PEDOMAN RESTRUKTURISASI PROGRAM DAN KEGIATAN KATA PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN RESTRUKTURISASI PROGRAM DAN KEGIATAN KATA PENGANTAR"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) harus memuat; (i) Strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, dan (ii) Rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Amanat tersebut yang menegaskan agar penyusunan strategi pembangunan nasional memperhitungkan kerangka pendanaan, merupakan wujud dari salah satu tujuan Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. Dalam rangka menjamin konsistensi tersebut, maka penyusunan RPJMN harus memperhatikan arahan di dalam Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara berkenaan dengan penerapan penganggaran berbasis kinerja (Performance Based Budgeting), berjangka menengah (Medium Term Expenditure Framework) dan terpadu (Unified Budgeting). Dalam implementasinya, perencanaan dan penganggaran seperti yang diamanatkan di atas masih belum sepenuhnya dilaksanakan. Hal ini dapat terlihat seperti; (i) Belum digunakannya resource envelope sebagai landasan penyusunan RPJMN dan Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra K/L), dan (ii) Program dan Kegiatan beserta indikator kinerjanya belum sepenuhnya dapat digunakan sebagai alat ukur efektifitas pencapaian sasaran pembangunan, efisiensi belanja, dan akuntabilitas kinerja. Sebagai langkah awal, diperlukan upaya penyempurnaan struktur Program dan Kegiatan Kementerian Negara/Lembaga. Untuk itulah Pedoman Penyusunan Program dan Kegiatan ini disusun. Hasil dari restrukturisasi Program dan Kegiatan tersebut akan diimplementasikan dalam penyusunan RPJMN dan Renstra K/L Jakarta, Juni 2009 K a t a P e n g a n t a r i

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 LATAR BELAKANG Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Permasalahan Saat Ini... 3 TUJUAN Tujuan Umum Tujuan Khusus SASARAN RUANG LINGKUP LANDASAN HUKUM... 5 BAB II PENDEKATAN RESTRUKTURISASI PROGRAM DAN KEGIATAN PRINSIP RESTRUKTURISASI PROGRAM... 7 ARSITEKTUR PROGRAM Struktur Arsitektur Program Struktur Organisasi Struktur Anggaran Struktur Perencanaan Kebijakan Struktur Manajemen Kinerja INDIKATOR KINERJA Kriteria Penyusunan Indikator Kinerja Target Indikator Kinerja Informasi Indikator Kinerja Daftar Gambar ii

4 BAB III PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN PENYUSUNAN PROGRAM Pertimbangan Penyusunan Program Definisi dan Jenis Program Langkah Langkah Penyusunan Program PENYUSUNAN KEGIATAN Definisi dan Jenis Kegiatan Langkah Langkah Penyusunan Kegiatan REKAPITULASI PROGRAM DAN KEGIATAN BAB IV PENUTUP Lampiran 1 Formulir Formulir Lampiran 2 Petunjuk Pengisian Formulir Lampiran 3 Contoh Pengisian Formulir Lampiran 4 Contoh Indikator Program Program Generik Lampiran 5 Frequently Asked Question D a f t a r G a m b a r iii

5 DAFTAR GAMBAR Diagram II.1 Bagan Arsitektur Program... 8 Diagram II.2 Bagan Informasi Kinerja Diagram III.1 Bagan Tahap Penyusunan Program dan Kegiatan Diagram III.2 Bagan Alir Penyusunan Program dan Kegiatan Diagram III.3 Bagan Arsitektur Program Bagi Lembaga Tinggi Negara Diagram III.4 Bagan Arsitektur Program Bagi Departemen Diagram III.5 Bagan Arsitektur Program Bagi Kementerian Negera dan Kementerian Koordinator Diagram III.6 Bagan Arsitektur Program Bagi LPND dan Lembaga Non Struktural Diagram III.7 Langkah Penyusunan Program Diagram III.8 Langkah Penyusunan Kegiatan Daftar Gambar iv

6 DAFTAR TABEL Tabel III.1 Program Program Dasar Unit Organisasi Bersifat Pelayanan Internal Daftar Tabel v

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Reformasi perencanaan dan penganggaran diawali dengan diterbitkannya peraturan perundang undangan seperti Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Peraturan perundang undangan tersebut telah dilengkapi dengan PP Nomor 20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP), PP Nomor 21/2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA K/L), PP Nomor 39/2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan PP Nomor 40/2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional yang menekankan pada perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja (Performance Based Budgeting 1 ), berjangka menengah (Medium Term Expenditure Framework 2 ) dan sistem penganggaran terpadu (Unified Budgeting 3). Perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja, berjangka menengah serta penganggaran terpadu merupakan perwujudan dari pelaksanaan tiga prinsip pengelolaan keuangan publik (Public Financial Management), yaitu; (i) Kerangka Kebijakan Fiskal Jangka 1 Mekanisme dalam meningkatkan manfaat sumber daya yang dianggarkan ke sektor publik terhadap pencapaian hasil (outcome) dan keluaran (output) melalui key performance indicators (KPI) yang terkait dengan 3 (tiga) hal yaitu (i) Pengukuran kinerja, (ii) Pengukuran biaya untuk menghasilkan penggunaan informasi kinerja outcome dan output, serta (iii) Penilaian keefektifan dan efisiensi belanja dengan berbagai alat analisis 2 Pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju 3 Penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana B a b I P e n d a h u l u a n 1

8 Menengah (Medium Term Fiscal Framework 4 ) yang dilaksanakan secara konsisten (aggregate fiscal disciplin); (ii) Alokasi pada prioritas untuk mencapai manfaat yang terbesar dari dana yang terbatas (allocative efficiency) yaitu melalui penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework) yang terdiri dari penerapan Prakiraan Maju (Forward Estimates 5 ), Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting), dan Anggaran Terpadu (Unified Budget); dan (iii) Efisiensi dalam pelaksanaan dengan meminimalkan biaya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan (technical and operational efficiency). Perencanaan dan penganggaran seperti dimaksudkan di atas masih belum sepenuhnya dilaksanakan, seperti; (i) Belum digunakannya resource envelope sebagai landasan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) dan Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra K/L), dan (ii) Program dan kegiatan beserta indikator kinerjanya belum sepenuhnya dapat digunakan sebagai alat ukur efektifitas pencapaian sasaran pembangunan, efisiensi belanja, dan akuntabilitas kinerja. Agar penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM), Anggaran Berbasis Kinerja, dan Anggaran Terpadu dapat dioptimalkan, diperlukan suatu upaya untuk menata kembali struktur program dan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga (restrukturisasi program dan kegiatan). Restrukturisasi program dan kegiatan tersebut bertujuan mewujudkan perencanaan yang berorientasi kepada hasil (outcome) dan keluaran (output) sebagai dasar; (i) Penerapan akuntabilitas Kabinet, dan (ii) Penerapan akuntabilitas kinerja Kementerian Negara/Lembaga 6. Hasil dari restrukturisasi program dan kegiatan tersebut akan diimplementasikan dalam penyusunan RPJMN dan Renstra K/L Pendekatan penyusunan prakiraan resource envelope (ketersediaan anggaran) dalam jangka menengah yang sesuai dengan tujuan kebijakan fiskal jangka menengah (menjaga kesinambungan fiskal/fiscal sustainability) 5 Perhitungan kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya 6 Pembahasan lebih lanjut dapat dilihat pada Bab 2 Pedoman ini B a b I P e n d a h u l u a n 2

9 1.1.2 Permasalahan Saat Ini Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan struktur program dan kegiatan dalam proses perencanaan dan penganggaran antara lain sebagai berikut: 1. Program disusun dengan pendekatan input based. Program seringkali disusun berdasarkan line item (rincian belanja) dan bukan dalam bentuk kegiatan yang berorientasi pada keluaran (output), sehingga kurang terlihat keterkaitan dengan hasil ( outcome) yang diharapkan. 2. Program digunakan oleh beberapa Kementerian Negara/Lembaga (K/L). Program yang digunakan oleh beberapa K/L dilaksanakan tanpa pembagian kerja dan indikator yang jelas sehingga tidak dapat diukur pencapaian dan akuntabilitas kinerja program. 3. Program memiliki tingkatan yang sama atau lebih rendah dibanding kegiatan. Pendefinisian program terlalu sempit sehingga kinerja program (outcomes) sama dengan atau lebih rendah dari kinerja kegiatan (output). 4. Program memiliki tingkat kinerja yang terlalu luas Pendefinisian tingkat kinerja program terlalu luas yang tidak dalam tataran hasil (outcome) namun lebih pada tataran dampak (impact), sehingga tidak dapat dijelaskan oleh pencapaian kinerja kegiatan kegiatannya (output). 5. Program tidak terkait secara langsung dengan kegiatankegiatannya. Masih ditemui adanya beberapa keluaran (output) dari kegiatankegiatan yang tidak berkaitan dengan pencapaian kinerja program (outcome). Pada hakekatnya, kegiatan merupakan wujud dari pelaksanaan suatu program, sehingga keluaran dari kegiatan tersebut seharusnya berkontribusi secara langsung terhadap pencapaian sasaran program. B a b I P e n d a h u l u a n 3

10 6. Program untuk menampung biaya pengelolaan administrasi K/L (overhead cost) masih beragam Biaya pengelolaan administrasi (overhead cost) seringkali masih berada pada program program yang beragam sehingga sulit untuk mengukur besaran biaya pengelolaan administrasi dari suatu K/L. Program program pengelolaan administrasi seharusnya berada pada satu program yang seragam. 7. Program program generik seperti Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur dan Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik masih digunakan untuk menampung biaya biaya pengelolaan administrasi dari kebijakan teknis. Program program yang bersifat generik yang seharusnya hanya digunakan oleh unit yang memberikan pelayanan internal pemerintah, seringkali juga digunakan oleh unit teknis yang melakukan pelayanan eksternal kepada masyarakat. Hal ini menyebabkan sulitnya mengukur efektivitas pendanaan bagi pelaksanaan program program yang bersifat pelayanan langsung (eksternal) dikarenakan biaya pengelolaan administrasi dipisah dengan biaya untuk menghasilkan barang dan jasa. Contoh penerapan yang benar: Kegiatan Pembangunan Kantor Pelayanan Pajak (bersifat pelayanan eksternal) dimasukkan dalam kategori Program Peningkatan dan Pengamanan Penerimaan Negara (Program Teknis) dan bukan kedalam kategori Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur (Program Generik). 1.2 TUJUAN Tujuan Umum 1. Mempersiapkan Program dan Kegiatan yang akan digunakan dalam penyusunan RPJMN dan Renstra K/L serta RKP, Renja K/L, RKA K/L dan DIPA 2. Meletakkan prinsip dasar dalam penerapan Anggaran Berbasis Kinerja B a b I P e n d a h u l u a n 4

11 3. Meningkatkan akuntabilitas kinerja organisasi, dan 4. Melaksanakan transparansi dalam proses perencanaan dan penganggaran Tujuan Khusus Sebagai petunjuk bagi K/L dalam persiapan restrukturisasi program dan kegiatan berdasarkan Prinsip Akuntabilitas Kinerja Organisasi. Hasil restrukturisasi program dan kegiatan akan diimplementasikan dalam penyusunan RPJMN dan Renstra K/L SASARAN Mewujudkan upaya meletakkan landasan bagi sistem perencanaan dan penganggaran yang mampu menjamin arah pembangunan secara berkesinambungan dan memiliki akuntabilitas kinerja yang terukur. 1.4 RUANG LINGKUP Ruang lingkup materi Pedoman Penyusunan Program dan Kegiatan adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan penyusunan program dan kegiatan K/L beserta indikator kinerjanya, dan 2. Mekanisme penyusunan program dan kegiatan K/L beserta indikator kinerjanya. 1.5 LANDASAN HUKUM Penyusunan program dan kegiatan ini dilandasi oleh peraturan perundangan yang berlaku, terutama: 1. UU 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, 2. UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencananan Pembangunan Nasional (SPPN), B a b I P e n d a h u l u a n 5

12 3. PP Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP), 4. PP Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA K/L), 5. PP Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan P Evaluasi Pelaksanaan Rencana embangunan, dan 6. PP Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional. B a b I P e n d a h u l u a n 6

13 BAB II PENDEKATAN RESTRUKTURISASI PROGRAM DAN KEGIATAN 2.1 PRINSIP RESTRUKTURISASI PROGRAM DAN KEGIATAN Pendekatan restrukturisasi program dan kegiatan mengacu pada 2 (dua) prinsip dasar, yaitu: Prinsip Akuntabilitas Kinerja Kabinet (Perencanaan Kebijakan/Policy Planning) Terdapat keterkaitan yang jelas antara program dan kegiatan dengan upaya pencapaian Sasaran Pembangunan Nasional sesuai dengan platform ( Agend a) Kabinet/ Pemerintah. Penyusunannya akan dilakukan melalui Proses Teknokratis (dipersiapkan oleh jajaran birokrasi pemerintahan) yang kemudian disesuaikan dengan Proses Politis (menerjemahkan visi dan misi (platform) Presiden terpilih). Prinsip Akuntabilitas Kinerja Organisasi 7 (Struktur Organisasi dan Struktur An ggaran) Terdapat keterkaitan yang jelas antara Tupoksi Organisasi (Struktur Organisasi) dengan struktur program dan kegiatan (Struktur Anggaran). Kedua prinsip ini ditujukan untuk meningkatkan keterkaitan antara pendanaan dengan akuntabilitas kinerja, baik di Tingkat Kabinet/Pemerintah (Prinsip Akuntabilitas Kinerja Kabinet) maupun di Tingkat K/L (Prinsip Akuntabilitas Kinerja Organisasi). Rincian prinsip restrukturisasi program dan kegiatan dapat dilihat pada penjabaran Arsitektur Program berikut ini. 7 Pedoman ini ditujukan untuk menyusun restrukturisasi program dan kegiatan berdasarkan Prinsip Akuntabilitas Kinerja Organisasi Bab II Pendekatan Restrukturisasi Program dan Kegiatan 7

14 2.2 ARSITEKTUR PROGRAM Struktur Arsitektur Program Ars itektur program dibangun dari 4 (empat) struktur utama, yaitu: 1. Struktur Organisasi K/L, 2. Struktur Anggaran, 3. Struktur Perencanaan Kebijakan (Policy Planning), dan 4. Struktur Manajemen Kinerja Bagan Arsitektur Program dapat dilihat pada Diagram II 1 Diagram II 1 Bagan Arsitektur Program *) Diagram Arsitektur Program di atas ditujukan bagi Departemen, untuk Lembaga Tinggi Negara, Kementerian Negara dan Kementerian Koordinator serta LPND dan Lembaga Non Struktural akan diuraikan lebih lanjut pada Bab III sub Bab Definisi dan Jenis Program, pada pedoman ini. Bab II Pendekatan Restrukturisasi Program dan Kegiatan 8

15 2.2.2 Struktur Organisasi Organisasi pemerintahan terdiri dari 4 (empat) karakteristik K/L, yaitu: (i) Lembaga Tinggi Negara; (ii) Departemen; (iii) Kementerian Negara dan Kementerian Koordinator; dan (iv) Lembaga Pemerintahan Non Departemen (LPND) dan Lembaga Non Struktural. Secara struktural masing masing organisasi tersebut terdiri dari pejabat Eselon 1, 2, 3, dan 4. Berkaitan dengan pelaksanaan restrukturisasi program dan kegiatan, secara umum unit Eselon 1A akan bertanggung jawab pada pelaksanaan program dan unit Eselon 2 akan bertanggung jawab pada pelaksanaan kegiatan Struktur Anggaran Berdasarkan UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, struktur anggaran belanja negara dirinci menurut: (i) Fungsi (Subfungsi); (ii) Organisasi; (iii) Program; (iv) Kegiatan; dan (v) Jenis Belanja. Selain itu, dalam undang undang tersebut juga diamanatkan adanya transparansi dan akuntabilitas keuangan negara yang diwujudkan melalui penjabaran prestasi kerja dari setiap K/L. Laporan Realisasi Anggaran masing masing K/L selain menyajikan realisasi pendapatan dan belanja, juga menjelaskan prestasi kerja K/L. Implikasi dari pelaksanaan UU Nomor 17 tahun 2003 dalam restrukturisasi program dan kegiatan adalah perlunya disyaratkan pengelolaan dan pelaksanaan anggaran yang berbasis kinerja. Dalam restrukturisasi program dan kegiatan, seluruh program dan kegiatan dilengkapi dengan indikator kinerja beserta anggarannya, untuk digunakan sebagai alat ukur pencapaian tujuan pembangunan yang efektif dan efisien secara teknis operasional serta dalam pengalokasian sumber dayanya Struktur Perencanaan Kebijakan (Policy Planning) Struktur Perencanaan Kebijakan (policy planning) terdiri dari; (i) Prioritas; (ii) Fokus prioritas; dan (iii) Kegiatan prioritas. Bab II Pendekatan Restrukturisasi Program dan Kegiatan 9

16 Prioritas merupakan arah kebijakan untuk memecahkan permasalahan yang penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu serta memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian sasaran pembangunan. Sasaran pembangunan tersebut merupakan penjabaran dari visi dan misi (platform) Presiden terpilih. Fokus prioritas 8 merupakan bagian dari prioritas untuk mencapai sasaran strategis yang dapat bersifat lintas K/L. Kegiatan prioritas merupakan kegiatan pokok (kegiatan yang mutlak harus ada) untuk mendapatkan keluaran (output) dalam rangka mencapai hasil (outcome) dari fokus prioritas. Pendekatan Perencanaan Kebijakan merupakan alat dalam menerjemahkan visi dan misi (platform) Presiden terpilih. Dalam restrukturisasi program dan kegiatan, perencanaan kebijakan (tingkat Kabinet) akan diterjemahkan dalam bentuk prioritas, fokus prioritas dan kegiatan prioritas yang kemudian dilaksanakan oleh masing masing K/L. Jika dikaitkan dengan Struktur Manajemen Kinerja, maka prioritas akan terkait dengan pencapaian sasaran pokok (impact), fokus prioritas terkait dengan pencapaian outcome dan kegiatan prioritas terkait dengan pencapaian output. Pada tingkat K/L, prioritas dan fokus prioritas diterjemahkan melalui program dan kegiatan. Program dalam struktur policy planning berfungsi untuk memberikan rumah bagi kegiatan prioritas pada tingkat K/L, dalam artian setiap kegiatan prioritas selain akan mendukung pencapaian prioritas dan fokus prioritas tertentu juga sekaligus akan mendukung pencapaian sasaran program dalam K/L. Pencapaian fokus prioritas dilaksanakan melalui kegiatan kegiatan prioritas, dengan masing masing kegiatan prioritas tersebut dapat berada dalam beberapa program program yang berbeda di tingkat K/L. Dengan demikian, keberadaan fokus prioritas sekaligus berperan sebagai instrumen koordinasi antara K/L. 8 Setingkat dengan program namun dapat bersifat lintas K/L dan/atau lintas K/L SKPD Bab II Pendekatan Restrukturisasi Program dan Kegiatan 10

17 2.2.5 Struktu r Manajemen Kinerja Kinerja dalam Arsitektur Program merupakan struktur yang menghubungkan antara sumberdaya dengan hasil atau sasaran perencanaan, serta merupakan instrumen untuk merancang, memonitor dan melaporkan pelaksanaan anggaran. Kerangka penyusunan kinerja dimulai dari apa yang ingin diubah (impact) yang kemudian membutuhkan rumusan apa yang akan dicapai (outcome) guna mewujudkan perubahan yang diinginkan. Selanjutnya, untuk mencapai outcome diperlukan rumusan mengenai apa yang dihasilkan (output), dan untuk menghasilkan output tersebut diperlukan apa yang akan digunakan. Secara konseptual, bagan informasi kinerja dapat dilihat pada Diagram II 2. Diagram II 2 Bagan Informasi Kinerja DAMPAK (IMPACT) Hasil pembangunan yang diperoleh dari pencapaian outcome Apa yang ingin diubah HASIL (OUTCOME) Manfaat yang diperoleh dalam jangka menengah untuk beneficieries tertentu sebagai hasil dari output Apa yang ingin dicapai KELUARAN (OUTPUT) Produk/barang/jasa akhir yang dihasilkan Apa yang dihasilkan (barang) atau dilayani (jasa) KEGIATAN Proses/kegiatan menggunakan input menghasilkan output yang diinginkan Apa yang dikerjakan INPUT Sumberdaya yang memberikan kontribusi dalam menghasilkan output Apa yang digunakan dalam bekerja Dalam restrukturisasi program dan kegiatan, pendekatan manajemen kinerja yang akan diterapkan terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu: (i) Kinerja pada tingkat Kabinet dan (ii) Kinerja pada tingkat K/L. Terkait dengan struktur informasi kinerja, tingkat kinerja yang akan disusun terdiri dari impact, outcome, dan output. Bab II Pendekatan Restrukturisasi Program dan Kegiatan 11

18 Berdasarkan hal tersebut di atas, Struktur Manajemen Kinerja akan terdiri atas: A. Akuntabilitas pada tingkat perencanaan kebijakan (tingkat Kabinet/Pemerintah), memuat informasi kinerja yaitu: (i) Impact (sasaran pokok); (ii) Outcome (kinerja fokus prioritas), dan (iii) Output (kinerja kegiatan prioritas). Sasaran pokok (impact) merupakan kinerja dari prioritas, outcome fokus prioritas merupakan kinerja dari fokus prioritas dan output kegiatan prioritas merupakan kinerja dari kegiatan prioritas. Outcome fokus prioritas merupakan kinerja hasil yang harus dicapai oleh satu atau beberapa K/L yang terkait dengan pencapaian kinerja prioritas. B. Akuntabilitas pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga (K/L), memuat informasi kinerja yaitu: (i) Impact (misi/sasaran K/L); (ii) Outcome (kinerja program); dan (iii) Output (kinerja kegiatan). Misi/sasaran K/L (impact) merupakan kinerja yang ingin dicapai K/L, outcome program merupakan kinerja program yang secara akuntabilitas berkaitan dengan unit organisasi K/L setingkat Eselon 1A, dan output kegiatan merupakan kinerja kegiatan yang secara akuntabilitas berkaitan dengan unit organisasi K/L setingkat Eselon 2. Pencapaian misi/sasaran K/L (impact) dipengaruhi oleh pencapaian kinerja program program (outcome) yang ada di dalam K/L, dan pencapaian kinerja program (outcome) dipengaruhi oleh pencapaian dari kinerja kegiatan kegiatannya (output). 2.3 INDIKATOR KINERJA Indikator merupakan alat untuk mengukur pencapaian kinerja (impact, outcome, dan output) baik di tingkat Kabinet/Pemerintah ataupun di tingkat K/L. Pengukuran kinerja memerlukan penetapan Bab II Pendekatan Restrukturisasi Program dan Kegiatan 12

19 indikator indikator yang sesuai dan terkait dengan informasi kinerja (impact, outcome, dan output) Kriteria Penyusunan Indikator Kinerja Penyusunan indikator kinerja, perlu untuk mempertimbangkan kriteria seba gai berikut: Relevant: indikator terkait secara logis dan langsung dengan tugas institusi, serta realisasi tujuan dan sasaran strategis institusi; Well defined: definisi indikator jelas dan tidak bermakna ganda sehingga mudah untuk dimengerti dan digunakan; Measurable : indikator yang digunakan diukur dengan skala penilaian tertentu yang disepakati, dapat berupa pengukuran secara kuantitas, kualitas atau harga. Indikator Kuantitas diukur dengan satuan angka dan unit Contoh Indikator Kuantitas : Jumlah penumpang internasional yang masuk melalui pelabuhan udara dan pelabuhan laut. Indikator Kualitas menggambarkan kondisi atau keadaan tertentu yang ingin dicapai (melalui penambahan informasi tentang skala/tingkat pelayanan yang dihasilkan) Contoh Indikator Kualitas : Proporsi kedatangan penumpang internasional yang diproses melalui imigrasi dalam waktu 30 menit. Indikator Harga mencerminkan kelayakan biaya yang diperlukan untuk mencapai sasaran kinerja. Contoh Indikator Harga: Biaya pemrosesan imigrasi per penump n a g. Appropriate: indikator yang dipilih harus sesuai dengan upaya peningkatan pelayanan/kinerja Reliable: indikator yang digunakan akurat dan dapat mengikuti perubahan tingkatan kinerja; Bab II Pendekatan Restrukturisasi Program dan Kegiatan 13

20 6. 7. Verifiable: memungkinkan proses validasi dalam sistem yang digunakan un u t k menghasilkan indikator; Cost effective: kegunaan indikator sebanding dengan biaya pengumpulan data. Selanjutnya, definisi masing masing indikator kinerja berdasarkan Struktur Manajemen Kinerja pada Arsitektur Program dijabarkan sebagai berikut: A. Indikator Kinerja pada tingkat Kabinet/Pemerintah (Per encanaan Kebijakan) Indikator impact/indikator kinerja prioritas impact pada tingkat Perencanaan Kebijakan merupakan kinerja dari prioritas. Pencapaian kinerjannya diukur menggunakan indikator impact/indikator kinerja prioritas. Contoh: Prioritas Peningkatan Efektifitas Penanggulangan Kemiskinan, kinerja yang diharapkan adalah meningkatnya taraf kesejahteraan penduduk dengan indikator kinerja prioritas antara lain prosentase angka kemiskinan na sional. Indikator outcome/indikator kinerja fokus prioritas Outcome pada tingkat Perencanaan Kebijakan merupakan kinerja dari fokus prioritas. Pencapaian kinerjanya diukur menggunakan indikator outcome/indikator kinerja fokus prioritas. Contoh: Fokus Prioritas Perlindungan Sosial, kinerja yang diharapkan adalah meningkatnya kualitas perlindungan sosial dengan indikator kinerja fokus prioritas antara lain prosentase penduduk miskin mendapatkan pelayanan dasar, Fokus Prioritas Pemberdayaan Masyarakat, kinerja yang diharapkan adalah meningkatnya kemandirian masyarakat miskin dengan indikator kinerja fokus prioritas antara lain prosentase penduduk miskin yang Bab II Pendekatan Restrukturisasi Program dan Kegiatan 14

21 mampu mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan, dan Fokus Prioritas Pembinaan dan Pemberdayaan Usaha Kecil, kinerja yang diharapkan adalah meningkatnya produktivitas dan kemampuan daya saing usaha kecil dengan indikator kinerja fokus prioritas antara lain prosentase usaha kecil memiliki akses pemasaran produk. Indikator output/indikator kinerja kegiatan prioritas Output pada tingkat Perencanaan Kebijakan merupakan kinerja dari kegiatan prioritas. Pencapaian kinerjanya diukur mengunakan indikator output/indikator kinerja kegiatan prioritas. Contoh: Fokus Prioritas Perlindungan Sosial diwujudkan melalui: Kegiatan prioritas Jamkesmas, kinerja yang diharapkan dari kegiatan prioritas ini adalah meningkatnya cakupan layanan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin dengan indikator kinerja kegiatan prioritas antara lain prosentase penduduk miskin mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, dan Kegiatan prioritas raskin, kinerja yang diharapkan dari kegiatan prioritas ini adalah meningkatnya cakupan layanan bahan pangan yang layak bagi penduduk miskin dengan indikator kinerja kegiatan prioritas antara lain prosentase penduduk miskin memperoleh akses bahan makanan pokok, Dsb. B. Indikator Kinerja pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga (K/ L) Indikato r impact/ Indikat or kinerja K/L (misi/sasaran K/L) Impact pada tingkat K/L merupakan kinerja dari misi/sasaran K/L. Pencapaian kinerjanya diukur menggunakan indikator impact/indikator kinerja K/L. Bab II Pendekatan Restrukturisasi Program dan Kegiatan 15

22 Contoh: Misi K/L adalah Peningkatan Taraf Kesehatan Masyarakat, kinerja yang diharapkan adalah meningkatnya taraf kesehatan penduduk dengan indikator kinerja K/L antara lain angka h arapan hidup, dsb. Indikator outcome/indikator kinerja program Outcome pada tingkat K/L merupakan kinerja dari program. Pencapaian kinerjanya diukur menggunakan indikator outcome/indikator kinerja program. Contoh: Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat, kinerja yang diharapkan adalah meningkatnya jumlah, pemerataan, dan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan indikator kinerja program antara lain prosentase pemerataan pemenuhan layanan kesehatan, prosentase layanan kesehatan memenuhi standar pelayanan minimum bidang kesehatan. Indikator output/indikator kinerja kegiatan Output pada tingkat K/L merupakan kinerja dari kegiatan. Pencapaian kinerjanya diukur menggunakan indikator output/indikator kinerja kegiatan. Contoh: Kegiatan Jamkesmas, kinerja yang diharapkan dari kegiatan ini adalah meningkatnya cakupan layanan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin, dengan indikator kinerja kegiatan antara lain prosentase penduduk miskin mendapatkan pelayanan kesehatan dasar Target Indikator Kinerja Target kinerja disusun setelah indikator kinerja ditetapkan. Target kinerja menunjukkan sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai oleh K/L, program, dan kegiatan dalam periode waktu yang telah ditetapkan. Dalam menetapkan target kinerja perlu diperhatikan standar kinerja yang dapat diterima (benchmarking). Salah satu cara menentukan standar kinerja adalah dengan mengacu kepada tingkat kinerja institusi/negara lain yang sejenis sebagai perwujudan best practices. Bab II Pendekatan Restrukturisasi Program dan Kegiatan 16

23 Standar kinerja dan target kinerja dinyatakan dengan jelas pada awal siklus perencanaan (dapat dilakukan pada tahap perencanaan strategis atau awal tahun anggaran). Hal ini untuk menjamin aspek akuntabilitas pencapaian kinerja. Kriteria dalam menentukan target kinerja menggunakan pendekatan SMART, yaitu: Specific: sifat dan tingkat kinerja dapat diidentifikasi dengan jelas; Masing masing indikator kinerja, selanjutnya harus dilengkapi dengan informasi indikator kinerja. Informasi indikator kinerja dalam kerangka pengukuran kinerja terdiri atas: Measurable: target kinerja dinyatakan dengan jelas dan terukur baik bagi indikator yang dinyatakan dalam bentuk kuantitas, kualitas dan biaya; Achievable: target kinerja dapat dicapai terkait dengan kapasitas dan sum e b r daya yang ada; Relevant: mencerminkan keterkaitan (relevansi) antara target output dalam rangka mencapai target outcome yang ditetapkan; serta antara target outcome dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan; dan Time Bond: waktu/periode pencapaian kinerja ditetapkan Informasi Indikator Kinerja Nama indikator: mengidentifikasi nama dan kategori indikator (indikator outcome, output atau mainstreaming); Tujuan/kepentingan: menjelaskan apa yang ingin dicerminkan dari sebuah indikator dan mengapa itu penting; Metode penghitungan: menggambarkan cara penghitungan indikator (jika indikator yang digunakan merupakan hasil perhitungan dari data/informasi yang dikumpulkan); Tipe penghitungan: mengidentifikasi sifat indikator kinerja (bersifat kumulatif atau non kumulatif); Bab II Pendekatan Restrukturisasi Program dan Kegiatan 17

24 Indikator baru: mengidentifikasi indikator baru atau indikator lama yang berubah sasaran kinerjanya dibanding tahun sebelumnya; Kinerja yang diharapkan: mengidentifikasikan tingkat dan arah kinerja yang diharapkan; Standar indikator: mengidentifikasi standar kinerja yang dapat diterima (benchmark); Penanggungjawab indikator: mengidentifikasi unit organisasi penanggungjawab dalam pendefinisian, analisis data, interpretasi dan pelaporan indikator; Pengelola data indikator: mengidentifikasi unit organisasi penanggungjawab dalam memastikan data indikator telah terkumpul dan tersedia sesuai jadwal; Waktu pelaksanaan pengumpulan data indikator: tanggal yang ditetapkan untuk memulai pengumpulan data indikator; Jadwal pelaporan: mengidentifikasi jadwal pelaporan indikator (apakah dilaporkan pertigabulan, persemester atau pertahun); Sumber pengumpulan data: menggambarkan darimana data/informasi didapat dan bagaimana pengumpulannya; dan Hambatan pengumpulan data: mengidentifikasi hambatan pengumpulan data/informasi terkait pengukuran kinerja. Bab II Pendekatan Restrukturisasi Program dan Kegiatan 18

25 BAB III PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN Program dan kegiatan yang disusun harus dapat menunjukkan akuntabilitas kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit organisasi K/L bersangkutan, disamping itu perlu disadari juga bahwa program dan kegiatan yang disusun merupakan bagian dari upaya pencapaian tujuan perencanaan kebijakan (policy planning) pada tingkat Kabinet/Pemerintah. Berdasarkan hal ini, kerangka pikir penyusunan program dan kegiatan harus didasarkan dalam rangka pencapaian kinerja dampak (impact) dari tingkat perencanaan yang lebih tinggi, yaitu pencapaian prioritas pada tingkat Kabinet/Pemerintah dan/atau dalam rangka pencapaian visi, misi dan sasaran strategis K/L pada tingkat K/L. Kerangka pikir penyusunan program dan kegiatan diturunkan berdasarkan Logic Model Theory (lihat penjelasan pada sub Bab 2.3). Pengembangan kerangka pikir akan menjadi arah dalam penyusunan program dan kegiatan pada masing masing K/L. Secara garis besar, penyusunan program dan kegiatan dalam rangka penyusunan RPJMN dilakukan melalui 3 (tiga) tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Penyusunan Program; 2. Tahap Penyusunan Kegiatan; dan 3. Tahap Rekapitulasi Program dan Kegiatan. Bab III Penyusunan Program dan Kegiatan 19

26 Dalam proses penyusunan program dan kegiatan, proses penyusunan kinerja merupakan critical point yang harus diperhatikan dan dilakukan dengan cermat. Pendekatan penyusunan kinerja menggunakan Logic Model dimulai dari tingkat impact diturunkan pada tingkat outcomes dan kemudian pada tingkat outputs akan memudahkan dalam perencanaan dan pengelolaan informasi. Tahapan serta alur pikir penyusunan program dan kegiatan dapat dilihat pada bagan III.1 dan III.2 berikut ini. Bab III Penyusunan Program dan Kegiatan 20

27 Diagram III 1 Bagan Tahapan Penyusunan Program dan Kegiatan Bab III Penyusunan Program dan Kegiatan 21

28 Diagram III 2 Bagan Alir Penyusunan Program dan Kegiatan Bab III Penyusunan Program dan Kegiatan 22

29 3.1 PENYUSUNAN PROGRAM Pertimbangan Penyusunan Program Pertimbangan penyusunan program terdiri atas: 1. Program harus disusun dalam kerangka strategis nasional Dalam penyusunan program harus sudah memperhitungkan bahwa program yang akan digunakan merupakan salah satu elemen dalam pencapaian rencana pembangunan nasional. Program yang akan digunakan harus dapat menggambarkan kontribusi dari pelaksanaan pemerintahan dalam rangka mencapai sasaran pembangunan nasional. Setiap K/L dalam menyusun program harus dapat menunjukkan kontribusi program program yang akan digunakan dalam pencapaian kerangka strategis nasional. 2. Program harus jelas penanggun g jawabnya. Setiap program harus secara jelas dapat menunjukan hasil (outcome) yang akan dicapai dan unit organisasi yang bertanggung jawab atas pencapaian kinerjanya. Berdasarkan prinsip akuntabilitas organisasi, satu program hanya dimiliki oleh satu penanggung jawab yaitu unit Eselon 1A di bawah K/L. Dalam penyusunan program setiap unit organisasi didalam K/L harus dilibatkan untuk meningkatkan rasa tanggung jawab atas pencapaian kinerja program. 3. Program harus dapat dijabarkan ke dalam kegiatan Kegiatan merupakan kumpulan tindakan yang ditujukan untuk pencapaian sasaran program, sehingga dalam penyusunan program harus dapat diuraikan kegiatan kegiatan yang nanti akan memberikan kontribusi dalam pencapaian kinerja program. Hubungan program dan kegiatan merupakan hubungan hirarki yang menunjukan bahwa satu kegiatan hanya terkait dengan satu program, dan satu program dapat dijabarkan ke dalam beberapa kegiatan. Bab III Penyusunan Program dan Kegiatan 23

30 4. Program harus didefinisikan sebagai cara untuk mendukung prioritas Adanya keinginan untuk mengkaitkan program dengan prioritas kebijakan secara luas menunjukan pentingnya kejelasan hubungan antara sumber daya yang digunakan program dengan hasil kebijakan yang telah ditentukan. Dalam menyusun program harus mempertimbangkan pilihanpilihan dalam pelaksanaannya apakah secara teknis dapat dilakukan atau tidak. Dalam diskusi penentuan prioritas kebijakan akan lebih baik apabila program dalam penyusunannya sudah menetapkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. 5. Program harus terintegrasi dalam manajemen anggaran yang berbasis kinerja secara luas. Pertanggungjawaban untuk melaksanakan setiap program harus sejalan dengan pemberian anggaran, yaitu dengan menunjukkan kejelasan hubungan antara anggaran dengan kinerja yang dihasilkan oleh program tersebut. 6. Program harus memasukkan seluruh sumber pendanaan Untuk pembiayaan secara penuh terhadap sebuah program mensyaratkan bahwa seluruh sumber pendanaan baik yang bersifat belanja rutin, belanja pembangunan maupun pos pembiayaan harus diperhitungkan menjadi satu kesatuan. Hal ini ditujukan untuk memudahkan dalam melakukan evaluasi terhadap pencapaian tujuan program terhadap alokasi yang dibutuhkannya. Bab III Penyusunan Program dan Kegiatan 24

31 3.1.2 Definisi dan Jenis Program Definisi Program Program didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang berisi kegiatan kegiatan yang dilaksanakan oleh K/L untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, dan/atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh K/L. Selanjutnya, program ditetapkan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu: A. Program Teknis, merupakan program program yang menghasilkan pelayanan kepada kelompok sasaran/masyarakat (pelayanan eksternal). Contoh: Program Pembangunan/Peningkatan Jalan dan Jembatan B. Program Generik, merupakan program program yang digunakan oleh beberapa unit Eselon 1A yang memiliki karakteristik sejenis untuk mendukung pelayanan aparatur dan/atau administrasi pemerintahan (pelayanan internal). Contoh: Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Departemen Pekerjaan Umum Program Teknis Program Teknis yang akan disusun harus mempertimbangkan halhal sebagai berikut: 1. Program Teknis disusun berdasarkan kelompok karakteristik K/L, sebagai berikut: a. Kelompok Lembaga Tinggi Negara Program Program Teknis dilaksanakan oleh organisasi Lembaga Tinggi Negara. Program Program Teknis disesuaikan dengan lingkup kewenangan berdasarkan peraturan perundangundangan yang terkait dengan fungsi Lembaga Tinggi Negara. Dengan demikian, jumlah Program Teknis Bab III Penyusunan Program dan Kegiatan 25

32 ditentukan sesuai lingkup kewenangan dari Lembaga Tinggi Negara tersebut. Diagram III 3 Bagan Arsitektur Program Bagi Lembaga Tinggi Negara b. Kelompok Departemen 1 (satu) unit Eselon 1A yang bersifat pelayanan eksternal akan menggunakan 1 (satu) Program Teknis; 1 (satu) unit Eselon 1A bersifat pelayanan eksternal dimungkinkan untuk dapat melaksanakan lebih dari 1 (satu) Program Teknis dengan menunjukkan justifikasi dan/atau pertimbangan kuat yang mendasarinya, yaitu antara lain berkenaan dengan aspek: (i) Kompleksitas pelaksanaan kegiatan kegiatannya, dan (ii) Besaran anggaran yang dikelola oleh unit organisasi yang bersangkutan. Bab III Penyusunan Program dan Kegiatan 26

33 Diagram III 4 Bagan Arsitektur Program Bagi Departemen c. Kelompok Kementerian Negara dan Kementerian Koordinator Disarankan untuk 1 (satu) Program Teknis digunakan oleh seluruh unit Eselon 1A di dalam Kementerian Negara dan Kementerian Koordinator dengan catatan indikator kinerja masing masing unit Eselon 1A muncul dalam indikator kinerja program; da n Apabila dikehendaki untuk dapat melaksanakan lebih dari 1 (satu) Program Teknis, perlu ditunjukkan justifikasi dan/atau pertimbangan kuat yang mendasarinya, yaitu antara lain berkenaan dengan aspek: (i) Kompleksitas pelaksanaan kegiatan kegiatannya, dan (ii) Besaran anggaran yang dikelola oleh unit organisasi yang bersangkutan. Bab III Penyusunan Program dan Kegiatan 27

34 Diagram III 5 Bagan Arsitektur Program Bagi Kementerian Negera dan Kementerian Koordinator d. Kelompok Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dan Lembaga Non Struktural. LPND dan Lembaga Non Struktural menggunakan 1 (satu) Program Teknis untuk Lembaganya. Bab III Penyusunan Program dan Kegiatan 28

35 Diagram III 6 Bagan Arsitektur Program Bagi LPND dan Lembaga Non Struktural 2. Program Teknis harus dapat mencerminkan tugas dan fungsi unit Eselon 1A; 3. Nomenklatur Program Teknis bersifat unique/khusus (tidak duplikatif) untuk masing masing unit organisasi pelaksananya; 4. Program Teknis harus dapat dievaluasi pencapaian kinerjanya berdasarkan periode waktu tertentu; dan 5. Program Teknis dilaksanakan dalam periode waktu jangka menengah, dengan perubahan hanya dapat dilakukan setelah melalui tahapan evaluasi. Bab III Penyusunan Program dan Kegiatan 29

36 Program Generik Program Generik untuk unit organisasi pelayanan internal ditetapkan sebagaimana pada tabel berikut: Tabel III 1. Program Program Generik Unit Organisasi Bersifat Pelayanan Internal Instansi Sekretariat Jenderal Inspektorat jenderal Badan sejenis Badan Litbang dalam K/L Badan sejenis Badan Diklat SDM dalam K/L Variasi Program Tahun Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 3. Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan 4. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara 1. Program Penelitian dan Pengembangan IPTEK 2. Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi 3. Program Penguatan Kelembagaan IPTEK 4. Program Difusi dan Pemanfaatan IPTEK 1. Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur 2. Program Pendidikan Kedinasan Usulan Program Tahun Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya (dit ambahkan nama K/L bersangkutan) Menampung kegiatan yang berada dalam Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik, Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan dan Program Peningkatan Pelayanan Publik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur (ditambahkan nama K/L bersangkutan) Menampung kegiatan bersifat fisik berupa pembangunan/rehabilitasi/ peningkatan sarana dan prasarana pelayanan internal sesuai dengan tupoksi kesektretariatan jenderal Program Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur (ditambahkan nama K/L bersangkutan) Menampung kegiatan kegiatan berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas aparatur secara internal Program Penelitan dan Pengembangan (ditambahkan nama K/L bersangkutan) Menampung kegiatan penelitian dan pengembangan Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur (ditambahkan nama K/L bersangkutan) Menampung kegiatan kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi SDM aparatur Bab III Penyusunan Program dan Kegiatan 30

37 Program Generik yang akan disusun harus mempertimbangkan halhal sebagai berikut: 1. Masing masing Program Generik dilaksanakan oleh 1 (satu) unit organisasi K/L setingkat unit Eselon 1A yang bersifat memberikan pelayanan internal; 2. Nomenklatur Program Generik dijadikan unique dengan ditambahkan nama K/L dan/atau dengan membedakan kode program; dan 3. Program Generik ditujukan untuk menunjang pelaksanaan Program Teknis Langkah Langkah Penyusunan Program Penyusunan program ini terdiri atas 4 (empat) langkah, yaitu: 1. Identifikasi visi, misi, dan sasaran strategis K/L; 2. Identifikasi kinerja K/L dan indikator kinerja K/L; 3. Penyusunan indikator kinerja program (outcome); dan 4. Penamaan program. Diagram III 7 Langkah Penyusunan Program Identifikasi Visi, Misi, dan Sasaran Strategis K/L Identifikasi visi, misi dan sasaran strategis K/L merupakan langkah awal dalam melakukan pengukuran kinerja pemerintah. Identifikasi visi, misi dan sasaran strategis K/L bertujuan untuk menentukan kinerja dan/atau bentuk pelayanan apa yang akan dicapai oleh K/L. Bab III Penyusunan Program dan Kegiatan 31

38 Dalam rangka restrukturisasi program dan kegiatan, informasi mengenai visi, misi dan sasaran strategis K/L dapat mengacu kepada Dokumen Renstra K/L atau dokumen perencanaan jangka menengah lainnya yang sesuai Identifikasi Kinerja K/L dan Indikator Kinerja K/L A. Identifikasi Kinerja K/L Kinerja K/L merupakan rumusan pencapaian visi, misi, dan sasaran strategis K/L. Rumusan kinerja K/L diperoleh dari proses identifikasi visi, misi dan sasaran strategis K/L. Hasil identifikasi kinerja K/L, selanjutnya diisikan ke dalam Form 1 (Formulir Penyusunan Program dan Kegiatan) pada kolom Kinerja K/L. Perlu diperhatikan bahwa kinerja K/L yang dicantumkan dalam Form 1 adalah kinerja K/L yang pencapaiannya sesuai dengan Tupoksi unit Eselon 1A bersangkutan. B. Identifikasi Indikator Kinerja K/L Indikator kinerja K/L di dalam struktur manajemen kinerja merupakan indikator dampak (impact) yang terkait dengan pencapaian kinerja K/L. Indikator kinerja K/L harus dapat mendorong tercapainya kinerja K/L (visi, misi dan sasaran strategis K/L). Hasil identifikasi indikator kinerja K/L, selanjutnya diisikan ke dalam Form 1 (Formulir Penyusunan Program dan Kegiatan) pada kolom indikator kinerja K/L. Perlu diperhatikan bahwa indikator kinerja K/L yang dicantumkan dalam Form 1 adalah indikator kinerja yang pencapaiannya sesuai dengan Tupoksi unit Eselon 1A bersangkutan. Bab III Penyusunan Program dan Kegiatan 32

39 Penyusunan Indikator Kinerja Program (Outcome) A. Outcome Program Outcome merupakan manfaat yang diperoleh dalam jangka menengah untuk beneficiaries tertentu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan kegiatan dalam satu program. Outcome dalam Struktur Manajemen Kinerja merupakan sasaran kinerja program yang secara akuntabilitas berkaitan dengan unit organisasi K/L setingkat unit Eselon 1A. 1 Kriteria rumusan outcome program adalah sebagai berikut: 1. Mencerminkan sasaran kinerja unit Eselon 1A sesuai dengan visi, misi dan tupoksinya; 2. Outcome Program harus dapat mendukung pencapaian kinerja K/L (visi, s a misi dan asaran strategis K/L); d n 3. Outcome Program harus dapat dievaluasi berdasarkan periode waktu tertentu. B. Indikator Kinerja Program Indikator kinerja program merupakan ukuran pencapaian outcome/kinerja program. Kriteria penyusunan indikator outcome/indikator kinerja program adalah sebagai berikut: 1. Indikator kinerja program harus memenuhi Kriteria Penyusunan Indikator Kinerja (lihat sub Bab 2.2.3); dan 2. Indikator indikator kinerja program harus dapat mendorong tercapainya outcome program yang telah ditetapkan. 1 Outcome dalam Struktur Manajemen Kinerja terbagi menjadi 2 bagian, yaitu outcome pada tingkat kinerja Kabinet dan outcome pada tingkat kinerja K/L. Pada tingkat Kabinet, outcome merupakan kinerja fokus prioritas yang harus dicapai oleh satu atau beberapa K/L yang terkait dengan pencapaian kinerja Prioritas. Sedangkan pada tingkat K/L, outcome merupakan kinerja program dalam rangka pencapaian visi, misi dan sasaran strategis K/L (Kinerja K/L). Bab III Penyusunan Program dan Kegiatan 33

40 Metode pemilihan indikator kinerja program dapat dibagi berdasarkan sumber ketersediaan dan pengumpulan data, yaitu: 1. Kelompok data/informasi tersedia Indikator kinerja program dapat disusun dengan menggunakan indikator yang sudah tersedia seperti contoh; (i) IPM (Indeks Pembangunan Manusia), (ii) APK (Angka Partisipasi Kasar), (iii) APM (Angka Partisipasi Murni) dan (iv) IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dimana data pengukuran pencapaian kinerjanya telah tersedia/dilakukan pengumpulan dan penghitungannnya oleh instansi lain sehingga K/L bersangkutan dapat data ini secara langsung. Penggunaan indikator kinerja program model ini memberikan keuntungan antara lain dalam pertimbangan biaya pada proses pengumpulan dan penghitungan data pencapaian kinerjanya. 2. Kelompok data/informasi dikumpulkan sendiri oleh K/L bersangkutan Data pengukuran pencapaian kinerja program dikumpulkan dan dilakukan penghitungannya secara mandiri oleh masing masing K/L bersangkutan. Kelompok indikator ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu: a. Indikator kinerja program berasal dari indikator kinerja kegiatan terpenting. Indikator kinerja program merupakan satu/lebih indikator kinerja kegiatan terpenting yang diangkat menjadi indikator kinerja program. b. Indikator kinerja program merupakan gabungan (secara komposit) dari indikator indikator kinerja kegiatannya. Perhitungan indeks komposit dapat diperoleh dengan membobot indikator indikator kinerja kegiatan nya. c. Indikator kinerja program merupakan indikator survei penilaian pencapaian kinerja program. Berkaitan dengan metode ini, perlu diperhatikan bahwa indikator indikator kinerja kegiatan yang dipilih harus dapat menghasilkan output kegiatan yang mendorong tercapainya outcome program, meskipun dalam penyusunannya indikator kinerja Bab III Penyusunan Program dan Kegiatan 34

41 kegiatan tidak terkait secara langsung dengan indikator kinerja program. Hasil penyusunan indikator kinerja program selanjutnya diisikan ke dalam Form 1 (Formulir Penyusunan Program dan Kegiatan) pada kolom indikator kinerja program (outcome). Indikator kinerja program harus dilengkapi dengan detail informasi kinerja. Lembar Isian Informasi Kinerja Program dapat dilihat pada Form 3A. Dalam upaya penyusunan indikator kinerja program, perlu mempertimbangkan dan/atau menelaah Tupoksi unit Eselon 1A pelaksananya dan/atau dapat juga berfokus antara lain pada; (i). Efisiensi, (ii). Efektivitas, (iii). Hasil, (iv). Pelanggan, (v). Karyawan, dan (vi). Gabungan diantaranya Penamaan Program. Penamaan program harus mempertimbangkan hal hal sebagai berikut: 1. Nama program teknis harus dapat mencerminkan pelaksanaan dari Tupoksi unit Eselon 1A terkait; 2. Nama program teknis harus bersifat unique/khusus (tidak duplikatif) untuk masing masing organisasi pelaksananya; dan 3. Nama program generik agar tidak bersifat duplikatif dilakukan dengan menambahkan nama K/L pada 5 (lima) kategori program generik yang telah ditetapkan sebelumnya (lihat tabel III.1). Contoh: Nama program untuk Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan akan menjadi Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Departemen Kesehatan. Bab III Penyusunan Program dan Kegiatan 35

42 3.2 PENYUSUNAN KEGIATAN Definisi dan Jenis Kegiatan Kegiatan didefinisikan sebagai bagian dari program yang dilaksanakan oleh satuan kerja setingkat unit Eselon 2 yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya baik yang berupa personil (sumberdaya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, dan/atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumberdaya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa. Dalam restrukturisasi program dan kegiatan, setiap unit Eselon 2 memiliki akuntabilitas kinerja untuk 1 (satu) kegiatan. Berdasarkan jenisnya, Kegiatan tersebut dapat berupa: A. Kegiatan Teknis Kegiatan teknis dapat berupa: a. Kegiatan prioritas nasional, yaitu kegiatan kegiatan dengan output spesifik dalam rangka pencapaian sasaran nasional. Kegiatan prioritas nasional harus memenuhi kriteria kriteria seb u in agai berik t, antara la : Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran pembangunan nasional; Merupakan kegiatan yang mendesak dan penting untuk segera dilaksanakan; Merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk melaksanakannya; Memiliki ukuran kinerja yang spesifik, tegas dan terukur sehingga dapat secara langsung dipantau manfaatnya terhadap masyarakat; dan Realistis untuk dilaksanakan dan dapat diselesaikan sesuai dengan target jangka waktu yang telah ditetapkan. Rumusan kegiatan prioritas nasional yang telah ditetapkan, selanjutnya ditambahkan kepada unit Eselon 2 yang sesuai Bab III Penyusunan Program dan Kegiatan 36

Daftar Isi. Kata Pengantar... i DaftarIsi... iii

Daftar Isi. Kata Pengantar... i DaftarIsi... iii - LANGKAH TEKNIS PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN - - Modul 2 Kata Pengantar Dalam rangka penyusunan RPJMN 2010-2014 dan Renstra KL 2010-2014, diharapkan sudah mengimplementasikan pokok-pokok reformasi

Lebih terperinci

BAB III PENYUSUNAN RENSTRA-KL

BAB III PENYUSUNAN RENSTRA-KL - 13 - BAB III PENYUSUNAN RENSTRA-KL A. Alur Penyusunan Renstra-KL Rencana strategis KL disusun berdasarkan RPJMN dan berpedoman pada RPJPN 2005-2025, hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan di sektor yang

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

- 1 - BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PPN/ KEPALA BAPPENAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TANGGAL 31 JANUARI 2011 TATA CARA PENYUSUNAN INISIATIF BARU

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PPN/ KEPALA BAPPENAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TANGGAL 31 JANUARI 2011 TATA CARA PENYUSUNAN INISIATIF BARU SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PPN/ KEPALA BAPPENAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TANGGAL 31 JANUARI 2011 TATA CARA PENYUSUNAN INISIATIF BARU - 2 - Daftar Isi Daftar Isi... 2 Daftar Gambar... 4 Daftar Tabel...

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

- 1 - BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 75, 2004 POLITIK. PEMERITAHAN. Pemeritah Pusat. Pemerintah Daerah. Kementerian Negara. Lembaga. Menteri. APBN.

Lebih terperinci

1. Tujuan dan Landasan Konseptual PBK; 2. Kerangka PBK; 3. Syarat Penerapan PBK; 4. Tahapan Kegiatan Penerapan PBK; 5. Mekanisme Penganggaran.

1. Tujuan dan Landasan Konseptual PBK; 2. Kerangka PBK; 3. Syarat Penerapan PBK; 4. Tahapan Kegiatan Penerapan PBK; 5. Mekanisme Penganggaran. 1. Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK); 2. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM); 3 Format Baru RKA-KL. 3. RKA KL di Indonesia (Menuju pengelolaan APBN yang transparan dan kredibel) Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional yang terjadi di Indonesia pada era akhir pemerintahan orde baru, telah mendorong tuntutan demokratisasi di berbagai bidang. Terutama

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

PENYEMPURNAAN ARSITEKTUR PROGRAM, KEGIATAN DAN STRUKTUR KINERJA

PENYEMPURNAAN ARSITEKTUR PROGRAM, KEGIATAN DAN STRUKTUR KINERJA PENYEMPURNAAN ARSITEKTUR PROGRAM, KEGIATAN DAN STRUKTUR KINERJA Jakarta, November 2014 ARSITEKTUR PROGRAM, KEGIATAN DAN STRUKTUR KINERJA STRUKTUR ORGANISASI NASIONAL KABINET K/L K/L ESELON 1 ESELON 2 Setiap

Lebih terperinci

DEPARTEMEN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH TAHUN 2006

DEPARTEMEN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH TAHUN 2006 DEPARTEMEN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH TAHUN 2006 1 AZAS UMUM DAN STRUKTUR APBD PP 105/2000 PP 58/2005 Belum menjelaskan fungsi- fungsi APBD dan menegaskan mengenai

Lebih terperinci

KB 1 KPJM SEBAGAI SALAH SATU PENDEKATAN PENGANGGARAN. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah 30/01/2017

KB 1 KPJM SEBAGAI SALAH SATU PENDEKATAN PENGANGGARAN. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah 30/01/2017 Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah Diklat Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja Pusdiklat Anggaraan dan Perbendaharaan Kementerian Keuangan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Anggaran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penganggaran merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu organisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Penganggaran merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu organisasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penganggaran merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu organisasi, terutama pada sektor publik. Suatu anggaran mampu merefleksikan bagaimana arah dan tujuan

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN Substansi Prosedur Tetap tentang Penyusunan Bahan Nota Keuangan dan RAPBN telah saya setujui. Disetujui di Jakarta pada tanggal Juni 2010 Plt. SEKRETARIS

Lebih terperinci

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENYUSUNAN RKA SKPD

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENYUSUNAN RKA SKPD ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) PENYUSUNAN RKA SKPD Sesi 10 Penyusunan RKA SKPD Copyright 2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id. SIKLUS APBN & ASUMSI DASAR EKONOMI Tujuan Pembelajaran pada sesi ini adalah sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN, PELAPORAN, PEMANTAUAN DAN

Lebih terperinci

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1040, 2014 KEMENPOLHUKAM. Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas. Sistem. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN - 76 - IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN Memperhatikan RPJMN 2015-2019, visi dan misi, tujuan, strategi, dan sasaran strategis sebagaimana diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka disusunlah target

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir ini, bangsa Indonesia sedang berupaya memperbaiki kinerja pemerintahannya melalui berbagai agenda reformasi birokrasi dalam berbagai sektor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya

Lebih terperinci

Disampaikan oleh : Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Disampaikan oleh : Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Disampaikan oleh : Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah Latar Belakang: KONDISI:

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA

SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA PENDAHULUAN UU No. 17 Tahun 2003 mengamanatkan beberapa perubahan substansial dalam sistem perencanaan dan penganggaran APBN Perubahan sistem perencanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 96, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan untuk mencapai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DOKUMEN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP)

PENYUSUNAN DOKUMEN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN (Berdasarkan Kepmendag Nomor 794 / 2015) KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta

Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta Rencana Strategis 2010-2014 Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi DIY tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut: Visi : Auditor Presiden yang responsif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dubnick (2005), akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. No.418, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.07/2009 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii BAB I JADWAL PELAKSANAAN PENERAPAN... 1 BAB II PENUTUP Daftar Isi i

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii BAB I JADWAL PELAKSANAAN PENERAPAN... 1 BAB II PENUTUP Daftar Isi i DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii BAB I JADWAL PELAKSANAAN PENERAPAN... 1 BAB II PENUTUP... 10 Daftar Isi i DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jadawal Penerapan PBK dan KPJM... 2 D a f t a r I s i ii BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001, pemerintah daerah telah melaksanakan secara serentak otonomi daerah dengan berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 22 & 25 tahun 1999, kemudian diubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG - 1 - S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN 2016 NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 852 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. 25/2004 yang telah mensyaratkan adanya konsistensi perencanaan anggaran

BAB I PENDAHULUAN. No. 25/2004 yang telah mensyaratkan adanya konsistensi perencanaan anggaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi manajemen keuangan publik agar lebih tepat guna mengharuskan Indonesia untuk menggunakan sistem penganggaran baru. Sistem tersebut berorientasi pada ketepatan

Lebih terperinci

PERUBAHAN MENDASAR PENYUSUNAN ANGGARAN NEGARA SESUAI UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2003 DAN IMPLEMENTASINYA PADA MASA TRANSISI

PERUBAHAN MENDASAR PENYUSUNAN ANGGARAN NEGARA SESUAI UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2003 DAN IMPLEMENTASINYA PADA MASA TRANSISI PERUBAHAN MENDASAR PENYUSUNAN ANGGARAN NEGARA SESUAI UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2003 DAN IMPLEMENTASINYA PADA MASA TRANSISI Oleh: Drs. L. Riyatno, MM *) INTISARI Saat ini semua instansi pemerintah dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Penyusunan. Gambaran Implementasi ADIK. Konsep Dasar Penataan ADIK. Implementasi ADIK. Penyusunan Informasi Kinerja

Penyusunan. Gambaran Implementasi ADIK. Konsep Dasar Penataan ADIK. Implementasi ADIK. Penyusunan Informasi Kinerja Penyusunan Informasi Kinerja Diklat Arsitektur dan Informasi Kinerja Kementerian Keuangan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan Gambaran Implementasi ADIK Konsep

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

I. Pengertian BAB I PENDAHULUAN

I. Pengertian BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PADA LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 PEMERINTAHAN. Pembangunan. Nasional. Perencanaan. Penganggaran. Sinkronisasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6056) PERATURAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.316, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Data Kinerja. Pengumpulan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 11 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGUMPULAN

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2014-2018 A. Program dan Kegiatan Pokok 1. Program Pelayanan Administrasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

REVIU ANGKA DASAR (BASELINE) (Bagian 1)

REVIU ANGKA DASAR (BASELINE) (Bagian 1) REVIU ANGKA DASAR (BASELINE) (Bagian 1) Ada lima tahapan pokok dalam satu siklus APBN di Indonesia yaitu : 1). Perencanaan dan Penganggaran APBN; 2). Penetapan/Persetujuan APBN; 3). Pelaksanaan APBN; 4).

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA (APLIKASI UNTUK PEMERINTAH PUSAT)

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA (APLIKASI UNTUK PEMERINTAH PUSAT) PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA (APLIKASI UNTUK PEMERINTAH PUSAT) 1 ANGGARAN BERBASIS KINERJA Metode Penganggaran bagi Manajemen yang mengaitkan setiap biaya yang dibebankan dalam kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DEFINISI UMUM Indikator Kinerja adalah kunci pelaksanaan dan evaluasi kerja Indikator Kinerja adalah uraian ringkas

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R i

K A T A P E N G A N T A R i K A T A P E N G A N T A R i KA PENGANR Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan Reformasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.... i LEMBAR PERSETUJUAN.... ii LEMBAR PENGESAHAN.... iii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR.... iv ABSTRAK..... v RIWAYAT HIDUP... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Juknis Penyusunan RKA Dinas Kominfo Tahun Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. Juknis Penyusunan RKA Dinas Kominfo Tahun Anggaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang- undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang- undang nomor 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses perencanaan dan penganggaran pembangunan senantiasa merupakan satu entitas dalam siklus pembangunan. Konsep demikian telah dituangkan dalam kerangka hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN A. Latar Belakang B. Norma dan Dasar Hukum C. Definisi Global dan Detail Standar D. Maksud dan Tujuan E. Kebutuhan Sumber Daya Manusia F. Kebutuhan Sarana dan Prasarana G.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.80, 2014 ADMINISTRASI. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pelaporan. Keuangan. Kinerja. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Strategi perencanaan pembangunan nasional by Firdawsyi nuzula

Strategi perencanaan pembangunan nasional by Firdawsyi nuzula Strategi perencanaan pembangunan nasional by Firdawsyi nuzula Latar belakang Amandemen Keempat UUD NRI 1945 Tidak ada GBHN Pemilihan Presiden secara langsung Pemilihan Kepala Daerah secara demokratis UU

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 104 /PMK.02/2010 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENELAAHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran merupakan suatu perencanaan dan pengendalian terpadu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran merupakan suatu perencanaan dan pengendalian terpadu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran merupakan suatu perencanaan dan pengendalian terpadu yang dilaksanakan dengan tujuan agar perencanaan dan pengendalian tersebut mempunyai daya guna dan hasil

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Alamat blog: SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA - RI

Alamat blog:  SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA - RI asropimsi@yahoo.com 081386099760 Alamat blog: http://asropi.wordpress.com/ SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA - RI AKIP: How? Dokumen Renstra K/L Dokumen Laporan AKIP Planning

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAULUAN. Undang Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah. Daerah mengisyaratkan kepada daerah untuk dapat memilih membentuk

BAB I PENDAULUAN. Undang Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah. Daerah mengisyaratkan kepada daerah untuk dapat memilih membentuk BAB I PENDAULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Pelaksanaan Undang Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengisyaratkan kepada daerah untuk dapat memilih membentuk dan mengatur segala urusan rumah tangganya

Lebih terperinci

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budaya manajemen baru (the new public management), atau

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budaya manajemen baru (the new public management), atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan budaya manajemen baru (the new public management), atau mewirausahakan pemerintah (reinventing government) yang berorientasi kepada hasil, pelayanan publik,

Lebih terperinci

MENGAPA ANGGARAN KINERJA?

MENGAPA ANGGARAN KINERJA? MENGAPA ANGGARAN KINERJA? Kurangnya keterkaitan antara: kebijakan, perencanaan, penganggaran, pelaksanaan Horizon anggaran sempit, berjangka satu tahunan Penganggaran kebanyakan berciri line-item, berdasarkan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

WALIKOTA TANJUNGBALAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGBALAI

WALIKOTA TANJUNGBALAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGBALAI WALIKOTA TANJUNGBALAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGBALAI NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2012 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Urusan Pemerintah. Pelimpahan dan Penugasan. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN Substansi Prosedur Tetap tentang Penyusunan Bahan Evaluasi Tahunan RPJMN di Lingkungan ANRI telah saya setujui. Disetujui di Jakarta pada tanggal Juni

Lebih terperinci

BAB V PERTANGGUNGJAWABAN LURAH

BAB V PERTANGGUNGJAWABAN LURAH BAB V PERTANGGUNGJAWABAN LURAH Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu : Bentuk Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit) Tujuan : Praja dapat

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.313, 2017 BAPPENAS. Evaluasi Pembangunan Nasional. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR 4/JUKLAK/SESMEN/12/2014 TENTANG PEDOMAN TRILATERAL MEETING (PERTEMUAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA Tantangan utama pengelolaan Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U )

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U ) INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U ) DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN 2016-2021 DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU Jalan Raya Belilas Km. 06 Pematang Reba

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG)

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG) BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG) BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengintegrasikan

Lebih terperinci

SISTEM PENGANGGARAN PEMERINTAH

SISTEM PENGANGGARAN PEMERINTAH SISTEM PENGANGGARAN PEMERINTAH 1. PENGERTIAN ANGGARAN 2. FUNGSI ANGGARAN 3. PRINSIP PRINSIP ANGGARAN PEMERINTAH 4. KARAKTERISTIK DAN SIKLUS ANGGARAN PEMERINTAH 5. ANGGARAN BERBASIS KINERJA (ABK) 6. STANDAR

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci