PEMATUHAN DAN PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP SOPAN SANTUN DALAM KOMIK RUSIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMATUHAN DAN PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP SOPAN SANTUN DALAM KOMIK RUSIA"

Transkripsi

1 PEMATUHAN DAN PELANGGAAN PINSIP KEJA SAMA DAN PINSIP SOPAN SANTUN DALAM KOMIK USIA Anggraini Dwi Juliani Putri, M. Nasir Latief Program Studi usia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Abstrak Penelitian ini membahas mengenai pematuhan dan pelanggaran dalam Prinsip Kerja Sama (Grice, 1975) dan Prinsip Sopan Santun (Leech, 1993) di dalam komik berbahasa usia. Kedua prinsip tersebut melihat bahwa manusia membutuhkan kerja sama dan kesantunan dalam komunikasi. Analisis dibantu dengan teori Perspektif Kalimat Fungsional (PKF) oleh Vilem Mathesius (1928) dan Krylova dan Khavronina (1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pematuhan Prinsip Kerja Sama lebih banyak terjadi dibandingkan pelanggaran sedangkan pematuhan dan pelanggaran Prinsip Sopan Santun memiliki kedudukan yang sama. Seluruh pematuhan dan pelanggaran lebih banyak terletak di rema. Compliances and Violations the Cooperative Principle and Politeness Principle in ussian Comics Abstract This research discusses about compliances and violations of Cooperative Principles (Grice, 1975) and Politeness Principles (Leech, 1993) in ussian Comics. Those two principles show that people needs cooperation and modesty in communication. The analysis is assisted with the theory of Functional Sentence Perspective (FSP) by Vilem Mathesius (1928) and Krylova and Khavronina (1988). The results of this thesis show that compliances of Cooperative Principle are more common than violations whereas compliances and violation of Politeness Principle has balance positions. All position of compliances and violations are more located at rheme. Keywords : The Cooperative Principles; The Politeness Principles; Functional Sentence Perspective; Comics; ussian Language Pendahuluan Manusia sebagai makhluk sosial, memiliki sifat sosialisasi yang tinggi sehingga tidak terlepas dari interaksi dengan orang lain. Interaksi yang dilakukan setiap manusia adalah komunikasi. Menurut Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996, dalam Wiryanto, 2006: 6) komunikasi adalah suatu proses di mana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran. Dalam setiap bentuk komunikasi setidaknya dua orang saling mengirimkan lambang-lambang yang memiliki makna tertentu. Lambang-lambang tersebut bisa bersifat verbal berupa kata-kata, atau bersifat nonverbal berupa ekspresi atau ungkapan

2 tertentu dan gerak tubuh (Johnson, 1981 dalam Supratiknya, 1995: 30). Proses komunikasi dalam bentuk verbal membutuhkan alat untuk mengucapkan kata-kata, yaitu bahasa. Harimurti Kridalaksana (2009) menyatakan bahwa bahasa ialah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (dalam Kushartanti, Yuwono, dan Lauder, 2009: 3). Dengan kata lain, bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa yang sudah disepakati sehingga antara penutur (yang menyampaikan pesan) dan petutur (penerima pesan) dapat mengerti satu sama lain. Agar peserta percakapan dapat berkomunikasi dengan baik, kedua belah pihak juga harus memahami konteks, sehingga pesan dapat disampaikan dengan baik dan penerima pesan dapat memahami isi pesan tersebut. Konteks, yaitu unsur di luar bahasa, dikaji dalam pragmatik (dalam Kushartanti, Yuwono, dan Lauder, 2009: 104). Jacob L. Mey (1993, dalam ahardi, 2005: 49) mendefinisikan pragmatik sebagai berikut. Pragmatics is the study of the conditions of human language uses as these are determined by the context of society. (Mey, 1993: 42) Dapat disimpulkan bahwa menurut Jacob L. Mey (1993), pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu (ahardi, 2005: 49). Pragmatik itu sendiri mengajarkan bagaimana bertutur yang baik sesuai dengan kaidah. Kaidah-kaidah ini di dalam pragmatik dikenal sebagai teori prinsip kerja sama (cooperative principles). Teori tersebut dikemukakan oleh H. Paul Grice pada tahun Grice (1975) mengungkapkan bahwa di dalam prinsip kerja sama, seorang pembicara harus mematuhi 4 maksim, yaitu maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim cara (maxim of manner). Menurut Kushartanti (2009), maksim merupakan prinsip yang harus ditaati oleh peserta pertuturan (yang melakukan percakapan) dalam berinteraksi dalam upaya melancarkan jalannya proses komunikasi yang dilakukan, baik secara tekstual maupun interpersonal (dalam Kushartanti, Yuwono, dan Lauder 2009: 106). Di dalam berkomunikasi juga membutuhkan adanya kesadaran akan bentuk sopan santun yang merupakan salah satu syarat agar interaksi sosial dapat terjalin dengan baik. Dalam ilmu pragmatik juga terdapat kaidah yang menuntun kesantunan dalam berkomunikasi. Geoffrey Leech (1993: ) mengemukakan bahwa kesantunan dalam berbahasa harus memperhatikan 6 maksim, yaitu maksim kearifan (tact maxim), maksim kedermawanan

3 (generosity maxim), maksim pujian (approbation maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim), maksim kesepakatan (agreement maxim), dan maksim simpati (sympathy maxim). Setiap manusia melakukan interaksi melalui komunikasi secara langsung dan tidak langsung. Komunikasi secara langsung dilakukan dengan lisan yaitu berupa percakapan atau tuturan (ujaran), sedangkan komunikasi tidak langsung yaitu non lisan, biasanya berupa media tulisan. Bahasa usia digunakan oleh negara usia dan beberapa negara lainnya untuk berkomunikasi secara lisan dan non lisan. Komunikasi non lisan dalam bahasa usia menggunakan aksara dalam bahasa usia. Salah satu bentuk komunikasi nonlisan adalah wacana tulis. Wacana tulis adalah hasil pengungkapan ide atau gagasan pembicara. Komik merupakan salah satu wacana tulis yang berisikan gambar-gambar dan teks-teks percakapan. McCloud (1993: 9) mendefinisikan komik sebagai gambar-gambar atau lambang-lambang yang tersusun dalam urutan tertentu, untuk menyampaikan informasi dan/atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya. Komik juga merupakan suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya komik dicetak dan diterbitkan di atas kertas dan dilengkapi dengan teks 1. Penulis menyimpulkan bahwa, komik merupakan suatu bentuk karya seni yang berupa media cetak yang berisi gambar-gambar tidak bergerak dan teks-teks yang mengandung unsur percakapan dan interaksi sehingga membentuk suatu cerita. Bonneff (1998: 8) menyatakan bahwa, komik memiliki kelebihan, karena cerita yang diungkapkan di dalamnya ditunjukkan melalui gambar. Apabila hanya dilihat dari percakapan atau dialog nya saja, komik tidak memiliki kelebihan karena skenario komik cenderung biasa-biasa saja. Gambar-gambar yang ditampilkan di dalam komik membawa pembaca berimajinasi ke dalam alam yang berbeda atau ke dalam lingkungan sosial yang belum pernah dimasuki oleh pembaca. Gambar-gambar mengantarkan pembaca pada berbagai realitas yang sulit dibayangkan, oleh karena itu gambar komik digambarkan sesederhana mungkin. Baik secara langsung maupun melalui tokoh-tokohnya, penulis menunjukkan pandangan dunianya. Penulis menempatkan tokoh-tokohnya di dalam situasi komunikasi, melalui perilaku verbal dalam bingkai (balon-balon dialog) yang berisi percakapan. Sarumpaet (1976: 44) menyatakan bahwa balon-balon dialog tercetak sebagai teks dalam ruang khusus diantara tokoh-tokoh yang bermula pada mulut si pembicara yang ada pada gambar. Setiap teks tersebut merupakan tuturan dari tokoh yang ada di dalam komik. Tuturan dapat berbentuk 1 Diunduh dari pada hari Kamis, 30 Januari 2014 pukul 17:43

4 seruan (interjeksi), tiruan bunyi-bunyi, atau kalimat yang berupa dialog atau monolog (bicara kepada diri sendiri atau batin). Komik juga berkembang di negara usia dan di negara lainnya. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan komik pendek berbahasa usia. Komik pendek biasanya berisi 1 sampai 8 halaman. Menurut Bonneff (1998: 9), terdapat beberapa jenis komik, yaitu komik lengkap dan komik bersambung. Komik bersambung biasanya komik yang dimuat dalam surat kabar dan komik lengkap yang berisi cerita lengkap dari awal hingga akhir cerita sehingga tidak menimbulkan kekaburan makna. Pada penelitian ini penulis ingin menganalisis wujud pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama dan prinsip sopan santun dalam bahasa usia dengan data dari komik berbahasa usia. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian mengenai pematuhan dan pelanggaran beberapa maksim dalam komik berbahasa usia. Tinjauan Teoritis Pragmatik Levinson (1983 dalam Supomo, 2010: ) mengemukakan beberapa pengertian pragmatik tetapi diambil tiga pengertian yang paling sesuai dengan analisis ini, yaitu sebagai berikut. (1) Pragmatik adalah kajian mengenai kemampuan pengguna bahasa untuk menyesuaikan kalimat dengan konteks sehingga kalimat itu patut diujarkan. (2) Pragmatik adalah kajian mengenai bagaimana bahasa dipakai untuk berkomunikasi. (3) Pragmatik adalah kajian komunikasi linguistik menurut prinsip-prinsip percakapan. Dari beberapa definisi di atas, Levinson (1983) memberikan batasan mengenai definisi pragmatik. Definisi pragmatik tersebut adalah studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya. Kridalaksana (dalam Kushartanti, Yuwono, dan Lauder, 2001: 7) mengatakan, pragmatik adalah syarat-syarat yang mengakibatkan serasi atau tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi atau aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan makna ujaran/tulisan. Dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu yang mengkaji pemakaian bahasa dalam berkomunikasi dengan konteks yang sesuai. Menurut beberapa definisi pragmatik di atas, komunikasi harus saling berhubungan dan sesuai dengan konteks. Agar ujaran pembicara relevan dengan situasi di dalam

5 percakapan, jelas dan mudah dipahami oleh pendengarnya terdapat kaidah-kaidah yang harus ditaati, yaitu prinsip kerja sama agar percakapan dapat berjalan lancar (Kushartanti 2009 dalam Kushartanti, Yuwono, dan Lauder, dkk, 2009: 106). Teori Perspektif Kalimat Fungsional Sebagai dasar operasional linguistik fungsional ini, Mathesius (1928, dalam Latief, 1990: 17 18) mengartikan bahasa sebagai sistem perangkat makna yang sarat ekspresi, yaitu suatu sistem tanda-tanda yang diwujudkan di dalam komunikasi nyata sebagai hasil menyeluruh dari segala kemungkinan yang tersedia bagi para anggota komunitas bahasa yang sama pada waktu dan tempat yang ditentukan untuk tujuan komunikasi melalui ujaran (speech), dan dapat diidentifikasikan dari perwujudan mereka di dalam ujaran-ujaran tertentu. Di dalam komunikasi, masih menurut Mathesius, bahwa alat-alat leksikal dan gramatikal bahasa tidak bebas berdiri sendiri, tetapi saling terikat dan menjalankan fungsi-fungsi tertentu yang ditentukan oleh pemakai bahasa pada saat dituturkan. Dalam kaitannya dengan persyaratan konteks dan situasi, unit-unit leksikal tersebut mendapat makna-makna tertentu, sedangkan kalimat yang secara gramatikal terdiri atas subjek dan predikat, dibagi menjadi tema dan rema. Fungsi-fungsi tersebut selanjutnya membentuk suatu pola tersusun yang memperlihatkan suatu organisasi kontekstual (contextual organization). Model telaah yang diajukan oleh Mathesius ini selanjutnya dikenal sebagai Analisis Fungsional Tuturan, atau lebih populer dengan istilah Perspektif Kalimat Fungsional (PKF). Dari sudut pandang PKF, kalimat diartikan sebagai ujaran komunikatif elementer yang dipergunakan oleh pembicara atau penulis bereaksi terhadap kenyataan, baik konkret maupun abstrak, yang ditampilkan dalam pola kalimat dari bahasa yang diinginkan dan yang secara subjektif, yaitu dari sisi pandang pembicara atau penulis, dianggap lengkap (Mathesius 1929, dalam Latief, 1990: 21-22). Untuk hal tersebut, setiap kalimat dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, yaitu bagian ujaran yang membawa informasi baru dan berisi tentang apa yang ditegaskan oleh kalimat. Bagian ini disebut dengan rema, atau menurut istilah sebelumnya dikenal sebagai predikat psikologis untuk membedakannya dengan predikat gramatikal. Bagian kedua dari kalimat itu berisi pokok ujaran yang disebut tema, atau subjek psikologis menurut istilah lama. Tema merujuk pada kenyataan atau fakta-fakta yang sudah diketahui dari konteks sebelumnya, atau pada fakta-fakta yang kebenarannya dianggap benar, sehingga tidak

6 menambah informasi yang diberikan oleh kalimat tersebut dan dijadikan titik tolak pembicara atau penulis (Mathesius 1961 dalam Latief 1990: 24-25). Krylova dan Khavronina (1988: 11) menjelaskan bahwa susunan kata bergantung pada tujuan si pembicara dan informasi yang hendak dinyatakan dalam ungkapannya. Sebagai contoh, tujuan pembicara adalah untuk mengatakan siapa penulis novel War and Peace (Perang dan Damai). Kalimat yang sesuai dengan tujuan pembicara tersebut akan terbentuk seperti ini: Автор романа «Война и мир» Лев толстой /Avtor romana «Vojna i mir» Lev Tolstoj/ (Penulis novel Perang dan Damai adalah Leo Tolstoy). PKF merujuk kepada tujuan si pembicara, yaitu, tema nya menunjukkan subjek dari pesan tersebut (Автор романа «Война и мир»), dan rema nya merujuk kepada informasi baru dimana informasi tersebut merupakan informasi penting dari si pembicara, yaitu si pembicara ingin mengungkapkan siapa penulis novel War and Peace, rema nya Лев толстой /Lev Tolstoj/ (Leo Tolstoy). Perubahan tujuan dari sebuah ungkapan pasti akan berpengaruh kepada PKF. Sebagai contoh, tujuan pembicara adalah untuk mengungkapkan sesuatu tentang seseorang, tentang salah satu ciri khas dirinya. Kalimat yang mengandung sebuah informasi akan berbeda susunannya dari sebelumnya, yaitu seperti ini: Лев толстой aвтор романа «Война и мир» /Lev Tolstoj avtor romana «Vojna i Mir»/ (Leo Tolstoy adalah penulis novel Perang dan Damai). Dalam kasus ini, tema nya adalah orang yang tidak asing berupa subjek dari pesannya yaitu, Лев толстой /Lev Tolstoj/ (Leo Tolstoy) dan rema memberikan informasi tentang dia yaitu, aвтор романа «Война и мир» /avtor romana «Vojna i Mir» (Krylova dan Khavronina,1988: 11 12). Dapat disimpulkan bahwa susunan kata yang berbeda, dapat memberikan informasi yang berbeda pula, sesuai dengan tujuan si pembicara. Untuk membentuk sebuah kalimat dan menyusun kata dengan tepat perlu dibedakan yang mana tema dan yang mana rema. Pertanyaan yang mempunyai hipotesis dijawab dengan memberikan kalimat bantu untuk mencari tema dan rema, untuk mencari kalimat perspektif fungsional. Krylova dan Khavronina (1988) memberikan contoh-contoh percakapan yang berupa tanya jawab sebagai berikut. Кто идёт нам навстречу? /kto idёt nam navstreču?/ Siapa yang berjalan menuju ke arah kami? Нам навстречу идёт Анна. /nam navstreču idёt Anna./ T Yang berjalan ke arah kami adalah Anna.

7 Berdasarkan contoh kalimat tanya jawab di atas, dapat dilihat bagian informasi yang terdapat dalam kalimat pertanyaan adalah fakta umum, karena itu kata yang diulang dalam kalimat jawaban akan merepresentasikan tema, dan sisa nya adalah rema. espon dalam sebuah dialog biasanya merepresentasikan hanya remanya saja karena temanya sudah disebutkan di dalam pertanyaan, oleh karena itu bisa diletakkan di jawaban (Krylova dan Khavronina, 1988: 13). Dari sudut PKF, fungsi formal difungsikan sebagai penjamin kegramatikalan pengungkapan pembicara atau penulis terhadap realitas luar bahasa, yaitu melalui kalimat dari bahasa yang diinginkan. Sedangkan fungsi dari fungsional yaitu, bertugas menyesuaikan fungsi-fungsi formal tersebut untuk keperluan sesaat, yaitu keperluan di dalam menyampaikan reaksi terhadap realitas luar bahasa. Dengan demikian, hubungan tema rema dengan subjek predikat menjadi jelas. Tema tidak harus selalu sama dengan subjek gramatikal, demikian halnya antara rema dengan predikat gramatikal. Keduanya, menurut konsep yang diajukan Daneš (1966 dalam Vachek dan Duskova 1983: ), memiliki tingkatan yang berbeda di dalam sintaksis. Subjek Predikat berada pada tingkat struktur gramatikal kalimat, sedangkan Tema ema berada pada tingkat organisasi ujaran. Pada tingkat organisasi ujaran inilah fungsi struktur-struktur leksiko-gramatikal dapat dipahami di dalam komunikasi nyata. Dengan kata lain, melalui ujaran yang dihasilkan tersebut strukturstruktur leksiko-gramatikal yang memiliki sifat tetap tersebut difungsikan untuk keperluan pengungkapan pembicara atau penulis. Dari pemaparan PKF di atas, tema merupakan suatu informasi yang sudah diketahui bersama berdasarkan fakta-fakta yang ada, sedangkan rema adalah suatu informasi baru. Hal lain yang harus diperhatikan juga adalah konteks dan situasi merupakan hal yang tidak terpisahkan dari suatu tindak komunikasi bahasa. Oleh karenanya, melalui PKF ini diharapkan akan mampu menjelaskan PK dan PS di dalam ujaran dari korpus data yang akan dianalis. Teori Prinsip Kerja Sama Grice (1975) Prinsip kerja sama (Cooperative Principles) disingkat PK, dinyatakan oleh Paul Grice (1975). Menurut prinsip kooperatif Grice (1975), ketika kita berkomunikasi kita mencoba kooperatif atau bekerja sama dengan para peserta komunikasi, yang dimaksud bekerja sama ialah para peserta percakapan tidak saling memberikan informasi yang membingungkan,

8 menipu, atau memberi informasi yang tidak relevan (dalam Yule, 1996: 35). Ada 4 maxim yang diusulkan oleh Grice (1975), yang disebutnya super maxim, yang harus diperhatikan oleh pembicara agar pembicara atau ungkapannya efektif dan efisien (dalam Grundy 1995 dalam Ihsan, 2011: 96). (1) Maksim Kuantitas (Maxim of Quantity) Dalam maksim kuantitas, peserta tutur diharapkan memberikan kontribusi yang cukup dan tidak berlebihan dalam komunikasi. Maksim ini terdiri atas dua submaksim, yaitu: 1. Buatlah kontribusi Anda seinformatif mungkin. 2. Jangan membuat kontribusi Anda melebihi dari apa yang diperlukan. (2) Maksim Kualitas (Maxim of Quality) Dalam maksim kualitas, peserta tutur diharapkan memberikan kontribusi yang benar. Maksim ini membawahi dua submaksim, yaitu: 1. Jangan mengatakan suatu yang Anda yakini bahwa itu tidak benar. 2. Jangan mengatakan suatu yang bukti kebenarannya kurang meyakinkan. (3) Maksim elevansi (Maxim of elation) Dalam maksim relevansi, setiap peserta percakapan diharapkan mampu memberikan kontribusi yang relevan dengan situasi pembicaraan. Usahakan agar perkataan ada relevansinya. Dalam maksim ini hanya ada satu submaksim yaitu be relevant (harus relevan) peserta tutur diharapkan melakukan kontribusi relevan sesuai topik-topik yang sedang dibicarakan. (4) Maksim Cara (Maxim of Manner) Maksim cara berhubungan dengan bagaimana cara peserta tutur menyampaikan hal yang ingin dia katakan. Maksim ini diikuti oleh empat submaksim, yaitu: 1. Hindarilah pernyataan-pernyataan yang samar. 2. Hindarilah ketaksaan. 3. Usahakan agar ringkas (hindarilah pernyataan-pernyataan yang panjang lebar dan bertele-tele) 4. Usahakan agar Anda berbicara dengan teratur (Grice 1975 dalam Cole, 1975: 45 46). Keith Allan (2009) memberikan penjelasan terhadap maksim-maksim tersebut dengan ilustrasi sebagai berikut. A: Do you know where I can buy some petrol? Apakah Anda tahu dimana saya bisa membeli bensin? B: You can buy petrol at the garage right around the corner.

9 Anda bisa membeli bensin di bengkel tepat di sekitar sudut jalan. Dari contoh di atas, dapat diasumsikan bahwa B berpengetahuan luas dan A menemukan bengkel dengan tepat berdasarkan petunjuk dari B. Dalam kasus tersebut, terlihat bahwa respon B terhadap pertanyaan yang diajukan oleh A, telah mengikuti aturan maksim-maksim dengan baik. Ia memberikan informasi dengan jumlah yang tepat (quantity), B juga mendapatkan informasi yang dibutuhkan (quality), informasinya juga berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan oleh A (relevance), dan cara penyampaian informasinya efektif dan efisien sehingga mudah dimengerti (manner) tetapi Grice menyadari bahwa orang-orang tidak selalu mengikuti maksim-maksim tersebut ketika mereka berkomunikasi. Lawan bicara bisa saja melanggar aturan maksim-maksim dengan berbagai alasan seperti, kebiasaan dan ketidaksengajaan (Allan, 2009 : 169). Teori Prinsip Sopan Santun Leech (1993) Teori kedua yang mendukung analisis penulisan ini adalah teori prinsip sopan santun (politeness principle) yang dikemukakan oleh Geoffrey Leech (1993). Leech (1993) beranggapan bahwa maksim-maksim yang telah dikemukakan oleh H. P. Grice (1975) belum cukup untuk memenuhi kaidah dalam bertutur. Menurut Leech (1993, ), PK yang dikemukakan oleh Grice (1975), tidak dapat menjelaskan mengapa manusia sering menggunakan cara yang tidak langsung dalam menyampaikan apa yang dimaksud. Grice (1975) hanya melihat dari sudut pandang kebenaran dalam setiap ujaran. Oleh karena itu, Leech (1993) menambahkan prinsip sopan santun dalam kaidah pertuturan (perbuatan atau suatu tuturan, ucapan, atau perkataan) tetapi prinsip sopan santun tidak bisa dikatakan hanya sebagai tambahan, melainkan suatu aturan yang harus diterapkan dalam setiap percakapan atau pertuturan. Dalam hal ini, Leech (1993) memberikan kaidah-kaidah yang bisa digunakan di dalam setiap percakapan. Leech (1993, ) mengemukakan bahwa terdapat enam maksim yang mengatur kesantunan dalam berbahasa. Maksim tersebut disebut sebagai Maksim Sopan Santun. Untuk melihat maksim sopan santun ada dua konsep yang harus dipahami, yaitu self and others. Self merupakan pemberi informasi dan others merupakan penerima informasi. Adapun keenam maksim tersebut adalah sebagai berikut. (1) Maksim Kearifan (Tact Maxim) Gagasan dasar maksim ini dalam prinsip sopan santun adalah bahwa para peserta percakapan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur.

10 Dengan kata lain, menurut maksim ini, kesantunan dalam bertutur dapat dilakukan apabila maksim kearifan dilaksanakan dengan baik (dalam ahardi, 2005: 60). Sebagai pemerjelas atas pelaksanaan maksim kearifan ini dalam komunikasi yang sesungguhnya dapat dilihat pada contoh ujaran berikut ini. Tuan umah : Silakan makan saja dulu, Nak! Tadi kami semua sudah mendahului. Tamu : Wah, saya jadi tidak enak, Bu. Informasi indeksal: Dituturkan oleh seorang Ibu kepada seorang anak muda yang sedang bertamu di rumah Ibu tersebut. Pada saat itu, ia harus berada di rumah Ibu tersebut sampai malam karena hujan sangat deras dan tidak segera reda (ahardi, 2005: 60). Di dalam tuturan di atas tampak dengan sangat jelas bahwa apa yang dituturkan si Tuan umah sungguh memaksimalkan keuntungan bagi Tamu. Tuturan itu disampaikan dengan maksud agar tamu merasa bebas dan dengan senang hati menikmati hidangan yang disajikan itu tanpa ada perasaan tidak enak sedikit pun (ahardi, 2005: 60 61). Pada intinya, Leech merumuskan maksim ini dengan pernyataan bahwa buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin dan buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin (Leech, 1993: 206). (2) Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim) Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Ilustrasinya adalah sebagai berikut. 1. You can lend me your car. (tidak santun) Kamu dapat meminjamkan mobilmu pada saya. 2. I can lend you my car. Aku dapat meminjamkan mobilku kepadamu. (Leech, 1993: 209) Kalimat nomor 1 dianggap tidak santun karena penutur (orang yang mengucapkan) dianggap merugikan orang lain bukan mengurangi kerugian diri sendiri. Sedangkan kalimat nomor 2 dianggap santun karena kalimat itu menyiratkan keuntungan kepada pihak yang dituturkan (lawan bicara) dan mengurangi keuntungan kepada diri sendiri. Dengan tuturan-tuturan seperti kalimat nomor 2, penutur memberi kesan seakan-akan tidak dirugikan sama sekali. Oleh karena itu, cukup santun pula bagi mitra tutur untuk menerima tawaran tersebut. (3) Maksim Pujian (Approbation Maxim) Ejeklah orang lain sesedikit mungkin dan pujilah orang lain sebanyak mungkin. Maksim pujian bisa diberi nama lain yang kurang baik, yakni, Maksim ayuan tetapi istilah

11 rayuan biasanya digunakan untuk pujian yang tidak tulus. Pada maksim ini, aspek negatifnya yang lebih penting, yaitu jangan mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan mengenai orang lain. Aspek positifnya adalah sebaliknya, yaitu mengatakan hal-hal yang menyenangkan mengenai orang lain. Karena itu, menurut maksim ini, sebuah pujian seperti What a marvellous meal you cooked! (Masakanmu enak sekali) sangat dihargai, sedangkan ucapan seperti What an owful meal you cooked! (Masakanmu sama sekali tidak enak!) tidak akan dihargai (Leech, 1993: ). (4) Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim) Pujilah diri sendiri sesedikit mungkin dan kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin. Leech memberikan ilustrasi sebagai berikut. 1. A: They were so kind to us. Mereka baik sekali terhadap kita. B: Yes, they were, were nt they. Ya, betul. 2. A: You were so kind to us. Anda baik sekali terhadap saya. B: Yes, I was, wasn t it I. Ya, betul. 3. How stupid of me Bodoh sekali saya! Kalimat nomor 1 menunjukkan bahwa memang sopan kalau kita sependapat dengan pujian orang lain, kecuali kalau pujian itu ditujukan kepada diri kita sendiri. Begitu pula kalimat nomor 3 menunjukkan bahwa mengecam (mencela) diri sendiri dianggap baik, juga kalau untuk tujuan melucu kecaman itu dilebih-lebihkan. Dapat dilihat pada kalimat nomor 2 bahwa melanggar maksim kerendahan hati berarti membual, dan ini merupakan suatu pelanggaran sosial (Leech, 1993: ). (5) Maksim Kesepakatan (Agreement Maxim) Usahakan agar ketaksepakatan antara diri sendiri dan orang lain terjadi sesedikit mungkin dan kesepakatan antara diri dengan lain terjadi sebanyak mungkin. Di dalam maksim ini, ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan di dalam kegiatan bertutur. Apabila terdapat kesepakatan atau kecocokan antara peserta percakapan dalam kegiatan bertutur, masing-masing dari mereka akan dapat dikatakan bersikap santun (ahardi, 2005: 64). Hal ini berarti semua peserta percakapan setuju untuk berpendapat

12 atau bertindak yang sama. Leech (1993: 212) memberikan contoh pelanggaran maksim kesepakatan dalam ilustrasi berikut. A: B, these picture are good, right? B, lukisan-lukisannya bagus, ya? B: Oh, no, all are bad. Oh, tidak, semuanya jelek. Sebaiknya B tidak menjawab demikian karena hal ini berarti ia justru memperbesar ketidaksetujuan pendapatnya dengan mitra tutur, yakni A. Seharusnya B menjawab dengan That s right, but some aren t so good (Ya, tetapi ada beberapa yang tidak begitu bagus). Dengan demikian, ia sudah memperkecil ketidaksetujuan antara dirinya dengan mitra tutur. (6) Maksim Simpati (Sympathy Maxim) Kurangilah rasa antipati antara diri sendiri dengan orang lain hingga sekecil mungkin dan tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri sendiri dan orang lain. Di dalam maksim ini, diharapkan agar para peserta percakapan dapat memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak lainnya. Sikap antipati terhadap salah seorang peserta percakapan akan dianggap sebagai tindakan tidak santun. Misalnya, penutur tentu tidak akan berkata kepada petutur I m happy that you didn t pass the exam (Aku senang kamu tidak lulus ujian), tetapi penutur akan berkata I take a pity on hearing you can t take the next lesson (Aku ikut prihatin mendengar kamu tidak dapat mengambil pelajaran berikut nya). Jawaban ini lebih santun karena penutur merasa prihatin akan kerugian petutur. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Menurut Suriasumantri (1985 dalam idwan, 2002: 68), metode deskriptif analitis merupakan metode yang berusaha meneliti gagasan atau pemikiran manusia yang telah tertuang dalam bentuk naskah primer maupun naskah sekunder dengan melakukan studi kritis terhadapnya, dengan cara mengumpulkan data-data yang ada mengenai informasi yang dicari yang berasal dari tulisan maupun artikel atau karya ilmiah. Tahapan yang dilakukan dengan menggunakan metode tersebut yaitu, dimulai dengan pengumpulan data-data dari sumber data yang dipilih. Kemudian mengambil kutipan-kutipan percakapan yang mendukung analisis dan dianalisis menggunakan teori prinsip kerja sama

13 Paul Grice (1975) dan prinsip sopan santun Geoffrey Leech (1993) yang dilihat dari teori perspektif kalimat fungsional Vilem Mathesius (1928 dalam Vachek dan Duskova 1983; dan Krylova dan Khavronina 1988) dan teori implikatur percakapan Levinson (1983 dalam Nababan 1987). Pada tahap akhir, penulis menyimpulkan analisis tersebut. Penulis juga menggunakan metode kepustakaan yang dilakukan dengan membaca sumber-sumber pustaka yang berhubungan dengan penulisan ini. Penulis memakai buku-buku referensi, sumbersumber yang diunduh dari internet dan literatur lainnya. Dalam penelitian ini, korpus data yang dianalisis adalah tiga komik pendek berbahasa usia dengan tema dan judul yang berbeda-beda yang diambil dari laman yang diunduh pada tanggal 20 Februari 2014, pukul WIB. Ketiga komik tersebut berjudul Кража в Музее /kraža v muzee/ Pencurian di Museum, Панама /panama/ Topi, dan Темное Дело /temnoe delo/ Bisnis Gelap. Pembahasan Di dalam 3 komik berbahasa usia yang berjudul Кража в Музее /kraža v muzee/ Pencurian di Museum, Панама /panama/ Topi, dan Темное Дело /temnoe delo/ Bisnis Gelap terdapat beberapa percakapan yang telah dibagi menjadi 24 bagian percakapan. Masing-masing komik dibagi menjadi 8 bagian percakapan. Setiap bagian percakapan dianalisis menggunakan teori Perspektif Kalimat Fungsional (PKF) oleh Vilém Mathesius (1928) dan Krylova dan Khavronina (1988) yang akan membagi setiap tuturan menjadi tema dan rema berdasarkan tujuan tuturan. Selanjutnya penulis akan menganalisis pematuhan dan pelanggaran Prinsip Kerja Sama (PK) dan Prinsip Sopan Santun (PS) yang terlihat dari tema dan rema tersebut. Dalam naskah ringkas ini hanya ditampilkan 3 contoh pembahasan dari percakapan masing-masing judul komik berbahasa usia. Contoh pembahasan percakapan yang akan ditampilkan adalah yang mewakili analisis dari keseluruhan teori yaitu teori PKF, teori PK, dan teori PS, baik pelanggaran PK atau PS maupun pematuhan PK atau PS. Berikut contoh pembahasan dari masing-masing komik. (1) Komik Кража в Музее /kraža v muzee/ Pencurian di Museum Mayor Pronin: Есть такая же пустая бутылка? /est takaja že pustaja butylka?/ Ada botol kosong yang sama?

14 Direktur: Сейчас в запаснике посмотрим. Вот. /sejčas v zapasnike posmotrim. vot/ Mari kita lihat sekarang di ruang penyimpanan. Ini. Есть такая же пустая бутылка? Tuturan di atas merupakan rema, karena tuturan di atas merupakan pertanyaan yang mengharap informasi baru dengan menanyakan hal yang belum diketahui sama sekali. Pertanyaan tersebut bertujuan menanyakan ketidakpastian tentang fakta yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam konteksnya, Mayor Pronin belum mengetahui apakah ada botol yang sama seperti yang telah dicuri atau tidak dan ingin memastikan ada atau tidaknya dengan menanyakan hal tersebut kepada Direktur. Сейчас в запаснике посмотрим. Tuturan di atas merupakan rema karena kalimat tersebut merupakan informasi baru untuk Mayor Pronin bahwa Direktur mengajak Майор Пронин /Major Pronin/ untuk melihatnya terlebih dahulu di tempat penyimpanan apakah ada botol yang sama atau tidak. Dalam percakapan ini terdapat pematuhan PK dalam maksim relevansi. Pematuhan PK dalam percakapan ini terletak di rema. Pematuhan maksim relevansi tersebut dapat terlihat dari jawaban Direktur yang relevan dengan pertanyaan yang dituturkan oleh Mayor Pronin. Dalam konteks dan situasinya, Direktur belum tahu pasti apakah ada botol yang sama dengan botol yang telah dicuri, namun Direktur menjawab bahwa mereka akan melihat terlebih dahulu di ruang penyimpanan untuk memastikan apakah ada atau tidak botol tersebut, sehingga tuturan Direktur dapat dikatakan relevan dengan situasi pembicaraan. Dalam percakapan ini juga terdapat pematuhan PS dalam maksim kesepakatan. Pematuhan PS dalam percakapan ini terletak di rema. Pematuhan maksim kesepakatan tersebut dapat terlihat dari jawaban Direktur terutama pada kata посмотрим /posmotrim/ lihat. Kedua peserta percakapan berjalan menuju ke ruangan untuk memeriksa apakah ada botol yang sama atau tidak. Hal tersebut yang menunjukkan adanya kesepakatan antara Mayor Pronin dan Direktur, yaitu mereka berjalan bersama-sama ke ruangan untuk memeriksa botol yang diminta oleh Mayor Pronin, berarti dalam hal ini Mayor Pronin menyepakati bahwa ia dan Direktur akan melihatnya bersama-sama. (2) Komik Панама /panama/ Topi

15 Volk: Торгуешь? Ну-ну, торгуй, торгуй. Вечером приду тебе уши стричь. Понял? /torgueš? nu-nu, torguj, torguj. večerom pridu tebe uši strič. ponjal?/ Kamu ingin berdagang? Baik, baik, berdagang lah. Di sore hari, aku akan datang untuk memotong telingamu. Mengerti? Kosoj: Волк, да ведь я... /volk, da ved ja.../ Serigala, ya setelah itu saya... Volk: И каждый вечер будешь отстёгивать, а то съем. /i každyj budeš otstёgivat, a to s em./ Dan setiap sore, kamu akan membukanya dan aku akan memakannya. Торгуешь? Ну-ну, торгуй, торгуй. Kalimat торгуешь? /torgueš?/ merupakan rema, karena kalimat tersebut merupakan pertanyaan yang dituturkan oleh Volk dengan tujuan menanyakan keraguan dan ketidakpastian tentang fakta yang sudah diketahui. Dalam konteksnya, Volk bertanya kepada Kosoj apakah ia ingin berdagang. Kalimat tersebut akan membawa informasi baru sehingga dikatakan rema. Begitupun kalimat kedua tuturan di atas juga merupakan rema, karena Volk memberi informasi baru kepada Kosoj bahwa Volk mempersilahkan Kosoj berdagang di sana. Вечером приду тебе уши стричь. Понял? Kedua kalimat tuturan di atas merupakan rema. Kalimat pertama tuturan di atas dikatakan rema, karena merupakan informasi baru yang disampaikan oleh Volk kepada Kosoj. Dalam konteks dan situasinya, Volk memberitahu bahwa di sore hari dia akan datang untuk memotong telinga Kosoj. Informasi tersebut belum diketahui oleh Kosoj sebelumnya. Begitupun kalimat Понял? /ponjal?/ juga merupakan rema, karena kalimat tersebut yang akan membawa informasi baru. Kalimat tersebut merupakan pertanyaan yang bertujuan untuk menanyakan ketidakpastian tentang fakta yang sudah diketahui. Dalam konteksnya, Volk bertanya kepada Kosoj apakah Kosoj mengerti apa yang telah ia sampaikan sebelumnya. Волк, да ведь я... T Tuturan di atas merupakan tema, karena tuturan tersebut merujuk pada konteks yang sebelumnya, yaitu tuturan Volk. Tuturan di atas juga bukan suatu informasi yang bersifat baru

16 yang ingin disampaikan. Dalam konteksnya, Kosoj sudah tau apa maksud tuturan Volk, kemudian Kosoj menanggapi dengan tuturan di atas. И каждый вечер будешь отстёгивать, а то съем. Tuturan di atas merupakan rema, karena masih berkaitan dengan tuturan Volk sebelumnya yang merupakan informasi baru untuk Kosoj selaku petutur bahwa Volk akan datang setiap sore untuk memeras uang Kosoj. Dalam percakapan ini terdapat Pelanggaran PK dalam maksim cara terlihat dari tuturan Volk и каждый вечер будешь отстёгивать, а то съем /i každyj budeš otstёgivat, a to s em/ (dan setiap sore, kamu akan membukanya dan aku akan memakannya). Kalimat tersebut menunjukkan bahwa Volk akan memeras Kosoj. Volk bermaksud memberi informasi kepada Kosoj bahwa ia akan datang untuk memeras uang. Dalam situasinya, Volk menyampaikan maksudnya secara tidak langsung sehingga hal tersebut dikatakan melanggar maksim cara. Pelanggaran ini juga terletak di rema. Dalam percakapan ini juga terdapat pematuhan PK dalam maksim relevansi. Terlihat dari tuturan Kosoj yang menjawab dengan kata да /da/ (iya), atas pertanyaan Volk торгуешь? /torgueš?/ (kamu ingin berdagang?). Hal tersebut memiliki relevansi sehingga dikatakan mematuhi maksim relevansi. Pematuhan tersebut terletak pada rema. Dalam percakapan ini juga terdapat pelanggaran PS dalam maksim kearifan. Pelanggaran tersebut terletak di rema. Pelanggaran maksim kearifan terlihat dari tuturan Volk вечером приду тебе уши стричь /večerom pridu tebe uši strič / (di sore hari, aku akan datang untuk memotong telingamu) dan и каждый вечер будешь отстёгивать, а то съем /i každyj budeš otstёgivat, a to s em/ (dan setiap sore, kamu akan membukanya dan aku akan memakannya). Dalam konteks dan situasinya, Volk ingin memeras uang Kosoj dengan ancaman apabila Kosoj tidak bisa memberikan uangnya, Volk akan memakan Kosoj. Kata makan bisa diartikan dua hal yaitu, mengambil hasil pemerasan dan ancaman memakan Kosoj. Hal tersebut tentu saja memberikan kerugian kepada Kosoj dan membuat keuntungan kepada Volk. (3) Komik Темное Дело /temnoe delo/ Bisnis Gelap A: Эй, кореша, опять Данхил-сити деньги повезли... /ėj, koreša, opjat danxil-siti den gi povezli.../ Hei, kawan, mereka membawa uang lagi dari kota Dunhill...

17 Sam: Было бы там денег по-больше, а фараонов поменьше можно было рискнуть. /bylo by tam deneg po-bol še, a faraonov pomen še možno bylo risknut./ Sepertinya lebih banyak uang di sana dan para orang kaya tidak mau mengambil resiko. Johnny: Пошли к гадалке Чумахе. Ей так верила моя бедная мама... /pošli k gadalke Čumaxe. ėj tak verila moja bednaja mama.../ Pergi ke peramal Chumakhe. Ibuku yang miskin mempercayainya... Эй, кореша, опять Данхил-сити деньги повезли. T Kata Эй, кореша /ėj, koreša/ pada tuturan di atas merupakan tema, karena kata tersebut merupakaan kata sapaan dan peserta percakapan sudah sama-sama tahu bahwa konteksnya kata tersebut merujuk kepada lawan bicaranya, yaitu Sam dan Johnny. Sedangkan kata-kata опять Данхил-сити деньги повезли /opjat danxil-siti den gi povezli/ merupakan rema, karena kata-kata tersebut yang membawa informasi baru. Было бы там денег по-больше, а фараонов поменьше можно было рискнуть. Tuturan di atas merupakan rema, karena tuturan tersebut mengutarakan pendapat Sam bahwa sepertinya lebih banyak uang di kereta tersebut, sehingga tuturan tersebut merupakan informasi baru. Пошли к гадалке Чумахе. Ей так верила моя бедная мама. Kedua kalimat tuturan di atas juga merupakan rema, karena tuturan tersebut merupakan informasi baru yang dituturkan oleh Johnny kepada kedua temannya. Di dalam percakapan ini, terdapat pematuhan PK dalam maksim relevansi. Terlihat dari tuturan Sam было бы там денег по-больше, а фараонов поменьше можно было рискнуть /bylo by tam deneg po-bol še, a faraonov pomen še možno bylo risknut / (sepertinya lebih banyak uang di sana dan para orang kaya tidak mau mengambil resiko) memiliki relevansi dengan tuturan A (teman Sam dan Johnny) yang menyatakan bahwa ada yang membawa uang dari kota Dunhill. elevansi nya terletak pada kata денег /deneg/ yang dituturkan oleh Sam dan деньги /den gi/ yang dituturkan oleh A memiliki arti yang sama, yaitu uang. Pematuhan tersebut terletak pada rema. Di dalam percakapan ini juga terdapat pelanggaran PK dalam maksim relevansi yang terlihat dari tuturan Johnny пошли к гадалке Чумахе, ей так верила моя бедная мама

18 /pošli k gadalke Čumaxe. ėj tak verila moja bednaja mama/ (pergi ke peramal Chumakhe, ibuku yang miskin mempercayainya). Tuturan tersebut dikatakan melanggar maksim relevansi karena tidak berhubungan langsung dengan percakapan yang sebelumnya. Walaupun maksud dari tuturan tersebut yaitu bahwa sebelum memutuskan untuk merampok atau tidak, Johnny mengajak ke peramal untuk menanyakan apakah mereka lebih baik merampok atau tidak. Pelanggaran tersebut terletak pada rema. Percakapan tersebut juga dikatakan mematuhi PS dalam maksim kesepakatan. Dalam konteksnya, Sam menyepakati tuturan temannya sebelumnya bahwa ada beberapa angkutan berisi uang yang lewat di depan mereka, kemudian Sam menjawab sepertinya lebih banyak uang di kota Dunhill. Hal tersebut menunjukkan bahwa Sam sepakat bahwa angkutan tersebut memang berisi uang, sehingga tuturan tersebut dikatakan mematuhi maksim kesepakatan. Pematuhan tersebut terletak pada rema. Dalam percakapan ini juga terdapat pematuhan maksim kerendahan hati yang dapat dilihat dari tuturan Johnny моя бедная мама /moja bednaja mama/ (ibuku yang miskin). Dalam hal ini, Johnny mengecam ibunya sendiri dengan mengatakan Ibuku yang miskin. Hal tersebut mematuhi maksim kerendahan hati karena dalam konteksnya, Johnny merendahkan dirinya sendiri dengan menyatakan bahwa ibunya miskin. Kesimpulan Setelah dilakukan analisis Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Sopan Santun dalam tiga komik berbahasa usia yang diunduh dari laman diketahui bahwa terdapat pematuhan dan pelanggaran maksim di dalam pertuturan yang ada dalam komik-komik tersebut. Analisis tersebut menunjukkan hasil sebagai berikut. (1) Pematuhan prinsip kerja sama (PK) meliputi semua maksim, yaitu maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim cara, dan maksim hubungan. Sedangkan pelanggaran PK hanya meliputi tiga maksim, yaitu maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Tidak ada pelanggaran PK dalam maksim kuantitas di dalam tiga komik berbahasa usia. Pematuhan PK lebih banyak terjadi dibandingkan pelanggaran. Pematuhan tersebut lebih banyak terjadi di dalam maksim relevansi. Pelanggaran PK yang dominan adalah maksim cara. (2) Pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama hampir seluruhnya terletak pada rema. (3) Pematuhan prinsip sopan santun (PS) hanya meliputi lima maksim, yaitu maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan

19 maksim simpati. Pelanggaran prinsip sopan santun juga meliputi lima maksim, yaitu maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, dan maksim simpati. Pematuhan dan pelanggaran PS memiliki kedudukan yang seimbang. Pematuhan PS yang paling sering terjadi yaitu dalam maksim simpati sedangkan pelanggaran yang paling sering terjadi yaitu dalam maksim kearifan. (4) Pematuhan dan pelanggaran prinsip sopan santun lebih dominan terletak di rema. Maksim relevansi yang dominan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang mengalir di dalam tiga cerita yang digunakan sebagai data sehingga ceritanya bisa dipahami oleh pembaca. Pelanggaran PK yang dominan adalah maksim cara menunjukkan bahwa pengungkapan tujuan oleh tokoh tidak dilakukan secara langsung. Untuk PS yang muncul di semua cerita adalah maksim pujian baik mematuhi maupun melanggar. Terlihat bahwa pelanggaran dan pematuhan lebih banyak berada pada rema baik dalam PK maupun dalam PS, yang ditunjukkan dengan tujuan informasi yang akan disampaikan, sehingga pelanggaran dan pematuhan maksim diindikasikan sebagai tuturan informasi yang bersifat baru. Dengan menempatkan pematuhan dan pelanggaran maksim di dalam rema dalam sebuah tuturan, penutur dapat dikatakan menyadari akan pematuhan dan pelanggaran maksim yang dilakukan dalam berkomunikasi sehingga sesuai dengan yang dikatakan oleh Paul Grice (1975) dan Geoffrey Leech (1993) bahwa setiap manusia membutuhkan landasan prinsip-prinsip dalam berkomunikasi dengan adanya konteks dan situasi yang dipahami oleh peserta pertuturan, agar tidak terjadi kesalahpahaman dan ketidaksantunan dalam penyampaian informasi dan berkomunikasi. Daftar eferensi Sumber Buku: A. Supratiknya Komunikasi Antar Pribadi: Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kanisius. Allan, Keith Concise Encyclopedia of Semantics. Oxford: Elsevier. Artini Supomo Analisis Pragmatik Tindak Tutur Kepala Negara Dalam Liputan Kasus Bank Century di SK Kompas dalam endro (Ed.) Beyond Borders: Communication Modernity & History: Communication esearch Conference Proceeding, The First LSP Communication esearch Conference Jakarta: STIKOM The London School of Public elations. Page Bambang Kaswanti Purwo Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius Barrentsent, A.A. dkk ussische Gramatika. Amsterdam: Universiteit van Amsterdam. Bonneff, Marcel Komik Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Diem Ihsan Pragmatik, Analisis Wacana, dan Guru Bahasa. Palembang: Universitas Sriwijaya.

20 Grice, Paul Logic and Conversation dalam Cole, Peter dan Jerry L. Morgan (Ed.). Syntax and Semantics Volume 3: Speech Act. New York: Academic Press. Krylova, V. dan S. Khavronina Word order in russian (2nd ed.). Moskow: ussky Yazyk Publishers. Kushartanti, Untung Y., Multamia. M. T. L., (Ed.) Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Leech, Geoffrey Prinsip-Prinsip Pragmatik (M.D.D Oka, Penerjemah.). Jakarta: UI Press. Levinson, Stephen. C Pragmatics. Great Britain: Cambridge University Press. McCloud, Scott Memahami Komik (S. Kinanti, Penerjemah.). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Nababan, Ilmu Pragmatk. Jakarta: Depdikbud.. Kunjana ahardi Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. idwan Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. iris K. Sarumpaet Bacaan Anak-Anak. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. Vachek, Josef & Libuse Duskova (Ed.) Praguiana Some Basic and Less Known Aspects of The Prague Linguistic School. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company. Wiryanto Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo. Yule, George Pragmatics. Ner York: Oxford University Press. Sumber ujukan Penerjemahan (Kamus): Berlitz Publishing ussian Compact Dictionary. Springfield. USA Promt Ltd. (2014). Online-Translator.Com/ Promt Free Online Tr anslator and Dictionary. Version 1.19 Digital Dictionary. Diunduh dari Xung Le. ussian English Dictionary & Translator Box/ Английский-Русский Словарь. Version Digital Dictionary. Diunduh dari Sumber Tesis dan Skripsi: Muhammad Nasir Latief Urutan Kata dan Perspektif Kalimat Fungsional dalam Bahasa usia. Tesis. Depok. Universitas Indonesia. Sumber Internet: Pengertian Komik. (n.d.). Januari 20, Sumber Data: Кража в Музее. (n.d.). Februari 20, Панама. (n.d.). Februari 20, Темное Дело (n.d.). Februari 20,

BAB 2 ACUAN TEORI. Kesopansantunan dapat dilihat dari berbagai segi dalam kehidupan sehari hari.

BAB 2 ACUAN TEORI. Kesopansantunan dapat dilihat dari berbagai segi dalam kehidupan sehari hari. BAB 2 ACUAN TEORI 2. 1 Kesantunan Berbahasa Kesopansantunan dapat dilihat dari berbagai segi dalam kehidupan sehari hari. Salah satunya adalah kesopansantunan dalam berkomunikasi atau biasa disebut kesantunan

Lebih terperinci

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu terpenuhi. Salah satunya adalah kesadaran terhadap bentuk sopan santun. Kesopansantunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung verianingtias@gmail.com Abstrak Penelitian ini mengkaji prinsip kerja sama pada sinetron

Lebih terperinci

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU 194 PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU Titje Puji Lestari, M.Pd. Dosen Bahasa Indonesia Universitas Dehasen Bengkulu titjepujilestari90@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara

BAB I PENDAHULUAN. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tentu sering melakukan percakapan. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara (speaker) dan seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang dirilis pada 10 Mei 2013, banyak pro dan kontra dalam pembuatanya, seperti yang dikutip oleh penulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) IMPLEMENTASI KESANTUNAN LEECH TERHADAP KEHIDUPAN BERMASYARAKAT (Suatu Strategi untuk Menciptakan Kerukunan Hidup Bermasyarakat yang Damai dan Harmonis) Nisa Afifah S111308007 Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama. Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama. Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Percakapan adalah sebuah bentuk komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk menyampaikan ide, pendapat, komentar, atau perasaannya. Sebagai makhluk

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO Oleh Yorista Indah Astari Nurlaksana Eko Rusminto Munaris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: yoristaindahastari@ymail.com

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR PERCAKAPAN, DAN KESANTUNAN ANTARA GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SEKOLAH MASTER ABSTRAK

PRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR PERCAKAPAN, DAN KESANTUNAN ANTARA GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SEKOLAH MASTER ABSTRAK PRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR PERCAKAPAN, DAN KESANTUNAN ANTARA GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SEKOLAH MASTER oleh Erha Aprili Ramadhoni, Totok Suhardiyanto Program Studi Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MENGUNGKAPKAN PERINTAH

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MENGUNGKAPKAN PERINTAH KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MENGUNGKAPKAN PERINTAH Yeni Mulyani Supriatin Balai Bahasa Bandung PENGANTAR Sopan santun dapat ditunjukkan tidak hanya dalam bentuk tindakan, tetapi juga dalam bentuk tuturan.

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi Pena pppp Vol.7,m,m[Type No.2 text]njnj Desember 2017 ISSN 2089-3973 PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi ABTRACT The results of this

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang tersebut diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik dan sebagainya. Berbeda

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru harus menerapkan pendekatan komunikatif. Dengan pendekatan komunikatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA Ratna Susanti, S.S.,M.Pd. Politeknik Indonusa Surakarta ratnasusanti19@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini membahas

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS Tinjauan Pragmatik Skripsi diusulkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Diajukan oleh: Ardison 06184023 JURUSAN SASTRA

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.

Lebih terperinci

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA Diana Tustiantina 1) Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dianatustiantina@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti melakukan penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson

BAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal terpenting bagi manusia untuk menjaga hubungan dengan manusia lain, bahkan sejak lahir di dunia. Salah satu bentuk umum dari komunikasi

Lebih terperinci

Realisasi Prinsip Kerja Sama dalam Interaksi Jual Beli di Pasar Rebo, Jakarta Timur

Realisasi Prinsip Kerja Sama dalam Interaksi Jual Beli di Pasar Rebo, Jakarta Timur Realisasi Prinsip Kerja Sama dalam Interaksi Jual Beli di Pasar Rebo, Jakarta Timur Menyetujui, Pembimbing Akademis (Sri Munawarah, M.Hum) Realisasi Prinsip Kerja Sama dalam Interaksi Jual Beli di Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat berkomunikasi antara sesama manusia lainnya. Salah satu media yang digunakan dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK.

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK. PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK Herdiana 1), Marsis 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK STIMULUS KESANTUNAN BERBAHASA MEMBENTUK KARAKTER PADA ANAK Octaria Putri Nurharyani Roch Widjatini Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Email: octariaputri97@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi atau melakukan tindak tutur jika sedang berinteraksi dengan sesamanya. Searle mengatakan,

Lebih terperinci

PEMATUHAN PRINSIP KERJASAMA ANTARA PELAKU PERCAKAPAN PADA NOVEL BERJUDUL HARRY POTTER DAN BATU BERTUAH

PEMATUHAN PRINSIP KERJASAMA ANTARA PELAKU PERCAKAPAN PADA NOVEL BERJUDUL HARRY POTTER DAN BATU BERTUAH PEMATUHAN PRINSIP KERJASAMA ANTARA PELAKU PERCAKAPAN PADA NOVEL BERJUDUL HARRY POTTER DAN BATU BERTUAH Ida Ayu Panuntun (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unikal) Abstract Cooperative Principle is

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA DAN KESANTUNAN TUTURAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PRINSIP KERJA SAMA DAN KESANTUNAN TUTURAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PRINSIP KERJA SAMA DAN KESANTUNAN TUTURAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang II. LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu salah satunya yaitu tentang pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk menjalankan segala aktivitas. Bahasa juga sebagai salah satu aspek tindak tutur yang terkait

Lebih terperinci

SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009)

SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009) SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009) KARYA BENNY RACHMADI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia merupakan suatu makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan bahasa baik lisan maupun tulisan guna bergaul dengan manusia lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesan secara cepat dan ringkas, situasi atau kejadian-kejadian tertentu.

Lebih terperinci

ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA

ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA Vol. 4 No.1 Juli 2014 ISSN 2089-3973 ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA Indah Rahmita Sari FKIP Universitas Jambi ABSTRACT This article is aimed to explain the disobedience

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab III ini dikemukakan mengenai metode penelitian yang peneliti gunakan. Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun Ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun Ilmu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pragmatik Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun 1994. Ilmu pragmatik merupakan salah satu pokok bahasan yang harus diberikan dalam pengajaran

Lebih terperinci

PENDEKATAN PRAGMATIK DALAM PENGAJARAN KEMAHIRAN BERBICARA BIPA

PENDEKATAN PRAGMATIK DALAM PENGAJARAN KEMAHIRAN BERBICARA BIPA PENDEKATAN PRAGMATIK DALAM PENGAJARAN KEMAHIRAN BERBICARA BIPA Barbara Pesulima, Sukojati Prasnowo barbara.pesulima@gmail.com, sprasnowo@gmail.com ABSTRAK Pengajaran berbicara dalam program Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR. Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas

BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR. Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas 8 BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas koperasi saat melakukan transaksi dengan nasabah atau sebaliknya

Lebih terperinci

Makna Implikatur Dalam Kolom Gagasan di Solopos. Eka Susylowati, SS, M. Hum Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta.

Makna Implikatur Dalam Kolom Gagasan di Solopos. Eka Susylowati, SS, M. Hum Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta. Makna Implikatur Dalam Kolom Gagasan di Solopos Eka Susylowati, SS, M. Hum Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta Abstrak Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui makna implikatur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik tata krama (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 1493). Kesopanan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai manusia yang berpikir, berperasaan, dan berkinerja. Pikiran, perasaan, dan keinginan baru terwujud

Lebih terperinci

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN Sri Mulatsih Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dian Nuswantoro Semarang asihpnrg@yahoo.com ABSTRAK Dalam kehidupan sehari-hari kita

Lebih terperinci

PENYIMPANGAN KESANTUNAN TINDAK TUTUR SISWA DI LINGKUNGAN SMAN 5 KEDIRI TAHUN PELAJARAN

PENYIMPANGAN KESANTUNAN TINDAK TUTUR SISWA DI LINGKUNGAN SMAN 5 KEDIRI TAHUN PELAJARAN PENYIMPANGAN KESANTUNAN TINDAK TUTUR SISWA DI LINGKUNGAN SMAN 5 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014-2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7 Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya ISSN 2527-4104 Vol. 1 No.1, 1 April 2016 REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7 Haswinda Harpriyanti dan Helda Safitri Oktani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA BERITA ON-LINE: PEMBERITAAN TENTANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, SUSI PUDJIASTUTI.

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA BERITA ON-LINE: PEMBERITAAN TENTANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, SUSI PUDJIASTUTI. ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA BERITA ON-LINE: PEMBERITAAN TENTANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, SUSI PUDJIASTUTI. Scorpio Puspitasari Linguistik Deskriptif, Universitas Sebelas Maret Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK Dr.H.Muhammad Sukri,M.Hum., dan Siti Maryam, M.Pd. FKIP Universitas Mataram sukrimuhammad75@gmail.com Abstrak Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Disarikan dari buku:

PRAGMATIK. Disarikan dari buku: PRAGMATIK Disarikan dari buku: Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Graha Ilmu: Yogyakarta. Cutting, Joan. 2006. Pragmatics and Discourse 2 nd Edition. New York: Rouledge. Wijana, I Dewa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN.. ABSTRAK... ABSTRACT. KATA PENGANTAR.. DAFTAR TABEL... DAFTAR SINGKATAN...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN.. ABSTRAK... ABSTRACT. KATA PENGANTAR.. DAFTAR TABEL... DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN.. ABSTRAK... ABSTRACT. KATA PENGANTAR.. DAFTAR TABEL... DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR ISI... i ii iii iv v vi vii ix x BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan mitra tuturnya baik dari segi makna ataupun maksud tuturannya. Manusia berbicara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses interaksi manusia satu dengan yang lainnya. Komunikasi bertujuan memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada mitra tutur.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PERCAKAPAN GURU DAN SISWA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMAN I KEDIRI

PELAKSANAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PERCAKAPAN GURU DAN SISWA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMAN I KEDIRI PELAKSANAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PERCAKAPAN GURU DAN SISWA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMAN I KEDIRI Ni Wayan Eminda Sari Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA

RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA Rosmawaty Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Bahasa merupakan fenomena sosial yang terwujud dalam konteks sosial. Konteks sosial menentukan bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sejenis Sebelumnya Penelitian tentang humor mengenai prinsip kerjasama sudah penah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, antara lain Rini Devi Ellytias (2013)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal 1 I. PENDAHULUAN Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal yang menjadi latar belakang pemilihan topik penelitian, termasuk mensignifikasikan pemilihan topik penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA GRICE DALAM INTERAKSI TAWAR MENAWAR (ANALISIS ETNOGRAFI KOMUNIKASI DI PASAR SIMPANG TIGO, PASAMAN BARAT)

PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA GRICE DALAM INTERAKSI TAWAR MENAWAR (ANALISIS ETNOGRAFI KOMUNIKASI DI PASAR SIMPANG TIGO, PASAMAN BARAT) PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA GRICE DALAM INTERAKSI TAWAR MENAWAR (ANALISIS ETNOGRAFI KOMUNIKASI DI PASAR SIMPANG TIGO, PASAMAN BARAT) Universitas Indraprasta PGRI Abstrak Artikel ini dimaksudkan untuk membahas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seseorang ketika berbicara tidak lepas dari penggunaan bahasa. Pengertian bahasa menurut KBBI (2007:88) adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunkaan

Lebih terperinci

BAB 2 IHWAL TINDAK TUTUR, STRATEGI MENGKRITIK, PRINSIP KERJA SAMA, DAN PRINSIP KESANTUNAN

BAB 2 IHWAL TINDAK TUTUR, STRATEGI MENGKRITIK, PRINSIP KERJA SAMA, DAN PRINSIP KESANTUNAN BAB 2 IHWAL TINDAK TUTUR, STRATEGI MENGKRITIK, PRINSIP KERJA SAMA, DAN PRINSIP KESANTUNAN 2.1 Tindak Tutur Dalam pragmatik kata tuturan ini dapat digunakan sebagai produk suatu tindak verbal (Leech,1983:14).

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG Nensi Yuferi 1), Hasnul Fikri 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2)

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA DAN SOPAN SANTUN SISWA DI JEJARING FACEBOOK DAN IMPLIKASINYA

PRINSIP KERJA SAMA DAN SOPAN SANTUN SISWA DI JEJARING FACEBOOK DAN IMPLIKASINYA PRINSIP KERJA SAMA DAN SOPAN SANTUN SISWA DI JEJARING FACEBOOK DAN IMPLIKASINYA Oleh Rohmah Tussolekha Karomani Nurlaksana Eko Rusminto Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Email: omah.azka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan rancangan penelitian, sumber data

III. METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan rancangan penelitian, sumber data III. METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan rancangan penelitian, sumber data penelitian, instrumen penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia.tanpa bahasa kehidupan manusia akan lumpuh dalam komunikasi atau beinteraksi antarindividu maupun kelompok.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertutur merupakan suatu kegiatan sosial. Bertutur merupakan realisasi dari berbahasa. Karena bahasa bersifat abstrak, sedangkan bertutur bersifat konkret (Chaer, 2010:

Lebih terperinci

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7 Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya ISSN 2527-4104 Vol. 1 No.1, 1 April 2016 REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7 Helda Safitri Oktani, Haswinda Harpriyanti Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks.

BAB II LANDASAN TEORI. menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks. BAB II LANDASAN TEORI Di dalam bab ini dipaparkan teori-teori yang digunakan dalam menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks. Teori mengenai pelanggaran maxim diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI Irfai Fathurohman Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

FLORENSIA MARSELLI KIDI

FLORENSIA MARSELLI KIDI ANALISIS PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN SOPAN SANTUN TUTURAN PARA PESERTA DALAM ACARA INDONESIA LAWAK KLUB (ILK) Edisi 1 Januari 2015, 2 Januari 2015 dan 5 Januari 2015 ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Nur Eva, 2014 Wujud prinsip kerja sama wacana humor Pada buku watir (kajian pragmatik)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Nur Eva, 2014 Wujud prinsip kerja sama wacana humor Pada buku watir (kajian pragmatik) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi serta menyapaikan gagasan dan respon terhadap apa yang ia alami agar dapat bersosialisasi. Bloomfield (Sumarsono

Lebih terperinci

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia   ABSTRAK REALISASI PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN SMA MUHAMMADIYAH PURWOREJO TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMA Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia harus berinteraksi dengan orang lain agar dapat bertahan hidup. Dalam interaksi denga yang lain,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang

BAB II LANDASAN TEORI. Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Prinsip Kesopanan Berbahasa dalam Acara Talk Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang relevan. Salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi)

I. PENDAHULUAN. komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia, bahkan bahasa selalu digunakan oleh manusia dalam segala kegiatan. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi,

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2011

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2011 REVIEW JOURNAL OF PRAGMATICS; Is there a need for a maxim of politeness? Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pragmatik oleh Santana Adiputra 180110070013 Devina Christania 180110070015 Dewi Arumsari

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN TINDAK TUTUR KOMISIF BERJANJI DALAM BAHASA BANJAR

REALISASI KESANTUNAN TINDAK TUTUR KOMISIF BERJANJI DALAM BAHASA BANJAR JAHDIAH: REALISASI KESANTUNAN TINDAK TUTUR... REALISASI KESANTUNAN TINDAK TUTUR KOMISIF BERJANJI DALAM BAHASA BANJAR (POLITENESS REALIZATION OF COMMISSIVE SPEECH ACT OF PROMISING IN BANJAR LANGUAGE) Jahdiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci