Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru dalam Pembelajaran Biologi SMA di Kota Cimahi
|
|
- Adi Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains (2016) 6:17 24; ISSN: Tersedia online di : Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru dalam Pembelajaran Biologi SMA di Kota Cimahi Yeni Rahmadhani 1 Adi Rahmat 2 Widi Purwianingsih 2 1 Program Studi Magister Pendidikan Biologi, Sekolah Pascasarjana, 2 Departemen Pendidikan Biologi, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229, Bandung, Jawa Barat, Indonesia 1 yenirahmadhani18@gmail.com; adirahmat@upi.edu Abstrak. Pedagogical Content Knowledge (PCK) adalah interseksi antara pedagogi dan konten. PCK menggambarkan kemampuan guru mengintegrasikan pengetahuan konten ke dalam pengetahuan tentang kurikulum, mengajar dan karakteristik siswa, yang dapat menuntun guru merangkai situasi pembelajaran. Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran PCK guru pada pembelajaran. Partisipan dalam penelitian adalah guru biologi kelas XI SMA di Kota Cimahi pada semester genap tahun ajaran 2015/2016, yang ditentukan secara convenience atau berdasarkan kesediaan terlibat dalam penelitian dengan kriteria pernah mengajar lebih dari 10 tahun. PCK guru dijaring melalui Content Respresentation (CoRes), CoRes terintegrasi dalam RPP, dan CoRes terintegrasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Data penelitian menunjukkan, melalui CoRes terlihat kemampuan guru dalam memandang pentingnya suatu materi, penentuan tujuan, keluasan dan kedalaman materi, dan strategi mengajarkan suatu konsep. Secara umum guru memiliki gambaran PCK yang baik jika hanya dilihat dari jawaban CoRes, sedangkan jawaban CoRes tidak tercermin dalam RPP atau pelaksanaan. Guru belum baik dalam merencanakan, dibuktikan dengan tidak adanya beberapa aspek CoRes dalam RPP. Begitu pula dengan penilaian CoRes dalam pelaksanaan pembelajaran, guru melupakan aspek nilai penting, tujuan dan manfaat diajarkannya suatu konsep. PCK guru yang baik akan berkesinambungan antara nilai CoRes, CoRes dalam RPP dan CoRes dalam pelaksanaan pembelajaran. Namun pada penelitian ini, hal tersebut belum tercapai. Kata kunci. guru, PCK, pembelajaran biologi, sistem ekskresi 1. Pendahuluan Undang-undang No. 14 Tahun 2015 Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru merupakan suatu profesi, suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan (Anwar, 2014b). Menurut Washton (1961) dan Klopfer (1980) dalam Rustaman (2005) di antara banyak faktor yang mempengaruhi pelajaran, seperti guru, jumlah siswa di dalam kelas, peralatan laboratorium, dan staf administrasi, guru merupakan faktor utama untuk keberhasilan pembelajaran, karena guru yang menentukan apa yang akan dipelajari siswa. Tidak disangsikan lagi, di dalam sistem pendidikan, guru menempati posisi sentral. Seorang guru untuk menjadi profesional, harus memiliki satu perangkat pengetahuan yang akan menunjang tugasnya sebagai guru (Rustaman dkk., 2005). Salah satu tugas guru sebagai seorang profesional adalah memberi peluang agar siswa dapat belajar sebaikbaiknya. Bruner dalam Dahar (2006) menyatakan bahwa belajar menyangkut tiga proses, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketetapan 17
2 Pendagogical Content Knowledge (PCK) Guru dalam Pembelajaran Biologi SMA di Kota Cimahi Rahmadhani Rahmat Purwianingsih pengetahuan, dengan demikian seorang guru seyogianya memiliki pengetahuan tentang bagaimana mengajarkan bahan ajar pada siswanya (Purwianingsih, 2011). Harlen & Holroyd (1997) menyatakan bahwa pengetahuan konten yang kuat dari seorang guru, akan memberikan pengaruh yang positif pada pembuatan keputusan yang berhubungan dengan perubahan strategi mengajar. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan kesempatan belajar yang lebih baik. Seorang guru yang memiliki pengetahuan konten yang baik akan mampu mengkonstruk elemen materi secara simultan dalam memori kerja, memperhatikan pengetahuan awal siswa dengan cara memberi arahan, materi tidak disampaikan sekaligus atau mempertimbangkan pengetahuan prasyarat. Selain sekedar mengetahui bahan ajar yang akan diberikan, seorang guru harus memahami dan mampu mengintegrasikan pengetahuan konten ke dalam pengetahuan tentang kurikulum, pembelajaran, mengajar dan siswa. Pengetahuan-pengetahuan tersebut akhirnya dapat menuntun guru untuk merangkai situasi pembelajaran sesuai kebutuhan individual dan kelompok siswa. Pengetahuan seperti ini dinyatakan sebagai pengetahuan konten pedagogi/pedagogical Content Knowledge atau disebut PCK (NRC, 1996). PCK dapat diartikan sebagai gambaran tentang bagaimana seorang guru mengajarkan suatu subjek dengan mengakses apa yang diketahui tentang subjek tersebut, apa yang diketahui tentang siswa yang diajarnya, tentang kurikulum terkait dengan subjek tersebut dan apa yang diyakini sebagai cara mengajar yang baik pada konteks tersebut (Rollnick dkk., 2008). PCK seorang guru dapat dilihat dari kemampuan mengemas materi tertentu agar mudah diterima oleh siswa, PCK juga meliputi pemahaman tentang apa yang dapat dilakukan dalam pembelajaran suatu konsep spesifik yang mudah maupun sulit terhadap para siswa (dengan berbagai umur dan latar belakang) yang mempunyai konsepsi dan miskonsepsi agar mereka belajar (Shulman (1987) dalam Cochran dkk. (1993)). PCK dari seorang guru bisa sama dengan guru lain, tetapi juga bisa berbeda, karena PCK merupakan pengetahuan personal (Gess -Newsome (2015) dalam Berry dkk. ( 2015)). Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan keyakinan guru tentang materi subyek, pengetahuan dan keyakinan pedagogi, pengetahuan dan keyakinan tentang konteks, termasuk siswa di dalamnya (Magnusson dkk., 1999). PCK juga dipengaruhi dari pengalaman mengajar guru (Anwar, 2014a). Salah satu instrumen untuk mengungkap PCK guru adalah melalui CoRes, yang dikembangkan oleh Loughran dan timnya (Loughran dkk., 2012). CoRes adalah representasi bagaimana guru berpikir tentang topik yang akan diajarkannya pada tingkatan tertentu. Proses membuat CoRes dimulai dari merumuskan ide besar yang berkaitan dengan topik spesifik penting yang akan disampaikan kepada siswa untuk mempermudah pemahaman. Ada sekitar 10 pertanyaan yang membantu guru mengorganisasikan topik tertentu sehingga berguna untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Kemampuan PCK ini tidak terlepas pada materi yang akan diajarkan, untuk itu materi yang dipilih adalah materi sistem ekskresi. Terdapat beberapa alasan untuk memilih materi sistem ekskresi 18
3 Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains X (2016) Vol. 6 ISSN: dalam penelitian ini yaitu: 1) merupakan materi fundamental yang harus dipahami siswa (terdapat dalam KD 3.5 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan KD 3.9 Kurikulum 2013); 2) merupakan materi yang terintegrasi konsep antara kimia dan biologi; 3) merupakan materi yang sangat terkait dengan kehidupan siswa sehari-hari, yang dapat digunakan untuk memahami proses biologi selanjutnya; 4) terdapat miskonsepsi pada beberapa konsep (Vita, 2015). Makalah ini mendeskripsikan PCK dalam pembelajaran biologi khususnya pada materi sistem ekskresi di Kota Cimahi semester genap tahun ajaran 2015/ Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan untuk memperoleh gambaran PCK guru biologi pada materi sistem ekskresi. Partisipan dalam penelitian ini adalah tiga guru biologi kelas XI IPA/ MIA di Kota Cimahi pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Penentuan partisipan dilakukan secara convenience atau berdasarkan kesediaan terlibat dalam penelitian dengan kriteria pernah mengajar lebih dari 10 tahun. PCK guru digambarkan melalui nilai ratarata CoRes, CoRes yang terintegrasi dalam RPP, dan CoRes yang terintegrasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan penilaian CoRes yang dibuat oleh guru, penilaian RPP berbasis CoRes dan observasi pembelajaran berbasis CoRes. Analisis data dilakukan secara deskriptif. 3. Hasil dan Diskusi PCK merupakan pengetahuan yang penting dan harus dimiliki oleh seorang guru (Shulman, 1987). Hasil temuan pada penelitian ini mengungkap kemampuan PCK guru dari jawaban CoRes, penilaian CoRes dalam RPP dan penilaian CoRes dalam pelaksanaan pembelajaran. 3.1 Analisis CoRes CoRes adalah sebuah instrumen yang dikembangkan oleh Loughran dan timnya (Loughran dkk., 2012), yang merupakan representasi bagaimana guru berpikir tentang topik yang akan diajarkannya pada tingkatan tertentu. Proses membuat CoRes dimulai dari merumuskan ide besar yang berkaitan dengan topik spesifik penting yang akan disampaikan kepada siswa untuk mempermudah pemahaman. Jenis dan jumlah konsep yang dianggap guru penting diketahui oleh siswa pada masing-masing SMA berbeda penekanannya, bergantung dari pandangan guru terhadap materi tersebut dan intake siswa. Konsep penting ini nantinya akan menentukan keluasan dan kedalaman materi serta strategi yang diterapkan guru ketika pembelajaran. Tabel 1 menunjukkan gambaran konsep penting yang harus diketahui siswa. Pemilihan konsep-konsep penting yang akan disampaikan kepada siswa semestinya didasarkan pada tuntutan kurikulum. SMAN A dan SMAN B menggunakan kurikulum 2013, sedangkan SMAN C menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Secara umum, baik dalam kurikulum 2013 maupun KTSP, siswa dituntut mampu menjelaskan keterkaitan atau membuat analisis hubungan antara struktur, fungsi, proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi 19
4 Pendagogical Content Knowledge (PCK) Guru dalam Pembelajaran Biologi SMA di Kota Cimahi Rahmadhani Rahmat Purwianingsih pada sistem ekskresi. Perbedaannya pada Kurikulum 2013, sistem ekskresi hewan dihilangkan dan hanya menjadi materi pengayaan. Akan tetapi, pada CoRes yang dibuat guru SMAN B, yang menerapkan Kurikulum 2013, materi sistem ekskresi hewan masih dianggap sebagai konsep yang harus diketahui oleh siswa. Dengan demikian, dalam pemilihan konsep penting, guru SMAN B tidak memperhatikan tuntutan kurikulum. Tabel 1. Gambaran konsep penting yang harus diketahui siswa berdasarkan jawaban pada CoRes guru. Guru SMAN A SMAN B SMAN C Konsep Penting yang 1. Struktur organ- 1. Sistem ekskresi 1. Organ-organ dimunculkan di dalam organ ekskresi pada hewan. sistem ekskresi. CoRes 2. Fungsi organ-organ 2. Sistem ekskresi 2. Ginjal dan ekskresi pada pembentukan urin. 3. Proses organ-organ 3. Kelainan/ ekskresi pada gangguan organ ekskresi pada 4. Kelainan/ gangguan organ ekskresi pada Setelah menentukan konsep atau ide penting, ada sekitar 10 pertanyaan yang nantinya akan membantu guru mengorganisasi topik tertentu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah: 1) Apa yang akan Bapak/Ibu ajarkan kepada siswa tentang konsep ini?; 2) Mengapa konsep tersebut penting dipelajari oleh siswa?; 3) Ide/konsep terkait apa sajakah yang menurut Bapak/Ibu belum saatnya diketahui oleh siswa? 4) Kesulitan/keterbatasan apa sajakah yang mungkin Bapak/Ibu alami untuk mengajarkan konsep tersebut? 5) Pengetahuan apa saja yang Bapak/Ibu miliki tentang siswa (pengetahuan awal, cara berpikir, minat, dll) yang mempengaruhi cara mengajar konsep ini?; 6) Apa sajakah faktor-faktor lain yang menjadi pertimbangan Bapak/Ibu dalam mengajarkan konsep tersebut?; 7) Bagaimanakah urutan/alur yang Bapak/Ibu pilih untuk mengajarkan konsep tersebut?; 8) Bagaimanakah cara Bapak/Ibu mengetahui bahwa siswa telah paham atau belum? 9) Bagaimanakah Bapak/Ibu memanfaatkan teknologi yang ada dalam membelajarkan konsep tersebut?; 10) Apa strategi yang digunakan Bapak/Ibu untuk mengatasi ketiadaan salah satu faktor agar tujuan pembelajaran dapat tercapai? Tabel 2 menunjukkan PCK guru yang tergambar dari jawaban pada CoRes. Jawaban CoRes guru kemudian diberi skor dan dirata-ratakan. Di antara ketiga sekolah, guru SMAN B memiliki skor yang paling tinggi daripada guru SMAN A dan SMAN C, dimana guru SMAN A dan C memiliki poin yang sama. Keunggulan guru SMAN B karena CoRes yang dibuat guru SMAN B sangat memperhatikan aspek pertimbangan mengajar, strategi pembelajaran, pengorganisasian materi ajar, alternatif teknologi dan asesmen. 20
5 Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains X (2016) Vol. 6 ISSN: Tabel 2. Deskripsi umum PCK Guru yang tergambar dari jawaban CoRes. No. Aspek Deskripsi kemampuan Guru 1 Rumusan Tujuan Guru menuliskan konsep dan atribut konsep rata-rata sesuai dengan standar pada kurikulum. Ada pula guru yang tidak mengaitkan dengan standar kurikulum. 2 Pemilihan konsep Guru bisa mengidentifikasi konsep-konsep yang benarbenar penting untuk dikuasai siswa. Prasyarat untuk bisa memahami konsep lain, mensyukuri eksistensi manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, pemeliharaan organ-organ ekskresi agar selalu sehat dan terhindar dari penyakit, dan materi esensial yang kerap muncul di ujian nasional adalah beberapa alasan yang kuat mengapa suatu konsep dipilih untuk diajarkan. 3 Nilai pentingnya konsep bagi siswa Guru memunculkan nilai pentingnya terkait pada konsep selanjutnya dan dengan kehidupan sehari-hari siswa. 4 Keluasan dan kedalaman materi Guru bisa menentukan batas keluasan dan kedalaman materi dengan baik dengan disertai alasan yang logis, misalnya kemampuan dan kondisi siswa. 5 Memprediksi kesalahan konsep Guru bisa memberikan penjelasan tentang kemungkinan miskonsepsi atau kesulitan siswa dalam memahami suatu konsep, misalnya karena perbedaan konsep di buku pegangan siswa yang berbeda-beda, karakteristik materi yang cukup astrak dan mikroskopis. 6 Pertimbangan mengajar Pertimbangan mengajar didasarkan pada kondisi siswa dan fasilitas pendukung. 7 Strategi mengajar Guru menunjukkan fleksibilitas dalam menentukan strategi pembelajaran, disesuaikan dengan kondisi yang ada, sarana prasarana, intake siswa dan pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa. Guru melibatkan pemanfaatan teknologi sesuai dengan metode yang digunakan. 8 Pengorganisasian materi Dalam menyajikan materi guru tidak terpaku pada sistematika/urutan yang ada pada buku pegangan siswa, tetapi disesuaikan dengan ide penting yang dituliskan di awal dan metode yang digunakan dalam pembelajaran. 9 Pengukuran kemampuan siswa Dalam mengukur kemampuan siswa, sebagian besar guru menggunakan beberapa asesmen, seperti tes tulis, LKS, dan tes lisan. Asesmen yang digunakan menyesuaikan dengan metode pembelajaran di kelas. Tabel 3. Skoring jawaban CoRes guru. Sekolah Pertanyaan Total Skor Rata-rata SMAN A ,50 SMAN B ,00 SMAN C ,50 Dengan demikian dapat disimpulkan dengan membuat CoRes, terlihat kemampuan seorang guru dalam memandang pentingnya suatu materi, mulai dari penentuan tujuan, keluasan dan kedalaman materi, dan strategi mengajarkan suatu konsep. 21
6 Pendagogical Content Knowledge (PCK) Guru dalam Pembelajaran Biologi SMA di Kota Cimahi Rahmadhani Rahmat Purwianingsih 3.2 Analisis CoRes yang Terintegrasi dalam RPP RPP yang dianalisis merupakan RPP biasa yang sudah dirancang oleh guru. Penilaian RPP dilakukan dengan mengintegrasikan aspek-aspek yang terdapat pada CoRes. Sebagai contoh pada RPP bagian apersepsi, penilaiannya didasarkan pada aspek CoRes pertanyaan nomor dua tentang nilai pentingnya suatu konsep bagi siswa: Konsep sistem ekskresi yang akan diajarkan dihubungkan dengan masalah kontekstual yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Jika di dalam RPP muncul nilai pentingnya suatu konsep disampaikan pada siswa terkait pada konsep selanjutnya dan bisa mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa, maka poin RPP pada aspek tersebut tinggi. Contoh lain pada RPP bagian materi ajar, penilaiannya didasarkan pada aspek CoRes tentang konsep penting yang harus diketahui siswa: Materi sesuai dengan ide penting/ ide besar sistem ekskresi yang terdapat dalam CoRes. Jika uraian materi ajar tidak sesuai dengan ide besar atau konsep penting yang dituliskan di CoRes, maka poin RPP pada aspek tersebut rendah. Adapun RPP guru yang penilaiannya sudah diintegrasikan dengan CoRes dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. RPP guru yang terintegrasi dengan CoRes. Sekolah CoRes CoRes-RPP SMAN A 42,50 49,02 SMAN B 60,00 28,92 SMAN C 42,50 35,78 Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui nilai tertinggi RPP guru yang terintegrasi CoRes di dalamnya adalah RPP guru SMAN A, kemudian RPP guru SMAN C, dan yang terendah adalah RPP guru SMAN B. Pada penilaian CoRes, guru SMAN B memiliki nilai paling tinggi, tetapi pada penilaian CoRes dalam RPP, guru SMAN B justru memiliki nilai paling rendah. Hal ini disebabkan di dalam RPP-nya, guru SMAN B tidak menuliskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, apersepsi tidak memunculkan nilai penting suatu konsep diajarkan, uraian materi ajar tidak sesuai dengan ide besar pada CoRes, kegiatan siswa tidak melibatkan penggunaan teknologi, dan asesmen untuk mengukur kepahaman siswa tidak ada. RPP merupakan gambaran tertulis apa yang akan dicapai oleh siswa, strategi yang digunakan oleh guru, keluasan dan kedalaman materi yang harus diketahui siswa, dan asesmen yang digunakan untuk mengecek tingkat kepahaman siswa. Ketiga guru di dalam RPP semuanya tidak memunculkan nilai penting suatu konsep harus diajarkan pada bagian apersepsi (aspek CoRes nomor 2); materi ajar tidak menunjukkan keluasan dan kedalaman, juga tidak menuliskan kemungkinan miskonsepsi yang ada pada konsep tersebut, atau pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa yang mempengaruhi siswa memahami konsep tersebut (aspek CoRes nomor 3); aktivitas siswa tidak menggambarkan adanya pemanfaatan teknologi (aspek CoRes nomor 9) dan tidak ada antisipasi atau strategi yang disiapkan sebagai bentuk alternatif jika salah satu faktor pendukung pembelajaran tidak ada (aspek CoRes nomor 10). Dengan demikian RPP yang dibuat oleh tiga orang guru dari tiga sekolah yang berbeda ini rata-rata belum menggambarkan PCK yang baik dalam hal perencanaan. 22
7 Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains X (2016) Vol. 6 ISSN: Analisis Pelaksanaan Pembelajaran yang Terintegrasi dengan CoRes RPP merupakan panduan guru untuk melaksanakan pembelajaran. Penilaian pembelajaran dilakukan dengan mengintegrasikan aspek-aspek yang terdapat pada CoRes. Sebagai contoh pada kegiatan pendahuluan, jika guru memperhatikan aspek CoRes nomor 5, yaitu kemampuan mempresdiksi kesalahan konsep, guru akan memanfaatkan pengetahuan awal siswa sebagai bahan apersepsi, untuk menghindari miskonsepsi atau kesalahan konsep pada pemahaman siswa. Jika apersepsi dengan memperhatikan pengetahuan awal untuk menghindari kesalahan konsep tersebut muncul, maka poin guru untuk aspek tersebut tinggi. Contoh lain pada kegiatan inti, yaitu merancang pelaksanaan dengan memperhatikan analisis materi, maka guru telah melaksanakan aspek CoRes nomor 6. Adapun profil pelaksanaan pembelajaran yang sudah diintegrasikan dengan CoRes dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. CoRes dalam pelaksanaan pembelajaran. Sekolah RPP-CoRes Pelaksaan-CoRes SMAN A 49,02 91,67 SMAN B 28,92 41,67 SMAN C 35,78 28,33 Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui nilai tertinggi pelaksanaan pembelajaran yang terintegrasi CoRes di dalamnya adalah guru SMAN A, kemudian SMAN B, dan yang terendah adalah SMAN C. Pada penilaian CoRes dalam RPP, guru SMAN A memiliki nilai paling tinggi, hal ini sejalan dengan penilaian CoRes dalam RPP. Artinya guru SMAN A memiliki PCK yang lebih baik dalam hal pelaksanaan daripada perencanaan. Hal tersebut dapat dilihat juga pada guru SMAN B, PCK pelaksanaan lebih baik dalam hal perencanaan. Lain halnya dengan guru SMAN C, nilai CoRes dalam RPP lebih baik daripada CoRes dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini mungkin terjadi karena guru SMAN C menerapkan metode ceramah pada semua konsep, yang berarti guru tidak memperhatikan faktor karakteristik materi, tidak memanfaatkan teknologi dalam aktivitas maupun tugas siswa, tidak menggunakan media sesuai pendekatan, strategi, kondisi siswa, kondisi lingkungan, serta sarana prasarana. Selain itu, guru SMAN C tidak menggunakan asesmen yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, konsep yang diberikan, metode yang digunakan dan keadaan siswa. Ketiga guru di dalam pelaksanaan pembelajaran umumnya melupakan aspek pentingnya menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari suatu konsep dalam materi sistem ekskresi pada kegiatan pendahuluan. Padahal kegiatan apersepsi pada awal kegiatan pembelajaran memberikan stimulus kepada siswa dan dapat mengungkap pengetahuan awal lebih banyak. 4. Kesimpulan dan Saran Pembelajaran yang optimal dapat diperoleh jika seorang guru memiliki sejumlah pengetahuan, antara lain kemampuan merumuskan tujuan pembelajaran, membuat alat evaluasi, memilih materi pelajaran yang relevan dengan tujuan pembelajaran dan relevan dengan alat evaluasinya, merancang pengalaman belajar, dan kemampuan mengantarkan siswa menguasai materi pelajaran. Dengan membuat CoRes terlihat kemampuan seorang guru dalam memandang pentingnya suatu materi, penentuan tujuan, keluasan dan kedalaman materi, dan strategi 23
8 Pendagogical Content Knowledge (PCK) Guru dalam Pembelajaran Biologi SMA di Kota Cimahi Rahmadhani Rahmat Purwianingsih mengajarkan suatu konsep. Secara umum guru memiliki gambaran PCK yang baik jiak hanya dilihat dari jawaban CoRes, sedangkan jawaban CoRes tidak tercermin dalam RPP atau pelaksanaan. Guru belum baik dalam hal perencanaan, dibuktikan dengan tidak adanya beberapa aspek CoRes dalam RPP. Ketiga guru dalam RPP umumnya melupakan aspek CoRes nomor 2, 3, 9, dan 10. Begitu pula dengan penilaian CoRes dalam pelaksanaan pembelajaran, ketiga guru melupakan aspek nilai penting, tujuan dan manfaat diajarkannya suatu konsep. PCK guru yang baik akan berkesinambungan antara nilai CoRes, CoRes dalam RPP dan CoRes dalam pelaksanaan pembelajaran. Namun, pada penelitian ini, hal tersebut belum tercapai. PCK guru akan berkaitan dengan penerimaan siswa, baik dari kemampuan siswa menerima dan mengolah informasi, usaha mental, dan hasil belajar. Hal tersebut masih dalam penelitian dan analisis lebih lanjut. Referensi Anwar, Y. (2014a). Kemampuan Pedagogical Content Knowledge guru biologi yang berpengalaman dan yang belum berpengalaman. Jurnal Pengajaran MIPA, 19(1), Anwar, Y. (2014b). Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Calon Guru Biologi Pada Peserta Pendekatan Konsekutif Dan Pada Peserta Pendekatan Konkuren. (Disertasi tidak diterbitkan). SPs Universitas Pendidikan Indonesia. Berry, A., Friedrichsen, P., & Loughran, J. (2015) Re-examining Pedagogical Content Knowledge in Science Education. New York: Taylor & Francis. Cochran, K. F., DeRuiter, J. A., & King, R. A. (1993). Pedagogical Content Knowing: An Integrative Model for Teacher Preparation. Journal of Teacher Education, 44(4), Dahar, W. (2006). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Harlen, W., & Holroyd, C. (1997). Primary Teachers Understanding Of Concept Of Science: Impact On Confidence And Teaching. International Journal of science Education, 19, Loughran, J., Berry, A., & Mulhall, P. (2012). Understanding and developing science teachers pedagogical content knowledge (2nd ed.) Rotterdam: Sense Publisher. Magnusson, S., Krajcik, J., & Borko, H. (1999) Nature, source, and development of Pedagogical Content Knowledge for teaching. In J. Gess-Newsome & N.G Lederman(Eds.), Examining Pedagogical Content Knowledge: The construct and its implications for science education (pp ). Dordrecht, the Netherlands: Kluwer Academic Publisher. NRC. (1996). National Science Education Standards (NSES). Washington: National Academy Press. Purwianingsih, W. (2011). Pengembangan Program Pembekalan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Bioteknologi Melalui Perkuliahan Kapita Selekta Biologi SMA. (Disertasi tidak diterbitkan). SPs Universitas Pendidikan Indonesia. Rollnick, M., Bennett, J., Rhemtula, M., Dharsey, N., & Ndlovu, T. (2008). The place of subject matter knowledge in pedagogical content knowledge: a case study of South African teachers teaching the amount of substance and chemical equilibrium. International Journal of Science Education. 30(10) Rustaman, Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., & Nurjhani, M. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press. Shulman, L. (1987). Knowledge and teaching: foundations of the new reform. Harvard Educational Review, 57(1), Vita, D. (2015). Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Pokok Sistem Ekskresi Manusia Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI) Siswa Kelas XI IPA SMAN 2 Banguntapan Yogyakarta. (Skripsi tidak diterbitkan). UIN Sunan Kalijaga. 24
KESIAPAN CALON GURU DALAM PELAKSANAAN PPL: DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE
KESIAPAN CALON GURU DALAM PELAKSANAAN PPL: DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE Yenny Anwar Universitas Sriwijaya Abstrak : Penelitian ini dilakukan untuk melihat kesiapan mahasiswa calon
Lebih terperinciANALISIS PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE
ANALISIS PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) TERHADAP BUKU GURU SD KURIKULUM 2013 Gaguk Resbiantoro gaguk.resbiantoro@stkippgritulungagung.ac.id STKIP PGRI Tulungagung ABSTRAK Analisis buku pegangan guru
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
41 BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji perkembangan Pedagogical content knowledge calon guru yang mengikuti program pendidikan guru dengan pendekatan
Lebih terperinciANALISIS KETERAMPILAN PROSES SISWA SD MELALUI PENERAPAN SKENARIO PEMBELAJARAN BERBASIS PCK TENTANG GAYA GRAVITASI
ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SISWA SD MELALUI PENERAPAN SKENARIO PEMBELAJARAN BERBASIS PCK TENTANG GAYA GRAVITASI Ina Oktarina Rahman, Rustono WS, Ghullam Hamdu PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan profesi yang secara langsung menuntut keprofesionalan seorang pendidik untuk menguasai kemampuan membelajarkan suatu konsep agar tidak hanya berupa materi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah suatu profesi yang jabatannya memerlukan keahlian khusus dan tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Sebagai tenaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru memiliki tugas utama mendidik dan mengajar serta sebagai tenaga pengajar yang profesional, guru harus menguasai empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogi, profesional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bioteknologi merupakan salah satu ilmu yang berkembang pesat saat ini.
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Bioteknologi merupakan salah satu ilmu yang berkembang pesat saat ini. Penggunaan bioteknologi sebagai ilmu dan sebagai alat, bertanggungjawab dalam meningkatkan
Lebih terperinciPROFIL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE PROFILE ON PROSPECTIVE BIOLOGY TEACHER
PROFIL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI Eny Hartadiyati Wasikin Haryanti 1) 1 Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas PGRI Semarang hartadiyatieny@gmail.com PEDAGOGICAL
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sesuai dengan tujuan dari penelitian dan berdasarkan hasil serta pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Biologi merupakan cabang ilmu yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari pengamatannya terhadap fenomena biologi yang
Lebih terperinciAnatasija Limba 1,a) Ambon, a) PENDAHULUAN
DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.01.oer.07 KORELASI KEMAMPUAN CALON GURU FISIKA DALAM MENGEMBANGKAN CONTENT REPRESENTATION (CORES) DENGAN KEMAMPUAN MERANCANG DAN MENGIMPLEMENTASIKAN PEMBELAJARAN KONSEP
Lebih terperinciYenny Anwar / Profil Kemampuan PCK Guru B-0
B-0 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013 PROFIL KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE GURU BIOLOGI SENIOR DAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE CALON GURU BIOLOGI PADA PENDEKATAN KONKUREN
PERKEMBANGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE CALON GURU BIOLOGI PADA PENDEKATAN KONKUREN Yenny Anwar 1, Nuryani Y. Rustaman 2, Ari Widodo 2, dan Sri Redjeki 2 1 FKIP Universitas Sriwijaya dan 2
Lebih terperinciPENERAPAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK)PADA TOPIK PERSAMAAN KEADAAN GAS. Sarwanto Program Studi P.Fisika FKIP UNS
PENERAPAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK)PADA TOPIK PERSAMAAN KEADAAN GAS Sarwanto Program Studi P.Fisika FKIP UNS ABSTRAK Diperlukan strategi khusus untuk membelajaran sebuah persamaan matematis pada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam melaksanakan sebuah kegiatan penelitian dibutuhkan suatu metode yang jelas (Rahmat, 2009). Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru sebagai suatu profesi yang jabatannya memerlukan keahlian khusus dan tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Sebagai tenaga profesional,
Lebih terperinciJurnal Pendidikan IPA Indonesia
JPII 1 (2) (2012) 157-162 Jurnal Pendidikan IPA Indonesia http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii KEMAMPUAN SUBJECT SPECIFIC PEDAGOGY CALON GURU BIOLOGI PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESIONAL GURU (PPG)
Lebih terperinciOleh: KHUSNUL CHOTIMAH A
GAMBARAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE GURU IPA KELAS VII SMP NEGERI SE-KABUPATEN SUKOHARJO DALAM MENGGUNAKAN KURIKULUM 2013 TAHUN AJARAN 2016/2017 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikmanda Nugraha, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas, termasuk di dalamnya karakteristik materi pelajaran, pengetahuan awal siswa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan komponen utama yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru harus selalu mengintegrasikan pengalamannya dengan segala hal yang mereka
Lebih terperinciKEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE GURU BIOLOGI YANG BERPENGALAMAN DAN YANG BELUM BERPENGALAMAN
KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE GURU BIOLOGI YANG BERPENGALAMAN DAN YANG BELUM BERPENGALAMAN Yenny Anwar 1,2, Nuryani Y. Rustaman 3, Ari Widodo 3, dan Sri Redjeki 3 1 Universitas Sriwijaya 2 Sekolah
Lebih terperinciPUBLIKASI ILMIAH. Oleh: Meika Kurniawati A
KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU IPA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH SE-KOTA SURAKARTA DALAM PENYUSUNAN RPP PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk mempermudah pembahasan, terlebih dahulu akan diuraikan definisi operasional dalam penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Pedagogy Knowledge (PK)
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN & SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa struktur program
BAB V KESIMPULAN & SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa struktur program Pembekalan Pedagogical Content Knowledge ( PCK) Bioteknologi (P2CKBiotek) yang dibangun dari
Lebih terperinciPENGETAHUAN KONTEN PEDAGOGI (PCK) DAN URGENSINYA DALAM PENDIDIKAN GURU
PENGETAHUAN KONTEN PEDAGOGI (PCK) DAN URGENSINYA DALAM PENDIDIKAN GURU Widi Purwianingsih*, Nuryani Y. Rustaman** dan Sri Redjeki Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia Abstract: A serius
Lebih terperinciKEMAMPUAN CALON GURU BIOLOGI DALAM MENYUSUN RUBRIK ANALITIS PADA ASESMEN KINERJA PEMBELAJARAN
KEMAMPUAN CALON GURU BIOLOGI DALAM MENYUSUN RUBRIK ANALITIS PADA ASESMEN KINERJA PEMBELAJARAN Abstrak Ana Ratna Wulan FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Studi deskriptif telah dilakukan di Jurusan
Lebih terperinciPotret Representasi Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru dalam Mengajarkan Materi Getaran dan Gelombang pada Siswa Smp
ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2015) Vol.5 No.1 Halaman 9 April 2015 Potret Representasi Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru dalam Mengajarkan Materi Getaran dan Gelombang pada
Lebih terperinciBAB II PEMBEKALAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE ( PCK) BIOTEKNOLOGI MELALUI PERKULIAHAN KAPITA SELEKTA BIOLOGI SMA
BAB II PEMBEKALAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE ( PCK) BIOTEKNOLOGI MELALUI PERKULIAHAN KAPITA SELEKTA BIOLOGI SMA A. Paedagogical Content Knowledge (PCK) Sebagai seseorang yang selalu belajar untuk mengajar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHUUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHUUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam proses pembelajaran. Terdapat tujuh kategori ranah pengetahuan yang penting dikuasai oleh guru agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Figur utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah guru. Guru memegang peran utama dalam menentukan keberhasilan peserta didik, terutama kaitannya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lina Herlina, 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Variabel penentu keberhasilan pendidikan formal disamping tenaga pendidik, salah satunya adalah kurikulum, dan keduanya mempunyai kaitan yang sangat erat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia merupakan ilmu yang mencari jawaban atas dasar pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, sifat, perubahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang Guru dan Dosen).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan peningkatan mutu pendidikan dan pengkajian harus selalu diupayakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun komponen lain yang terlibat dalam proses
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN GURU DALAM MENANAMKAN KONSEP LIMIT FUNGSI
Pedagogy Volume 1 Nomor 2 ISSN 2502-3802 ANALISIS KEMAMPUAN GURU DALAM MENANAMKAN KONSEP LIMIT FUNGSI Desak Made Ristia Kartika 1, Rio Fabrika Pasandaran 2 Program Studi Pendidikan Matematika 1,2, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Tood & Murphy (2003) menyatakan bahwa Bioteknologi merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bioteknologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah yang menggunakan makhluk hidup untuk menghasilkan produk dan jasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam rangka membangun profesionalisasi guru. Hal ini ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya mereformasi program persiapan guru telah dikembangkan dalam rangka membangun profesionalisasi guru. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ina Oktarina Rahman, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran IPA di SD merupakan wahana untuk membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pemerintah terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Annisa Setya Rini, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya biologi memiliki kegiatan khusus untuk menunjang pembelajaran yaitu kegiatan praktikum di dalam laboratorium.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. Menurut Trowbridge et.al (1973) : Sains adalah batang tubuh dari pengetahuan dan suatu proses. Batang
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. American Association for the Advancement of Science (1990). Chapter 14. Reforming Education. Science for all Americans Online.
162 DAFTAR PUSTAKA Abell, S.K.(2008). Twenty Years Later: Does pedagogical content knowledge remain a useful idea?. International Journal of Science Education,30:10,1405 1416 American Association for the
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi Kemendiknas 2025 adalah untuk menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna), yaitu insan yang cerdas komprehensif, yang
Lebih terperinciPROSIDING SEMNAS KBSP V
PEDAGOGICAL KNOWLEDGE (PK) CALON GURU BAHASA INDONESIA PADA MATA KULIAH WORKSHOP SILABUS DAN RPP Dini Restiyanti Pratiwi dan Hari Kusmanto Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciSTUDI KASUS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPA SMP DITINJAU DARI ASPEK PCK (PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE) DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Vol. 5 No. 9 Tahun 2016 17 STUDI KASUS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPA SMP DITINJAU DARI ASPEK PCK (PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE) DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Lebih terperinciPETA KOMPETENSI GURU BIOLOGI DI SMA KOTA BANDUNG BERDASARKAN ANALISIS KESESUAIAN PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS DENGAN TUNTUTAN KOMPETENSI DASAR
PETA KOMPETENSI GURU BIOLOGI DI SMA KOTA BANDUNG BERDASARKAN ANALISIS KESESUAIAN PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS DENGAN TUNTUTAN KOMPETENSI DASAR Adi Rahmat 1, Riandi 1, Rini Solihat 1, Wasis Wuyung WB 2,
Lebih terperinciKata kunci: bahan ajar berbasis masalah, PCK, kemampuan pemecahan masalah
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS MASALAH DAN PCK (PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BAGI PESERTA DIDIK SMA Shan Duta Sukma Pradana, Endang Purwaningsih,
Lebih terperinciEdisi Khusus No. 2, Agustus 2011
ANALISIS KEMAMPUAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (Studi Komparatif Pada Guru Sekolah Dasar Kelas V Di Beberapa
Lebih terperinciDiterima 13 November 2006, Disetujui 10 Januari 2006
Jurnal Biogenesis Vol. 2(2):59-63, 2006 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau ISSN : 1829-5460 UPAYA PENINGKATAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENGGUNAAN PETA KONSEP PADA
Lebih terperinciUnnes Science Education Journal
USEJ 5 (3) (2016) Unnes Science Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) CALON GURU DAN GURU KIMIA PADA MATERI BUFFER Sri Haryani, Agung Tri Prasetya,
Lebih terperinciProfesionalisme Guru/ Dosen Sains DISKRIPSI PEDAGOGICAL CONTEIN KNOWLEDGE CALON GURU SDPADA PEMBELAJARAN IPA. Kartika Chrysti S. PGSD Kebumen FKIP UNS
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep yang harus dipahami siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap konsep tersebut akan mempermudah siswa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Baleendah. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah unggulan di Kabupaten Bandung. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Dimana peneliti tidak memberikan perlakuan kepada objek penelitian. Peneliti hanya mengambil
Lebih terperinciPROFIL KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU IPA SMP NEGERI SE-JATISRONO
PROFIL KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU IPA SMP NEGERI SE-JATISRONO 1. Miftah Arifah, 2. Hariyatmi 1,2. Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lebih terperinciCarlsen, W. S., (1993)., Teacher Knowledge and Discourse Control: Quantitative Evidence from Novice Biology Teachers Classrooms,. Journal of Research
DAFTAR PUSTAKA Abell, S.K. (2008). Twenty Years Later: Does pedagogical content knowledge remain a useful idea?. International Journal of Science Education Vol. 30, No. 10, 13 August 2008, pp. 1405 1416
Lebih terperinciKeywords: kemampuan inkuiri, guru yang tersertifikasi.
ANALISIS KEMAMPUAN INKUIRI GURU YANG SUDAH TERSERTIFIKASI DAN BELUM TERSERTIFIKASI DALAM PEMBELAJARAN SAINS SD Oleh: Ramdhan Witarsa ABSTRAK Pembelajaran sains yang sesuai dengan tuntutan kurikulum adalah
Lebih terperinciJIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah
JIPFRI, Vol. 1 No. 2 Halaman: 83-87 November 2017 JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK
Lebih terperinciA. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran biologi bukan sekedar pemaparan pengetahuan saja, melainkan harus direncanakan suatu proses yang melibatkan siswa untuk aktif menemukan pengetahuan
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE Kartika Yulianti Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA - Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setyabudhi 229, Bandung
Lebih terperinciSeminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW
PERKEMBANGAN CALON GURU PROFESIONAL YANG BERFOKUS PADA PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) PADA KELAS AKADEMIK ATAS DAN AKADEMIK BAWAH DI UNIVERSITAS KUNINGAN Ilah Nurlaelah 1, Handayani 2, Ina Setiawati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kualitas guru dapat menentukan bagaimana pembelajaran akan berlangsung dan bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai (Agustina, 2016). Selain itu Anwar (2014), berpendapat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1.Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian eksperimen pada umumnya dianggap sebagai penelitian yang memberikan
Lebih terperinciPROFILE ANALISIS PEMENUHAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SMA
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan, termasuk dosen yang merupakan agen sentral pendidikan di tingkat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dengan desain penelitian narrative (Creswell, 2012). Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap kemampuan
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN CONTENT KNOWLEDGE MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA PADA PRAKTEK PEMBELAJARAN MIKRO
ANALISIS KEMAMPUAN CONTENT KNOWLEDGE MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA PADA PRAKTEK PEMBELAJARAN MIKRO Riawan Yudi Purwoko Mahasiswa PPs, Universitas Negeri Yogyakarta riawanyudi.umpwr@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciProf. Dr. Sri Redjeki, MPd. Dra. Widi Purwianingsih MSi. Drs. Dadang Machmudin MSi. Eni Nuraeni, MPd.
Prof. Dr. Sri Redjeki, MPd. Dra. Widi Purwianingsih MSi. Drs. Dadang Machmudin MSi. Eni Nuraeni, MPd. PENDAHULUAN Tata tertib perkuliahan Penjelasan umum perkuliahan Penjelasan tugas-tugas Tanya jawab&
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH. ANALISIS PEDAGOGIC CONTENT KNOWLEDGE (PCK) TERHADAP BUKU PEGANGAN GURU IPA SMP/MTs KELAS VII PADA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
ARTIKEL ILMIAH ANALISIS PEDAGOGIC CONTENT KNOWLEDGE (PCK) TERHADAP BUKU PEGANGAN GURU IPA SMP/MTs KELAS VII PADA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 Maryati dan Eko Widodo ABSTRAK Analisis buku pegangan guru IPA
Lebih terperinciJournal of Innovative Science Education PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA BERBASIS MASALAH BERVISI SETS
JISE 2 (1) (2013) Journal of Innovative Science Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA BERBASIS MASALAH BERVISI SETS Maria Sundus Retno
Lebih terperinciANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SPEKTRUM CAHAYA PADA SISWA SMA KELAS XII. Yeri Suhartin
ISSN : 2527 5917, Vol.2 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 Peran Pendidikan, Sains, dan Teknologi untuk Mengembangkan Budaya Ilmiah dan Inovasi terbarukan dalam mendukung Sustainable Development Goals
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya pencerdasan, pendewasaan, kemahiran seseorang yang dilakukan perorangan, kelompok dan lembaga (Yamin, 2008). Menurut Syah (2007),
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:
Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA KONSEP JARINGAN TUMBUHAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Nafisah Hanim Program
Lebih terperinciKEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS DALAM MENYUSUN RPP KURIKULUM 2013 TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS DALAM MENYUSUN RPP KURIKULUM 2013 TAHUN AKADEMIK 2016/2017 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN
PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN Rahma Widiantie 1, Lilis Lismaya 2 1,2 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kuningan Email: rahmawidiantie@gmail.com
Lebih terperinciRETNO GUMILAR A
KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) MAHASISWA CALON GURU PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS DALAM MENYUSUN RPP KURIKULUM KTSP TAHUN AJARAN 2015/2016 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu studi internasional yang mengukur tingkat pencapaian kemampuan sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study (TIMSS) yang dikoordinasikan
Lebih terperinciDisusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
KEMAMPUAN GURU IPA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH DI SURAKARTA DALAM PENYUSUNAN RPP TAHUN AKADEMIK 2016/2017 BERDASARKAN TECHNOLOGICAL PAEDAGOGICAL AND CONTENT KNOWLEDGE (TPACK) Disusun sebagai salah satu
Lebih terperinciAbstrak DESKRIPSI PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE GURU KIMIA MENGGUNAKAN KOMPONEN MODEL PENTAGON
DESKRIPSI PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE GURU KIMIA MENGGUNAKAN KOMPONEN MODEL PENTAGON Muhamad Imaduddin 1, Fitria Fatichatul Hidayah 2, Andari Puji Astuti 3 1,2,3 Program Studi Pendidikan Kimia, muhamad.imaduddin89@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu studi internasional untuk mengevaluasi pendidikan khusus hasil belajar peserta didik berusia 14 tahun pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) yang diikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangMasalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangMasalah Pendidikan perlu mengalami perubahan terus menerus untuk mendukung pembangunan di masa yang akan datang. Salah satunya adalah kegiatan proses pembelajaran. Pembelajaran
Lebih terperinciABSTRAK
PENGEMBANGAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) CALON GURU KIMIA MENGGUNAKAN CONTENT REPRESENTATION (CoRe) FRAMEWORK dan PEDAGOGICAL AND PROFESSIONAL - EXPERIENCE REPERTOIRES (PaP-eRs) Pada PEMBELAJARAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut. Analisis
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut. Analisis struktur teks dikerjakan dengan mengorganisasikan makro-mikro yang merupakan unit analisis diturunkan
Lebih terperinciKETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM ABSTRAK
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM Dra. Gebi Dwiyanti, M.Si., dan Dra. Siti Darsati, M,Si. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI ABSTRAK
Lebih terperinciSTANDAR PENDIDIKAN UNTUK CALON GURU SAINS: PEDAGOGI MATERI SUBJEK SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN PENGETAHUAN KONTEN PEDAGOGI CALON GURU
STANDAR PENDIDIKAN UNTUK CALON GURU SAINS: PEDAGOGI MATERI SUBJEK SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN PENGETAHUAN KONTEN PEDAGOGI CALON GURU Oleh Rosnita (PGSD, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal
Lebih terperinciPENGUASAAN MATERI AJAR GURU KIMIA DI SULAWESI TENGAH PASCA PENDAMPINGAN OLEH LPMP
PENGUASAAN MATERI AJAR GURU KIMIA DI SULAWESI TENGAH PASCA PENDAMPINGAN OLEH LPMP Erisda Eka Putra 1), Liliasari 2), Wahyu Sopandi 2) 1) Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Sulawesi Tengah; 2) Universitas
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI FLUIDA STATIS KELAS X SMA/MA
PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI FLUIDA STATIS KELAS X SMA/MA Adelia Alfama Zamista 1*), Ida Kaniawati 2 1 Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, Jalan Dr. Setiabudhi, Bandung, 40154
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMU. Budi Utami 1, Srini M.Iskandar 2, &Suhadi Ibnu 2
PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMU Budi Utami 1, Srini M.Iskandar 2, &Suhadi Ibnu 2 1 Dosen Program Studi P.Kimia FKIP UNS 2 Dosen Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang
Lebih terperinciPEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH MAHASISWA NON EKSAKTA
PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH MAHASISWA NON EKSAKTA Rianti Cahyani, Nuryani Y, Rustaman, Mulyati Arifin, Yeni Hendriani Universitas Pendidikan Indonesia, Jl.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi. Empat unsur utama IPA ini seharusnya muncul dalam pembelajaran IPA
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Dariyo, A. (2013). Dasar-Dasar Pedagogi Modern. Jakarta : PT Indeks.
DAFTAR PUSTAKA Agustina, P. (2015). Pengembangan PCK (Pedagogical Content Knowledge) Mahasiswa Calon Guru Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta Melalui Simulasi Pembelajaran. Jurnal Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya, maka layanan pendidikan yang tepat bagi anak perlu terus-menerus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhannya, maka layanan pendidikan yang tepat bagi anak perlu terus-menerus ditingkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan Kurikulum 2013 menjadikan guru berperan penting dalam pelaksanaannya di sekolah. Berdasarkan pernyataan Awaliyah (2014), pada tahun kedua pelaksanaan
Lebih terperinciPROFIL KEMAMPUAN MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI DALAM MEMBUAT PETA KONSEP PADA MATA KULIAH KAPITA SELEKTA BIOLOGI SMA
PROFIL KEMAMPUAN MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI DALAM MEMBUAT PETA KONSEP PADA MATA KULIAH KAPITA SELEKTA BIOLOGI SMA Ipin Aripin Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Majalengka Jln. KH. Abdul Halim
Lebih terperinciProfil Kemampuan Guru IPA SMP dalam Memahami Materi Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA).
Profil Kemampuan Guru IPA SMP dalam Memahami Materi Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA). LENI MARLINA 1), LILIASARI 2,*), BAYONG TJASYONO 2), SUMAR HENDAYANA 3) 1) Sekolah Pascasarjana Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan kondisi
Lebih terperinciIdentifikasi Kesulitan Pembelajaran Bioteknologi pada Guru SLTA se Jawa Barat
Identifikasi Kesulitan Pembelajaran Bioteknologi pada Guru SLTA se Jawa Barat Oleh : Widi Purwianingsih, Nuryani Y.Rustaman & Sri Redjeki Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Telah Diseminarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah pendidik profisional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,dan mengevaluasi peserta didik pada Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rini Andini, 2014
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran sangat disorot dalam dunia pendidikan karena di dalamnya terjadi proses penyampaian ilmu pengetahuan dari pendidik ke peserta didiknya. Tidak hanya
Lebih terperinci