BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA A. Sejarah Lahirnya Polda Metro Jaya Kepolisian Jakarta dibentuk oleh Bangsa Belanda sejak pendudukan Belanda atas Bangsa Indonesia jauh sebelum Proklamasi Kemedekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus Oleh karena itu penulisan sejarah hari jadi Polda Metro Jaya ini diawali dari sejarah Kepolisian Batavia dari tahun 1936 sesuai REGEERLNGS ALMANAK halaman 287 VOOR NEDERJLANDSCH INDIE 1941 TWEEDE GEDEELTE yang disusun Bangsa Belanda selama berada di Indonesia. 1. Masa Penduduk Belanda ( HOOFDBRUREAU VAN POLITE BATAVIA ) Kepolisian Daerah Jakarta pada masa pendudukan Belanda disebut HOOFOBUREAU VAN POLITE BATAVIA atau Kantor Besar Kepolisian Jakarta yang terletak di Jl. Medan Merdeka Barat (KONINGSPLEIN WEST) berhadapan dengan Museum dan berdampingan dengan IKADA Jakarta sekarang sudah berubah menjadi Taman Monas Jakarata. Jakarta dahulu disebut Belanda Batavia, pada masa itu hanyalah sebuah kota Karesidenan. Kantor keresidenan Batavia berada di Gedung Fatahilah yang sekarang menjadi Museum Fatahilah dan dekat Pusat Perekonomian Jakarta Kota. 1

2 Belanda membentuk Kepolisian di Batavia, sama seperti di kota lain yang berada di seluruh Indonesia. Pada dasarnya yang bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi kasus kejahatan Pidana dan Ekonomi yang kebanyakan pelakunya adalah orang Pribumi namun sering Kepolisian khususnya anggota Intel P.I. D digunakan untuk mencegah berkembangnya pemikiran relevan rakyat Indonesia menuju tercapainya Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan seluruh hasil pembahasan seluruh hasil pembahasan riset di Humas Polda Metro Jaya yaitu : 1. Lampiran atau Press Release yang terdapat pada Humas Polda Metro Jaya adalah laporan press release yang terkait dengan kejadian-kejadian kriminal yang terjadi di daerah Jakarta dan sekitarnya. 2. Bidang Humas Polda Metro Jaya adalah salah satu bagian yang membantu dan mengerjakan tugas riset press release Polda Metro Jaya. 3. Press Release yang terdapat di Bidang Humas Polda Metro Jaya didapat dari berbagai kejadian-kejadian yang terjadi,adanya kerja sama antara pihak wartawan dari berbagai media cetak maupun elektronik. 4. Proses pekerjaan atau mengumpulkan data press release di Polda Metro Jaya 2

3 POLRI DAERAH METRO JAYA DAN SEKITARNYA BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT Jl. Jenderal Sudirman No. 55 Jakarta Selatan STRUKTUR ORGANISASI BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT POLDA METROPOLITAN JAKARTA RAYA KABID HUMAS DRS. KETUT UNTUNG YOGA, SH, MM KOMBES POL NRP JURU BAYAR BRIDGE. MINUK TIN MURYANI NRP PEMBUAT GAJI HAERONI PENDA NRP PAUR MINTU DRS ABDUL ROZAK PENDA TK 1 NRP KASUBBID PUBLIKASI SRI WURYADI HD AKBP. NRP KASUBBID DOK LIPUT DRS. EDDY IHWANTO, MSI AKBP. NRP PAMIN AIPDA NI WAYAN CARITA PAMIN MINGUN JIPTU NRP KAUR PENSAT HARUN AL RASYID KOMPOL NRP KAUR PENUM SURYADANI KAUR KEMITRAAN SRI HARYUNI KOMPOL NRP KAUR PELIPUTAN DRS. YULIA HUTASUHUT KOMPOL NRP KAUR PRODOK SUPARNO KOMPOL NRP KAUR MONITOR DIYONO KOMPOL NRP

4 B. Visi Polda Metro Jaya Membangun dan membentuk opini masyarakat yang positif terhadap Polda Metro Jaya sebagai pelindung, pengayom, pelayanan masyarakat dan penegak hukum yang profesional serta dapat dipercaya melalui pengelolahan dan penyampaian informasi secara cepat tepat, dan profesional. C. Misi Polda Metro Jaya 1. Mengelola Sumber Daya manusia Polri di lingkungan bidang Humas Polda Metro Jaya secara profesional dalam pengelolaan informasi untuk membentuk citra positif kepolisian. 2. Mewujudkan model pengelolaan informasi di lingkungan Polda Metro Jaya yang tersistemkan secara utuh, sinergis, dan dapat menjadi pedoman kegiatan bagi pengemban fungsi kehumasan seluruh jajaran Polda Metro Jaya. 3. Membangun dan memelihara kerjasama yang baik dengan media massa cetak dan elektronik dalam membentuk image building police sebagai pengayom, pelindung, pelayanan masyarakat yang profesional yang bertindak cepat dalam pelaksanaan tugas. 4. Memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat terutama kalangan media massa cetak dan elektronik secara transparan dan dapat dipertanggung jawabkan. 5. Membangun forum komunikasi dengan sesama lembaga Kehumasan guna mendukung upaya-upaya peningkatan kualitas informasi dan profesionalisme pelaksanaan fungsi humas. 4

5 D. Struktur Organisasi Humas Polda Merto Jaya Dalam struktur organisasi Polda Metro Jaya yang dipimpin langsung oleh Kalpolda dan Wakil Ketua terdapat beberapa unsur-unsur yakni unsur pimpinan, unsur pembantu pendidikan atau staf khusus dan pelayanan dan unsur pelaksana utama. Polda Metro Jaya berada di bawah Mabes Polri. Setiap bidang-bidang yang ada di struktur organisasi mempunyai tugas yang cukup penting, sebab mereka harus melindungi, membantu dan melayani masyarakat umum. Itu termasuk kebijakankebijakan dari suatu badan pemerintah dalam melaksanakan fungsi dan peranan begitu juga Polda Metro Jaya. Bidang Humas Polda Metro Jaya pelaksanaan staf pekerjaanya berada di bawah komando Polda Metro Jaya. Kabid Humas Polda Metro Jaya bertanggung jawab langsung kepada Kepolisian Daerah Metro Jaya (KAPOLDA). Secara organisasional penjabaran struktur organisasi Humas Polda Metro Jaya sebagai berikut : 1. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kabid Humas berfungsi menyelenggarakan fungsi hubungan masyarakat melalui pengelolaan dan penyampaian pemberitaan atau informasi serta kerjasama atas kemitraan dengan media massa dalam rangka pembentukan opini masyarakat yang positif bagi pelaksanaan tugas polri. Fungsinya : a. Menyelenggarakan pembinaan fungsi Humas dalam lingkungan Polda Metro Jaya. 5

6 b. Penyelanggaraan penerangan umum yang meliputi pengelolaan dan penyampaian informasi termasuk kerjasama dan atau kemitraan dengan media massa dalam rangaka pembentukan opini masyarakat bagi kepentingan pelaksanaan tugas Polri di lingkungan Polda Metro Jaya. c. Penyelanggaraan penerangan satuan dalam rangka pemerataan informasi di lingkungan Polda Metro Jaya. d. Penyelanggaraan peliputan, monitoring, produksi dan dokumentasi semua informasi atau pemberitaan yang berkaitan dengan tugas Polri di lingkungan Polda Metro Jaya. e. Mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan instansi, Lembaga atau Badan Pemeritahaan, Swasta dan masyarkat untuk kelancaran tugas Kehumasan. f. Melakukan pengawasan, pengendalian dan pengevaluasian pelaksanaan pembinaan kemampuan dan operasiaonal Bidang Humas. g. Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Kapolda Metro Jaya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan bidang tugas Kehumasan. Semua struktur organisasi di Polda Metro Jaya mempuyai wewenang dan tanggung jawab pada dalam upaya mencapai tujuan tertentu. Selain itu setiap pekerjaan selalu mengambil sebuah keputusan pada bidangnya masing-masing, akan tetapi terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan dari pimpinan masing-masing. Setiap bagian dari badan, lembaga, departemen dan yang lainnya dapat melakukan hubungan kerjasama dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sehari-hari. Selama melakukan laporan dan dibawah koordinasi pengawasan atasannya masingmasing. 6

7 Pada dasarnya struktur organisasi Polda Metro Jaya memiliki bidang masingmasing yang tentunya mempunyai fungsi dan perannya yang berbeda-beda. Akan tetapi seringkali struktur organisasi itu sering berubah, apa karena salah satu bidang tidak berjalan semestinya sehingga dihilangkan atau dihapus. Strktur organisasi itu hanya menentukan suatu gambar, skema dan bagan yang mewakili adanya suatu organisasi yang memiliki berbagai informasi tentang tipe organisasinya. Dasarnya departemen, kedudukan, jenis wewenangnya, bidang pekerjaan dan pimpinan organisasinya. Untuk itu struktur organisasi diperlukan oleh setiap badan, departemen dan perusahaan supaya mengetahui adanya sistem organisasi yang dibantu oleh setiap bagian-bagian dari struktur organisasi tersebut. Bidang Humas dipimpin oleh Kepala Bidang Humas, disingkat Kabidhumas yang bertanggung jawab Kepada Kapolda Metro Jaya dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari berada di bawah Wakapolda Metro Jaya, Bidang Humas adalah unsur pelaksanaan staff khusus Polda Metro Jaya yang berada dibawah Polda Metro Jaya. Bidang Humas terdiri dari : 1. Sub Bidang Publikasi dan Kemitraan, disingkat Subbidpublikasi. a. Subbidpublikasi adalah unsur pelaksanaan pada bidang humas yang berada dibawah Kabidhumas. b. Subbidpublikasi bertugas menyelenggarakan pengelolaan dan pemyampaian informasi baik di lingkungan Polri maupun masyarakat, termasuk kerjasama atau kemitraan dengan media massa berikut komponennya dalam rangka membentuk opini masyarakat bagi kepentingan pelaksanaan tugas Polri. 2. Sub Bidang Dokumentasi 7

8 Perkembangan di bidang humas tidak dapat dilihat lepas maraknya kegiatan Press Relations. Perkembangan dibidang keamanan juga, tidak hanya bersangkutan dengan humas tetapi juga berhubungan dengan pandangan sosial. Yang berlaku pada suatu saat dapat saja organisasi atau sistem kemananan atau sosial dan keamanan mengalami perubahan, maka sistem humas pun juga mengalami perubahan. Akibat dari perubahan tersebut pandangan sosial dan keamanan dapat terjadi. Yaitu pandangan sosial dan keamanan mengalami satu perkembangan tertentu, tanpa adanya suatu perubahan dalam Humas Polda Metro Jaya. Yang jelas bahwa pada zaman sekarang ini bidang humas erat dengan bidang keamanan, sosial untuk tidak mengatakan saling mempengaruhi. Sesuai dengan surat Keputusan Kapolri No. Pol : Skep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober tentang organisasi Tata Cara Kerja Polda Metro Jaya, sebagai berikut : a. Melaksanakan kegiatan Kehumasan melalui pengelolahaan, penyampaian berita atau informasi pada media massa baik media cetak dan elektronik. b. Melaksanakan kegiatan peneltian tentang opini personel mengenai masalah yang berkaitan dengan kesatuan, pelaksanaan tugas, sikap mental dan kejuangan. c. Melaksanakan kegiatan penerangan umum secara opensif sebagai upaya memelihara reputasi Polri yang baik di masyarakat. d. Membina dan mengendalikan wartawan atau media massa dengan tujuan dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan tugas Polda Metro Jaya. 8

9 e. Melaksanakan Monitoring dan Anev terhadap opini publik dari pemberitaan media massa untuk mengetahui kualitas citra Polri dalam melaksanakan tugas pembinaan kamtibmas di Ibukota Jakarta dan sekitarnya. f. Memproduksi bahan-bahan Kehumasan guna menunjang efektivitas kegiatan bidang Humas Polda Metro Jaya. g. Memanfaatkan mekanisme kegiatan bidang Humas Polda Metro Jaya, termasuk menjalin hubungan lintas sektoral untuk menjamin efektivitas pelaksanaan tugas. Melaksanakan kegiatan baik itu internal maupun eksternal, Humas Polda Metro Jaya dibatasi oleh adanya hubungan dengan fungsi lain dilingkungan Polda Metro Jaya dan Kewilayahan serta hubungan dengan lintas sektoral begitu juga dengan struktur organisasi yan sering berubah. Salah satunya yaitu peranan Humas harus mempunyai hubungan yang baik dengan wartawan atau media massa. Walaupun demikian Humas Polda Metro Jaya tetap menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, karena sesuai dengan disusunnya Hubungan Tata Cara Kerja bidang Humas yang dikenal dengan HTCK. E. Press dan Press Release Di dalam dunia pemberitaan atau penyampaian suatu berita atau sebuah informasi terbaru yang akan dipublikasikan secara umum dapat disampaikan dalam bentuk press release. Bahwa untuk memahami sebuah press release harus benar-benar 9

10 mengetahui berita yang akan disiarkan kebeberapa media cetak maupun media elektronik. Hasil yang disampaikan bisa berbentuk tulisan atau komentar. F. Pemahaman Dapat memahami bentuk press release apa saja yang disampaikan yang ada, sehingga dapat bertukar informasi. Karena Humas Polda Metro Jaya memiliki fungsinya dan peranannya yang berbeda, sehingga pekerjaan tersebut mempunyai tanggung jawab pada setiap pekerjaannya dalam mengambil keputusan pada bidang masing-masingnya. G. Analisa Data Analisis dilakukan secara non statistik yaitu memberikan jawaban atau dengan adanya solusi yang baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan dengan baik, sehingga ada pemecahan atau solusinya. Yaitu dilihat atau diamati dari masyarakat umum, lembaga yang terkait seperti Lembaga pendidikan, lembaga pemerintah yang terkait. Yang menggambarkan data jawaban dari kejadian yang setelah terjadi atau dari deskripsi informasi melalui sajian Press Release serta tanggapan dari masyarakat umum. 10

11 1. Menganalisis kasus penculikan anak dibawah umur yang korbannya bernama Raisah Ali pada tanggal 15 Agustus 2007 sekitar jam Wib, dimana kejadian tersebut Raisah Ali setelah pulang dari sekolah TK-nya Al Ikhsan dimana seorang pembantunya menjemputnya dengan menggunakan sepeda motor, kemudian dipepet sebuah mobil APV yang berwarna hitam,lalu para tersangka mengancam dan sambil menondong. Lalu Raisah Ali dibawa kabur kearah Jatiwaringin. Kalau dilihat dari pokok permasalahan yang ada karena masalah interen atau masalah keluarga yaitu utang piutang yang belum terselesaikan para pelaku mempunyai niat untuk menculik Raisah Ali,para pelakunya adalah orang terdekat Ali bin SAID. Dilihat dari segi positif dari masalah yang ada yaitu kejadian tersebut dapat cepat diselesaikan dengan dibicarakan secara kekeluargaan dan anaknya selamat selama penculikan, serta dari pihak Ali Bin Said tidak menuntut apapun dari si penculik. Oleh karena itu atas terjadinya penculikan Raisah Ali Wapres atau wakil presiden pun ikut memberikan bantuan secara moril melaui jumpa pers. Untuk Raisah Di pulangkan ke kedua orang tuanya. Dari segi negatifnya kurangnya komunikasi yang baik antara keluarga, sehingga terjadi kesalah pahaman yang menyebabkan atau peristiwa yang terjadi. Serta kurangnya pengawasan dari orang tuanya Raisah Ali sendiri. Tidak hanya itu sekarang tua yang mempunyai anak kecil atau anak di bawah umur menjadi khawatir jika anaknya ditinggal sendirian di sekolahnya dan melakukan pengawasan yang ketat dan tidak lalai. 11

12 Sedangkan citra dari masyarakat tentang POLISI, sangat baik dan cepat, tanggap dalam menangani kasus penculikan Raisah Ali. Para okmun POLISI juga melakukan kerja sama antara pihak sekolah tempat Raisah sekolah,serta PT Telkom. 2. Menganalisis Kasus FPI (Front Pembela Islam) Tragedi Minggu pada tanggal 1 Juni 2008 di Monumen Nasional (Monas) terjadi kerusuhan antara Aliansi Islam dengan FPI yang dimana terjadi kesalah pahaman antara kedua belah pihak yang melakukan orasi secara bersamaan dan di satu tempat. Beberapa orang yang sedang melakukan orasinya terluka akibat serangan orang tidak bertanggung jawab. Pokok permasalahan yaitu FPI ingin Aliran ahmadiyah segera dibubarkan atau dibekukan oleh MUI dan Pemerintah, karena aliran Ahmadiyah merupakan aliran menyesatkan. Segi positifnya jika dilihat dari berita yang ada, memang benar aliran Ahmadiyah harus dibubarkan. Karena ajaranya sudah bertentangan dengan kaidah islam yang ada serta sesat ajaranya. Sampai sekarang pemberitaan tenta ng FPI masih bersifat netral, karena masih dalam proses penyelidikan oleh pihak kepolisian dan pimpinan FPI Habieb Riziq Shihab ditahan oleh pihak kepolisian. Dari segi negatifnya berita yang ada, FPI tidak seharusnya melakukan dengan cara kekerasan untuk melakukan hal yang tidak diinginkan atau tidak setuju dengan adanya aliran yang sesat. Dari para pelakunya adalah para aktivis FPI sendiri. 12

13 Kalau dilihat dari citra di masyarakat, bahwa untuk menyampaikan aspirasinya tidak perlu dengan kekerasan dan terjadi insiden seperti di monas. Sehingga tidak ada timbulnya pandangan yang negatif yang dinilai oleh masyarakat. Dengan ada kasus atau insiden yang terjadi pada tanggail 1 Juny 2008 di tugu monumen nasional (Monas) sampai pencarian Panglima Komando Laskar Islam Munarmas hingga Munarman menyerahkan dirinya ke Polda Metro Jaya, bahwa anggota dari pihak kepolisian mendapat tanggapan atau respon yang sangat baik. Karena dapat melakukan pemeriksaan dan penangkapan anggota FPI yang lain terlibat dalam melakukan tindakan anarkis di Monas. Tidak hanya itu pihak kepolisian juga melakukan pencarian dan pengejaran Munarman secara menginstruksikan seluruh aparat di daerah, pihak kepolisian juga menggunakan alat pendeteksi yang muktahir untuk memantau komunikasi munarman dengan pihak keluarganya. Sampai sekarang kasus insiden di Monas asih dalam penyelidikan atau proses oleh pihak Polda Metro Jaya 3. Menganilisis penyalahgunaan BBM ( bahan bakar minyak ) Hasil operasi terhadap penyalahgunaan BBM oleh Direktorat Kriminal khusus dan Polres-Polres jajaran Polda Metro Jaya di beberapa wilayah di jakarta dan sekitarnya pada tanggal 15 Mei 2008 lalu. Pokok permasalahannya adalah dimana harga minyak mentah di dunia menaik secara melambung tinggi, sehingga pemerintah indonesia tidak dapat menutupi biaya operasional dalam pembelian minyak mentah dunia dan 13

14 mengalami kerugian kalau harga minyak mentah naik. Sehingga pemerintah akan mengahapuskan minyak tanah secara non subsidi, menjadi konfensi ke Gas. Dilihat dari segi positifnya akibatnya pemerintah mendapat membeli minyak mentah dengan berjalan lancar buat subsidi negara. Dilihat dari segi negatifnya banyak warga atau di beberapa warga menimbun BBM untuk meraih keuntungan jika harga BBM mengalami kenaikan secara drastis, tidak hanya itu warga juga menyalahgunakan BBM dengan menaikan harga minyak tanah dengan tinggi. Dengan adanya konfensi ke gas sebagian warga menghalami ketakutan jika memakai gas, tidak hanya itu sebagian warga menyatakan lebih nyaman jika menggunakan minyak tanah. Selain itu dengan adanya kenaikan harga BBM, semua harga bahan pokok makanan mengalami kenaikan yang cukup mengejutkan bagi rakyat yang tidak mampu. Tidak hanya itu kenaikan ongkos atau tarif angkutan umum maupun kota mengalami kenaikan, karena untuk membeli BBM tidak mencukupi. Sebagian warga merasa keberatan akan kenaikan tarif angkutan yang cukup tinggi. Tidak hanya itu semua harga atau kebutuhan yang lain-lainnya juga mengalami kenaikan harga yang signifikan. Masyarakat merasa kaget dan bingung, karena pada tahun sebelumnya sudah mengalami kenaikan yang membuat masyarakat harus pintar-pintar memutar otak untuk mecukupi biaya untuk kebutuhan seharihari. Akibat dari penyalahgunaan BBM warga mengalami kerugian dan marah, akibatnya harga BBM naik dan masyarakat mengalami kesulitan dalam memperoleh BBM yang dibutuhkan. 14

BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT POLDA D.I.YOGYAKARTA

BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT POLDA D.I.YOGYAKARTA BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT POLDA D.I.YOGYAKARTA Berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 22 tahun 2010 tanggal 28 September 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Daerah adalah

Lebih terperinci

BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT POLDA D.I.YOGYAKARTA

BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT POLDA D.I.YOGYAKARTA BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT POLDA D.I.YOGYAKARTA A. VISI Bidang Humas Polda DIY mempunyai visi mampu menjadi penjuru untuk mendorong dan membangun kepercayaan masyarakat serta opini positif guna mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kepolisisan Batavia pada jaman penjajahan Belanda yang di bentuk pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kepolisisan Batavia pada jaman penjajahan Belanda yang di bentuk pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Perusahaan Kepolisian daerah Metropolitan Jakarta Raya diawali dari kepolisisan Batavia pada jaman penjajahan Belanda yang di bentuk pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung hal tersebut berdampak pada masyakrakat

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung hal tersebut berdampak pada masyakrakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan pesat, maka semakin cepat dan mudah sebuah informasi untuk diakses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat yang dilakukan oleh beberapa teroris serta bom bunuh diri.

BAB I PENDAHULUAN. Pusat yang dilakukan oleh beberapa teroris serta bom bunuh diri. BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Kasus teroris tidak pernah habis untuk dibahas dan media merupakan sebuah sarana atau alat untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat mengenai peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998, Polri sebagai salah satu organ pemerintahan dan alat negara penegak hukum mengalami beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan membawa dampak yang signifikan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan membawa dampak yang signifikan bagi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemajuan ilmu pengetahuan membawa dampak yang signifikan bagi segala hal khususnya dalam dunia kerja. Kemajuan ini dianggap sebagai salah satu cara perusahaan, instansi,

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-RESTRO TNG KOTA-

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-RESTRO TNG KOTA- KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR DOKUMEN : /III/2013 Tentang PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA NARKOBA Tangerang, Maret 2013 KASAT RESNARKOBA KAPOLRES METRO TANGERANG KOTA KABIDKUM POLDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humas Pemerintahan dan Humas Perusahaan. Humas Pemerintahan dan. satu peran yang berbeda dari kedua Humas tersebut adalah Humas

BAB I PENDAHULUAN. Humas Pemerintahan dan Humas Perusahaan. Humas Pemerintahan dan. satu peran yang berbeda dari kedua Humas tersebut adalah Humas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Humas (Hubungan Masyarakat) dibedakan menjadi dua yaitu Humas Pemerintahan dan Humas Perusahaan. Humas Pemerintahan dan Humas Perusahaan tentunya memiliki peran yang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RESERSE KRIMINAL KHUSUS KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR RESERSE KRIMINAL KHUSUS KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN DIREKTUR RESERSE KRIMINAL KHUSUS KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG HUBUNGAN TATA CARA KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KHUSUS KEPOLISIAN DAERAH NUSA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN Jalan Imam Bonjol 37 Pariaman 25519 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN Pariaman, 02 Januari 2012 2 KEPOLISIAN

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN TUGAS FUNGSI KEHUMASAN SUBBAG HUMAS BAG OPS POLRES HSS BULAN OKTOBER 2014

LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN TUGAS FUNGSI KEHUMASAN SUBBAG HUMAS BAG OPS POLRES HSS BULAN OKTOBER 2014 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KALIMANTAN SELATAN RESORT HULU SUNGAI SELATAN LAPORAN BULANAN PELAKSANAAN TUGAS FUNGSI KEHUMASAN SUBBAG HUMAS BAG OPS POLRES HSS BULAN OKTOBER 014 Kandangan,

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAKSANAAN TUGAS SUBDIT KERMA TAHUN 2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAKSANAAN TUGAS SUBDIT KERMA TAHUN 2017 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT BINMAS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAKSANAAN TUGAS SUBDIT KERMA TAHUN 2017 Mataram, 5 Januari 2017 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. tidak terlepasnya dari gerak dan dinamika perjuangan Bangsa Indonesia, dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. tidak terlepasnya dari gerak dan dinamika perjuangan Bangsa Indonesia, dan 63 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Polda Lampung Seiring dengan perkembangan dari masa kemasa, serta tumbuh dan berkembangnya Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI), sudah tentu

Lebih terperinci

FKM2-POLRI Perkuat Citra Kepolisian RI

FKM2-POLRI Perkuat Citra Kepolisian RI FKM2-POLRI Perkuat Citra Kepolisian RI FKM2-POLRI (Forum Komunikasi Masyarakat Media dan Polri), didirikan di Jakarta pada 1 Agustus 2017 lalu, terlahir dalam rangka memperkuat citra Polri di mata masyarakat

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. HASIL WAWANCARA DENGAN KOMPOL R. SITUMORANG, KASI. OPS. LAT. DIT. SAMAPTA POLDASU

LAMPIRAN 1. HASIL WAWANCARA DENGAN KOMPOL R. SITUMORANG, KASI. OPS. LAT. DIT. SAMAPTA POLDASU LAMPIRAN 1. HASIL WAWANCARA DENGAN KOMPOL R. SITUMORANG, KASI. OPS. LAT. DIT. SAMAPTA POLDASU Pertanyaan : Apa sebenarnya faktor faktor penyebab terjadinya kerusuhan pada waktu melakukan demonstrasi? Jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang giat membangun di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang giat membangun di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang giat membangun di berbagai sektor yang mencakup seluruh aspek kehidupan rakyat Indonesia. Pembangunan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempublikasikan setiap ada agenda yang diadakan oleh perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. mempublikasikan setiap ada agenda yang diadakan oleh perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini keterbukaan informasi publik sangatlah penting terutama untuk memenuhi kebutuhan akan informasi yang terus berkembang. Dalam hal ini keterbukaan

Lebih terperinci

SKRIPSI AKTIVITAS HUMAS KEPOLISIAN POLDA METRO JAYA DALAM MENSOSIALISASIKAN GRAND STRATEGY TRUST BUILDING KEPADA MASYARAKAT

SKRIPSI AKTIVITAS HUMAS KEPOLISIAN POLDA METRO JAYA DALAM MENSOSIALISASIKAN GRAND STRATEGY TRUST BUILDING KEPADA MASYARAKAT SKRIPSI AKTIVITAS HUMAS KEPOLISIAN POLDA METRO JAYA DALAM MENSOSIALISASIKAN GRAND STRATEGY TRUST BUILDING KEPADA MASYARAKAT Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Penyusunan Skripsi Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

LKIP Biro Rena Polda NTB PENDAHULUAN

LKIP Biro Rena Polda NTB PENDAHULUAN BAB PENDAHULUAN I A. Umum Bahwa sebagai pertanggung jawaban Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam menggunakan anggaran dan pendapatan belanja negara dalam rangka pelaksanaan fungsi, peran dan tugasnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.

BAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sebagai lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam setiap kegiatan organisasi yang diselenggarakan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam setiap kegiatan organisasi yang diselenggarakan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam setiap kegiatan organisasi yang diselenggarakan dan melibatkan masyarakat umum atau khalayak luas, biasanya diperlukan kegiatan Media Relations ( Menjalin Hubungan

Lebih terperinci

HARKATPUAN PATROLI TERPADU JAJARAN BAHARKAM POLRI DAN KEWILAYAHAN JAKARTA, 3 S.D. 4 OKTOBER 2017

HARKATPUAN PATROLI TERPADU JAJARAN BAHARKAM POLRI DAN KEWILAYAHAN JAKARTA, 3 S.D. 4 OKTOBER 2017 HARKATPUAN PATROLI TERPADU JAJARAN BAHARKAM POLRI DAN KEWILAYAHAN JAKARTA, 3 S.D. 4 OKTOBER 2017 Pelaksanaan Harkatpuan Patroli Terpadu jajaran Baharkam Polri dan kewilayahan dengan metode penyampaian

Lebih terperinci

2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No

2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No No.757, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Sistem Informasi Penyidikan. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif dengan

BAB III METODOLOGI. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif dengan 65 BAB III METODOLOGI 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dimana tipe penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT TAHANAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK HUBUNGAN TATA CARA KERJA DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, namun bukan angka-angka.

BAB III PENYAJIAN DATA. yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, namun bukan angka-angka. BAB III PENYAJIAN DATA A. Pengenalan Pada bab ini peneliti menyajikan data dengan metode analisis deskriptif kualitatif dengan eksplorasi dan klarifikasi tentang suatu fenomena sosial dan data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dewasa ini, kian meningkatnya penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda. Sehingga maraknya penyimpangan

Lebih terperinci

STANDARD OPERATINGPROCEDURE (SOP) TENTANG PENERANGAN UMUM BID HUMAS POLDA NTB

STANDARD OPERATINGPROCEDURE (SOP) TENTANG PENERANGAN UMUM BID HUMAS POLDA NTB KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT STANDARD OPERATINGPROCEDURE (SOP) TENTANG PENERANGAN UMUM BID HUMAS POLDA NTB I. PENDAHULUAN 1). Umum Dalam Undang- Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan wawancara mendalam (Depth Interview) mengenai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan wawancara mendalam (Depth Interview) mengenai 85 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan wawancara mendalam (Depth Interview) mengenai Aktivitas Divisi Humas Mabes Polri Dalam Mensosialisasikan Program Quick Wins (Pelayanan SIM

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR PEDOMAN CARA PENYUSUNAN HUBUNGAN TATA CARA KERJA (HTCK) DI LINGKUNGAN POLRI

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR PEDOMAN CARA PENYUSUNAN HUBUNGAN TATA CARA KERJA (HTCK) DI LINGKUNGAN POLRI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR PEDOMAN CARA PENYUSUNAN HUBUNGAN TATA CARA KERJA (HTCK) DI LINGKUNGAN POLRI KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, TANGGAL 5 JULI 2010

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting, penyalahgunaan narkotika dapat berdampak negatif, merusak dan mengancam berbagai aspek

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN KAPOLRES MUSI RAWAS DARI TANGGAL 29 AGUSTUS S/D 02 SEPTEMBER 2016

LAPORAN KEGIATAN KAPOLRES MUSI RAWAS DARI TANGGAL 29 AGUSTUS S/D 02 SEPTEMBER 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA SELATAN RESOR MUSI RAWAS LAPORAN KEGIATAN KAPOLRES MUSI RAWAS DARI TANGGAL 29 AGUSTUS S/D 02 SEPTEMBER 2016 I. PENDAHULUAN a. Umum Dengan 11 program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu negara tanpa memiliki aparat yang melaksanakan fungsi keamanan dan ketertiban masyarakat, maka negara tersebut tidak akan mampu bertahan lama, karena pelanggaran

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN KEGIATAN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM HUMAS POLRES SEMARANG. Makna lambang dan tulisan dalam tanda kemampuan fungsi humas polri :

BAB II GAMBARAN UMUM HUMAS POLRES SEMARANG. Makna lambang dan tulisan dalam tanda kemampuan fungsi humas polri : 15 BAB II GAMBARAN UMUM HUMAS POLRES SEMARANG 2.1 Arti Lambang Humas Makna lambang dan tulisan dalam tanda kemampuan fungsi humas polri : 1. Lingkaran luar berwarna hitam bertuliskan objektif, dipercaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian Nasional di Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri mengemban tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi pada saat ini merupakan suatu kebutuhan pokok bagi masyarakat. Dengan adanya informasi maka kita dapat mengetahui kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN BINMAS POLRES MATARAM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN BINMAS POLRES MATARAM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN BINMAS POLRES MATARAM SAT BINMAS POLRES MATARAM i KATA PENGANTAR Kepercayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat merupakan bagian dari Provinsi DKI Jakarta yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat merupakan bagian dari Provinsi DKI Jakarta yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi DKI Jakarta merupakan wilayah ibukota Negara Indonesia sebagai pusat dari pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan kebudayaan. Kota Jakarta

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2011

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2011 PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGUJIAN KONSEKUENSI INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosial. Karena polisi memiliki kewenangan terhadap hukum yang telah

BAB I PENDAHULUAN. bersosial. Karena polisi memiliki kewenangan terhadap hukum yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepolisian merupakan suatu badan yang mempunyai tugas, fungsi dan tanggung jaawab terhadap masyarakat seperti menghimbau, melayani dan membantu masyarakat untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Biro Umum dan Hubungan Masyarakat. Drs. Sigit Wahyudi, MM

KATA PENGANTAR. Kepala Biro Umum dan Hubungan Masyarakat. Drs. Sigit Wahyudi, MM KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Biro Umum dan Hubungan Masyarakat Tahun 2015 di susun dalam bentuk rencana kegiatan Biro Umum dan Hubungan Masyarakat, yang berisi tentang kegiatan dan target

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI PANTAI INDUK DESA TAMAN AYU KAB. LOMBOK BARAT BULAN MARET 2016

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI PANTAI INDUK DESA TAMAN AYU KAB. LOMBOK BARAT BULAN MARET 2016 KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI PANTAI INDUK DESA TAMAN AYU KAB. LOMBOK BARAT BULAN MARET 2016 Lembar, 26 Maret 2016 KEPOLISIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAAN. publiknya baik internal maupun publik eksternal. Dengan pengayatan unit Public

BAB I PENDAHULUAAN. publiknya baik internal maupun publik eksternal. Dengan pengayatan unit Public 1 BAB I PENDAHULUAAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi yang baik dapat dilihat dari tercapainya maksud dan tujuan yang sesuai dengan apa yang diharapkan dari komunikasi tersebut. Berkaca kembali dari pentingnya

Lebih terperinci

PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Kata Pengantar Proses demokratisasi telah mengubah paradigma semua Kementerian/Lembaga Pemerintah saat ini dimana transparansi, akuntabilitas dan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT RESERSE NARKOBA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA

Lebih terperinci

SURAT PENGANTAR. No I S I BANYAKNYA KETERANGAN

SURAT PENGANTAR. No I S I BANYAKNYA KETERANGAN Jl. Siliwangi No. 145 Banjar 46333 Tlp. 743945 Nomor Klasifikasi : B / 739 / VII / 2014 / Humas Res Bjr : BIASA Banjar, 06 Agustus 2014 Kepada Yth. KEPALA KEPOLISIAN di Bandung SURAT PENGANTAR up. Kabid

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG Hasil rapat 7-7-05 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG TEKNIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TERHADAP SAKSI, PENYIDIK, PENUNTUT UMUM, HAKIM DAN KELUARGANYA DALAM

Lebih terperinci

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN: IMPLEMENTASI SISTEM KEAMANAN SWAKARSA (STUDI PATROLI KEAMANAN POLISI) DI KECAMANTAN KATINGAN HILIR, KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Oleh Santi Bahar Ising dan Indra Chusin Program Studi Administrasi

Lebih terperinci

BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH

BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH 33 BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH 3.1 Organisasi Polda Jawa Tengah Sesuai dengan keputusan Kapolri No. Kep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang melingkupinya yaitu masyarakat. Dari berbagai publikasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang melingkupinya yaitu masyarakat. Dari berbagai publikasi yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran Kepolisian tidak dapat dipisahkan dari supra sistem yang melingkupinya yaitu masyarakat. Dari berbagai publikasi yang membahas tantang kepolisian dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM HUMAS PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM HUMAS PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM HUMAS PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA Pada Bab II ini peneliti akan memaparkan gambaran umum objek penelitian yaitu Bagian Hubungan Masyarakat dan Informasi Pemerintah Kota Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sekumpulan orang yang mendiami suatu wilayah dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sekumpulan orang yang mendiami suatu wilayah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan sekumpulan orang yang mendiami suatu wilayah dan diorganisasi oleh pemerintah. Negara yang sah pada umumnya memiliki kedaulatan. Negara merupakan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dianggap tidak memiliki peran penting dan bisa dibilang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dianggap tidak memiliki peran penting dan bisa dibilang dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hubungan masyarakat memiliki peranan penting dalam keberlangsungan hidup suatu perusahaan, sekaligus harus mampu menjembatani dan mempertahankan citra positif

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR NO. POL. NOMOR : KEP-109/A/JA/09/2007 : B / 2718 /IX/2007

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN I. PENDAHULUAN. 1. Umum

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN I. PENDAHULUAN. 1. Umum KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG KECEPATAN PELAYANAN TEAM QUICK RESPON DITPOLAIR MENDATANGI TKP GANGGUAN

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAKSANAAN TUGAS SUB BIN POLMAS BAB I PENDAHULUAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAKSANAAN TUGAS SUB BIN POLMAS BAB I PENDAHULUAN 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT BINMAS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAKSANAAN TUGAS SUB BIN POLMAS 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN a. Institusi Polri

Lebih terperinci

BUPATI KENDAL PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 57 TAHUN 2011

BUPATI KENDAL PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 57 TAHUN 2011 BUPATI KENDAL PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 57 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL DAN TATA KERJA PADA SEKRETARIAT DAERAH DAN STAF AHLI BUPATI KABUPATEN KENDAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum mempunyai berbagai cara dan daya upaya untuk menjaga ketertiban dan keamanan dimasyarakat demi terciptanya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MARA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MARA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATLJRAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPllBLII\:.INDONESIA NO. POL.:.9 TAHUN 2005 TENTANG LAYANAN PENERIMAAN SMS MELALUI NOMOR 1120 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MARA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB III PROFIL POLRESTA SURAKARTA

BAB III PROFIL POLRESTA SURAKARTA BAB III PROFIL POLRESTA SURAKARTA A. SEJARAH POLRI Kemandirian Polri diawali sejak terpisahnya dari ABRI tanggal 1 April 1999 sebagai bagian dari proses reformasi haruslah dipandang dan disikapi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekanbaru adalah kota terbesar yang berada pada posisi ketiga jumlah penduduknya setelah Medan dan Palembang di Pulau Sumatra. Mengingat arus migrasi yang masuk ke Kota

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN POLRI PUSAT PEMBINAAN PROFESI I. Pendahuluan 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI Pelayanan publik

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HSL RPT TGL 5 MART 09 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat mudah dan cepat mendapatkan segala informasi yang terjadi di sekitar masyarakat ataupun yang

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA SELATAN RESOR PRABUMULIH LAPORAN BULAN JULI SUBBAG HUMAS BAG OPS

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA SELATAN RESOR PRABUMULIH LAPORAN BULAN JULI SUBBAG HUMAS BAG OPS LAPORAN BULAN JULI SUBBAG HUMAS BAG OPS POLRES PRABUMULIH PRABUMULIH, JULI 2014 LAPORAN BULANAN HUMAS POLRES PRABUMULIH BULAN JULI TAHUN 2014 I. PENDAHULUAN 1. Umum a. Subbag Humas Bag Ops Polres Prabumulih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Divisi Humas Mabes Polri (Divhumas Polri) merupakan unsur pengawas

BAB 1 PENDAHULUAN. Divisi Humas Mabes Polri (Divhumas Polri) merupakan unsur pengawas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kepolisian Republik Indonesia (Polri) adalah organisasi pemerintah yang salah satu fungsinya yaitu sebagai pelindung dan penganyom masyarakat Indonesia. Peran Polisi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penegak hukum, tetapi lebih memberikan rasa aman kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penegak hukum, tetapi lebih memberikan rasa aman kepada masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berlandaskan hukum, dimana segala aspek kehidupan masyarakatnya diatur dalam peraturan dan hukum yang berlaku. Dengan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Polri bukanlah satu-satunya alat negara yang bertanggung jawab atas

BAB I PENDAHULUAN. Polri bukanlah satu-satunya alat negara yang bertanggung jawab atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Polri bukanlah satu-satunya alat negara yang bertanggung jawab atas pemeliharaan ketertiban, ada banyak pihak diantaranya adalah masyarakat yang memiliki peranan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA APEL GELAR PASUKAN DALAM RANGKA OPERASI LILIN 2014 TANGGAL 23 DESEMBER 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian Yang Saya

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1842, 2015 KEMEN-ESDM. Pengaduan Masyarakat. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dan pelanggaran hukum dapat dikatakan merupakan satu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dan pelanggaran hukum dapat dikatakan merupakan satu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum dan pelanggaran hukum dapat dikatakan merupakan satu kesatuan ibarat orang berjalan diikuti oleh bayangannya, begitu pula dengan hukum di negara kita yang

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM QUICK WINS POLRI PROGRAM I TENTANG PENERTIBAN DAN PENEGAKKAN HUKUM BAGI

Lebih terperinci

cenderung meningkat, juga cukup besar dibandingkan komponen pengeluaran APBN yang lain,

cenderung meningkat, juga cukup besar dibandingkan komponen pengeluaran APBN yang lain, A. Latar Belakang Setiap tahun pemerintah mengeluarkan dana untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM). Jumlah subsidi BBM yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), selain cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupaya merebut dukungan publik melalui program yang dilakukan agar Polda

BAB I PENDAHULUAN. berupaya merebut dukungan publik melalui program yang dilakukan agar Polda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi yang sangat kompetitif saat ini, bidang Humas Polda Metro Jaya berupaya merebut dukungan publik melalui program yang dilakukan agar Polda Metro Jaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia, maka kebutuhuhan jasa

BAB I PENDAHULUAN. jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia, maka kebutuhuhan jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri pariwisata berkembang sangat pesat di Indonesia terlebih persaingan dunia perhotelan. Dengan adanya peningkatan jumlah wisatawan yang

Lebih terperinci

ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI I. D A S

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN KARANGANYAR

BAB III DESKRIPSI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN KARANGANYAR BAB III DESKRIPSI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN KARANGANYAR A. Gambaran Umum Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) 5. Sejarah Dishubkominfo Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI WILAYAH DUSUN BUNCIT DESA LEMBAR SELATAN KEC. LEMBAR KAB. LOMBOK BARAT TANGGAL 29 SEPTEMBER 2016

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI WILAYAH DUSUN BUNCIT DESA LEMBAR SELATAN KEC. LEMBAR KAB. LOMBOK BARAT TANGGAL 29 SEPTEMBER 2016 KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI WILAYAH DUSUN BUNCIT DESA LEMBAR SELATAN KEC. LEMBAR KAB. LOMBOK BARAT TANGGAL 29 SEPTEMBER 2016

Lebih terperinci

AKTIVITAS MEDIA RELATIONS HUMAS KEPOLISIAN (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF PADA BAGIAN HUMAS DI POLRESTA SURAKARTA DALAM MENJALANKAN MEDIA RELATIONS)

AKTIVITAS MEDIA RELATIONS HUMAS KEPOLISIAN (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF PADA BAGIAN HUMAS DI POLRESTA SURAKARTA DALAM MENJALANKAN MEDIA RELATIONS) 56 Komuniti, Vol. VII, No. 2, September 2015 AKTIVITAS MEDIA RELATIONS HUMAS KEPOLISIAN (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF PADA BAGIAN HUMAS DI POLRESTA SURAKARTA DALAM MENJALANKAN MEDIA RELATIONS) Abstrak Kartika

Lebih terperinci

-1- BAB I PENDAHULUAN

-1- BAB I PENDAHULUAN -1- BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Biro Umum dan Hubungan Masyarakat merupakan bagian dari organisasi tingkat Eselon II Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Program Sekretariat Jenderal Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara Republik Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR NOMOR TAHUN 2012

PERATURAN DIREKTUR INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR NOMOR TAHUN 2012 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KALIMANTAN TIMUR DIREKTORAT INTELIJEN KEAMANAN PERATURAN DIREKTUR INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR NOMOR TAHUN 2012 TENTANG STANDARD OPERASIONAL

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEPALA POLISI DAERAH LAMPUNG DALAM UPAYA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA MASYARAKAT LAMPUNG. (Jurnal Ilmiah) Oleh SEPTIAN ALAM

KEBIJAKAN KEPALA POLISI DAERAH LAMPUNG DALAM UPAYA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA MASYARAKAT LAMPUNG. (Jurnal Ilmiah) Oleh SEPTIAN ALAM KEBIJAKAN KEPALA POLISI DAERAH LAMPUNG DALAM UPAYA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA MASYARAKAT LAMPUNG (Jurnal Ilmiah) Oleh SEPTIAN ALAM Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM Pada

Lebih terperinci

NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR. Nomor : B/186/I/2015/Polres Klasifikasi : BIASA. Kepada. Mataram SURAT PENGANTAR. u.p.

NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR. Nomor : B/186/I/2015/Polres Klasifikasi : BIASA. Kepada. Mataram SURAT PENGANTAR. u.p. KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR Jalan Sayid Saleh No.0, Selong 836 Selong, 7 Januari 05 Nomor : B/86/I/05/Polres Lotim Klasifikasi : BIASA Kepada Yth.

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG POLMAS PERAIRAN

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG POLMAS PERAIRAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG POLMAS PERAIRAN BAB I P E N D A H U L U A N 1. Umum a. Kepolisian Negara

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN PERTAMA DI TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TPTKP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG BIMBINGAN PENYULUHAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG BIMBINGAN PENYULUHAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG BIMBINGAN PENYULUHAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

: PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

: PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM KEAMANAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci