HUKUM ADAT LANJUTAN KODE MATA KULIAH : WHI 5246 BLOCK BOOK
|
|
- Sudomo Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUKUM ADAT LANJUTAN KODE MATA KULIAH : WHI 5246 BLOCK BOOK PLANNING GROUP: Prof. Dr. I Wayan P Windia, SH., MSi. I Ketut Wirta Griadhi,SH,MH. I Ketut Sudantra, SH., MH. A.A.Gde Oka Parwata,SH,MSi. Sagung Ngurah, SH. A.A.Istri Ari Atu Dewi,SH.MH. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
2 BLOCK BOOK HUKUM ADAT LANJUTAN. I. Identitas Mata Kuliah : Nama Mata Kuliah : Hukum Adat Lanjutan. Kode Mata Kuliah / SKS : WHI 5246 / 2 SKS. Status Mata Kuliah : Wajib Fakultas. Semester : V (lima). II. Planning Group: 1. Prof. Dr. I Wayan P Windia, SH., MSi. 2. I Ketut Wirta Griadhi,SH,MH. 3. I Ketut Sudantra, SH., MH. 4. A.A.Gde Oka Parwata,SH,MSI. 5. Sagung Ngurah, SH. 6. A.A.Istri Ari Atu Dewi,SH.MH. III. Deskripsi Perkuliahan. Mata kuliah hukum adat lanjutan merupakan mata kuliah lanjutan dari mata kuliah hukum adat secara umum. Mata kuliah hukum adat lanjutan membahas tentang hukum yang berlaku bagi Kasatuan Masyarakat Hukum Adat di Indonesia yang berbhineka baik dilihat dari suku, bahasa, agama maupun budayanya. Kesatuan Masyarakat Hukum Adat selain tunduk pada hukum adat juga tunduk pada hukum negara sebagai warganegara dari Negara Republik Indonesia. Mata Kuliah Hukum adat lanjutan akan membahas mengenai bidang bidang hukum dalam kehidupakan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat yang selanjutnya akan dibahas dalam pokok bahasan dan sub pokok bahasan seperti tatanan masayarakat adat yang meliputi: pemerintahan adat dan struktur organisasi, hukum adat tentang keluarga, hukum adat tentang perkawinan, hukum adat tentang pewarisan, hukum adat tentang perekonomian, hukum adat tentang pelanggaran. Selain mengetahui dan memahami prinsip prinsip dalam hukum adat perlu juga mengkaitkan dengan perkembangan jaman (era globalisasi). Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
3 IV. Tujuan Mata Kuliah. Dengan diberikannya mata kuliah hukum adat lanjutan ini diharapkan mahasiswa mampu mengerti,memahami dan menjelaskan prinsip prinsip hukum adat serta mampu mengaplikasikan serta menganalisis kasus kasus adat yang terjadi dalam masyarakat di masing masing daerah di Indonesia. V. Persyaratan Mengikuti Mata Kuliah hukum adat. Untuk menempuh mata kuliah hukum adat lanjutan harus telah menempuh mata kuliah VI. Metoda dan Strategi Proses Pembelajaran. Metoda perkuliahan adalah Problem Based Learning (PBL) yang pusat pembelajarannya ada pada mahasiswa. Metoda ini diterapkan dengan cara belajar (learning) dan bukan mengajar (teaching). Strategi Pembelajaran. Strategi pembelajaran ini adalah dengan cara mengkombinasikan antara perkuliahan,diskusi dan tutorial dengan prosentase 50 % (6 kali pertemuan atau perkuliahan) dan 50 % (6 kali pertemuan dengan tutorial dan diskusi), 1 (satu) kali untuk Test Tengah Semester (UTS) dan 1(satu) kali untuk Ujian Akhir Semester (UAS), sehingga total pertemuan untuk bobot 2 SKS adalah 14 (empat belas) kali. Pelaksanaan Perkuliahan dan Tutorial. Untuk pelaksanaan perkuliahan dari mata kuliah hukum adat lanjutan ini direncanakan berlangsung 6 (enam) kali pertemuan untuk kuliah yaitu pertemuan ke : 1,3,5,7,9 dan 11. Sedangkan untuk pertemuan tutorial dan diskusi juga 6 (enam) kali yaitu pada pertemuan ke : 2,4,6,8,10 dan 12. Strategi Perkuliahan. Dalam perkuliahan hukum adat lanjutan ini akan dibahas pokok pokok materi bahasan yang akan disajikan dengan menggunakan alat bantu seperti : papan tulis, OHP, atau power point serta menyiapkan bahan bahan bacaan tertentu dan apabila dipandang sulit untuk menemukan bahan bahan bacaan tersebut maka perlu disiapkan seperti : Buku Ajar dan Block Book dari materi mata kuliah yang bersangkutan. Sebelum perkuliahan dimulai Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
4 mahasiswa wajib mempersiapkan diri (self study) dengan cara mencari bahan (materi) serta memahami materi dari masing masing pokok bahasan yang akan dikuliahkan ataupun yang akan didiskusikan sesuai dengan apa yang telah diarahkan (guidance) dalam block book. Teknik Perkuliahan Tehnik perkuliahan yang digunakan yaitu dalam bentuk : pemaparan materi, tanya jawab dan diskusi (model proses pembelajaran dua arah). Strategi Tutorial. Strategi tutorial meliputi : 1. Mahasiswa mengerjakan tugas tugas (PR) berupa Discussion Task, Study Task dan Problem Task sebagai bagian dari self study, kemudian berdiskusi di kelas dengan cara presentasi dengan menggunakan pawer point. 2. Dalam 6 (enam) kali pertemuan tutorial di kelas, mahasiswa diwajibkan : a. Menyerahkan karya tulis berupa paper atau tugas lainnya sesuai dengan topik yang akan di bahas. b. Mempresentasikan paper atau tugas yang telah diberikan dengan menggunakan fasilitas yang tersedia. c. Memposisikan diri dalam peran masing masing dalam diskusi apakah sebagai pemandu, notulis atau anggota atau peserta. VII. Ujian dan Penilaian. Ujian akan dilaksanakan 2(dua) kali dalam satu semester dalam bentuk tertulis baik pada Ujian Tengah Semester (UTS) maupun pada Ujian Akhir Semester (UAS). Penilaian akhir (Nilai Akhir = NA) akan disesuaikan dengan rumus yang telah tercantum dalam Buku Pedoman Fakultas Hukum Universitas Udayana. (TT +TTS) + 2 X UAS 2 NA = 3 Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
5 Nilai Range A B B C C D D Komponen Penunjang Penilaian : Absensi, Kedisiplinan,Kepribadian (sikap dan prilaku). VIII. Materi Perkuliahan (Organisasi Perkuliahan). Pertemuan I. Pendahuluan dan Hukum Adat Lanjutan tentang Kesatuan Masyarakat Hukum Adat (C2) 1. Kontrak Perkuliahan. 2. Pengertian dan Ruang lingkup Hukum adat lanjutan 3. Konsep Kesatuan Masyarakkat Hukum Adat 4. Faktor pembentuk KMHA 5. Kedudukan KMHA dalam sistem hukum nasional Pertemuan II. Hukum Adat Lanjutan tentang Keluarga (C3) 1. Istilah, pengertian dan ruang lingkup hukum keluarga. 2. Sistem kekeluargaan Adat dan hukum kekeluargaan nasional. 3. Keturunan dan hubungan antara anak dengan orang tua dan kerabat. 4. Pengangkatan anak. Pertemuan III. Hukum Adat Lanjutan tentang perkawinan (C3). 1. Pengertian perkawinan 2. Sejarah hukum perkawinan di Indonesia. 3. Sistem dan bentuk bentuk perkawinan. 4. Syarat dan larangan perkawinan. 5. Proses/prosedur pengesahan perkawinan. Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
6 6. Harta benda perkawinan. 7. Pengertian dan alasan alasan perceraian. 8. Proses /prosedur sahnya perceraian. 9. Akibat hukum perceraian Pertemuan IV. Hukum Adat Lanjutan tentang Pewarisan (C3). 1. Pengertian dan unsur unsur pewarisan. 2. Prinsip prinsip pewarisan. 3. Sistem dan syarat syarat sebagai ahli waris. 4. Proses pewarisan. Pertemuan V. Hukum Adat Lanjutan tentang Perekonomian (C3). 1. Hukum adat tentang tanah a. Sejarah hukum tanah di Indonesia b. Hak perseorangan atas tanah dan hak ulayat 2. Hukum adat tentang perhutangan a. Pengertian dan Ruang lingkup Hukum Perhutangan b. Hak atas benda selain tanah 3. Hak hak Immatriil. 4. Lembaga perekonomian adat (LPD dan Pasar Desa). Pertemuan VI. Hukum Adat Lanjutan tentang Pelanggaran (C4). 1. Pengertian dan sifat sifat hukum pelanggaran. 2. Jenis jenis pelanggaran adat. 3. Jenis jenis reaksi dan koreksi adat. 4. Pola pola penyelesaian pelanggaran adat. 5. Hakim Perdamaian Desa. IX. Bahan Bacaan. 1. AB Wiranata I Gede;2005 : Hukum Adat Indonesia, Perkembangannya dari Nusa ke Nusa, Citra Aditya Bakti, Bandung. 2. Hazairin, 1987 : Hukum Kekeluargaan Nasional, Pradnya Paramita, Jakarta. Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
7 3. Koesnoe Moch.1979 : Catatan Catatan Terhadap Hukum Adat Dewasa ini, Airlangga Universitas Press, Surabaya. 4. Soepomo R : Bab Bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta. 5. Ridwan Syahrani, 1987 : Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil, PT. Media Sarana Press, Jakarta. 6. Abdurrahman, 1985 : Himpunan Peraturan Perundang undangan tentang Perkawinan, Akademika Pressindo, Jakarta. 7. Soerjono Soekanto, dan Soleman B Taneko, 1981 : Hukum Adat Indonesia, CV Rajawali, Jakarta. 8. Soerojo Wignyodipuro, 1973 : Pengantar dan asas asas Hukum Adat, Alumni, Bandung. 9. Wantjik Saleh,K, 1976 : Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta. 10. Wiryono Prodjodikoro, 1981 : Hukum Waris di Indonesia, Sumur, Bandung. 11. Wiryono Prodjodikoro, 1981 : Hukum Perkawinan di Indonesia, Sumur, Bandung. 12. Chidir Ali, 1979 : Hukum Adat Minangkabau Dalam Yurisprudensi Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta. 13. Hilman Hadikusuma, 1979 : Hukum Perkawinan Adat, Alumni, Bandung. 14. Hilman Hadikusuma, 1979 : Hukum Waris Adat, Alumni, Bandung. 15. Hilman Hadikusuma, 1979 : Hukum Ketatanegaraan Adat, Alumni, Bandung. 16. Hilman Hadikusuma, 1979 : Hukum Pidana Adat, Alumni, Bandung. 17. Bushar Muhammad, 1983 : Pokok Pokok Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta. 18. Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, 1987 : Azas Azas Hukum Perkawinan di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta. 19. Sagung Ngurah, dkk, 2008 : Buku Ajar Hukum Adat Lanjutan, Bagian Hukum dan Masyarakat, Fak.Hukum, Universitas Udayana. 20. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Undang Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 22. Undang Undang No.23 Tahun 2004 tentang KDRT. 23. Undang Undang RI No.7 Tahun 1984 tentang Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. 24. UU RI No.23 Tahun 2002 Undang Undang Tentang Perlindungan anak. 25. PP No.9 tahun 1975, PP No.10 tahun 1983, PP No. 45 tahun UU No.5 tahun 1960 tentang UUPA. 27. Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP). 28. UU Kekuasaan kehakiman Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
8 29. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM 30. UU No. 10 Tahun 1998 tentang Peruahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 31. Perda Propinsi Bali No. 3 tahun 2001 tentang Desa Pakraman 32. Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2002 tentang LPD X. Persiapan Proses Perkuliahan. Mahasiswa diwajibkan mempunyai Block Book mata kuliah Hukum Adat Lanjutan sebelum perkuliahan dimulai dan sudah mempersiapkan materi sebelumnya sehingga proses perkuliahan dan tutorial dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
9 PERTEMUAN I. Perkuliahan 1 (lecture). PENDAHULUAN : 1. Kontrak Perkuliahan. 2. Pengertian dan Ruang lingkup Hukum adat lanjutan 3. Konsep Kesatuan Masyarakkat Hukum Adat 4. Faktor pembentuk KMHA 5. Kedudukan KMHA dalam sistem hukum nasional Bahan Bacaan : 1. AB Wiranata I Gede, 2005 : Hukum Adat Indonesia Perkembangannya dari Nusa ke Nusa, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal Koesnoe Moch, 1979 : Catatan Catatan Tentang Hukum Adat Dewasa Ini, Airlangga Universitas, Surabaya. 3. Soepomo R, 1976 : Bab Bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, hal Soekanto Soerjono dan Soleman B Taneko 1981 : Hukum Adat Indonesia, CV Rajawali, Jakarta. 5. Bushar Muhammad, 1983 : Pokok Pokok Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, hal Wignyodipuro Soerojo, 1973 : Pengantar dan Asas Asas Hukum Adat, Alumni, Bandung hal Sagung Ngurah,dkk, 2008 : Buku Ajar Hukum Adat Lanjutan, Bagian Hukum Dan Masyarakat, Fak.Hukum, Universitas Udayana, Denpasar. 8. Hilmman Hadikusumma, 1979 :Hukum Ketatanegaraan adat, Alumni Bandung, hal Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
10 PERTEMUAN II. Tutorial 1. Hukum Adat Lanjutan Tentang Kesatuan Masyarakat Hukum Adat PROBLEM TASK Di Indonesia terdiri dari berbagai macam bentuk kesatuan masyarakat hukum adat diantaranya adalah desa pakraman, subak, dadia, nagari dan desa Dalam kehidupan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat tersebut terdapat sistim hukum yang berlaku dan mengikat kesatuan masyarakat hukum adat tersebut. Suatu saat desa pakraman mengalami suatu masalah yaitu ada seorang krama desa melanggar norma kebiasaan dan adat di desa pakraman setempat, baik dalam konteks pelanggaran di bidang parhyangan, pawongan dan palemahan, dilain pihak desa pakraman tidak memiliki aturan hukum adat secara tertulis, sehingga sulit bagi desa pakraman untuk menjatuhkan sanksi adat untuk para pelanggar norma kebiasaan setempat. Pertanyaan : 1. Apakah yang dimaksud dengan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat? 2. Unsur unsur apakah yang harus dipenuhi jika persekutuan tersebut dapat dikatakan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat? 3. Faktor faktor apakah yang mempengauuhi terbentuknya KMHA. 4. Apakah KMHA mempunyai hukum tertulis dan apakah KMHA mendapat perlindungan secara hukum. 5. Apakah dapat KMHA menyelesaiakan kasus tersebut dan bagaimana proses penyelesaian kasus dalam wacana diatas? Bahan Bacaan : 1. Soepomo, 1979 : Bab Bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, hal Ter Haar Bzn, 1976 : Azas Azas dan Susunan Hukum adat, diterjemahkan oleh Soebakti Poesponoto, Pradnya Paramita, Jakarta, hal Soerojo Wignyodipuro, 1968 : Pengantar dan Asas Asas Hukum Adat, Alumni, Bandung, hal Hilman Hadikusuma, 1981 : Hukum Ketatanegaraan Adat, Alumni, Bandung, hal 16. Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
11 5. Sagung Ngurah,dkk, 2008 : Buku Ajar Hukum Adat Lanjutan, Bagian Hukum Dan Masyarakat, Fak.Hukum Universitas Udayana Denpasar. 6. UUD RI UUNo.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 8. UUNo.72 tahun 2005 tentang Desa. Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
12 PERTEMUAN III. PERKULIAHAN 2 (lecture). Hukum Adat Lanjutan Tentang Keluarga 1. Istilah, pengertian dan ruang lingkup hukum keluarga. 2. Sistem kekeluargaan Adat dan hukum kekeluargaan nasional. 3. Keturunan dan hubungan antara anak dengan orang tua dan kerabat. 4. Pengangkatan anak. Bahan Bacaan : 1. Soepomo R, 1976 : Bab Bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta.hal Bushar Muhammad, 1983 : Pokok Pokok Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, hal Soerjono Soekanto dan Soleman B Taneko, 1981: Hukum Adat Indonesia, CV Rajawali, Jakarta. 4. Hilman Hadikusuma, 1987, Hukum Kekerabatan Keluarga, Fajar Agung Jakarta, hal Soerjono Soekanto, 1985 : Intisari Hukum Keluarga, Alumni, Bandung. 6. Soerojo Wignyodipuro, 1973 : Pengantar dan Asas Asas Hukum Adat, Alumni, Bandung, hal Hazairin, 1968 : Hukum Kekeluargaan Nasional, Tinta Mas, Jakarta. 8. Sagung Ngurah dkk, 2008 : Buku Ajar Hukum Adat Lanjutan, Bagian hukum dan Masyarakat, Fak. Hukum UNUD, Denpasar, hal 29. Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
13 PERTEMUAN IV. TUTORIAL 2 A. PROBLEM TASK I Kesatuan Hukum Adat di Indonesia membedakan hubungan kekeluargaan menjadi 3 (tiga) system hubungan kekeluargaan. Hubungan hubungan ini sangat mempunyai arti yang sangat penting dalam hukum kekeluargaan. Sehubungan dengan hukum kekeluargaan, pernah terjadi konflik dalam satu keluarga Bali Hindu pada saat pembuatan silsilah keluarga yaitu tidak memasukan anak perempuannya dalam silsilah tersebut. Sebagai akibat maka anak perempuan tersebut menuntut supaya dia dimasukan dan diperhitungkan dalam silsilah tersebut. Pada kasus lain terjadi di keluarga Jawa Islam juga dalam pembuatan suatu silsilah yaitu tidak memasukan nama anak perempuan tersebut dalam silsilah tersebut, sehingga dari hal itu timbul pula konflik. Pertanyaan : 1. Sebut dan jelaskan system kekeluargaan yang dianut dalam wacana diatas? 2. Jelaskan prinsip prinsip yang dianut dalam system kekeluargaan dalam wacana diatas? 3. Diskusikan kasus kasus dalam wacana diatas serta cara penyelesaian konflik konflik dalam wacanna diatas?. B. PROBLEM TASK II Ada kasus pengangkatan anak yang dilakukan oleh keluarga Bali yang beragama Hindu, dengan mengambil anak di Panti Asuhan dan di Rumah Sakit. Pengambilan anak tersebut tanpa ada persetujuan dari keluarga besarnya, sehingga kemudian timbullah konflik dalam keluarga besar tersebut yang menyebabkan pengangkatan anak itu menjadi tertunda tunda. Karena tidak sabar menunggu kemudian keluarga yang mengangkat anak ini mengajukan permohonan ke Pengadilan. Bagaimanakah sikap Hakim dalam menangani kasus seperti itu? Hukum apakah yang akan diterapkan oleh Hakim, dan apakah permohonan itu akan dikabulkan atau tidak? Bagaimana pula halnya apabila pengangkatan anak terjadi di Jawa, Minangkabau maupun Batak? Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
14 Bahan Bacaan : 1. Bushar Muhammad, 1983 : Pokok Pokok Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, hal Chidir Ali, 1979 : Hukum Adat Minangkabau Dalam Yurisprudensi Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta. 3. Hazairin, 1968 : Hukum Kekeluargaan Nasional, Tinta Mas, Jakarta. 4. Soerojo Wignyodipuro, 1973 : Pengantar dan Asas Asas Hukum Adat, Alumni, Bandung, hal Soepomo R, 1976 : Bab Bab Tentang Hukum adat, Pradnya Paramita, Jakarta, hal Wirjono Prodjodikoro, 1981 : Hukum Waris di Indonesia, Sumur, Bandung. 7. Sagung Ngurah dkk, 2008 : Buku Ajar Hukum Adat Lanjutan, Bagian Hukum dan Masyarakat, Fak. Hukum UNUD, Denpasar hal Undang Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.. Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
15 PERTEMUAN V. PERKULIAHAN 3 (lecture). Hukum Adat Lanjutan tentang Perkawinan 1. Pengertian perkawinan 2. Sejarah hukum perkawinan di Indonesia. 3. Sistem dan bentuk bentuk perkawinan. 4. Syarat dan larangan perkawinan. 5. Proses/prosedur pengesahan perkawinan. 6. Harta benda perkawinan. 7. Pengertian dan alasan alasan perceraian. 8. Proses /prosedur sahnya perceraian. 9. Akibat hukum perceraian Bahan Bacaan. 1. Abdurrahman, 1985 : Himpunan Peraturan Perundang undangan tentang Perkawinan, Akademika Pressindo, Jakarta. 2. Ridwan Syahrani, 1987 : Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil, Media Sarana Press, Jakarta. 3. Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, 1987 : Azas Azas Hukum Perkawinan di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta. 4. K Wantjik Saleh, 1976 : Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta. 5. Hilman Hadikusuma, 1995 ; Hukum Perkawinan Adat, Alumni, Bandung., hal Sagung Ngurah dkk, 2008 : Buku Ajar Hukum Adat Lanjutan, Bagian Hukum dan Masyarakat, Fak Hukum UNUD, Denpasar hal UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 8. PP No.9 tahun 1975, PP No.10 tahun 1983, PP No. 45 tahun UU No.23 tahun 2004 tentang KDRT. Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
16 PERTEMUAN VI. TUTORIAL 3 A. PROBLEM TASK I Suci seorang perempuan (Bali Hindu) yang melakukan perkawinan sah dengan yoga (Bali Hindu) dan mempunyai anak 2 (dua) orang (laki berumur 17 tahun dan perempuan masih balita). Selama menjalani perkawinan, usaha yang mereka geluti sangat maju dan berkembang dengan asset 1 hotel bintang lima yang berlokkasi di nusa dua, 3 mobil dan tanah seluas 3 hektar. Suatu saat rumah tangganya mengalami ketidakharmonisan dikarenakan yoga mempunyai wanita idaman lain (WIL), akhirnnya keduanya sepakat untuk menyudahi perkawinan (bercerai). Pertanyaan : 1. Diskusikan bagaimanakah prosedur yang harus ditempuh untuk dapat dilakukannya persecaraian? 2. Akibat akibat apa yang ditimbulkan dari perceraian tersebut. 3. Diskusikan masalah perwalian anak dalam wacana diatas? B. PROBLEM TASK II Perkawinan adalah merupakan urusan pribadi tetapi mengapa negara turut campur atau ikut terlibat dalam urusan orang kawin. Hal itu dapat disimak dari beberapa kasus yang terjadi dalam masyarakat seperti mengapa Syeik Puji yang mengawini Ulfa harus berurusan dulu dengan Polisi dan Penjara? Sahkah perkawinan tersebut serta dapatkah perkawinan itu di batalkan? bagaimanakah halnya dengan mereka yang kawin beda agama dan masing masing pihak masih tetap memeluk agamanya masing masing, sedangkan mereka kemudian melangsungkan perkawinan di luar negeri, sahkah perkawinan seperti itu menurut hukum perkawinan Indonesia? Serta bolehkah orang berpoligami? Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
17 Bahan Bacaan : 1. Abdurrahman, 1985 : Himpunan Peraturan Perundang undangsan tentang Perkawinan, Akademika Pressindo, Jakarta. 2. Ridwan Syahrani, 1987 : Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil, Media Sarana Press, Jakarta. 3. Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, 1987 : Azas Azas Hukum Perkawinan di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta. 4. K wantjik Saleh, 1976 : Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta. 5. Hilman Hadikusuma, 1995: Hukum Perkawinan Adat, Alumni, Bandung, hal Sagung Ngurah dkk, 2008 : Buku Ajar Hukum adat Lanjutan, Bagian Hukum dan Masyarakat Fak. Hukum UNUD, Denpasar, hal UU No.1 tahun 1974 (UU Perkawinan) beserta peraturan pelaksananya antara lain PP No.9 tahun 1975, PP No.10 tahun 1983, PP N0.45 tahun UU No.23 tahun 2004 tentang KDRT. 9. UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
18 PERTEMUAN VII. PERKULIAHAN 4 (lecture). Hukum Adat Lanjutan Tentang Pewarisan. 1. Pengertian dan unsur unsur pewarisan. 2. Prinsip prinsip dalam pewarisan. 3. Sistem dan syarat syarat sebagai ahli waris. 4. Proses pewarisan. Bahan Bacaan : 1. Soepomo, 1976 : Bab Bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, hal Soerojo Wignyodipuro, 1973 : Pengantar dan Asas Asas Hukum Adat, Alumni, Bandung, hal Soerjono Soekanto dan Soleman B. Taneko, 1981, Hukum Adat Indonesia, CV Rajawali Jakarta. 4. Hilman Hadikusuma, 1979 : Hukum Waris Adat, Alumni, Bandung. 5. Wirjono ProdjodikoSoro, 1981 : Hukum Warisan di Indonesia, Sumur, Bandung. 6. Bushar Muhammad, 1983 : Pokok Pokok Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, hal Chidir Ali, 1979 : Hukum Adat Minangkabau Dalam Yurisprudensi Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta. 8. Sagung Ngurah dkk : Buku Ajar Hukum Adat Lanjutan, Bagian Hukum dan Masyarakat, Fak. Hukum UNUD, Denpasar, hal 63. Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
19 PERTEMUAN VIII. TUTORIAL 4 PROBLEM TASK. 1. Wayan seorang laki laki Bali Hindu menikahi seorang gadis Jawa Reni yang beragama Islam. Pengesahan perkawinan dilangsungkan di Jawa secara Islam. Karena upacara perkawinan telah selesai lalu mereka kembali ke Bali untuk melaksanakan upacara pengesahan perkawinan menurut Hukum Adat Bali. Tidak berselang lama ayah si Wayan meninggal dunia dengan meninggalkan harta warisan. Wayan bersaudara lima orang, tiga laki laki termasuk Wayan dan dua perempuan. Karena upacara dan upakara pengabenan telah selesai, kemudian munculah riak riak kecil yang menyangkut pembagian warisan. Karena semua merasa benar dan masing masing mempunyai pembenar sendiri sendiri, akibatnya persoalan warisan tidak bisa diselesaikan diantara mereka. Pertanyaannya : 1. Lembaga manakah yang berhak menyelesaiakan kasus tersebut? 2. Hukum apakah yang digunakan untuk penyelesaian kasus tersebut? 3. Sebagai salah satu anak laki laki dalam keluarga diatas, apakah wayan berhak sebagai ahli waris? 2. Model perkawinan antara Wayan dengan Reni seperti tersebut dalam problem task 1 diatas, ternyata tidak dapat berlangsung lama karena diantara mereka sudah tidak ada kecocokan lagi untuk mempertahankan perkawinan mereka lalu mereka sepakat untuk bercerai walaupun mereka telah mempunyai 3 (tiga) orang anak, satu laki dan dua wanita. Dalam kasus perceraian seperti itu, pengadilan manakah yang berwenang mengadili dan mengesahkan perceraiannya serta bagaimanakah kedudukan hukum dari anak anak mereka? Dan bagaimanakah kedudukan dari harta perkawinan mereka? Bahan Bacaan : 1. Abdurrahman, 1985 : Himpunan Peraturan Perundang undangan tentang Perkawinan, Akademika Pressindo, Jakarta, Ridwan Syahrani, 1987 : Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil, Media Sarana Press, Jakarta. 3. Hilman Hadikusuma, 1995 : Hukum Waris Adat, Alumni, Bandung. 4. Soepomo, 1976 : Bab Bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, hal 83. Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
20 5. Soerojo Wignyodipuro, 1973 : Pengantar dan Asas Asas Hukum Adat, Alumni, Bandung, hal Wirjono Prodjodikoro, 1981 : Hukum Warisan di Indonesia, Sumur Bandung. 7. Sagung Ngurah dkk : Buku Ajar Hukum Adat Lanjutan, Bagian Hukum dan Masyarakat, Fak. Hukum UNUD, Denpasar, hal Undang Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 9. Undang Undang No.7 tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
21 PERTEMUAN IX. PERKULIAHAN 5 (lecture). Hukum Adat Lanjutan tentang Perekonomian. 2. Hukum adat tentang tanah a. Sejarah hukum tanah di Indonesia b. Hak perseorangan atas tanah dan hak ulayat 3. Hukum adat tentang perhutangan a. Pengertian dan Ruang lingkup Hukum Perhutangan b. Hak atas benda selain tanah c. Hak hak Immatriil. d. Lembaga perekonomian adat (LPD dan Pasar Desa). Bahan Bacaan : 1. Parlindungan AP, 1989 : Undang Undang Bagi Hasil di Indonesia (suatu studi komparatif), Mandar Maju, Bandung. 2. Soerjono Soekanto dan Soleman B Taneko : Hukum Adat Indonesia, CV Rajawali, Jakarta. 3. Soerojo Wignyodipuro, 1973 : Pengantar dan Asas Asas Hukum Adat, Alumni, Bandung, hal 197, Sagung Ngurah dkk, 2008 : Buku Ajar Hukum Adat Lanjutan, Bagian Hukum dan Masyarakat, Fak. Hukum UNUD, Denpasar, hal Undang Undang No 5 Tahun 1960 tentang UUPA. 6. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Peraturan peraturan lain tentang Tanah dan LPD. Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
22 PERTEMUAN X. TUTORIAL 5 PROBLEM TASK. 1. Akhir akhir ini banyak terjadi kasus kasus tentang jual beli tanah, penyerobotan tanah atau lahan, mendirikan pabrik tanpa izin, pembabatan hutan, illegal loging dan lain sebagainya. Kasus kasus ini bisa terjadi antara individu dengan individu, kelompok dengan pengusaha, masyarakat dengan pemerintah. Cobalah analisa kasus kasus tersebut dengan menghubungkannya antara UUPA, Hak Ulayat dengan Hukum Adat. 2. Disamping kasus kasus tentang tanah, akhir akhir ini juga muncul masalah masalah yang menyangkut LPD Desa Pakraman (khusunya di Bali). Ada polemic di masyarakat bali tentang status dan kedudukan LPD dianggap gelap yang tidak berbadan hukum oleh beberapa pihak pelaku perbankan. Beranjak dari polemik ini, telusuri landasan filosofis dan landasan yuridis dan landasan sosiologis eksistensi LPD Desa Pakraman tersebut. Bahan Bacaan : 1. Perlindungan AP, 1989 : Undang Undang Bagi Hasil di Indonesia (suatu studi komparatif), Mandar Maju, Bandung. 2. Soerjono Soekanto dan Soleman B Taneko : Hukum Adat Indonesia, CV Rajawali, Jakarta. 3. Soerojo Wignyodipuro, 1973 : Pengantar dan Asas Asas Hukum Adat, Alumni, Bandung, hal Sagung Ngurah dkk : Buku Ajar Hukum Adat Lanjutan, Bagian Hukum dan Masyarakat, Fak. Hukum UNUD, Denpasar, hal UU No.5 tahun 1960 tentang UUPA. 6. UU No 10 TAhun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan 7. Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman 8. Perda Propinsi Bali No. 8 Tahun 2002 tentang LPD 9. SK bersama Mentri Keuangan (No /KMK.010/2009), Mentri Dalam Negeri ( No A tahun 2009), Mentri Koprasi Dan UKM (No. 01/SKB/M.KUKM/IX/2009), Dan Gubernur Bank Indonesia (No. 11/43A/KEP.GBI/2009) tentang Strategi Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
23 Pengembbangan Lembaga Keuangan Mikro Menetapkan LPD sebagai lembaga keuangan mikro wajib berbadan hukum BPR atau koprasi atau BUMD. Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
24 PERTEMUAN XI. PERKULIAHAN 7 (lecture). Hukum Adat Lanjutan Tentang Pelanggaran. 1. Pengertian dan sifat sifat hukum pelanggaran adat. 2. Jenis jenis pelanggaran adat.. 3. Jenis jenis reaksi dan koreksi adat 4. Pola Pola penyelesaian pelanggaran adat. 5. Hakim Perdamaian Desa. Bahan Bacaan : 1. Hilman Hadikusuma, 1978 : Hukum Pidana Adat, Alumni, Bandung, hal Soepomo R, 1976 : Bab Bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, hal Soesilo R : Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politea, Bogor. 4. Bushar Muhammad, 1983 : Pokok Pokok Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, hal Sagung Ngurah dkk : Buku Ajar Hukum Adat Lanjutan, Bagian Hukum dan Masyarakat, Fak. Hukum UNUD, Denpasar, hal AB Wiranata I Gede, 2005 : Hukum Adat Indonesia, Perkembangannya dari Nusa Ke Nusa, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal UUD RI UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Hak Azasi Manusia. Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
25 PERTEMUAN XII. TUTORIAL 6. A. PROBLEM TASK II Widya dengan kelurganya yang merupakan krama desa Desa pakraman A dikenakan sanksi adat kasepekang (dikucilkan), Adapun kronologis kasusnya adalah ketika ada paruman desa yang menetapkan dan menyiarkan bahwa telah terbentuk lembaga pecalang di desa pakraman A, widya dengan keluarganya tidak setuju dengan alasan mereka tidak ikut membentuk pecalang tersebut dengan bahasa yang dikeluarkan tiang tusing taen milu ngae pecalang. Dengan alasan tersebut (menolak ditetapkan pecalang) maka Widya dan keluarganya dikenakan sanksi adat kasepekang (dikucilkan). Pertanyaannya ; 1. Diskusikan wacana diatas, apakah benar tindakan desa pakraman tersebut? 2. Apa yang harus dilakukan Widya dan Keluarganya, agar sanksi tersebut dicabut dan mereka masih tetep menjadi krama desa A, mengingat ada factor historis keluarga Widya yang melekat didesa pakraman A. 3. Diskusikan apakah sanksi adat kasepekang masih relevan diterapkan dan bagaimana eksistensi yuridis dari sanksi kasepekang tersebut? B. PROBLEM TASK II Ada pencurian pretima disebuah Pura di Bali. Pretima adalah suatu benda yang disakralkan oleh penyungsung Pura tersebut. Dengan hilangnya pretima tersebut, bagi orang Bali Hindu itu berarti Pura tersebut sudah dianggap tercemar (leteh). Dan untuk menghilangkan kesan tercemar tersebut hanya dapat dilakukan dengan upacara dan upakara yang dikenal dalam masyarakat hukum adat Bali. Setelah dilaporkan ke Polisi ternyata kemudian pencurinya tertangkap dan dia adalah bukan orang Bali. Diskusikan bagaimanakah penyelesaian kasus tersebut. Apakah perbuatan itu dapat diklasifikasikan sebagai pelanggaran adat, atau apakah kasus tersebut dapat diselesaikan di pengadilan, lalu bagaimanakah Hakim akan memberikan sanksi terhadap pelakunya? Apakah akan berlaku prinsip ne bis in idem dalam kasus ini? Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
26 Bahan Bacaan : 1. Hilman Hadikusuma, 1978 : Hukum Pidana Adat, Alumni, Bandung, hal Soepomo R, 1976 : Bab Bab tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, hal Soesilo R : Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar Komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Politea, Bandung. 4. Bushar Muhammad, 1983: Pokok Pokok Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta., hal Sagung Ngurah dkk : Buku Ajar Hukum Adat Lanjutan, Bagian Hukum dan Masyarakat, Fak. Hukum UNUD, Denpasar, hal AB Wiranata I Gede : Hukum Adat Indonesia Perkembangannya dari Nusa ke Nusa, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal Soerojo Wiognyodipuro, 1973 : Pengantar dan Asas Asas Hukum Adat Alumni, Bandung, hal 288. Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
27 III. Form Isian Integrasi dan Indikator PIP dalam Kurikulum. Integrasi dan indikator Pola Ilmiah Pokok Kebudayaan Unud. No or / Kompetensi Integrasi PIP dalam f, Kognitif dan Psikomotorik) Kurikulum 1 Integrasi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) : Pengembangan Kepribadian Keilmuan dan Ketrampilan Ketrampilan Berkarya Prilaku Berkarya. Berkehidupan Bersama 2 Integrasi dalam Standar Kompetensi (SK). MK : 3 Integrasi dalam Kompetensi Dasar (KD). Pokok Bahasan MK : Apektif : Menjunjung tinggi nilai nilai budaya bangsa. Berjiwa Pancasila. Berkepribadian. Mengenal etika. Kognitif : Mengetahui, mengerti dan memahami Hukum Indonesia. Mandiri dalam menganalisa dan memecahkan problem hukum. Psikomotorik : Mampu, trampil dan bijaksana dalam mempergunakan prinsi prinsip hukum sebagai sarana memecahkan masalah konkrit. Hukum Adat Apektif : Paham tentang nilai nilai budaya bangsa. Kognitif : Tahu, mengerti dan memahami konsep, teori dan filsafat Hukum Adat. Psikomotorik : Trampil dan mampu memecahkan masalah yang timbul berdasarkan prinsip prinsip Hukum Adat. Hukum Adat Bali : Apektif : Menjunjung tinggi nilai nilai budaya Bali. Kognitif : Tahu, mengerti dan memahami normanorma Hukum Adat Bali khususnya mengenai konsep, asas dan rasa keadilan masyarakat Hukum Adat Bali. Psikomotorik : Trampil dan mampu memecahkan masalah/sengketa adat Bali. Mata Kuliah : Psikologi Hukum. Pokok Bahasan : Sasana, kesusilaan, kedursilaan, Tat Twam Asi, Tri Kaya Parisudha (ajaran atau pedoman untuk bersikap dan berprilaku dalam pembentukan kepribadian menurut Agama Hindu agar menjadi orang yang taat hukum dan bukan orang yang tidak taat hukum). Block Book Hukum Adat Lanjutan Sagung Ngurah & A.A.I.Ari Atu Dewi,
Tim Penyusun Bagian Hukum dan Masyarakat
Tim Penyusun Bagian Hukum dan Masyarakat 2 PENGANTAR PERKULIAHAN Hukum Adat merupakan hukum tidak tertulis yang berlaku di kalangan orang Indonesia Asli yang dibentuk dalam lingkungan masyarakat hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistem yaitu peraturan-peraturannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1. Latar Belakang Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistem yaitu peraturan-peraturannya merupakan suatu kebulatan berdasarkan atas kesatuan alam pikiran.
Lebih terperinciMata Kuliah : Perancangan Kontrak Kode Mata Kuliah : WUK 7219
Block Book Mata Kuliah : Perancangan Kontrak Kode Mata Kuliah : WUK 7219 Planning Group: 1. Prof. R.A. Retno Murni, SH.MH.Ph.D 2. Dr. I Wayan Wiryawan,SH.MH 3. AA Dharma Kusuma,SH.MH Bagian Hukum Perdata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa penting, yaitu lahir, menikah dan meninggal dunia yang kemudian akan menimbulkan akibat hukum tertentu.
Lebih terperinciSISTEM PERADILAN PIDANA KODE MATA KULIAH : WHI 6258
SISTEM PERADILAN PIDANA KODE MATA KULIAH : WHI 6258 BLOCK BOOK Planning group : I Ketut Keneng, SH,MH ( Kordinator) Bagian Hukum Acaraa FH UNUD, Telp. 431876, e mail: re_keneng@yahoo.com I Wayan Tangun
Lebih terperinciBUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR HUKUM ADAT
BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR HUKUM ADAT 1. Nama Matakuliah : Hukum Adat 2. Kode/ SKS : HKU 302/ 2 SKS 3. Prasyarat : Pengantar Ilmu Hukum atau Pengantar Hukum
Lebih terperinciSILABUS. 1. Nama Mata Kuliah : Hukum Kekeluargaan dan Waris Adat 2. SKS Mata Kuliah : 2 SKS / 3 Rombel 3. Deskripsi Singkat Mata Kuliah
SILABUS 1. Nama Mata Kuliah : Hukum Kekeluargaan dan Waris Adat 2. SKS Mata Kuliah : 2 SKS / 3 Rombel 3. Deskripsi Singkat Mata Kuliah : Mata kuliah ini mempelajari tentang hokum perorangan adapt, hokum
Lebih terperinciPERKAWINAN POLIGAMI BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BERDASAR KETENTUAN HUKUM PERKAWINAN DAN ADMINISTRASI YANG BERLAKU SKRIPSI.
PERKAWINAN POLIGAMI BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BERDASAR KETENTUAN HUKUM PERKAWINAN DAN ADMINISTRASI YANG BERLAKU SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abdul Kadir Muhammad, Hukum Harta Kekayaan, PT.Citra Aditya, Bandung, 1994
129 DAFTAR PUSTAKA A. BUKU Abdul Kadir Muhammad, Hukum Harta Kekayaan, PT.Citra Aditya, Bandung, 1994 Afandi Ali, Hukum Waris, Hukum Masyarakat dan Hukum Pembuktian, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1986 Ashofa
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. A. Buku Abdurrachman, Hukum Adat Menurut Perundang-undangan Republik Indonesia, Cendana Press, Jakarta, 1984.
DAFTAR PUSTAKA A. Buku Abdurrachman, Hukum Adat Menurut Perundang-undangan Republik Indonesia, Cendana Press, Jakarta, 1984. Adia, G.K Wiratmadja, Wanita Hindu Dalam Suatu Proyeksi, Ganexa Exact Bandung,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bentuk-bentuk adat istiadat dan tradisi ini meliputi upacara perkawinan, upacara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Bali memiliki bentuk-bentuk kebudayaan yang cukup beraneka ragam, kebiasaan masyarakat daerah tertentu yang unik, yang kesemuanya itu memiliki daya tarik tersendiri
Lebih terperinciHUKUM PEMERINTAHAN DAERAH
BLOCK BOOK HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH KODE MATA KULIAH : WCI 3222 STATUS MATA KULIAH : PROGRAM KEHKUSUSAN HUKUM PEMERINTAHAN (PK.III) SKS : 2 (DUA) SEMESTER : III (TIGA) PLANNING GROUP : PROF.DR. IBRAHIM,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan serta memiliki keturunan, dimana keturunan merupakan salah satu tujuan seseorang melangsungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 dirumuskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machstaat). Dengan demikian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul amanah dan tanggung jawab.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. lainnya dalam satu kesatuan yang utuh (Abdulsyani, 1994:123).
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian SistemWaris Sistem mengandung pengertian sebagai kumpulan dari berbagai unsur (komponen)yang saling bergantungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak
TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1 Abstrak Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perkawinan di bawah tangan masih sering dilakukan, meskipun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi pembangunan hukum nasional. Unsur kejiwaan hukum adat yang berintikan kepribadian
Lebih terperinciKRIMINOLOGI KODE MATA KULIAH : MKK 077 BLOCK BOOK. Planing Group :
KRIMINOLOGI KODE MATA KULIAH : MKK 077 BLOCK BOOK Planing Group : Dr. I Gusti Ketut Ariawan, S.H., M.H. I Ketut Rai Setiabudhi, S.H., M.S. Gde Made Swardhana, S.H., M.H. Sagung Putri S.E. Purwani, S.H.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pengambilalihan lahan adat karena diarea lahan itu terdapat sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pasal 1 UU.No 1 Tahun 1974, dikatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar dalam menjalankan tata hukum di Indonesia. Oleh sebab itu, untuk
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS FORMULIR KONTRAK PERKULIAHAN
Mata Kuliah : Hukum Bisnis SKS : 2 Semester : 3 Kode MK : EBM512020 I. DESKRIPSI Matakuliah ini berisi tentang aspek hukum dan ekonomi (makro dan mikro) serta bagaimana perkembangan aspek hukum saat ini
Lebih terperinciSILABUS. Kompetensi Dasar. Alokasi Waktu Indikator Pencapaian Jenis penilaian. Sumber Bahan. Pembelajaran
SILABUS Nama Mata Kuliah : Hukum Adat Kode Mata Kuliah : PKn 1214 Jumlah SKS : 2 sks Prodi/ Jurusan : PKn dan Hukum Standart : Mahasiswa mampu menyelesaikan permasalahan subyek hukum dalam hidup ber dengan
Lebih terperinciKONTRAK PERKULIAHAN A. MANFAAT MATA KULIAH
KONTRAK PERKULIAHAN Mata Kuliah : Hukum Keluarga dan Harta Perkawinan Fakultas/ Program Studi : Hukum/ Magister Kenotariatan Kode Mata Kuliah : 533009 Dosen Pengampu : Prof. Dr. Afdol., S.H., M.S. Vonny
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan dapat merubah status kehidupan manusia dari belum dewasa menjadi dewasa atau anak muda
Lebih terperinciMetode Penelitian dan Penulisan Hukum Kode M.K. : WUI 4227 PENYUSUN PROF. DR. TIP. ASTITI, SH., MS. I KETUT WIRTA GRIADHI, SH., MH.
BLOCK BOOK Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Kode M.K. : WUI 4227 GFGTT PENYUSUN PROF. DR. TIP. ASTITI, SH., MS. I KETUT WIRTA GRIADHI, SH., MH. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR, 2009 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan berbangsa, khususnya dalam kehidupan masyarakat heterogen, seperti Indonesia yang merupakan negara
Lebih terperinciBLOCK BOOK Mata Kuliah: SOSIOLOGI HUKUM. Kode Mata Kuliah : WHM 5207
BLOCK BOOK Mata Kuliah: SOSIOLOGI HUKUM Kode Mata Kuliah : WHM 5207 Tim Penyusun Pengajar : : 1. Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH, MS 2. Ketut Rai Setiabudi, SH, MH. 3. Anak Agung Istri Ari Atu Dewi, SH,MH.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang merupakan negara yang terdiri dari berbagai etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, Indonesia merupakan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Bali memiliki sistem pewarisan yang berakar pada sistem kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan lebih dititikberatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati merupakan makhluk sosial, yang mana tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya manusia akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk membentuk suatu keluarga
Lebih terperinciSILABUS. I. Mata Kuliah : SILABUS HUKUM PERDATA Kode : SYA 004. Program Studi : HKI, PM, HES dan HTN
SILABUS I. Mata Kuliah : SILABUS HUKUM PERDATA Kode : SYA 004 Fakultas : Syari ah Program Studi : HKI, PM, HES dan HTN Program : S.1. Bobot SKS : 2 sks Sifat : Wajib II. Deskripsi Mata Kuliah Mata Kuliah
Lebih terperinciBAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda
BAB I A. Latar Belakang Masalah Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda yaitu laki-laki dan perempuan yang telah menjadi kodrat bahwa antara dua jenis itu saling berpasangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kewarisan itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, karena setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa meninggal dunia di dalam kehidupannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan yang menjadi pembeda
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan yang menjadi pembeda hanyalah sifat atau tingkat perubahannya. Perubahan pada masyarakat ada yang terlihat dan ada yang
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN DALAM PEMBAGIAN WARISAN I WAYAN ADIARTA / D
TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN DALAM PEMBAGIAN WARISAN I WAYAN ADIARTA / D 101 09 047 ABSTRAK Tulisan ini mengangkat 3 masalah utama, yaitu (a) Bagaimanakah Status Hukum dan Hak Mewaris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perkawinan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
Lebih terperinciFUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN Oleh : Sriono, SH, M.Kn Dosen Tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK Perkawinan adalah suatu ikatan lahir
Lebih terperinciADOPSI HUKUM ADAT MATRILINEAL AKIBAT HUKUM ADOPSI 15/03/2018
ADOPSI HUKUM ADAT MATRILINEAL Anggota Kelompok: 1. Dwi Linda Permatasari (10) 2. Dinda Dini Dwi C (20) 3. Rosalina Dwi F (23) 4. Devi Almas Nur A (26) 5. TaraditaN (27) Masyarakat dengan sistem matrilineal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sudah menjadi kodrat alam bahwa manusia dilahirkan ke dunia selalu mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama manusia lainnya dalam suatu pergaulan hidup. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari seorang ayah,
Lebih terperinciProgram Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang 2010
IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1960 TENTANG PERJANJIAN BAGI HASIL DI KABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU TESIS Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S2 Program Studi Magister
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN A. Pengertian Hukum Waris Pengertian secara umum tentang Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang
Lebih terperinciLex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015. KAJIAN YURIDIS HAK PERWALIAN ANAK DALAM PERCERAIAN DI INDONESIA 1 Oleh : Mutmainnah Domu 2
KAJIAN YURIDIS HAK PERWALIAN ANAK DALAM PERCERAIAN DI INDONESIA 1 Oleh : Mutmainnah Domu 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hak Perwalian anak karena perceraian
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002
SKRIPSI PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 Oleh ALDINO PUTRA 04 140 021 Program Kekhususan: SISTEM PERADILAN PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia diciptakan oleh sang kholiq untuk memiliki hasrat dan keinginan untuk melangsungkan perkawinan. Sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan totalitas latar belakang dari sistem nilai, lembaga dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Hukum Waris Adat bersifat pluralisme menurut suku-suku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia Hukum Waris Adat bersifat pluralisme menurut suku-suku atau kelompok-kelompok etnik yang ada. Pada dasarnya hal itu disebabkan oleh sistem garis
Lebih terperinciPENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT
PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT Oleh Ida Bagus Gede Angga Juniarta Anak Agung Sri Utari Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The pratima thievery
Lebih terperinciALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL
ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL Muchamad Arif Agung Nugroho Fakultas Hukum Universitas Wahid Hasyim Semarang agungprogresif@gmail.com ABSTRAK Perkawinan heteroseksual merupakan suatu perikatan
Lebih terperinciHAK AHLI WARIS BERKEWARGANEGARAAN ASING TERHADAP HARTA WARISAN BERUPA TANAH
HAK AHLI WARIS BERKEWARGANEGARAAN ASING TERHADAP HARTA WARISAN BERUPA TANAH Oleh: Ida Ayu Ide Dinda Paramita I Gede Yusa I Wayan Wiryawan Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kualitatif penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
82 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan dipadukan dengan data yang diperoleh dari kepustakaan, kemudian dianalisis dengan cara kualitatif penulis dapat mengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1. Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus keluarga. Anak juga merupakan aset bangsa yang sangat berharga; sumber daya manusia yang berperan penting
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN WARISAN BUDAYA BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN WARISAN BUDAYA BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa warisan budaya Bali merupakan
Lebih terperinciJAMINAN KEPASTIAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN GADAI TANAH MENURUT HUKUM ADAT ( ESTI NINGRUM, SH, MHum) Dosen FH Unwiku PWT A.
JAMINAN KEPASTIAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN GADAI TANAH MENURUT HUKUM ADAT ( ESTI NINGRUM, SH, MHum) Dosen FH Unwiku PWT A. Latar Belakang Sifat pluralisme atau adanya keanekaragaman corak
Lebih terperinciUNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
RENCANA KEGIATAN PROGRAM PEMBELAJARAN (RKPP) Mata Kuliah Kode SKS Semester Nama Dosen Hukum Agraria SH 1110 3 III (tiga) Muhammad Fajar Hidayat, S.H., M.H. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah Hukum Agraria
Lebih terperinciSILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN
SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Nama Mata Kuliah : Hukum Agraria Bobot sks Tim Penyusun : : 3 SKS 1. Prof. Dr. Moch. Bakri, SH, MS 2. Dr. Suhariningsih, SH, SU 3. Dr. Iwan Permadi, SH, MH 4. Imam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa berupa sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan baik yang langsung untuk kehidupanya
Lebih terperinciPERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA
PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA (Studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) Disusun dan Diajukan untuk melengkapi Tugas-tugas dan
Lebih terperinciPELAKSANAAN PEWARISAN HAK ATAS TANAH DI KOTA SURAKARTA. ( Studi Kasus Penetapan Pengadilan Negeri Nomor : 170/Pdt.P/2014/PN.Skt
PELAKSANAAN PEWARISAN HAK ATAS TANAH DI KOTA SURAKARTA ( Studi Kasus Penetapan Pengadilan Negeri Nomor : 170/Pdt.P/2014/PN.Skt Di Kantor Pertanahan Kota Surakarta ) Yulfitri Nurjanah Sarjana Hukum Program
Lebih terperinciPENULISAN HUKUM. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ATAS TANAH (Studi tentang tindak pidana penyerobotan hak atas tanah PT.Mawija Jaya di kota Tarakan)
PENULISAN HUKUM PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ATAS TANAH (Studi tentang tindak pidana penyerobotan hak atas tanah PT.Mawija Jaya di kota Tarakan) Oleh: FEBRIYANA KD 201420110312366 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciS I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH KODE MATA KULIAH : 10 JUMLAH SKS : 4 SEMESTER SAJIAN B. DESKRIPSI MATA KULIAH
S I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH STATUS MATA KULIAH : : WAJIB NASIONAL KODE MATA KULIAH : 10 JUMLAH SKS : 4 PRASYARAT SEMESTER SAJIAN : PIH, PHI : II B. DESKRIPSI MATA KULIAH Hukum
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Simpulan dan Saran-saran. 1. Bahwa proses mangain marga kepada laki-laki di luar marga Batak Toba
BAB IV PENUTUP Simpulan dan Saran-saran A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa proses mangain marga kepada laki-laki di luar marga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembatalan akta..., Rony Fauzi, FH UI, Aditya Bakti, 2001), hlm Ibid., hlm
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk individu mempunyai berbagai macam kebutuhan dalam hidupnya dimana kebutuhan tersebut kadangkala bertentangan dengan kebutuhan dimana
Lebih terperinciSUATU TINJAUAN TERHADAP PEMBUKTIAN DALAM UNDANG UNDANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DR. WEMPIE JH. KUMENDONG, SH, MH NIP. :
KARYA ILMIAH SUATU TINJAUAN TERHADAP PEMBUKTIAN DALAM UNDANG UNDANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI O L E H : DR. WEMPIE JH. KUMENDONG, SH, MH NIP. : 19580724 1987031003 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perkawinan Adat 1. Pengertian Perkawinan Perkawinan merupakan salah satu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Sebab perkawinan itu tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKATAN ANAK. A. Pengertian Anak Angkat dan Pengangkatan Anak
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKATAN ANAK A. Pengertian Anak Angkat dan Pengangkatan Anak Dalam kamus umum bahasa Indonesia mengartikan anak angkat adalah anak orang lain yang diambil (dipelihara)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi membawa dampak yang signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah membawa kontribusi yang begitu domain
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM
TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM Oleh : Abdul Hariss ABSTRAK Keturunan atau Seorang anak yang masih di bawah umur
Lebih terperinciHUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN
HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN Hukum adat kekerabatan adalah hukum adat yang mengatur tentang bagaimana kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orangtua dan sebaliknya
Lebih terperinciKEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI
KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Fakultas Hukum Oleh: MONA
Lebih terperinciLex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016
KAJIAN YURIDIS TENTANG PERKAWINAN YANG BELUM MEMENUHI SYARAT PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 1 Oleh: Billy Bidara 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. pratima di Bali, dan hasil wawancara yang diperoleh penulis dari para
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian mengenai tindak pidana pencurian pratima di Bali, dan hasil wawancara yang diperoleh penulis dari para narasumber maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Majelis Hakim menggunakan putusan peradilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan masalah kepengurusan dan kelanjutan hak-hak serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia pada suatu saat pasti akan meninggal dunia. Dengan meninggalnya seseorang, maka akan menimbulkan suatu akibat hukum yang berkaitan dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat
Lebih terperinciUTHI CHAFIDZAH NAFSIKA C
0 TINJAUAN HUKUM AGRARIA NASIONAL TERHADAP PELAKSANAAN SEWA-MENYEWA TANAH KAS DI DESA SRIBIT KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna
Lebih terperinciPERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA. Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT
PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT Mixed marriage according to Nomor.1 Act of 1974 on Marriage is a marriage between Indonesian citizens with a foreign citizen (Article 57).
Lebih terperinciTanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya
Pemahaman Progresif tentang Hak Perempuan atas Waris, Kepemilikan Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Beberapa Istilah Penting terkait dengan Hak Perempuan atas Waris dan Kepemilikan Tanah: Ahli
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku
DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku Al-Qur an dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur an, Asy-Syifa, Semarang, 1992. A. Rahman I Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah (Syariah),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak pernah lepas dari interaksi dengan sesama. Bahkan
Lebih terperinciHAK ASASI MANUSIA. by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN
HAK ASASI MANUSIA by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN HAK ASASI : - BENAR - MILIK /KEPUNYAAN - KEWENANGAN - KEKUASAAN UNTUK BERBUAT SESUATU : -
Lebih terperinciKUMPULAN SOAL-SOAL UTS HUKUM ADAT
KUMPULAN SOAL-SOAL UTS HUKUM ADAT 1. Menurut pendapat anda, apa yang dimaksud dengan : a. Adat : aturan, norma dan hukum, kebiasaan yang lazim dalam kehidupan suatu masyarakat. Adat ini dijadikan acuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu ingin bergaul (zoon politicon) 1 bersama manusia lainya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia selalu ingin bergaul (zoon politicon) 1 bersama manusia lainya dalam pergaulan hidup bermasyarakat, dari sifat tersebut manusia dikenal sebagai mahluk
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015
AHLI WARIS PENGGANTI MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh : Patricia Diana Pangow 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kedudukan seseorang sebagai
Lebih terperinciSUATU TELAAH TENTANG KEBERADAAN ANAK SUMBANG DALAM MEWARIS DI LIHAT DARI ASPEK HUKUM ADAT. Oleh : H. Iman Hidayat, SH.MH
SUATU TELAAH TENTANG KEBERADAAN ANAK SUMBANG DALAM MEWARIS DI LIHAT DARI ASPEK HUKUM ADAT. Oleh : H. Iman Hidayat, SH.MH Abstrak Adat merupakan refleksi dari kepribadian dan salah satu refleksi dari jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum. Peristiwa hukum yang pasti dialami oleh manusia adalah kelahiran dan kematian. Sedangkan peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat sebagai suatu kumpulan orang yang mempunyai sifat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat sebagai suatu kumpulan orang yang mempunyai sifat dan watak yang masing masing berbeda, membutuhkan hukum untuk mengatur kehidupannya agar dapat
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU
IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (STUDI KASUS POLRESTA SURAKARTA) SKRIPSI
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan permasalahan serta hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Mata Kuliah Hukum Waris. Kode
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Mata Kuliah Hukum Waris Kode.. PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL 2015 1 TIM PENYUSUN NAMA 1. Haryo Budhiawan 2. Sukayadi 2 HALAMAN PENGESAHAN
Lebih terperinciBAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 2.1 Pengertian Perkawinan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa warga negara merupakan
Lebih terperinci