!" # $%&'("#$)$*+"+)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "!" # $%&'("#$)$*+"+)"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR!" # $%&'("#$)$*+"+) Syukur al hamdulillah Penulis panjatkan kehadhirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Taufiq dan Hidayah-Nya, sehingga tulisan yang diberi judul Pengenalan Dasar-Dasar Ilmu Palak dapat disempurnakan kembali dan disajikan untuk menjadi bahan bacaan bagi Pengunjung Websit Pengadilan Agama Bengkalis, khususnya pecinta Ilmu Palak. Pengenalan Dasar-Dasar Ilmu Palak yang disajikan ini, dahulunya sebagai diktat pada Mata Kuliyah ILMU FALAK II, sewaktu memberikan materi perkuliyahan di Fakultas Syari ah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Auliyaurrasyidin di Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Berbicara tentang Ilmu Palak, berarti berbicara tentang hitung-menghitung, karena itu sebagian orang ada yang mengatakan ilmu ini, Ilmu Sakit Kepala. akibatnya ilmu ini kurang diminati. Padahal pada zaman kejayaan Islam, ilmu ini mempunyai peranan yang sangat penting, karena mengkaji tentang seluruh apa yang ada di alam dan di luar angkasa, bukan sebatas masalah ibadah. Sebenarnya kalau kita kaji masalah ibadah hanya sekitar 10%.. Khazanah keislaman yang paling berharga, termarjinalkan sekarang..itulah Ilmu Falak. Pada diktat ini, Penulis telah berusaha mengkodifikasi dari beberapa judul buku yang berkaitan dengan Ilmu Falak, memaparkan dengan kalimat yang sangat sederhana, mudah untuk dimengerti dan dipahami, serta memperkenalkan sistem penekanan beberapa jenis calcolator. Penulis menyadari, diktat ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk kesempurnaan itulah, masukan, koreksi dan saran yang diharapkan. Akhirnya, semoga sajian diktat ini akan memotifasi pembaca untuk menumbuhkan rasa cinta dan suka terhadap Ilmu Falak Amin. Bengkalis, 26 September 2011 Penulis, ttd. Mukti Ali Djalil, S.Ag., MH. 1

2 DAFTAR ISI (PENGENALAN DASAR-DASARA ILMU PALAK) 1. Pengertian dan Istilah-istilah Penting dalam Ilmu Falak. 2. Gerakan Harian /Deklinasi Matahari dalam Satu Tahun. 3. Sudut Waktu dengan Sistem Koordinat Giografis. 4. Mencari Sudut Waktu lama Siang dan Malam. 5. Hisab dan Rukyat. a. Hisab Arah Kiblat. b. Hisab Awal Waktu Sholat ( Shubuh, Syuruq, Imsyak, Zhuhur, Ashar, Maghrib).. c. Hisab Awal Bulan. 1) Penanggalan dengan Sistem Masehi 2) Penanggalan dengan Sistem Hijriyah d. Hisab Posisi Matahari dan Bulan saat Ijtima. 6. Permasalahan-Permasalahan dalam Hisab Rukyat. 7. Daftar Lintang dan Bujur Daerah dalam Wilayah Provinsi Riau. 8. Daftar Lintang dan Bujur Daerah dalam Wilayah Kab. Indragiri Hilir. 9. Pengenalan Sistem Penekanan beberapa Jenis Calcolator. 10. Daftar Deklinasi Matahari. 11. Equation of Time Matahari. 1. Pengertian dan istilah-istilah Penting dalam Ilmu Falak. a. Pengertian Ilmu Falak. Ilmu Falak adalah bagian dari ilmu astronomi terapan yang mempelajari dan membahas awal bulan, waktu-waktu ibadah, arah kiblat, hari besar Islam dengan menghitung posisi matahari dan bulan pada bola langit. Ilmu Falak dikenal dengan istilah ilmu hisab, karena kajian yang paling menonjol dalam ilmu tersebut yang akan dipelajari oleh umat Islam hal-hal yang berkaitan dengan praktek ibadah adalah dilakukan dengan hitung menghitung. Ilmu hisab dalam bahasa Inggris disebut Arithmetic, suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang seluk beluk perhitungan. b. Istilah-Istilah Penting dalam Ilmu Falak. 1) Bola langit, adalah gambaran sebuah lingkaran besar yang berbentuk sebuah bola dan berpusat dibumi. 2) Zenith, adalah titik potong antara perpanjangan disuatu tempat dengan bola langit bagian atas. (terjadi pada siang hari). 2

3 3) Nadir, adalah titik potong bagian bawah (terjadi pada malam hari). Sedangkan garis yang menghubungkan titik Zenith dan titik Zadir dinamakan garis Vertikal. 4) Lingkaran Vertikal, adalah lingkaran yang melalui titik Zenit dan titik Nadir, dan dapat dibuat sebanyak-banyaknya. 5) Lingkaran Meredian, adalah lingkaran yang membelah bola langit menjadi dua bagian, yaitu bujur timur dan bujur barat. Lingkaran ini membentang dari utara keselatan melalui titik barat dan timur. 6) Lingkaran Horizon, adalah lingkaran yang membelah bola langit menjadi dua bagian, yaitu bagian yang diatas horizon (ufuq) dinamakan busur siang, karena dilintasi matahari. Dan bagian yang dibawah horizon (ufuq) dinamakan busur malam, karena tidak mendapat sinar matahari. 7) Equator (Khatulistiwa), adalah garis (lingkaran) yang membelah bola langit menjadi dua bagian, yaitu bagian sebelah utara dinamakan lintang utara dan bagian sebelah selatan dinamakan lintang selatan 2. Gerakan Harian /Deklinasi Matahari dalam Satu Tahun. Setiap hari kita melihat matahari terbit dikaki langit sebelah timur dan terus bergerak naik. Setelah mencapai titik kulminasi pada titik tertinggi (titik zenith) kemudian bergerak turun dan pada akhirnya terbenam dikaki langit sebelah barat. Demikian perjalanan matahari yang kita lihat setiap hari. Benarkah demikian?. jawabannya, tidak benar. (yang benar adalah bumi bergerak mengitari matahari, dan bulan bergerak mengitari bumi). Deklinasi ialah jarak suatu benda langit (matahari) ke equator bumi diukur melalui lingkaran waktu dan disebut lingkaran Deklinasi, dihitung dengan derajat, aksen, dan dapat dipindahkan menjadi jam, menit dan detik. Deklinasi yang terletak di sebelah utara equator bumi dikatakan positif diberi tanda (+), dan Deklinasi yang terletak disebelah selatan equator bumi dikatakan negatif diberi tanda (-). Deklinasi matahari senantiasa berubah-ubah selama satu tahun, tetapi pada bulan dan tanggal tertentu, bilangan Deklinasi matahari itu sama. Mulai tanggal 21 Maret sampai tanggal 23 September Deklinasi matahari berada disebelah utara equator bumi. Mulai tanggal 23 September sampai tanggal 21 Maret Deklinasi matahari berada disebelah selatan equator bumi. Dengan demikian selama satu tahun hanya pada tanggal 21 Maret dan 23 September Deklinasi matahari berada di equator bumi (garis khatulistiwa 0 derajat). Perjalanan matahari kearah utara selama 6 bulan, mulai tanggal 21 Maret sampai tanggal 22 Juni perjalanan matahari selama 3 bulan sejauh 23º 30 dari tanggal 22 Juni sampai tanggal 23 September perjalanan matahari selama 3 bulan kembali menyusut ke eqoatur bumi 0º. Kemudian perjalanan matahari kearah selatan selama 6 bulan, mulai tanggal 23 September sampai tanggal 22 Desember 3

4 perjalan matahari selama 3 bulan sejauh 23º 30 dari tanggal 22 Desember sampai tanggal 21 Maret perjalanan matahari selama 3 bulan kembali menyusut ke eqoatur bumi 0º. Untuk lebih jelas lihat,tabel dibawah ini; Tanggal Bulan Deklinasi Tanggal Bulan 22 Desember - 23º Desember 21 Januari - 20º 22 November 08 Pebruari - 15º 03 November 23 Pebruari - 10º 20 Oktober 08 Maret - 05º 06 Oktober 21 Maret 00º 23 September 04 April + 05º 10 September 16 April + 10º 28 Agustus 01 Mei + 15º 12 Agustus 23 Mei + 20º 20 Juli 22 Juni + 23º Juni 3. Sudut Waktu dengan Sistem Koordinat Geografis. Sudut waktu dikatakan positif (+), bila benda langit berkedudukan dibelahan langit sebelah barat, dan dikatakan negatif (-), bila benda langit berkedudukan dibelahan langit sebelah timur. Lingkaran dasarnya equator bumi (garis khatulistiwa), yakni diukur dari equator ke arah kutub utara bumi untuk lintang (-) positif disebut (LU), dan ke arah kutub selatan bumi untuk lintang (-) negatif disebut (LS), yakni: - = 0º untuk equator bumi (garis khatulistiwa) - = + 23º 30 untuk Garis Balik Utara - = + 90º untuk Kutub Utara - = 0º untuk equator bumi (garis khatulistiwa) - = - 23º 30 untuk Garis Balik Selatan - = - 90º untuk Kutub Selatan Adapun titik awal penelusuran sudut waktu adalah 0º : bujur : Waktu GMT (Greenwich) berpusat di London (Inggris), dihitung kearah timur untuk bujur timur (BT) diberi tanda (-) dan kearah barat untuk bujur barat (BB) diberi tanda (+) dengan rentang. = 0º s/d 180º BB dan 0º s/d 180º BT. Dengan demikian jumlah derajat sudut waktu ( 360º ) dapat dipindahkan menjadi jam, menit dan detik, yakni : 360º = 24 jam 1 º = 60 15º = 1 jam 15 = 1 menit 1º = 4 menit 1 = 4 detik 4

5 4. Mencari Sudut Waktu Lama Siang dan Malam. Perubahan Deklinasi matahari menyebabkan lama siang dan malam di bumi tidak sama. Artinya, pada daerah tertentu dan bulan tertentu bisa jadi siang lebih panjang dari malam, dan begitu pula sebaliknya. Apabila posisi matahari di equator bumi ( 0º khatulistiwa, tanggal 21 Maret dan 23 September) maka untuk semua daerah dipermukaan bumi, siang dan malam akan sama panjangnya. Apabila lintang daerah yang tepat terletak di equator bumi (0º khatulistiwa), maka sepanjang tahun daerah tersebut, siang dan malam akan sama panjangnya.yaitu masing-masing 12 jam. Apabila lintang dan Deklinasi sama-sama utara dan selatan, maka siang lebih panjang dari malam, apabila lintang dan diklenasi berbeda umumnya, lintang utara dan Diklenasi selatan atau sebaliknya, maka malam lebih panjang dari pada siang, atau sebaliknya. Apabila daerah yang terletak diatas 75º lintang utara atau selatan dan diklenasi sebesar 23º 30 serta terletak sama-sama utara atau selatan, maka daerah tersebut adakalanya siang 24 jam atau malam hanya 2 jam atau sebaliknya. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari lama waktu siang dan malam sebagi berikut : Cos t = - tgd. tg p Keterangan : to = setengah bujur siang d = Deklinasi matahari p = lintang tempat Contoh Penggunaan : a. Pada tanggal 1 Januari di Pos Observasi Bulan Pelabuhan Ratu Jakarta. d = - 23º. p = - 7º Cost to = - tg d x tg p (Casio fx-82 TL, Casio fx 4200 P ) = - tg (-23º) x tg (-7º ) = - (-0,42447) x (-0, ) Cost to = - 0, (Casio fx-82 TL) tekan SHIFT, Cos, SHIFT, º, = º.hasil atau (Casio fx-4200p) tekan SHIFT, Cos, Ans, EXE, SHIFT º,.hasil 93º to = 93 º = 93 º (dibulatkan) 2to = 93º x 2 = 186 º : 15 = 12 j 24 m (dibulatkan). Cost to = - tg d x tg p ( Casio fx-991, 250, 570A, 580, 550, ) = 23º +/- tg x 7º /- tg 5

6 = - (-0,42447) x (-0, ) Cost to = -0, (tekan SHIFT/ INV, Cos, SHIFT/INV, º,.hasil to = 93 º = 93º (dibulatkan) 2to = 93º x 2 = 186 º : 15 = 12 j 24 m (dibulatkan). Kesimpulan : Lama siang di Pos Observasi pada tanggal 1 Januari = 12j 24 m Lama Malam = 11j 36 m b. Pada tanggal 1 Januari di Kec. Kateman Kab. Indragiri Hilir d = - 23º. p = 00º 18 Cost to = - tg d x tg p (Casio fx-82 TL, Casio fx 4200 P ) = -tg( -23º) x tg 00º 18 = - (-0,42447) x Cost to = 2, Casio fx-82 TL) tekan SHIFT, Cos, SHIFT, º, = º.hasil atau (Casio fx-4200p) tekan SHIFT, Cos, Ans, EXE, SHIFT º,.hasil 89º to = 89 º = 89 º 52 (dibulatkan) 2to = 89º 52 x 2 = 179 º 44 : 15 = 11j 59m (dibulatkan). Cost to = - tg d x tg p ( Casio fx-991, 250, 550, 570 A, 580, ) = 23º +/- tg +/- x 00º 18 tg = - (-0,42447) x Cost to = 2, (tekan SHIFT/ INV, Cos, SHIFT/INV, º,.hasil to = 89 º = 89º 52 (dibulatkan) 2to = 89º 52 x 2 = 179 º 44 : 15 = 11j 59m (dibulatkan). Kesimpulan : Lama siang di Kec. Kateman pada tanggal 1 Januari = 11j 59 m Lama Malam = 12j 01 m 5. Hisab dan Rukyat. Hisab yang dimaksud dalam uraian ini adalah perhitungan gerakan bendabenda langit untuk mengetahui kedudukannya pada suatu saat yang dinginkan yang dikhususkan penggunaannya pada hisab arah kiblat, awal waktu shalat, hisab awal bulan maupun hisab gerhana matahari dan bulan. Rukyat berarti melihat dengan mata atau melihat dengan akal akan tetapi rukyat dalam pembicaraan ini dimaksudkan untuk melihat dengan mata. Rukyat yang dimaksud dalam uraian ini adalah suatu kegiatan melihat dan memperhatikan hilal dibagian langit sebelah barat pada akhir bulan/menjelang bulan baru. Kegiatan ini 6

7 dilakukan untuk mengobservasi hilal, karenanya sebelum ruk yah dilakukan, perlulah dilokalisir kedudukan hilal tersebut menurut perhitungan cermat untuk menentukan berapa tinggi hilal, berapa azimutnya dan lain sebagainya (sebagaimana hisab posisi matahari dan bulan pada saat ijtima pada uraian berikutnya). a. Hisab Arah Kiblat Hisab arah kiblat adalah suatu kegiatan perhitungan yang ditujukan untuk mengetahui arah kiblat suatu daerah (tempat ) dalam rangkaian pelaksanaan ibadah dengan menggunakan rumus-rumus yang telah ditentukan. Kiblat menurut bahasa adalah arah, jihad, syathrah, yang dimaksud adalah ka bah. Menurut Istilah Ulama Fiqh Kiblat adalah arah ka bah atau wujudul ka bah, orang yang berada dekat ka bah wajib menghadap ain ka bah, dan orang yang berada jauh dari ka bah (tidak melihat), maka mereka berjihad menghadap kearah kiblat. Kegunaan arah kiblat adalah untuk menentukan Mihrab Masjid, Mushalla/ Surau, menentukan arah kiblat shalat di lapangan, menggali kuburan, membuat WC, menentukan arah kiblat kamar hotel/penginapan dan memotong hewan. Menghadap kiblat pada waktu shalat dan membangun tempat ibadah hukumnya wajib, memotong hewan dan menggali kuburan hukumnya sunat, membelakangi atau menghadap kiblat ketika buang air hukumnya makruh. Ada Tiga Cara Menentukan Arah Kiblat: 1) Berpedoman Kepada Arah Matahari Terbenam Negara atau daerah yang terletak disebelah timur ka bah, arah kiblatnya ke barat. Negara atau daerah yang terletak disebelah barat ka bah, arah kiblatnya ke timur. Negara atau daerah yang terletak disebelah utara ka bah, arah kiblatnya ke selatan. Negara atau daerah yang terletak disebelah selatan ka bah, arah kiblatnya ke utara. Negara Indonesia terletak disebelah timur ka bah, menetapkan arah kiblat ke barat berpedoman kepada matahari terbenam. Penentuan arah kiblat berdasarkan matahari terbenam tidak (akurat) tepat, karena matahari terbenam selalu berubahrubah. Perubahan itu mencapai 23º 30 dari titik barat ke utara atau ke selatan. Apabila diukur dari titik utara ke selatan, besar perubahannya mencapai 47º. Oleh sebab itu matahari terbenam tidak bisa dijadikan pedoman dalam penentuan arah kiblat. 2) Berpedoman Kepada Bayangan Matahari. Secara astronomis dalam satu tahun ada dua kali bayangan matahari tepat melintasi ka bah. Peristiwa itu terjadi diperkirakan pad tanggal 27 atau 28 Mei pada saat matahari menuju ke utara dan pada tanggal 15 atau 16 Juli pada saat matahari 7

8 menuju ke selatan. Bayangan matahari pada tanggal tersebut dapat dijadikan pedoman menetapkan arah kiblat untuk daerah yang berada jauh dari Mekkah. Pengukuran bayangan matahari pada tanggal tersebut dilakukan setelah matahari di Mekkah tergelincir. Penentuan waktu pengukuran disesuaikan waktu Mekah dengan waktu daerah. Contoh perbedaan waktu Mekkah dengan Indonesia 4 jam 20 menit 40 detik, karena Indonesia terletak disebelah timur Mekkah, maka siang lebih cepat Indonesia dari Mekkah. Kalau matahari tergelincir di Mekkah pukul ditambah dengan beda waktu Indonesia 4j 20m 40d, berarti di Indonesia pukul 16j 20m 40d. jadi pengukuran di Indonesia dapat dilakukan pukul 16j 20m 40d. pada waktu di Mekkah matahari baru tergelincir. Untuk kota Pekanbaru dapat dilakukan pengukuran pada pukul 16j 06m 32d. Untuk kota Tembilahan dapat dilakukan pengukuran pada pukul 16j 13m 20d. Untuk kota Bengkalis dapat dilakukan pengukuran pada pukul pukul 16j 09m 12d. Untuk kota Siak Sri Indrapura dapat dilakukan pada pukul 16j 08m 56d. Pengukuran arah kiblat berdasarkan kepada bayangan matahari tanggal 27 atau 28 mei dan tanggal 15 atau 16 Juli menurut penelitian astronomi dipandang sangat akurat hasilnya, dan mudah pekerjaannya, serta tidak memerlukan peralatan dan biaya. 2) Berpedoman Kepada Perhitungan. Untuk menghitung arah kiblat diperlukan peralatan dan data sebagai beriukut: a) Peralatan: - Kalkulator. - Daftar Logaritma (desimal). - Rul Busur. - Kompas. b) Data yang diperlukan: - Lintang Daerah (LU/LS) (maksudnya daerah yang akan dihisab) - Bujur Daerah ( (BT/BB) (daerah yang akan dihisab) - Lintang Ka bah (Mekkah) = 21º 25 LU - Bujur Ka bah (Mekkah) = 39º 50 BT Ada dua rumus yang bisa digunakan : Rumus I : Cotg B = Cotg b. Sin a - Cos a. Cotg C Sin C Rumus II : Tg ½ (A+B) = Cos ½ (a-b). Cotg ½ C Cos ½ (a+b) Tg ½ (A- B) = Sin ½ (a-b). Cotg ½ C Sin ½ (a+b) B = ½ (A+b) ½ (A-B) 8

9 Keterangan: a. Rumus-rumus tersebut diatas adalah untuk mencari arah kiblat dari suatu tempat dipermukaan bumi yang diketahui LINTANG dan BUJUR tempatnya. b. B. = Arah kiblat suatu tempat Yaitu sudut antara arah ka bah dan arah ke Titik Kutub Utara. a = 90º - lintang tempat. b = 90º - lintang Ka bah C = Selisih antara bujur Ka bah dengan bujur tempat yang akan dicari Arah kiblatnya. Contoh Penggunaan : 1) Mencari Arah Kiblat Kota Tembilahan. ( Litang Tempat = -00º 18 LS. Bujur Tempat = 103º 10 BT) a = 90º (-00º 18 ) = 90º 18 b = 90º 21º 25 = 68º 35 ( rumus tetap) C = 103º 10 39º 50 = 63º 20 Rumus I : Cotg B = Cotg b. Sin a - Cos a. Cotg C Sin C = Cotg 68º 35. sin 90º 18 - Cos 90º 18. Cotg 63º 20 Sin 63º 20 = x ( ) x( ) = ( ) Cotg B = = 66º Kesimpulan : Arah Kiblat untuk kota Tembilahan adalah : 66º 11 (dibulatkan) dari titik Utara kearah Barat atau 23º 49 dari titik Barat kearah Utara (Catatan: menentukan sin, cos, tg, tertulis dalam Casio 3 contoh : Cos 90º 18 hasil maka dirubah menjadi jika nilainya plus contoh Cos 89º 26 hasil maka dirubah menjadi ). untuk Casio fx, 250, 550, 570, 580, 991 tekan dulu angka baru sin/cos/ tan: Contoh 90º 18 Cos hasil ) Rumus II : Tg ½ (A+B) = Cos ½ (a-b). Cotg ½ C Cos ½ (a+b) Tg ½ (A -B) = Sin ½ (a-b). Cotg ½ C Sin ½ (a+b) B = ½ (A+b) ½ (A-B) a = 90º ( - 00º 18 ) = 90º 18 b = 90º (+ 21º 25 ) c = 103º 10 39º 50 = 63º 20 = 68º 35 ( rumus tetap) a = 90º 18 a = 90º 18 b = 68º 35 - b = 68º º º 53 a = 21º 43 : ½ = 10º 51 b = 158º 53 : ½ = 79º 26 9

10 C = 63º 20 : ½ = 31º 40 ( Cotg) Cos 10º 51 x Cotg 31º 40 Cos 79º x x = tg ½ (A+B) = = 83º = 83º 26 (dibulatkan) Sin 10º 51 x Cotg 31º 40 Sin 79º x x = tg ½ (A-B) = = 17º = 17º 15 (dibulatkan) B = 83 º 26-17º 15 = 66º 11 Kesimpulan : Arah Kiblat untuk kota Tembilahan adalah : 66º 11 (dibulatkan) dari titik Utara kearah Barat atau 23º 49 dari titik Barat kearah Utara U Mekkah Arah Kiblat, 66º 11 (U-B) 23º 49 (B-U) B Tembilahan T S 2) Mencari Arah Kiblat Kecamatan Selat Panjang. ( Litang Tempat = 01º 01 LU. Bujur Tempat = 102º 42 BT) a = 90º 01º 01 = 88º 59 b = 90º 21º 25 C = 102º 42 39º 50 = 62º 52 = 68º 35 ( rumus tetap) Rumus I : Cotg B = Cotg b. Sin a - Cos a. Cotg C Sin C = Cotg 68º 35. sin 88º 59 - Cos 88º 59. Cotg 62º 52 Sin 62º 52 = x x = Cotg B = = 66º

11 Kesimpulan : Arah Kiblat untuk Kecamatan Selat Panjang adalah : 66º 39 (dibulatkan) dari titik Utara kearah Barat atau 23º 21 dari titik Barat kearah Utara (Catatan: menentukan sin, cos, tg, tertulis dalam Casio 3 contoh : Cos 90º 18 hasil maka dirubah menjadi jika nilainya plus contoh Cos 89º 26 hasil maka dirubah menjadi ). untuk Casio fx, 250, 550, 570, 580, 991 tekan dulu angka baru sin/cos/ tan: Contoh 90º 18 Cos hasil ) Rumus II : Tg ½ (A+B) = Cos ½ (a-b) Cotg ½ C Cos ½ (a+b) Tg ½ (A -B) = Sin ½ (a-b) Cotg ½ C Sin ½ (a+b) a = 90º 01º 01 = 88º 59 B = ½ (A+b) ½ (A-B) b = 90º 21º 25 = 68º 35 ( rumus tetap) c = 102º 42 39º 50 = 62º 52 a = 88º 59 a = 88º 59 b = 68º 35 - b = 68º º º 34 a = 20º 24 : ½ = 10º 12 b = 157º 34 : ½ = 78º 47 C= 62º 52 : ½ = 31º 26 ( Cotg) Cos 10º 12 x Cotg 31º 26 Cos 78º x x = tg ½ (A+B) = = 83º = 83º 07 (dibulatkan) Sin 10º 12 x Cotg 31º 26 Sin 78º x x = tg ½ (A-B) = = 16º B = 83º º = 66º = 66 º 39 (dibulatkan) Kesimpulan : Arah Kiblat untuk kota Selat Panjang adalah : 66º 39 (dibulatkan) dari titik Utara kearah Barat atau 23º 21 dari titik Barat ke arah Utara U Mekkah Arah Kiblat, 66º 39 (U-B) 23º 21 (B-U) B Slt. Panjang T S 11

12 b. Hisab Awal Waktu Sholat. Hisab awal waktu shalat adalah suatu kegiatan perhitungan yang ditujukan untuk mengetahui kedudukan matahari pada awal-awal waktu sholat ( Shubuh, Imsyak, Syuruq, Zhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya ) dengan menggunakan kesatuan awal waktu tersebut. Untuk mengetahui perhitungan awal waktu shalat tersebut, maka yang harus kita ketahui terlebih dahulu sudut waktu matahari (t) dengan rumus yang digunakan ; Keterangan: Cos t = - tg p. tg d + sin h : cos p : cos d a. t = Sudut Waktu d = Diklenasi Matahari p = Lintang Tempat h = inggi Matahari b. Tinggi Matahari (hº) ditentukan sebagai berikut : - Waktu Subuh = - 20º - Waktu Syuruq = - 01º - Waktu Dhuha = 12º - Waktu Zhuhur tidak diperlukan, karena matahari persis berada pada meredian langit t = 0º - Waktu Ashar = dihitung dengan Rumus Cotg h = tg / p d / + 1 (tanda /.. / adalah tanda Mutlak (Absolut), artinya tanda plus (+) atau minus (-) pada angka-angka pada diantara tanda / /diabaikan atau dianggap tidak ada) - Waktu Maghrib = - 1º - Waktu Isya = - 18º Untuk menghitung awal waktu shalat tersebut, rumus yang digunakan adalah: Waktu shalat Shubuh = 12 e t + Kwd + i Waktu Syuruq = 12 e t + Kwd + i Waktu Shalat Zhuhur = 12 e + Kwd + i Waktu shalat Ashar = 12 e + t + Kwd + i Waktu shalat Magrib = 12 e + t + Kwd + i Waktu shalat Isya = 12 e + t + Kwd + i Keterangan : 12 = Nilai Titik Kulminasi Matahari e = Equation of time, dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai pranata waktu, yaitu selisih antara waktu kulminasi Matahari Hakiki dengan waktu kulminasi Matahari Rata-Rata. t = Sudut Waktu Matahari ( hasil sudut waktu matahari : 15) disingkat t /15 Kwd = Koreksi Waktu Daerah adalah (Bujur Daerah Bujur Tempat) Untuk wilayah Indonesia dapat diketahui bujur daerahnya sebagai berikut: 1. Bujur Daerah Waktu Indonesia Barat = 105º BT 2. Bujur Daerah Waktu Indonesia Tengah = 120º BT 3. Bujur Daerah Waktu Indonesia Timur = 135º BT i = Ihtiyati adalah mengamanan, agar supaya daerah bagian barat kota tidak mendahului awal waktu atau daerah bagian timur kota tidak melampaui batas 12

13 akhir waktu dengan menambah 1 s/d 2 menit kepada hasil perhitungan akhir waktu berarti daerah sepanjang sekitar 25 sampai 50 km, ke arah Timur/Barat dari pusat kota sudah dapat menggunakan hasil perhitungan tersebut. Contoh Penggunaan : Menghitung Awal Waktu Sholat pada tanggal 1 Januari 2004 untuk kota Tembilahan? 1. Awal waktu sholat SHUBUH a. Data diketahui Lintang tempat (p) Tembilahan = LS Bujur Tempat Tembilahan = BT Koreksi Waktu Daerah (Kwd) = : 15 = Deklinasi Matahari (d) = - 23º 01 Eq. Of time = - 0º b. Rumus yang digunakan Sudut Waktu : Cos t = -tan p. tan d + Sin h : Cos p : Cos d Awal Waktu Subuh : 12 e t + Kwd + I hº = - 20º c. Prosedur dan hasil hitungan sebagai berikut : 1). Mencari sudut Waktu Matahari ( masukan kerumus ini) Cos t = - tan p. tan d + sin h : cos p : cos d Casio Calculator : fx-82tl, D400, 4200P Cos t = - tan( ) x tan sin 20 : cos : cos = SHIFT Cos SHIFT =SHIFT (fx-82tl = SHIFT Cos Ans EXE SHIFT (fx- 4200P) t/15 = : 15 = SHIFT Atau EXE SHIFT 7 j 27m 48.52d Casio Calculator : Fx-120, 250, 550, 570A, 580, 991 Cos t = /- tan +/- x /- Tan /- Sin : /- Cos : /- Cos = INV/SHIFT Cos INV/SHIFT t/15 = : 15 = INV/SHIFT 7 j 27m 48.52d 2). Hasil Hitungan : Awal Waktu SHUBUH : 12 e t + Kwd + I Kulminasi : 12j 00m 00d 13

14 Eq. Of Time : T/15 : 07j 27m 48d. 52d Kwd : : Ikhtiyati : Awal Waktu Shubuh : WIB 2. Awal waktu SYURUQ (Terbit Matahari) a. Data diketahui Lintang tempat (p) Tembilahan = LS Bujur Tempat Tembilahan = BT Koreksi Waktu Daerah (Kwd) = : 15 = Deklinasi Matahari (d) = - 23º 01 Eq. Of time = - 0º b. Rumus yang digunakan Sudut Waktu : Cos t = - tan p. tan d + Sin h : Cos p : Cos d Awal Waktu Subuh : 12 e t + Kwd + i hº = -1 º c. Prosedur dan hasil hitungan sebagai berikut : 1). Mencari sudut Waktu Matahari ( masukan kerumus ini) Cos t = - tan p. tan d + sin h : cos p : cos d Casio Calculator : fx-82tl, d-400, 4200P Cos t = - tan( ) x tan sin 1 : cos : cos = SHIFT Cos SHIFT =SHIFT (fx-82tl = SHIFTCos Ans EXE SHIFT (fx- 4200P) t/15 = : 15 = SHIFT Atau EXE SHIFT 6 j 4m 51.36d Casio Calculator : Fx-120, 250, 550, 570A, 580, 991 Cos t = /- tan +/- x /- Tan + 1 +/- Sin : /- Cos : /- Cos = INV/SHIFT Cos INV/SHIFT t/15 = : 15 = INV/SHIFT 6 j 4m 51.36d 2). Hasil Hitungan : Awal Waktu SYURUQ : 12 e t + Kwd + i Kulminasi : 12j 00m 00d 14

15 Eq. Of Time : T/15 : 06j 04m 51d. 36d Kwd : : Ikhtiyati : Awal Waktu SYURUQ : WIB 3. Awal waktu sholat ZHUHUR a. Data diketahui Lintang tempat (p) Tembilahan = LS Bujur Tempat Tembilahan = BT Koreksi Waktu Daerah (Kwd) = : 15 = Deklinasi Matahari (d) = - 23º 01 Eq. Of time = - 0º b. Rumus yang digunakan : Awal Waktu ZHUHUR : 12 e + Kwd + i c. Prosedur dan hasil hitungan sebagai berikut : Kulminasi : 12j 00m 00d Eq. Of Time : Kwd : : Ikhtiyati : Awal waktu ZHUHUR : WIB 4. Awal waktu sholat ASHAR a. Data diketahui Lintang tempat (p) Tembilahan = LS Bujur Tempat Tembilahan = BT Koreksi Waktu Daerah (Kwd) = : 15 = Deklinasi Matahari (d) = - 23º 01 Eq. Of time = - 0º b. Rumus yang digunakan Sudut Waktu : Cos t = - tan p. tan d + Sin h : Cos p : Cos d Awal Waktu ASHAR : 12 e t Kwd + i 15

16 Cotan hº = tan ( p d ) +1 Mencari tinggi Matahari (hº) Cotan hº = tan ( p d ) +1 Casio Calculator fx-82tl, D400, 4200P Tan (-0 18 ( ) + 1 Tan = h = SHIFT Tan Ans X-1 = SHIFT º 35º (fx-82) h = SHIFT Tan (Ans X-1)EXE SHIFTº 35º (4200) Casio Calculator : Fx-120, 250, 550, 570A, 580, 991 (0 18 +/- ( /-) Tan Tan + 1 = h = INV Min 1/x INV Tan INV º 35º ). Mencari sudut Waktu Matahari ( masukan kerumus ini) Cos t = - tan p. tan d + sin h : cos p : cos d Casio Calculator : fx-82tl, D400, 4200P Cos t = - tan(-0 18 ) x tan sin : cos : cos = SHIFTCos SHIFT = SHIFT (fx-82tl = SHIFTCosAns EXE SHIFT (fx-4200p) t/15 = : 15 = SHIFT atau EXE SHIFT 3j 25m 38.07d Casio Calculator : Fx-120, 250, 550, 570A, 580, 991 Cos t = /- tan +/- x /- Tan Sin : /- Cos : /- Cos = INV/SHIFT Cos INV/SHIFT t/15 = : 15 = INV/SHIFT 3 j 25m 38.07d 2). Hasil Hitungan : Awal Waktu ASHAR : 12 e + t + Kwd + i Kulminasi : 12j 00m 00d Eq. Of Time : T/15 : 03j 25m 38.07d d Kwd : : Ikhtiyati :

17 Awal waktu ASHAR : WIB 5. Awal waktu sholat MAGHRIB a. Data diketahui Lintang tempat (p) Tembilahan = LS Bujur Tempat Tembilahan = BT Koreksi Waktu Daerah (Kwd) = : 15 = Deklinasi Matahari (d) = - 23º 01 Eq. Of time = - 0º b. Rumus yang digunakan Sudut Waktu : Cos t = - tan p. tan d + Sin h : Cos p : Cos d Awal Waktu MAGHRIB : 12 e + t + Kwd + I hº = - 1º c. Prosedur dan hasil hitungan sebagai berikut : 1). Mencari sudut Waktu Matahari ( masukan kerumus ini) Cos t = - tan p. tan d + sin h : cos p : cos d Casio Calculator : fx-82tl, D400, 4200P Cos t = - tan( ) x tan sin 1 : cos : cos = SHIFT Cos SHIFT = SHIFT (fx-82tl = SHIFT Cos Ans EXE SHIFT (fx-4200p) t/15 = : 15 = SHIFT Atau EXE SHIFT 6 j 4m 51.36d Casio Calculator : Fx-120, 250, 550, 570A, 580, 991 Cos t = /- tan +/- x /- Tan + 1 +/- Sin : /- Cos : /- Cos = INV/SHIFT Cos INV/SHIFT t/15 = : 15 = INV/SHIFT 6 j 4m 51.36d 2). Hasil Hitungan : Awal Waktu MAGHRIB : 12 e + t + Kwd + I Kulminasi : 12j 00m 00d Eq. Of Time : T/15 : 06j 04m d Kwd : :

18 Ikhtiyati : Awal MAGHRIB : WIB 6. Awal waktu sholat ISYA a. Data diketahui Lintang tempat (p) Tembilahan = LS Bujur Tempat Tembilahan = BT Koreksi Waktu Daerah (Kwd) = : 15 = Deklinasi Matahari (d) = - 23º 01 Eq. Of time = - 0º b. Rumus yang digunakan Sudut Waktu : Cos t = - tan p. tan d + Sin h : Cos p : Cos d Awal Waktu ISYA : 12 e + t + Kwd + I hº = - 18º c. Prosedur dan hasil hitungan sebagai berikut : 1). Mencari sudut Waktu Matahari ( masukan kerumus ini) Cos t = - tan p. tan d + sin h : cos p : cos d Casio Calculator : fx-82tl, D400, 4200P Cos t = - tan( ) x tan sin 18 : cos : cos = SHIFT Cos SHIFT = SHIFT (fx-82tl = SHIFTCos Ans EXE SHIFT (fx-4200p) t/15 = : 15 = SHIFT Atau EXE SHIFT 7 j 19m 0.84d Casio Calculator : Fx-120, 250, 550, 570A, 580, 991 Cos t = /- tan +/- x /- Tan /- Sin : /- Cos : /- Cos = INV/SHIFT Cos INV/SHIFT t/15 = : 15 = INV/SHIFT 7 j 19m 0.84d 2). Hasil Hitungan : Awal Waktu ISYA : 12 e + t + Kwd + I Kulminasi : 12j 00m 00d Eq. Of Time : T/15 : 07j 19m d Kwd :

19 : Ikhtiyati : Awal Waktu ISYA : WIB c. Hisab Awal Bulan. Hisab Awal bulan adalah suatu kegiatan perhitungan untuk menentukan kedudukan hilal pada saat terbenamnya matahari yang diukur dengan derajat. Kegiatan ini dilakukan pada saat terjadinya ijtima (berkumpul) antara matahari dan bulan yang ada perpautannya dengan pelaksanaan ibadah. Penentuan tinggi hilal pada saat matahari terbenam bertujuan agar kedudukan bulan dapat dialokalisir sedemikian rupa, sehingga memudahkan untuk melakukan observasi dalam melaksanakan rukyat guna meneliti kebenaran dari hasil hisab, untuk menarik suatu kesimpulan kapan terjadinya awal bulan. Apabila ijtima terjadi sebelum terbenamnya matahari, maka keesokan harinya dianggap sebagai bulan baru, dengan ketentuan tinggi matahari 2 derajat keatas, sedangan apabila tinggi matahari dibawah 2 derajat, maka termasuk ketentuan Imkan Rukyah ( tidak mungkin hilal akan terlihat), maka keesokan harinya dianggap sebagai hari yang ke 30 dari bulan itu, dan apabila ijtima terjadi sesudah matahari terbenam, maka keesokan harinya dianggap sebagai hari yang ke 30 dari bulan itu. Untuk menentukan hisab awal bulan tersebut, terlebih dahulu yang harus kita ketahui dan pahami adalah sistem penanggalan atau tarikh Masehi dan tarikh Hijrah. 1) Penanggalan atau Tarikh Masehi. Dasar perhitungan tarikh Masehi didasarkan kepada peredaran Matahari semu, yang dimulai pada saat Matahari berada di titik Aries hingga kembali lagi ke tempat semula. Yang menurut penelitian-penelitian matahari berada di titik Aries pada tiap-tiap tanggal 21 Maret. Lama waktu yang diperlukan sebanyak 365,2425 hari untuk sekali peredaran atau putaran. Sebenarnya sistem perhitungan serupa ini telah berlangsung lama sebelum dilahirkannya Nabi Isa. Saat itu bulan yang pertama adalah bulan Maret, bulan yang kedua April, bulan yang terakhir adalah Pebruari. Baru kemudian pada saat DPR Yunani bersidang untuk pertama kalinya pada bulan Januari barulah Januari dianggap bulan yang pertama dan bulan terakhir ialah bulan Desember. Satu tahun dihitung 365,2425 hari atau 365 lebih 5 jam 48 menit 45 detik. Atas dasar ketentuan ini maka tiap-tiap 4 tahun akan terjadi selisih satu hari. Selisih 1 hari diatasi dengan cara : tiap-tiap bilangan tahun yang tidak habis dibagi empat dianggap tahun pendek dengan jumlah hari 365 ( basithah = Common year ), tetapi 19

20 bilangan tahun yang habis dibagi empat dihitung tahun panjang dengan jumlah hari 366 ( kabisah = leap year). Dengan demikian dapatlah diketahui bahwa siklus kecil tahun masehi itu (4 tahun) sama dengan 1461 hari, sedangkan siklus besar selama 400 tahun sama dengan hari. Sistem ini disusun oleh Paus Gregorius XIII. Sistem ini berlaku di Indonesia sejak mulai Belanda menjajah Negeri kita. Selanjutnya ketentuan-ketentuan yang perlu diketahui ialah untuk bulan Januari Maret Mei - Juli Agustus Oktober dan Desember ditentukan panjangnya 31 hari. Sedangkan bulan-bulan April Juni September dan Nopember ditentukan masing-masing lamanya 30 hari. Khusus untuk bulan Pebruari untuk tahuntahun pendek dihitung 28 hari dan untuk tahun-tahun panjang dihitung 29 hari.(lihat tabel dibawah ini) JUMLAH HARI PADA BULAN SYAMSIAH (LATIN) JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUS SEP OKT NOP DES 31 28/ Untuk menghadapi perhitungan yang rumit ini memerlukan penyederhanaan. Satu siklus 4 tahun dianggap sama rata besarnya =1461 hari. Dengan demikian untuk memperoleh jumlah hari dapatlah dirumuskan bilangan tahun dibagi empat, kali 1461 hari, sesudah itu hasilnya dikurangi 13 hari. Bilangan 13 ini berasal dari 10 hari akibat pembaharuan sistem Gregorius sedang 3 hari ialah abad 17, 18, dan 19, yang didalam perhitungan dianggap sebagai tahun panjang padahal semestinya tahun pendek. Sebagaimana dapat dilihat pada contoh dibawah ini : Berapakah bilangan hari tanggal 10 Pebruari 2005 M. dari tanggal, bulan dan tahun ini kita dapat memahami bahwa waktu telah berlangsung selama ; 2004 tahun + 01 bulan +10 hari 2004 tahun lamanya = 2004 : 4 = 501 daur /Siklus 501 daur = 500 x hari = hari 1 bulan = 31 hari 10 hari = 10 hari + Jumlah hari pada 20 Des 2004 = hari Untuk memperoleh bilangan hari yang sebenarnya angka ini ( ) harus dikurangi 13 sehingga diperoleh : = b) Penanggalan atau Tarikh Hijriyah. 20

21 Sistem penanggalan atau tarikh Hijriyah ini dimulai sejak tahun 17 H yaitu pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab ra.. dimana ketika itu terjadi beberapa pendapat mengenai standar perhitungan tarikh, namun akhirnya disepakati perhitungan tarikh Islam itu dimulai sejak hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah. Yang dimulai dari bulan Muharram dan diakhiri dengan bulan Dzulhijjah. Dengan demikian perhitungan tahun Hijriyah itu diberlakukan mundur selama 17 tahun, sedang perhitungan bulan dimulai dengan bulan Muharram. Menurut penelitian, Hijrah Nabi terjadi pada tanggal 12 Rabi ul Awal bertepatan dengan tanggal 14 September 622 M, dengan demikian apabila perhitungan ini dihitung dari bulan Muharram, maka 1 Muharram 1 H itu setelah diadakan penelitian diketahui terjadi pada tanggal 16 Juli 622 M. Sistem perhitungan ini didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi yang lamanya 29 hari lebih 12j 44m 2.28d. setelah dilakukan perhitungan secara cermat diketahuilah bahwa dalam 12 bulan (1 tahun) sama dengan = 354 hari lebih 8j 48.5m., Untuk menghindari terjadinya pecahan tersebut diciptakanlah tahun-tahun yang panjang dan tahun-tahun yang pendek yaitu dalam tiap-tiap 30 tahun terdapat 11 tahun panjang dan 19 tahun pendek tahun panjang umurnya 355 hari dan tahun pendek umurnya 354 hari. Tambahan satu hari untuk tahun panjang itu diletakkan pada bulan terakhir yaitu bulan Dzulhijjah. Tahun panjang dan tahun pendek selama 30 tahun ditentukan dengan hurufhuruf pada bait syair. Tiap huruf yang bertitik adalah tahun panjang dan huruf yang tidak bertitik adalah tahun pendek. Syairnya sebagai berikut. 01 2!23(32453 Dari syair tersebut diketahuilah bahwa tahun panjang yang ditandai dengan huruf yang bertitik terdapat pada urutan huruf yang ke 2, 5, 7, 10, 13, 16, 18, 21, 24, 26 dan 29. Nama-nama bulan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: MUH. SYFR RAB. AW RAB. AK JUM.AW JUM. AK RAJAB SA BN RMDHN SYWL ZULQ ZULH / /355 Dengan demikin bulan-bulan yang gasal ditentukan umurnya 30 hari sedangkan bulan-bulan genap 29 hari. Atas dasar sistem perhitungan ini ditetapkan satu unit perhitungan yang disebut dengan satu daur (siklus) yang panjangnya 30 tahun, karena dalam satu daur (siklus) tersebut terdapat 11 (sebelas tahun) panjang maka dalam satu daurnya = 30 x 354 hari + 11 hari = hari. Kesatuan ini digunakan untuk memudahkan perhitungan-perhitungan bilangan hari menurut sistem 21

22 kalender Hijriyah. Sehingga untuk menghitung bilangan tahun Hijriyah bilangan tahun dibagi dengan 30 dikalikan hari, sisanya dikalikan dengan 354 hari, sebagaimana contoh dibawah ini : Berapakah bilangan hari tanggal 1 Muharram 1426 H. dari tanggal, bulan dan tahun ini kita dapat memahami bahwa waktu telah berlangsung selama ; 1425 tahun + 0 bulan + 1 Hari 1425 : 30 = tahun 47 daur = 47 x = hari 15 tahun = 15 x 354 hari + 5 hari = hari 1 hari = = 1 hari hari Untuk melakukan penukaran dengan tahun masehi hendaknya selalu diingat selisih tetap tahun masehi dengan tahun hijrah yang lamanya hari yaitu lama hari yang dihitung dari tanggal 1 Januari 1 M sampai 15 Juli 622 M Oleh sebab itu tanggal 1 Muharram 1426 H akan dijadikan tanggal masehi ditempuh perhitungan sebagai berikut : Jumlah hari pada satu Muharram 1426 H = hari Selisih tetap tahun masehi dengan Tahun Hijrah = hari hari anggaran baru Gregorius = 13 hari hari Bilangan tersebut untuk dijadikan tanggal, bulan dan tahun masehi dilakukan perhitungan sebagai berikut : bilangan tersebut diatas dibagi siklus tahun Masehi hasilnya dikalikan empat, sisanya dibagi 365 hari selebihnya dijadikan bulan menurut lama dari masing-masing bulan pada bulan masehi : 1461 = 501 siklus, lebih 41 hari 501 siklus = 501 x 4 = 2004 tahun 41 hari = 1 bulan 10 hari Dengan demikian tgl. 1 Muharram 1426 H jatuh pada tanggal 10 Februari 2005 M d. Hisab Posisi Matahari dan Bulan pada Saat terjadinya Ijtima. Setelah kita mengetahui sistem perbandingan penanggalan atau tarikh masehi dan tarikh hijriyah tersebut, maka dapatlah kita mencari posisi matahari dan bulan saat terjadinya ijtima, dengan langkah-langkah sebagai mana contoh dibawah ini : Kita ingin mengetahui situasi hilal menjelang awal bulan Syawal 1425 H/2004 M di kota tembilahan, dengan langkah-langkah sebagai berikut : Lintang tempat (p = phi ) = LS Bujur Tempat ( = lamda) = BT 22

23 Tinggi tempat = 4 meter diatas permukaan laut 1. Hitunglah (Hisab urfi ) akhir bulan Ramadhan 1425 H. /mencari awal bulan Syawal 1425 H adalah bulan Nopember 2004 M? Dengan mempergunakan rumus-rumus perbandingan tarikh, sebagai berikut : a. Konversi tahun Hijriyah ke tahun masehi. Tanggal 29 Ramadhan 1425 H 1424 tahun + 8 bulan + 29 hari 1424 : 30 = 47 daur/siklus + 14 tahun + 8 bulan +29 hari 47 Daur = 47 x = hari 14 tahun = 14 x Hari = hari 8 bulan = (30 x 4 ) + (29 x 4) = 236 hari 29 hari = = 29 hari + Jumlah hari ( 29 Ramdhan 1424 H) = hari Tafawut (Selisih. M-H ) = hari Ang. Baru Gregorius XIII = 13 hari + Jumlah = hari : 1461 = 500 daur /siklus, hari 500 siklus = 500 x 4 = 2000 tahun 1412 hari = 1412 : 365 = 3 tahun, hari 317 hari = = 10 bulan + 12 hari Dirangkum menjadi = 12 hari + 10 bulan + 3 tahun tahun Sehingga menjadi = Tanggal 12 Nopember 2004 M = 29 Ramadhan 1425 H b. Konversi tahun Masehi ke tahun Hijriyah. Tanggal 12 Nopember 2004 M 2003 tahun + 10 bulan + 12 hari 2003 : 4 = 500 daur/siklus + 3 tahun 500 siklus = 500 x 1461 = hari 03 tahun = 3 x 365 = hari 10 bulan = 305 hari 12 hari = 12 hari + Jumlah hari ( 12 Nopember 2004) = hari Tafawut (Ang. M-H ) = hari Ang. Baru Gregorius XIII = 13 hari - Jumlah = hari : = 47 daur /siklus hari 23

24 47 siklus = 47 x 30 = 1410 tahun hari = : 354 = 14 tahun hari 270 hari = 270 (5) = 265 hari 265 hari = 08 bulan + 29 hari Dirangkum menjadi = 29 hari + 8 bulan + 14 tahun tahun Sehingga menjadi Tanggal 29 Ramadhan 1425 H = tanggal 12 Nopember 2004 M 2. Hitunglah saat ijtima akhir Ramadhan 1425 H. bertepatan dengan tanggal 12 Nopember 2004 M.? Dengan mempergunakan data Ephemeris 2004 dapat diketahui saat ijtima dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. F.I.B terkecil pada bulan Nopember 2004 M. adalah terjadi pada jam GMT tanggal 12 Nopember 2004 M. b. E.L.M pada jam GMT adalah = c. A.L.B pada jam GMT adalah = d. Sabak Matahari perjam adalah : E.L.M pada jam GMT adalah = E.L.M pada jam GMT adalah = Sabak matahari (SM) = e. Sabak bulan perjam adalah : A.L.B pada jam GMT adalah = A.L.B pada jam GMT adalah = Sabak bulan (SB) = f. Saat ijtima dicari dengan rumus sebagai berikut : Jam FIB (GMT) + ELM ALB + 7 jam WIB SB - SM jadi = = jadi = ( ) = (tekan Shift ) sehingga menjadi jam = 21 jam : 29 menit : detik WIB. Sehingga ijtima terjadi pada hari Jumat 12 Nopember 2004 M, jam 21 : 29 WIB. 3. Hitunglah Posisi dan keadaan Hilal akhir Ramadhan 1425 H. menjelang awal Syawal 1425 H. di kota Tembilahan.? a. Ijtima akhir Ramadhan/awal Syawal 1425 H. terjadi pada hari Jumat tanggal 12 Nopember 2004 M pukul : 21 : 29 : WIB b. Mencari sudut waktu Matahari ( to ) saat terbenam : Data : Diklenasi ( d ) Matahari jam GMT =

25 Equation of time/prata waktu (e) Matahari = Semi diameter (s.d) = Refraksi = Kerendahan Ufuk (D =Dip) = :60 = Koreksi waktu daerah (Kwd) :15= Rumus tinggi Matahari waktu terbenam ( h ) Rumus h = 0 s.d refr Dip h = = jadi h = Rumus sudut waktu Matahari terbenam (to) Rumus cos t = - tg p. tg d + sin h / cos p / cos d. Casio Calculator : fx-82tl, D400, 4200P Cost = -tg(-0 18 )xtg sin :cos : cos = SHIFTCos SHIFT = SHIFT = = SHIFT CosAnsEXESHIFT (fx-4200p / D400) t/15 = : 15 = SHIFT / EXE SHIFT 6j : 04m : 10.88d Casio Calculator : Fx-120, 250, 550, 570A, 580, 991 Cost = /- tan +/- x /- Tan /- Sin : /- Cos : /- Cos = INV/SHIFT Cos INV/SHIFT : 15 = INV/SHIFT 6 j : 4m 10.88d c. Mencari saat Matahari terbenam : Rumus = 12 e + t + Kwd Kulminasi : 12j 00m 00d Eq. Of Time : T/15 : 06j 04m d Kwd : Matahari terbenam : 17 : 55 : WIB (7j) = GMT : 10 : 55 : d d. Mencari Asensiorekta (A.R ) Matahari dan Bulan Untuk mencari asensiorekta Matahari dan Bulan, dengan jalan interpolasi : Rumus : A - ( A B) x C : 1 A.R. o jam 10 GMT = A.R. 6 jam 11 GMT =

26 A.R. 6 Jam (10 : 55 : ) = ( " ) x : 1 = A.R. = A.R. c jam 10 GMT = A.R. c jam 11 GMT = A.R. c Jam (10: 55 : 40.88) = ( " ) x : 1 = A.R. c = e. Mencari sudut waktu bulan ( tc ) Rumus: tc = A.R. - A.R.c + to tc = = tc = f. Mencari Deklinasi Bulan ( dc ) Untuk menghitung deklinasi bulan, dengan jalan interpolsasi Rumus : A - ( A B) x C : 1 Deklinasi pukul 10 GMT = Deklinasi pukul 11 GMT = Deklinasi pukul (10 : 55 : 40.88) = ( ( )) x : 1 = dc = g. Mencari tinggi hakiki Bulan (he) Rumus: Sin h = sinp. sind + cosp. cos d. cos t Data Lintang Tembilahan (p) = Deklinasi bulan (dc) = Sudut waktu bulan (tc) = Casio Calculator : fx-82tl, D400, 4200P sin he = sin x sin cos x cos x Cos = shift sin shift = shift = (82TL) SHIFT Sin Ans EXE SHIFT (fx-4200p / D400) sin he = Casio Calculator : Fx-120, 250, 550, 570A, 580,

27 sin he = /- sin x /- sin /- Cos x /- Cos x Cos = INV/SHIFT Sin INV/SHIFT h. Mencari tinggi Mar i (lihat) bulan (h c) H.P ( Horizontal Parallax) = Semi diameter bulan (sd.e) = Rumus : Parallax = Cos he x H.P Cos( ) x = He (tinggi hakiki) = Parallax = Sd.e = Refraksi = Kerendahan ufuq = Tinggi Mar i (he) = i. Mukuts (lama hilal diatas ufuq) Rumus: hc : he : 15 Mukuts = : 15 = 00j : 14m : 44: 71d j. Mencari Azimut ( A ) Matahari dan Bulan Rumus: Cotan A = -sin p / tg t + cos p. tg d / sin t 1). Azimut Matahari (Ao) Data : Lintang Tembilahan (p) = Deklinasi Matahari (do) = Sudut waktu Matahari (to) = Casio Calculator : fx-82tl, D400, 4200P Cotg A = -sin(-0 18 ) :tg cos-0 18 x tg : sin = = SHIFT Tan (Ans x-1) EXE SHIFT Ao Ao = = SHIFT Tan Ans x-1 = shift (82TL) = diukur dari titik selatan ke titik barat. Atau = diukur dari titik barat ke titik selatan. Casio Calculator : Fx-120, 250, 550, 570A, 580,

28 Cotg A= /- sin +/- : tg /- Cos x /- tg x Sin = (lihat penekanan calcolator point 7) 2). Azimut Bulan (Ac) Data : Lintang Tembilahan (p) = Deklinasi Matahari (dc) = Sudut waktu Matahari (to) = Casio Calculator : fx-82tl, D400, 4200P CotgA Ae Ac = -sin( ) : tg cos x tg : sin = =shift tg(ansx-1)exe shift = diukur dari titik selatan ke titik barat. atau = diukur dari titik barat ke titik selatan. Casio Calculator : Fx-120, 250, 550, 570A, 580, 991 Cotg A = /- sin +/- : tg /- Cos x /- tg x Sin = (lihat pen. calcolator point 7) Keterangan 1. bila azimuth matahari atau bulan bernilai minus (-), berarti azimut tersebut dihitung dari selatan ketitik barat (S-B) 2. bila azimuth matahari atau bulan bernilai plus (+), berarti azimut tersebut dihitung dari utara ketitik barat (U-B) KESIMPULAN : 1. Ijtima, awal bulan Syawal 1425 H. Terjadi pada hari Jumat tanggal 12 Nopember 2004 M. pada jam 21 : 29 : WIB. 2. Tinggi Matahari waktu terbenam (ho = Sudut waktu Matahari terbenam (to = Matahari terbenam (saat ghuruf) jam = 17 : 55 : WIB 4. Asensiorekta Matahari (A.Ro) = Asensiorekta Bulan (A.Rc) = Sudut waktu Bulan (te) = Diklenasi hakiki bulan (de) = Tinggi hilal hakiki ( hc) = Tinggi hilal Mar I (h c) = Lama hilal diatas ufuq = 00 : 14 : WIB 28

29 11. Azimut matahari (Ao) = (B-S) / (S-B) 12. Azimut bulan (Ae) = (B-S)/ (S-B) 13. Maka Tanggal 1 Syawal 1425 H jatuh pada hari Minggu tanggal 14 Nopember 2004 M. Karena pada saat Matahari terbenam akhir Ramadhan Hilal masih dibawah ufuq: Dengan demikian Ramadhan di istimalkan menjadi 30 hari. Dengan demikian Ijtima menjelang awal Syawal 1425 H. jatuh pada hari Jum at tanggal 12 Nopember 2004 M pukul 21: 29 : WIB. Pada saat Matahari terbenam hari itu pukul 17 : 55 : WIB, posisi Hilal masih dibawah ufuq; - 03º , maka bulan Ramadhan diistimalkan 30 hari dan tanggal 1 Syawal menurut hasil perhitungan jatuh pada hari Minggu tanggal 14 Nopember 2004 M. 6. Permasalahan-Permasalahan dalam Hisab Rukyat. Selain Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, maka penetapan awal bulan berdasar hisab (imkan rukyat tinggi hilal + 2o atau 8 jam antara saat ijtima dengan ghurub). Untuk Ramadhan, Syawal, Dzulhijjah berdasar hisab-rukyat Data hisab & hasil rukyat sebagai masukan Ditetapkan dalam sidang itsbat Rukyat dilaksanakan oleh Kementerian Agama,Pengadilan Agama, instansi terkait, Ormas Islam para ulama, dan masyarakat luas (Koordinator : Kementerian Agama/Kanwil Agama ) a. Permasalahan penentuan Arah Kiblat Masih ada perbedaan data koordinat ka bah dan lokasi Masih ada perbedaan sistem perhitungan Perbedaan cara menentukan arah utara dan arah kiblat di lokasi Kurang adanya pengembangan observasi lapangan. b. Permasalahan penentuan Waktu Shalat Perbedaan data (matahari,koordinat tempat) Perbedaan sistem perhitungan Perbedaan dalam penentuan sistem waktu Perbedaan nilai ikhtiyati Kurang adanya pengembangan observasi lapangan c. Permasalahan penentuan Awal Bulan Perbedaan data (bulan, matahari, koordinat tempat dan lainnya) Perbedaan sistem perhitungan Perbedaan sistem rukyat (fiqh) 29

30 Perbedaan kriteria penentuan masuknya awal bulan Kurang adanya pengembangan observasi lapangan Kurang sosialisasi Perbedaan hasil hisab dan hasil rukyat 6. Daftar Lintang dan Bujur Daerah dalam Wilayah Provinsi Riau NAMA NO LINTANG BUJUR KOREKSI WAKTU DAERAH/KOTA (105-(4) : 15 1 Pekanbaru LU BT + 14m : 08d 2 Bengkalis LU BT + 11m : 28d 3 Pasir Pengarayan LU BT + 18m : 48d 4 Bangkinang LU BT + 15m : 52d 5 Selat Panjang LU BT + 09m : 12d 6 Rengat LS BT + 09m : 44d 7 Tembilahan LS BT + 07m : 20d 8 Tanjung Pinang LU BT + 02m : 00d 9 Tanjung Balai Karimun LU BT + 06m : 24d 10 Dumai LU BT + 13m : 36d 11 Dabo Singkep LS BT + 02m : 08d 12 Terempa LU BT - 05m : 00d 13 Batam LU BT + 04m : 08d 14 Natuna LU BT - 13m : 20d 15 Pangkalan Kerinci LU BT + 12m : 32d 16 Bagan Siapi-Api LU BT + 16m : 44d 17 Kuantan Sengingi LS BT + 13m : 44d 18 Siak Sri Indarapura LU BT + 11m : 44d 7. Daftar Lintang dan Bujur Daerah dalam Wilayah Kab. Inhil NO NAMA DAERAH/KOTA LINTANG BUJUR KOREKSI WAKTU (105-(4) : 15 1 Bekawan (Sei Bedari) BT + 04m : 52d 2 Mandah LU BT + 06m : 04d 3 Belaras BT + 05m : 20d 4 Sapat LS BT + 06m : 48d 5 Sungai Piring LS BT + 06m : 52d 30

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu Al-daqaiq al-tamkiniyyah (Ar.) : Tenggang waktu yang diperlukan oleh Matahari sejak piringan atasnya menyentuh ufuk hakiki sampai terlepas dari ufuk mar i Altitude (ing) Bayang Asar Bujur tempat Deklinasi

Lebih terperinci

APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT

APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT Disampaikan pada : Kegiatan Pembinaan dan Orientasi Hisab Rukyat Hisab dan Rukyat di Lingkungan PA/MA Direktorat Pranata dan Tata Laksana Perkara Perdata

Lebih terperinci

Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H

Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H Hisab Awal Bulan Sistem Ephemeris 1 Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H Kota Penentuan Brisbane Lintang tempat (φ) = 27 28' 45 LS Bujur tempat (λ) = 153 1 ' 40 BT Tinggi tempat =... 10 meter di atas laut 0.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB 1. Analisis Metode Hisab Irtifa Hilal Menurut Sistem Almanak Nautika Dalam hisab awal bulan Qamariyah, hasil ketinggian

Lebih terperinci

PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT DATA EPHEMERIS HISAB RUKYAT Sriyatin Shadiq Al Falaky

PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT DATA EPHEMERIS HISAB RUKYAT Sriyatin Shadiq Al Falaky 2 PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT DATA EPHEMERIS HISAB RUKYAT Sriyatin Shadiq Al Falaky Contoh Perhitungan Awal Waktu Shalat dengan Data Ephemeris Hisab Rukyat (Hisabwin Version 1.0/1993 atau Winhisab Version

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam Pembuatan Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa Saādoe ddin

Lebih terperinci

CONTOH PERHITUNGAN AWAL BULAN QAMARIAH

CONTOH PERHITUNGAN AWAL BULAN QAMARIAH CNTH PERHITUNGAN AWAL BULAN QAMARIAH I. AYAT Al-QUR'AN DAN HADITS TENTANG BULAN QAMARIAH, PUASA DAN IDUL-FITHRI ( Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah

Lebih terperinci

METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN TEODOLIT

METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN TEODOLIT METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN TEODOLIT (Pendekatan Sistem Koordinat Geografik dan Ellipsoid) Oleh : Akhmad Syaikhu A. PERSIAPAN Untuk melakukan pengukuran arah kiblat suatu tempat atau kota dengan

Lebih terperinci

Telaah Matematis pada Penentuan Awal Bulan Qomariyah Berdasarkan Metode Ephemeris Hisab Rukyat

Telaah Matematis pada Penentuan Awal Bulan Qomariyah Berdasarkan Metode Ephemeris Hisab Rukyat Telaah Matematis pada Penentuan Awal Bulan Qomariyah Berdasarkan Metode Ephemeris Hisab Rukyat Dyah Worowirastri Ekowati Universitas Muhammadiyah Malang dyah_umm@yahoo.com Abstrac The problem of determining

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013 BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013 A. Konsep Penentuan Arah Kiblat Dengan Theodolit Dalam Buku Ephemeris Hisab Rukyat 2013 Konsep penentuan

Lebih terperinci

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain BAB IV ANALISIS FUNGSI DAN KEDUDUKAN DEKLINASI BULAN DAN LINTANG TEMPAT DALAM MENGHITUNG KETINGGIAN HILAL DALAM KITAB SULLAM AN-NAYYIRAIN DAN ALMANAK NAUTIKA A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi

Lebih terperinci

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB A. Gerak Semu Benda Langit Bumi kita berputar seperti gasing. Ketika Bumi berputar pada sumbu putarnya maka hal ini dinamakan

Lebih terperinci

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( ) TATA KOORDINAT BENDA LANGIT Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah (4201412051) 2. Winda Yulia Sari (4201412094) 3. Yoga Pratama (42014120) 1 bintang-bintang nampak beredar dilangit karena bumi berotasi. Jika

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah. Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016

BAB IV ANALISIS. A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah. Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016 BAB IV ANALISIS A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016 1. Landasan Normatif Ada beberapa nash yang menjelaskan tentang waktu-waktu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek Sebagian ahli Falak menyatakan bahwa arah kiblat adalah jarak terdekat, berupa garis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam Kitab Ṡamarāt al-fikar 1. Hisab Waktu Salat Kitab

Lebih terperinci

5. BOLA LANGIT 5.1. KONSEP DASAR SEGITIGA BOLA

5. BOLA LANGIT 5.1. KONSEP DASAR SEGITIGA BOLA 5. BOLA LANGIT 5.1. KONSEP DASAR SEGITIGA BOLA Tata koordinat yang kita kenal umumnya adalah jenis Kartesian (Cartesius) yang memakai sumbu X dan Y. Namun dalam astronomi, koordinat ini tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam 82 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit Mawaaqit merupakan salah satu contoh

Lebih terperinci

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Disampaikan pada Diseminasi Hisab Rukyat di BPPR- LAPAN Pameungpeuk 30 Juli 2011

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA A. Analisis Metode Penggunaan Bintang Sebagai Penunjuk Arah Kiblat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN KETINGGIAN HILAL PERSPEKTIF ALMANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN KETINGGIAN HILAL PERSPEKTIF ALMANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN KETINGGIAN HILAL PERSPEKTIF ALMANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS 1. Analisis Metode Perhitungan Irtifa al-hilal Perspektif Sistem Almanak Nautika Irtifâ al-hilâl, sesuai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam Kitab Irsyâd al-murîd 1. Metode hisab awal waktu salat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI 2001 A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001 Sistem hisab waktu salat di Indonesia sangat beragam dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG A. Analisis Metode Penentuan Awal Waktu Salat dengan Jam Bencet Karya K. Mishbachul Munir

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU A. Analisis Metode dan Dasar Penentuan Hisab Awal Bulan Kamariah Qotrun Nada dalam Kitab Methoda Al-Qotru Hisab

Lebih terperinci

(Fenomena Matahari di Atas Ka bah) Pandapotan Harahap NIM: Abstrak

(Fenomena Matahari di Atas Ka bah) Pandapotan Harahap NIM: Abstrak MENENTUKAN ARAH KE SEBUAH KOTA DAN MENGHITUNG JARAK DUA BUAH KOTA MEAUI BAYANG-BAYANG TONGKAT OEH MATAHARI (Fenomena Matahari di Atas Ka bah) Pandapotan Harahap NIM: 765 Progran Studi Pengajaran Fisika

Lebih terperinci

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus Sundial Mizwala Qibla Finder Sundial adalah instrumen penunjuk waktu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode Pengukuran Arah Kiblat Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ILMU FALAK I. Dosen Pengampu : H. ACHMAD MULYADI, M.Ag. ajar Ilmu Falak 11

BAHAN AJAR ILMU FALAK I. Dosen Pengampu : H. ACHMAD MULYADI, M.Ag. ajar Ilmu Falak 11 BAHAN AJAR ILMU FALAK I Dosen Pengampu : H. ACHMAD MULYADI, M.Ag. didik@bahan ajar Ilmu Falak 11 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PAMEKASAN 2015 PENENTUAN ARAH KIBLAT A. MODEL-MODEL PENENTUAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat dalam Kitab Ilmu Falak Methoda Al- Qotru Salat adalah ibadah

Lebih terperinci

)فتح الباري البن حجر - ج / 2 ص 311(

)فتح الباري البن حجر - ج / 2 ص 311( CONTOH PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT A. AYAT-AYAT AL-QUR'AN DAN HADITS TENTANG WAKTU SHALAT )النساء )13 الباري البن حجر )فتح - ج / 2 ص )311 )فتح الباري البن حجر - ج / 2 ص 311( B. PERHITUNGAN AWAL WAKTU

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT A. Analisis Bencet di Pondok Pesantren Al-Mahfudz Seblak Diwek Jombang. 1.

Lebih terperinci

BAB IV UJI AKURASI AWAL WAKTU SHALAT SHUBUH DENGAN SKY QUALITY METER. 4.1 Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh dengan Sky Quality Meter : Analisis

BAB IV UJI AKURASI AWAL WAKTU SHALAT SHUBUH DENGAN SKY QUALITY METER. 4.1 Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh dengan Sky Quality Meter : Analisis 63 BAB IV UJI AKURASI AWAL WAKTU SHALAT SHUBUH DENGAN SKY QUALITY METER 4.1 Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh dengan Sky Quality Meter : Analisis dan Interpretasi Data Pengamatan kecerlangan langit menggunakan

Lebih terperinci

BAB II HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN ARAH KIBLAT

BAB II HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN ARAH KIBLAT 9 BAB II HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN ARAH KIBLAT A. Lingkaran Besar (Great Circle) dan Lingkaran Kecil (Small circle). Pada dasarnya bola bumi terbentuk oleh dua macam lingkaran, yaitu lingkaran besar

Lebih terperinci

BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH

BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH A. Pengertian Awal Bulan Qamariyah Penanggalan adalah sistem satuan satuan ukuran waktu yang digunakan untuk mencatat peristiwa peristiwa penting, baik mengenai kehidupan

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

Meridian Greenwich. Bujur

Meridian Greenwich. Bujur 5. TATA KOORDINAT Dalam astronomi, amatlah penting untuk memetakan posisi bintang atau benda langit lainnya, dan menerapkan system koordinat untuk membakukan posisi tersebut. Prinsip dasarnya sama dengan

Lebih terperinci

MEMBUAT PROGRAM APLIKASI FALAK DENGAN CASIO POWER GRAPHIC fx-7400g PLUS Bagian II : Aplikasi Perhitungan untuk Penggunaan Teodolit

MEMBUAT PROGRAM APLIKASI FALAK DENGAN CASIO POWER GRAPHIC fx-7400g PLUS Bagian II : Aplikasi Perhitungan untuk Penggunaan Teodolit MEMBUAT PROGRAM APLIKASI FALAK DENGAN CASIO POWER GRAPHIC fx-7400g PLUS Bagian II : Aplikasi Perhitungan untuk Penggunaan Teodolit Kalkulator sangat membantu proses perhitungan, apalagi jika memakai rumusrumus

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH A. Analisis Metode Perhitungan dan Penyusunan Jadwal Waktu Salat Pada jaman dahulu, penentuan waktu-waktu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS 150 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS Pada bab ini, penulis akan menganalisis tentang sistem hisab Almanak Nautika dan Astronomical

Lebih terperinci

PENENTUAN AWAL AKHIR WAKTU SHOLAT

PENENTUAN AWAL AKHIR WAKTU SHOLAT PENENTUAN AWAL AKHIR WAKTU SHOLAT Sholat 5 waktu sehari semalam adalah kewajiban setiap muslim/at dan salah satu rukun Islam. Sholat adalah amalan yang pertama kali dihisab di hari akhir. Jika sholat seorang

Lebih terperinci

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS Bagian III : Menghitung Deklinasi Matahari dan Equation of Time A. Pendahuluan Yang disebut dengan deklinasi (declination) adalah jarak sudut antara sebuah

Lebih terperinci

Halaman Jud ul. Oleh. Drs. H. Nabhan Maspoetra, MM

Halaman Jud ul. Oleh. Drs. H. Nabhan Maspoetra, MM Halaman Jud ul Oleh Drs. H. Nabhan Maspetra, MM I. PENDAHULUAN II. AYATAYAT ALQUR'AN DAN HADITS TENTANG WAKTU SHALAT )النساء( )فتح الباري البن حجر ج / 2 ص( 1 )فتح الباري البن حجر ج / ص( B. RUMUS PERHITUNGAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HISAB WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN

BAB IV ANALISIS HISAB WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN BAB IV ANALISIS HISAB WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN A. Analisis Perhitungan Waktu Salat dalam Kitab Ilmu Falak dan Hisab karya K.R. Muhammad Wardan Salat adalah

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PERHITUNGAN AL-MANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS. 1. Sekilas Tentang Sistem Almanak Nautika

BAB III SISTEM PERHITUNGAN AL-MANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS. 1. Sekilas Tentang Sistem Almanak Nautika BAB III SISTEM PERHITUNGAN AL-MANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS 1. Tinjauan Umum Sistem Almanak Nautika 1. Sekilas Tentang Sistem Almanak Nautika Almanak Nautika adalah almanak kelautan yang diterbitkan oleh

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT

METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT SINOPSIS Disusun oleh: Slamet Hambali. 085112075 PROGRAM MAGISTR INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UJI VERIFIKASI PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT ZUBAIR UMAR AL-JAILANI DALAM KITAB AL-KHULASAH AL-WAFIYAH

BAB IV ANALISIS UJI VERIFIKASI PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT ZUBAIR UMAR AL-JAILANI DALAM KITAB AL-KHULASAH AL-WAFIYAH BAB IV ANALISIS UJI VERIFIKASI PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT ZUBAIR UMAR AL-JAILANI DALAM KITAB AL-KHULASAH AL-WAFIYAH A. Analisis Metode Perhitungan Awal Waktu Salat KH. Zubair Umar Al- Jailani dalam Kitab

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN INDIKATOR JAM SHOLAT ABADI MENGGUNAKAN ATMEL 89S52

RANCANG BANGUN INDIKATOR JAM SHOLAT ABADI MENGGUNAKAN ATMEL 89S52 RANCANG BANGUN INDIKATOR JAM SHOLAT ABADI MENGGUNAKAN ATMEL 89S52 Ery Safrianti, Feranita, Romi Ardiles Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau e-mail : erysafrianti@yahoo.co.id ABSTRAK Sholat

Lebih terperinci

BAB III HISAB KETINGGIAN HILAL MENURUT KITAB SULLAM AN-NAYYIRAIN DAN ALMANAK NAUTIKA

BAB III HISAB KETINGGIAN HILAL MENURUT KITAB SULLAM AN-NAYYIRAIN DAN ALMANAK NAUTIKA BAB III HISAB KETINGGIAN HILAL MENURUT KITAB SULLAM AN-NAYYIRAIN DAN ALMANAK NAUTIKA A. Penyajian Data Hisab Ketinggian Hilal Menurut Kitab Sullam an- Nayyirain 1. Penyajian Data Hisab Ketinggian Hilal

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT Dalam tahap uji akurasi ini, analisis yang hendak penulis

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAH 2013

BAB III PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAH 2013 BAB III PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAH 2013 A. Ephemeris Hisab Rukyat Ephemeris Hisab Rukyat adalah sebuah buku yang berisi tabel Astronomi yaitu data Matahari

Lebih terperinci

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP HISAB RUKYAT WAKTU SALAT ASAR. A. Analisis Kedudukan Bayang-Bayang Matahari Awal Waktu Salat

BAB IV ANALISIS TERHADAP HISAB RUKYAT WAKTU SALAT ASAR. A. Analisis Kedudukan Bayang-Bayang Matahari Awal Waktu Salat 64 BAB IV ANALISIS TERHADAP HISAB RUKYAT WAKTU SALAT ASAR A. Analisis Kedudukan Bayang-Bayang Matahari Awal Waktu Salat Asar Beberapa Tempat di Kabupaten Semarang Penentuan salat lima waktu memerlukan

Lebih terperinci

Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris

Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris ROTASI DAN REVOLUSI BUMI Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris Bumi sebagai pusat tata surya Planet-planet (termasuk Mth.) berputar mengelilingi bumi Sambil mengelilingi Bumi, planet-planet bergerak melingkar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN LINGKARAN JAM TANGAN ANALOG. A. Prinsip Penentuan Arah Kiblat dengan Menggunakan Lingkaran Jam

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN LINGKARAN JAM TANGAN ANALOG. A. Prinsip Penentuan Arah Kiblat dengan Menggunakan Lingkaran Jam BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN LINGKARAN JAM TANGAN ANALOG A. Prinsip Penentuan Arah Kiblat dengan Menggunakan Lingkaran Jam Tangan Analog Sebagaimana yang telah dikemukakan pada pembahasan

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB NATIJAT AL MIQĀT KARYA AHMAD DAHLAN Al-TARMASI A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam Kitab Natijat al-miqāt Manusia mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM PROGRAM JAM WAKTU SALAT LED. A. Algoritma penentuan awal waktu Salat dalam Program Jam Waktu

BAB IV ANALISIS HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM PROGRAM JAM WAKTU SALAT LED. A. Algoritma penentuan awal waktu Salat dalam Program Jam Waktu BAB IV ANALISIS HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM PROGRAM JAM WAKTU SALAT LED A. Algoritma penentuan awal waktu Salat dalam Program Jam Waktu Salat Duwi Arsana LED Dalam bab III telah penulis jelaskan, bahwa

Lebih terperinci

BAB III SISTEM HISAB ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS. Astronomical Algortihms karya Jean Meeus. Pembahasan lebih memfokuskan

BAB III SISTEM HISAB ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS. Astronomical Algortihms karya Jean Meeus. Pembahasan lebih memfokuskan 53 BAB III SISTEM HISAB ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS Pada bab ini penulis akan membahas mengenai Almanak Nautika dan Astronomical Algortihms karya Jean Meeus. Pembahasan lebih

Lebih terperinci

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS Bagian III : Menghitung Deklinasi Matahari dan Equation of Time A. Pendahuluan Yang disebut dengan deklinasi (declination) adalah jarak sudut antara sebuah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE HISAB WAKTU SALAT DALAM PROGRAM SHOLLU VERSI 3.10

BAB IV ANALISIS METODE HISAB WAKTU SALAT DALAM PROGRAM SHOLLU VERSI 3.10 BAB IV ANALISIS METODE HISAB WAKTU SALAT DALAM PROGRAM SHOLLU VERSI 3.10 A. Analisis Metode Hisab Waktu Salat Program Shollu Versi 3.10 Karya Ebta Setiawan Sistem hisab waktu salat di Indonesia sangat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE RASHDUL KIBLAT BULAN AHMAD GHOZALI DALAM KITAB JAMI U AL-ADILLAH

BAB IV ANALISIS METODE RASHDUL KIBLAT BULAN AHMAD GHOZALI DALAM KITAB JAMI U AL-ADILLAH BAB IV ANALISIS METODE RASHDUL KIBLAT BULAN AHMAD GHOZALI DALAM KITAB JAMI U AL-ADILLAH A. Analisis Metode Rashdul Kiblat Bulan. Data adalah kunci utama untuk melihat keakuratan sebuah perhitungan, ketika

Lebih terperinci

MAKALAH ISLAM Waktu Praktis Penentuan Arah Kiblat

MAKALAH ISLAM Waktu Praktis Penentuan Arah Kiblat MAKALAH ISLAM Waktu Praktis Penentuan Arah Kiblat 23 Mai 2014 Makalah Islam Waktu Praktis Penentuan Arah Kiblat Disusun oleh : Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag (Kasubdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Kemenag

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beraktifitas pada malam hari. Terdapat perbedaan yang menonjol antara siang

BAB I PENDAHULUAN. beraktifitas pada malam hari. Terdapat perbedaan yang menonjol antara siang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap hari manusia disibukkan dengan rutinitas pekerjaan ataupun aktifitas lainya, ada yang beraktifitas pada siang hari dan ada pula yang beraktifitas pada malam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat dalam Kitab Anfa

Lebih terperinci

BAB IV UJI KOMPARASI DAN EVALUASI QIBLA LASER SEBAGAI ALAT PENENTU ARAH KIBLAT. A. Konsep Penentuan Arah Kiblat Dengan Qibla Laser Setiap Saat Dengan

BAB IV UJI KOMPARASI DAN EVALUASI QIBLA LASER SEBAGAI ALAT PENENTU ARAH KIBLAT. A. Konsep Penentuan Arah Kiblat Dengan Qibla Laser Setiap Saat Dengan BAB IV UJI KOMPARASI DAN EVALUASI QIBLA LASER SEBAGAI ALAT PENENTU ARAH KIBLAT A. Konsep Penentuan Arah Kiblat Dengan Qibla Laser Setiap Saat Dengan Menggunakan Matahari dan Bulan Benda langit yang paling

Lebih terperinci

BAB III DALAM PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA. Radjo adalah salah seeorang ahli falak kelahiran Bukittinggi (29 Rabi ul Awal

BAB III DALAM PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA. Radjo adalah salah seeorang ahli falak kelahiran Bukittinggi (29 Rabi ul Awal BAB III KONSEP HISAB AWAL WAKTU SALAT SAĀDOE DDIN DJAMBEK DALAM PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA A. Biografi Intelektual Saādoe ddin Djambek Saādoe ddin Djambek atau yang dikenal dengan datuk Sampono

Lebih terperinci

Kapan Idul Adha 1436 H?

Kapan Idul Adha 1436 H? Kapan Idul Adha 1436 H? Hari Raya Idul Adha 1436 H diprediksi akan kembali berbeda setelah Ramadhan 1436 H dan Syawwal 1436 H bisa serempak dirayakan ummat Islam di Indonesia. Penyebabnya karena posisi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Pantai Kartini Jepara

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Pantai Kartini Jepara BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Pantai Kartini Jepara sebagai Tempat Pengamatan Hilal (Rukyat Al-Hilal) Terdapat

Lebih terperinci

ALGORITMA PENENTUAN HARI BERBASIS KPK

ALGORITMA PENENTUAN HARI BERBASIS KPK ALGORITMA PENENTUAN HARI BERBASIS KPK Oleh: Habib Asyrafy ABSTRAK Kita merasa perlu untuk menentukan hari jika diketahui tanggal bulan dan tahunnya. Lewat pola-pola yang telah diketahui sebelumnya kita

Lebih terperinci

BAB III SISTEM HISAB ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB. Pada bab ini kajian yang akan penulis kemukakan adalah penjelasan

BAB III SISTEM HISAB ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB. Pada bab ini kajian yang akan penulis kemukakan adalah penjelasan BAB III SISTEM HISAB ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB Pada bab ini kajian yang akan penulis kemukakan adalah penjelasan mengenai sistem hisab Almanak Nautika dan Newcomb, yang lebih terfokus pada kajian hisab

Lebih terperinci

ALMANAK KALENDER TAHUN 2017 LEMBAGA FALAKIYAH PWNU JAWA TIMUR

ALMANAK KALENDER TAHUN 2017 LEMBAGA FALAKIYAH PWNU JAWA TIMUR ALMANAK KALENDER TAHUN 2017 PWNU Keterangan Hisab : - Perhitungan kalender hijriyah qamariyah berdasarkan metode Al-Durru Al-Aniqu dengan markas Condrodipo, Gresik : 112 37' 3.5 BT dan 7 10' 11,1 LS. Tinggi:

Lebih terperinci

AS Astronomi Bola. Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung

AS Astronomi Bola. Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung AS 2201 - Astronomi Bola Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung PENDAHULUAN Menjelaskan posisi benda langit pada bola langit.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN HISAB ARAH KIBLAT KH. NOOR AHMAD SS DALAM KITAB SYAWAARIQUL ANWAAR

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN HISAB ARAH KIBLAT KH. NOOR AHMAD SS DALAM KITAB SYAWAARIQUL ANWAAR BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN HISAB ARAH KIBLAT KH. NOOR AHMAD SS DALAM KITAB SYAWAARIQUL ANWAAR A. Analisis metode hisab arah kiblat KH. Noor Ahmad SS dalam kitab Syawaariqul Anwaar. Rasa keingintahuan manusia

Lebih terperinci

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM 10 AGUSTUS 2010 PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1431 H

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM 10 AGUSTUS 2010 PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1431 H INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM 10 AGUSTUS 2010 PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1431 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi

Lebih terperinci

BAB III HASIL STUDI LAPANGAN

BAB III HASIL STUDI LAPANGAN BAB III HASIL STUDI LAPANGAN A. Profil Masjid Baitur Rohim Masjid Baitur Rohim ini dibangun di atas tanah seluas 27 x 40 m² dengan lebar 24 meter dan panjang 30 meter. Serta dibangun tepat di sebelah barat

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT, 31 JANUARI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AKHIR 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT, 31 JANUARI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AKHIR 1435 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT, 31 JANUARI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AKHIR 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

PENANGGALAN SYAMSIYAH DAN QAMARIYAH

PENANGGALAN SYAMSIYAH DAN QAMARIYAH 1 PENANGGALAN SYAMSIYAH DAN QAMARIYAH Dimaklumi bersama bahwa ilmu astronomi sekarang menganut teori Heliosentris (Helio = matahari, sentris = pusat). Heliosentris adalah teori bahwa matahari sebagai pusat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. beberapa kesimpulan yang akan penulis uraikan. 1. Perhitungan Awal Waktu Salat dalam Aplikasi Digital Falak

BAB V PENUTUP. beberapa kesimpulan yang akan penulis uraikan. 1. Perhitungan Awal Waktu Salat dalam Aplikasi Digital Falak BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan analisis yang penulis jelaskan di atas maka, penulis membuat beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari pokok permasalahan sebelumnya, berikut ini beberapa

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.2

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.2 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.2 1. Pergerakan bumi sebagai benda angkasa yang menempuh waktu 365 hari disebut. gerak presesi gerak rotasi gerak revolusi gerak

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 14 NOVEMBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1434 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 14 NOVEMBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1434 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 14 NOVEMBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1434 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH 1. Analisis Komparasi Metode Penentuan Awal Ramadan, Syawal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet Pada dasarnya azimut planet adalah busur yang diukur dari titik Utara

Lebih terperinci

SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT. Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya:

SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT. Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya: SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya: Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit[96],

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 24 SEPTEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 24 SEPTEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1435 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 24 SEPTEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

BAB VII PRAKTIK RUKYAT HILAL

BAB VII PRAKTIK RUKYAT HILAL BAB VII PRAKTIK RUKYAT HILAL A. Pengertian Praktik merupakan aplikasi dari wawasan, pengetahuan dan tata cara melakukan sesuatu. Praktik Rukyatul Hilal adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara empirik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE BAYANG-BAYANG AZIMUTH TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID BAITUR ROHIM

BAB IV ANALISIS METODE BAYANG-BAYANG AZIMUTH TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID BAITUR ROHIM BAB IV ANALISIS METODE BAYANG-BAYANG AZIMUTH TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID BAITUR ROHIM A. Analisis Terhadap Penentuan Arah Kiblat Masjid Baitur Rohim Penentuan arah kiblat yang terjadi sebanyak tiga kali

Lebih terperinci

Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY

Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY Dafatar Isi Bumi dalam Bola Langit Tata Surya Sistem Bumi-Bulan Gerak Planet dan Satelit Fisika Bintang Evolusi Bintang Galaksi Struktur Jagad Raya Bumi dan

Lebih terperinci

1 ZULHIJJAH 1430 HIJRIYYAH DI INDONESIA Dipublikasikan Pada Tanggal 11 November 2009

1 ZULHIJJAH 1430 HIJRIYYAH DI INDONESIA Dipublikasikan Pada Tanggal 11 November 2009 Risalah Elektronik RHI Nomor 2 Volume I Tahun 13 H 1 ZULHIJJAH 13 HIJRIYYAH DI INDONESIA Dipublikasikan Pada Tanggal 11 November 29 I. PENDAHULUAN Sistem kalender yang digunakan Umat Islam, selanjutnya

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 16 OKTOBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1433 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 16 OKTOBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1433 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 16 OKTOBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1433 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

Unifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari

Unifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari Unifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta siknanazmi@yahoo.com/susiknanazhari69@gmail.com +6285868606911/www.museumastronomi.com 1 Peristiwa Syawal 1428 Idul

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 5 OKTOBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1434 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 5 OKTOBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1434 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 5 OKTOBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1434 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOE DDIN DJAMBEK TENTANG PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOE DDIN DJAMBEK TENTANG PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOE DDIN DJAMBEK TENTANG PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH A. Analisis Algoritma Hisab Awal Bulan Kamariah Saadoe ddin Djambek Istilah algoritma 1 memang umum dikenal dalam ilmu

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA DALAM. pada hari Kamis Kliwon, tanggal 14 Desember 1932 M/ 19 Rajab 1351 H.

BAB III PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA DALAM. pada hari Kamis Kliwon, tanggal 14 Desember 1932 M/ 19 Rajab 1351 H. BAB III PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA DALAM KITAB SYAWARIQ AL-ANWAR A. Biografi Intelektual KH. Noor Ahmad SS KH. Noor Ahmad SS adalah seorang ahli falak. Ia lahir di Jepara pada hari Kamis

Lebih terperinci

ZAARI BIN MOHAMAD HBSC4203_V2 - EARTH AND SPACE / BUMI DAN ANGKASA BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN

ZAARI BIN MOHAMAD HBSC4203_V2 - EARTH AND SPACE / BUMI DAN ANGKASA BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN Seperti yang kita ketahui, selain planet bumi, di alam semesta terdapat banyak lagi benda-benda lain di langit. Kenampakan objek-objek samawi lain di langit yang umumnya

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 10 FEBRUARI 2013 M PENENTU AWAL BULAN RABI UTS TSANI 1434 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 10 FEBRUARI 2013 M PENENTU AWAL BULAN RABI UTS TSANI 1434 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 10 FEBRUARI 2013 M PENENTU AWAL BULAN RABI UTS TSANI 1434 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT A. Analisis Istiwaaini Dalam Penentuan Arah Kiblat Slamet Hambali menjelaskan bahwa Istiwaaini adalah

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 18 AGUSTUS 2012 M PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1433 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 18 AGUSTUS 2012 M PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1433 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 18 AGUSTUS 2012 M PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1433 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 4 NOVEMBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 4 NOVEMBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1435 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 4 NOVEMBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 13 OKTOBER 2015 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1437 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 13 OKTOBER 2015 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1437 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 13 OKTOBER 2015 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1437 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci