KATA PENGANTAR. Selamat bekerja. Jakarta, Mei 2007 Kepala Badan Pusat Statistik, DR. Rusman Heriawan, SE, Msi, APU NIP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Selamat bekerja. Jakarta, Mei 2007 Kepala Badan Pusat Statistik, DR. Rusman Heriawan, SE, Msi, APU NIP"

Transkripsi

1 PEDOMAN BPS PROVINSI SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2007

2 KATA PENGANTAR Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI07) merupakan SDKI yang keenam mengenai kondisi demografi dan kesehatan di Indonesia. Survei pertama adalah Survei Prevalensi Kontrasepsi Indonesia yang dilakukan pada tahun 1987 kedua, sampai kelima adalah SDKI 1991, SDKI1994, SDKI 1997, dan SDKI SDKI07 adalah suatu survei yang dirancang untuk menyajikan informasi mengenai tingkat kelahiran, kematian, keluarga berencana dan kesehatan. SDKI07 kali ini sama seperti SDKI , hanya ada tambahan modul remaja. Modul remaja juga sama dengan Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) Pelaksanaan SDKI07 rencananya dilaksanakan pada Bulan Juli 2007 sampai dengan September 2007 di 33 provinsi. Kerangka sampel survei ini adalah sub sampel dari Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Sampel SDKI 2007 dirancang untuk menghasilkan estimasi karakteristik penting dari wanita pernah kawin usia tahun, pria kawin usia tahun serta pria dan wanita belum kawin usia tahun tingkat nasional. Dalam kegiatan SDKI07, disusun buku pedoman: (1) Pewawancara, (2) Pengawas/Pemeriksa, (3) Pengelola Lapangan: BPS Propinsi. Dalam buku pedoman dijelaskan tujuan, metodologi, cakupan wilayah, cara wawancara, cara pengawasan/pemeriksaan, jadwal kegiatan, jenis dan penggunaan dokumen, organisasi, dengan maksud agar segala sesuatunya dapat berjalan secara terarah, terkoordinasi, efektif dan efisien. Buku pedoman ini merupakan pegangan dalam melakukan tugas dan fungsi masingmasing unsur yang terlibat dalam SDKI07. Oleh karena itu, kepada semua petugas SDKI07 diharapkan agar dengan sungguh-sungguh mengikuti semua petunjuk dan aturan yang dimuat dalam buku ini. Selamat bekerja. Jakarta, Mei 2007 Kepala Badan Pusat Statistik, DR. Rusman Heriawan, SE, Msi, APU NIP iii

3 DAFTAR ISI Halaman BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 1 C. Cakupan Wilayah... 2 D. Data yang Dikumpulkan... 2 E. Jadwal Kegiatan... 3 F. Pelatihan Petugas... 4 G. Pelaksanaan Lapangan... 4 BAB 2. JENIS DOKUMEN,PERLENGKAPAN PETUGAS DAN PENGIRIMANNYA A. Dokumen... 5 B. Perlengkapan Petugas... 6 C. Pengiriman Dokumen dan Perlengkapan Petugas... 7 BAB 3. METODE SAMPLING A. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Cakupan Wilayah Kerangka Sampel Jumlah Sampel Rancangan Sampel Pemilihan Sampel Rumah Tangga B. Safe Motherhood Project Cakupan Wilayah Kerangka Sampel Jumlah Sampel Rancangan Sampel Pemilihan Sampel Rumah Tangga BAB 4. ORGANISASI SURVEI A. Penanggung Jawab Pelaksanaan B. Panitia Pengarah dan Tim Teknis C. Koordinator Lapangan D. Petugas Lapangan iii

4 Halaman BAB 5. PENGERAHAN PETUGAS A. Pewawancara B. Pemeriksa C. Pengawas D. Penunjuk Jalan BAB 6. PENYELENGGARAAN PELATIHAN A. Pelatihan Koordinator Lapangan B. Pelatihan Petugas Lapangan C. Pembentukan Pusat Pelatihan Petugas Lapangan BAB 7. PENGELOLAAN ADMINISTRASI KEUANGAN A. Pembiayaan B. Pertanggungjawaban Keuangan C. Pengiriman Laporan Penggunaan Biaya LAMPIRAN 1. Alokasi Petugas SDKI Alokasi Pelatihan Petugas SDKI Alokasi Sampel Blok Sensus dan Rumah Tangga SDKI Alokasi Sampel Responden Wanita Pernah Kawin dan Pria Kawin Alokasi Sampel Blok Sensus dan Rumah Tangga SMP Kuesioner SDKI02-DSRT Bagan Organisasi Lapangan Arus Dokumen dari Pusat ke Daerah Arus Dokumen dari Daerah ke Pusat Tabel Angka random iv

5 BAB 1 PENGANTAR SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2007 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI07) adalah suatu sampel survei nasional yang dirancang untuk menyajikan informasi mengenai tingkat kelahiran, kematian, keluarga berencana dan kesehatan. Survei serupa dengan SDKI juga dilaksanakan di negara-negara Amerika Latin, Asia, Afrika dan Timur Tengah. Pada umumnya pertanyaan-pertanyaan SDKI sama dengan pola DHS (Demographic and Health Surveys) internasional. SDKI07 dilaksanakan oleh BPS bekerja sama dengan BKKBN dan DEPKES. Bantuan teknis diberikan oleh United States Agency for International Development (USAID) melalui proyek Demographic and Health Surveys yang dilaksanakan oleh ORC Macro International, Inc yang berkantor pusat di Calverton, Maryland, Amerika Serikat. SDKI07 mencakup modul rumah tangga (RT), wanita pernah kawin (WPK) usia tahun, pria kawin (PK) usia tahun, dan remaja (R) usia tahun. Modul RT meliputi keterangan pokok anggota rumah tangga dan kondisi kesehatan tempat tinggal. Modul WPK meliputi latar belakang, anak-anak yang dilahirkan, pengetahuan dan praktek keluarga berencana (KB), kesehatan ibu dan anak, pengetahuan tentang AIDS dan penyakit menular seksual lainnya, kematian ibu, dan informasi lain yang diperlukan dalam penyusunan kebijaksanaan dan program KB dan kesehatan. Sebagian besar cakupan materi WPK sama dengan materi modul PK. Modul R meliputi latar belakang, pubertas, pengetahuan mengenai KB, kesehatan reproduksi, prilaku dan pengetahuan seksual, merokok dan minuman beralkohol, dan pengetahuan tentang AIDS dan penyekit menular seksual lainnya. Para calon petugas lapangan diwajibkan untuk mengikuti latihan sebagai pewawancara SDKI07. Setelah latihan, pewawancara akan bekerja dalam tim berwawancara dengan responden yang sesuai dengan modul di rumah tangga sampel. Pewawancara akan bekerja untuk SDKI07 selama kurang lebih 3 bulan. Selama latihan peserta akan mendapat petunjuk cara berwawancara dan mengisi kuesioner dengan benar. Peserta juga akan latihan berwawancara dengan peserta pelatihan yang lain maupun dengan orang yang belum dikenal. Secara berkala peserta akan diberi test, dan kuesioner yang diisi pada saat latihan wawancara akan diperiksa kelengkapannya dan ketelitiannya. Peserta juga akan mendengarkan ceramah tentang kebijaksanaan dan program keluarga berencana dan kesehatan yang erat hubungannya dengan informasi yang dikumpulkan dalam SDKI07. 1

6 A. TUJUAN SURVEI Program KB nasional telah dilaksanakan di Indonesia selama lebih dari 35 tahun. Dalam usaha peningkatan kualitas pengelolaan program dibutuhkan data yang akurat dan rinci mengenai pencapaian program. SDKI07 bertujuan untuk memberikan masukan dalam rangka meningkatkan pengelolaan program KB nasional dan program kesehatan. Secara rinci SDKI07 mempunyai tujuan: 1. Mengumpulkan data yang berguna bagi pengelolaan program KB, khususnya tingkat fertilitas dan prevalensi kontrasepsi. 2. Menyajikan perbedaan tingkat fertilitas dan prevalensi alat/cara KB antar karakteristik penduduk, tempat tinggal dan provinsi. 3. Mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak, seperti perawatan ibu hamil, imunisasi, pemberian air susu, pengetahuan tentang AIDS dan penyakit menular seksual lainnya, dan kematian ibu. 4. Memantau secara berkala perubahan-perubahan yang terjadi pada angka kelahiran, kematian, keadaan kesehatan dan pemakaian alat/cara KB. 5. Menyediakan data base yang dapat digunakan oleh para pengelola program, pengambil kebijakan, dan peneliti dalam bidang fertilitas, KB dan kesehatan, pada tingkat provinsi maupun nasional yang terbandingkan secara internasional. 6. Menghasilkan data yang dapat menggambarkan pengetahuan, sikap dan prilaku pria berstatus kawin berkaitan dengan kesehatan reproduksi, penyakit Aids dan infeksi menular seksual lainnya. 7. Menghasilkan data yang dapat digunakan untuk memantau peran serta pria dalam program KB. 8. Menghasilkan data yang dapat menggambarkan pengetahuan, sikap dan prilaku remaja yang belum kawin berkaitan dengan kesehatan reproduksi, penyakit AIDS dan infeksi menular seksual lainnya. 9. Menghasilkan data yang dapat menggambarkan kesehatan lingkungan tempat tinggal, antara lain mengenai kondisi rumah, fasilitas air bersih, fasilitas dapur, keberadaan ternak/unggas di sekitar rumah, dan upaya pencegahan malaria. B. CARA PENGUMPULAN DATA SURVEI Ada beberapa cara untuk mengumpulkan keterangan mengenai penduduk. Salah satu cara adalah mewawancarai setiap orang dan menanyakan keterangan yang diinginkan. Mewawancarai semua orang disebut pencacahan lengkap. Sensus penduduk merupakan contoh cara pengumpulan data dengan pencacahan lengkap. Cara ini sangat mahal dan memerlukan banyak sekali petugas untuk 2

7 menemui semua orang. Meskipun sangat mahal, sensus penduduk perlu dilakukan minimal 10 tahun sekali. Cara lain untuk mengumpulkan keterangan adalah dengan menyelenggarakan sampel survei. Jika bukan untuk mengetahui jumlah penduduk yang tepat, sampel survei dapat mengumpulkan data secara cepat dan murah. Survei adalah cara yang efektif untuk menghasilkan statistik dan indikator karena menggunakan metoda penelitian ilmiah. Dalam kehidupan sehari-hari biasanya pengambilan keputusan maupun perencana sangat memerlukan data statitik atau indikator. Sampel survei menghasilkan angka-angka statistik dalam bentuk rata-rata, persentase, atau proporsi. Misalnya, proporsi anak yang sudah mendapat imunisasi tertentu, atau proporsi wanita yang tidak ingin memperoleh anak lagi. Metoda sampling memungkinkan keterangan dari sebagian kecil penduduk dipakai menyimpulkan keadaan kelompok yang lebih luas. Sehingga dengan biaya yang relatif murah dan waktu yang relatif singkat bisa diperoleh perkiraan keadaan suatu populasi. Kecermatan suatu hasil survei tergantung antara lain pada besarnya sampel. Misalnya, jika dari suatu populasi sebesar diambil sampel 3 saja, hasilnya bisa berbeda dengan nilai populasinya. Jika dari 3000 populasi tersebut diambil sampel 400, maka hasilnya kemungkinan akan lebih akurat. Besarnya sampel berkaitan dengan tingkat kecermatan yang diinginkan. Sehingga apabila terjadi banyak non-respon, berarti akurasi data akan berkurang. Banyaknya sampel SDKI07 dirancang dengan mempertimbangkan akurasinya. Oleh karena itu petugas harus berusaha untuk meliput semua orang yang terpilih sampel. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan kunjungan ulang apabila responden belum dapat diwawancarai ketika kunjungan pertama. Kecermatan suatu survei juga ditentukan oleh faktor penting lain, yaitu tidak adanya bias yang ikut berpengaruh. Untuk menghindarkan terjadinya bias dalam hasil survei, maka responden yang diwawancara harus betul-betul sampel yang dipilih secara acak. Artinya setiap orang dalam populasi yang diteliti mempunyai peluang yang sama untuk terpilih dalam sampel. Agar faktor bias minimal, maka sampel (blok sensus atau rumah) tidak boleh diganti sesuka petugas lapangan. Selain itu, kunjungan ulang kepada responden yang belum dapat diwawancarai ketika kunjungan pertama juga akan sangat berarti dalam mengurangi bias. Sebagai contoh, wanita yang mempunyai anak sedikit cenderung untuk bekerja di luar rumah, sehingga jika tidak diadakan kunjungan ulang untuk mewawancarai mereka, maka perkiraan fertilitas menjadi bias, karena lebih banyak didasarkan pada keterangan dari wanita yang mempunyai anak lebih banyak yang ditemui pada saat wawancara. 3

8 Dalam survei seperti juga SDKI07 ini, setiap responden mempunyai kontribusi yang cukup bermakna ikut menentukan kualitas data, karena satu responden dipandang sebagai wakil dari sejumlah besar populasi yang karakteristiknya serupa. Respons rate seratus persen harus menjadi sasaran target setiap petugas lapangan. C. CAKUPAN Survei ini dirancang mencakup seluruh provinsi di Indonesia, termasuk 3 provinsi (Aceh, Maluku dan Papua) yang pada SDKI07 yang lalu tidak diikutkan. Jumlah provinsi seluruhnya adalah 33 provinsi. Sejumlah rumah tangga yang tersebar di provinsi-provinsi tersebut telah dipilih untuk dicakup dalam sampel SDKI07. Setiap rumah tangga terpilih akan dikunjungi dan diwawancarai dengan menggunakan Daftar Rumah Tangga (SDKI07-RT). Dari daftar ini akan diketahui banyaknya wanita pernah kawin berusia tahun, banyaknya pria kawin usia tahun, dan banyaknya remaja belum kawin usia tahun. Anggota rumah tangga yang memenuhi syarat (eligible respondent) ditandai dalam Daftar SDKI07-RT dan kemudian diwawancarai dengan menggunakan Daftar Wanita Pernah Kawin (SDKI07-WPK), atau Daftar Pria Kawin (SDKI07-PK), atau Daftar Remaja (SDKI07-R). Survei ini diharapkan mencakup sekitar rumah tangga. Pada rumah tangga tersebut diharapkan diperoleh wawancara lengkap dengan sekitar wanita pernah kawin, pria kawin dan remaja yang memenuhi syarat. Sampel ini merupakan wakil dari populasi yang lebih luas di Indonesia. Mempelajari sikap dan perilaku fertilitas, keluarga berencana dan kesehatan dari sampel tersebut akan memberikan gambaran mengenai sikap dan perilaku semua wanita, pria dan remaja Indonesia. D. DATA YANG DIKUMPULKAN SDKI07 ini mengumpulkan empat macam data, yaitu keterangan rumah tangga yang mencakup keterangan sosial dan ekonomi rumah tangga, wanita pernah kawin umur tahun, pria kawin umur tahun, dan remaja umur tahun. Keterangan rumah tangga yang dicatat antara lain nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pendidikan anggota rumah tangga, dan keterangan tempat tinggal rumah tangga. Kepada wanita pernah kawin usia tahun ditanyakan antara lain latar belakang responden, riwayat kelahiran, pengetahuan tentang keluarga berencana, kehamilan, pemberian air susu ibu, imunisasi dan kesehatan anak, perkawinan, preferensi fertilitas, latar belakang suami dan pekerjaan responden, dan pengetahuan tentang AIDS, penyakit menular seksual lainnya dan 4

9 kematian ibu. Berbagai keterangan mengenai pria kawin dikumpulkan untuk melihat sejauh mana peran pria terhadap keluarga berencana, kehamilan, dan kesehatan reproduksi. Keterangan yang dikumpulkan, antara lain mengenai latar belakang responden, pengetahuan tentang keluarga berencana, perkawinan dan sikap terhadap perempuan, preferensi fertilitas, partisipasi dalam penanganan kesehatan, dan pengetahuan tentang AIDS dan penyakit menular seksual lainnya. Kegiatan pengumpulan data SDKI07-R mencakup wawancara dengan sejumlah wanita dan pria belum kawin usia tahun yang dipilih secara acak. Kepada wanita dan pria tersebut ditanyakan latar belakang, pengetahuan alat/cara keluarga berencana, kesehatan reproduksi, AIDS dan infeksi menular seksual lainnya, perilaku seksual, dan informasi lain yang diperlukan dalam penyusunan kebijakan pemerintah di bidang kesehatan. E. JADWAL KEGIATAN Pelaksanaan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 dijadwalkan sebagai berikut: Kegiatan Waktu Lokasi Kegiatan (1) (2) (3) 1. Uji Coba 2. Penggandaan Dokumen 3. Pengiriman Dokumen: a. Dari BPS ke BPS Provinsi: 1) Pelatihan 2) Lapangan b. Dari BPS Provinsi ke BPS 4. Pelatihan: a. Koordinator Lapangan (Korlap) b. Instruktur Nasional (Innas) c. Petugas pencacah, field editor dan pengawas 5. Pengumpulan Data 6. Pengolahan Data September Mei Mei 9 Juni Mei 30 Juni 2007 Agustus September April Mei 2 Juni Juni 2007 Juli September 2007 September Desember 2007 Sulut dan Kalbar Pusat Pusat Pusat Daerah Pusat Pusat Pusat Pelatihan Daerah Pusat 5

10 F. PELATIHAN PETUGAS Seperti pada SDKI , calon petugas SDKI07 akan dilatih di 9 pusat pelatihan, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, DI Yogyakarta, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Papua, dan Papua Barat. Alokasi pelatihan petugas SDKI07 dapat dilihat di Lampiran 4. G. PELAKSANAAN LAPANGAN Pengumpulan data SDKI07 akan dilaksanakan oleh tim petugas yang berjumlah 8 orang, terdiri dari: 1 orang pengawas. 1 orang pemeriksa daftar wanita pernah kawin dan pria kawin. 3 orang pewawancara daftar wanita pernah kawin. 1 orang pewawancara daftar pria kawin merangkan pemeriksa daftar remaja. 1 orang pewawancara daftar remaja wanita. 1 orang pewawancara daftar remaja pria. Tim ini akan melaksanakan pencacahan dalam suatu blok sensus terpilih hingga selesai sebelum bergerak menuju ke blok sensus terpilih berikutnya. Dalam setiap blok sensus tim akan mewawancarai 25 rumah tangga dengan Daftar SDKI07-RT, SDKI07-WK, SDKI07-R, dan 8 rumah tangga dengan Daftar SDKI07-PK. Secara periodik Koordinator Lapangan (Korlap) akan melakukan pengecekan perkembangan pelaksanaan lapangan. Setelah tim selesai melaksanakan pencacahan pada suatu kabupaten/kota (sebelum memasuki kabupaten/kota berikutnya), Korlap/pengawas harus mengirimkan semua dokumen yang sudah terisi dari hasil pencacahan ke BPS Pusat dengan surat tembusan disampaikan ke BPS Provinsi (tanpa lampiran). Jadi tim tidak perlu mengirimkan daftar-daftar yang sudah terisi ke BPS Provinsi, dan tidak perlu menunggu sampai pencacahan di semua blok sensus selesai. 6

11 BAB 2 JENIS DOKUMEN, PERLENGKAPAN PETUGAS, DAN PENGIRIMANNYA A. DOKUMEN Jenis dokumen yang digunakan dalam pelaksanaan lapangan SDKI07 adalah sebagai berikut: 1. Buku Pedoman (a) Buku Pedoman BPS Provinsi berisi petunjuk rinci baik aspek teknis maupun administrasi bagi BPS Provinsi dalam pelaksanaan SDKI07. (b) Buku Pedoman Pengawas/Pemeriksa berisi tentang tata cara pengawasan antara lain membagikan tugas kepada pewawancara, membimbing pewawancara mendapatkan data yang bermutu baik, serta tata cara pemeriksaan daftar. (c) Buku Pedoman Pewawancara berisi petunjuk tentang tata cara pewawancara agar dalam melaksanakan tugas sesuai dengan yang diharapkan dan mempersiapkan diri menghadapi berbagai situasi di lapangan, serta untuk mengatasi masalah yang mungkin ditemui di lapangan. 2. Daftar Isian (a) Daftar listing [SAK2007-L(II)] digunakan untuk mendaftar semua bangunan dan rumah tangga yang ada di blok sensus terpilih. Satu set daftar digunakan untuk mencatat satu blok sensus. Daftar ini dikerjakan oleh petugas SAKERNAS pada bulan Juni (b) Daftar Sampel Rumah Tangga (SDKI07-DSRT) digunakan untuk mencatat indentitas rumah tangga yang terpilih sampel. (c) Daftar Rumah Tangga (SDKI07-RT) digunakan untuk mencatat semua anggota rumah tangga dalam rumah tangga terpilih. Daftar ini digunakan untuk menentukan responden yang memenuhi syarat untuk wawancara perseorangan. Satu set daftar digunakan untuk mencatat satu rumah tangga. (d) Daftar Perseorangan Wanita Pernah Kawin (SDKI07-WPK) digunakan untuk mencatat keterangan mengenai setiap responden yang memenuhi syarat, yaitu wanita pernah kawin yang berumur tahun. Satu set daftar digunakan untuk satu responden. Dalam satu rumah tangga mungkin ada lebih dari satu responden. Sebaliknya, mungkin juga tidak ada anggota rumah tangga yang memenuhi syarat sebagai responden daftar perseorangan. 7

12 (e) Daftar Perseorangan Pria Kawin (SDKI07-PK) digunakan untuk mencatat keterangan mengenai pria kawin pada rumah tangga. Satu set daftar digunakan untuk seorang responden. (f) Daftar Perseorangan Remaja (SDKI07-R) digunakan untuk mencatat keterangan mengenai setiap responden yang memenuhi syarat, yaitu remaja wanita/pria yang berumur tahun. Satu set daftar digunakan untuk satu responden. Dalam satu rumah tangga mungkin ada lebih dari satu responden. Sebaliknya, mungkin juga tidak ada anggota rumah tangga yang memenuhi syarat sebagai responden daftar perseorangan. Jenis Daftar Isian, Unit yang Diamati, dan Responden Daftar Isian Unit yang Diamati Responden (1) (2) (3) 1. Daftar Rumah Tangga (SDKI07-RT) 2. Daftar Perseorangan Wanita Pernah Kawin (SDKI07-WPK) 3. Daftar Perseorangan Pria Kawin (SDKI07-PK) 4. Daftar Perseorangan Remaja (SDKI07-R) Rumah tangga Perorangan Perorangan Perorangan 25 rumah tangga biasa dalam blok sensus terpilih Wanita pernah kawin berumur tahun Pria kawin berumur tahun Remaja berumur tahun 3. Daftar Pengawasan Lapangan Daftar Pembagian Tugas oleh Pengawas (SDKI07-DPTP), merupakan catatan bagi pengawas dalam membagikan tugas kepada pewawancara dalam timnya. Daftar ini diisi untuk setiap blok sensus terpilih. Daftar ini juga untuk melihat besarnya beban tugas setiap pewawancara dan hasil pelaksanaan tugas tersebut. B. PERLENGKAPAN PETUGAS Perlengkapan yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan lapangan adalah: a. Surat pengenal sebagai petugas SDKI07, b. Tas, c. Pena/Ballpoint (biru untuk pencacah, hijau untuk pemeriksa, dan merah untuk pengawas), 8

13 d. Daftar Pertanyaan, e. Buku Pedoman, f. Payung, g. Senter. C. PENGIRIMAN DOKUMEN DAN PERLENGKAPAN PETUGAS 1. Pengiriman Dokumen Pengiriman dokumen dari BPS Pusat ke BPS Provinsi akan diatur sebagai berikut: a. Dokumen untuk latihan akan dikirim langsung ke Pusat Pelatihan. b. Dokumen untuk pelaksanaan lapangan akan dikirim ke masing-masing BPS Provinsi. Pengiriman Dokumen dari daerah ke BPS Pusat: a. Dokumen agar disusun sedemikian rupa menurut blok sensus. Lampirkan rincian yang lengkap dan jelas. b. Daftar SDKI07-DSRT, SDKI07-DPTP, SDKI07-RT, SDKI07-WPK, SDKI07-PK, dan SDKI07-R dikirim ke BPS Pusat secara bertahap setiap selesai pencacahan dan pemeriksaan untuk satu Kabupaten/Kota oleh Korlap/Pengawas dengan tembusan surat ditujukan ke kepala BPS Provinsi tanpa lampiran. c. Dokumen yang dikirim ke BPS Pusat, ditujukan kepada: Direktorat Statistik Kependudukan u.p Kepala Sub Direktorat Statistik Demografi Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta Secara jelas arus dokumen dari Pusat ke Daerah dan sebaliknya, dapat dilihat di Lampiran 8 dan Pengiriman perlengkapan petugas Untuk memudahkan pengiriman, semua perlengkapan petugas akan dikirim langsung ke masingmasing BPS Provinsi tempat Pusat Pelatihan, bersama-sama dengan dokumen untuk latihan. 9

14 BAB 3 METODE SAMPLING A. SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA (SDKI) CAKUPAN WILAYAH SDKI07 dilaksanakan di 33 provinsi di Indonesia yang meliputi daerah perkotaan dan perdesaan, yaitu propinsi: Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tengara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. 2. KERANGKA SAMPEL Kerangka sampel yang digunakan dalam SDKI 2007 dibedakan menururt tahapan pemilihan unit sampling, yaitu kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus dan kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga. Dalam pemilihan blok sensus, kerangka sampel yang digunakan adalah daftar blok sensus terpilih SAKERNAS Untuk pemilihan rumah tangga, kerangka sampel yang digunakan adalah daftar rumah tangga hasil listing SAKERNAS 2007 [Daftar SAK2007-L(II)] pada blok sensus terpilih SDKI JUMLAH SAMPEL Besarnya sampel blok sensus dan rumah tangga untuk seluruh provinsi terpilih telah ditentukan sebanyak blok sensus dan rumah tangga. Dari seluruh sampel rumah tangga tersebut diharapkan dapat diperoleh sekitar responden wanita pernah kawin usia tahun. Besarnya sampel di setiap provinsi dihitung untuk menghasilkan penyajian estimasi tingkat provinsi. Untuk responden pria kawin usia tahun, besarnya sampel ditentukan sebanyak responden untuk menghasilkan penyajian estimasi tingkat nasional. Rincian banyaknya sampel blok sensus dan rumah tangga menurut daerah perkotaan dan perdesaan untuk setiap propinsi terdapat dalam Lampiran 1. Banyaknya responden wanita pernah kawin, remaja, dan pria pernah kawin terdapat dalam Lampiran 2. 10

15 4. RANCANGAN SAMPLING Rancangan sampling yang digunakan adalah sampling dua tahap. Tahap I: memilih sejumlah blok sensus secara sistematik dari daftar blok sensus terpilih SAKERNAS Tahap II: memilih 25 rumah tangga untuk setiap blok sensus terpilih SDKI07 secara sistematik dari Daftar SAK2007-L(II). Pemilihan sampel blok sensus untuk daerah perkotaan dan perdesaan dilakukan secara terpisah dalam setiap provinsi. Pemilihan pada tahap pertama dilakukan di BPS Pusat dan pemilihan tahap kedua dilakukan di BPS Provinsi. Wanita Pernah Kawin Usia Tahun Dalam setiap rumah tangga terpilih, apabila terdapat wanita pernah kawin berusia tahun, maka wanita tersebut menjadi responden yang diwawancarai dengan menggunakan Daftar SDKI07-WPK. Pria Kawin Usia Tahun Untuk memperoleh responden pria kawin, terlebih dahulu dilakukan pemilihan sampel rumah tangga sebanyak 8 rumah tangga secara sistematik dari 25 rumah tangga yang telah terpilih SDKI07. Dari 8 rumah tangga terpilih, apabila terdapat pria kawin usia tahun maka pria tersebut menjadi responden yang diwawancarai dengan menggunakan Daftar SDKI07.PK. Remaja Belum Kawin Usia Tahun Dalam setiap rumah tangga terpilih, apabila terdapat remaja wanita/pria belum kawin berusia tahun, maka remaja tersebut menjadi responden yang diwawancarai dengan menggunakan Daftar SDKI07-R. 1. Pemilihan Sampel Rumah Tangga Pemilihan sampel rumah tangga untuk keperluan pencacahan dilakukan oleh koordinator lapangan. Tata cara pemilihan sampel rumah tangga adalah sebagai berikut: a. Hitung interval sampel (I) untuk pemilihan rumah tangga dengan menggunakan rumus: M I = 25 Interval sampel dihitung sampai satu angka di belakang koma. 11

16 M = Banyaknya rumah tangga hasil pendaftaran rumah tangga dengan Daftar SAK2007-L(II) [nomor urut terakhir di kolom (5) Blok IV Daftar SAK2007-L(II)]. b. Dengan menggunakan Tabel Angka Random (lihat Lampiran 10), tentukan angka random pertama (R 1 ) yang nilainya lebih kecil atau sama dengan interval sampel (I). Penentuan banyaknya kolom yang digunakan untuk mencari angka random pertama adalah sama dengan jumlah digit I di depan koma. Misalnya diperoleh I = 10,40, maka banyaknya kolom pada TAR untuk penentuan R 1 adalah 2 digit. c. Tata cara penggunaan Tabel Angka Random adalah sebagai berikut: 1. Siapkan Tabel Angka Random (TAR) yang terdiri atas 2 halaman. 2. Setiap halaman terdiri atas 25 kolom dan 35 baris. Masing-masing halaman diberi nomor kolom 1, 2, 3,..., 25 dan nomor baris 1, 2, 3,, Ambillah sebuah pensil atau benda berujung runcing. Buka salah satu halaman dari 2 halaman TAR. Picingkan mata atau alihkan pandangan ke tempat lain, dan letakkan ujung pensil di atas lembaran TAR. Bilangan yang paling dekat dengan posisi ujung pensil adalah merupakan titik awal pembacaan angka random untuk menentukan halaman, baris, dan kolom yang akan digunakan untuk memilih R 1. Mulai dari titik ini bacalah 5 bilangan ke kanan sesuai dengan keperluan. Misalkan halaman yang digunakan untuk pembacaan ini adalah halaman pertama TAR dan ujung pensil yang jatuh pada bagian tertentu dari tabel seperti ilustrasi berikut: Lima angka di sebelah kanan tanda titik ( ) adalah

17 Penentuan halaman pembacaan TAR: Karena ada 2 halaman TAR, angka random yang digunakan untuk menentukan halaman ini cukup satu angka saja. Untuk mudahnya, gunakan angka 0, 1, 2,, 9 dengan perjanjian bahwa angka ganjil untuk menyatakan halaman pertama Tabel Angka Random, angka 0 (nol) dan genap untuk halaman kedua. Pada pembacaan di atas, yaitu 26587, dijit pertama adalah 2. Oleh karena itu halaman yang terpilih adalah halaman kedua dari Tabel Angka Random. Penentuan baris: Karena pada setiap halaman ada 35 baris, maka untuk penentuan baris ini digunakan bilangan yang terdiri atas 2 dijit. Untuk penghematan, ditentukan perjanjian bahwa bilangan 01, 36, dan 71 digunakan untuk menyatakan baris 1, bilangan 02, 37, dan 72 digunakan untuk menyatakan baris 2, dan seterusnya. Pada pembacaan di atas (26587), dijit ke-2 dan ke-3 adalah 65, maka baris pembacaan jatuh pada baris ke-30, karena = 30 Penentuan kolom: Karena pada setiap halaman ada 25 kolom, maka untuk penentuan kolom ini digunakan bilangan yang terdiri atas 2 dijit. Untuk penghematan, ditentukan perjanjian bahwa bilangan 01, 26, 51, dan 76 digunakan untuk menyatakan kolom 1, bilangan 02, 27, 52, dan 77 digunakan untuk menyatakan kolom 2, dan seterusnya. Pada pembacaan di atas, dijit ke-4 dan ke-5 adalah 87, maka kolom pembacaan jatuh pada kolom ke-12, karena 87 ( ) = 12. Sehingga TAR yang digunakan adalah halaman 2, baris ke-30 dan kolom ke-12. Jika interval nilainya puluhan (2 dijit) maka dalam hal ini kolom yang digunakan adalah kolom (12) dan (13). d. Lingkari nomor urut rumahtangga yang sama dengan angka random pertama (R 1 ), kemudian gunakan interval sampel untuk menghitung angka random berikutnya, yaitu R 2, R 3,..., R 25 seperti berikut: R i = R 1 + (i-1) I, atau R i = R i-1 + I sehingga, R 2 = R 1 + I; R 3 = R 1 + 2I;... R 25 = R I. 13

18 e. Bulatkan angka-angka yang diperoleh dalam butir d ke dalam angka tanpa desimal. f. Lingkari nomor urut di Kolom (5) daftar SAK2007-L(II) yang sama dengan angka random terpilih. Rumah tangga terpilih SDKI 2007 adalah rumah tangga yang nomor urutnya dilingkari. Kedua puluh lima rumah tangga ini beserta keterangan pemilihan sampelnya, dicatat dalam Daftar SDKI2007-DSRT. Daftar SDKI2007-DSRT ini dibuat 2 rangkap, satu rangkap untuk petugas pencacah dan disimpan di BPS Provinsi dan satu rangkap dikirim ke BPS (up. Subdit. Statistik Demografi). Apabila jumlah rumah tangga dalam blok sensus terpilih kurang dari 25, maka seluruh rumah tangga pada blok sensus tersebut dipilih sebagai sampel. Alokasikan kekurangan sampel rumah tangga pada blok sensus yang memiliki jumlah rumah tangga terbanyak di Kabupaten/Kota yang sama. Contoh: Dalam satu blok sensus terpilih hanya ada 19 rumah tangga. Dalam kabupaten yang sama terdapat blok sensus terpilih lainnya dengan jumlah rumah tangga terbanyak, yakni 102 rumah tangga. Pada blok sensus pertama, pilih semua rumah tangga (19). Kekurangannya, 6 rumah tangga dipilih dari blok sensus kedua setelah dikurangi banyaknya rumah tangga sampel ( = 77). Jadi 6 rumah tangga kekurangannya dipilih secara sistematik dari 77 rumah tangga di blok sensus kedua. Contoh Pemilihan Sampel Rumah Tangga: Misalkan dalam satu blok sensus terpilih terdapat 93 rumah tangga hasil pendaftaran rumah tangga. Langkah-langkah pemilihan sampel adalah sebagai berikut: a. Hitung interval sampel I = 93/25 = 3,7. b. Cari angka random pertama R 1 yang lebih kecil atau sama dengan 3,7 misalkan R 1 = 3 (Tabel Angka Random Baris 24, Kolom 13 Halaman 1) c. Cari angka random berikutnya, yaitu: R 2 = 3 + 3,7 = 6,7 dibulatkan menjadi 7 R 3 = 3 + 7,4 = 10,4 dibulatkan menjadi R 25 = ,3 = 92,3 dibulatkan menjadi 92 d. Lingkari kolom (5) pada daftar SAK2007-L(II) yang memiliki nomor urut 3, 7, 10, 92. Catat keterangan kedua puluh lima rumah tangga terpilih ini kedalam daftar SDKI2007-DSRT. 14

19 2. Pemilihan Sampel Rumah Tangga untuk Responden Pria Kawin Untuk memperoleh target responden pria yang kawin usia tahun, dipilih 8 sampel rumah tangga dari 25 rumah tangga terpilih SDKI Pemilihan sampel dilakukan dengan menggungakan Daftar SDKI2007-DSRT sebagai kerangka sampel dengan tata cara pemilihan rumah tangga yang sama seperti sebelumnya. Lingkari nomor urut di Kolom (1) daftar SDKI2007- DSRT yang sama dengan angka random terpilih. Keterangan pemilihan 8 sampel rumah tangga ini dicatat dalam Daftar SDKI2007-DSRT. Contoh pemilihan sampel rumah tangga untuk responden Pria Kawin: Dari 25 rumah tangga terpilih SDKI 2007, dipilih 8 rumah tangga secara sistematik dengan langkahlangkah pemilihan sampel sebagai berikut: a. Hitung interval sampel I = 25/8 = 3,1 b. Cari angka random pertama R 1 yang lebih kecil atau sama dengan 3,1 misalkan R 2 = 2 (Tabel Angka Random Baris 16, Kolom 15, Halaman 1) c. Cari angka random berikutnya, yaitu: R 2 = 2 + 3,1 = 5,1 dibulatkan menjadi 5 R 3 = 2 + 6,2 = 8,2 dibulatkan menjadi 8... R 8 = ,7= 23,7 dibulatkan menjadi 24 Lingkari Kolom (1) pada daftar SDKI2007-DSRT yang memiliki nomor urut 2, 5, 8,,

20 Bagan Pemilihan Sampel SDKI 2007 Daftar Blok Sensus Terpilih SAKERNAS 2007 Perkotaan Pedesaan Pemilihan sampel BS secara Sistematik Sampel BS SDKI 2007 (Daftar SDKI2007-DSBS) Pemilihan sampel 25 RT per BS secara Sistematik Rumah tangga terpilih SDKI 2007 (Daftar SDKI2007-DSRT) Rumah tangga terpilih (Daftar SDKI2007-PK) Pemilihan sampel 8 RT untuk Pria pernah kawin secara Sistematik 16

21 B. SDKI - SAFE MOTHERHOOD PROJECT (SMP) CAKUPAN WILAYAH Safe Motherhood Project (SMP) 2007 dilaksanakan di 15 kabupaten di 3 provinsi yang meliputi daerah perkotaan dan perdesaan, yaitu : Provinsi Jawa Barat meliputi Kabupaten Sukabumi, Cirebon, Ciamis, Garut, dan Subang; Provinsi Jawa Tengah meliputi Kabupaten Brebes, Rembang, Pemalang, Jepara, dan Cilacap; Provinsi Jawa Timur meliputi Kabupaten Trenggalek, Ngawi, Pamekasan, Jombang, dan Sampang. 2. Kerangka Sampel Kerangka sampel yang digunakan dalam SDKI-SMP 2007 dibedakan menurut tahapan pemilihan unit sampling, yaitu kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus dan kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga. Dalam pemilihan blok sensus, kerangka sampel yang digunakan adalah daftar blok sensus terpilih Sakernas Untuk pemilihan rumah tangga, kerangka sampel yang digunakan adalah daftar rumah tangga hasil listing Sakernas 2007 (Daftar SAK07-L(II)) pada blok sensus terpilih SDKI-SMP Jumlah Sampel Besarnya sampel blok sensus dan rumah tangga untuk seluruh kabupaten terpilih telah ditentukan sebanyak 240 BS dan rumah tangga. Dari seluruh sampel rumah tangga tersebut diharapkan dapat diperoleh sekitar responden wanita pernah kawin usia tahun.dari sampel tersebut diharapkan. Penentuan besarnya sampel di setiap kabupaten dilakukan untuk menghasilkan penyajian estimasi tingkat kabupaten. Rincian banyaknya sampel blok sensus dan rumah tangga menurut daerah perkotaan dan perdesaan untuk setiap provinsi terdapat dalam lampiran RANCANGAN SAMPLING Rancangan sampling yang digunakan sama dengan rancangan sampling SDKI 2007 Nasional, begitu pula dengan pemilihan sampel rumah tangga per blok sensus. Hanya saja dalam SDKI-SMP 2007 pemilihannya hanya sampai 25 rumah tangga per blok sensus, karena responden SDKI-SMP 2007 hanya Rumah Tangga dan Wanita Pernah Kawin Usia Tahun. Jadi dalam setiap rumah tangga terpilih akan diwawancarai dengan menggunakan Daftar SDKI07-RT dan apabila terdapat wanita pernah kawin berusia tahun, maka wanita tersebut menjadi responden yang diwawancarai dengan menggunakan Daftar SDKI07-WPK. 17

22 Bagan Pemilihan Sampel SDKI-SMP 2007 Daftar Blok Sensus Terpilih SAKERNAS 2007 Perkotaan Pedesaan Pemilihan sampel BS secara Sistematik Sampel BS SDKI-SMP 2007 (Daftar SMP07-DSBS) Pemilihan sampel 25 RT per BS secara Sistematik Rumah tangga terpilih SDKI-SMP 2007 (Daftar SDKI2007-DSRT) 18

23 BAB 4 ORGANISASI SURVEI A. PENANGGUNG JA WAB PELAKSANAAN 1. Pusat Ketua Pelaksana SDKI07 adalah Direktur Statistik Kependudukan. 2. Daerah Penanggung jawab pelaksana SDKI07 di daerah adalah Kepala BPS Provpinsi yang dalam aspek lapangannya dibantu oleh Koordinator Lapangan (Korlap) serta Kepala BPS Kabupaten/Kota yang wilayah kerjanya terpilih dalam sampel SDKI07. Tanggung jawab Kepala BPS Provinsi tersebut meliputi bidang teknis maupun administrasi, mulai dari rekruitmen petugas hingga pengiriman dokumen kembali ke BPS. B. PANITIA PENGARAH DAN TIM TEKNIS Di Pusat dibentuk panitia pengarah dan tim teknis. Panitia pengarah beranggotakan wakil dari instansi-instansi yang terkait dalam bidang keluarga berencana, kependudukan, kesehatan dan para ahli di bidang tersebut, serta wakil dari BPS. Tim teknis dibentuk oleh Kepala BPS, dan beranggotakan pejabat dan staf BPS yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan SDKI07. Di daerah juga dibentuk tim teknis yang beranggotakan dari BPS Provinsi, Dinas Kesehatan, dan BKKBN/Dinas yang membawahi Keluarga Berencana. C. KOORDINATOR LAPANGAN Untuk membantu Kepala BPS Provinsi dalam mengkoordinasi pelaksanaan lapangan ditunjuk seorang Korlap, yaitu Kepala Bidang Statistik Sosial. Tugas utama Korlap adalah : 1. Mengikuti latihan yang diadakan di BPS Pusat 2. Mendampingi dan membantu instruktur dalam pelatihan petugas. 3. Membantu Kepala BPS Provinsi dalam mengkoordinasikan segala kegiatan pada tahap persiapan (pengerahan petugas, pembentukan pusat latihan petugas, penyelenggaraan pelatihan petugas, dan sebagainya), hingga tahap pelaksanaan lapangan (pencacahan, pemeriksaan, pengawasan, dan sebagainya). 19

24 4. Bertanggung jawab atas pengambilan sampel rumah tangga. 5. Melakukan pemantauan pelaksanaan lapangan. 6. Mengumpulkan dan memeriksa hasil pencacahan. 7. Melaporkan hasil pelaksaan lapangan kepada BPS termasuk segala permasalahan dan saran perbaikan. D. PETUGAS LAPANGAN Dalam pelaksanaan SDKI07 ada enam jenis petugas yang berada dalam setiap tim, yaitu: Pewawancara WPK (pewawancara untuk wanita pernah kawin), Pewawancara PK (pewawancara untuk pria kawin), Pewawancara R (pewawancara untuk remaja belum kawin), Pemeriksa WPK/PK, Pemeriksa R, dan Pengawas. 1. Pewawancara WPK Tugas Pewawancara WPK adalah: a. Mengikuti pelatihan di Pusat Pelatihan yang telah ditentukan. b. Mewawancarai rumah tangga dengan Daftar SDKI07-RT. c. Mewawancarai wanita pernah kawin umur tahun dengan Daftar SDKI07-WPK. d. Menyerahkan hasil pencacahan kepada pemeriksa dan melakukan kunjungan ulang apabila masih ditemui kesalahan, kekuranglengkapan atau keraguan atas hasil pencacahan. 2. Pewawancara PK Tugas Pewawancara PK adalah: a. Mengikuti pelatihan di Pusat Pelatihan yang telah ditentukan. b. Mewawancarai rumah tangga dengan menggunakan Daftar SDKI07-RT. c. Mewawancarai pria kawin umur tahun dengan Daftar SDKI07-PK. d. Menyerahkan hasil pencacahan kepada pemeriksa dan melakukan kunjungan ulang apabila masih ditemui kesalahan, kekuranglengkapan atau keraguan atas hasil pencacahan. 3. Pewawancara R Tugas Pewawancara R adalah: a. Mengikuti pelatihan di Pusat Pelatihan yang telah ditentukan. b. Mewawancarai rumah tangga dengan menggunakan Daftar SDKI07-RT. c. Mewawancarai remaja tahun dengan Daftar SDKI07-R. 20

25 d. Menyerahkan hasil pencacahan kepada pemeriksa dan melakukan kunjungan ulang apabila masih ditemui kesalahan, kekuranglengkapan atau keraguan atas hasil pencacahan. 4. Pemeriksa WPK/PK Tugas Pemeriksa WPK/PK adalah: a. Mengikuti pelatihan di Pusat Pelatihan yang telah ditentukan. b. Melakukan pemeriksaan hasil pencacahan Daftar SDKI07-RT, SDKI07-WPK dan SDKI07-PK yang diserahkan pewawancara kepadanya. Pemeriksaan mencakup antara lain kelengkapan daftar, tata cara pengisihan daftar, kelengkapan serta kebenaran pengisian, dan konsistensi antara isian. c. Melaporkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada pengawas. d. Membimbing pewawancara dan melakukan diskusi hasil wawancara dengan pewawancara dan pengawas untuk memperbaiki kerja tahap berikutnya. 5. Pemeriksa R Pemeriksa R dalam SDKI 2007 dirangkap oleh Pewawancara PK, tugas Pemeriksa R adalah: a. Mengikuti pelatihan di Pusat Pelatihan yang telah ditentukan. b. Melakukan pemeriksaan hasil pencacahan Daftar SDKI07-R yang diserahkan pewawancara kepadanya. Pemeriksaan mencakup antara lain kelengkapan daftar, tata cara pengisihan daftar, kelengkapan serta kebenaran pengisian, dan konsistensi antara isian. c. Melaporkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada pengawas. d. Membimbing pewawancara dan melakukan diskusi hasil wawancara dengan pewawancara dan pengawas untuk memperbaiki kerja tahap berikutnya. 6. Pengawas Tugas Pengawas adalah: a. Mengikuti pelatihan di Pusat Pelatihan yang telah ditentukan. b. Membantu Korlap menyalin nomor rumah tangga terpilih dan nama kepala rumah tangga. c. Membagi tugas pada pewawancara. d. Memeriksa hasil kerja dari setiap anggota tim. e. Melakukan pemeriksaan terhadap hasil wawancara Daftar SDKI07-RT, Daftar SDKI07-WK, SDKI07-PK, dan Daftar SDKI07-R yang diserahkan pewawancara kepadanya, antara lain pemeriksaan kelengkapan daftar, tata cara pengisian daftar, kelengkapan serta kebenaran pengisihan, konsistensi antar isian dan sebagainya. 21

26 f. Membimbing pewawancara untuk mendapatkan data dengan mutu yang baik. g. Melakukan pemantauan atas tugas yang diberikan kepada pewawancara. h. Menangani masalah administrasi seperti pembayaran petugas dan menghubungi pejabat di Kantor BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota. Pengawas, pemeriksa, dan pewawancara merupakan satu tim dan bekerja bersama-sama dalam melakukan pengumpulan data. 7. Penunjuk Jalan Tugas penunjuk jalan adalah membantu tim dalam melaksanakan pencacahan di wilayah kerjanya. Penunjuk jalan ditentukan oleh BPS Kab/Kota, kemungkinan besar Koordinator Sensus Kecamatan setempat. 22

27 BAB 5 PENGERAHAN PETUGAS Berdasarkan fungsinya di lapangan, petugas SDKI07 dibedakan menjadi empat, yaitu; pewawancara, pemeriksa, dan pengawas yang merupakan petugas inti SDKI07 dan dibantu oleh penunjuk jalan. A. PEWAWANCARA Persyaratan bagi petugas pewawancara SDKI07 adalah sebagai berikut: 1. Wanita dewasa untuk SDKI07-WPK, Pria dewasa untuk SDKI07-PK, dan Remaja Wanita/Pria untuk SDKI07-R. 2. Berpendidikan minimal SLTA dan menguasai bahasa yang digunakan di lokasi sampel. 3. Terampil, cekatan dan mampu berkomunikasi dengan baik. 4. Bersedia mengikuti pelatihan selama 12 hari di Pusat Pelatihan yang telah ditentukan. 5. Bersedia mengikuti evaluasi atau pendalaman materi hasil pelatihan sebagai dasar pengangkatan sebagai petugas survei. 6. Bersedia ditugaskan dan bekerja secara penuh untuk jangka waktu lebih kurang tiga bulan. 7. Diutamakan yang berpengalaman dalam pelaksanaan SDKI/SKRRI sebelumnya. B. PEMERIKSA Pada dasarnya persyaratan bagi pemeriksa adalah sama dengan persyaratan pewawancara SDKI07. Pemeriksaan dipilih dari calon pewawancara yang menurut hasil evaluasi memiliki kemampuan penguasaan materi survei yang lebih luas, berwibawa, dan mampu melakukan pemeriksaan hasil wawancara secara efisien dan efektif. C. PENGAWAS Yang bertugas sebagai pengawas adalah Staf BPS Provinsi, diutamakan dari Bidang Statistik Sosial. Persyaratan bagi pengawas SDKI07 adalah sebagai berikut: 1. Pria Dewasa. 2. Berwibawa dan mempunyai jiwa kepemimpinan. 3. Secara teknis mampu menjadi pengawas dalam pelaksanaan lapangan SDKI07 4. Mampu mengkoordinasikan kegiatan survei di antara anggota timnya. 5. Diutamakan yang berpengalaman dalam kegiatan sebelumnya. 23

28 D. PENUNJUK JALAN Yang bertugas sebagai penunjuk jalan adalah Koordinator Sensus Kecamatan yang blok sensusnya terpilih atau petugas lain yang ditunjuk oleh BPS kabupaten/kota dan diharapkan mengenal baik wilayah kerja yang terpilih dalam SDKI07. 24

29 BAB 6 PENYELENGGARAAN PELATIHAN Pelatihan petugas SDKI07 dilakukan dengan beberapa tahapan, dimulai dengan Workshop Instruktur Utama, Pelatihan Kepala Bidang Statistik Sosial sebagai Koordinator Lapangan SDKI 2007, Pelatihan Instruktur Nasional, dan Pelatihan Petugas di beberapa provinsi/pusat pelatihan. A. PELATIHAN KOORDINATOR LAPANGAN Pelatihan bagi Koordinator Lapangan SDKI 2007 diadakan sebelum Pelatihan Instruktur Nasional (Innas) SDKI07 di Pusat. Hal ini bertujuan untuk memberikan masukan-masukan atau permasalahan di lapangan guna perbaikan pedoman dan kuesioner. B. PELATIHAN INSTRUKTUR NASIONAL Pelatihan ini diikuti oleh semua calon Instruktur Nasional untuk melatih petugas lapangan di 9 TC, yang dilaksanakan di Hotel Sol Elite Marbella, Anyer, Banten selama 12 hari. Pengajar dalam pelatihan ini adalah Instruktur Utama dan Nara Sumber dari BPS, BKKBN, dan Depkes. C. PELATIHAN PETUGAS LAPANGAN Pelatihan ini diikuti oleh semua calon petugas lapangan pewawancara, pemeriksa dan pengawas, dan dilaksanakan di Pusat Pelatihan yang telah ditentukan selama + 12 hari. Pengajar dalam pelatihan ini adalah Innas SDKI07. C. PEMBENTUKAN PUSAT PELATIHAN PETUGAS LAPANGAN Pusat Pelatihan petugas lapangan ditetapkan di 9 provinsi yaitu: Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, DI Yogyakarta, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Papua Barat, dan Papua. Secara rinci jumlah peserta, asal peserta dan jumlah kelas dapat dilihat pada Lampiran 4. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih tempat Pusat Pelatihan adalah sebagai berikut: 1. Tersedianya akomodasi yang cukup memadai. 2. Terjangkau biaya yang tersedia tanpa mengurangi jumlah hari atau jam pelatihan yang telah ditetapkan. 3. Mudah dijangkau dengan kendaraan umum. 25

30 BAB 7 PENGELOLAAN ADMINISTRASI KEUANGAN A. PEMBIAYAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN Seperti telah dikemukakan, kegiatan SDKI07 merupakan kerjasama antara BPS dengan BKKBN. Semua biaya yang digunakan dalam SDKI07 berasal dari dana APBN-BKKBN. Pengolahan administrasi keuangan perlu memperhatikan tata cara dan ketentuan yang berlaku, seperti dikenakannya pajak penghasilan untuk semua dana yang berbentuk upah dan gaji. Penggunaan biaya yang dialokasikan ke daerah dirinci sebagai berikut: 1. Rapat Koordinasi Tim Teknis Peovinsi a. Biaya yang tersedia dimaksudkan untuk pembayaran transport dan konsumsi peserta rapat sebanyak 10 orang dalam 2 kali rapat. b. Biaya ini dikenakan pajak 15%. c. Peng-spj-annya berupa daftar dan dilampiri daftar hadir dan dibuat 4 rangkap asli. DAFTAR UANG RAPAT TIM TEKNIS PROVINSI Tanggal : Tempat : BEBAN MAK : hr x Rp No. N a m a Jumlah Uang PPh 15% Diterima Tanda Tangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Jumlah Mengetahui/Menyetujui:., Pelaksana, Pembuat Daftar,.. NIP Setuju Dibayar: Pejabat Pembuat Komitmen Puslitbang KB & KR.. NIP. 340 Telah Dibayar Lunas: Bendahara Pengeluaran Ir. Indreswari Curie, A.P.MPH Suharyanto, S.IP NIP: NIP:

31 DAFTAR HADIR RAPAT KOORDINASI TIM TEKNIS PROVINSI DALAM RANGKA SDKI 2007 Tanggal : Tempat : No. N a m a Unit Kerja Tanda Tangan (1) (2) (3) (4) Mengetahui, Kepala BPS Provinsi.. NIP , Pelaksana, NIP Biaya Pelatihan Petugas Biaya yang tersedia digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pelatihan petugas pelaksanaan lapangan SDKI07. Pelatihan tersebut diselenggarakan di 9 (sembilan) Pusat Pelatihan. a. Biaya Perjalanan Peserta 1) Biaya perjalanan peserta dari kabupaten/kota ke provinsi lokal dan dari provinsi asal peserta ke provinsi pusat pelatihan terdapat dalam rincian biaya masing-masing provinsi pusat pelatihan. 2) Peng-spj-annya berupa SPPD dari kabupaten/kota tempat petugas berasal ke provinsi yang bersangkutan dan dilanjutkan ke provinsi pusat pelatihan. Contoh SPPD akan diberikan dalam betuk file terpisah. b. Biaya Pelatihan Peserta 1) Biaya penyelenggaraan pelatihan petugas disediakan dalam rincian biaya provinsi pelaksana pelatihan. 2) Biaya pelatihan peserta disediakan dalam bentuk per diem Rp ,- per orang hari untuk semua peserta latihan, yang mencakup uang saku, akomodasi, dan konsumsi. 3) Uang saku peserta pelatihan besarnya disesuaikan dengan rate yang berlaku. 27

32 4) Peng-spj-annya merupakan kelanjutan dari point a.2), dipertanggungjawabkan sekaligus dalam perjalanan peserta dari kabupaten/kota ke provinsi yang bersangkutan (asal) dan ke provinsi pusat pelatihan (dalam satu SPPD). Dibuat 4 rangkap asli. 5) Peng-spj-an untuk per diem panitia juga diperlakukan sama dengan peserta (berupa SPPD dari kabupaten/kota/provinsi ke tempat pelatiha petugas (karena itu diusahakan pelatihan berada di luar kota). Dibuat 4 rangkap asli c. Biaya Sewa Ruang Sidang/Kelas 1) Biaya ini disediakan untuk sewa ruang sidang/kelas termasuk segala perlengkapannya (sound system, overhead projector, dsb) yang diperlukan dalam rangka pelatihan. 2) Biaya disediakan 12 hari untuk pelatihan pewawancara WPK/PK dan 10 hari untuk pelatihan pewawancara R, sebesar Rp ,- per kelas per hari. 3) Peng-spj-annya cukup dengan kuitansi dibuat 4 rangkap asli dengan mencantumkan MAK dan pada rincian sudah diterima, ditulis: SATKER PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KB DAN KR. Biaya ini dikenakan pajak Pasal 23 (16,5%). d. Biaya Praktek Lapangan Dalam Rangka Try-out 1) Biaya ini disediakan untuk membiayai pelaksanaan try-out dalam rangka pelatihan. 2) Biaya try-out disediakan dalam bentuk paket sebesar 2 x Rp per kelas. 3) Peng-spj-annya disesuaikan dengan penggunaannya, misalnya sewa kendaraan, konsumsi, dll. Contoh lengkap akan diberikan dalam bentuk file. e. Biaya Operasional Pelatihan 1) Biaya ini disediakan untuk membiayai keperluan-keperluan lain seperti surat menyurat, telex, facsimile, fotocopy, dsb guna menunjang kelancaran penyelenggaraan pelatihan. 2) Biaya ini disediakan untuk operasional pelatihan sebanyak Rp ,- per kelas. 3) Peng-spj-annya disesuaikan dengan penggunaannya. f. Biaya Nara Sumber 1) Biaya ini disediakan untuk honor para nara sumber pada pelatihan sebanyak 9 oranghari per kelas. 2) Rate biaya yang tersedia sebesar Rp ,- dan alokasi penggunaannya sama dengan biaya pelatihan peserta. 3. Biaya Pelaksanaan Lapangan 28

33 a. Upah Penarikan Sampel Rumah Tangga 1) Biaya ini disediakan untuk membayar upah petugas yang melakukan penarikan sampel rumah tangga di blok sensus terpilih. 2) Biaya ini dibayarkan kepada setiap petugas berdasarkan jumlah blok sensus yang dikerjakannya dengan rate Rp ,- per blok sensus. DAFTAR UPAH PENARIKAN SAMPEL RUMAH TANGGA SDKI 2007 DI PROVINSI BALI Bulan : Juli 2007 BEBAN MAK : BS x Rp No. N a m a Jumlah Blok Sensus Jumlah Uang PPh 15% Diterima Tanda Tangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 01 c c c c c c Jumlah Mengetahui/Menyetujui: Denpasar, Pelaksana, Pembuat Daftar, Ir. Eko Marsono, MM NIP NIP. 340 Setuju Dibayar: Pejabat Pembuat Komitmen Puslitbang KB & KR Telah Dibayar Lunas: Bendahara Pengeluaran Ir. Indreswari Curie, A.P.MPH Suharyanto, S.IP NIP: NIP: SURAT TUGAS NO. /2007 Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala BPS Provinsi Bali, dengan ini menugaskan kepada: No. N a m a Unit Kerja Tanda Tangan (1) (2) (3) (4) 01 c1 BPS Provinsi Bali c2 BPS Provinsi Bali c3 BPS Provinsi Bali c4 BPS Provinsi Bali c5 BPS Provinsi Bali c6 BPS Provinsi Bali Untuk melakukan penarikan sampel dalam rangka pelaksanaan lapangan SDKI 2007 di Provinsi Bali, tanggal: 01 Juli s/d 31 September Denpasar, Kepala BPS Provinsi Bali b. Upah Penunjuk Jalan Drs. Ida Komang Wisnu, MA NIP

KATA PENGANTAR. Selamat bekerja. Jakarta, Mei 2007 Kepala Badan Pusat Statistik, DR. Rusman Heriawan, SE, Msi, APU NIP.

KATA PENGANTAR. Selamat bekerja. Jakarta, Mei 2007 Kepala Badan Pusat Statistik, DR. Rusman Heriawan, SE, Msi, APU NIP. PEDOMAN KOORDINATOR LAPANGAN SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2007 KATA PENGANTAR Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI07) merupakan SDKI yang keenam mengenai kondisi demografi dan

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997 Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Selamat bekerja. Jakarta, Oktober 2011 Kepala Badan Pusat Statistik, Dr. Rusman Heriawan. SDKI12-BPS Provinsi

KATA PENGANTAR. Selamat bekerja. Jakarta, Oktober 2011 Kepala Badan Pusat Statistik, Dr. Rusman Heriawan. SDKI12-BPS Provinsi PEDOMAN BPS PROVINSI SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2012 KATA PENGANTAR Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 (SDKI12) merupakan SDKI yang ketujuh mengenai kondisi demografi dan kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Selamat bekerja. Jakarta, Mei 2007 Kepala Badan Pusat Statistik, DR. Rusman Heriawan, SE, Msi, APU NIP.

KATA PENGANTAR. Selamat bekerja. Jakarta, Mei 2007 Kepala Badan Pusat Statistik, DR. Rusman Heriawan, SE, Msi, APU NIP. PEDOMAN PEWAWANCARA SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2007 (MODUL REMAJA) KATA PENGANTAR Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI07) merupakan SDKI yang keenam mengenai kondisi demografi

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991 Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya Perkawinan Anak, Moralitas Seksual, dan Politik

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. faktor risiko lain yang berperan terhadap kejadian kehamilan tidak diinginkan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. faktor risiko lain yang berperan terhadap kejadian kehamilan tidak diinginkan 59 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dan dilakukan dengan menganalisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003.

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Selamat bekerja. Jakarta, Oktober 2011 Kepala Badan Pusat Statistik, Dr. Rusman Heriawan. SDKI12-Pewawancara RP

KATA PENGANTAR. Selamat bekerja. Jakarta, Oktober 2011 Kepala Badan Pusat Statistik, Dr. Rusman Heriawan. SDKI12-Pewawancara RP PEDOMAN PEWAWANCARA RUMAH TANGGA DAN REMAJA PRIA ((RP)) SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2012 KATA PENGANTAR Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 (SDKI12) merupakan SDKI yang ketujuh mengenai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Selamat bekerja. Jakarta, Oktober 2011 Kepala Badan Pusat Statistik, Dr. Rusman Heriawan. SDKI12-Pewawancara WUS

KATA PENGANTAR. Selamat bekerja. Jakarta, Oktober 2011 Kepala Badan Pusat Statistik, Dr. Rusman Heriawan. SDKI12-Pewawancara WUS PEDOMAN PEWAWANCARA RUMAH TANGGA DAN WANIITA USIIA SUBUR ((WUS)) SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2012 KATA PENGANTAR Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 (SDKI12) merupakan SDKI yang

Lebih terperinci

BadanPusat Statistik

BadanPusat Statistik BadanPusat Statistik Nomor : 04200.056 Jakarta, 25 Oktober 2013 Lampiran : 1 (satu) set Perihal : Persiapan Pelatihan Inda dan Petugas Susenas Triwulan IV Tahun 2013 Kepada Yth: Kepala BPS Provinsi Seluruh

Lebih terperinci

SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017

SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017 SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017 Mariet Tetty Nuryetty Badan Pusat Statistik Forum Informatika Kesehatan Indonesia ke 5 Mercure Hotel Surabaya, 9 November 2017 SDKI? salah satu survei sosial

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Prevalansi Kontrasepsi Nasional 1987

Indonesia - Survei Prevalansi Kontrasepsi Nasional 1987 Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Prevalansi Kontrasepsi Nasional 1987 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Indikasi adanya ledakan penduduk di Indonesia yang ditunjukkan beberapa indikator demografi menjadikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Selamat bekerja. Jakarta, Oktober 2011 Kepala Badan Pusat Statistik, Dr. Rusman Heriawan. SDKI12-Pengawas dan Editor Lapangan

KATA PENGANTAR. Selamat bekerja. Jakarta, Oktober 2011 Kepala Badan Pusat Statistik, Dr. Rusman Heriawan. SDKI12-Pengawas dan Editor Lapangan PEDOMAN PENGAWAS DAN EDITOR LAPANGAN SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2012 KATA PENGANTAR Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 (SDKI12) merupakan SDKI yang ketujuh mengenai kondisi demografi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Selamat bekerja. Jakarta, Mei 2007 Kepala Badan Pusat Statistik, DR. Rusman Heriawan, SE, Msi, APU NIP

KATA PENGANTAR. Selamat bekerja. Jakarta, Mei 2007 Kepala Badan Pusat Statistik, DR. Rusman Heriawan, SE, Msi, APU NIP PEDOMAN PENGAWAS DAN EDITOR LAPANGAN SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2007 KATA PENGANTAR Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI07) merupakan SDKI yang keenam mengenai kondisi demografi

Lebih terperinci

PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA

PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Data ketenagakerjaan yang dihasilkan BPS dikumpulkan melalui

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG DATA SASARAN PROGRAM KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Konferensi tingkat tinggi untuk indikator anak, Indonesia 2002-2003 Angka kematian balita Angka kematian bayi Angka kematian ibu Penggunaan sumber air

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN 2011-2014 PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI JAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Dalam rangka pemantauan rencana aksi percepatan pelaksanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012 ABSTRAKSI Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 (SDKI12) merupakan SDKI yang ketujuh mengenai kondisi demografi dan kesehatan

Lebih terperinci

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 Laporan Pendahuluan Badan Pusat Statistik Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kementerian Kesehatan MEASURE DHS ICF International 1 Survei Demografi

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN 2007-2011 PUSAT DATA DAN INFORMASI DEPARTEMEN KESEHATAN RI JAKARTA 2009 KATA PENGANTAR Salah satu permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum ada kesepakatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

Indonesia. Survei Demografi dan Kesehatan Ringkasan Hasil

Indonesia. Survei Demografi dan Kesehatan Ringkasan Hasil Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasil Laporan ini memuat ringkasan dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003 (SDKI 2002-2003) yang dilaksanakan oleh Badan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Akhirnya saya ucapkan terima kasih atas peran serta para pengawas/pemeriksa dalam pelaksanaan SUSI05 ini, dan selamat bekerja.

KATA PENGANTAR. Akhirnya saya ucapkan terima kasih atas peran serta para pengawas/pemeriksa dalam pelaksanaan SUSI05 ini, dan selamat bekerja. KATA PENGANTAR Buku Pedoman Pengawas/Pemeriksa dalam Survei Usaha Terintegrasi 2005 (SUSI05) digunakan sebagai petunjuk dan pegangan bagi para pengawas dalam melakukan pengawasan/pemeriksaan terhadap hasil

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para pemakai data kependudukan, khususnya para perencana, pengambil kebijaksanaan, dan peneliti sangat membutuhkan data penduduk yang berkesinambungan dari tahun ke

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013

ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013 ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA i NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Banten

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG TIMUR,

BUPATI BELITUNG TIMUR, KEPUTUSAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR : 188.45-074 TAHUN 2016 TENTANG BESARAN STANDAR SATUAN HARGA BIAYA PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 1997

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 1997 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 1997 ABSTRAKSI Data SDKI 97 sangat diperlukan utk bahan evaluasi dan perencanaan program KB, kesehatn ibu- anak dan penggolongan keluarga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

RALAT BUKU PEDOMAN PEWAWANCARA MODUL WANITA PERNAH KAWIN (WPK) No. Halaman/Lokasi Tertulis Seharusnya

RALAT BUKU PEDOMAN PEWAWANCARA MODUL WANITA PERNAH KAWIN (WPK) No. Halaman/Lokasi Tertulis Seharusnya RALAT BUKU PEDOMAN PEWAWANCARA MODUL WANITA PERNAH KAWIN (WPK) 1 Hal 16 poin d, kalimat terakhir jika rumah tangga terpilih saja. dihapus 2 Hal 33. semalam tadi malam 3 Hal 36. Kolom (17) sampai (19):

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Konsep Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) merujuk pada mobilitas pekerja antar wilayah administrasi dengan syarat pekerja melakukan pulang pergi seminggu sekali atau sebulan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 No. 41/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 GINI RATIO PROVINSI BANTEN MARET 2017 MENURUN Pada 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Banten yang diukur

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015 JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN NO PROVINSI LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 ACEH 197 435 632 2 SUMATERA UTARA 1,257 8,378 9,635 3 SUMATERA BARAT 116 476 592

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan

Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan KATALOG BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 2012-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KATALOG BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w.id s. go ii Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 ISBN : 978-979-064-314-7 No. Publikasi: 04000.1109 Katalog

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada

Lebih terperinci

Katalog BPS: Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: Katalog BPS: 2204009 Katalog BPS: 2204009 PROFIL MIGRAN HASIL SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL 2011 2012 ISBN : 978-979-064-620-9 Katalog BPS : 2204009 No. Publikasi : 04140.1301 Ukuran Buku : 17,6 cm

Lebih terperinci

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN PASCA OPTIMALISASI DAN PENGHENTIAN KEGIATAN DEKONSENTRASI URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DAN FORKOPIMDA TAHUN ANGGARAN 2016

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN PASCA OPTIMALISASI DAN PENGHENTIAN KEGIATAN DEKONSENTRASI URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DAN FORKOPIMDA TAHUN ANGGARAN 2016 MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN PASCA OPTIMALISASI DAN PENGHENTIAN KEGIATAN DEKONSENTRASI URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DAN FORKOPIMDA TAHUN ANGGARAN 2016 Oleh Kepala Bagian Keuangan Setditjen Politik dan Pemerintahan

Lebih terperinci

DATA MENCERDASKAN BANGSA

DATA MENCERDASKAN BANGSA Visi BPS Pelopor Data Statistik Terpercaya untuk Semua Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 237,6 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen per tahun DATA MENCERDASKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi, yang Tersedia pada Menurut, 2000-2015 2015 yang Tersedia pada ACEH 17 1278 2137 SUMATERA UTARA 111 9988 15448 SUMATERA BARAT 60 3611 5924 RIAU 55 4912 7481 JAMBI 29 1973 2727 SUMATERA SELATAN 61 4506 6443

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara. LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

RILIS HASIL AWAL PSPK2011 RILIS HASIL AWAL PSPK2011 Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik Berdasarkan hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai 1-30

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

TENTANG : PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BIAYA PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

TENTANG : PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BIAYA PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG LAMPIRAN I : PERATURAN 30 TAHUN 2012 27 AGUSTUS 2012 PERTANGGUNGJAWABAN BIAYA PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG UANG HARIAN PERJALANAN DINAS LUAR DAERAH (uang saku, uang makan

Lebih terperinci

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 58/11/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Provinsi Papua Barat Triwulan III 2017 ITK Papua Barat Triwulan III 2017

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN

Lebih terperinci

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154 ALOKASI ANGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR (Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Per Menurut Program dan Kegiatan) (ribuan rupiah) 1 010022 : DKI Jakarta 484,909,154

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Gorontalo

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/O/2004 TENTANG PERUBAHAN BALAI PELATIHAN TEKNOLOGI GRAFIKA MENJADI BALAI GRAFIKA

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/O/2004 TENTANG PERUBAHAN BALAI PELATIHAN TEKNOLOGI GRAFIKA MENJADI BALAI GRAFIKA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/O/2004 TENTANG PERUBAHAN BALAI PELATIHAN TEKNOLOGI GRAFIKA MENJADI BALAI GRAFIKA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci