Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru dalam Pembelajaran Biologi SMA di Kota Cimahi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru dalam Pembelajaran Biologi SMA di Kota Cimahi"

Transkripsi

1 Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains (2016) 6:17 24; ISSN: Tersedia online di : Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru dalam Pembelajaran Biologi SMA di Kota Cimahi Yeni Rahmadhani 1 Adi Rahmat 2 Widi Purwianingsih 2 1 Program Studi Magister Pendidikan Biologi, Sekolah Pascasarjana, 2 Departemen Pendidikan Biologi, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229, Bandung, Jawa Barat, Indonesia 1 yenirahmadhani18@gmail.com; adirahmat@upi.edu Abstrak. Pedagogical Content Knowledge (PCK) adalah interseksi antara pedagogi dan konten. PCK menggambarkan kemampuan guru mengintegrasikan pengetahuan konten ke dalam pengetahuan tentang kurikulum, mengajar dan karakteristik siswa, yang dapat menuntun guru merangkai situasi pembelajaran. Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran PCK guru pada pembelajaran. Partisipan dalam penelitian adalah guru biologi kelas XI SMA di Kota Cimahi pada semester genap tahun ajaran 2015/2016, yang ditentukan secara convenience atau berdasarkan kesediaan terlibat dalam penelitian dengan kriteria pernah mengajar lebih dari 10 tahun. PCK guru dijaring melalui Content Respresentation (CoRes), CoRes terintegrasi dalam RPP, dan CoRes terintegrasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Data penelitian menunjukkan, melalui CoRes terlihat kemampuan guru dalam memandang pentingnya suatu materi, penentuan tujuan, keluasan dan kedalaman materi, dan strategi mengajarkan suatu konsep. Secara umum guru memiliki gambaran PCK yang baik jika hanya dilihat dari jawaban CoRes, sedangkan jawaban CoRes tidak tercermin dalam RPP atau pelaksanaan. Guru belum baik dalam merencanakan, dibuktikan dengan tidak adanya beberapa aspek CoRes dalam RPP. Begitu pula dengan penilaian CoRes dalam pelaksanaan pembelajaran, guru melupakan aspek nilai penting, tujuan dan manfaat diajarkannya suatu konsep. PCK guru yang baik akan berkesinambungan antara nilai CoRes, CoRes dalam RPP dan CoRes dalam pelaksanaan pembelajaran. Namun pada penelitian ini, hal tersebut belum tercapai. Kata kunci. guru, PCK, pembelajaran biologi, sistem ekskresi 1. Pendahuluan Undang-undang No. 14 Tahun 2015 Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru merupakan suatu profesi, suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan (Anwar, 2014b). Menurut Washton (1961) dan Klopfer (1980) dalam Rustaman (2005) di antara banyak faktor yang mempengaruhi pelajaran, seperti guru, jumlah siswa di dalam kelas, peralatan laboratorium, dan staf administrasi, guru merupakan faktor utama untuk keberhasilan pembelajaran, karena guru yang menentukan apa yang akan dipelajari siswa. Tidak disangsikan lagi, di dalam sistem pendidikan, guru menempati posisi sentral. Seorang guru untuk menjadi profesional, harus memiliki satu perangkat pengetahuan yang akan menunjang tugasnya sebagai guru (Rustaman dkk., 2005). Salah satu tugas guru sebagai seorang profesional adalah memberi peluang agar siswa dapat belajar sebaikbaiknya. Bruner dalam Dahar (2006) menyatakan bahwa belajar menyangkut tiga proses, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketetapan 17

2 Pendagogical Content Knowledge (PCK) Guru dalam Pembelajaran Biologi SMA di Kota Cimahi Rahmadhani Rahmat Purwianingsih pengetahuan, dengan demikian seorang guru seyogianya memiliki pengetahuan tentang bagaimana mengajarkan bahan ajar pada siswanya (Purwianingsih, 2011). Harlen & Holroyd (1997) menyatakan bahwa pengetahuan konten yang kuat dari seorang guru, akan memberikan pengaruh yang positif pada pembuatan keputusan yang berhubungan dengan perubahan strategi mengajar. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan kesempatan belajar yang lebih baik. Seorang guru yang memiliki pengetahuan konten yang baik akan mampu mengkonstruk elemen materi secara simultan dalam memori kerja, memperhatikan pengetahuan awal siswa dengan cara memberi arahan, materi tidak disampaikan sekaligus atau mempertimbangkan pengetahuan prasyarat. Selain sekedar mengetahui bahan ajar yang akan diberikan, seorang guru harus memahami dan mampu mengintegrasikan pengetahuan konten ke dalam pengetahuan tentang kurikulum, pembelajaran, mengajar dan siswa. Pengetahuan-pengetahuan tersebut akhirnya dapat menuntun guru untuk merangkai situasi pembelajaran sesuai kebutuhan individual dan kelompok siswa. Pengetahuan seperti ini dinyatakan sebagai pengetahuan konten pedagogi/pedagogical Content Knowledge atau disebut PCK (NRC, 1996). PCK dapat diartikan sebagai gambaran tentang bagaimana seorang guru mengajarkan suatu subjek dengan mengakses apa yang diketahui tentang subjek tersebut, apa yang diketahui tentang siswa yang diajarnya, tentang kurikulum terkait dengan subjek tersebut dan apa yang diyakini sebagai cara mengajar yang baik pada konteks tersebut (Rollnick dkk., 2008). PCK seorang guru dapat dilihat dari kemampuan mengemas materi tertentu agar mudah diterima oleh siswa, PCK juga meliputi pemahaman tentang apa yang dapat dilakukan dalam pembelajaran suatu konsep spesifik yang mudah maupun sulit terhadap para siswa (dengan berbagai umur dan latar belakang) yang mempunyai konsepsi dan miskonsepsi agar mereka belajar (Shulman (1987) dalam Cochran dkk. (1993)). PCK dari seorang guru bisa sama dengan guru lain, tetapi juga bisa berbeda, karena PCK merupakan pengetahuan personal (Gess -Newsome (2015) dalam Berry dkk. ( 2015)). Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan keyakinan guru tentang materi subyek, pengetahuan dan keyakinan pedagogi, pengetahuan dan keyakinan tentang konteks, termasuk siswa di dalamnya (Magnusson dkk., 1999). PCK juga dipengaruhi dari pengalaman mengajar guru (Anwar, 2014a). Salah satu instrumen untuk mengungkap PCK guru adalah melalui CoRes, yang dikembangkan oleh Loughran dan timnya (Loughran dkk., 2012). CoRes adalah representasi bagaimana guru berpikir tentang topik yang akan diajarkannya pada tingkatan tertentu. Proses membuat CoRes dimulai dari merumuskan ide besar yang berkaitan dengan topik spesifik penting yang akan disampaikan kepada siswa untuk mempermudah pemahaman. Ada sekitar 10 pertanyaan yang membantu guru mengorganisasikan topik tertentu sehingga berguna untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Kemampuan PCK ini tidak terlepas pada materi yang akan diajarkan, untuk itu materi yang dipilih adalah materi sistem ekskresi. Terdapat beberapa alasan untuk memilih materi sistem ekskresi 18

3 Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains X (2016) Vol. 6 ISSN: dalam penelitian ini yaitu: 1) merupakan materi fundamental yang harus dipahami siswa (terdapat dalam KD 3.5 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan KD 3.9 Kurikulum 2013); 2) merupakan materi yang terintegrasi konsep antara kimia dan biologi; 3) merupakan materi yang sangat terkait dengan kehidupan siswa sehari-hari, yang dapat digunakan untuk memahami proses biologi selanjutnya; 4) terdapat miskonsepsi pada beberapa konsep (Vita, 2015). Makalah ini mendeskripsikan PCK dalam pembelajaran biologi khususnya pada materi sistem ekskresi di Kota Cimahi semester genap tahun ajaran 2015/ Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan untuk memperoleh gambaran PCK guru biologi pada materi sistem ekskresi. Partisipan dalam penelitian ini adalah tiga guru biologi kelas XI IPA/ MIA di Kota Cimahi pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Penentuan partisipan dilakukan secara convenience atau berdasarkan kesediaan terlibat dalam penelitian dengan kriteria pernah mengajar lebih dari 10 tahun. PCK guru digambarkan melalui nilai ratarata CoRes, CoRes yang terintegrasi dalam RPP, dan CoRes yang terintegrasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan penilaian CoRes yang dibuat oleh guru, penilaian RPP berbasis CoRes dan observasi pembelajaran berbasis CoRes. Analisis data dilakukan secara deskriptif. 3. Hasil dan Diskusi PCK merupakan pengetahuan yang penting dan harus dimiliki oleh seorang guru (Shulman, 1987). Hasil temuan pada penelitian ini mengungkap kemampuan PCK guru dari jawaban CoRes, penilaian CoRes dalam RPP dan penilaian CoRes dalam pelaksanaan pembelajaran. 3.1 Analisis CoRes CoRes adalah sebuah instrumen yang dikembangkan oleh Loughran dan timnya (Loughran dkk., 2012), yang merupakan representasi bagaimana guru berpikir tentang topik yang akan diajarkannya pada tingkatan tertentu. Proses membuat CoRes dimulai dari merumuskan ide besar yang berkaitan dengan topik spesifik penting yang akan disampaikan kepada siswa untuk mempermudah pemahaman. Jenis dan jumlah konsep yang dianggap guru penting diketahui oleh siswa pada masing-masing SMA berbeda penekanannya, bergantung dari pandangan guru terhadap materi tersebut dan intake siswa. Konsep penting ini nantinya akan menentukan keluasan dan kedalaman materi serta strategi yang diterapkan guru ketika pembelajaran. Tabel 1 menunjukkan gambaran konsep penting yang harus diketahui siswa. Pemilihan konsep-konsep penting yang akan disampaikan kepada siswa semestinya didasarkan pada tuntutan kurikulum. SMAN A dan SMAN B menggunakan kurikulum 2013, sedangkan SMAN C menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Secara umum, baik dalam kurikulum 2013 maupun KTSP, siswa dituntut mampu menjelaskan keterkaitan atau membuat analisis hubungan antara struktur, fungsi, proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi 19

4 Pendagogical Content Knowledge (PCK) Guru dalam Pembelajaran Biologi SMA di Kota Cimahi Rahmadhani Rahmat Purwianingsih pada sistem ekskresi. Perbedaannya pada Kurikulum 2013, sistem ekskresi hewan dihilangkan dan hanya menjadi materi pengayaan. Akan tetapi, pada CoRes yang dibuat guru SMAN B, yang menerapkan Kurikulum 2013, materi sistem ekskresi hewan masih dianggap sebagai konsep yang harus diketahui oleh siswa. Dengan demikian, dalam pemilihan konsep penting, guru SMAN B tidak memperhatikan tuntutan kurikulum. Tabel 1. Gambaran konsep penting yang harus diketahui siswa berdasarkan jawaban pada CoRes guru. Guru SMAN A SMAN B SMAN C Konsep Penting yang 1. Struktur organ- 1. Sistem ekskresi 1. Organ-organ dimunculkan di dalam organ ekskresi pada hewan. sistem ekskresi. CoRes 2. Fungsi organ-organ 2. Sistem ekskresi 2. Ginjal dan ekskresi pada pembentukan urin. 3. Proses organ-organ 3. Kelainan/ ekskresi pada gangguan organ ekskresi pada 4. Kelainan/ gangguan organ ekskresi pada Setelah menentukan konsep atau ide penting, ada sekitar 10 pertanyaan yang nantinya akan membantu guru mengorganisasi topik tertentu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah: 1) Apa yang akan Bapak/Ibu ajarkan kepada siswa tentang konsep ini?; 2) Mengapa konsep tersebut penting dipelajari oleh siswa?; 3) Ide/konsep terkait apa sajakah yang menurut Bapak/Ibu belum saatnya diketahui oleh siswa? 4) Kesulitan/keterbatasan apa sajakah yang mungkin Bapak/Ibu alami untuk mengajarkan konsep tersebut? 5) Pengetahuan apa saja yang Bapak/Ibu miliki tentang siswa (pengetahuan awal, cara berpikir, minat, dll) yang mempengaruhi cara mengajar konsep ini?; 6) Apa sajakah faktor-faktor lain yang menjadi pertimbangan Bapak/Ibu dalam mengajarkan konsep tersebut?; 7) Bagaimanakah urutan/alur yang Bapak/Ibu pilih untuk mengajarkan konsep tersebut?; 8) Bagaimanakah cara Bapak/Ibu mengetahui bahwa siswa telah paham atau belum? 9) Bagaimanakah Bapak/Ibu memanfaatkan teknologi yang ada dalam membelajarkan konsep tersebut?; 10) Apa strategi yang digunakan Bapak/Ibu untuk mengatasi ketiadaan salah satu faktor agar tujuan pembelajaran dapat tercapai? Tabel 2 menunjukkan PCK guru yang tergambar dari jawaban pada CoRes. Jawaban CoRes guru kemudian diberi skor dan dirata-ratakan. Di antara ketiga sekolah, guru SMAN B memiliki skor yang paling tinggi daripada guru SMAN A dan SMAN C, dimana guru SMAN A dan C memiliki poin yang sama. Keunggulan guru SMAN B karena CoRes yang dibuat guru SMAN B sangat memperhatikan aspek pertimbangan mengajar, strategi pembelajaran, pengorganisasian materi ajar, alternatif teknologi dan asesmen. 20

5 Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains X (2016) Vol. 6 ISSN: Tabel 2. Deskripsi umum PCK Guru yang tergambar dari jawaban CoRes. No. Aspek Deskripsi kemampuan Guru 1 Rumusan Tujuan Guru menuliskan konsep dan atribut konsep rata-rata sesuai dengan standar pada kurikulum. Ada pula guru yang tidak mengaitkan dengan standar kurikulum. 2 Pemilihan konsep Guru bisa mengidentifikasi konsep-konsep yang benarbenar penting untuk dikuasai siswa. Prasyarat untuk bisa memahami konsep lain, mensyukuri eksistensi manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, pemeliharaan organ-organ ekskresi agar selalu sehat dan terhindar dari penyakit, dan materi esensial yang kerap muncul di ujian nasional adalah beberapa alasan yang kuat mengapa suatu konsep dipilih untuk diajarkan. 3 Nilai pentingnya konsep bagi siswa Guru memunculkan nilai pentingnya terkait pada konsep selanjutnya dan dengan kehidupan sehari-hari siswa. 4 Keluasan dan kedalaman materi Guru bisa menentukan batas keluasan dan kedalaman materi dengan baik dengan disertai alasan yang logis, misalnya kemampuan dan kondisi siswa. 5 Memprediksi kesalahan konsep Guru bisa memberikan penjelasan tentang kemungkinan miskonsepsi atau kesulitan siswa dalam memahami suatu konsep, misalnya karena perbedaan konsep di buku pegangan siswa yang berbeda-beda, karakteristik materi yang cukup astrak dan mikroskopis. 6 Pertimbangan mengajar Pertimbangan mengajar didasarkan pada kondisi siswa dan fasilitas pendukung. 7 Strategi mengajar Guru menunjukkan fleksibilitas dalam menentukan strategi pembelajaran, disesuaikan dengan kondisi yang ada, sarana prasarana, intake siswa dan pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa. Guru melibatkan pemanfaatan teknologi sesuai dengan metode yang digunakan. 8 Pengorganisasian materi Dalam menyajikan materi guru tidak terpaku pada sistematika/urutan yang ada pada buku pegangan siswa, tetapi disesuaikan dengan ide penting yang dituliskan di awal dan metode yang digunakan dalam pembelajaran. 9 Pengukuran kemampuan siswa Dalam mengukur kemampuan siswa, sebagian besar guru menggunakan beberapa asesmen, seperti tes tulis, LKS, dan tes lisan. Asesmen yang digunakan menyesuaikan dengan metode pembelajaran di kelas. Tabel 3. Skoring jawaban CoRes guru. Sekolah Pertanyaan Total Skor Rata-rata SMAN A ,50 SMAN B ,00 SMAN C ,50 Dengan demikian dapat disimpulkan dengan membuat CoRes, terlihat kemampuan seorang guru dalam memandang pentingnya suatu materi, mulai dari penentuan tujuan, keluasan dan kedalaman materi, dan strategi mengajarkan suatu konsep. 21

6 Pendagogical Content Knowledge (PCK) Guru dalam Pembelajaran Biologi SMA di Kota Cimahi Rahmadhani Rahmat Purwianingsih 3.2 Analisis CoRes yang Terintegrasi dalam RPP RPP yang dianalisis merupakan RPP biasa yang sudah dirancang oleh guru. Penilaian RPP dilakukan dengan mengintegrasikan aspek-aspek yang terdapat pada CoRes. Sebagai contoh pada RPP bagian apersepsi, penilaiannya didasarkan pada aspek CoRes pertanyaan nomor dua tentang nilai pentingnya suatu konsep bagi siswa: Konsep sistem ekskresi yang akan diajarkan dihubungkan dengan masalah kontekstual yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Jika di dalam RPP muncul nilai pentingnya suatu konsep disampaikan pada siswa terkait pada konsep selanjutnya dan bisa mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa, maka poin RPP pada aspek tersebut tinggi. Contoh lain pada RPP bagian materi ajar, penilaiannya didasarkan pada aspek CoRes tentang konsep penting yang harus diketahui siswa: Materi sesuai dengan ide penting/ ide besar sistem ekskresi yang terdapat dalam CoRes. Jika uraian materi ajar tidak sesuai dengan ide besar atau konsep penting yang dituliskan di CoRes, maka poin RPP pada aspek tersebut rendah. Adapun RPP guru yang penilaiannya sudah diintegrasikan dengan CoRes dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. RPP guru yang terintegrasi dengan CoRes. Sekolah CoRes CoRes-RPP SMAN A 42,50 49,02 SMAN B 60,00 28,92 SMAN C 42,50 35,78 Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui nilai tertinggi RPP guru yang terintegrasi CoRes di dalamnya adalah RPP guru SMAN A, kemudian RPP guru SMAN C, dan yang terendah adalah RPP guru SMAN B. Pada penilaian CoRes, guru SMAN B memiliki nilai paling tinggi, tetapi pada penilaian CoRes dalam RPP, guru SMAN B justru memiliki nilai paling rendah. Hal ini disebabkan di dalam RPP-nya, guru SMAN B tidak menuliskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, apersepsi tidak memunculkan nilai penting suatu konsep diajarkan, uraian materi ajar tidak sesuai dengan ide besar pada CoRes, kegiatan siswa tidak melibatkan penggunaan teknologi, dan asesmen untuk mengukur kepahaman siswa tidak ada. RPP merupakan gambaran tertulis apa yang akan dicapai oleh siswa, strategi yang digunakan oleh guru, keluasan dan kedalaman materi yang harus diketahui siswa, dan asesmen yang digunakan untuk mengecek tingkat kepahaman siswa. Ketiga guru di dalam RPP semuanya tidak memunculkan nilai penting suatu konsep harus diajarkan pada bagian apersepsi (aspek CoRes nomor 2); materi ajar tidak menunjukkan keluasan dan kedalaman, juga tidak menuliskan kemungkinan miskonsepsi yang ada pada konsep tersebut, atau pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa yang mempengaruhi siswa memahami konsep tersebut (aspek CoRes nomor 3); aktivitas siswa tidak menggambarkan adanya pemanfaatan teknologi (aspek CoRes nomor 9) dan tidak ada antisipasi atau strategi yang disiapkan sebagai bentuk alternatif jika salah satu faktor pendukung pembelajaran tidak ada (aspek CoRes nomor 10). Dengan demikian RPP yang dibuat oleh tiga orang guru dari tiga sekolah yang berbeda ini rata-rata belum menggambarkan PCK yang baik dalam hal perencanaan. 22

7 Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains X (2016) Vol. 6 ISSN: Analisis Pelaksanaan Pembelajaran yang Terintegrasi dengan CoRes RPP merupakan panduan guru untuk melaksanakan pembelajaran. Penilaian pembelajaran dilakukan dengan mengintegrasikan aspek-aspek yang terdapat pada CoRes. Sebagai contoh pada kegiatan pendahuluan, jika guru memperhatikan aspek CoRes nomor 5, yaitu kemampuan mempresdiksi kesalahan konsep, guru akan memanfaatkan pengetahuan awal siswa sebagai bahan apersepsi, untuk menghindari miskonsepsi atau kesalahan konsep pada pemahaman siswa. Jika apersepsi dengan memperhatikan pengetahuan awal untuk menghindari kesalahan konsep tersebut muncul, maka poin guru untuk aspek tersebut tinggi. Contoh lain pada kegiatan inti, yaitu merancang pelaksanaan dengan memperhatikan analisis materi, maka guru telah melaksanakan aspek CoRes nomor 6. Adapun profil pelaksanaan pembelajaran yang sudah diintegrasikan dengan CoRes dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. CoRes dalam pelaksanaan pembelajaran. Sekolah RPP-CoRes Pelaksaan-CoRes SMAN A 49,02 91,67 SMAN B 28,92 41,67 SMAN C 35,78 28,33 Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui nilai tertinggi pelaksanaan pembelajaran yang terintegrasi CoRes di dalamnya adalah guru SMAN A, kemudian SMAN B, dan yang terendah adalah SMAN C. Pada penilaian CoRes dalam RPP, guru SMAN A memiliki nilai paling tinggi, hal ini sejalan dengan penilaian CoRes dalam RPP. Artinya guru SMAN A memiliki PCK yang lebih baik dalam hal pelaksanaan daripada perencanaan. Hal tersebut dapat dilihat juga pada guru SMAN B, PCK pelaksanaan lebih baik dalam hal perencanaan. Lain halnya dengan guru SMAN C, nilai CoRes dalam RPP lebih baik daripada CoRes dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini mungkin terjadi karena guru SMAN C menerapkan metode ceramah pada semua konsep, yang berarti guru tidak memperhatikan faktor karakteristik materi, tidak memanfaatkan teknologi dalam aktivitas maupun tugas siswa, tidak menggunakan media sesuai pendekatan, strategi, kondisi siswa, kondisi lingkungan, serta sarana prasarana. Selain itu, guru SMAN C tidak menggunakan asesmen yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, konsep yang diberikan, metode yang digunakan dan keadaan siswa. Ketiga guru di dalam pelaksanaan pembelajaran umumnya melupakan aspek pentingnya menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari suatu konsep dalam materi sistem ekskresi pada kegiatan pendahuluan. Padahal kegiatan apersepsi pada awal kegiatan pembelajaran memberikan stimulus kepada siswa dan dapat mengungkap pengetahuan awal lebih banyak. 4. Kesimpulan dan Saran Pembelajaran yang optimal dapat diperoleh jika seorang guru memiliki sejumlah pengetahuan, antara lain kemampuan merumuskan tujuan pembelajaran, membuat alat evaluasi, memilih materi pelajaran yang relevan dengan tujuan pembelajaran dan relevan dengan alat evaluasinya, merancang pengalaman belajar, dan kemampuan mengantarkan siswa menguasai materi pelajaran. Dengan membuat CoRes terlihat kemampuan seorang guru dalam memandang pentingnya suatu materi, penentuan tujuan, keluasan dan kedalaman materi, dan strategi 23

8 Pendagogical Content Knowledge (PCK) Guru dalam Pembelajaran Biologi SMA di Kota Cimahi Rahmadhani Rahmat Purwianingsih mengajarkan suatu konsep. Secara umum guru memiliki gambaran PCK yang baik jiak hanya dilihat dari jawaban CoRes, sedangkan jawaban CoRes tidak tercermin dalam RPP atau pelaksanaan. Guru belum baik dalam hal perencanaan, dibuktikan dengan tidak adanya beberapa aspek CoRes dalam RPP. Ketiga guru dalam RPP umumnya melupakan aspek CoRes nomor 2, 3, 9, dan 10. Begitu pula dengan penilaian CoRes dalam pelaksanaan pembelajaran, ketiga guru melupakan aspek nilai penting, tujuan dan manfaat diajarkannya suatu konsep. PCK guru yang baik akan berkesinambungan antara nilai CoRes, CoRes dalam RPP dan CoRes dalam pelaksanaan pembelajaran. Namun, pada penelitian ini, hal tersebut belum tercapai. PCK guru akan berkaitan dengan penerimaan siswa, baik dari kemampuan siswa menerima dan mengolah informasi, usaha mental, dan hasil belajar. Hal tersebut masih dalam penelitian dan analisis lebih lanjut. Referensi Anwar, Y. (2014a). Kemampuan Pedagogical Content Knowledge guru biologi yang berpengalaman dan yang belum berpengalaman. Jurnal Pengajaran MIPA, 19(1), Anwar, Y. (2014b). Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Calon Guru Biologi Pada Peserta Pendekatan Konsekutif Dan Pada Peserta Pendekatan Konkuren. (Disertasi tidak diterbitkan). SPs Universitas Pendidikan Indonesia. Berry, A., Friedrichsen, P., & Loughran, J. (2015) Re-examining Pedagogical Content Knowledge in Science Education. New York: Taylor & Francis. Cochran, K. F., DeRuiter, J. A., & King, R. A. (1993). Pedagogical Content Knowing: An Integrative Model for Teacher Preparation. Journal of Teacher Education, 44(4), Dahar, W. (2006). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Harlen, W., & Holroyd, C. (1997). Primary Teachers Understanding Of Concept Of Science: Impact On Confidence And Teaching. International Journal of science Education, 19, Loughran, J., Berry, A., & Mulhall, P. (2012). Understanding and developing science teachers pedagogical content knowledge (2nd ed.) Rotterdam: Sense Publisher. Magnusson, S., Krajcik, J., & Borko, H. (1999) Nature, source, and development of Pedagogical Content Knowledge for teaching. In J. Gess-Newsome & N.G Lederman(Eds.), Examining Pedagogical Content Knowledge: The construct and its implications for science education (pp ). Dordrecht, the Netherlands: Kluwer Academic Publisher. NRC. (1996). National Science Education Standards (NSES). Washington: National Academy Press. Purwianingsih, W. (2011). Pengembangan Program Pembekalan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Bioteknologi Melalui Perkuliahan Kapita Selekta Biologi SMA. (Disertasi tidak diterbitkan). SPs Universitas Pendidikan Indonesia. Rollnick, M., Bennett, J., Rhemtula, M., Dharsey, N., & Ndlovu, T. (2008). The place of subject matter knowledge in pedagogical content knowledge: a case study of South African teachers teaching the amount of substance and chemical equilibrium. International Journal of Science Education. 30(10) Rustaman, Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., & Nurjhani, M. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press. Shulman, L. (1987). Knowledge and teaching: foundations of the new reform. Harvard Educational Review, 57(1), Vita, D. (2015). Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Pokok Sistem Ekskresi Manusia Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI) Siswa Kelas XI IPA SMAN 2 Banguntapan Yogyakarta. (Skripsi tidak diterbitkan). UIN Sunan Kalijaga. 24

KESIAPAN CALON GURU DALAM PELAKSANAAN PPL: DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE

KESIAPAN CALON GURU DALAM PELAKSANAAN PPL: DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE KESIAPAN CALON GURU DALAM PELAKSANAAN PPL: DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE Yenny Anwar Universitas Sriwijaya Abstrak : Penelitian ini dilakukan untuk melihat kesiapan mahasiswa calon

Lebih terperinci

ANALISIS PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE

ANALISIS PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE ANALISIS PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) TERHADAP BUKU GURU SD KURIKULUM 2013 Gaguk Resbiantoro gaguk.resbiantoro@stkippgritulungagung.ac.id STKIP PGRI Tulungagung ABSTRAK Analisis buku pegangan guru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji perkembangan Pedagogical content knowledge calon guru yang mengikuti program pendidikan guru dengan pendekatan

Lebih terperinci

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SISWA SD MELALUI PENERAPAN SKENARIO PEMBELAJARAN BERBASIS PCK TENTANG GAYA GRAVITASI

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SISWA SD MELALUI PENERAPAN SKENARIO PEMBELAJARAN BERBASIS PCK TENTANG GAYA GRAVITASI ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SISWA SD MELALUI PENERAPAN SKENARIO PEMBELAJARAN BERBASIS PCK TENTANG GAYA GRAVITASI Ina Oktarina Rahman, Rustono WS, Ghullam Hamdu PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan profesi yang secara langsung menuntut keprofesionalan seorang pendidik untuk menguasai kemampuan membelajarkan suatu konsep agar tidak hanya berupa materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah suatu profesi yang jabatannya memerlukan keahlian khusus dan tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Sebagai tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru memiliki tugas utama mendidik dan mengajar serta sebagai tenaga pengajar yang profesional, guru harus menguasai empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogi, profesional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bioteknologi merupakan salah satu ilmu yang berkembang pesat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Bioteknologi merupakan salah satu ilmu yang berkembang pesat saat ini. BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Bioteknologi merupakan salah satu ilmu yang berkembang pesat saat ini. Penggunaan bioteknologi sebagai ilmu dan sebagai alat, bertanggungjawab dalam meningkatkan

Lebih terperinci

PROFIL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE PROFILE ON PROSPECTIVE BIOLOGY TEACHER

PROFIL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE PROFILE ON PROSPECTIVE BIOLOGY TEACHER PROFIL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI Eny Hartadiyati Wasikin Haryanti 1) 1 Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas PGRI Semarang hartadiyatieny@gmail.com PEDAGOGICAL

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sesuai dengan tujuan dari penelitian dan berdasarkan hasil serta pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Biologi merupakan cabang ilmu yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari pengamatannya terhadap fenomena biologi yang

Lebih terperinci

Anatasija Limba 1,a) Ambon, a) PENDAHULUAN

Anatasija Limba 1,a) Ambon, a) PENDAHULUAN DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.01.oer.07 KORELASI KEMAMPUAN CALON GURU FISIKA DALAM MENGEMBANGKAN CONTENT REPRESENTATION (CORES) DENGAN KEMAMPUAN MERANCANG DAN MENGIMPLEMENTASIKAN PEMBELAJARAN KONSEP

Lebih terperinci

Yenny Anwar / Profil Kemampuan PCK Guru B-0

Yenny Anwar / Profil Kemampuan PCK Guru B-0 B-0 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013 PROFIL KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE GURU BIOLOGI SENIOR DAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE CALON GURU BIOLOGI PADA PENDEKATAN KONKUREN

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE CALON GURU BIOLOGI PADA PENDEKATAN KONKUREN PERKEMBANGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE CALON GURU BIOLOGI PADA PENDEKATAN KONKUREN Yenny Anwar 1, Nuryani Y. Rustaman 2, Ari Widodo 2, dan Sri Redjeki 2 1 FKIP Universitas Sriwijaya dan 2

Lebih terperinci

PENERAPAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK)PADA TOPIK PERSAMAAN KEADAAN GAS. Sarwanto Program Studi P.Fisika FKIP UNS

PENERAPAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK)PADA TOPIK PERSAMAAN KEADAAN GAS. Sarwanto Program Studi P.Fisika FKIP UNS PENERAPAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK)PADA TOPIK PERSAMAAN KEADAAN GAS Sarwanto Program Studi P.Fisika FKIP UNS ABSTRAK Diperlukan strategi khusus untuk membelajaran sebuah persamaan matematis pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam melaksanakan sebuah kegiatan penelitian dibutuhkan suatu metode yang jelas (Rahmat, 2009). Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru sebagai suatu profesi yang jabatannya memerlukan keahlian khusus dan tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Sebagai tenaga profesional,

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 1 (2) (2012) 157-162 Jurnal Pendidikan IPA Indonesia http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii KEMAMPUAN SUBJECT SPECIFIC PEDAGOGY CALON GURU BIOLOGI PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESIONAL GURU (PPG)

Lebih terperinci

Oleh: KHUSNUL CHOTIMAH A

Oleh: KHUSNUL CHOTIMAH A GAMBARAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE GURU IPA KELAS VII SMP NEGERI SE-KABUPATEN SUKOHARJO DALAM MENGGUNAKAN KURIKULUM 2013 TAHUN AJARAN 2016/2017 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikmanda Nugraha, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikmanda Nugraha, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas, termasuk di dalamnya karakteristik materi pelajaran, pengetahuan awal siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan komponen utama yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru harus selalu mengintegrasikan pengalamannya dengan segala hal yang mereka

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE GURU BIOLOGI YANG BERPENGALAMAN DAN YANG BELUM BERPENGALAMAN

KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE GURU BIOLOGI YANG BERPENGALAMAN DAN YANG BELUM BERPENGALAMAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE GURU BIOLOGI YANG BERPENGALAMAN DAN YANG BELUM BERPENGALAMAN Yenny Anwar 1,2, Nuryani Y. Rustaman 3, Ari Widodo 3, dan Sri Redjeki 3 1 Universitas Sriwijaya 2 Sekolah

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: Meika Kurniawati A

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: Meika Kurniawati A KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU IPA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH SE-KOTA SURAKARTA DALAM PENYUSUNAN RPP PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk mempermudah pembahasan, terlebih dahulu akan diuraikan definisi operasional dalam penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Pedagogy Knowledge (PK)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN & SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa struktur program

BAB V KESIMPULAN & SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa struktur program BAB V KESIMPULAN & SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa struktur program Pembekalan Pedagogical Content Knowledge ( PCK) Bioteknologi (P2CKBiotek) yang dibangun dari

Lebih terperinci

PENGETAHUAN KONTEN PEDAGOGI (PCK) DAN URGENSINYA DALAM PENDIDIKAN GURU

PENGETAHUAN KONTEN PEDAGOGI (PCK) DAN URGENSINYA DALAM PENDIDIKAN GURU PENGETAHUAN KONTEN PEDAGOGI (PCK) DAN URGENSINYA DALAM PENDIDIKAN GURU Widi Purwianingsih*, Nuryani Y. Rustaman** dan Sri Redjeki Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia Abstract: A serius

Lebih terperinci

KEMAMPUAN CALON GURU BIOLOGI DALAM MENYUSUN RUBRIK ANALITIS PADA ASESMEN KINERJA PEMBELAJARAN

KEMAMPUAN CALON GURU BIOLOGI DALAM MENYUSUN RUBRIK ANALITIS PADA ASESMEN KINERJA PEMBELAJARAN KEMAMPUAN CALON GURU BIOLOGI DALAM MENYUSUN RUBRIK ANALITIS PADA ASESMEN KINERJA PEMBELAJARAN Abstrak Ana Ratna Wulan FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Studi deskriptif telah dilakukan di Jurusan

Lebih terperinci

Potret Representasi Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru dalam Mengajarkan Materi Getaran dan Gelombang pada Siswa Smp

Potret Representasi Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru dalam Mengajarkan Materi Getaran dan Gelombang pada Siswa Smp ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2015) Vol.5 No.1 Halaman 9 April 2015 Potret Representasi Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru dalam Mengajarkan Materi Getaran dan Gelombang pada

Lebih terperinci

BAB II PEMBEKALAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE ( PCK) BIOTEKNOLOGI MELALUI PERKULIAHAN KAPITA SELEKTA BIOLOGI SMA

BAB II PEMBEKALAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE ( PCK) BIOTEKNOLOGI MELALUI PERKULIAHAN KAPITA SELEKTA BIOLOGI SMA BAB II PEMBEKALAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE ( PCK) BIOTEKNOLOGI MELALUI PERKULIAHAN KAPITA SELEKTA BIOLOGI SMA A. Paedagogical Content Knowledge (PCK) Sebagai seseorang yang selalu belajar untuk mengajar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHUUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHUUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHUUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam proses pembelajaran. Terdapat tujuh kategori ranah pengetahuan yang penting dikuasai oleh guru agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Figur utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah guru. Guru memegang peran utama dalam menentukan keberhasilan peserta didik, terutama kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lina Herlina, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lina Herlina, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Variabel penentu keberhasilan pendidikan formal disamping tenaga pendidik, salah satunya adalah kurikulum, dan keduanya mempunyai kaitan yang sangat erat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia merupakan ilmu yang mencari jawaban atas dasar pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, sifat, perubahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Guru dan Dosen).

BAB I PENDAHULUAN. tentang Guru dan Dosen). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan peningkatan mutu pendidikan dan pengkajian harus selalu diupayakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun komponen lain yang terlibat dalam proses

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN GURU DALAM MENANAMKAN KONSEP LIMIT FUNGSI

ANALISIS KEMAMPUAN GURU DALAM MENANAMKAN KONSEP LIMIT FUNGSI Pedagogy Volume 1 Nomor 2 ISSN 2502-3802 ANALISIS KEMAMPUAN GURU DALAM MENANAMKAN KONSEP LIMIT FUNGSI Desak Made Ristia Kartika 1, Rio Fabrika Pasandaran 2 Program Studi Pendidikan Matematika 1,2, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tood & Murphy (2003) menyatakan bahwa Bioteknologi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. (Tood & Murphy (2003) menyatakan bahwa Bioteknologi merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bioteknologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah yang menggunakan makhluk hidup untuk menghasilkan produk dan jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka membangun profesionalisasi guru. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka membangun profesionalisasi guru. Hal ini ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya mereformasi program persiapan guru telah dikembangkan dalam rangka membangun profesionalisasi guru. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ina Oktarina Rahman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ina Oktarina Rahman, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran IPA di SD merupakan wahana untuk membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pemerintah terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Annisa Setya Rini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Annisa Setya Rini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya biologi memiliki kegiatan khusus untuk menunjang pembelajaran yaitu kegiatan praktikum di dalam laboratorium.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. Menurut Trowbridge et.al (1973) : Sains adalah batang tubuh dari pengetahuan dan suatu proses. Batang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. American Association for the Advancement of Science (1990). Chapter 14. Reforming Education. Science for all Americans Online.

DAFTAR PUSTAKA. American Association for the Advancement of Science (1990). Chapter 14. Reforming Education. Science for all Americans Online. 162 DAFTAR PUSTAKA Abell, S.K.(2008). Twenty Years Later: Does pedagogical content knowledge remain a useful idea?. International Journal of Science Education,30:10,1405 1416 American Association for the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi Kemendiknas 2025 adalah untuk menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna), yaitu insan yang cerdas komprehensif, yang

Lebih terperinci

PROSIDING SEMNAS KBSP V

PROSIDING SEMNAS KBSP V PEDAGOGICAL KNOWLEDGE (PK) CALON GURU BAHASA INDONESIA PADA MATA KULIAH WORKSHOP SILABUS DAN RPP Dini Restiyanti Pratiwi dan Hari Kusmanto Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

STUDI KASUS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPA SMP DITINJAU DARI ASPEK PCK (PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE) DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

STUDI KASUS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPA SMP DITINJAU DARI ASPEK PCK (PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE) DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Vol. 5 No. 9 Tahun 2016 17 STUDI KASUS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPA SMP DITINJAU DARI ASPEK PCK (PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE) DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

Lebih terperinci

PETA KOMPETENSI GURU BIOLOGI DI SMA KOTA BANDUNG BERDASARKAN ANALISIS KESESUAIAN PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS DENGAN TUNTUTAN KOMPETENSI DASAR

PETA KOMPETENSI GURU BIOLOGI DI SMA KOTA BANDUNG BERDASARKAN ANALISIS KESESUAIAN PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS DENGAN TUNTUTAN KOMPETENSI DASAR PETA KOMPETENSI GURU BIOLOGI DI SMA KOTA BANDUNG BERDASARKAN ANALISIS KESESUAIAN PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS DENGAN TUNTUTAN KOMPETENSI DASAR Adi Rahmat 1, Riandi 1, Rini Solihat 1, Wasis Wuyung WB 2,

Lebih terperinci

Kata kunci: bahan ajar berbasis masalah, PCK, kemampuan pemecahan masalah

Kata kunci: bahan ajar berbasis masalah, PCK, kemampuan pemecahan masalah PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS MASALAH DAN PCK (PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BAGI PESERTA DIDIK SMA Shan Duta Sukma Pradana, Endang Purwaningsih,

Lebih terperinci

Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011 ANALISIS KEMAMPUAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (Studi Komparatif Pada Guru Sekolah Dasar Kelas V Di Beberapa

Lebih terperinci

Diterima 13 November 2006, Disetujui 10 Januari 2006

Diterima 13 November 2006, Disetujui 10 Januari 2006 Jurnal Biogenesis Vol. 2(2):59-63, 2006 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau ISSN : 1829-5460 UPAYA PENINGKATAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENGGUNAAN PETA KONSEP PADA

Lebih terperinci

Unnes Science Education Journal

Unnes Science Education Journal USEJ 5 (3) (2016) Unnes Science Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) CALON GURU DAN GURU KIMIA PADA MATERI BUFFER Sri Haryani, Agung Tri Prasetya,

Lebih terperinci

Profesionalisme Guru/ Dosen Sains DISKRIPSI PEDAGOGICAL CONTEIN KNOWLEDGE CALON GURU SDPADA PEMBELAJARAN IPA. Kartika Chrysti S. PGSD Kebumen FKIP UNS

Profesionalisme Guru/ Dosen Sains DISKRIPSI PEDAGOGICAL CONTEIN KNOWLEDGE CALON GURU SDPADA PEMBELAJARAN IPA. Kartika Chrysti S. PGSD Kebumen FKIP UNS SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep yang harus dipahami siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap konsep tersebut akan mempermudah siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Baleendah. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah unggulan di Kabupaten Bandung. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Dimana peneliti tidak memberikan perlakuan kepada objek penelitian. Peneliti hanya mengambil

Lebih terperinci

PROFIL KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU IPA SMP NEGERI SE-JATISRONO

PROFIL KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU IPA SMP NEGERI SE-JATISRONO PROFIL KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU IPA SMP NEGERI SE-JATISRONO 1. Miftah Arifah, 2. Hariyatmi 1,2. Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

Carlsen, W. S., (1993)., Teacher Knowledge and Discourse Control: Quantitative Evidence from Novice Biology Teachers Classrooms,. Journal of Research

Carlsen, W. S., (1993)., Teacher Knowledge and Discourse Control: Quantitative Evidence from Novice Biology Teachers Classrooms,. Journal of Research DAFTAR PUSTAKA Abell, S.K. (2008). Twenty Years Later: Does pedagogical content knowledge remain a useful idea?. International Journal of Science Education Vol. 30, No. 10, 13 August 2008, pp. 1405 1416

Lebih terperinci

Keywords: kemampuan inkuiri, guru yang tersertifikasi.

Keywords: kemampuan inkuiri, guru yang tersertifikasi. ANALISIS KEMAMPUAN INKUIRI GURU YANG SUDAH TERSERTIFIKASI DAN BELUM TERSERTIFIKASI DALAM PEMBELAJARAN SAINS SD Oleh: Ramdhan Witarsa ABSTRAK Pembelajaran sains yang sesuai dengan tuntutan kurikulum adalah

Lebih terperinci

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah JIPFRI, Vol. 1 No. 2 Halaman: 83-87 November 2017 JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran biologi bukan sekedar pemaparan pengetahuan saja, melainkan harus direncanakan suatu proses yang melibatkan siswa untuk aktif menemukan pengetahuan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE Kartika Yulianti Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA - Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setyabudhi 229, Bandung

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW

Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW PERKEMBANGAN CALON GURU PROFESIONAL YANG BERFOKUS PADA PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) PADA KELAS AKADEMIK ATAS DAN AKADEMIK BAWAH DI UNIVERSITAS KUNINGAN Ilah Nurlaelah 1, Handayani 2, Ina Setiawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kualitas guru dapat menentukan bagaimana pembelajaran akan berlangsung dan bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai (Agustina, 2016). Selain itu Anwar (2014), berpendapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1.Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian eksperimen pada umumnya dianggap sebagai penelitian yang memberikan

Lebih terperinci

PROFILE ANALISIS PEMENUHAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SMA

PROFILE ANALISIS PEMENUHAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SMA SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan, termasuk dosen yang merupakan agen sentral pendidikan di tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dengan desain penelitian narrative (Creswell, 2012). Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap kemampuan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN CONTENT KNOWLEDGE MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA PADA PRAKTEK PEMBELAJARAN MIKRO

ANALISIS KEMAMPUAN CONTENT KNOWLEDGE MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA PADA PRAKTEK PEMBELAJARAN MIKRO ANALISIS KEMAMPUAN CONTENT KNOWLEDGE MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA PADA PRAKTEK PEMBELAJARAN MIKRO Riawan Yudi Purwoko Mahasiswa PPs, Universitas Negeri Yogyakarta riawanyudi.umpwr@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Prof. Dr. Sri Redjeki, MPd. Dra. Widi Purwianingsih MSi. Drs. Dadang Machmudin MSi. Eni Nuraeni, MPd.

Prof. Dr. Sri Redjeki, MPd. Dra. Widi Purwianingsih MSi. Drs. Dadang Machmudin MSi. Eni Nuraeni, MPd. Prof. Dr. Sri Redjeki, MPd. Dra. Widi Purwianingsih MSi. Drs. Dadang Machmudin MSi. Eni Nuraeni, MPd. PENDAHULUAN Tata tertib perkuliahan Penjelasan umum perkuliahan Penjelasan tugas-tugas Tanya jawab&

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. ANALISIS PEDAGOGIC CONTENT KNOWLEDGE (PCK) TERHADAP BUKU PEGANGAN GURU IPA SMP/MTs KELAS VII PADA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

ARTIKEL ILMIAH. ANALISIS PEDAGOGIC CONTENT KNOWLEDGE (PCK) TERHADAP BUKU PEGANGAN GURU IPA SMP/MTs KELAS VII PADA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 ARTIKEL ILMIAH ANALISIS PEDAGOGIC CONTENT KNOWLEDGE (PCK) TERHADAP BUKU PEGANGAN GURU IPA SMP/MTs KELAS VII PADA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 Maryati dan Eko Widodo ABSTRAK Analisis buku pegangan guru IPA

Lebih terperinci

Journal of Innovative Science Education PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA BERBASIS MASALAH BERVISI SETS

Journal of Innovative Science Education PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA BERBASIS MASALAH BERVISI SETS JISE 2 (1) (2013) Journal of Innovative Science Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA BERBASIS MASALAH BERVISI SETS Maria Sundus Retno

Lebih terperinci

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SPEKTRUM CAHAYA PADA SISWA SMA KELAS XII. Yeri Suhartin

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SPEKTRUM CAHAYA PADA SISWA SMA KELAS XII. Yeri Suhartin ISSN : 2527 5917, Vol.2 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 Peran Pendidikan, Sains, dan Teknologi untuk Mengembangkan Budaya Ilmiah dan Inovasi terbarukan dalam mendukung Sustainable Development Goals

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya pencerdasan, pendewasaan, kemahiran seseorang yang dilakukan perorangan, kelompok dan lembaga (Yamin, 2008). Menurut Syah (2007),

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA KONSEP JARINGAN TUMBUHAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Nafisah Hanim Program

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS DALAM MENYUSUN RPP KURIKULUM 2013 TAHUN AKADEMIK 2016/2017

KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS DALAM MENYUSUN RPP KURIKULUM 2013 TAHUN AKADEMIK 2016/2017 KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS DALAM MENYUSUN RPP KURIKULUM 2013 TAHUN AKADEMIK 2016/2017 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN Rahma Widiantie 1, Lilis Lismaya 2 1,2 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kuningan Email: rahmawidiantie@gmail.com

Lebih terperinci

RETNO GUMILAR A

RETNO GUMILAR A KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) MAHASISWA CALON GURU PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS DALAM MENYUSUN RPP KURIKULUM KTSP TAHUN AJARAN 2015/2016 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu studi internasional yang mengukur tingkat pencapaian kemampuan sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study (TIMSS) yang dikoordinasikan

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. KEMAMPUAN GURU IPA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH DI SURAKARTA DALAM PENYUSUNAN RPP TAHUN AKADEMIK 2016/2017 BERDASARKAN TECHNOLOGICAL PAEDAGOGICAL AND CONTENT KNOWLEDGE (TPACK) Disusun sebagai salah satu

Lebih terperinci

Abstrak DESKRIPSI PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE GURU KIMIA MENGGUNAKAN KOMPONEN MODEL PENTAGON

Abstrak DESKRIPSI PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE GURU KIMIA MENGGUNAKAN KOMPONEN MODEL PENTAGON DESKRIPSI PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE GURU KIMIA MENGGUNAKAN KOMPONEN MODEL PENTAGON Muhamad Imaduddin 1, Fitria Fatichatul Hidayah 2, Andari Puji Astuti 3 1,2,3 Program Studi Pendidikan Kimia, muhamad.imaduddin89@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu studi internasional untuk mengevaluasi pendidikan khusus hasil belajar peserta didik berusia 14 tahun pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) yang diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangMasalah Pendidikan perlu mengalami perubahan terus menerus untuk mendukung pembangunan di masa yang akan datang. Salah satunya adalah kegiatan proses pembelajaran. Pembelajaran

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK PENGEMBANGAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) CALON GURU KIMIA MENGGUNAKAN CONTENT REPRESENTATION (CoRe) FRAMEWORK dan PEDAGOGICAL AND PROFESSIONAL - EXPERIENCE REPERTOIRES (PaP-eRs) Pada PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut. Analisis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut. Analisis BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut. Analisis struktur teks dikerjakan dengan mengorganisasikan makro-mikro yang merupakan unit analisis diturunkan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM ABSTRAK

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM ABSTRAK KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM Dra. Gebi Dwiyanti, M.Si., dan Dra. Siti Darsati, M,Si. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI ABSTRAK

Lebih terperinci

STANDAR PENDIDIKAN UNTUK CALON GURU SAINS: PEDAGOGI MATERI SUBJEK SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN PENGETAHUAN KONTEN PEDAGOGI CALON GURU

STANDAR PENDIDIKAN UNTUK CALON GURU SAINS: PEDAGOGI MATERI SUBJEK SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN PENGETAHUAN KONTEN PEDAGOGI CALON GURU STANDAR PENDIDIKAN UNTUK CALON GURU SAINS: PEDAGOGI MATERI SUBJEK SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN PENGETAHUAN KONTEN PEDAGOGI CALON GURU Oleh Rosnita (PGSD, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal

Lebih terperinci

PENGUASAAN MATERI AJAR GURU KIMIA DI SULAWESI TENGAH PASCA PENDAMPINGAN OLEH LPMP

PENGUASAAN MATERI AJAR GURU KIMIA DI SULAWESI TENGAH PASCA PENDAMPINGAN OLEH LPMP PENGUASAAN MATERI AJAR GURU KIMIA DI SULAWESI TENGAH PASCA PENDAMPINGAN OLEH LPMP Erisda Eka Putra 1), Liliasari 2), Wahyu Sopandi 2) 1) Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Sulawesi Tengah; 2) Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI FLUIDA STATIS KELAS X SMA/MA

PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI FLUIDA STATIS KELAS X SMA/MA PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI FLUIDA STATIS KELAS X SMA/MA Adelia Alfama Zamista 1*), Ida Kaniawati 2 1 Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, Jalan Dr. Setiabudhi, Bandung, 40154

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMU. Budi Utami 1, Srini M.Iskandar 2, &Suhadi Ibnu 2

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMU. Budi Utami 1, Srini M.Iskandar 2, &Suhadi Ibnu 2 PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMU Budi Utami 1, Srini M.Iskandar 2, &Suhadi Ibnu 2 1 Dosen Program Studi P.Kimia FKIP UNS 2 Dosen Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH MAHASISWA NON EKSAKTA

PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH MAHASISWA NON EKSAKTA PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH MAHASISWA NON EKSAKTA Rianti Cahyani, Nuryani Y, Rustaman, Mulyati Arifin, Yeni Hendriani Universitas Pendidikan Indonesia, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk,

BAB I PENDAHULUAN. IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi. Empat unsur utama IPA ini seharusnya muncul dalam pembelajaran IPA

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Dariyo, A. (2013). Dasar-Dasar Pedagogi Modern. Jakarta : PT Indeks.

DAFTAR PUSTAKA. Dariyo, A. (2013). Dasar-Dasar Pedagogi Modern. Jakarta : PT Indeks. DAFTAR PUSTAKA Agustina, P. (2015). Pengembangan PCK (Pedagogical Content Knowledge) Mahasiswa Calon Guru Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta Melalui Simulasi Pembelajaran. Jurnal Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya, maka layanan pendidikan yang tepat bagi anak perlu terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya, maka layanan pendidikan yang tepat bagi anak perlu terus-menerus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhannya, maka layanan pendidikan yang tepat bagi anak perlu terus-menerus ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan Kurikulum 2013 menjadikan guru berperan penting dalam pelaksanaannya di sekolah. Berdasarkan pernyataan Awaliyah (2014), pada tahun kedua pelaksanaan

Lebih terperinci

PROFIL KEMAMPUAN MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI DALAM MEMBUAT PETA KONSEP PADA MATA KULIAH KAPITA SELEKTA BIOLOGI SMA

PROFIL KEMAMPUAN MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI DALAM MEMBUAT PETA KONSEP PADA MATA KULIAH KAPITA SELEKTA BIOLOGI SMA PROFIL KEMAMPUAN MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI DALAM MEMBUAT PETA KONSEP PADA MATA KULIAH KAPITA SELEKTA BIOLOGI SMA Ipin Aripin Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Majalengka Jln. KH. Abdul Halim

Lebih terperinci

Profil Kemampuan Guru IPA SMP dalam Memahami Materi Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA).

Profil Kemampuan Guru IPA SMP dalam Memahami Materi Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA). Profil Kemampuan Guru IPA SMP dalam Memahami Materi Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA). LENI MARLINA 1), LILIASARI 2,*), BAYONG TJASYONO 2), SUMAR HENDAYANA 3) 1) Sekolah Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan kondisi

Lebih terperinci

Identifikasi Kesulitan Pembelajaran Bioteknologi pada Guru SLTA se Jawa Barat

Identifikasi Kesulitan Pembelajaran Bioteknologi pada Guru SLTA se Jawa Barat Identifikasi Kesulitan Pembelajaran Bioteknologi pada Guru SLTA se Jawa Barat Oleh : Widi Purwianingsih, Nuryani Y.Rustaman & Sri Redjeki Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Telah Diseminarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah pendidik profisional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,dan mengevaluasi peserta didik pada Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rini Andini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Rini Andini, 2014 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran sangat disorot dalam dunia pendidikan karena di dalamnya terjadi proses penyampaian ilmu pengetahuan dari pendidik ke peserta didiknya. Tidak hanya

Lebih terperinci