 No. Responden : (Diisi oleh peneliti) A. Data Karakteristik Responden Petunjuk

Lebih terperinci

PENGAMBILAN, PENGEMASAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN MERS-CoV dan EBOLA

PENGAMBILAN, PENGEMASAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN MERS-CoV dan EBOLA PENGAMBILAN, PENGEMASAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN MERS-CoV dan EBOLA Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbangkes, Kemenkes RI Hotel Ameroosa-Bogor, 28 Agustus 2014 Overview Struktur virus

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Keracunan Pangan. Kejadian Luar Biasa. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA

Lebih terperinci

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan Ringkasan Berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 31

Lebih terperinci

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR 2014 Pedoman Surveilans

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dijelaskan

Lebih terperinci

PENUNTUN CSL Keterampilan Pengambilan Sampel Usap Tenggorok

PENUNTUN CSL Keterampilan Pengambilan Sampel Usap Tenggorok PENUNTUN CSL Keterampilan Pengambilan Sampel Usap Tenggorok Penyusun Prof. Dr. Muh. Nasrum Massi, Ph D CSL 2 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2017 TATA-TERTIB LABORATORIUM DAN SKILL LAB FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes

Lebih terperinci

EVALUASI DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN VAKSIN DI DINAS KESEHATAN KAB.MAJENE SULAWESI BARAT

EVALUASI DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN VAKSIN DI DINAS KESEHATAN KAB.MAJENE SULAWESI BARAT FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia EVALUASI DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN VAKSIN DI DINAS KESEHATAN KAB.MAJENE SULAWESI BARAT UMMU KALSUM T, S.Farm,Apt,MPH MANAJEMEN KEBIJAKAN OBAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan

Lebih terperinci

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PEMANTAUAN TRANSPORTASI SPESIMEN

BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PEMANTAUAN TRANSPORTASI SPESIMEN BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PEMANTAUAN TRANSPORTASI SPESIMEN Yayasan KNCV Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang didukung dan dibiayai oleh Global

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1

PENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1 PENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1 RUMAH SAKIT PERLU DOTS? Selama ini strategi DOTS hanya ada di semua puskesmas. Kasus TBC DI RS Banyak, SETIDAKNYA 10 BESAR penyakit, TETAPI tidak

Lebih terperinci

Perkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya

Perkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya Perkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya Disampaikan pada Rapat Koordinasi Tingkat Menteri tentang Pengendalian Flu Burung Jakarta, 27 Desember 2012 1 Flu Burung (H5N1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah bagi kehidupan seorang ibu dalam usia produktif. Bila terjadi gangguan dalam proses ini, baik itu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN - 25 - BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN A. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 1. Pembinaan Pemeriksaan berkala yang dilakukan pada jasaboga, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/KKP dan dapat melibatkan Asosiasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG 1 dari 8 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG REGIONALISASI PUSAT BANTUAN PENANGANAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/410/2016 TENTANG RUMAH SAKIT PELAKSANA REGISTRASI KANKER DAN RUMAH SAKIT PUSAT PENGENDALI DATA BEBAN KANKER NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UPTD PUSKESMAS SURADADI

UPTD PUSKESMAS SURADADI PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS SURADADI Alamat :Jln. Purwa No. 54 Suradadi Telp. (0283) 852352 KERANGKA ACUAN DIARE A. PENDAHULUAN adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2 MOR SP DIPA-24.12-/2 DS3612-4187-984-7 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan tempat yang sangat dibutuhkan oleh semua kalangan masyarakat. Hampir semua orang tidak tergantung usia dan tingkat sosial yang menyadari

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merebaknya kasus flu burung di dunia khususnya Indonesia beberapa tahun terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi masalah kesehatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.15/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGAMANAN DAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997 Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016 PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016 RUMAH SAKIT UMUM DADI KELUARGA Jl. Sultan Agung No.8A Purwokerto Tahun 2016 BAB I DEFINISI Sampai saat ini, Rumah Sakit di luar negeri termasuk di

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 03 /PER/M.KOMINFO/03/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,

Lebih terperinci

PELATIHAN COLD CHAIN INVENTORY

PELATIHAN COLD CHAIN INVENTORY Term of Reference PELATIHAN COLD CHAIN INVENTORY 1. Latar Belakang Penilaian manajemen vaksin efektif dalam 2011/12 di Indonesia dilaporkan area utama bagi perbaikan untuk memenuhi standar internasional

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991 Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

FORM CHECKLIST KELENGKAPAN REKAM MEDIS RS. SIAGA RAYA- JAKARTA SELATAN

FORM CHECKLIST KELENGKAPAN REKAM MEDIS RS. SIAGA RAYA- JAKARTA SELATAN FORM CHECKLIST KELENGKAPAN REKAM MEDIS RS. SIAGA RAYA- JAKARTA SELATAN Lampiran 6 No. No. RM IDENTITAS PASIEN Nama TTL JK Pekerjaan SP Agama Ayah Ibu Alamat anamnesis diagnosis Tindakan/ Pengobatan Dokter/

Lebih terperinci

NOMOR : 36 TAHUN 2015 TANGGAL z 9 SEPTEMBER2OlS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

NOMOR : 36 TAHUN 2015 TANGGAL z 9 SEPTEMBER2OlS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PENYELENGGARA SELEKSI CALON DAN PENILAIAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 36 TAHUN 2015

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Salah satu faktor kunci dari keberhasilan suatu bisnis dan merupakan inti

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Salah satu faktor kunci dari keberhasilan suatu bisnis dan merupakan inti 19 BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Salah satu faktor kunci dari keberhasilan suatu bisnis dan merupakan inti dari suatu akifitas bisnis adalah pemasaran. Pemasaran

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I No.1273, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KOMINFO. ORTA. UPT Monitor Frekuensi Radio. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.22/MEN/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA

Lebih terperinci

Simulasi Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya

Simulasi Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya Simulasi Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya Simulasi hari pertama : Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya Desa Dangin Tukadaya disimulasikan sebagai daerah Kejadian

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIT LABORATORIUM BIOMEDIK TERPADU

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIT LABORATORIUM BIOMEDIK TERPADU Syarat Umum Penggunaan Fasilitas Laboratorium Biomedik Terpadu FK Unud 1. Pengguna fasilitas dan alat Lab Biomedik mengajukan permohonan dilengkapi dengan proposal singkat (yang di dalamnya memuat rencana/prosedur

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA BENGKULU TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN.

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA BENGKULU TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN. WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan dan sebagai bentuk nyata komitmen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan dan sebagai bentuk nyata komitmen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan dan sebagai bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millennium Development Goals (MDGs)

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis professional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran,

Lebih terperinci

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan SOP PENGELOLAAN LIMBAH No : CSU/STI/05 Tanggal pembuatan : 10 FebruarI 2007 Tanggal peninjauan kembali : 10 FebruarI 2008 TUJUAN : Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat

Lebih terperinci

2016, No Kehutanan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Mengingat : 1. Undang

2016, No Kehutanan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Mengingat : 1. Undang No.211, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Orta. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan DIY tgl 19 29 November 2012 Latar Belakang Masyarakat Provider/fasyankes

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Jaminan Pelayanan Kesehatan

Lebih terperinci

MEKANISME DAN PROTAP PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN

MEKANISME DAN PROTAP PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN PELATIHAN SURVEILAN KEAMANAN PANGAN MEKANISME DAN PROTAP PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM UPT. PUSKESMAS PENANAE PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM No. Dokumen : No Revisi : SOP Tanggal terbit: Halaman: Ttd.Ka.Puskesmas : N u r a h d i a h Nip.: 196612311986032087 1. PENGERTIAN Limbah

Lebih terperinci

Kerangka Acuan. Acute Flacid Paralysis ( AFP )

Kerangka Acuan. Acute Flacid Paralysis ( AFP ) Kerangka Acuan Acute Flacid Paralysis ( AFP ) A. Pendahuluan Dalam Sidang Majelis Kesehatan Sedunia atau World Health Assembly tahun 1998, Negara-negara anggota WHO, termasuk Indonesia, telah menyepakati

Lebih terperinci

PROFIL PENYIMPANAN VAKSIN DI PUSKESMAS DI KOTA KUPANG

PROFIL PENYIMPANAN VAKSIN DI PUSKESMAS DI KOTA KUPANG PROFIL PENYIMPANAN VAKSIN DI PUSKESMAS DI KOTA KUPANG Jefrin Sambara 1, Ni Nyoman Yuliani 2, Maria Lenggu 3, Yohana Ceme 4 Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang Email : y.ninyoman@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

SK AKREDITASI BAB I EP NAMA DOKUMEN ADA TDK ADA SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang

SK AKREDITASI BAB I EP NAMA DOKUMEN ADA TDK ADA SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang SK AKREDITA BAB I EP NAMA DOKUMEN TDK 1.1.1.1 SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang disediakan. Brosur, flyer, papan pemberitahuan, poster. 1.1.5.2 SK Kepala Puskesmas tentang penetapan indikator prioritas

Lebih terperinci

Prevalensi Virus Influenza (Influenza Like Illness) di Laboratorium Regional Avian Influenza Semarang

Prevalensi Virus Influenza (Influenza Like Illness) di Laboratorium Regional Avian Influenza Semarang 157 Prevalensi Virus Influenza (Influenza Like Illness) di Laboratorium Regional Avian Influenza Semarang Prevalence of Influenza Viruses (Influenza Like Illness) In Regional Laboratory Avian Influenza

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, -1- SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit campak adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan pada bayi dan anak di Indonesia dan merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN R I

KEMENTERIAN KESEHATAN R I KEMENTERIAN KESEHATAN R I DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA DIREKTORAT BINA GIZI JAKARTA 12950 JL. H.R. RASUNA SAID BLOK X 5 KAPLING NO. 4-9 TELEPON : 520 1590 PES. 8217 & 8219 FAX : (021) 521 0176

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SOP-110809001-LMB-01 00 `10 November 2014 1 DARI 5 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Dibuat Oleh : Petugas Limbah/Kesling Disetujui Oleh : Kepala Puskesmas ( Iskimi,Amkl ) NIP.19631025 199103 1 009 ( dr.h.t.fadhly

Lebih terperinci

Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas

Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas Pelatihan Data Prioritas dan SP2TP/SIKDA Prov Jawa Timur Pusat Data dan Informasi 2016 Pokok Bahasan Gambaran Masalah SIK Kebijakan Satu

Lebih terperinci

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%)

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%) Formulir Observasi Check List Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Tahun 2014 No Item Ya Tidak Skor (%) Penampungan dan pemilahan 1 Wadah limbah medis dan limbah non medis

Lebih terperinci

PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN. Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI

PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN. Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI Jumlah Dokter Spesialis/100.000 penduduk menurut Provinsi 26/10/09 Pendidikan KKI 4 NUMBER OF SPECIALISTS

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN LABORATORIUM RSHS

PEDOMAN PELAYANAN LABORATORIUM RSHS PEDOMAN PELAYANAN LABORATORIUM RSHS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laboratorium Patologi Klinik yang didirikan tahun 1957, merupakan Unit Pelayanan Fungsional (UPF) dari Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan juga merupakan bagian yang takterpisahkan dari pembangunan, karena

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan juga merupakan bagian yang takterpisahkan dari pembangunan, karena BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan kesehatan adalah sebagai salah satu usaha untuk mencapai kesadaran kemampuan akan hidup sehat bagi masyarakat dan mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN 2011-2025 Disampaikan Pada acara: RAKERNAS KEMENTERIAN KUKM Jakarta,

Lebih terperinci

Lampiran Surat Keputusan Direktur RS Mutiara Hati Mojokerto

Lampiran Surat Keputusan Direktur RS Mutiara Hati Mojokerto Lampiran Surat Keputusan Direktur RS Mutiara Hati Mojokerto 1 Nomor : 050/SK/DIR/VI/2016 Tanggal : 10 Juni 2016 Perihal : Kebijakan Pelayanan Laboratorium di Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto. KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.966, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Imunisasi. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Penyelenggaraan Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan. Disampaikan 0leh : Kepala Pusat Pendidikan SDM Kesehatan

Penyelenggaraan Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan. Disampaikan 0leh : Kepala Pusat Pendidikan SDM Kesehatan Penyelenggaraan Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan Disampaikan 0leh : Kepala Pusat Pendidikan SDM Kesehatan OUTLINE Pendahuluan Program Yang Dikembangkan Pendidikan Formal setelah RPL Peta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO (World Health Organisation) tahun 1957 diberikan batasan yaitu suatu bagian menyeluruh, integrasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit campak merupakan penyebab kematian pada anak-anak di seluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perhatian dunia saat ini terhadap keberlangsungan bumi dan lingkungan semakin meningkat. Berbagai forum internasional tentang lingkungan terus digelar yang telah menghasilkan

Lebih terperinci

POLICY PAPER Rencana Aksi Daerah Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu(RAD PPAKI)

POLICY PAPER Rencana Aksi Daerah Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu(RAD PPAKI) POLICY PAPER Rencana Aksi Daerah Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu(RAD PPAKI) oleh Kate Walton, Health Specialist, USAID-Kinerja Maret 2015 Latar Belakang Pada akhir tahun 2015, diharapkan Indonesia

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/5/2010 TANGGAL : 24 Mei 2010 DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/5/2010 TANGGAL : 24 Mei 2010 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA : 24/M-DAG/PER/5/2010 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I : INSTANSI PENERBIT SKA LAMPIRAN II : INSTANSI PENERBIT SKA YANG MELAKSANAKAN PENERBITAN SKA DENGAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian ini disajikan dalam 3 bagian yang diharapkan dapat memenuhi tujuan dan hipotesis penelitian yaitu : (1) distribusi sampel penelitian untuk mengetahui jumlah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PEDOMAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI HUKUM DAN HAM R.I REPUBLIK INDONESIA

MENTERI HUKUM DAN HAM R.I REPUBLIK INDONESIA MENTERI HUKUM DAN HAM R.I REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M 01.PR.07.10 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 2349/MENKES/PER/XI/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 2349/MENKES/PER/XI/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 2349/MENKES/PER/XI/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI BIDANG TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS VI SD NEGERI BACIRO OLEH : ULFAH KHUMAYASARI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS VI SD NEGERI BACIRO OLEH : ULFAH KHUMAYASARI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS VI SD NEGERI BACIRO OLEH : ULFAH KHUMAYASARI 13108241151 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang :

Lebih terperinci

REPLIKASI isikhnas DAN SISTEM INFORMASI LABORATORIUM (INFOLAB) TERINTEGRASI isikhnas DI WILAYAH KERJA BALAI BESAR VETERINER DENPASAR

REPLIKASI isikhnas DAN SISTEM INFORMASI LABORATORIUM (INFOLAB) TERINTEGRASI isikhnas DI WILAYAH KERJA BALAI BESAR VETERINER DENPASAR REPLIKASI isikhnas DAN SISTEM INFORMASI LABORATORIUM (INFOLAB) TERINTEGRASI isikhnas DI WILAYAH KERJA BALAI BESAR VETERINER DENPASAR (isikhnas replication and laboratory information system isikhnas integrated

Lebih terperinci

2016, No Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

2016, No Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber No.209, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Balai Pengendalian Peruabahn Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan. Orta. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Terhadap Pelayanan Rawat Jalan Pusat Kesehatan Masyarakat Ampenan Tahun 2013

Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Terhadap Pelayanan Rawat Jalan Pusat Kesehatan Masyarakat Ampenan Tahun 2013 2016, 5(3): 16-20 ISSN 2527-7154 Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Terhadap Pelayanan Rawat Jalan Pusat Kesehatan Masyarakat Ampenan Tahun 2013 Anies Dyaning Astuti, I Komang Gerudug, Arfi Syamsun Abstrak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN

Lebih terperinci

Evaluasi Capaian Pelaksanaan Pamsimas Komponen B

Evaluasi Capaian Pelaksanaan Pamsimas Komponen B Evaluasi Capaian Pelaksanaan Pamsimas Komponen B DISAMPAIKAN PADA PERTEMUAN RAPAT KOORDINASI REGIONAL II PAMSIMAS II KESEHATAN Makasar, 4 7 November 2015 Rencana Pemerintah Indonesia UNIVERSAL ACCESS 100%

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI SIMPEL (SURVEY & INFORMASI PEMETAAN LOKASI)

PENGEMBANGAN APLIKASI SIMPEL (SURVEY & INFORMASI PEMETAAN LOKASI) PENGEMBANGAN APLIKASI SIMPEL (SURVEY & INFORMASI PEMETAAN LOKASI) Yayasan KNCV Indonesia bekerja sama dengan proyek CHALLENGE TB dengan dukungan dana USAID, membutuhkan tenaga konsultan application developer

Lebih terperinci

2.1. Supervisi ke unit pelayanan penanggulangan TBC termasuk Laboratorium Membuat Lembar Kerja Proyek, termasuk biaya operasional X X X

2.1. Supervisi ke unit pelayanan penanggulangan TBC termasuk Laboratorium Membuat Lembar Kerja Proyek, termasuk biaya operasional X X X 26/03/08 No. 1 2 3 4 5 6 URAIAN TUGAS PROGRAM TBC UNTUK PETUGAS KABUPATEN/KOTA URAIAN TUGAS Ka Din Kes Ka Sie P2M Wasor TBC GFK Lab Kes Da Ka Sie PKM MEMBUAT RENCANA KEGIATAN: 1.1. Pengembangan unit pelayanan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.13/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM DAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Epidemiologi Penyakit Campak di Indonesia Tahun 2004-2008 5.1.1 Gambaran Penyakit Campak Berdasarkan Variabel Umur Gambaran penyakit campak berdasarkan variabel umur

Lebih terperinci

1. SOP pemeriksaan lab 1. Brosur pelayanan lab 2. Panduan pemeriksaan lab (ext) tersedia

1. SOP pemeriksaan lab 1. Brosur pelayanan lab 2. Panduan pemeriksaan lab (ext) tersedia BAB VIII KRITERIA SK SOP DOKUMEN LAINNYA 8.1.1 1. SK jenis-jenis pemeriksaan lab yang 1. SOP pemeriksaan lab 1. Brosur pelayanan lab 2. Panduan pemeriksaan lab (ext) tersedia 3. Pola ketenagaan 4. Persyaratan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG PENETAPAN PENYAKIT FLU BARU H1N1 (MEXICAN STRAIN) SEBAGAI PENYAKIT YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.12/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.05.21.3592 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 05018/SK/KBPOM TAHUN 2001 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Campak merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (Infeksius) dan dapat mengakibatkan kesakitan yang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Campak merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (Infeksius) dan dapat mengakibatkan kesakitan yang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Campak merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (Infeksius) dan dapat mengakibatkan kesakitan yang serius, komplikasi jangka panjang bahkan kematian (WHO,

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mewujudkan Kemandirian Kesehatan Masyarakat Berbasis Preventif dan Promotif ISBN:

Seminar Nasional Mewujudkan Kemandirian Kesehatan Masyarakat Berbasis Preventif dan Promotif ISBN: SURVEILANS PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DAN PERMASAHANNYA DI KOTA SEMARANG TAHUN 2008 M.Arie Wuryanto, SKM, MKes.(Epid) Abstrak Latar Belakang: Surveilans epidemiologi merupakan suatu kegiatan

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, dan FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, dan FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, dan FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN Bimbingan Teknis Ujian Dinas Tingkat I dan Ujian Penyesuaian Kenaikan Pangkat Tahun 2017 Jakarta, 18 Juli 2017 DASAR HUKUM, TUGAS,

Lebih terperinci