APLIKASI HASIL PENELITIAN PADA NUTRISI TUMBUHAN, BIOLOGI TANAH, DAN PENYERBUKAN DALAM PENGEMBANGAN GOOD FARMING PRACTICE UNTUK TANAMAN HORTIKULTURA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APLIKASI HASIL PENELITIAN PADA NUTRISI TUMBUHAN, BIOLOGI TANAH, DAN PENYERBUKAN DALAM PENGEMBANGAN GOOD FARMING PRACTICE UNTUK TANAMAN HORTIKULTURA"

Transkripsi

1 PG : Ramadhani E. Putra dkk. APLIKASI HASIL PENELITIAN PADA NUTRISI TUMBUHAN, BIOLOGI TANAH, DAN PENYERBUKAN DALAM PENGEMBANGAN GOOD FARMING PRACTICE UNTUK TANAMAN HORTIKULTURA Ramadhani Eka Putra 1), Ida Kinasih 2), dan Robert Manurung 1) Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa No. 10 Bandung 1) Jurusan Biologi, Universitas Islam Negeri Bandung 2) Disajikan Nop 2012 ABSTRAK Tanaman hortikultura merupakan tanaman favorit bagi para petani dan memiliki pangsa pasar yang besar. Walaupun demikian, petani-petani lokal seringkali tidak mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha budidaya tomat yang umumnya disebabkan oleh ketidaksesuaian dalam waktu panen, kualitas dan kuantitas panen yang di bawah permintaan pasar, biaya produksi yang tinggi, dan kehilangan pasca panen. Pada penelitian ini kami akan mengaplikasikan beberapa hasil penelitian pada bidang nutrisi tumbuhan, restorasi lahan, proteksi kesuburan tanah, penyerbukan, perlindungan dari serangan hama, pengelolaan pasca panen, dan sanitasi lingkungan pertanian dengan pengalaman yang dimiliki oleh pihak produsen pada sistem produksi tanaman hortikultura pada sistem tertutup. Kegiatan ini dikonsentrasikan pada tanaman tomat yang merupakan komoditi utama dari mitra penelitian. Pada kegiatan ini telah didapatkan beberapa data sebagai berikut: (1) Jumlah air minimum yang dibutuhkan oleh tomat untuk menghasilkan buah dengan kualitas minimal adalah 1 liter/hari/tanaman, (2) Pasir dapat digunakan sebagai media pengganti tanah tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan (3) Pupuk konvensional dapat digantikan dengan pupuk organik tanpa mengurangi hasil, (4) Penyerbukan dapat membantu meningkatkan jumlah buah yang dihasilkan hingga 20%, (5) Penyerbuk alami yang terdapat di alam dapat didomestikasi pada sarang buatan yang dirancang spesial untuk penggunaan dalam sistem pertanian tertutup, (6) Insektisida kimia yang umum digunakan dapat menurunkan efektivitas kerja hewan-hewan yang berperan sebagai agen penyerbukan dengan menyebabkan kematian langsung maupun merubah perilaku dari hewan-hewan tersebut, (7) Sampah organik sisa produk panen dapat digunakan sebagai pakan bagi pertumbuhan larva serangga yang dapat digunakan sebagai bakal pakan ternak, dan (8) tumpukan bahan pembuatan kompos dapat menjadi masalah lokasi perkembangbiakan vektor penyakit menular. Hasil dari penelitian ini selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk pembuatan suatu model Good Farming Practices bagi produksi tanaman Hortikultura. Kata Kunci: Tanaman hortikultura, produksi, nutrisi tumbuhan, kesuburan tanah, penyerbukan, Good Farming Practices I. PENDAHULUAN Pertambahan penduduk memaksa peningkatan produksi pangan. Peningkatan produksi pangan dapat dilakukan melalui peningkatan luas lahan pertanian dan efisiensi dari proses produksi pertanian. Akan tetapi, dalam upaya peningkatan produksi pangan seringkali berbenturan dengan penurunan kualitas lingkungan. Kondisi ini melahirkan pemikiran tentang pengembangan sistem pertanian berkelanjutan. Prinsip dasar pertanian berkelanjutan adalah 1) pertanian harus dapat mencukupi kebutuhan pangan saat ini, 2) pertanian harus dapat mencukupi kebutuhan pangan masa depan, 3) sistem pertanian harus dapat mempertahankan kondisi tanah dan air, 4) sistem pertanian sebaiknya tidak menyebabkan penurunan pada kualitas sanitasi lingkungan. Lebih lanjut lagi, seiring dengan perubahan pada kultur manusia maka pertanian modern tidak hanya dituntut untuk mampu menghasilkan jumlah makanan yang cukup, akan tetapi produk yang dihasilkan harus aman dimakan, memberikan efek ekologis yang rendah, mempertahankan jumlah produk dalam kondisi lahan yang semakin menyempit akibat bersaing dengan perumahan dan industri, menghasilkan produk yang dapat dan ingin dibeli oleh konsumen, serta bekerja dengan iklim politik dan ekonomi yang selalu berubah. Sementara itu, pada saat bersamaan, petani harus memikirkan tentang bagaimana cara mempertahankan kesuburan tanah, menghentikan erosi tanah, mencegah pengerasan tanah, melindungi tanaman mereka dari serangan hama, menyediakan air yang cukup, menghasilkan produk untuk mencukupi kebutuhan sendiri, dan menghasilkan kelebihan produk yang aman serta diterima oleh pasar. Kondisi ini menyebabkan sistem pertanian berkelanjutan merupakan suatu kondisi yang sangat sulit dicapai tanpa bantuan penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada riset ini, tim peneliti akan mengaplikasikan beberapa konsep dasar biologi dan hasil penelitian yang berasal dari

2 0136: Ramadhani E. Putra dkk. PG-209 gabungan antara ilmu dasar (biologi, fisika, dan kimia) dan ilmu rekayasa pada sistem pertanian tertutup yang sekarang paling umum digunakan untuk menghasilkan produk dalam jumlah besar. Pengetahuan ini sendiri juga digabungkan dengan, pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh petani lokal sehingga pada akhirnya hasil kerja ini dapat dijadikan dasar pengembangan Good Farming Practices bagi sistem pertanian lokal. II. METODOLOGI Efek Pemberian Jumlah Air Berbeda pada Pertumbuhan Pada perlakuan ini tanaman tomat diberikan perlakuan cekaman air pada tiga tahapan pertumbuhan yaitu saat berbunga dan pembentukan buah (F), pertumbuhan buah (G), pematangan buah (FGR), dan dari seluruh tahapan dari berbunga hingga pematangan buah (FGR). Cekaman air yang digunakan adalah 100%, 75% dan 50% dari total ketersediaan air tanah. Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah a. Jumlah tomat yang selanjutnya menjadi dasar dari penentuan efisensi penggunaan air. Efiensi penggunaan air ditentukan dengan membandingkan total berat buah tomat dengan total air yang digunakan [1]. b. Proline yang dihasilkan sebagai bentuk adaptasi terhadap kekeringan ditentukan dengan menggunakan metoda Bates dkk. [2]. Media Tumbuh Pengganti Tanah Penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa tidak seluruh daerah pertanian memiliki tanah dengan kualitas yang tinggi. Untuk mengatasi ini, maka dapat dikembangkan suaut sistem pertanian yang menggunakan media selain tanah yang dikenal dengan istilah hidroponik. Pada penelitian ini media yang digunakan adalah pasir yang mudah ditemukan pada daerah pertanian dalam berbagai bentuk. Untuk menguji efektivitas dari pasir sebagai media pengganti tanah, dilakukan percobaan menggunakan caisim sebagai tanaman uji. Pada pengujian ini, pasir dicampurkan dengan kompos dan dibandingkan dengan kontrol berupa tanah serta pasir. Variabel yang diamati adalah berat tanaman serta jumlah dan panjang daun. Peran Agen Penyerbukan pada Produksi Buah Frekuensi kunjungan lebah madu pada bunga Frekuensi kunjungan lebah madu pada bunga diamati selama masa produksi bunga baik pada tomat maupun cabai. Pada metoda ini, dilakukan pengamatan pada kunjungan lebah madu pada bunga yang dilakukan hanya pada saat kondisi cuaca cerah atau kondisi berawan maksimal 60% antara pukul 0900 dan 1400 (waktu setempat). Efisiensi dari penyerbukan lebah madu terhadap bunga dalam pembentukan buah Efisiensi penyerbukan bunga oleh lebah madu dibandingkan dengan penyerbukan dengan bantuan angin, manusia, dan lebah sebagai agen penyerbuk berasal dari bunga lain ditransferkan ke bunga dengan menggunakan kuas. Bunga yang telah diberikan serbuk sari tersebut selanjutnya dibungkus kembali dengan kain kasa sampai terbentuk buah. Efisiensi penyerbukan sendiri ditentukan berdasarkan persamaan di bawah ini Efisiensi penyerbukan = Total bunga yang menghasilkan buah/total bunga yang diamati Produksi buah Produksi buah dihitung untuk setiap metoda penyerbukan. Tingkat produksi buah sendiri dihitung dengan rumus Produksi buah bersih = Total buah dihasilkan Total buah rusak Efek Insektisida Terhadap Serangga Penyerbuk Uji mortalitas insektisida pada lebah madu Uji mortalitas dilakukan untuk mendapatkan nilai LD50 (perkiraan dari jumlah bahan aktif yang dibutuhkan untuk membunuh 50% populasi hewan uji [3] untuk setiap insektisida yang umum diaplikasikan oleh petani. Insektisida diujikan pada lebah madu yang terlebih dahulu dipingsankan dengan cara memasukkan ke dalam lemari pendingin bersuhu -4 o C selama 1-2 menit. Pada penelitian ini diaplikasi 5 konsentrasi insektisida dengan cara meneteskan 1 μl larutan insektisida pada bagian thorax lebah madu menggunakan microsyringe dengan 3 kali pengulangan. Pengamatan kematian lebah dilakukan 24 jam. Uji efek insektisida terhadap perilaku lebah madu Pengujian yang dilakukan adalah uji preferensi dengan bertujuan untuk mengetahui aktivitas pencarian makan oleh lebah pada tanaman yang disemprot insektisida. Uji preferensi menggunakan bunga jagung yang sudah dipastikan selama 2 minggu tidak disemprot insektisida, dan tabung X, Y, dan Z sebagai alat uji preferensi. Empat tangkai bunga jagung tanpat insektisida dimasukkan ke tabung X, 4 tangkai bunga jagung yang disemprot insektisida sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam gelas Y dan lebah yang telah dalam kondisi dilaparkan selama 4-6 jam dimasukkan pada gelas Z. Jumlah lebah yang Variabel pengamatan adalah jumlah lebah madu yang bunga yang telah disemprot insektisida dan tidak disemprot insektisida, Dekomposisi Sisa Organik Produk Pertanian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen untuk memanfaatkan larva lalat tentara hitam (Black soldier flies), Hermetia illucens sebagai dekomposer sampah organik berupa organ tanaman yang tidak dijual. Terdapat dua tahapan penelitian, yaitu (1) Tahap budidaya H. illucens dengan tujuan untuk memperoleh larvanya dari alam. Koleksi larva lalat ini dilakukan dengan meletakkan perangkap telur berupa media campuran ampas kelapa dan limbah rumah tangga. (2) Pada tahap pengujian, sebelumnya dipersiapkan terlebih dahulu limbah organik ampas kelapa dan sayuran kol. Kedua limbah ini dipilih sebagai model dari dua jenis limbah organik pertanian yang terdiri dari limbah organik kaya selulosa (ampas kelapa) dan kaya air (sayuran kol). Untuk masing-masing limbah organik, dilakukan pengujian pada lima jumlah limbah yang berbeda. Media dibiarkan selama ± 7 hari, atau sampai diperkirakan limbah organik tersebut tidak dapat dapat diuraikan lagi. Setelah itu dilakukan penimbangan berat limbah organik yang terurai, setelah dipisahkan dari larva serangga sebelumnya, berdasarkan selisih berat awal dan berat akhir limbah. Sanitasi Sistem Pertanian

3 PG : Ramadhani E. Putra dkk. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan tentang pertumbuhan lalat rumah (Musca domestica) pada berbagai kotoran ternak bahan dasar kompos. Pengoleksian dan Analisa Kotoran Ternak Kotoran yang baru diekskresikan ternak dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam dan disimpan dalam lemari pendingin 4 C sebelum digunakan dalam percobaan. Analisa kandungan organik kotoran ternak diujikan pada Laboratorium Uji Balai Penelitian Tanaman Sayur sementara kandungan air diuji dengan metoda Peter dkk. [4]. Pelaksanaan Percobaan Percobaan dilakukan dengan menempatkan 70 gram kotoran ternak pada gelas plastik 500ml. Pada masing-masing gelas tersebut kemudian dimasukkan ±0,05 gram telur lalat ( 500 butir telur) yang telah siap menetas. Gelas-gelas tersebut kemudian diletakkan pada ruangan bertemperatur 25 C dengan periode terang:gelap 12:12. Untuk mengukur temperatur dalam setiap media hidup, sebuah termometer dimasukkan hingga ±2/3 kedalaman media hidup. Pengoleksian Data Sejak hari kelima perlakukan, kehadiran prepupa dan pupa dalam setiap media hidup mulai diamati [5]. Prepupa yang ditemukan dikoleksi dengan pinset dan dipindahkan ke cawan petri kecil untuk kemudian dilakukan pengamatan terhadap jumlah, berat, dan panjang. Selanjutnya Prepupa yang telah diamati dipindahkan ke dalam gelas plastik berukuran 50 ml berisi media hidup asal ditemukannya hingga mencapai tahap pupa. Pengamatan terhadap jumlah, berat, dan panjang juga dilakukan pada pupa. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Efek Pemberian Jumlah Air Berbeda pada Pertumbuhan Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan pada rata-rata tinggi dan diameter batang tanaman tomat hanya ditunjukkan pada saat jumlah air yang diberikan 100% lebih rendah dari volume yang umum diberikan. Pada kondisi ini terjadi penurunan jumlah yang drastis. Gambar 2. Rata-rata jumlah buah yang dihasilkan dari tanaman tomat yang diberi berbagai jumlah air. P1 = 0% kapasitas lapang; P2 = 50% kapasitas lapang; P3 = 100% kapasitas lapang; P4 = 150% kapasitas lapang; P5 = 200% kapasitas lapang. Kapasitas lapang = 2 lt air/polybag Berdasarkan grafik keseluruhan uji prolin pada akar, daun dan buah (Gambar 3) maka prolin menunjukkan jumlah tertinggi pada buah. Hal ini dikarenakan buah merupakan hasil akhir dari tanaman untuk memiliki generasi berikutnya. Sehingga tiap tanaman berusaha untuk menghasilkan buah. Hal ini sesuai dengan kemampuan prolin dalam sinyal pembentukan bunga dan buah. Agar tumbuhan dapat cepat bereproduksi. Dalam uji prolin pada buah, jumlah tertinggi berada pada perlakuan 1. Hal ini dikarenakan akibat adanya stress air yang tinggi berupa tanpa pemberian air, sehingga sintesis prolin tinggi dan ditransportasikan menuju buah. Media Tumbuh Pengganti Tanah Pengamatan pada tinggi tanaman tidak menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan (ANOVA, p>0,05) walaupun nilai tertinggi ditemukan pada tanaman yang ditanam pada medium campuran pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1 (Gambar 3). Pengamatan pada berat basah tanaman tidak menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan (ANOVA, p>0,05) walaupun nilai tertinggi ditemukan pada tanaman yang ditanam pada medium campuran pasir dan kompos 1:1 sebesar 71,26 gram (Gambar 4). Tingginya nilai pada pada P1 diduga karena media ini memiliki ph netral yang cocok untuk pertumbuhan, juga memiliki kandungan unsur hara yang tidak terlalu besar dan tidak pula kecil (Tabel 1). Tabel 1. Kandungan air dan nutrisi pada media Gambar 1. Rata-rata tinggi tanaman (kiri) dan diameter batang (kanan) dari tanaman tomat yang diberi berbagai jumlah air. P1 = 0% kapasitas lapang; P2 = 50% kapasitas lapang; P3 = 100% kapasitas lapang; P4 = 150% kapasitas lapang; P5 = 200% kapasitas lapang. Kapasitas lapang = 2 lt air/polybag Hasil pengamatan buah menunjukkan bahwa pada 8 MST (Minggu Setelah Tanam) nilai tertinggi berada pada P3 dan dilanjutkan dengan P2 kemudian P4, P5 dan terakhir P1. P2 memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan nilai P4 dan P5 yang menjelaskan bahwa kebutuhan tomat untuk produksi buah yang maksimal (Gambar 2). Hal lain yang mempengaruhi adalah panjang akar yang dimiliki oleh tanaman pada perlakuan P1 yang relatif lebih tinggi (Gambar

4 0136: Ramadhani E. Putra dkk. PG-211 5). Kondisi ini memungkinkan tanaman untuk meningkatkan absorbsi air sehingga menaikkan kandungan air pada jaringan. Gambar 6. Jumlah kunjungan lebah madu (Apis cerana) dan lebah gula (Trigona sp.) pada tanaman tomat dan cabai Gambar 3. Rata-rata tinggi tanaman caisim pada berbagai tipe medium tumbuh. TO = tanah P0 = 100% pasir; P1 = Pasir: Kompos (1:1); P2 = Pasir: Kompos (1:2); P3 = Pasir: Kompos (2:1) Akan tetapi dalam hal efektivitas, kedua jenih lebah ini tidak memiliki perbedaan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kedua jenis serangga ini lebih efektif sebagai penyerbuk tanaman cabai (Tabel 2) Peran Agen Penyerbukan pada Produksi Buah Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa Trigona sp. lebih banyak mengunjungi bunga dibandingkan lebah madu (Gambar 6) Tabel 2. Efisiensi penyerbukan pada tanaman tomat dan cabai oleh agen penyerbuk Tanaman Angin Apis Trigona cerana sp. Manusia Tomat 30,5% 40% 45% 75% Cabai 20,5% 65% 75% 90% Gambar 4. Rata-rata berat basah tanaman caisim pada berbagai tipe medium tumbuh. TO = tanah P0 = 100% pasir; P1 = Pasir: Kompos (1:1); P2 = Pasir: Kompos (1:2); P3 = Pasir: Kompos (2:1) Efek Insektisida Terhadap Serangga Penyerbuk Dari pengujian diketahui bahwa nilai LD50 lebah madu terhadap insektisida A sebesar 0,01 µg, insektisida B sebesar 0,31 µg/µl, dan insektisida C sebesar 0,07 µg/µl (Tabel 3). Tabel 3. Nilai LD50 lebah madu yang telah dilakukan uji mortalitas (Putra dkk., 2012) Insektisida LD50 (µg/µl) Produser (µg/µl) Petani (µg/µl) A B C Gambar 5. Rata-rata berat basah tanaman caisim pada berbagai tipe medium tumbuh. TO = tanah P0 = 100% pasir; P1 = Pasir: Kompos (1:1); P2 = Pasir: Kompos (1:2); P3 = Pasir: Kompos (2:1) Nilai tersebut secara umum lebih rendah dibandingkan konsentrasi yang disarankan maupun digunakan oleh petani. Dengan kondisi ini, maka lebah berada paparan yang kontinyu terhadap insektisida sehingga dapat mempengaruhi perilaku individual lebah [6,7,8] dan kehidupan koloni lebah madu [9,10,11,12]. Pada penelitian ini kami menemukan bahwa lebah madu memiliki kemampuan untuk mendeteksi insektisida yang terdapat pada bunga (Tabel 2). Kemungkinan ini merupakan mekanisme untuk mencegah kontaminasi insektisida pada koloni yang harus diperiksa lebih lanjut. Akan tetapi pada saat terjadi kekurangan nutrisi pada koloni, lebah madu pencari makan akan tetap

5 PG : Ramadhani E. Putra dkk. mengumpulkan nectar dan serbuk sari dari tanaman yang terdedah oleh insektisida. Tabel 2. Preferensi lebah terhadap bunga terdedah insektisida (Putra dkk., 2012) Number of bees Insecticide A B C % 0 10% 10 10% 0 0 Dekomposisi Sisa Organik Produk Pertanian Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa pada limbah sayuran kol, terjadi penurunan persentase limbah yang diuraikan seiring dengan peningkatan berat limbah yang diberikan pada larva. Kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi pada limbah ampas kelapa (Gambar 2). Terdapat perbedaan mendasar antara limbah kol dan ampas kelapa terutama pada ukuran, kandungan karbon, dan air pada limbah. Limbah kol memiliki kandungan air tinggi, ukuran lebih besar dan kandungan karbon lebih sederhana (dalam bentuk gula dan pati) dibandingkan ampas kelapa. Kondisi ini menyebabkan penurunan kecepatan penguraian ampas kelapa sebab proses penguraian efektif hanya dapat dilakukan oleh mesofauna (dalam hal ini H. illucens) sementara kerja mikroorganisme terhambat akibat rendahnya kandungan air dan sumber makanan [13]. Akan tetapi pada saat terjadi peningkatan jumlah massa limbah, struktur dan kandungan air limbah dapat menjadi faktor pembatas pada proses penguraian limbah kol. Lembaran daun kol menyediakan sedikit pori-pori udara di mana pori-pori udara tersebut selanjutnya diisi oleh air hasil penguraian sehingga menyebabkan aktivasi proses penguraian anaerob oleh mikroorganisme yang kurang efisien bila dibandingkan penguraian aerob [13] dan menghambat proses pertumbuhan larva H. illucens [14]. Sementara pada ampas kelapa, terdapat jumlah pori-pori yang melimbah sehingga walaupun terdapat penambahan jumlah proses penguraian aerob oleh H. illucens dan bakteri tetap berlangsung. Sanitasi Pertanian Berdasarkan data yang diperoleh (Tabel 4), diketahui bahwa terdapat kesesuaian dengan pendapat Stafford dkk., [15] yang menyatakan bahwa larva M. domestica dapat hidup dalam kondisi lingkungan bertemperatur 16 C hingga 35 C dengan kelembaban lingkungan berkisar antara 60% hingga 80%. Pengamatan lebih lanjut menemukan bahwa larva lalat rumah mengkonsumsi kotoran ternak dengan efisiensi yang tidak jauh berbeda walaupun terdapat perbedaan dalam waktu perkembangan larva di mana waktu terlama dicapai kotoran sapi dan tercepat pada kotoran kuda (Tabel 5). Tabel 5. Lama Perkembangan Larva dan Besar Penurunan Berat Basah Media Hidup Larva dengan larva dan tanpa larva Penelitian ini menunjukkan bahwa 90% larva yang hidup pada bekatul dan kotoran ayam berkembang menjadi pupa sementara pada kotoran kuda dan sapi adalah 30% dan 61% secara berurutan (Tabel 6). Patricia dkk., [5] berpendapat bahwa terdapat korelasi positif antara besar kandungan air dengan besar mortalitas larva dalam media hidup. Chen (1946) berpendapat bahwa karena morfologi sistem dan jalur pencernaan yang belum berkembang sempurna, larva M. domestica memerlukan bentuk makanan yang mudah dicerna yaitu dalam fase cair. Minimnya fase cair kotoran yang kaya nutrisi diduga menjadi penyebab tingginya mortalis larva pada kotoran kuda. Tabel 6. Kelulushidupan larva lalat rumah yang hidup pada berbagai kotoran ternak Gambar 2. Perubahan berat limbah sayuran kol dan ampas kelapa setelah ditambahkan larva H. illucens selama 7 hari (Kinasih dkk., 2012) Tabel 4. Analisis komposisi organik, kandungan air dan rata-rata temperatur harian media hidup larva lalat rumah (M. domestica) Selain kelembaban, kandungan nitrogen pada media hidup juga mempengaruhi kesintasan di mana analisis kandungan organik (Tabel 4) menunjukkan bahwa nitrogen paling sedikit ditemukan pada kotoran kuda. Menurut Chapman (2003), total nitrogen yang

6 0136: Ramadhani E. Putra dkk. PG-213 dikonsumsi dan diserap larva serangga akan menggambarkan berat larva serangga tersebut. Berdasarkan asumsi ini dapat diduga bahwa akibat terbatasnya nitrogen maka berat larva dalam kotoran kuda akan lebih kecil daripada berat larva dalam media hidup lainnya. IV. KESIMPULAN Kesimpulan dari hasil penelitan ini adalah: 1. Jumlah air minimal yang dibutuhkan oleh tanaman tomat (sebagai tanaman model) adalah 50% dari total kapasitas lapang tanah. 2. Pasir dapat digunakan sebagai media tumbuh pengganti tanah 3. Lebah madu lokal dapat didomestikasi dan dikembangkan lebih lanjut sebagai sebagai agen penyerbuk 4. Diperlukan penilaian ulang terhadap konsentrasi insektisida yang umum digunakan akibat efek mortalitas yang tinggi pada lebah madu 5. Limbah organik sistem pertanian selain sebagai sumber bahan baku pupuk organik juga dapat digunakan sebagai pakan bagi larva serangga, seperti Hermetia illucens yang dapat dikembangkan menjadi pakan ternak. 6. Kotoran ternak yang umum digunakan sebagai sumber utama pupuk organik memiliki potensi sebagai media hidup bagi serangga vektor penyakit. Journal of Economic Entomology, 77, [11] Currie, R. W. (1999): Fluvalinate queen tabs for use against Varroa jacobsoni: efficacy and impact on honey bee, Apis mellifera, queen and colony performance. Am Bee J, 139, [12] Weick J. and R. S.Thorn (2002): Effects of acute sublethal exposure to coumaphos or diazinon on acquisition and discrimination of odor stimuli in the honey bee (Hymenoptera: Apidae). J Econ Entomol, 95, [13] Cooperband, L. R. (2000): Composting: Art and Science of Organic Waste Conversion to a Valuable Soil Resource. Lab. Med., 31(6), [14] Sheppard C. (1983): House fly lesser fly control utilizing the black soldier fly in manure management for caged layer hens. Environ. Entomol., 12 (5), [15] Stafford, K.C. III, and C. H. Collison (2008): Fly management handbook: A guide to biology, dispersal, and management of the house fly and related flies for farmers, municipalities and public health officials. Bulletin of the Connecticut agricultural experiment station, US [16] Chen, S. H. (1946): Evolution of the insect larva. Transactions of the Royal Entomological Society of London A, 32, 35-9 DAFTAR PUSTAKA [1] Nuruddin, M. Md., C. A. Madramootoo and G. T. Dodds (2003): Effects of water stress at different growth stages on greenhouse tomato yield and quality. Horticulture Science, 38(7), [2] Bates, L. S., R. P. Waldren and I. D. Teare (1973): Rapid determination of free proline for water stress studies. Plant and Soil, 39, [3] WHO (2006): Pesticides and Their Application. Departement of Control Neglected Tropical Diseases [4] Peter, J., S. Combs, B. Hoskins, J. Jarman, J. Kovar, M. Watson, A. Wolf, and N. Wolf (2003): Recommended methods of manure analysis. University of Wisconsin. [5] Patricia, L. S. and S. F. Clandio (2007): House fly (Diptera:Muscidae) development in different types of manure. Journal of Agricultural Research of Chile, 68, [6] Haynes, K. F. (1988): Sublethal effects of neurotoxic insecticides on insect behavior. Annual Review of Entomology, 33, [7] Vandame, R., M. Meled, M. E. Colin, and L. P. Belzunces (1995): Alteration of the homing-flight in the honey bee Apis mellifera exposed to sublethal dose of deltamethrin. Environ Toxicol Cehm, 14, [8] Stone, J. C., C. I Abramson, J. M. Price (1997): Task dependent effects of dicofol (kelthane) on learning in the honey bee (Apis mellifera). Bull Environ Contam Toxicol, 58, [9] Anderson, L. D. and E. L. Atkins (1968): Pesticide usage in relation to beekeeping. Ann Rev Entomol, 13, [10] Smirle, M. J., M. L. Winston, and K. L. Woodward (1984): Development of a sensitive bioassay for evaluation sublethal pesticide effects on the honey bee (Hymenoptera: Apidae).

APLIKASI HASIL PENELITIAN PADA NUTRISI TUMBUHAN, BIOLOGI TANAH, DAN PENYERBUKAN DALAM PENGEMBANGAN GOOD FARMING PRACTICE UNTUK TANAMAN HORTIKULTURA

APLIKASI HASIL PENELITIAN PADA NUTRISI TUMBUHAN, BIOLOGI TANAH, DAN PENYERBUKAN DALAM PENGEMBANGAN GOOD FARMING PRACTICE UNTUK TANAMAN HORTIKULTURA 1369: Ramadhani Eka Putra dkk. PG-127 APLIKASI HASIL PENELITIAN PADA NUTRISI TUMBUHAN, BIOLOGI TANAH, DAN PENYERBUKAN DALAM PENGEMBANGAN GOOD FARMING PRACTICE UNTUK TANAMAN HORTIKULTURA Ramadhani Eka Putra

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial Apis cerana merupakan serangga sosial yang termasuk dalam Ordo Hymenoptera, Famili Apidae hidup berkelompok membentuk koloni. Setiap koloni terdiri

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroberi atau strawberry dalam bahasa Inggris, merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang terpenting di dunia, terutama untuk negara-negara beriklim subtropis.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam melimpah berupa flora dan fauna. Indonesia juga memiliki potensi besar dalam pengembangan usaha peternakan lebah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pupuk di Indonesia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi 31 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian yang telah dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos, 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos, baik yang berbentuk cair, maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus

METODE PENELITIAN. Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus 43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus annus L.) terhadap ulat grayak (Spodoptera litura F.) ini merupakan penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah sering dianggap sebagai sesuatu yang kotor, menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengundang penyakit. Manusia seringkali memandang sebelah mata pada limbah. Tanpa

Lebih terperinci

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa tambahan nutrien

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai bulan Januari 2016 bertempat di Screen House B, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi. Pakchoy dan sawi dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura dari jenis sayuran yang memiliki buah kecil dengan rasa yang pedas. Cabai jenis ini dibudidayakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioaktivator Menurut Wahyono (2010), bioaktivator adalah bahan aktif biologi yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan menunjukkan dampak positif terhadap kenaikan produksi padi nasional. Produksi padi nasional yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa sistem pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Dalam beberapa tahun terakhir ini, sistem berkelanjutan yang berwawasan lingkungan sedang digalakkan dalam sistem pertanian di Indonesia. Dengan semakin mahalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka.

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) adalah tumbuhan dari familia Solanaceae. Tomat merupakan tanaman semusim, dapat tumbuh setinggi 1-3 meter. Tomat termasuk sayuran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini semakin banyak orang mengetahui nilai gizi jamur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki rasa manis alami yang dihasilkan oleh lebah berbahan baku nektar bunga. Madu kaya akan kandungan nutrisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk organik cair adalah ekstrak dari hasil pembusukan bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik ini bisa berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

Lebih terperinci

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT ) Pendahuluan Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sayuran. Kebutuhan pupuk untuk pertanian semakin banyak sebanding dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara Agraris yang memiliki keanekaragaman tumbuh-tumbuhan maupun buah-buahan. Sehingga sebagian masyarakat Indonesia berprofesi sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian 11 BAHAN DAN METODE Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah benih jagung hibrida varietas BISI 816 produksi PT. BISI International Tbk (Lampiran 1) dan benih cabai merah hibrida varietas Wibawa F1 cap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu. Suhu o C IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tahap 1. Pengomposan Awal Pengomposan awal bertujuan untuk melayukan tongkol jagung, ampas tebu dan sabut kelapa. Selain itu pengomposan awal bertujuan agar larva kumbang

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) OLEH M. ARIEF INDARTO 0810212111 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai pada bulan April 2010 sampai bulan Maret 2011 yang dilakukan di University Farm Cikabayan, Institut Pertanian Bogor untuk kegiatan pengomposan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang menjadikan sebagian besar masyarakatnya hidup dari sektor pertanian. Walau termasuk sektor penting, namun sektor pertanian ini masih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah organik adalah limbah yang berasal dari makhluk hidup seperti kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman dan lain-lain. Limbah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v I. KOMPOS DAN PENGOMPOSAN... 1 1.1. Prinsip Dasar Pengomposan... 2 1.2. Teknik Pengomposan...

Lebih terperinci

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENDAHULUAN Petani pakai pupuk kimia Tekstur & struktur tanah ( sulit diolah & asam) Mobilisasi unsur hara Suplai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurun waktu 30 tahun terakhir, negara-negara industri mulai berpendapat bahwa pertanian modern yang memberikan hasil panen tinggi ternyata menimbulkan dampak terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. Waktu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pertambahan bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat meningkatkan kesehatan tanah maupun kualitas ekosistem tanah dan produksi tanaman. Dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, industri tepung aren menghasilkan limbah cair dan limbah padat.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, industri tepung aren menghasilkan limbah cair dan limbah padat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, industri tepung aren menghasilkan limbah cair dan limbah padat. Limbah cair berasal dari proses pemarutan/pelepasan pati dari serat dan pengendapan tepung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian hama dengan insektisida kimia telah menimbulkan resistensi hama terhadap insektisida, tercemarnya tanah dan air, dan bahaya keracunan pada manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi tanah pada lahan pertanian saat sekarang ini untuk mencukupi kebutuhan akan haranya sudah banyak tergantung dengan bahan-bahan kimia, mulai dari pupuk hingga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, seperti Peru, Ekuador, dan Meksiko. Selanjutnya, tomat menyebar ke seluruh Amerika,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. digunakan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun industri makanan. Tidak

I. PENDAHULUAN. digunakan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun industri makanan. Tidak I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, karena kandungan gizi cabai yang cukup lengkap

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG BARANGAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK CAIR

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG BARANGAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK CAIR Jurnal Teknologi Kimia Unimal 5 : 2 (November 2016) 19-26 Jurnal Teknologi Kimia Unimal http://ft.unimal.ac.id/teknik_kimia/jurnal Jurnal Teknologi Kimia Unimal PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG BARANGAN

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN Sistem Produksi Pertanian/ Peternakan Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Tradisi pertanian masyarakat Indonesia ------ integrasi tanaman dan ternak pertanian campuran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

Produk original : PT. AMBAGIRI NUSANTARA

Produk original : PT. AMBAGIRI NUSANTARA - Memperbaiki struktur tanah dan PH tanah - Mempercepat proses penguraian/decomposisi bahan-bahan organik di tanah untuk menghasilkan unsur hara yang siap diserap oleh akar - Mengefektifkan penguraian

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI TAKAKURA DENGAN PENAMBAHAN SEKAM DAN BEKATUL

STUDI OPTIMASI TAKAKURA DENGAN PENAMBAHAN SEKAM DAN BEKATUL STUDI OPTIMASI TAKAKURA DENGAN PENAMBAHAN SEKAM DAN BEKATUL Arya Rezagama*, Ganjar Samudro Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof Soedharto No 1, Tembalang, Semarang.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

Bab IV Hasil Dan Pembahasan Bab IV Hasil Dan Pembahasan IV.1 Reaktor dan Proses Pengkomposan Skala Kecil IV.1.1 Reaktor Kompos Desain awal reaktor pengkomposan merupakan konsep sederhana dari tempat sampah biasa yang memiliki lubang

Lebih terperinci

HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya

HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya 17 Hasil Analisis Tanah HASIL PERCOBAAN Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tekstur tanah di Kubu Raya didominasi oleh debu dan liat dengan sedikit kandungan pasir. Tanah di Sui Kakap, Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Botani Tanaman Sawi Sendok. Tanaman sawi sendok termasuk family Brassicaceae, berasal dari daerah pantai Mediteranea yang telah dikembangkan di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya kandungan karotin,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis dibagi dalam dua kelompok iklim utama yaitu tropis basah dan tropis kering yang masing-masing sangatlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah, mengandung unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Akan

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah, mengandung unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Akan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan di Indonesia secara tidak langsung sering digunakan sebagai media penanaman tanam pangan, karena lahan yang sebagian besar adalah tanah, mengandung unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran bagi manusia sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Kacang hijau dapat dikonsumsi dalam berbagai macam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian masyarakat adalah tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem 14 4.1 Tinggi Tanaman Caisim BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada lampiran 1a sampai dengan lampiran 1d perlakuan media tanam hidroponik berbeda nyata pada semua waktu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor, serta di kebun percobaan

Lebih terperinci

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh penambahan EM-

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh penambahan EM- PERAN EFECTIVE MICROORGANISM-4 (EM-4) DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KIMIA KOMPOS AMPAS TAHU THE ROLE OF EFFECTIVE MICROORGANISM-4 (EM-4) IN INPROVING CHEMISTRY QUALITY OF AMPAS TAHU COMPOST Dwi Linna Suswardany,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman. 1 I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Salah satu limbah peternakan ayam broiler yaitu litter bekas pakai pada masa pemeliharaan yang berupa bahan alas kandang yang sudah tercampur feses dan urine (litter broiler).

Lebih terperinci

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami definisi pupuk kandang, manfaat, sumber bahan baku, proses pembuatan, dan cara aplikasinya Mempelajari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH Eka Marya Mistar, Agrina Revita Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah E-mail

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik Pertanian yang mirip dengan kelangsungan kehidupan hutan disebut dengan pertanian organik, karena kesuburan tanaman berasal dari bahan organik secara alamiah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN Oleh: Siti Marwati Jurusan Penidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Pendahuluan Disadari atau tidak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan suatu daerah di Propinsi Sumatera Utara yang terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah hulu sungai. Kabupaten

Lebih terperinci